6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ETIKA EKONOMI DAN BISNIS, sebagaimana
tercantum dalam Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2001 tentang ETIKA
KEHIDUPAN BERBANGSA.(ADE)
Etika Ekonomi dan Bisnis dimaksudkan agar prinsip dan perilaku ekonomi dan
bisnis, baik oleh perseorangan, institusi, maupun pengambil keputusan dalam
bidang ekonomi dapat melahirkan kondisi dan realitas ekonomi yang
bercirikan persaingan yang jujur, berkeadilan, mendorong berkembangnya
etos kerja ekonomi, daya tahan ekonomi dan kemampuan saing, dan
terciptanya suasana kondusif untuk pemberdayaan ekonomi yang berpihak
kepada rakyat kecil melalui kebijakan secara berkesinambungan.
Etika ini mencegah terjadinya praktik-praktik monopoli, oligopoli, kebijakan
ekonomi yang mengarah kepada perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme,
diskriminasi yang berdampak negatif terhadap efisiensi, persaingan sehat, dan
keadilan, serta menghindarkan perilaku menghalalkan segala cara dalam
memperoleh keuntungan.
7. Jelaskan latar belakang ditetapkannya Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966
tentang PEMBUBARAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA, PERNYATAAN SEBAGAI
ORGANISASI TERLARANG DI SELURUH WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BAGI PARTAI KOMUNIS INDONESIA DAN LARANGAN SETIAP KEGIATAN UNTUK
MENYEBARKAN ATAU MENGEMBANGKAN FAHAM ATAU AJARAN
KOMUNIS/MARXISME-LENINISME, serta jelaskan makna yang terkandung dalam
Pasal 2 dan Pasal 3 Ketetapan MPRS tersebut. ( TATA / ADE)
Faham atau ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme pada inti-hakekatnya
bertentangan dengan Pancasila;
Orang-orang dan golongan-golongan di Indonesia yang menganut faham atau ajaran
Komunisme/Marxisme-Leninisme, khususnya Partai Komunis Indonesia, dalam
sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia telah nyata-nyata terbukti beberapa kali
berusaha merobohkan kekuasaan Pemerintah Republik Indonesia yang sah dengan
jalan kekerasan;
Perlu mengambil tindakan tegas terhadap Partai Komunis Indonesia dan terhadap
kegiatan-kegiatan yang menyebarkan atau mengembangkan faham atau ajaran
Komunisme/Marxisme-Leninisme;
Pasal 2
Setiap kegiatan di Indonesia untuk menyebarkan atau mengembangkan faham atau
ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme dalam segala bentuk dan manifestasinya, dan
penggunaan segala macam aparatur serta media bagi penyebaran atau pengembangan
faham atau ajaran tersebut, dilarang.
Pasal 3
Khususnya mengenai kegiatan mempelajari secara ilmiah, seperti pada Universitas-
Universitas, faham Komunisme/Marxisme-Leninisme dalam rangka mengamankan
Pancasila, dapat dilakukan secara terpimpin, dengan ketentuan, bahwa Pemerintah dan
DPR-GR diharuskan mengadakan perundang-undangan untuk pengamanan.
8. Jelaskan ketentuan dari pemberlakuan Ketetapan MPRS Nomor
XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyataan
Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia
bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan untuk
Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunis/Marxisme-
Leninisme! (AKIB)
Ke depan diberlakukan dengan berkeadilan dan menghormati hukum, prinsip
demokrasi dan hak asasi manusia.
Berkeadilan dan menghormati hukum, artinya seseorang tidak boleh
dinyatakan bersalah sebelum terbukti di pengadilan, dan karena ke depan juga
tidak dikenal istilah dosa turunan.
Prinsip demokrasi dan hak asasi manusia, maksudnya keturunan dari orang
tua yang terlibat dalam gerakan G30S/PKI harus diberi kesempatan yang sama
di segala bidang kehidupan, termasuk di bidang pemerintahan.
AMANAT:
Memerintahkan pembentukan berbagai undang-undang tentang penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 18, 18A, dan 18B Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
20. Jelaskan pengertian grasi dan rehabilitasi sebagaimana diatur dalam Pasal 14
ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mengapa
dalam memberikan grasi dan rehabilitasi Presiden harus memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung? (FITROH)
Grasi: Pengurangan hukuman yang diberikan Presiden kepada seseorang atau
sekelompok orang dan kepadanya telah memiliki putusan hukum tetap dari
pengadilan.
Rehabilitasi: Pemulihan nama baik dari Presiden kepada seseorang atau
sekelompok orang yang melanggar hukum dan telah memiliki putusan tetap
dari pengadilan, tetapi dikemudian hari ternyata terbukti tidak bersalah.
