“SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE”
Disusun oleh:
Nama : Syahna Nur Assyffa
NIM : 21119042
Hari/Tanggal : Rabu / 13 Januari 2021
TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SERANG RAYA
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB 1................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................3
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM.........................................................................................4
BAB 2................................................................................................................................5
2.2. Jenis-Jenis spektrofotometer...............................................................................6
2.1 Bagian – bagian spektrofotometer...........................................................................8
BAB 3..............................................................................................................................11
3.1 ALAT......................................................................................................................11
3.2 BAHAN...................................................................................................................11
3.3 PROSEDUR KERJA..................................................................................................11
3.3.1. Persiapan Larutan Standar..............................................................................11
3.3.2. Kalibrasi Alat Spektrofotometer UV-Vis..........................................................12
3.3.3. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum..................................................12
3.3.4. Penentuan konsentrasi sampel......................................................................13
BAB 4..............................................................................................................................14
4.1. HASIL....................................................................................................................14
4.1.1. Persamaan Reaksi...........................................................................................14
4.1.2. Perhitungan Pembuatan larutan Fe2+ 1000ppm dalam 50mL.........................14
4.1.3. Pengenceran larutan deret standar................................................................14
4.1.4. Tabel Pembacaan Absorbans.........................................................................16
4.2. PEMBAHASAN......................................................................................................18
BAB 5..............................................................................................................................21
5.1. KESIMPULAN........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................22
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Batas sensitivitas mata manusia adalah sinar tampak atau terlihat (visible) yaitu
dengan panjang gelombang (λ) antara 4 x 10 -7m (400 nm) berupa cahaya
violet/ungu/lembayung sampai 8 x 10-7 m (800 nm) atau merah. Panjang gelombang
juga lazim disajikan dalam satuan nm dimana 1 m = 10 -9 nm. Bila cahaya UV tampak
(UV-Vis) dikenakan pada senyawa maka sebagian dari cahaya tersebut akan diserap
oleh molekul yang mempunyai tingkatan energi yang spesifik. Setiap molekul
mempunyai tingkat energi dasar (ground state = GS) yang spesik. Sinar yang diserap
adalah untuk menaikkan elektron ikatan ke tingkat energy eksitasi (excited state = ES).
Karena level energy GS ke ES tiap molekul spesifik maka E (sinar) yang diserap juga
spesifik merupakan dasar analisa kualitatif (Sitorus, 2009).
Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu
Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur kimia
dengan simbol W dan no atom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi (3422
ºC) dibanding logam lainnya. karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber
lampu. Sample yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memilii
warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible. Oleh
karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat berwarna
dengan menggunakan reagent spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna.
Reagent yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan analat yang
akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan harus benar-
benar stabil (Day & Underwood, 1999).
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar atau energi adalah
cahaya tampak (visible). Cahaya variable termasuk spektrum elektromagnetik
yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak
adalah 380-750 nm. Sehingga semua sinar yang didapat berwarna putih, merah,
biru, hijau. Apapun itu, selama ia dapat dilihat oleh mata. Maka sinar tersebut
termasuk dalam sinar tampak (visible). Sample yang dapat dianalisa dengan
metode ini hanya sampel yang memiliki warna. Oleh karena itu, untuk sample
yang tidak memiliki warna harus terlebih dahulu dibuat berwarna dengan
menggunakan reagen spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna.
2.1.1. Spektofotometri UV (ultraviolet)
Berbeda dengan spektrofotometri visible.Pada spektrofotometri UV berdasarkan
interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-
380 nm. Sinar UV tudak dapat dideteksi dengan mata kita, sehingga senyawa
yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak
memiliki warna, bening dan transparan. Oleh karena itu, sampel tidak berwarna
tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagen tertentu. Bahkan sample
dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Prinsip dasar pada
spektrofotometri adalah sampel harus jernih dan larut sempurna, tidak ada
partikel koloid (suspensi).
Dimana : A = Absorban
T = Transmitan
a) Sumber cahaya,
Sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi yang
stabil dan intensitasnnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa untuk daerah
tamak, ultraviolet dekat dan infrared dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat
rambut terluar dari wolform (tunsgten). Lampu ini mirip dengan bola lampu pijar
biasa, daerah panjang gelombang (λ) adalah 350-2200 nm. Untuk sumber pada
daerah ultraviloet (UV) digunakan lampu hidrogen atau lampu deuterium dengan
panjang gelombang 175 ke 375 atau 400 nm.
b) Monokromator
Monokromator yaitu alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya polikromatis
menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu (monokromatis) yang
berbeda (terdispersi). Ada 2 macam monokromator yaitu prisma dan erating (kisi
difraksi). Cahaya monokromatis ini dapat dilihat dengan anjang gelombang tertentu
yang sesuai untuk kemudian dilewatkan melalui celah sempit yang disebut slit.
