Anda di halaman 1dari 37

1.

Jelaskan apa yang dimaksud dengan ETIKA PENEGAKAN HUKUM YANG


BERKEADILAN, sebagaimana tercantum dalam Ketetapan MPR RI Nomor
VI/MPR/2001 tentang ETIKA KEHIDUPAN BERBANGSA. (ALGI )
 Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan dimaksudkan untuk menumbuhkan
kesadaran bahwa tertib sosial, ketenangan dan keteraturan hidup bersama
hanya dapat diwujudkan dengan ketaatan terhadap hukum dan seluruh
peraturan yang berpihak kepada keadilan. Keseluruhan aturan hukum yang
menjamin tegaknya supremasi dan kepastian hukum sejalan dengan upaya
pemenuhan rasa keadilan yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat.
 Etika ini meniscayakan penegakan hukum secara adil, perlakuan yang sama
dan tidak diskriminatif terhadap setiap warga negara di hadapan hukum, dan
menghindarkan penggunaan hukum secara salah sebagai alat kekuasaan dan
bentuk-bentuk manipulasi hukum lainnya.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ETIKA SOSIAL BUDAYA, sebagaimana
tercantum dalam Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2001 tentang ETIKA
KEHIDUPAN BERBANGSA. (ALGI )
 Etika Sosial dan Budaya bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam
dengan menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami,
saling menghargai, saling mencintai, dan saling menolong di antara sesama
manusia dan warga bangsa.
 Perlu menumbuhkembangkan kembali budaya malu, yakni malu berbuat
kesalahan dan semua yang bertentangan dengan moral agama dan nilai-nilai
luhur budaya bangsa. Untuk itu, juga perlu ditumbuhkembangkan kembali
budaya keteladanan yang harus diwujudkan dalam perilaku para pemimpin
baik formal maupun informal pada setiap lapisan masyarakat.
 Etika ini dimaksudkan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kembali
kehidupan berbangsa yang berbudaya tinggi dengan menggugah, menghargai,
dan mengembangkan budaya nasional yang bersumber dari budaya daerah
agar mampu melakukan adaptasi, interaksi dengan bangsa lain, dan tindakan
proaktif sejalan dengan tuntutan globalisasi.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ETIKA POLITIK DAN PEMERINTAHAN,
sebagaimana tercantum dalam Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2001 tentang
ETIKA KEHIDUPAN BERBANGSA. (ALGI )
 Etika Politik dan Pemerintahan dimaksudkan untuk mewujudkan
pemerintahan yang bersih, efisien, dan efektif serta menumbuhkan suasana
politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan, rasa bertanggungjawab,
tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan,
kesediaan untuk menerima pendapat yang lebih benar, serta menjunjung
tinggi hak asasi manusia dan keseimbangan hak dan kewajiban dalam
kehidupan berbangsa.
 Etika pemerintahan mengamanatkan agar penyelenggara negara memiliki rasa
kepedulian tinggi dalam memberikan pelayanan kepada publik, siap mundur
apabila merasa dirinya telah melanggar kaidah dan sistem nilai ataupun
dianggap tidak mampu memenuhi amanah masyarakat, bangsa, dan negara.
 Masalah potensial yang dapat menimbulkan permusuhan dan pertentangan
diselesaikan secara musyawarah dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan
sesuai dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya, dengan tetap
menjunjung tinggi perbedaan sebagai sesuatu yang manusiawi dan alamiah.
 Etika ini diwujudkan dalam bentuk sikap yang bertata krama dalam perilaku
politik yang toleran, tidak berpura-pura, tidak arogan, jauh dari sikap munafik
serta tidak melakukan kebohongan publik, tidak manipulatif dan berbagai
tindakan yang tidak terpuji lainnya.

4. Jelaskan latar belakang ditetapkannya Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2001


tentang ETIKA KEHIDUPAN BERBANGSA, serta jelaskan substansi dan amanat
dari Ketetapan MPR tersebut. (ALGI )
LATAR BELAKANG:
 Sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, terbentuknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial;
 Untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana termaktub
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 tersebut, diperlukan pencerahan sekaligus pengamalan etika kehidupan
berbangsa bagi seluruh rakyat Indonesia;
 Etika kehidupan berbangsa dewasa ini mengalami kemunduran yang turut
menyebabkan terjadinya krisis multidimensi;
 Untuk itu diperlukan adanya rumusan tentang pokok- pokok etika kehidupan
berbangsa sebagai acuan bagi pemerintah dan seluruh bangsa Indonesia dalam
rangka menyelamatkan dan meningkatkan mutu kehidupan berbangsa itu;
SUBSTANSI:
Ketetapan ini mengamanatkan untuk meningkatkan kualitas manusia yang
beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia serta berkepribadian Indonesia dalam
kehidupan berbangsa. Pokok-pokok etika kehidupan berbangsa mengacu pada cita-
cita persatuan dan kesatuan, ketahanan, kemandirian, keunggulan, kejayaan, serta
kelestarian lingkungan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur
budaya bangsa.
AMANAT:
Perlu ditegakkan etika kehidupan berbangsa yang meliputi etika sosial budaya,
etika politik dan pemerintaham, etika ekonomi dan bisnis, etika penegakan hukum
yang berkeadilan dan berkesetaraan, etika keilmuan, dan etika lingkungan untuk
dijadikan acuan dasar dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaannya, serta menjiwai seluruh
pembentukan undang-undang.
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ETIKA KEILMUAN, sebagaimana tercantum
dalam Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2001 tentang ETIKA KEHIDUPAN
BERBANGSA. (ALGI )
 Etika Keilmuan dimaksudkan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
ilmu pengetahuan dan teknologi agar warga bangsa mampu menjaga harkat
dan martabatnya, berpihak kepada kebenaran untuk mencapai kemaslahatan
dan kemajuan sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya. Etika ini
diwujudkan secara pribadi ataupun kolektif dalam karsa, cipta, dan karya, yang
tercermin dalam perilaku kreatif, inovatif, inventif, dan komunikatif, dalam
kegiatan membaca, belajar, meneliti, menulis, berkarya, serta menciptakan
iklim kondusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
 Etika Keilmuan menegaskan pentingnya budaya kerja keras dengan
menghargai dan memanfaatkan waktu, disiplin dalam berpikir dan berbuat,
serta menepati janji dan komitmen diri untuk mencapai hasil yang terbaik. Di
samping itu, etika ini mendorong tumbuhnya kemampuan menghadapi
hambatan, rintangan dan tantangan dalam kehidupan, mampu mengubah
tantangan menjadi peluang, mampu menumbuhkan kreativitas untuk
penciptaan kesempatan baru, dan tahan uji serta pantang menyerah.

6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ETIKA EKONOMI DAN BISNIS, sebagaimana
tercantum dalam Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2001 tentang ETIKA
KEHIDUPAN BERBANGSA.(ADE)
 Etika Ekonomi dan Bisnis dimaksudkan agar prinsip dan perilaku ekonomi dan
bisnis, baik oleh perseorangan, institusi, maupun pengambil keputusan dalam
bidang ekonomi dapat melahirkan kondisi dan realitas ekonomi yang
bercirikan persaingan yang jujur, berkeadilan, mendorong berkembangnya
etos kerja ekonomi, daya tahan ekonomi dan kemampuan saing, dan
terciptanya suasana kondusif untuk pemberdayaan ekonomi yang berpihak
kepada rakyat kecil melalui kebijakan secara berkesinambungan.
 Etika ini mencegah terjadinya praktik-praktik monopoli, oligopoli, kebijakan
ekonomi yang mengarah kepada perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme,
diskriminasi yang berdampak negatif terhadap efisiensi, persaingan sehat, dan
keadilan, serta menghindarkan perilaku menghalalkan segala cara dalam
memperoleh keuntungan.
7. Jelaskan latar belakang ditetapkannya Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966
tentang PEMBUBARAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA, PERNYATAAN SEBAGAI
ORGANISASI TERLARANG DI SELURUH WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BAGI PARTAI KOMUNIS INDONESIA DAN LARANGAN SETIAP KEGIATAN UNTUK
MENYEBARKAN ATAU MENGEMBANGKAN FAHAM ATAU AJARAN
KOMUNIS/MARXISME-LENINISME, serta jelaskan makna yang terkandung dalam
Pasal 2 dan Pasal 3 Ketetapan MPRS tersebut. ( TATA / ADE)
 Faham atau ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme pada inti-hakekatnya
 bertentangan dengan Pancasila;
 Orang-orang dan golongan-golongan di Indonesia yang menganut faham atau ajaran
Komunisme/Marxisme-Leninisme, khususnya Partai Komunis Indonesia, dalam
sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia telah nyata-nyata terbukti beberapa kali
berusaha merobohkan kekuasaan Pemerintah Republik Indonesia yang sah dengan
jalan kekerasan;
 Perlu mengambil tindakan tegas terhadap Partai Komunis Indonesia dan terhadap
kegiatan-kegiatan yang menyebarkan atau mengembangkan faham atau ajaran
Komunisme/Marxisme-Leninisme;
Pasal 2
Setiap kegiatan di Indonesia untuk menyebarkan atau mengembangkan faham atau
ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme dalam segala bentuk dan manifestasinya, dan
penggunaan segala macam aparatur serta media bagi penyebaran atau pengembangan
faham atau ajaran tersebut, dilarang.
Pasal 3
Khususnya mengenai kegiatan mempelajari secara ilmiah, seperti pada Universitas-
Universitas, faham Komunisme/Marxisme-Leninisme dalam rangka mengamankan
Pancasila, dapat dilakukan secara terpimpin, dengan ketentuan, bahwa Pemerintah dan
DPR-GR diharuskan mengadakan perundang-undangan untuk pengamanan.
8. Jelaskan ketentuan dari pemberlakuan Ketetapan MPRS Nomor
XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyataan
Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia
bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan untuk
Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunis/Marxisme-
Leninisme! (AKIB)
 Ke depan diberlakukan dengan berkeadilan dan menghormati hukum, prinsip
demokrasi dan hak asasi manusia.
 Berkeadilan dan menghormati hukum, artinya seseorang tidak boleh
dinyatakan bersalah sebelum terbukti di pengadilan, dan karena ke depan juga
tidak dikenal istilah dosa turunan.
 Prinsip demokrasi dan hak asasi manusia, maksudnya keturunan dari orang
tua yang terlibat dalam gerakan G30S/PKI harus diberi kesempatan yang sama
di segala bidang kehidupan, termasuk di bidang pemerintahan.