Alasan: karena sifatnya lebih cenderung pada persoalan/pertimbangan hukum,
dimana MA adalah lembaga pemegang kekuasaan dibidang peradilan; serta
merupakan penjabaran dari prinsip checks and balances system
21. Jelaskan pengertian amnesti dan abolisi sebagaimana diatur dalam Pasal 14
ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
mengapa dalam memberikan amnesti dan abolisi Presiden harus
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat? (FITROH )
Amnesti: Pengampunan yang diberikan Presiden kepada seseorang atau
sekelompok orang yang diduga melakukan pelanggaran hukum dan kepadanya
belum di proses dalam peradilan.
Abolisi: Pengampunan yang diberikan Presiden kepada seseorang atau
sekelompok orang yang diduga melakukan pelanggaran hukum dan kepadanya
telah diproses di lembaga peradilan, tetapi kemudian prosesnya dihentikan.
Alasan: karena sifatnya lebih cenderung pada persoalan/pertimbangan politik,
dimana DPR merupakan lembaga yang merefresentasikan lembaga
perwakilan/lembaga politik; serta merupakan penjabaran dari prinsip checks
and balances system
22. Jelaskan mengapa lembaga Dewan Pertimbangan Agung dihapus? apakah
masih ada institusi yang melaksanakan fungsi pertimbangan kepada
Presiden? (FITROH )
ALASAN:
Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan negara karena
kedudukan DPA yang setara dengan Presiden tetapi pertimbangannya tidak
mengikat Presiden.
Penetapan pertimbangan DPA dilakukan melalui mekanisme dan prosedur
sehingga membutuhkan waktu dan hal ini dipandang kurang effektif apabila
Presiden memerlukan pertimbangan yang cepat.
Fungsi Pertimbangan dapat diberikan oleh suatu dewan pertimbangan yang
berkedudukan di bawah Presiden dan dibentuk oleh Presiden.
23.Jelaskan indikator religius sebagaimana tercantum dalam Ketetapan MPR RI
Nomor VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan. (FITROH )
terwujudnya masyarakat yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia sehingga
ajaran agama, khususnya yang bersifat universal dan nilai-nilai luhur budaya,
terutama kejujuran, dihayati dan diamalkan dalam perilaku kesehariannya;
terwujudnya toleransi antar dan antara umat beragama;
terwujudnya penghormatan terhadap martabat kemanusiaan.
24.Jelaskan indikator manusiawi sebagaimana tercantum dalam Ketetapan MPR
RI Nomor VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan. (FITROH )
terwujudnya masyarakat yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan yang adil
dan beradab;
terwujudnya hubungan harmonis antar manusia Indonesia tanpa membedakan
latar belakang budaya, suku, ras, agama dan lain-lain;
berkembangnya dinamika kehidupan bermasyarakat ke arah peningkatan
harkat dan martabat manusia;
terwujudnya keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam perilaku
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Duta besar yang diangkat oleh Presiden merupakan wakil negara Indonesia
di negara tempat ia ditugaskan. Kedudukan itu menyebabkan duta besar
mempunyai peranan penting dan berpengaruh dalam menjalankan tugas-
tugas kenegaraan yang menjadi wewenangnya.
Demikian pula duta negara lain yang mewakili negaranya di Indonesia sangat
penting bagi akurasi informasi untuk kepentingan hubungan baik antara
kedua negara dan kedua bangsa.
Mengingat pentingnya hal tersebut, maka Presiden dalam mengangkat dan
menerima duta besar sebaiknya diberikan pertimbangan oleh DPR. Pertim-
bangan DPR tidak bersifat mengikat secara yuridis-formal, tetapi perlu
diperhatikan secara sosial-politis. Selain itu, pertimbangan DPR dalam hal
menerima duta asing juga dimaksudkan agar pemerintah tidak disalahkan
apabila menolak duta asing yang diajukan oleh negara lain karena telah ada
pertimbangan DPR.
Selain itu, adanya pertimbangan DPR tersebut dimaksudkan agar terjalin
saling mengawasi dan saling mengimbangi antara Presiden dan lembaga
perwakilan tersebut di mana mereka saling mengawasi dan saling meng-
imbangi dalam hal pelaksanaan tugas-tugas kenegaraan.
38.Sebutkan rumusan Pasal 18B ayat (1) dan ayat (2) Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan jelaskan makna yang terkandung
dalam rumusan tersebut!
Pasal 18B ayat (1), Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan
pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur
dengan undang-undang.
Pasal 18B ayat (2), Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup
dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.
Ketentuan ini mendukung keberadaan berbagai satuan pemerintahan yang
bersifat khusus atau istimewa (baik provinsi, kabupaten dan kota, maupun
desa). Contoh satuan pemerintahan bersifat khusus adalah Daerah Khusus
Ibukota (DKI) Jakarta; contoh satuan pemerintahan bersifat istimewa adalah
Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta dan Daerah Istimewa (DI) Nanggroe Aceh
Darussalam (NAD).