Ketelitian dari monokromator dipengaruhi juga oleh lebar celah (slidt width) yang
dipakai.
c) Kuvet,
Kuvet adalah suatu alat yang dipakai sebagai tempat contoh atau cuplikan yang
akan dianalisis. kuvet harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (1) tidak
berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya (2) permukaannnya secara
optis harus benar-benar sejajar (3) harus tahan (tidak bereaksi) terhadap bahan-
bahan kimia (4) tidak boleh rapuh (5) mempunyai bentuk yang sederhana. kuvet
biasanya terbuat dari kuarsa, plexigalass, kaca, plastik dengan bentuk tangan empat
persegi panjang 1x1 cm, dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran didaerah ini dipakai
cuvet kwarsa, sedangkan cuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab kaca
mengabsorbsi sinar UV. Semua macam kuvet dapat dipakai untuk pengukuran sinar
tampak.
d) Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada
berbagai panjang gelombang. Detektor akan megubah cahaya menjadi sinyal listrik
yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil dalam bentuk jarum penunjuk
atau angka digital. Syarat-syarat ideal sebuah detektor yaitu kepekaan tinggi,
perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi, respon konstan cepat dan
signal minimum tanpa radiasi. Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding
dengan tenaga radiasi.
e) Amplifier
Berfungsi untuk memperbesar arus yang dihasilkan oleh detektor agar dapat dibaca
oleh indikator yang biasanya berupa recorder analog atau komputer.
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 ALAT
Berikut adalah peralatan yang digunakan dalam percobaan ini.
a) Spektrofotometer Visible
b) Kuvet
c) Labu Ukur
d) Pipet tetes
e) Pipet voume
f) Bulb
g) Botol Semprot
3.2 BAHAN
Berikut adalah bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini.
a) Larutan HNO3 4N
b) Larutan KSCN 10%
c) Larutan Standar Induk Fe 100 ppm
d) Larutan Sampel Fe A dan B
Dibuat larutan standar induk Fe2+ 1.000 ppm dari garam Mohr.
4.1. HASIL
4.1.1. Persamaan Reaksi
NO3- + 2H+ + 2 Fe2+ ———> 2Fe3+ + NO2– + H2O
392
= 56 x 0.05 g
= 0.35 g
4.1.3. Pengenceran larutan deret standar
ᴥ 1 ppm
Ppm1 x V1 = ppm2 x V2
1 ppm x 50 mL
V1 =
100 ppm
V1 = 0,25 mL
ᴥ 1,5 ppm
Ppm1 x V1 = ppm2 x V2
1,5 ppm x 50 mL
V1 =
100 ppm
V1 = 0,75 mL
ᴥ 2 ppm
Ppm1 x V1 = ppm2 x V2
2 ppm x 50 mL
V1 =
100 ppm
V1 = 1 mL
ᴥ 2,5 ppm
Ppm1 x V1 = ppm2 x V2
2,5 ppm x 50 mL
V1 =
100 ppm
V1 = 1,25 mL
ᴥ 3 ppm
Ppm1 x V1 = ppm2 x V2
3 ppm x 50 mL
V1 =
100 ppm
V1 = 1,5 mL
4.1.4. Tabel Pembacaan Absorbans
Standar X Y X² Y² XY
1.1 b=
1 0,0 0,000 0,00 0,0000 0,0000 ( ∑ Y ) ( ∑ x 2 ) −( ∑ X ) (∑ XY )
2 1,0 0,153 1,00 0,0234 0,1530 n ( ∑ x 2 )−¿ ¿
3 1,5 0,319 2,25 0,1018 0,4785
1.2 =
4 2,0 0,457 4,00 0,2088 0,9140 ( 2.3010 )( 22.5 )−( 10 ) (5.3495)
5 2,5 0,624 6,25 0,3894 1,5600 6 ( 22.5 )−¿ ¿
1.4 b= -0,04921
1.5 a=
Diketahui:
y = 0,2596x + (-0,04921)
Ditanyakan: Konsentrasi sampel A
y−b
x=
a
0,269−(−0,0492)
x=
0,2596
x=1,23 ppm
Maka Konsentrasi Sampel A adalah 1,23 ppm
Konsentrasi sampel B
y−b
x=
a
0,579−(−0,0492)
x=
0,2596
x=2,42 ppm
Maka Konsentrasi Sampel B adalah 2,42 ppm
4.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, dilakukan pengukuran besi dimana besi yang terukur adalah besi
total. Besi ini dalam suasana asam akan bereaksi dengan KSCN menghasilkan senyawa
kompleks Fe(SCN)3 yang berwarna merah yang diukur pada panjang gelombang
maksimum Fe yaitu pada 480 nm. Untuk menganalisis besi ini digunakan alat
spektrofotometer laboo. Pada spektrofotometer ini menggunakan sinar visible atau
tampak (380 nm-780 nm) sehingga larutan yang diukur harus berwarna. Langkah-
langkah utama dalam analisis dengan sinar tampak adalah :
1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap yang dapat menyerap sinar tampak.
