Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

“SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE”

Disusun oleh:
Nama : Syahna Nur Assyffa
NIM : 21119042
Hari/Tanggal : Rabu / 13 Januari 2021

TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SERANG RAYA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB 1................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................3
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM.........................................................................................4
BAB 2................................................................................................................................5
2.2. Jenis-Jenis spektrofotometer...............................................................................6
2.1 Bagian – bagian spektrofotometer...........................................................................8
BAB 3..............................................................................................................................11
3.1 ALAT......................................................................................................................11
3.2 BAHAN...................................................................................................................11
3.3 PROSEDUR KERJA..................................................................................................11
3.3.1. Persiapan Larutan Standar..............................................................................11
3.3.2. Kalibrasi Alat Spektrofotometer UV-Vis..........................................................12
3.3.3. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum..................................................12
3.3.4. Penentuan konsentrasi sampel......................................................................13
BAB 4..............................................................................................................................14
4.1. HASIL....................................................................................................................14
4.1.1. Persamaan Reaksi...........................................................................................14
4.1.2. Perhitungan Pembuatan larutan Fe2+ 1000ppm dalam 50mL.........................14
4.1.3. Pengenceran larutan deret standar................................................................14
4.1.4. Tabel Pembacaan Absorbans.........................................................................16
4.2. PEMBAHASAN......................................................................................................18
BAB 5..............................................................................................................................21
5.1. KESIMPULAN........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................22
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Batas sensitivitas mata manusia adalah sinar tampak atau terlihat (visible) yaitu
dengan panjang gelombang (λ) antara 4 x 10 -7m (400 nm) berupa cahaya
violet/ungu/lembayung sampai 8 x 10-7 m (800 nm) atau merah. Panjang gelombang
juga lazim disajikan dalam satuan nm dimana 1 m = 10 -9 nm. Bila cahaya UV tampak
(UV-Vis) dikenakan pada senyawa maka sebagian dari cahaya tersebut akan diserap
oleh molekul yang mempunyai tingkatan energi yang spesifik. Setiap molekul
mempunyai tingkat energi dasar (ground state = GS) yang spesik. Sinar yang diserap
adalah untuk menaikkan elektron ikatan ke tingkat energy eksitasi (excited state = ES).
Karena level energy GS ke ES tiap molekul spesifik maka E (sinar) yang diserap juga
spesifik merupakan dasar analisa kualitatif (Sitorus, 2009).

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari


spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan
panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur
energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan
sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan
fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih lebih dapat terseleksi dan ini
diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada
fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan
berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek
panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang
gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang
gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang
benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti
prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat 9
untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding
(Khopkar, 1990).
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
a) Dapat memahami prinsip kerja spektrofotometer.
b) Dapat menentukan pnajang gelombang maksimum suatu senyawa.
c) Dapat menentukan konsentrasi sampel dengan menggunakan Spektrofotometri
UV-Visible
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Spektrofotometer


Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan
panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
di transmisikan atau yang di absorpsi. Pada umumnya ada beberapa jenis
spektrofotometri yang sering digunakan dalam analisis secara kimiawi, antara lain:
spektrofotometri vis, spektrofotometri UV, sepektrofotometri Uv-Vis. Pada
spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah cahaya tampak
(visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh
mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 sampai 750 nm. Sehingga
semua sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih, merah, biru, hijau, apapun.
Selama ia dapat dilihat oleh mata, maka sinar tersebut termasuk ke dalam sinar tampak
(Khopkar, 1990).

Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu
Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur kimia
dengan simbol W dan no atom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi (3422
ºC) dibanding logam lainnya. karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber
lampu. Sample yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memilii
warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible. Oleh
karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat berwarna
dengan menggunakan reagent spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna.
Reagent yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan analat yang
akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan harus benar-
benar stabil (Day & Underwood, 1999).