Satuan pemerintahan di tingkat desa seperti gampong (di NAD), nagari (di
Sumatera Barat), dukuh (di Jawa), desa dan banjar (di Bali) serta berbagai
kelompok masyarakat di berbagai daerah hidup berdasarkan adat dengan hak-
haknya seperti hak ulayat, tetapi dengan satu syarat bahwa kelompok
masyarakat hukum adat itu benar-benar ada dan hidup, bukan dipaksa-
paksakan ada; bukan dihidup-hidupkan. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya,
kelompok itu harus diatur lebih lanjut dalam peraturan daerah yang ditetapkan
oleh DPRD. Selain itu, penetapan itu tentu saja dengan suatu pembatasan, yaitu
tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip negara kesatuan.
39.Jelaskan latar belakang dibentuknya Komisi Yudisial, dan sebutkan syarat
serta proses pemilihan anggota Komisi Yudisial!
LATAR BELAKANG:
hakim merupakan figur yang sangat menentukan dalam perjuangan
menegakkan hukum dan keadilan. Apalagi hakim agung duduk pada tingkat
peradilan tertinggi (puncak) dalam susunan peradilan di Indonesia sehingga ia
menjadi tumpuan harapan bagi pencari keadilan.
Sebagai negara hukum, masalah kehormatan dan keluhuran martabat, serta
perilaku hakim merupakan hal yang sangat strategis untuk mendukung upaya
menegakkan peradilan yang handal dan realisasi paham Indonesia adalah
negara hukum.
Melalui lembaga KY itu diharapkan dapat diwujudkan lembaga peradilan yang
sesuai dengan harapan rakyat sekaligus dapat diwujudkan penegakan hukum
dan pencapaian keadilan yang diputus oleh hakim yang terjaga kehormatan dan
keluhuran martabat serta perilakunya.
SYARAT ANGGOTA KOMISI YUDISIAL:
Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di
bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela.
PROSES PEMILIHAN:
Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
42.Sebutkan rumusan Pasal 28I ayat (1) Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan makna yang terkandung dalam
rumusan tersebut!
“Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,
hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di
hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.”
Pada dasarnya setiap hak asasi bisa dilakukan pembatasan, sepanjang
pembatasan itu dilakukan dengan peraturan perundang-undangan, tetapi
khusus untuk hak asasi yang tertuang dalam Pasal 28I ayat (1), yaitu: Hak
untuk hidup, tidak disiksa, merdeka pikiran dan hati nurani, beragama, untuk
tidak diperbudak, untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum
merupakan hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa
pun.
Setiap orang memiliki hak untuk tidak dapat dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut. (Setiap warga negara, apabila melakukan perbuatan yang pada
saat tersebut belum ada aturanya, maka warga negara tersebut tidak dapat
dituntut oleh peraturan yang baru).
Pengakuan dan penghormatan atas hak seseorang untuk memenuhi tuntutan
rasa adil.
43.Sebutkan rumusan Pasal 28J ayat (1) dan ayat (2) Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan makna yang
terkandung di dalam rumusan tersebut.
Pasal 28J ayat (1), Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang
lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pasal 28J ayat (2), Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang
wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang
dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi
tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
MAKNA:
bangsa Indonesia berpandangan bahwa HAM harus memperhatikan karak-
teristik Indonesia dan sebuah hak asasi juga harus diimbangi dengan
kewajiban, sehingga diharapkan akan tercipta saling menghargai dan meng-
hormati akan hak asasi tiap-tiap pihak.
Sedangkan Pasal 28J memberikan pembatasan yang ditetapkan dengan
undang-undang dan untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas
hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban
umum dalam suatu masyarakat demokratis.
44.Sebutkan rumusan Pasal 31 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan makna yang terkandung dalam
rumusan tersebut!
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.”
MAKNA:
Ketentuan ini mengakomodasi nilai-nilai dan pandangan hidup bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang religius dengan memasukkan rumusan kata
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia sementara tujuan
sistem pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Merupakan penjabaran dari tujuan pembentukan negara sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
45.Sebutkan rumusan Pasal 31 ayat (4) Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan makna yang terkandung dalam
rumusan tersebut!
“Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh
persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional.”
MAKNA:
Perubahan ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa dalam praktik
penyelenggaraan negara menunjukkan kurang dipahaminya Pasal 31 ayat
(1) dan ayat (2) yang pada hakikatnya mengandung prinsip demokrasi
pendidikan.