9. Jelaskan latar belakang ditetapkannya Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998


tentang PENYELENGGARA NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS KORUPSI, KOLUSI,
DAN NEPOTISME. (AKIB / SITTI)
 Berdasarkan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
pelaksanaan penyelenggaraan negara dilakukan oleh lembaga-lembaga
eksekutif, legislatif, dan yudikatif;
 Dalam penyelenggaraan negara telah terjadi pemusatan kekuasaan,
wewenang, dan tanggung jawab pada Presiden/Mandataris Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia yang berakibat tidak
berfungsinya dengan baik Lembaga Tertinggi Negara dan Lembaga-lembaga
Tinggi Negara lainnya, serta tidak berkembangnya partisipasi masyarakat
dalam memberikan kontrol sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara;
 Tuntutan hati nurani rakyat menghendaki adanya penyelenggara negara yang
mampu menjalankan fungsi dan tugasnya secara sungguh-sungguh dan penuh
tanggung jawab agar reformasi pembangunan dapat berdayaguna dan
berhasilguna;
 Dalam penyelenggaraan negara telah terjadi praktek-praktek usaha yang lebih
menguntungkan sekelompok tertentu yang menyuburkan korupsi, kolusi, dan
nepotisme, yang melibatkan para pejabat negara dengan para pengusaha
sehingga merusak sendi-sendi penyelenggaraan negara dalam berbagai aspek
kehidupan nasional;
 Dalam rangka rehabilitasi seluruh aspek kehidupan nasional yang berkeadilan,
dibutuhkan penyelenggara negara yang dapat dipercaya melalui usaha
pemeriksaan harta kekayaan para pejabat negara dan mantan pejabat negara
serta keluarganya yang diduga berasal dari praktek korupsi, kolusi, dan
nepotisme, dan mampu membebaskan diri dari praktek korupsi, kolusi dan
nepotisme;
 Berhubung dengan itu perlu Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia yang mengatur tentang Penyelenggara Negara yang Bersih
dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
10.Jelaskan peran dan tugas bantuan Kepolisian Negar a Republik Indonesia
sebagaimana diatur dalam Ketetapan MPR Nomor VII/MPR/2000 tentang Peran
Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia!
(SITTI)
PERAN:
 Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan
dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum,
memberikan pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
 Dalam menjalankan perannya, Kepolisian Negara Republik Indonesia wajib
memiliki keahlian dan keterampilan secara profesional.
TUGAS BANTUAN:
 Dalam keadaan darurat Kepolisian Negara Republik Indonesia memberikan
bantuan kepada Tentara Nasional Indonesia, yang diatur dalam undang-
undang.
 Kepolisian Negara Republik Indonesia turut secara aktif dalam tugas-tugas
penanggulangan kejahatan internasional sebagai anggota International
Criminal Police Organization - Interpol.
 Kepolisian Negara Republik Indonesia membantu secara aktif tugas
pemeliharaan perdamaian dunia (peace keeping operation) di bawah bendera
Perserikatan Bangsa-Bangsa.

11.Jelaskan peran dan tugas bantuan Tentara Nasional Indonesia sebagaimana


diatur dalam Ketetapan MPR Nomor VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara
Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia! (BELLA)
PERAN:
 Tentara Nasional Indonesia merupakan alat negara yang berperan sebagai alat
pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 Tentara Nasional Indonesia, sebagai Alat Pertahanan Negara, bertugas pokok
menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
 Tentara Nasional Indonesia melaksanakan tugas negara dalam
penyelenggaraan wajib militer bagi warga negara yang diatur dengan undang-
undang.
TUGAS BANTUAN:
 Tentara Nasional Indonesia membantu penyelenggaraan kegiatan kemanusian
(civic mission).
 Tentara Nasional Indonesia memberikan bantuan kepada Kepolisian Negara
Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan atas permintaan yang
diatur dalam undang-undang.
 Tentara Nasional Indonesia membantu secara aktif tugas pemeliharan
perdamaian dunia (peace keeping operation) di bawah bendera Perserikatan
Bangsa-Bangsa.
12.Jelaskan keikutsertaan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia dalam penyelenggaraan negara sebagaimana diatur dalam
Ketetapan MPR Nomor VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia
dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia! (BELLA)
Keikutsertaan Tentara Nasional Indonesia
Dalam Penyelenggaraan Negara
 Kebijakan politik negara merupakan dasar kebijakan dan pelaksanan tugas Tentara
Nasional Indonesia.
 Tentara Nasional Indonesia bersikap netral dalam kehidupan politik dan tidak
melibatkan diri pada kegiatan politik praktis.
 Tentara Nasional Indonesia mendukung tegaknya demokrasi, menjunjung tinggi hukum
dan hak asasi manusia.
 Anggota Tentara Nasional Indonesia tidak menggunakan hak memilih dan dipilih.
Keikutsertaan Tentara Nasional Indonesia dalam menentukan arah kebijakan nasional
disalurkan melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat paling lama sampai dengan tahun
2009.
 Anggota Tentara Nasional Indonesia hanya dapat menduduki jabatan sipil setelah
mengundurkan diri atau pensiun dari dinas ketentaraan.
Keikutsertaan Kepolisian Negara Republik Indonesia
dalam Penyelenggaraan Negara
 Kepolisian Negara Republik Indonesia bersikap netral dalam kehidupan politik dan
tidak melibatkan diri pada kegiatan politik praktis.
 Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia tidak menggunakan hak memilih dan
dipilih. Keikutsertaan Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam menentukan arah
kebijakan nasional disalurkan melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat paling lama
sampai dengan tahun 2009.
 Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat menduduki jabatan di luar
kepolisian setelah mengundurkan diri atau pensiun dari dinas kepolisian.

13.Jelaskan latar belakang ditetapkannya Ketetapan MPR RI Nomor VIII/MPR/2001


tentang REKOMENDASI ARAH KEBIJAKAN PEMBERANTASAN DAN PENCEGAHAN
KORUPSI, KOLUSI, DAN NEPOTISME, serta jelaskan substansi dan amanat dari
Ketetapan MPR tersebut. (BELLA)
LATAR BELAKANG:
 Permasalahan korupsi, kolusi dan nepotisme yang melanda bangsa Indonesia sudah
sangat serius, dan merupakan kejahatan yang luar biasa dan menggoyahkan sendi-
sendi kehidupan berbangsa dan bernegara;
 Sejak tahun 1998, masalah pemberantasan dan pencegahan korupsi, kolusi, dan
nepotisme telah ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
sebagai salah satu agenda reformasi, tetapi belum menunjukkan arah perubahan dan
hasil sebagaimana diharapkan;
 Terdapat desakan kuat masyarakat yang menginginkan terwujudnya berbagai langkah
nyata oleh pemerintah dan lembaga-lembaga tinggi negara lainnya dalam hal
pemberantasan dan pencegahan korupsi, kolusi, dan nepotisme;
 Pembaruan komitmen dan kemauan politik untuk memberantas dan mencegah korupsi,
kolusi, dan nepotisme memerlukan langkah-langkah percepatan;
SUBSTANSI:
 Ketetapan ini mengamanatkan untuk mempercepat dan lebih menjamin efektivitas
pemberantasan KKN sebagaimana diamanatkan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/1998 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, serta
berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait.
AMANAT:
 Memerintahkan pembentukan undang-undang serta peraturan pelaksanaannya
untuk percepatan dan efektivitas pemberantasan dan pencegahan KKN sampai
terlaksananya seluruh ketentuan dalam ketetapan ini.
14.Jelaskan arah kebijakan pemberantasan dan pencegahan korupsi, kolusi, dan
nepotisme sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPR RI Nomor
VIII/MPR/2001 tentang REKOMENDASI ARAH KEBIJAKAN PEMBERANTASAN
DAN PENCEGAHAN KORUPSI, KOLUSI, DAN NEPOTISME. (BELLA)
Arah kebijakan pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme adalah :
1. Mempercepat proses hukum terhadap aparatur pemerintah terutama aparat penegak
hukum dan penyelenggara negara yang diduga melakukan praktek korupsi, kolusi dan
nepotisme, serta dapat dilakukan tindakan administratif untuk memperlancar proses
hukum.
2. Melakukan penindakan hukum yang lebih bersungguh-sungguh terhadap semua kasus
korupsi, termasuk korupsi yang telah terjadi di masa lalu, dan bagi mereka yang telah
terbukti bersalah agar dijatuhi hukuman yang seberat-beratnya.
3. Mendorong partisipasi masyarakat luas dalam mengawasi dan melaporkan kepada
pihak yang berwenang berbagai dugaan praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme yang
dilakukan oleh pegawai negeri, penyelenggara negara dan anggota masyarakat.
4. Mencabut, mengubah, atau mengganti semua peraturan perundang-undangan serta
keputusan-keputusan penyelenggara negara yang berindikasi melindungi atau
memungkinkan terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme.
5. Merevisi semua peraturan perundang-undangan yang berkenaan dengan korupsi
sehingga sinkron dan konsisten satu dengan yang lainnya.
6. Membentuk Undang-undang beserta peraturan pelaksanaannya untuk membantu
percepatan dan efektivitas pelaksanaan pemberantasan dan pencegahan korupsi yang
muatannya meliputi :
a. Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
b. Perlindungan Saksi dan Korban;
c. Kejahatan Terorganisasi;
d. Kebebasan Mendapatkan Informasi;
e. Etika Pemerintahan;
f. Kejahatan Pencucian Uang;
g. Ombudsman.
7. Perlu segera membentuk Undang-undang guna mencegah terjadinya perbuatan-
perbuatan kolusi dan/atau nepotisme yang dapat mengakibatkan terjadinya tindak
pidana korupsi.