Spektrofotometer UV berbeda dengan spektrofotometri visible, pada


spektrofotometri UV berdasarkan interaksi sample dengan sinar UV. Sinar UV
memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan
lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy hidrogen. Dia merupakan isotop
hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah di laut dan daratan. Inti atom deuterium
mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara hidrogen hanya memiliki satu
proton dan tidak memiliki neutron. Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani,
deuteros, yang berarti ‘dua’, mengacu pada intinya yang memiliki dua pertikel. Karena
sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka senyawa yang dapat menyerap
sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan
transparan. Spektrofotometri UV memang lebih simple dan mudah dibanding
spektrofotometri visible, terutama pada bagian preparasi sample. Namun harus hati-hati
juga, karena banyak kemungkinan terjadi interferensi dari senyawa lain selain analat
yang juga menyerap pada panjang gelombang UV. Hal ini berpotensi menimbulkan
bias pada hasil analisa (Khopkar, 1990).

Spektrofotometer UV-VIS Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara


spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda,
sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih
sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu
photodiode yang dilengkapi dengan monokromator. Untuk sistem spektrofotometri,
UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan metode ini
adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga untuk sample tak berwarna
(Khopkar, 1990).

2.2 Jenis-Jenis spektrofotometer


Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasarkan cahaya yang di
gunakan.Diantaranya adalah sebagai berikut:

2.2.1.Spektrofotometri Vis (Visible)

Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar atau energi adalah
cahaya tampak (visible). Cahaya variable termasuk spektrum elektromagnetik
yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak
adalah 380-750 nm. Sehingga semua sinar yang didapat berwarna putih, merah,
biru, hijau. Apapun itu, selama ia dapat dilihat oleh mata. Maka sinar tersebut
termasuk dalam sinar tampak (visible). Sample yang dapat dianalisa dengan
metode ini hanya sampel yang memiliki warna. Oleh karena itu, untuk sample
yang tidak memiliki warna harus terlebih dahulu dibuat berwarna dengan
menggunakan reagen spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna.
2.1.1. Spektofotometri UV (ultraviolet)
Berbeda dengan spektrofotometri visible.Pada spektrofotometri UV berdasarkan
interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-
380 nm. Sinar UV tudak dapat dideteksi dengan mata kita, sehingga senyawa
yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak
memiliki warna, bening dan transparan. Oleh karena itu, sampel tidak berwarna
tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagen tertentu. Bahkan sample
dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Prinsip dasar pada
spektrofotometri adalah sampel harus jernih dan larut sempurna, tidak ada
partikel koloid (suspensi).

2.1.2. Spektrofotometri Vis (Visible)


Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar atau energi
adalah cahaya tampak (visible). Cahaya variable termasuk spektrum
elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang
sinar tampak adalah 380-750 nm. Sehingga semua sinar yang didapat berwarna
putih, merah, biru, hijau. Apapun itu, selama ia dapat dilihat oleh mata. Maka
sinar tersebut termasuk dalam sinar tampak (visible). Sample yang dapat
dianalisa dengan metode ini hanya sampel yang memiliki warna. Oleh karena
itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dahulu dibuat
berwarna dengan menggunakan reagen spesifik yang akan menghasilkan
senyawa berwarna.

2.1.3. Spektrofotometri UV-Vis


Merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet dan sinar
tampak. Alat ini digunakan mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampak
oleh suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis
sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan
tersebut. Dalam hal ini, hukum Lamber beer dapat menyatakan hubungan antara
serapan cahaya dengan konsentrasi zat dalam larutan. Dibawah ini adalah
persamaan Lamber beer: A = - log T = ε.b.c

Dimana : A = Absorban

T = Transmitan

ε = absorvitas molar (Lcm-4 . mol-1 )

c= panjang sel (cm)

b = konsentrasi zat (mol/jam)


Pada spektrofotometer UV-Vis, warna yang diserap oleh suatu senyawa atau
unsur adalah warna komplementer dari warna yang teramati. Hal tersebut dapat
diketahui dari larutan berwarna yang memiliki serapan maksimum pada warna
komplementernya. Namun apabila larutan berwarna dilewati radiasi atau cahaya
putih, maka radiasi tersebut pada panjang gelombang tertentu, akan secara selektif
sedangkan radiasi yang tidak diserap akan diteruskan.

2.1.4. Spektrofotometer Infra Red (IR)


Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometri ini berdasar pada
penyerapan panjang gelombang inframerah. Cahaya inframerah terbagi menjadi
inframerah dekat, inframerah pertengahan dan jauh. Inframerah pada
spektrofotometri adalah inframerah jauh dan pertengahan yang mempunyai
panjang gelombang 25-1000 µm. Pada spektro IR meskipun bisa digunakan untuk
mengidentisifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa organik.
Setiap serapan pada panjang gelombang tertentu menggambarkan adanya suatu
gugus spesifik.

2.1 Bagian – bagian spektrofotometer


Secara garis besar spektrofotometer terdiri dari bagian-bagian penting yaitu:

a) Sumber cahaya,
Sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi yang
stabil dan intensitasnnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa untuk daerah
tamak, ultraviolet dekat dan infrared dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat
rambut terluar dari wolform (tunsgten). Lampu ini mirip dengan bola lampu pijar
biasa, daerah panjang gelombang (λ) adalah 350-2200 nm. Untuk sumber pada
daerah ultraviloet (UV) digunakan lampu hidrogen atau lampu deuterium dengan
panjang gelombang 175 ke 375 atau 400 nm.
b) Monokromator
Monokromator yaitu alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya polikromatis
menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu (monokromatis) yang
berbeda (terdispersi). Ada 2 macam monokromator yaitu prisma dan erating (kisi
difraksi). Cahaya monokromatis ini dapat dilihat dengan anjang gelombang tertentu
yang sesuai untuk kemudian dilewatkan melalui celah sempit yang disebut slit.
Ketelitian dari monokromator dipengaruhi juga oleh lebar celah (slidt width) yang
dipakai.
c) Kuvet,
Kuvet adalah suatu alat yang dipakai sebagai tempat contoh atau cuplikan yang
akan dianalisis. kuvet harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (1) tidak
berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya (2) permukaannnya secara
optis harus benar-benar sejajar (3) harus tahan (tidak bereaksi) terhadap bahan-
bahan kimia (4) tidak boleh rapuh (5) mempunyai bentuk yang sederhana. kuvet
biasanya terbuat dari kuarsa, plexigalass, kaca, plastik dengan bentuk tangan empat
persegi panjang 1x1 cm, dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran didaerah ini dipakai
cuvet kwarsa, sedangkan cuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab kaca
mengabsorbsi sinar UV. Semua macam kuvet dapat dipakai untuk pengukuran sinar
tampak.
d) Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada
berbagai panjang gelombang. Detektor akan megubah cahaya menjadi sinyal listrik
yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil dalam bentuk jarum penunjuk
atau angka digital. Syarat-syarat ideal sebuah detektor yaitu kepekaan tinggi,
perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi, respon konstan cepat dan
signal minimum tanpa radiasi. Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding
dengan tenaga radiasi.
e) Amplifier
Berfungsi untuk memperbesar arus yang dihasilkan oleh detektor agar dapat dibaca
oleh indikator yang biasanya berupa recorder analog atau komputer.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri ultarviolet:

a) Pemilihan panjang gelombang maksimum.


Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang
gelombang dimana terjadi serapan maksimum. Untuk memperoleh serapan
maksimum, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan
panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.
b) Pembuatan kurva kalibrasi.
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi.
Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi diukur, kemudian
dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. Bila
hukum Lambert-Beer terpenuhi maka kurva kalibrasi berupa garis lurus.
c) Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan.
Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,6.
Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai absorbansi tersebut
kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal.

Penentuan kadar besi berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks


berwarna antara besi (II) dengan CNS– yang dapat menyerap sinar tampak secara
maksimal pada panjang gelombang tertentu. Kadar besi dalam suatu sample yang
diproduksi akan cukup kecil dapat dilakukan dengan teknik spektrofotometri UV-Vis
menggunakan pengompleksan CNS–. Dasar penentu kadar besi (II) dengan CNS-.
Senyawa ini memiliki warna sangat kuat dan kestabilan relatife lama dapat menyerap
sinar tampak secara maksimal pada panjang gelombang tertentu. Pada persiapan
larutan, sebelum pengembangan warna perlu ditambahkan didalamnya pereduksi.
HNO3 yang akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. pH larutan harus dijaga pada 6-7.

Dengan menggunakan penentuan kadar konsentrasi , suatu senyawa dilakukan


dengan membandingkan kekuatan serapan cahaya oleh larutan contoh terhadap
terhadap larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya. Terdapat dua cara standar
adisi , pada cara yang pertama dibuat dahulu sederetan larutan standar, diukur
serapannya, kemudian tentukan konsentrasinya dengan menggunakan cara kalibrasi.
Cara yang kedua dilakukan dengan menambahkan sejumlah larutan contoh yang sama
kedalam larutan standar.
BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 ALAT
Berikut adalah peralatan yang digunakan dalam percobaan ini.

a) Spektrofotometer Visible
b) Kuvet
c) Labu Ukur
d) Pipet tetes
e) Pipet voume
f) Bulb
g) Botol Semprot

3.2 BAHAN
Berikut adalah bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini.

a) Larutan HNO3 4N
b) Larutan KSCN 10%
c) Larutan Standar Induk Fe 100 ppm
d) Larutan Sampel Fe A dan B

3.3 PROSEDUR KERJA

3.3.1. Persiapan Larutan Standar

Dibuat larutan standar induk Fe2+ 1.000 ppm dari garam Mohr.

Dipipet 5 mL larutan standar induk Fe2+ 1.000 ppm,dimasukan


ke dalam labu ukur 50 mL,encerkan hingga tanda batas.

Diukur dengan menggunakan pipet volume 0,2 ; 0,75 ; 1,00 ;


1,25 dan 1,50 mL larutan standar Fe2+ 100 ppm,dan masukan
masing masing ke dalam labu ukur 50 mL

Ditambahkan 5mL larutan HNO3 4N dan 5 mL larutan KSCN


10% ke dalam masing-masing labu berisi larutan standar,larutan
akan berubah warna menjadi merah.

Himpitkan larutan menggunakan aquadest hingga tanda batas


untuk masing-masing larutan standar.
3.3.2. Kalibrasi Alat Spektrofotometer UV-Vis

Dinyalakan alat spektrofotometer selama ±15 menit untuk


menstabilkan alat spektrofotometer.

Disiapkan larutan blanko (aquadest) kemudian masukkan ke


dalam kuvet yang telah dibersihkan menggunakan tissue lensa
pada bagian luar kuvet.

Dipilih menu menu wavelength scan.Lakukan kalibrasi dengan


menggunakan larutan blanko.

Setting nilai absorbansi menjadi 0.

Setting nilai transmitansi = 100% (artinya cahaya tidak


mengabsorpsi cahaya yang di berikan).

3.3.3. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Atur alat spektro pada %T, pada panjang gelombang 450nm.

Nolkan %T masukan blanko,100% kan T

Diambil standar yang mewakili, baca %T.

Diulang langkah 2-4, pada panjang gelombang antara 450nm –


550nm.

Dibuat grafik hubungan absorbans versus panjang gelombang.

Ditentukan panjang gelombang maksimum


3.3.4. Penentuan konsentrasi sampel

Diatur panjang gelombang pada λ maksimum

Nol kan %T masukan blanko 100% kan %T

Dilakukan pembacaan %T untuk standar 1-5

Dilakukan pula pembacaan %T pada sampel

Dibuat grafik absorbans versus konsentrasi larutan

Ditentukan konsentrasi Fe2+ berdasarkan grafik

Dihitung konsentrasi Fe2+ dalam sampel.


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL
4.1.1. Persamaan Reaksi
NO3-  +  2H+   +    2 Fe2+         ———>           2Fe3+   +  NO2–    +   H2O

Fe3+    +     KSCN     ———>           Fe(SCN)3

4.1.2. Perhitungan Pembuatan larutan Fe2+ 1000ppm dalam 50mL


mg
ppm Fe2+ =
L

massa Fe2+ = ppm Fe2+ x L

= 1.000 ppm x 0.05 L


= 50mg
Massa garam Mohr(FAS) yang harus ditimbang
Mr FAS
= Ar Fe x massa Fe 2+ ¿

392
= 56 x 0.05 g

= 0.35 g
4.1.3. Pengenceran larutan deret standar
ᴥ 1 ppm
Ppm1 x V1 = ppm2 x V2

100ppm x V1 = 1 ppm x 50mL

1 ppm x 50 mL
V1 =
100 ppm
V1 = 0,25 mL
ᴥ 1,5 ppm
Ppm1 x V1 = ppm2 x V2

100ppm x V1 = 1,5 ppm x 50mL

1,5 ppm x 50 mL
V1 =
100 ppm
V1 = 0,75 mL
ᴥ 2 ppm
Ppm1 x V1 = ppm2 x V2

100ppm x V1 = 2 ppm x 50mL

2 ppm x 50 mL
V1 =
100 ppm
V1 = 1 mL
ᴥ 2,5 ppm
Ppm1 x V1 = ppm2 x V2

100ppm x V1 = 2,5 ppm x 50mL

2,5 ppm x 50 mL
V1 =
100 ppm
V1 = 1,25 mL
ᴥ 3 ppm
Ppm1 x V1 = ppm2 x V2

100ppm x V1 = 3 ppm x 50mL

3 ppm x 50 mL
V1 =
100 ppm
V1 = 1,5 mL
4.1.4. Tabel Pembacaan Absorbans
Standar X Y X² Y² XY
1.1 b=
1 0,0 0,000 0,00 0,0000 0,0000 ( ∑ Y ) ( ∑ x 2 ) −( ∑ X ) (∑ XY )
2 1,0 0,153 1,00 0,0234 0,1530 n ( ∑ x 2 )−¿ ¿
3 1,5 0,319 2,25 0,1018 0,4785
1.2 =
4 2,0 0,457 4,00 0,2088 0,9140 ( 2.3010 )( 22.5 )−( 10 ) (5.3495)
5 2,5 0,624 6,25 0,3894 1,5600 6 ( 22.5 )−¿ ¿

6 3,0 0,748 9,00 0,5595 2,2440 51.7725−53.495


1.3 = 135−100
Σ 10,0 2,301 22,50 1,2829 5,3495

1.4 b= -0,04921
1.5 a=

Diketahui:

Absorbansi sampel A = 0,269

Absorbansi sampel B = 0,579

Persamaan linier => y = ax + b

y = 0,2596x + (-0,04921)
Ditanyakan: Konsentrasi sampel A

y−b
x=
a

0,269−(−0,0492)
x=
0,2596

x=1,23 ppm
Maka Konsentrasi Sampel A adalah 1,23 ppm

Konsentrasi sampel B
y−b
x=
a

0,579−(−0,0492)
x=
0,2596
x=2,42 ppm
Maka Konsentrasi Sampel B adalah 2,42 ppm
4.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, dilakukan pengukuran besi dimana besi yang terukur adalah besi
total. Besi ini dalam suasana asam akan bereaksi dengan  KSCN menghasilkan senyawa
kompleks Fe(SCN)3 yang berwarna merah yang diukur pada panjang gelombang
maksimum Fe yaitu pada 480 nm. Untuk menganalisis besi ini digunakan alat
spektrofotometer laboo. Pada spektrofotometer ini menggunakan sinar visible atau
tampak (380 nm-780 nm) sehingga larutan yang diukur harus berwarna. Langkah-
langkah utama dalam analisis dengan sinar tampak adalah :

1.      Pembentukan molekul yang dapat menyerap yang dapat menyerap sinar tampak.

2.      Pemilihan panjang gelombang maksimum.

3.      Pembuatan kurva kalibrasi.

Pada pengerjaan awal, dibuat terlebih dahulu membuat larutan deret standar besi.
Dari larutan induk 100 ppm ini dibuat larutan deret standar 0 ; 0.5 ; 1.0 ; 1.5 ; 2.0 ; 2.5 ;
3.0 ppm. Setelah pemipetan larutan induk, kemudian larutan ditambahkan larutan
HNO3. Penambahan HNO3 ini adalah untuk membuat suasana asam serta untuk
mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ sehingga Fe total dapat dihitung.

Pada analisis besi ini, larutan dibuat berwarna dengan mengoksidasi Fe2+ menjadi
Fe3+ karena penambahan HNO3, ion Fe3+ dari sampel dan ion Fe3+ dari hasil oksidasi
dari Fe2+ akan diukur konsentrasinya. Ion-ion Fe3+ ini membentuk senyawa kompleks
dengan KSCN, sehingga konsentrasi Fe total dapat terukur. Penentuan konsentrasi besi
dari sampel dapat ditentukan dengan menginterpolasikan kedalam kurva kalibrasi besi.

Persamaan reaksi dari oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ sebagai berikut:

NO3-  +  2H+   +    2 Fe2+         ———>           2Fe3+   +  NO2–    +   H2O

Penambahan HNO3 juga untuk membuat suasana asam, karena dalam suasana asam
Fe3+ dapat membentuk senyawa kompleks dengan KSCN. Kemudian setelah
penambahan HNO3 ditambahkan, kemudian ditambahkan KSCN, fungsi dari
penambahan larutan ini adalah untuk membentuk senyawa kompleks Fe(SCN) 3 yang
berwarna merah, dimana larutan yang berwarna ini merupakan persyaratan untuk
diukur menggunakan spektrofotometer yang menggunakan sinar tampak.

Fe3+    +     KSCN        ———>           Fe(SCN)3


Suatu larutan dijadikan sebagai pereaksi  harus memenuhi beberapa persyaratan.
KSCN merupakan pereaksi warna, sebab :

 Reaksinya dengan zat yang dianalisis yaitu besi (Fe) selektif dan sensitif yaitu
membentuk kompleks besi (III) tiosianat yang berwarna merah bata.
  Warna yang ditimbulkan yaitu merah bata, stabil untuk jangka waktu yang lama,
sehingga serapannya tidak berubah-ubah hingga akhir analisis.
 Tidak membentuk warna dengan zat-zat lain yaitu ion H+, Cl– dan NO3– yang ada
dalam larutan.
 

Setelah itu langkah selanjutnya yang dilakukan dalam percobaan ini adalah memilih
panjang gelombang maksimum pada larutan standar Fe 2 ppm. Semakin besar panjang
gelombang maka akan semakin besar absorbansinya. Tapi dalam kondisi tertentu,
absorbansi akan kembali turun saat bertambahnya panjang gelombang. Setiap
pergantian pengukuran panjang gelombang selalu diukur terlebih dahulu larutan blanko,
dimana larutan blanko % transmitansinya harus 100. Larutan blanko yang digunakan
adalah pereaksi yang digunakan (tanpa sampel atau larutan Fe). Fungsi dari blanko
sendiri adalah mengukur serapan pereaksi yang digunakan untuk analisis kadar Fe
sehingga jumlah serapan Fe sendiri adalah nilai absorbansi larutan standar atau sampel
(mengandung pereaksi dan Fe) dikurangi serapan pereaksinya. Sehingga absorbansi
yang didapat pada pengukuran ini adalah serapan untuk Fe dalam sampel, fungsi
kalibrasi juga untuk menghilangkan efek refleksi akibat pancaran sinar radiasi menuju
larutan. Larutan yang dipilih adalah larutan standar Fe 2 ppm karena pada konsentrasi
tersebut absorbansinya mewakili larutan deret standar yang lainnya , dikarenakan pada
daerah absorbansi tersebut adalah daerah absorbansi yang baik. Pada panjang
gelombang 420-490 nm kemampuan zat menyerap cahaya meningkat, namun kembali
turun dalam penyerapan cahayanya pada panjang gelombang 500 nm.

 Pengukuran serapan atau absorbansi spektrometri biasanya dilakukan pada


suatu panjang gelombang yang sesuai dengan serapan maksimum karena konsentrasi
besar terletak pada titik ini, artinya serapan larutan encer masih terdeteksi. Panjang
gelombang yang maksimum memiliki kepekaan maksimal karena terjadi perubahan
absorbansi yang paling besar serta pada panjang gelombang maksimum bentuk kurva
absorbansi memenuhi hukum Lambert-Beer. Pada panjang gelombang maksimum pun
apabila dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan
ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang
maksimal .Panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal, dilakukan
dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari
suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu. Berdasarkan grafik pengukuran yang
dihasilkan panjang gelombang yang diukur dari 400 nm hingga 560 nm didapatkan
panjang gelombang maksimalnya pada daerah 480 nm, maka panjang gelombang yang
absorbansinya terbesar yang diambil untuk pengukuran Fe yaitu 480 nm.

Pada percobaan ini diukur larutan standar standar 0 ; 0.5 ; 1.0 ; 1.5 ; 2.0 ; 2.5 ; 3.0
ppm dengan regeresi yang dihasilkan adalah sebesar 0,9819. Nilai ini menunjukan
koefisien korelasi antara absorbansi dengan konsentrasi besar sehingga linearitas dari
kurva adalah baik. Dimana semakin tinggi konsentrasi maka semkain besar pula nilai
absorbansinya.  Selain itu didapatkan absorbansi dari sampel A adalah 0,269 dan
absorbansi dari sampel B adalah sebesar 0,579 . Sehingga bilai diinterpolasikan
kedalam kurva dengan mensubstitusi persamaan garis, maka konsentrasi Fe dari sampel
1 adalah sebesar 1,23 ppm dan konsentrasi Fe dari sampel 2 adalah sebesar 2,42 ppm.
BAB 5

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut

1. Kurva kalibrasi merupakan gambaran yang menunjukkan hubungan linier


antara absorbansi dengan konsentrasi larutan. Tampilan kurva tidak selalu sama
tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. 
2. Spektrofotometri merupakan metode pengukuran mengenai analisis kimia
kuantitatif dari dasar hukum Lambert-Beer. Dasar ini menyatakan jika jumlah
sinar yang terserap/ diteruskan oleh larutan tertentu akan memiliki fungsi
eksponensial dari ketebalan dan konsentrasi larutan yang dilalui sinar.
3. Pada pengukuran menggunakan spektrofotometer visible diperlukan
pemberian warna pada larutan karena Panjang gelombang yang digunakan dalah
sinar tampak.
4. Semakin besar konsentrasi larutan maka absorbansi yang dihasilkan semakin
besar
5. Pada praktikum ini larutan Fe3+ membentuk senyawa kompleks Fe(SCN)3 yang
berwarna merah, dimana larutan yang berwarna ini merupakan persyaratan untuk
diukur menggunakan spektrofotometer sinar tampak (visible).
6. Pada pengukuran absorbansi larutan deret standar diperoleh regresi dari kurva
sebesar sebesar 0,9819. Nilai ini menunjukan koefisien korelasi antara absorbansi
dengan konsentrasi besar sehingga linearitas dari kurva adalah baik
7. Diperoleh Konsentrasi sampel pada larutan sampel A sebesar 1.23ppm dan
pada larutan sampel B sebesar 2.42ppm
DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Teknik Kimia.2020.Modul Praktikum Kimia Analisis.Serang:Universitas


Serang Raya.
Khopkar, SM. 2007. Konsep Dasar Analitik. Jakarta: UI Press.
Underwood, A. L. 1990. Analisis Kimia Kiantitatif Edisi ke Enam. Jakarta :
Erlangga

Anda mungkin juga menyukai