Rumusan itu merupakan sikap bangsa dan negara untuk memprioritaskan
penyelenggaraan pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bang-
sa dan memajukan kebudayaan nasional. Untuk itu, dirumuskan ketentuan
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
mewajibkan pemerintah untuk membiayai pendidikan dasar dan kewajiban
warga negara mengikuti pendidikan dasar tersebut; serta negara mempriori-
taskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen)
dari APBN dan APBD.
46.Sebutkan rumusan Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2) Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan makna yang
terkandung dalam rumusan tersebut!
Pasal 32 ayat (1), Negara memajukan kebudayaan nasional lndonesia di
tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
Pasal 32 ayat (2), Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah
sebagai kekayaan budaya nasional.
MAKNA:
Perubahan itu dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk menempatkan
kebudayaan nasional pada derajat yang tinggi atas dasar pemahaman bahwa
kebudayaan nasional, yang menjamin unsur-unsur kebudayaan daerah,
merupakan identitas bangsa dan negara yang harus dilestarikan,
dikembangkan, dan diteguhkan di tengah perubahan global yang pesat dan
dapat mengancam identitas bangsa dan negara Indonesia. Sekaligus
menyadari bahwa budaya Indonesia bukan budaya tertutup di tengah
perubahan dunia.
Dengan demikian, diharapkan pada masa yang akan datang, bangsa dan
negara Indonesia tetap mempunyai identitas yang sesuai dengan dasar
negara dan nilai-nilai serta pandangan hidup bangsa Indonesia walaupun
terjadi perubahan global.
Ketentuan itu juga dilandasi oleh pemikiran bahwa persatuan dan
kebangsaan Indonesia itu akan lebih kukuh jika diperkuat oleh pendekatan
kebudayaan selain pendekatan politik dan hukum.
47.Sebutkan rumusan Pasal 20A ayat (2) Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan hak-hak yang dimiliki oleh Dewan
Perwakilan Rakyat!
“Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain
Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interpelasi, hak
angket, dan hak menyatakan pendapat.”
Hak Interpelasi adalah Adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada
Pemerintah mengenai kebijakan Pemerintah yang penting dan strategis serta
berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap
kebijakan Pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada
kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang diduga bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan.
Hak menyatakan pendapat adalah Adalah hak DPR sebagai lembaga untuk
menyatakan pendapat terhadap kebijakan pemerintah atau mengenai
kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air atau situasi internasional disertai
dengan rekomendasi penyelesaiannya, atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan
hak interpelasi dan hak angket, atau terhadap dugaan bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lainnya, atau perbuatan tercela maupun tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden.
48.Sebutkan rumusan Pasal 20A ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan hak-hak yang dimiliki oleh anggota
Dewan Perwakilan Rakyat!
“Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini, setiap
anggota Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan,
menyampaikan usul dan pendapat serta hak imunitas.”
Hak mengajukan pertanyaan adalah Hak anggota DPR untuk
menyampaikan pertanyaan baik lisan maupun tertulis kepada pemerintah
bertalian dengan tugas dan wewenang DPR.
Hak menyampaikan usul dan pendapat adalah Hak anggota DPR untuk
menyampaikan usul dan pendapat secara leluasa baik kepada pemerintah
maupun kepada DPR sendiri, sehingga ada jaminan kemandirian sesuai
dengan panggilan hati nurani serta kredibilitasnya. Oleh karena itu, setiap
anggota DPR tidak dapat diarahkan oleh siapa pun di dalam proses
pengambilan keputusan. Namun, tata cara penyampaian usul dan pendapat
dimaksud tetap memperhatikan tata krama, etika, moral, sopan santun, dan
kepatutan sebagai wakil rakyat.
Hak imunitas atau hak kekebalan hukum anggota Dewan Perwakilan Rakyat
adalah hak untuk tidak dapat dituntut di muka pengadilan karena pernyataan
dan pendapat yang disampaikan dalam rapat-rapat Dewan Perwakilan
Rakyat dengan pemerintah dan rapat-rapat Dewan Perwakilan Rakyat
lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, serta pernyataan dan
pendapat yang disampaikan di luar rapat karena anggota Dewan Perwakilan
Rakyat harus senantiasa menyuarakan aspirasi rakyat dan karenanya
kebebasan dalam mengemukakan pernyataan dan pendapat harus senantiasa
dilindungi.
53.Sebutkan rumusan Pasal 35, Pasal 36, Pasal 36A, Pasal 36B Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan mengapa
bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan diatur di dalam
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.
Pasal 36
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
Pasal 36A
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Pasal 36B
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.
Pasal 36C
Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan diatur dengan undang-undang.
Merupakan ikhtiar untuk memperkukuh kedudukan dan makna atribut
kenegaraan di tengah kehidupan global dan hubungan internasional yang terus
berubah. Dengan kata lain, kendatipun atribut itu tampaknya simbolis, hal
tersebut tetap penting karena menunjukkan identitas dan kedaulatan suatu
negara dalam pergaulan internasional.
Atribut kenegaraan itu menjadi simbol pemersatu seluruh bangsa Indonesia di
tengah perubahan dunia yang tidak jarang berpotensi mengancam keutuhan
dan kebersamaan sebuah negara dan bangsa, tak terkecuali bangsa dan negara
Indonesia.
54.Sebutkan rumusan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dan jelaskan makna yang terkandung dalam rumusan
tersebut.
”Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar.”
Makna: meneguhkan bahwa kedaulatan rakyat dijalankan melalui cara-cara dan
oleh berbagai lembaga yang ditentukan oleh UUD 1945 sebagai penjabaran
langsung paham kedaulatan rakyat secara tegas.
Implikasi: Kedaulatan tidak dijalankan oleh satu lembaga negara, yaitu MPR dan
mengubah sistem ketatanegaraan dari supremasi MPR kepada sistem
kedaulatan rakyat. Ketentuan ini meneguhkan bahwa kedaulatan tetap di tangan
rakyat, sedangkan lembaga negara melaksanakan bagian-bagian dari kedaulatan
menurut aturan UUD 1945.
55.Sebutkan rumusan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dan jelaskan unsur-unsur yang terkandung dalam
rumusan tersebut. (GUSNAR)
56.Sebutkan rumusan Pasal I, Pasal II, dan Pasal II Aturan Peralihan Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan
mengapa Aturan Peralihan diperlukan di dalam Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. (GUSNAR)
Pasal I
Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum
diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.
Pasal II
Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk
melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru
menurut Undang-Undang Dasar ini.
Pasal III
Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan
sebelum dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.
Adanya ketentuan yang mengatur berbagai hal yang berkaitan dengan
terjadinya perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 merupakan hal yang berlaku umum dalam setiap perubahan
hukum.
Peraturan perundang-undangan tetap berlaku selama belum diterbitkan
yang baru menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang telah diubah dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
kekosongan hukum atau ketidakpastian hukum sebagai akibat terjadinya
perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Selain itu, adanya ketentuan yang mengatur bahwa lembaga negara tetap
berfungsi sepanjang melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 juga dimaksudkan agar negara melalui berbagai lem-
baga negara yang dibentuknya (seperti MPR, DPR, Presiden, dan MA) tetap
berjalan sebagaimana mestinya untuk menyelenggarakan kegiatan negara
dan pemerintahan, memenuhi kepentingan umum dan kebutuhan rakyat
sampai adanya lembaga baru yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah diubah.
Ketentuan bahwa MA melaksanakan fungsi MK sebelum MK terbentuk
penting untuk mencegah terjadinya kevakuman hukum dalam pelaksanaan
tugas ketatanegaraan. Selain itu, ketentuan ini dimaksudkan juga untuk
memastikan berjalannya mekanisme saling mengawasi dan saling
mengimbangi. Sementara itu, lembaga negara yang ada, yaitu Presiden, DPR,
MPR, MA, BPK, dan DPA telah menyesuaikan diri dengan ketentuan baru
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
telah diubah.
57.Sebutkan rumusan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dan jelaskan makna yang terkandung dalam rumusan
tersebut.
Anggota DPR sebagian dipilih melalui pemilihan umum, dan sebagian berasal
dari TNI dan POLRI yang diangkat oleh Presiden;
Utusan Daerah dipilih oleh DPRD Provinsi. Jumlah utusan daerah berbeda
untuk masing-masing provinsi tergantung jumlah penduduk di provinsi yang
bersangkutan;
Yang disebut “golongan-golongan” ialah badan-badan seperti koperasi, serikat
pekerja, dan lain-lain badan kolektif. Utusan Golongan diangkat oleh Presiden
atas atas usul golongan yang bersangkutan.
59.Jelaskan latar belakang ditetapkannya Ketetapan MPR RI Nomor V/MPR/1999
tentang PENENTUAN PENDAPAT DI TIMOR-TIMUR. (GUSNAR)
Pasal 2
Menyatakan Ketetapan No. VI/MPR/1978 tentang Pengukuhan Penyatuan Wilayah
Timor Timur ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak berlaku lagi.
Pasal 3
Pernyataan tidak berlakunya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor VI/MPR/1978 sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 Ketetapan
ini tidak menghapuskan keabsahan tindakan maupun segala bentuk penghargaan
yang diberikan negara kepada para pejuang dan aparatur pemerintah selama kurun
waktu bersatunya Wilayah Timor Timur ke dalam Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, menurut hukum nasional Indonesia.
Pasal 2
Politik ekonomi nasional diarahkan untuk menciptakan struktur ekonomi nasional
agar terwujud pengusaha menengah yang kuat dan besar jumlahnya, serta
terbentuknya keterkaitan dan kemitraan yang saling menguntungkan antar pelaku
ekonomi yang meliputi usaha kecil, menengah dan koperasi, usaha besar swasta,
dan Badan Usaha Milik Negara yang saling memperkuat untuk mewujudkan
Demokrasi Ekonomi dan efisiensi nasional yang berdaya saing tinggi.
LATAR BELAKANG:
Dari pengalaman perjalanan sejarah bangsa dan dalam menghadapi masa
depan yang penuh tantangan, maka bangsa Indonesia telah sampai kepada
kesimpulan bahwa dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara,
supremasi hukum haruslah dilaksanakan dengan sungguh-sungguh;
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan atas hukum perlu
mempertegas sumber hukum yang merupakan pedoman bagi penyusunan
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia;
Untuk dapat mewujudkan supremasi hukum perlu adanya aturan hukum
yang merupakan peraturan perundang-undangan yang mengatur kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sesuai dengan tata urutannya;
Dalam rangka memantapkan perwujudan otonomi daerah perlu
menempatkan peraturan daerah dalam tata urutan peraturan perundang-
undangan;
Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan
Perundangan Republik Indonesia berdasarkan Ketetapan MPRS Nomor
XX/MPRS/1966 menimbulkan kerancuan pengertian, sehingga tidak dapat
lagi dijadikan landasan penyusunan peraturan perundang-undangan;
TATA URUTAN PERATURAN PERUNDANGAN-UNDANGAN MENURUT
KETETAPAN MPR NOMOR III/MPR/2000
1. Undang-Undang Dasar 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia;
3. Undang-Undang;
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu);
5. Peraturan Pemerintah;
6. Keputusan Presiden;
7. Peraturan Daerah.
KELEMAHAN:
Sebelum perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, yang memegang kekuasaan membentuk undang-undang adalah Presiden,
sedangkan Dewan Perwakilan Rakyat hanya memberikan persetujuan.
Sesuai dengan Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Dewan ini harus memberi persetujuannya kepada tiap-tiap
rancangan undang-undang yang diajukan Pemerintah.
Kekuasaan Presiden sangat besar dalam mengatur hal-hal penting dengan
undang-undang.
Menimbulkan banyaknya penyimpangan dalam penyelenggaraan negara.
LATAR BELAKANG:
Sumber daya agraria/sumber daya alam meliputi bumi, air, ruang angkasa dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya sebagai Rahmat Tuhan Yang Maha
Esa kepada bangsa Indonesia, merupakan kekayaan nasional yang wajib
disyukuri. Oleh karena itu harus dikelola dan dimanfaatkan secara optimal bagi
generasi sekarang dan generasi mendatang dalam rangka mewujudkan
masyarakat adil dan makmur;
SUBSTANSI:
Mendorong pembaruan agraria melalui proses yang berkesinambungan
berkenaan dengan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan
dan pemanfaatan sumber daya agraria, dilaksanakan dalam rangka
tercapainya kepastian dan perlindungan hukum; pengelolaan sumber daya
alam yang terkandung di daratan, laut, dan angkasa dilakukan secara
optimal, adil, berkelanjutan, dan ramah lingkungan untuk keadilan dan
kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.
AMANAT:
Memerintahkan pembentukan undang-undang untuk mendorong
pembaruan agraria dan pengelolaan sumber daya alam yang harus
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keutuhan NKRI, HAM, supremasi
hukum, kesejahteraan rakyat, demokrasi, kepatuhan hukum, partisipasi
rakyat, keadilan, termasuk kesetaraan gender, pemeliharaan sumber
agraria/sumber daya alam, memelihara keberlanjutan untuk generasi kini
dan generasi yang akan datang, memperhatikan daya tampung dan daya
dukung lingkungan, keterpaduan dan koordinasi antarsektor dan
antardaerah, menghormati dan melindungi hak masyarakat hukum adat,
desentralisasi, keseimbangan hak dan kewajiban negara, pemerintah,
masyarakat dan individu sesuai dengan arah kebijakan sampai terlaksananya
seluruh ketentuan dalam Ketetapan ini.
“Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia
sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena
kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani
dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil
Presiden.”
Warga negara yang menjadi calon Presiden dan calon Wakil Presiden adalah
warga negara yang telah mengalami akulturasi nilai-nilai budaya, adat
istiadat dan keaslian bangsa Indonesia, serta memiliki semangat patriotisme
dan jiwa kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Yang dimaksud dengan “tidak pernah menerima kewarganegaraan lain
karena kehendak sendiri” adalah tidak pernah menjadi warga negara selain
warga negara Republik Indonesia atau tidak pernah memiliki dua
kewarganegaraan atas kemauan sendiri.