15.Jelaskan latar belakang ditetapkannya Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998


tentang PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH; PENGATURAN, PEMBAGIAN,
DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA NASIONAL YANG BERKEADILAN; SERTA
PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH DALAM KERANGKA NEGARA
KESATUANREPUBLIK INDONESIA, serta jelaskan pula substansi dan amanat dari
Ketetapan MPR tersebut. (BELLA)
LATAR BELAKANG:
 Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki sumber daya nasional yang harus
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat;
 Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dilaksanakan
melalui otonomi daerah; pengaturan sumber daya nasional yang berkeadilan; serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah;
 Penyelenggaraan otonomi daerah, pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber
daya nasional serta perimbangan keuangan antara pusat dan daerah belum
dilaksanakan secara proporsional sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan
dan pemerataan;
 Berhubung dengan itu perlu Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan, Pembagian, dan
Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan; serta Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
SUBSTANSI:
Penyelenggaraan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan
bertanggung jawab di daerah secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan,
pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta perimbangan
keuangan pusat dan daerah.

AMANAT:
Memerintahkan pembentukan berbagai undang-undang tentang penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 18, 18A, dan 18B Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

16.Jelaskan wewenang MPR setelah perubahan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945.
 Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-
Undang Dasar.
 Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.
 Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau
Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar.
 Melantik Wakil Presiden jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak
dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya.
 Memilih dan melantik Wakil Presiden jika terjadi kekosongan Wakil Presiden, dari
dua calon yang diusulkan oleh Presiden.
 Memilih dan melantik Presiden dan Wakil Presiden jika Presiden dan Wakil
Presiden berhalangan tetap secara bersamaan dari dua pasangan calon Presiden
dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik
yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak
pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa
jabatannya.
17.Sebutkan rumusan Pasal 23 ayat (1) Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan proses pembentukan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
“Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan
keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan
secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.”
 Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diajukan
oleh Presiden kepada DPR untuk dilakukan pembahasan bersama dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.
 Alasan Dewan Perwakilan Daerah dimintakan pertimbangan adalah karena di
dalam RUU APBN juga memuat rencana pembangunan di daerah.
 Apabila Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui rancangan anggaran
pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, maka RUU APBN
sah menjadi undang-undang.
 Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran
pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah
menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu.
18. Jelaskan mengapa MPR tidak lagi memiliki wewenang menetapkan Ketetapan
MPR yang bersifat mengatur dan GBHN? (FITROH)
 Implikasi Perubahan pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945, MPR tidak lagi
sebagai pemegang kedaulatan rakyat dan bukan merupakan lembaga tertinggi
negara sehingga tidak bisa membuat aturan yang mengatur.
 Implikasi dari Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang dilakukan secara
langsung oleh rakyat. Presiden melaksanakan program sebagaimana
dituangkan dalam kampanye pada proses PILPRES.
 Materi tentang program pembangunan sudah diatur dalam Undang-Undang.
19.Jelaskan ciri-ciri pemerintahan yang menganut sistem presidensial (FITROH)
 Masa jabatan Presiden yang fix term (tetap);
 Presiden di samping sebagai kepala pemerintahan, juga sebagai kepala negara;
 Adanya mekanisme checks and balances;
 Ada mekanisme impeachment.

20. Jelaskan pengertian grasi dan rehabilitasi sebagaimana diatur dalam Pasal 14
ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mengapa
dalam memberikan grasi dan rehabilitasi Presiden harus memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung? (FITROH)
 Grasi: Pengurangan hukuman yang diberikan Presiden kepada seseorang atau
sekelompok orang dan kepadanya telah memiliki putusan hukum tetap dari
pengadilan.
 Rehabilitasi: Pemulihan nama baik dari Presiden kepada seseorang atau
sekelompok orang yang melanggar hukum dan telah memiliki putusan tetap
dari pengadilan, tetapi dikemudian hari ternyata terbukti tidak bersalah.
Alasan: karena sifatnya lebih cenderung pada persoalan/pertimbangan hukum,
dimana MA adalah lembaga pemegang kekuasaan dibidang peradilan; serta
merupakan penjabaran dari prinsip checks and balances system
21. Jelaskan pengertian amnesti dan abolisi sebagaimana diatur dalam Pasal 14
ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
mengapa dalam memberikan amnesti dan abolisi Presiden harus
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat? (FITROH )
 Amnesti: Pengampunan yang diberikan Presiden kepada seseorang atau
sekelompok orang yang diduga melakukan pelanggaran hukum dan kepadanya
belum di proses dalam peradilan.
 Abolisi: Pengampunan yang diberikan Presiden kepada seseorang atau
sekelompok orang yang diduga melakukan pelanggaran hukum dan kepadanya
telah diproses di lembaga peradilan, tetapi kemudian prosesnya dihentikan.
 Alasan: karena sifatnya lebih cenderung pada persoalan/pertimbangan politik,
dimana DPR merupakan lembaga yang merefresentasikan lembaga
perwakilan/lembaga politik; serta merupakan penjabaran dari prinsip checks
and balances system
22. Jelaskan mengapa lembaga Dewan Pertimbangan Agung dihapus? apakah
masih ada institusi yang melaksanakan fungsi pertimbangan kepada
Presiden? (FITROH )
ALASAN:
 Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan negara karena
kedudukan DPA yang setara dengan Presiden tetapi pertimbangannya tidak
mengikat Presiden.
 Penetapan pertimbangan DPA dilakukan melalui mekanisme dan prosedur
sehingga membutuhkan waktu dan hal ini dipandang kurang effektif apabila
Presiden memerlukan pertimbangan yang cepat.
 Fungsi Pertimbangan dapat diberikan oleh suatu dewan pertimbangan yang
berkedudukan di bawah Presiden dan dibentuk oleh Presiden.
23.Jelaskan indikator religius sebagaimana tercantum dalam Ketetapan MPR RI
Nomor VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan. (FITROH )
 terwujudnya masyarakat yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia sehingga
ajaran agama, khususnya yang bersifat universal dan nilai-nilai luhur budaya,
terutama kejujuran, dihayati dan diamalkan dalam perilaku kesehariannya;
 terwujudnya toleransi antar dan antara umat beragama;
 terwujudnya penghormatan terhadap martabat kemanusiaan.
24.Jelaskan indikator manusiawi sebagaimana tercantum dalam Ketetapan MPR
RI Nomor VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan. (FITROH )
 terwujudnya masyarakat yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan yang adil
dan beradab;
 terwujudnya hubungan harmonis antar manusia Indonesia tanpa membedakan
latar belakang budaya, suku, ras, agama dan lain-lain;
 berkembangnya dinamika kehidupan bermasyarakat ke arah peningkatan
harkat dan martabat manusia;
 terwujudnya keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam perilaku
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

25.Jelaskan indikator bersatu sebagaimana tercantum dalam Ketetapan MPR RI


Nomor VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan. (FITROH )
 meningkatnya semangat persatuan dan kerukunan bangsa;
 meningkatnya toleransi, kepedulian, dan tanggung jawab sosial;
 berkembangnya budaya dan perilaku sportif serta menghargai dan menerima
perbedaan dalam kemajemukan;
 berkembangnya semangat antikekerasan;
 berkembangnya dialog secara wajar dan saling menghormati antar kelompok
dalam masyarakat.
26.Jelaskan indikator demokratis sebagaimana tercantum dalam Ketetapan MPR
RI Nomor VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan. ( TATA ADE )
 terwujudnya keseimbangan kekuasaan antara lembaga penyelenggara negara
dan hubungan kekuasaan antara pemerintahan nasional dan daerah;
 menguatnya partisipasi politik sebagai perwujudan kedaulatan rakyat melalui
pemilihan umum yang jujur, adil, langsung, umum, bebas, dan rahasia, efektifitas
peran dan fungsi partai politik dan kontrol sosial masyarakat yang semakin
meluas;
 berkembangnya organisasi sosial, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi
politik yang bersifat terbuka;
 terwujudnya mekanisme kontrol di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;
 berkembangnya budaya demokrasi: transparansi, akuntabilitas, jujur, sportif,
menghargai perbedaan;
 berkembangnya sistem kepemimpinan yang regaliter dan rasional.
27.Jelaskan indikator adil sebagaimana tercantum dalam Ketetapan MPR RI
Nomor VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan. (TATA)
 tegaknya hukum yang berkeadilan tanpa diskriminasi;
 terwujudnya institusi dan aparat hukum yang bersih dan profesional;
 terwujudnya penegakan hak asasi manusia;
 terwujudnya keadilan gender;
 terwujudnya budaya penghargaan dan kepatuhan terhadap hukum;
 terwujudnya keadilan dalam distribusi pendapatan, sumberdaya ekonomi dan
penguasaan aset ekonomi, serta hilangnya praktek monopoli;
 tersedianya peluang yang lebih besar bagi kelompok ekonomi kecil, penduduk
miskin dan tertinggal.
28.Jelaskan indikator sejahtera sebagaimana tercantum dalam Ketetapan MPR RI
Nomor VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan. (AKIB / SITTI )
 meluasnya kesempatan kerja dan meningkatnya pendapatan penduduk
sehingga bangsa Indonesia menjadi sejahtera dan mandiri;
 meningkatnya angka partisipasi murni anak usia sekolah;
 terpenuhinya sistem pelayanan umum, bagi seluruh lapisan masyarakat,
termasuk pelayanan kepada penyandang cacat dan usia lanjut, seperti
pelayanan transportasi, komunikasi, penyediaan energi dan air bersih;
 tercapainya hak atas hidup sehat bagi seluruh lapisan masyarakat melalui
sistem kesehatan yang dapat menjamin terlindunginya masyarakat dari
berbagai risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan dan tersedianya pelayanan
kesehatan yang bermutu, terjangkau dan merata;
 meningkatnya indeks pengembangan manusia (human development index),
yang menggambarkan keadaan ekonomi, pendidikan dan kesehatan secara
terpadu;
 terwujudnya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang adil, merata,
ramah lingkungan dan berkelanjutan;
 terwujudnya keamanan dan rasa aman dalam masyarakat.

29.Jelaskan latar belakang ditetapkannya Ketetapan MPR Nomor V/MPR/2000


tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional, serta jelaskan pula
substansi dan amanat dari Ketetapan MPR tersebut!
 Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17
Agustus 1945 mempunyai ciri khas, yaitu kebinekaan suku, kebudayaan, dan agama
yang menghuni dan tersebar di belasan ribu pulau dalam wilayah Nusantara yang
sangat luas, terbentang dari Sabang sampai Merauke, dan disatukan oleh tekad: satu
tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa persatuan, yaitu Indonesia, serta
dilandaskan pada Pancasila sebagai dasar negara;
 Kebinekaan tersebut di atas menjadi faktor yang sangat menentukan dalam
perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia, masa lalu, masa kini, dan masa depan;
 Perjalanan bangsa Indonesia telah mengalami berbagai konflik, baik konflik vertikal
maupun horizontal, sebagai akibat dari ketidakadilan, pelanggaran hak asasi
manusia, lemahnya penegakan hukum, serta praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme;
 Globalisasi yang digerakkan oleh perdagangan dan kemajuan teknologi telah
melancarkan arus pergerakan orang, barang, jasa, uang, dan informasi, serta telah
memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan, dan keamanan, tetapi jika tidak diwaspadai dapat menjadi
potensi yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
 Untuk itu perlu ada kesadaran dan komitmen seluruh bangsa untuk menghormati
kemajemukan bangsa Indonesia dalam upaya untuk mempersatukan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi tetap tegaknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia, Menuju masa depan yang lebih baik;
SUBSTANSI:
 Ketetapan ini mempertegas perlunya kesadaran dan komitmen yang kuat untuk
memantapkan persatuan dan kesatuan nasional dalam menghadapi berbagai
masalah bangsa mencapai tujuan nasional
AMANAT:
 Perlu diwujudkan persatuan dan kesatuan nasional antara lain melalui
pemerintahan yang mampu mengelola kehidupan secara baik dan adil, serta mampu
mengatasi berbagai permasalahan sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah
pelaksanaan.
30.Jelaskan latar belakang ditetapkannya Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2000
tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia, serta jelaskan substansi dan amanat dari Ketetapan MPR tersebut.
 Salah satu tuntutan reformasi dan tantangan masa depan adalah dilakukannya
demokratisasi, maka diperlukan reposisi dan restrukturisasi Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia;
 Dengan adanya kebijakan dalam bidang pertahanan/ keamanan telah dilakukan
penggabungan Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia dalam Angkatan Bersenjata Republik Indonesia;
 Sebagai akibat dari penggabungan tersebut terjadi kerancuan dan tumpang
tindih antara peran dan fungsi Tentara Nasional Indonesia sebagai kekuatan
pertahanan negara dengan peran dan tugas Kepolisian Negara Republik
Indonesia sebagai kekuatan keamanan dan ketertiban masyarakat;
 Peran sosial politik dalam dwifungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
menyebabkan tejadinya penyimpangan peran dan fungsi Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berakibat tidak
berkembangnya sendi-sendi demokrasi dalam kehidupan berbangsa, bernegara,
dan bermasyarakat;
SUBSTANSI:
 Mengamanatkan pemisahan lembaga TNI dan POLRI, serta menentukan peran
dan fungsi masing-masing.
AMANAT:
 Memerintahkan pembentukan undang-undang yang terkait dengan pemisahan
kelembagaan TNI dan POLRI.

31.Jelaskan latar belakang ditetapkannya ditetapkannya Ketetapan MPR Nomor


VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian
Negara Republik Indonesia, serta jelaskan substansi dan amanat dari Ketetapan
MPR tersebut.
 Untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia guna mencapai tujuan nasional, diperlukan sistem
petahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ber-Wawasan
Nusantara;
 Pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari ketahanan nasional dengan menghimpun, menyiapkan
dan mengerahkan kemampuan nasional yang menempatkan rakyat sebagai
kekuatan dasar;
 Dalam penyelenggaraan pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Negara
Republik Indonesia, setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban dalam
upaya pembelaan negara serta pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat;
 Diperlukan alat negara yang berperan utama menyelenggarakan pertahanan negara
berupa Tentara Nasional Indonesia;
 Dalam kehidupan masyarakat diperlukan aparat keamanan dan ketertiban yang
memberikan perlindungan dan penegakan hukum berupa Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
 Seiring dengan proses demokratisasi dan globalisasi, serta menghadapi tuntutan
masa depan, perlu peningkatan kinerja dan profesionalisme aparat pertahanan dan
aparat keamanan melalui penataan kembali Peran Tentara Nasional Indonesia dan
Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia;
 Telah dilakukan pemisahan secara kelembagaan yang setara antara Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia;
SUBSTANSI:
 Ketetapan ini mengamanatkan tentang jati diri, peran, susunan dan kedudukan,
tugas bantuan, dan keikutsertaan TNI dan POLRI dalam penyelenggaraan
negara.
AMANAT:
 Memerintahkan pembentukan undang-undang yang terkait dengan
penyempurnaan hak memilih dan dipilih TNI dan POLRI yang disesuaikan
dengan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, dan pembentukan undang-undang tentang penyelenggaraan wajib militer
dan yang berkaitan dengan tugas bantuan antara TNI dan POLRI.
32.Sebutkan rumusan Pasal 7B ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dan jelaskan mengapa dalam proses pemberhentian
Presiden dan/atau Wakil Presiden harus terlebih dahulu melalui Mahkamah
Konstitusi.
“Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih
dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa,
mengadili, dan memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya,
atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/ atau Wakil
Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.”
 Peran MK menegaskan bekerjanya prinsip negara hukum. Putusan MK meru-
pakan putusan hukum yang didasarkan pada pertimbangan hukum semata.
Posisi putusan MK menjadi rujukan/acuan bagi DPR mengenai apakah usul
pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden tersebut diteruskan atau
dihentikan.
 Membangun sistem checks and balances antarlembaga negara.

33.Sebutkan rumusan Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan makna yang terkandung dalam
rumusan tersebut.
“Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat
yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan
negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang
harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.”
 Pada saat ini perjanjian internasional bukan hanya berupa perjanjian
antarnegara tetapi juga antara negara dengan kelompok negara atau antara
negara dengan subjek hukum internasional lain yang bukan negara atau
badan-badan internasional, misalnya organisasi internasional, Palang Merah
Internasional, World Bank, IMF, dan Tahta Suci, yang dapat membawa
implikasi yang luas di dalam negeri.
 Dari perspektif kedaulatan rakyat, dimaksudkan untuk memperkuat kedu-
dukan DPR sebagai lembaga perwakilan dalam pelaksanaan kekuasaan
Presiden perjanjian internasional lainnya. Dengan adanya ketentuan itu
maka kepentingan dan aspirasi rakyat dapat diwujudkan melalui keharusan
memperoleh persetujuan DPR apabila Presiden hendak membuat
perdamaian dan perjanjian dengan negara lain. Presiden dicegah oleh
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melakukan
hal-hal tersebut sesuai dengan kehendak dan keinginannya sendiri karena
dampak putusannya membawa akibat yang luas kepada kehidupan negara
dan kepentingan rakyat banyak.
 Adanya ketentuan ini juga merupakan salah satu pelaksanaan saling
mengawasi dan saling mengimbangi antarlembaga negara, yakni antara
Presiden dan DPR.
34.Sebutkan rumusan Pasal 13 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan jelaskan makna yang terkandung
dalam rumusan tersebut.
 Pasal 13 ayat (2), Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.
 Pasal 13 ayat (3), Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

 Duta besar yang diangkat oleh Presiden merupakan wakil negara Indonesia
di negara tempat ia ditugaskan. Kedudukan itu menyebabkan duta besar
mempunyai peranan penting dan berpengaruh dalam menjalankan tugas-
tugas kenegaraan yang menjadi wewenangnya.
 Demikian pula duta negara lain yang mewakili negaranya di Indonesia sangat
penting bagi akurasi informasi untuk kepentingan hubungan baik antara
kedua negara dan kedua bangsa.
 Mengingat pentingnya hal tersebut, maka Presiden dalam mengangkat dan
menerima duta besar sebaiknya diberikan pertimbangan oleh DPR. Pertim-
bangan DPR tidak bersifat mengikat secara yuridis-formal, tetapi perlu
diperhatikan secara sosial-politis. Selain itu, pertimbangan DPR dalam hal
menerima duta asing juga dimaksudkan agar pemerintah tidak disalahkan
apabila menolak duta asing yang diajukan oleh negara lain karena telah ada
pertimbangan DPR.
 Selain itu, adanya pertimbangan DPR tersebut dimaksudkan agar terjalin
saling mengawasi dan saling mengimbangi antara Presiden dan lembaga
perwakilan tersebut di mana mereka saling mengawasi dan saling meng-
imbangi dalam hal pelaksanaan tugas-tugas kenegaraan.

35.Sebutkan rumusan Pasal 17 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan makna yang terkandung dalam
rumusan tersebut.
“Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam
undang-undang.”
 Ketentuan ini dimasukkan ke dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 karena belajar dari praktik ketatanegaraan yang
pernah terjadi pada era sebelumnya, yakni pembubaran departemen oleh
Presiden terpilih. Akibatnya terjadi ketegangan yang berlarut-larut, kesulitan
menyalurkan Pegawai Negeri Sipil departemen itu, serta kesulitan mengatur
tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam melanjutkan program pemba-
ngunan, yang sebelumnya menjadi tugas departemen yang dibubarkan itu.
 Belajar dari kejadian tersebut, di dalam perubahan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dimasukkan ketentuan bahwa pem-
bentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian oleh Presiden diatur
dalam undang-undang. Hal itu dimaksudkan agar pelaksanaan hak prerogatif
Presiden mempunyai aturan yang baku yang disusun DPR bersama Presiden
sehingga tidak hanya sesuai dengan kehendak Presiden saja. Karena diatur
dalam undang-undang, hal itu berarti kepentingan dan aspirasi rakyat juga
diwadahi dan menjadi pedoman.
 Ketentuan ini juga merupakan perwujudan saling mengawasi dan saling
mengimbangi antarlembaga negara, yaitu antara Presiden dan DPR.
36.Sebutkan rumusan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan makna yang terkandung dalam
rumusan tersebut.
“Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan
kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.”
 Ungkapan dibagi atas (bukan terdiri atas) dalam ketentuan Pasal 18 ayat (1)
bukanlah istilah yang digunakan secara kebetulan. Ungkapan itu digunakan
untuk menjelaskan bahwa negara kita adalah negara kesatuan yang kedau-
latan negara berada di tangan Pusat. Hal itu konsisten dengan kesepakatan
untuk tetap mempertahankan bentuk negara kesatuan. Berbeda dari terdiri
atas yang lebih menunjukkan substansi federalisme karena istilah itu
menunjukkan letak kedaulatan berada di tangan negara-negara bagian.
 Ketentuan Pasal 18 ayat (1) ini sesuai dengan sejarah Indonesia, yakni asal
muasal negara Indonesia adalah negara kesatuan.
37.Sebutkan rumusan Pasal 24 ayat (1) Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan makna yang terkandung dalam
rumusan tersebut, dan sebutkan wewenang yang dimiliki Mahkmah Agung.
“Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.”
 untuk mempertegas bahwa tugas kekuasaan kehakiman dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yakni untuk menyelenggarakan peradilan yang
merdeka, bebas dari intervensi pihak mana pun, guna menegakkan hukum
dan keadilan.
 merupakan perwujudan prinsip Indonesia sebagai negara hukum
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3).
WEWENANG MA:
Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan
mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.

38.Sebutkan rumusan Pasal 18B ayat (1) dan ayat (2) Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan jelaskan makna yang terkandung
dalam rumusan tersebut!
 Pasal 18B ayat (1), Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan
pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur
dengan undang-undang.
 Pasal 18B ayat (2), Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup
dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.
 Ketentuan ini mendukung keberadaan berbagai satuan pemerintahan yang
bersifat khusus atau istimewa (baik provinsi, kabupaten dan kota, maupun
desa). Contoh satuan pemerintahan bersifat khusus adalah Daerah Khusus
Ibukota (DKI) Jakarta; contoh satuan pemerintahan bersifat istimewa adalah
Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta dan Daerah Istimewa (DI) Nanggroe Aceh
Darussalam (NAD).
 Satuan pemerintahan di tingkat desa seperti gampong (di NAD), nagari (di
Sumatera Barat), dukuh (di Jawa), desa dan banjar (di Bali) serta berbagai
kelompok masyarakat di berbagai daerah hidup berdasarkan adat dengan hak-
haknya seperti hak ulayat, tetapi dengan satu syarat bahwa kelompok
masyarakat hukum adat itu benar-benar ada dan hidup, bukan dipaksa-
paksakan ada; bukan dihidup-hidupkan. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya,
kelompok itu harus diatur lebih lanjut dalam peraturan daerah yang ditetapkan
oleh DPRD. Selain itu, penetapan itu tentu saja dengan suatu pembatasan, yaitu
tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip negara kesatuan.
39.Jelaskan latar belakang dibentuknya Komisi Yudisial, dan sebutkan syarat
serta proses pemilihan anggota Komisi Yudisial!
LATAR BELAKANG:
 hakim merupakan figur yang sangat menentukan dalam perjuangan
menegakkan hukum dan keadilan. Apalagi hakim agung duduk pada tingkat
peradilan tertinggi (puncak) dalam susunan peradilan di Indonesia sehingga ia
menjadi tumpuan harapan bagi pencari keadilan.
 Sebagai negara hukum, masalah kehormatan dan keluhuran martabat, serta
perilaku hakim merupakan hal yang sangat strategis untuk mendukung upaya
menegakkan peradilan yang handal dan realisasi paham Indonesia adalah
negara hukum.
 Melalui lembaga KY itu diharapkan dapat diwujudkan lembaga peradilan yang
sesuai dengan harapan rakyat sekaligus dapat diwujudkan penegakan hukum
dan pencapaian keadilan yang diputus oleh hakim yang terjaga kehormatan dan
keluhuran martabat serta perilakunya.
SYARAT ANGGOTA KOMISI YUDISIAL:
 Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di
bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela.
PROSES PEMILIHAN:
 Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

40.Jelaskan latar belakang dibentuknya Mahkamah Konstitusi, serta sebutkan


pula wewenang dan kewajiban yang dimiliki Mahkamah Konstitusi!
LATAR BELAKANG:
 Pembentukan Mahkamah Konstitusi adalah sejalan dengan dianutnya paham
negara hukum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Dalam negara hukum harus dijaga paham konstitusional.
Artinya, tidak boleh ada undang-undang dan peraturan perundang-undangan
lainnya yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Hal itu sesuai
dengan penegasan bahwa Undang-Undang Dasar sebagai puncak dalam tata
urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Pengujian undang-
undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 membutuhkan sebuah mahkamah dalam rangka menjaga prinsip
konstitusionalitas hukum. MK-lah yang bertugas menjaga konstitusionalitas
hukum tersebut.
WEWENANG:
 menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar;
 memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-Undang Dasar;
 memutus pembubaran partai politik;
 memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
KEWAJIBAN:
 Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan
Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau
Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar.
41.Mengapa rumusan Hak Asasi Manusia diatur di dalam Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Penambahan rumusan HAM serta jaminan penghormatan, perlindungan,
pelaksanaan, dan pemajuannya ke dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Indonesia bukan semata-mata karena kehendak
untuk mengakomodasi perkembangan pandangan mengenai HAM yang makin
menganggap penting HAM sebagai isu global, melainkan karena hal itu
merupakan salah satu syarat negara hukum.
 HAM sering dijadikan sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat
peradaban, tingkat demokrasi, dan tingkat kemajuan suatu negara. Rumusan
HAM yang telah ada dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 perlu dilengkapi dengan memasukkan pandangan mengenai HAM
yang berkembang sampai saat ini.
 Masuknya rumusan HAM ke dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 merupakan kemajuan besar dalam proses perubahan
Indonesia sekaligus menjadi salah satu ikhtiar bangsa Indonesia menjadikan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjadi Undang-
Undang Dasar yang makin modern dan makin demokratis.
 Dengan adanya rumusan HAM dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, maka secara konstitusional hak asasi setiap warga
negara dan penduduk Indonesia telah dijamin.
 Dalam hubungan tersebut, bangsa Indonesia berpandangan bahwa HAM harus
memperhatikan karakteristik Indonesia dan sebuah hak asasi juga harus
diimbangi dengan kewajiban, sehingga diharapkan akan tercipta saling
menghargai dan menghormati akan hak asasi tiap-tiap pihak.

42.Sebutkan rumusan Pasal 28I ayat (1) Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan makna yang terkandung dalam
rumusan tersebut!
“Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,
hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di
hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.”
 Pada dasarnya setiap hak asasi bisa dilakukan pembatasan, sepanjang
pembatasan itu dilakukan dengan peraturan perundang-undangan, tetapi
khusus untuk hak asasi yang tertuang dalam Pasal 28I ayat (1), yaitu: Hak
untuk hidup, tidak disiksa, merdeka pikiran dan hati nurani, beragama, untuk
tidak diperbudak, untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum
merupakan hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa
pun.
 Setiap orang memiliki hak untuk tidak dapat dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut. (Setiap warga negara, apabila melakukan perbuatan yang pada
saat tersebut belum ada aturanya, maka warga negara tersebut tidak dapat
dituntut oleh peraturan yang baru).
 Pengakuan dan penghormatan atas hak seseorang untuk memenuhi tuntutan
rasa adil.
43.Sebutkan rumusan Pasal 28J ayat (1) dan ayat (2) Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan makna yang
terkandung di dalam rumusan tersebut.
 Pasal 28J ayat (1), Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang
lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
 Pasal 28J ayat (2), Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang
wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang
dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi
tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
MAKNA:
 bangsa Indonesia berpandangan bahwa HAM harus memperhatikan karak-
teristik Indonesia dan sebuah hak asasi juga harus diimbangi dengan
kewajiban, sehingga diharapkan akan tercipta saling menghargai dan meng-
hormati akan hak asasi tiap-tiap pihak.
 Sedangkan Pasal 28J memberikan pembatasan yang ditetapkan dengan
undang-undang dan untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas
hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban
umum dalam suatu masyarakat demokratis.
44.Sebutkan rumusan Pasal 31 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan makna yang terkandung dalam
rumusan tersebut!
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.”
MAKNA:
 Ketentuan ini mengakomodasi nilai-nilai dan pandangan hidup bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang religius dengan memasukkan rumusan kata
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia sementara tujuan
sistem pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
 Merupakan penjabaran dari tujuan pembentukan negara sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

45.Sebutkan rumusan Pasal 31 ayat (4) Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan makna yang terkandung dalam
rumusan tersebut!
“Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh
persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional.”

MAKNA:
 Perubahan ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa dalam praktik
penyelenggaraan negara menunjukkan kurang dipahaminya Pasal 31 ayat
(1) dan ayat (2) yang pada hakikatnya mengandung prinsip demokrasi
pendidikan.
 Rumusan itu merupakan sikap bangsa dan negara untuk memprioritaskan
penyelenggaraan pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bang-
sa dan memajukan kebudayaan nasional. Untuk itu, dirumuskan ketentuan
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
mewajibkan pemerintah untuk membiayai pendidikan dasar dan kewajiban
warga negara mengikuti pendidikan dasar tersebut; serta negara mempriori-
taskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen)
dari APBN dan APBD.
46.Sebutkan rumusan Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2) Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan makna yang
terkandung dalam rumusan tersebut!
 Pasal 32 ayat (1), Negara memajukan kebudayaan nasional lndonesia di
tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
 Pasal 32 ayat (2), Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah
sebagai kekayaan budaya nasional.

MAKNA:
 Perubahan itu dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk menempatkan
kebudayaan nasional pada derajat yang tinggi atas dasar pemahaman bahwa
kebudayaan nasional, yang menjamin unsur-unsur kebudayaan daerah,
merupakan identitas bangsa dan negara yang harus dilestarikan,
dikembangkan, dan diteguhkan di tengah perubahan global yang pesat dan
dapat mengancam identitas bangsa dan negara Indonesia. Sekaligus
menyadari bahwa budaya Indonesia bukan budaya tertutup di tengah
perubahan dunia.
 Dengan demikian, diharapkan pada masa yang akan datang, bangsa dan
negara Indonesia tetap mempunyai identitas yang sesuai dengan dasar
negara dan nilai-nilai serta pandangan hidup bangsa Indonesia walaupun
terjadi perubahan global.
 Ketentuan itu juga dilandasi oleh pemikiran bahwa persatuan dan
kebangsaan Indonesia itu akan lebih kukuh jika diperkuat oleh pendekatan
kebudayaan selain pendekatan politik dan hukum.

47.Sebutkan rumusan Pasal 20A ayat (2) Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan hak-hak yang dimiliki oleh Dewan
Perwakilan Rakyat!
“Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain
Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interpelasi, hak
angket, dan hak menyatakan pendapat.”
 Hak Interpelasi adalah Adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada
Pemerintah mengenai kebijakan Pemerintah yang penting dan strategis serta
berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
 Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap
kebijakan Pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada
kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang diduga bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan.
 Hak menyatakan pendapat adalah Adalah hak DPR sebagai lembaga untuk
menyatakan pendapat terhadap kebijakan pemerintah atau mengenai
kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air atau situasi internasional disertai
dengan rekomendasi penyelesaiannya, atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan
hak interpelasi dan hak angket, atau terhadap dugaan bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lainnya, atau perbuatan tercela maupun tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden.

48.Sebutkan rumusan Pasal 20A ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan hak-hak yang dimiliki oleh anggota
Dewan Perwakilan Rakyat!
“Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini, setiap
anggota Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan,
menyampaikan usul dan pendapat serta hak imunitas.”
 Hak mengajukan pertanyaan adalah Hak anggota DPR untuk
menyampaikan pertanyaan baik lisan maupun tertulis kepada pemerintah
bertalian dengan tugas dan wewenang DPR.
 Hak menyampaikan usul dan pendapat adalah Hak anggota DPR untuk
menyampaikan usul dan pendapat secara leluasa baik kepada pemerintah
maupun kepada DPR sendiri, sehingga ada jaminan kemandirian sesuai
dengan panggilan hati nurani serta kredibilitasnya. Oleh karena itu, setiap
anggota DPR tidak dapat diarahkan oleh siapa pun di dalam proses
pengambilan keputusan. Namun, tata cara penyampaian usul dan pendapat
dimaksud tetap memperhatikan tata krama, etika, moral, sopan santun, dan
kepatutan sebagai wakil rakyat.
 Hak imunitas atau hak kekebalan hukum anggota Dewan Perwakilan Rakyat
adalah hak untuk tidak dapat dituntut di muka pengadilan karena pernyataan
dan pendapat yang disampaikan dalam rapat-rapat Dewan Perwakilan
Rakyat dengan pemerintah dan rapat-rapat Dewan Perwakilan Rakyat
lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, serta pernyataan dan
pendapat yang disampaikan di luar rapat karena anggota Dewan Perwakilan
Rakyat harus senantiasa menyuarakan aspirasi rakyat dan karenanya
kebebasan dalam mengemukakan pernyataan dan pendapat harus senantiasa
dilindungi.

49.Sebutkan rumusan Pasal 25A Undang Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan mengapa rumusan tersebut perlu diatur
di dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
“Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri
Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan
undang-undang.”

 Untuk mengukuhkan kedaulatan wilayah NKRI. Hal ini penting dirumuskan


agar ada penegasan secara konstitusional batas wilayah Indonesia di tengah
potensi perubahan batas geografis sebuah negara akibat gerakan
separatisme, sengketa perbatasan antarnegara, atau pendudukan oleh
negara asing.
 Dengan adanya ketentuan mengenai wilayah negara tersebut, pada masa
datang kemungkinan pemisahan sebuah wilayah dari NKRI makin dipersulit.
Demikian pula hal itu akan mendukung penegakan hukum di seluruh wilayah
tanah air, dalam melakukan perundingan internasional yang berkaitan
dengan batas wilayah negara Indonesia, serta pengakuan internasional
terhadap kedaulatan wilayah negara Indonesia.
 Kesadaran bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar dengan mengingat
besarnya jumlah penduduk, sumber daya alam yang melimpah, serta luasnya
wilayah pasti akan memberikan kepercayaan diri yang besar.
50.Jelaskan Bagian dan Materi yang tidak boleh dilakukan perubahan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Bagian yang tidak boleh diubah adalah Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Alasan: Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 memuat dasar filosofis dan dasar normatif yang mendasari seluruh pasal
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengandung staatsidee berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), tujuan (haluan) negara serta dasar negara yang harus tetap
dipertahankan.
 Materi yang tidak boleh diubah adalah sesuai dengan ketentuan Pasal 37
ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
khusus bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak boleh
dilakukan perubahan.
Alasan: Kesepakatan untuk tetap mempertahankan bentuk negara kesatuan
yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) didasari pertimbangan
bahwa negara kesatuan adalah bentuk yang ditetapkan sejak awal berdirinya
negara Indonesia dan dipandang paling tepat untuk mewadahi ide persatuan
sebuah bangsa yang majemuk ditinjau dari berbagai latar belakang.

51.Jelaskan tujuan dilakukannya perubahan terhadap Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara dalam mencapai
tujuan nasional yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan memperkokoh Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila;
 menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kedaulatan
rakyat serta memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan
paham demokrasi;
 menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak asasi
manusia agar sesuai dengan perkembangan paham hak asasi manusia dan per-
adaban umat manusia yang sekaligus merupakan syarat bagi suatu negara
hukum dicita-citakan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
 menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan
modern, antara lain melalui pembagian kekuasaan yang lebih tegas, sistem
saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih
ketat dan transparan, dan pembentukan lembaga-lembaga negara yang baru
untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan tantangan zaman;
 menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan konstitusional dan kewajiban
negara mewujudkan kesejahteraan sosial, mencerdaskan kehidupan bangsa,
menegakkan etika, moral, dan solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat, ber-
bangsa, dan bernegara sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan dalam
perjuangan mewujudkan negara sejahtera;
 melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan negara
bagi eksistensi negara dan perjuangan negara mewujudkan demokrasi, seperti
pengaturan wilayah negara dan pemilihan umum;
 menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa
sesuai dengan perkembangan aspirasi, kebutuhan, serta kepentingan bangsa dan
negara Indonesia dewasa ini sekaligus mengakomodasi kecenderungannya
untuk kurun waktu yang akan datang.

52.Jelaskan proses Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 menurut ketentuan UUD 1945!

 Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam


sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-
kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.

 Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara


tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah
beserta alasannya.

 Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, Sidang Majelis


Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.

 Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan


dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu
anggota dari seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.

 Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat


dilakukan perubahan.

53.Sebutkan rumusan Pasal 35, Pasal 36, Pasal 36A, Pasal 36B Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan mengapa
bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan diatur di dalam
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.
Pasal 36
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
Pasal 36A
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Pasal 36B
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.
Pasal 36C
Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan diatur dengan undang-undang.
 Merupakan ikhtiar untuk memperkukuh kedudukan dan makna atribut
kenegaraan di tengah kehidupan global dan hubungan internasional yang terus
berubah. Dengan kata lain, kendatipun atribut itu tampaknya simbolis, hal
tersebut tetap penting karena menunjukkan identitas dan kedaulatan suatu
negara dalam pergaulan internasional.
 Atribut kenegaraan itu menjadi simbol pemersatu seluruh bangsa Indonesia di
tengah perubahan dunia yang tidak jarang berpotensi mengancam keutuhan
dan kebersamaan sebuah negara dan bangsa, tak terkecuali bangsa dan negara
Indonesia.
54.Sebutkan rumusan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dan jelaskan makna yang terkandung dalam rumusan
tersebut.
”Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar.”
 Makna: meneguhkan bahwa kedaulatan rakyat dijalankan melalui cara-cara dan
oleh berbagai lembaga yang ditentukan oleh UUD 1945 sebagai penjabaran
langsung paham kedaulatan rakyat secara tegas.
 Implikasi: Kedaulatan tidak dijalankan oleh satu lembaga negara, yaitu MPR dan
mengubah sistem ketatanegaraan dari supremasi MPR kepada sistem
kedaulatan rakyat. Ketentuan ini meneguhkan bahwa kedaulatan tetap di tangan
rakyat, sedangkan lembaga negara melaksanakan bagian-bagian dari kedaulatan
menurut aturan UUD 1945.
55.Sebutkan rumusan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dan jelaskan unsur-unsur yang terkandung dalam
rumusan tersebut. (GUSNAR)

“Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan


Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan,
menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang.”
 Anggota DPR sebagian dipilih melalui pemilihan umum, dan sebagian berasal
dari TNI dan POLRI yang diangkat oleh Presiden;
 Utusan Daerah dipilih oleh DPRD Provinsi. Jumlah utusan daerah berbeda
untuk masing-masing provinsi tergantung jumlah penduduk di provinsi yang
bersangkutan;
Yang disebut “golongan-golongan” ialah badan-badan seperti koperasi, serikat pekerja, dan
lain-lain badan kolektif. Utusan Golongan diangkat oleh Presiden atas atas usul golongan
yang bersangkutan.

56.Sebutkan rumusan Pasal I, Pasal II, dan Pasal II Aturan Peralihan Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan
mengapa Aturan Peralihan diperlukan di dalam Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. (GUSNAR)
Pasal I
Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum
diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.
Pasal II
Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk
melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru
menurut Undang-Undang Dasar ini.
Pasal III
Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan
sebelum dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.
 Adanya ketentuan yang mengatur berbagai hal yang berkaitan dengan
terjadinya perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 merupakan hal yang berlaku umum dalam setiap perubahan
hukum.
 Peraturan perundang-undangan tetap berlaku selama belum diterbitkan
yang baru menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang telah diubah dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
kekosongan hukum atau ketidakpastian hukum sebagai akibat terjadinya
perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Selain itu, adanya ketentuan yang mengatur bahwa lembaga negara tetap
berfungsi sepanjang melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 juga dimaksudkan agar negara melalui berbagai lem-
baga negara yang dibentuknya (seperti MPR, DPR, Presiden, dan MA) tetap
berjalan sebagaimana mestinya untuk menyelenggarakan kegiatan negara
dan pemerintahan, memenuhi kepentingan umum dan kebutuhan rakyat
sampai adanya lembaga baru yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah diubah.
 Ketentuan bahwa MA melaksanakan fungsi MK sebelum MK terbentuk
penting untuk mencegah terjadinya kevakuman hukum dalam pelaksanaan
tugas ketatanegaraan. Selain itu, ketentuan ini dimaksudkan juga untuk
memastikan berjalannya mekanisme saling mengawasi dan saling
mengimbangi. Sementara itu, lembaga negara yang ada, yaitu Presiden, DPR,
MPR, MA, BPK, dan DPA telah menyesuaikan diri dengan ketentuan baru
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
telah diubah.
57.Sebutkan rumusan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dan jelaskan makna yang terkandung dalam rumusan
tersebut.

“Negara Indonesia adalah negara hukum.”

 Negara hukum adalah negara yang menegakkan supremasi hukum untuk


menegakkan kebenaran dan keadilan, dan tidak ada kekuasaan yang tidak
dipertanggungjawabkan (akuntabel).
 prinsip dasar, yaitu supremasi hukum (supremacy of law), kesetaraan di
hadapan hukum (equality before the law), dan penegakan hukum dengan cara
yang tidak bertentangan dengan hukum (due process of law).
 Dalam penjabaran selanjutnya, pada setiap negara hukum akan terlihat ciri-ciri
adanya:
1) jaminan perlindungan hak-hak asasi manusia;
2) kekuasaan kehakiman atau peradilan yang merdeka;
3) legalitas dalam arti hukum, yaitu bahwa baik pemerintah/negara maupun
warga negara dalam bertindak harus berdasar atas dan melalui hukum;

58.Sebutkan rumusan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945, dan jelaskan unsur-unsur yang terkandung dalam
rumusan tersebut. (GUSNAR)
“Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan,
menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang.”

 Anggota DPR sebagian dipilih melalui pemilihan umum, dan sebagian berasal
dari TNI dan POLRI yang diangkat oleh Presiden;
 Utusan Daerah dipilih oleh DPRD Provinsi. Jumlah utusan daerah berbeda
untuk masing-masing provinsi tergantung jumlah penduduk di provinsi yang
bersangkutan;
 Yang disebut “golongan-golongan” ialah badan-badan seperti koperasi, serikat
pekerja, dan lain-lain badan kolektif. Utusan Golongan diangkat oleh Presiden
atas atas usul golongan yang bersangkutan.
59.Jelaskan latar belakang ditetapkannya Ketetapan MPR RI Nomor V/MPR/1999
tentang PENENTUAN PENDAPAT DI TIMOR-TIMUR. (GUSNAR)

 Berdasarkan Persetujuan antara Republik Indonesia dan Republik Portugal


mengenai Masalah Timor Timur yang ditandatangani pada tanggal 5 Mei 1999
di New York di bawah naungan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-
Bangsa, telah dilaksanakan penentuan pendapat di Timor Timur pada tanggal
30 Agustus 1999;
 Hasil penentuan pendapat menunjukkan bahwa mayoritas warga Timor Timur
yang memiliki hak pilih menolak tawaran otonomi khusus di dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia;

 Penolakan tersebut berarti adanya perubahan sikap sebagian besar rakyat


Timor Timur terhadap Deklarasi Balibo tanggal 30 November 1975 yang
menyatakan bahwa rakyat Timor Timur menyatakan kehendaknya untuk
menyatukan Timor Tmur ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia;

 Atas dasar Deklarasi Balibo tersebut, Majelis Permusyawaratan Rakyat


Republik Indonesia telah mengeluarkan Ketetapan Nomor VI/MPR/1978
tentang Pengukuhan Penyatuan Wilayah Timor Timur ke dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia; Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/1978 tersebut
tidak sesuai lagi dengan kenyataan baru;

 Majelis Permusyawaratan Rakyat menghargai hasil penentuan pendapat di


Timor Timur dengan tidak mengesampingkan kenyataan bahwa Persetujuan
New York telah dilakukan oleh Pemerintah tanpa meminta persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat;

 Majelis Permusyawaratan Rakyat tidaklah menutup mata terhadap segala


akibat yang ditimbulkan oleh hasil penentuan pendapat sebagaimana disebut
pada butir a di atas, khususnya terhadap warga Timor Timur yang tetap setia
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia;

 Majelis Permusyawaratan Rakyat perlu mengambil langkah-langkah


konstitusional.

60.Jelaskan makna yang terkandung dalam rumusan Pasal 2 dan Pasal 3


Ketetapan MPR RI Nomor V/MPR/1999 tentang PENENTUAN PENDAPAT DI
TIMOR-TIMUR. (ALGI)

Pasal 2
Menyatakan Ketetapan No. VI/MPR/1978 tentang Pengukuhan Penyatuan Wilayah
Timor Timur ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak berlaku lagi.

Pasal 3
Pernyataan tidak berlakunya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor VI/MPR/1978 sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 Ketetapan
ini tidak menghapuskan keabsahan tindakan maupun segala bentuk penghargaan
yang diberikan negara kepada para pejuang dan aparatur pemerintah selama kurun
waktu bersatunya Wilayah Timor Timur ke dalam Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, menurut hukum nasional Indonesia.

