Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Rabies di NTT

Kejadian rabies di Nusa Tenggara Timur (NTT) pertama kali dilaporkan terjadi kasus
gigitan anjing di Larantuka, ibu kota kabupaten Flores Timur pada tahun 1997. Penularan
penyakit rabies ke pulau Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur telah merubah peta geografi
penyebaran penyakit hewan menular di Indonesia. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pertanian No. 756Kpts TN.510/98 tanggal 7 September 1998; Pulau Flores telah dinyatakan
sebagai daerah tertular penyakit rabies.

Kabupaten Flores Timur tertular rabies bermula adanya pemasukan anjing yang telah
terinfeksi virus rabies (dalam masa inkubasi) dari pulau Buton Sulawesi Tenggara oleh
nelayan yang berasal dari Larantuka. Pemasukan anjing tersebut berlangsung pada bulan
Septembcr 1997 melalui pelabuhan rakyat sehingga tidak diketahui oleh petugas karantina
setempat (Komunikasi pribadi Nany, 2000; Anonimus, 2000b)

Mulai bulan Nopember 1997 dilaporkan adanya kasus gigitan anjing gila pada
masyarakat kota Larantuka. Kasus gigitan cenderung meningkat dan menyebar keluar kota.
Mula-mula kasus gigitan tersebut tidak di curigai sebagai penyakit rabies. Namun pada bulan
Pebruari 1998 orang yang digigit anjing meninggal dunia dengan menunjukkan gejala
hidrophobia, hipersalivasi, dan gejala syaraf.

Spesimen otak (Hipokampus) anjing tersangka yang diambil pada bulan april 1998
dari kota Larantuka dan diperiksa di Balai Penelitian Veteriner Bogor, hasil pemeriksaan
dinyatakan positif rabies.
Daftar Pustaka

Mau F. (2012). Epidemiologi Rabies dan Upaya Pengendalian Di Kabupaten Ngada Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Buletin Penelitian Kesehatan Vol. 40 No. 4

Nany, S. 2000. Komunikasi Pribadi. Dinas Peternakan Kabupaten Flores Timur. Larantuka

Wera, E. (2001). Epidemiologi Dan Usaha Pemberant Asan Penyakit Rabies Di Kabupaten
Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur Periode Nopember 1997-April 2000
(Doctoral dissertation, Bogor Agricultural University (IPB)).

Mading, M., & Mau, F. (2014). Situasi Rabies dan Upaya Penanganan di Kabupaten Flores
Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Jurnal Ekologi Kesehatan, 13(2 Jun),
137-145.

Anda mungkin juga menyukai