Yang dimaksud dengan “tidak pernah mengkhianati negara” adalah tidak
pernah terlibat gerakan separatis, tidak pernah melakukan gerakan secara
inkonstitusional atau dengan kekerasan untuk mengubah dasar negara serta
tidak pernah melanggar Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Pembaruan agraria dan pengelolaan sumber daya alam harus dilaksanakan sesuai
dengan prinsip-prinsip :
“Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh
rakyat.”
Di samping itu, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh
rakyat, menjadikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih mempunyai
legitimasi yang lebih kuat. Jadi, adanya ketentuan tersebut berarti mem-
perkuat sistem pemerintahan presidensial yang kita anut dengan salah satu
cirinya adalah adanya periode masa jabatan yang pasti (fixed term) dari Pre-
siden dan Wakil Presiden, dalam hal ini masa jabatan Presiden dan Wakil
Presiden Indonesia lima tahun.
KEDUDUKAN:
Majelis Permusyawaratan Rakyat merupakan lembaga tertinggi negara, pemegang
dan pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat.
WEWENANG:
Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar;
Memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden;
Menetapkan garis-garis besar daripada haluan negara;
Memberhentikan Presiden;
Meminta pertanggungjawaban Presiden di akhir masa jabatan;
Meminta laporan pelaksanaan tugas lembaga tinggi negara atas pelaksanaan
GBHN sesuai dengan kewenangannya;
Membuat putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga negara lain;
Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap segala putusan
MPR;
Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar dan Ketetapan MPR
KELEMAHAN:
Kedaulatan rakyat dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR, telah mereduksi
paham kedaulatan rakyat itu menjadi paham kedaulatan negara, suatu paham
yang hanya lazim dianut oleh negara yang masih menerapkan paham
totalitarian dan/atau otoritarian.
Tidak terbangunnya sistem checks and balances antarlembaga negara.
Anggota DPR sebagian dipilih melalui pemilihan umum, dan sebagian berasal
dari TNI dan POLRI yang diangkat oleh Presiden;
Utusan Daerah dipilih oleh DPRD Provinsi. Jumlah utusan daerah berbeda
untuk masing-masing provinsi tergantung jumlah penduduk di provinsi yang
bersangkutan;
Yang disebut “golongan-golongan” ialah badan-badan seperti koperasi, serikat
pekerja, dan lain-lain badan kolektif. Utusan Golongan diangkat oleh Presiden
atas atas usul golongan yang bersangkutan.
KELEMAHAN:
Dengan susunan yang demikian, mayoritas anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat diangkat oleh Presiden, sehingga MPR tidak bisa menjalankan fungsi
dan wewenangnya dengan baik.
“Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak
disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-
undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-
undang dan wajib diundangkan.”
Pada saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi berbagai masalah yang telah
menyebabkan terjadinya krisis yang sangat luas. Faktor-faktor penyebab terjadinya
berbagai masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut.
Nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa tidak dijadikan sumber etika
dalam berbangsa dan bernegara oleh sebagian masyarakat. Hal itu kemudian
melahirkan krisis akhlak dan moral yang berupa ketidakadilan, pelanggaran
hukum, dan pelanggaran hak asasi manusia.
Pancasila sebagai ideologi negara ditafsirkan secara sepihak oleh penguasa
dan telah disalahgunakan untuk mempertahankan kekuasaan.
Konflik sosial budaya telah terjadi karena kemajemukan suku, kebudayaan,
dan agama yang tidak dikelola dengan baik dan adil oleh pemerintah maupun
masyarakat. Hal itu semakin diperburuk oleh pihak penguasa yang
menghidupkan kembali cara-cara menyelenggarakan pemerintahan yang
feodalistis dan paternalistis sehingga menimbulkan konflik horizontal yang
membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.
Hukum telah menjadi alat kekuasaan dan pelaksanaannya telah diselewengkan
sedemikian rupa sehingga bertentangan dengan prinsip keadilan, yaitu
persamaan hak warga negara di hadapan hukum.
Perilaku ekonomi yang berlangsung dengan praktek korupsi, kolusi, dan
nepotisme, serta berpihak pada sekelompok pengusaha besar, telah
menyebabkan krisis ekonomi yang berkepanjangan, utang besar yang harus
dipikul oleh negara, pengangguran dan kemiskinan yang semakin meningkat,
serta kesenjangan sosial ekonomi yang semakin melebar.
Sistem politik yang otoriter tidak dapat melahirkan pemimpin-pemimpin yang
mampu menyerap aspirasi dan memperjuangkan kepentingan masyarakat.
Peralihan kekuasaan yang sering menimbulkan konflik, pertumpahan darah,
dan dendam antara kelompok masyarakat terjadi sebagai akibat dari proses
demokrasi yang tidak berjalan dengan baik.