Pada pengerjaan awal, dibuat terlebih dahulu membuat larutan deret standar besi.
Dari larutan induk 100 ppm ini dibuat larutan deret standar 0 ; 0.5 ; 1.0 ; 1.5 ; 2.0 ; 2.5 ;
3.0 ppm. Setelah pemipetan larutan induk, kemudian larutan ditambahkan larutan
HNO3. Penambahan HNO3 ini adalah untuk membuat suasana asam serta untuk
mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ sehingga Fe total dapat dihitung.
Pada analisis besi ini, larutan dibuat berwarna dengan mengoksidasi Fe2+ menjadi
Fe3+ karena penambahan HNO3, ion Fe3+ dari sampel dan ion Fe3+ dari hasil oksidasi
dari Fe2+ akan diukur konsentrasinya. Ion-ion Fe3+ ini membentuk senyawa kompleks
dengan KSCN, sehingga konsentrasi Fe total dapat terukur. Penentuan konsentrasi besi
dari sampel dapat ditentukan dengan menginterpolasikan kedalam kurva kalibrasi besi.
Penambahan HNO3 juga untuk membuat suasana asam, karena dalam suasana asam
Fe3+ dapat membentuk senyawa kompleks dengan KSCN. Kemudian setelah
penambahan HNO3 ditambahkan, kemudian ditambahkan KSCN, fungsi dari
penambahan larutan ini adalah untuk membentuk senyawa kompleks Fe(SCN) 3 yang
berwarna merah, dimana larutan yang berwarna ini merupakan persyaratan untuk
diukur menggunakan spektrofotometer yang menggunakan sinar tampak.
Reaksinya dengan zat yang dianalisis yaitu besi (Fe) selektif dan sensitif yaitu
membentuk kompleks besi (III) tiosianat yang berwarna merah bata.
Warna yang ditimbulkan yaitu merah bata, stabil untuk jangka waktu yang lama,
sehingga serapannya tidak berubah-ubah hingga akhir analisis.
Tidak membentuk warna dengan zat-zat lain yaitu ion H+, Cl– dan NO3– yang ada
dalam larutan.
Setelah itu langkah selanjutnya yang dilakukan dalam percobaan ini adalah memilih
panjang gelombang maksimum pada larutan standar Fe 2 ppm. Semakin besar panjang
gelombang maka akan semakin besar absorbansinya. Tapi dalam kondisi tertentu,
absorbansi akan kembali turun saat bertambahnya panjang gelombang. Setiap
pergantian pengukuran panjang gelombang selalu diukur terlebih dahulu larutan blanko,
dimana larutan blanko % transmitansinya harus 100. Larutan blanko yang digunakan
adalah pereaksi yang digunakan (tanpa sampel atau larutan Fe). Fungsi dari blanko
sendiri adalah mengukur serapan pereaksi yang digunakan untuk analisis kadar Fe
sehingga jumlah serapan Fe sendiri adalah nilai absorbansi larutan standar atau sampel
(mengandung pereaksi dan Fe) dikurangi serapan pereaksinya. Sehingga absorbansi
yang didapat pada pengukuran ini adalah serapan untuk Fe dalam sampel, fungsi
kalibrasi juga untuk menghilangkan efek refleksi akibat pancaran sinar radiasi menuju
larutan. Larutan yang dipilih adalah larutan standar Fe 2 ppm karena pada konsentrasi
tersebut absorbansinya mewakili larutan deret standar yang lainnya , dikarenakan pada
daerah absorbansi tersebut adalah daerah absorbansi yang baik. Pada panjang
gelombang 420-490 nm kemampuan zat menyerap cahaya meningkat, namun kembali
turun dalam penyerapan cahayanya pada panjang gelombang 500 nm.
Pada percobaan ini diukur larutan standar standar 0 ; 0.5 ; 1.0 ; 1.5 ; 2.0 ; 2.5 ; 3.0
ppm dengan regeresi yang dihasilkan adalah sebesar 0,9819. Nilai ini menunjukan
koefisien korelasi antara absorbansi dengan konsentrasi besar sehingga linearitas dari
kurva adalah baik. Dimana semakin tinggi konsentrasi maka semkain besar pula nilai
absorbansinya. Selain itu didapatkan absorbansi dari sampel A adalah 0,269 dan
absorbansi dari sampel B adalah sebesar 0,579 . Sehingga bilai diinterpolasikan
kedalam kurva dengan mensubstitusi persamaan garis, maka konsentrasi Fe dari sampel
1 adalah sebesar 1,23 ppm dan konsentrasi Fe dari sampel 2 adalah sebesar 2,42 ppm.
BAB 5
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut