DISUSUN OLEH
a. Data Pasien
Tanggal Pemeriksaan : 25 Maret 2019
Pemilik : Lei anin
Alamat Pemilik : Oesapa
Nama Pasien : Snowy
Signalemen : Anjing Lokal/ betina/ 1 tahun 4 bulan/Putih
b. Anamnesa
Keterangan dari pemilik bahwa anjing sudah menunjukkan gejala sakit
selama 3 hari. Terdapat eksudat cataral pada mata, batuk, leleran dari hidung,
anjing tampak kurus, tidak nafsu makan serta terdapat lesi pada beberapa
bagian tubuh. Anjing lebih sering menyendiri dan banyak tidur/tidak aktif.
Anjing biasanya diberi makan nasi yang dicampur dengan ikan atau gule.
Anjing sudah diberi obat oleh pemilik yaitu antibiotik dan vitamin, diketahui
bahwa anjing tidak divaksin namun diberikan obat cacing.
c. Status Preasen
2. Hasil Pemeriksaan
a. Pemeriksaan fisik
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik di atas diketahui bahwa terjadi
peningkatan pada respirasi, sedangkan suhu tubuh dan pulsus masih dalam
rentangan normal. Kondisi peningkatan frekuensi respirasi disebabkan oleh
kondisi stress dan gelisah pada hewan selama proses penanganan. Peningkatan
frekuensi respirasi juga dapat dipengaruhi oleh ukuran tubuh, umur hewan,
aktivitas fisik, suhu lingkungan, kondisi kesehatan dan posisi hewan (Widodo
dkk.,2011).
b. Pemeriksaan darah
Tabel 1. Hasil pemeriksaan total eritrosit, total leukosit dan indeks eritrosit
Parameter Hasil Pemeriksaan Interval Normal* Keterangan
6 6
RBC 9.850.000 (9,85 x 10 µl) 5,5-8,5 x 10 /µl Meningkat
3
WBC 29.200 (29,2 x 10 µl) 6,0-17,0 x 103 µl Meningkat
PCV 35% 40-55% Menurun
Hb 7g/dL 15-19g/dL Menurun
MCV 35 fl (60-70 fl) Menurun
MCH 7 pg (19,0-23,0 pg) Menurun
MCHC 20 % (31-34 g%) Menurun
*(Strasinger dan Schaub, 2001)
Interpretasi Hasil
Interpretasi Hasil
Salah satu poin yang perlu diamati dalam pemeriksaan darah, adalah morfologi
eritrosit. Pada pengamatan morfologi eritrosit, terdapat empat poin utama yang harus
di evaluasi yaitu ukuran, warna, bentuk dan keberadaan benda inklusi (Dharmawan,
2002). Berdasarkan hasil pemeriksaan abnormalitas yang ditemukan pada
pemeriksaan morfologi eritrosit adalah Mikrosit, Hipokromia cell dan Target Cell.
1) Microcyte
Microcyte merupakan abnormalitas ukuran eritrosit yang lebih kecil dari
normalnya. Microcyte dapat terbentuk akibat dari kurangnya faktor pembentukan
darah seperti zat besi. Selain itu, microcyte juga dapat terbentuk akibat dari
sistem keseimbangan dari tubuh ketika tubuh berusaha untuk memenuhi suplai
darah dalam tubuh, contohnya pada kondisi anemia. Microcyte mengindikasikan
terjadinya anemia yang disertai dengan penurunan nilai MCV (Bessman, 1977).
2) Hipokromik
Hipokromia merupakan sel darah merah dengan bagian sentral yang lebih
pucat, dikarenakan penurunan kadar Hb akibat defisiensi zat besi (Hebert, 2018).
Hasil ini sejalan dengan rendahnya kadar Hb anjing pada pemeriksaan yang
dilakukan dan hewan tersebut mengalami defisiensi nutrisi akibat nafsu makan
menurun yang menyebabkan terjadinya defisiensi zat besi.
3) Target Cell
Sel target merupakan eritrosit dengan daerah sentral hemoglobin membentuk
target. Sel target biasanya adalah artefak pengeringan. Sel target dapat dilihat
dalam kondisi anemia regeneratif, penyakit hati, hipotiroidisme dan defisiensi zat
besi (Hebert, 2018). Terbentuknya Target cell berkaitan dengan kondisi hewan
yang kehilangan nafsu makan sehingga asupan nutrisi terutama zat besi menjadi
kurang.
d. Diferensial Leukosit
Interpretasi Hasil
Sel darah putih atau leukosit merupakan komponen darah dengan jumlah relatif
lebih sedikit dibanding eritrosit. mengemukakan leukosit mempunyai inti sel dan
sitoplasma serta mampu bergerak bebas (Parrah,2013).Berdasarkan hasil perhitungan
total leukosit terjadi penigkatan jumlah total leukosit yang signifikan (29,2 x 103 µl)
dimana jumlah total leukosit berada jauh dari kisaran normal (6,0-17,0 x 103 µl)
(Strasinger dan Schaub, 2001). Kondisi ini berkaitan dengan gejala infeksi yang
tampak pada saluran pernafasan anjing, sehingga leukosit dihasilkan lebih banyak
untuk melawan patogen yang menginfeksi (Cotran et al., 1999). Pada pemeriksaan
ulas darah ditemukan neutrofil, eosinofil dan limfosit, basofil, monosit. Keberadaan
neutrofil berhubungan dengan infeksi akut bakteri, peradangan, nekrosis dan stress.
Eosinofil berperan dalam melawan infeksi parasit. Limfosit berhubungan dengan
infeksi virus dan infeksi beberapa bakteri serta Basofil berperan dalam fagositosis
patogen. Basofil memiliki kadar yang sangat rendah dalam darah. Selain itu ada pula
Monosit yang bertindak sebagai magrofag dengan kemampuan fogositosis. Sel
Leukosit umunya dijumpai dalam pemeriksaan ulas darah namun tiap leukosit
memiliki jumlah normal. Ketika sel-sel leukosit tersebut tidak dalam kisaran normal
maka mengindikasikan terjadinya gangguan maupun infeksi dalam tubuh hewan
(Strasinger dan Schaub,2001). Berdasarkan hasil pemeriksaan diferensial leukosit
didapatkan hasil Jumlah limfosit dan basofil dalam interval normal, adanya
penigkatan jumlah Neutrofil dan Monosit serta penurunan jumlah Eusinofil.
f. Mikroskopis Urin
3. Diagnosa Tentatif
Berdasarkan hasil pemeriksaan hematologi dan urinalisis, dapat disimpulkan
bahwa hewan yang diperiksa mengalami gangguan infeksi pada sistem respirasi
yang diakibatkan oleh bakteri. Kondisi ini dilihat dari adanya peningkatan pada
jumlah Neutrofil dan Monosit dalam darah. Selain itu kandungan leukosit yang
teramati pada pemeriksaan urinalisis diduga dikarenakan kondisi stress yang
terjadi pada hewan akibat dari sakit yang diderita serta stress selama proses
penaganan hewan.
DAFTAR PUSTAKA
Harjono, I.U., Evi, M.H., Ari, L.I.W., Krisna, E.I.G., Widyastuti, S.K., Setiasih, L.E.
dan Berata,K. 2011. Urinalisis Menggunakan Dua Jenis Dipstick (Batang
Celup) Pada Sapi Bali. J. Vet.12(2):107-112.