Berlangsungnya pemerintahan yang telah mengabaikan proses demokrasi
menyebabkan rakyat tidak dapat menyalurkan aspirasi politiknya sehingga
terjadi gejolak politik yang bermuara pada gerakan reformasi yang menuntut
kebebasan, kesetaraan, dan keadilan.
Pemerintahan yang sentralistis telah menimbulkan kesenjangan dan
ketidakadilan antara pemerntah pusat dan pemerintah daerah sehingga timbul
konflik vertikal dan tuntutan untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Penyalahgunaan kekuasaan sebagai akibat dari lemahnya fungsi pengawasan
oleh internal pemerintah dan lembaga perwakilan rakyat, serta terbatasnya
pengawasan oleh masyarakat dan media massa pada masa lampau, telah
menjadikan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah untuk
menyelenggarakan pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab tidak
terlaksana. Akibatnya, kepercayaan masyarakat kepada penyelenggara negara
menjadi berkurang.
Pelaksanaan peran sosial politik dalam Dwifungsi Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia dan disalahgunakan Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia sebagai alat kekuasaan pada masa Orde Baru telah menyebabkan
terjadinya penyimpangan peran Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia yang mengakibatkan tidak berkembangnya
kehidupan demokrasi.
Globalisasi dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya dapat
memberikan keuntungan bagi bangsa Indonesia, tetapi jika tidak diwaspadai,
dapat memberi dampak negatif terhadap kehidupan berbangsa.
79.Sebutkan rumusan Pasal 20 ayat (1) Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan alasan terjadinya pergeseran
kekuasaan membentuk undang-undang, yang semula di tangan Presiden
menjadi kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat.
Berbagai permasalahan bangsa yang dihadapi saat ini tentu harus diselesaikan
dengan tuntas melalui proses rekonsiliasi agar tercipta persatuan dan kesatuan
nasional yang mantap. Dalam hal ini, diperlukan kondisi sebagai berikut:
Terwujudnya nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa sebagai sumber
etika dan moral untuk berbuat baik dan menghindari perbuatan tercela, serta
perbuatan yang bertentangan dengan hukum dan hak asasi manusia. Nilai-nilai
agama dan nilai-nilai budaya bangsa selalu berpihak kepada kebenaran dan
menganjurkan untuk memberi maaf kepada orang yang telah bertobat dari
kesalahannya.
Terwujudnya sila Persatuan Indonesia yang merupakan sila ketiga dari Pancasila
sebagai landasan untuk mempersatukan bangsa.
Terwujudnya penyelenggaraan negara yang mampu memahami dan mengelola
kemajemukan bangsa secara baik dan adil sehingga dapat terwujud toleransi,
kerukunan sosial, kebersamaan dan kesetaraan berbangsa.
Tegaknya sistem hukum yang didasarkan pada nilai filosofis yang berorientasi
pada kebenaran dan keadilan, nilai sosial yang berorientasi pada tata nilai yang
berlaku dan bermanfaat bagi masyarakat, serta nilai yuridis yang bertumpu pada
ketentuan perundang-undangan yang menjamin ketertiban dan kepastian
hukum. Hal itu disertai dengan adanya kemauan dan kemampuan untuk
mengungkapkan kebenaran tentang kejadian masa lampau, sesuai dengan
ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku, dan pengakuan
terhadap kesalahan yang telah dilakukan, serta pengembangan sikap dan
perilaku saling memaafkan dalam rangka rekonsiliasi nasional.
Membaiknya perekonomian nasional, terutama perekonomian rakyat, sehingga
beban ekonomi rakyat dan pengangguran dapat dikurangi, yang kemudian
mendorong rasa optimis dan kegairahan dalam perekonomian.
Terwujudnya sistem politik yang demokratis yang dapat melahirkan
penyeleksian pemimpin yang dipercaya oleh masyarakat.
Terwujudnya proses peralihan kekuasaan secara demokratis, tertib, dan damai.
Terwujudnya demokrasi yang menjamin hak dan kewajiban masyarakat untuk
terlibat dalam proses pengambilan keputusan politik secara bebas dan
bertanggung jawab sehingga menumbuhkan kesadaran untuk memantapkan
persatuan bangsa.
Terselenggaranya otonomi daerah secara adil, yang memberikan kewenangan
kepada daerah untuk mengelola daerahnya sendiri, dengan tetap berwawasan
pada persatuan dan kesatuan nasional.
Pulihnya kepercayaan masyarakat kepada penyelenggara negara dan antara
sesama masyarakat sehingga dapat menjadi landasan untuk kerukunan dalam
hidup bernegara.
Peningkatan profesionalisme dan pulihnya kembali citra Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia demi terciptanya rasa
aman dan tertib di masyarakat.
Terbentuknya sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan mampu
bekerja sama serta berdaya saing untuk memperoleh manfaat positif dari
globalisasi.