61.Jelaskan latar belakang ditetapkannya Ketetapan MPR RI Nomor


XVI/MPR/1998 tentang POLITIK EKONOMI DALAM RANGKA DEMOKRASI
EKONOMI, serta jelaskan arah politik ekonomi nasional sebagaimana
terkandung dalam rumusan Pasal 2 Ketetapan MPR RI tersebut.

 Pelaksanaan amanat Demokrasi Ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal


33 Undang-Undang Dasar 1945 belum terwujud;
 Sejalan dengan perkembangan, kebutuhan, dan tantangan Pembangunan
Nasional, diperlukan keberpihakan politik ekonomi yang lebih memberikan
kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup
koperasi, usaha kecil dan menengah sebagai pilar utama pembangunan
ekonomi nasional;

Pasal 2
Politik ekonomi nasional diarahkan untuk menciptakan struktur ekonomi nasional
agar terwujud pengusaha menengah yang kuat dan besar jumlahnya, serta
terbentuknya keterkaitan dan kemitraan yang saling menguntungkan antar pelaku
ekonomi yang meliputi usaha kecil, menengah dan koperasi, usaha besar swasta,
dan Badan Usaha Milik Negara yang saling memperkuat untuk mewujudkan
Demokrasi Ekonomi dan efisiensi nasional yang berdaya saing tinggi.

62.Jelaskan latar belakang ditetapkannya Ketetapan Majelis Permusyawaratan


Rakyat Republik Indonesia Nomor III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan
Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan; serta jelaskan pula perbedaan
tata urutan peraturan perundang-undangan sebagaimana tercantum dalam
Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/2000 dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

LATAR BELAKANG:
 Dari pengalaman perjalanan sejarah bangsa dan dalam menghadapi masa
depan yang penuh tantangan, maka bangsa Indonesia telah sampai kepada
kesimpulan bahwa dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara,
supremasi hukum haruslah dilaksanakan dengan sungguh-sungguh;
 Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan atas hukum perlu
mempertegas sumber hukum yang merupakan pedoman bagi penyusunan
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia;
 Untuk dapat mewujudkan supremasi hukum perlu adanya aturan hukum
yang merupakan peraturan perundang-undangan yang mengatur kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sesuai dengan tata urutannya;
 Dalam rangka memantapkan perwujudan otonomi daerah perlu
menempatkan peraturan daerah dalam tata urutan peraturan perundang-
undangan;
 Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan
Perundangan Republik Indonesia berdasarkan Ketetapan MPRS Nomor
XX/MPRS/1966 menimbulkan kerancuan pengertian, sehingga tidak dapat
lagi dijadikan landasan penyusunan peraturan perundang-undangan;
TATA URUTAN PERATURAN PERUNDANGAN-UNDANGAN MENURUT
KETETAPAN MPR NOMOR III/MPR/2000
1. Undang-Undang Dasar 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia;
3. Undang-Undang;
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu);
5. Peraturan Pemerintah;
6. Keputusan Presiden;
7. Peraturan Daerah.

TATA URUTAN PERATURAN PERUNDANGAN-UNDANGAN MENURUT UNDANG-


UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2004
1. Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu);
3. Peraturan Pemerintah;
4. Peraturan Presiden;
5. Peraturan Daerah.
63.Jelaskan arah kebijakan untuk membangun etika kehidupan berbangsa
sebagaimana diatur dalam Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2001 tentang
ETIKA KEHIDUPAN BERBANGSA.

Arah kebijakan untuk membangun etika kehidupan berbangsa diimplementasikan


sebagai berikut :
 Mengaktualisasikan nilai-nilai agama dan budaya luhur bangsa dalam
kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara melalui
pendidikan formal, informal dan nonformal dan pemberian contoh
keteladanan oleh para pemimpin negara, pemimpin bangsa, dan pemimpin
masyarakat.
 Mengarahkan orientasi pendidikan yang mengutamakan aspek pengenalan
menjadi pendidikan yang bersifat terpadu dengan menekankan ajaran etika
yang bersumber dari ajaran agama dan budaya luhur bangsa serta
pendidikan watak dan budi pekerti yang menekankan keseimbangan antara
kecerdasan intelektual, kematangan emosional dan spritual, serta amal
kebijakan.
 Mengupayakan agar setiap program pembangunan dan keseluruhan aktivitas
kehidupan berbangsa dijiwai oleh nilai-nilai etika dan akhlak mulia, baik
pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.

64.Jelaskan kaidah pelaksanaan untuk membangun etika kehidupan berbangsa


sebagaimana diatur dalam Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2001 tentang
ETIKA KEHIDUPAN BERBANGSA.

Kebijakan untuk internalisasi dan sosialisasi etika kehidupan berbangsa dilakukan


secara sungguh-sungguh dengan kaidah-kaidah sebagai berikut :
 Internalisasi dan sosialisasi etika kehidupan berbangsa tersebut menggunakan
pendekatan agama dan budaya.
 Internalisasi dan sosialisasi etika kehidupan berbangsa dilakukan melalui
pendekatan komunikatif, dialogis dan persuasif, tidak melalui cara indoktrinasi.
 Mendorong swadaya masyarakat secara sinergis dan berkesinambungan untuk
melakukan internalisasi dan sosialisasi etika kehidupan berbangsa.
 Mengembangkan dan mematuhi etika-etika profesi: etika profesi hukum,
politik, ekonomi, kedokteran, guru, jurnalistik, dan profesi lainnya sesuai
dengan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa.
 Internalisasi dan sosialisasi serta pengamalan etika kehidupan berbangsa
merupakan bagian dari pengabdian kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.
65.Sebutkan rumusan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 sebelum dilakukan perubahan, dan jelaskan
kelemahan yang terkandung dalam rumusan tersebut.

“Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan


Dewan Perwakilan Rakyat.”

KELEMAHAN:
 Sebelum perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, yang memegang kekuasaan membentuk undang-undang adalah Presiden,
sedangkan Dewan Perwakilan Rakyat hanya memberikan persetujuan.
 Sesuai dengan Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Dewan ini harus memberi persetujuannya kepada tiap-tiap
rancangan undang-undang yang diajukan Pemerintah.
 Kekuasaan Presiden sangat besar dalam mengatur hal-hal penting dengan
undang-undang.
 Menimbulkan banyaknya penyimpangan dalam penyelenggaraan negara.

66.Jelaskan latar belakang ditetapkannya Ketetapan MPR RI Nomor


IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya
Alam, serta jelaskan substansi dan amanat dari Ketetapan MPR tersebut.

LATAR BELAKANG:
 Sumber daya agraria/sumber daya alam meliputi bumi, air, ruang angkasa dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya sebagai Rahmat Tuhan Yang Maha
Esa kepada bangsa Indonesia, merupakan kekayaan nasional yang wajib
disyukuri. Oleh karena itu harus dikelola dan dimanfaatkan secara optimal bagi
generasi sekarang dan generasi mendatang dalam rangka mewujudkan
masyarakat adil dan makmur;

 Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia mempunyai tugas


konstitusional untuk menetapkan arah dan dasar bagi pembangunan nasional
yang dapat menjawab berbagai persoalan kemiskinan, ketimpangan dan
ketidakadilan sosial-ekonomi rakyat serta kerusakan sumber daya alam;
 Pengelolaan sumber daya agraria/sumber daya alam yang berlangsung selama
ini telah menimbulkan penurunan kualitas lingkungan, ketimpangan struktur
penguasaan pemilikan, penggunaan dan pemanfaatannya serta menimbulkan
berbagai konflik;
 Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber
daya agraria/sumber daya alam saling tumpang tindih dan bertentangan;
 Pengelolaan sumber daya agraria/sumber daya alam yang adil, berkelanjutan,
dan ramah lingkungan harus dilakukan dengan cara terkoordinasi, terpadu dan
menampung dinamika, aspirasi dan peran serta masyarakat serta
menyelesaikan konflik;
 Untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana tertuang
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, diperlukan komitmen politik yang sungguh-sungguh untuk memberikan
dasar dan arah bagi pembaruan agraria dan pengelolaan sumber daya alam
yang adil, berkelanjutan dan ramah lingkungan;

SUBSTANSI:
 Mendorong pembaruan agraria melalui proses yang berkesinambungan
berkenaan dengan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan
dan pemanfaatan sumber daya agraria, dilaksanakan dalam rangka
tercapainya kepastian dan perlindungan hukum; pengelolaan sumber daya
alam yang terkandung di daratan, laut, dan angkasa dilakukan secara
optimal, adil, berkelanjutan, dan ramah lingkungan untuk keadilan dan
kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.
AMANAT:
 Memerintahkan pembentukan undang-undang untuk mendorong
pembaruan agraria dan pengelolaan sumber daya alam yang harus
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keutuhan NKRI, HAM, supremasi
hukum, kesejahteraan rakyat, demokrasi, kepatuhan hukum, partisipasi
rakyat, keadilan, termasuk kesetaraan gender, pemeliharaan sumber
agraria/sumber daya alam, memelihara keberlanjutan untuk generasi kini
dan generasi yang akan datang, memperhatikan daya tampung dan daya
dukung lingkungan, keterpaduan dan koordinasi antarsektor dan
antardaerah, menghormati dan melindungi hak masyarakat hukum adat,
desentralisasi, keseimbangan hak dan kewajiban negara, pemerintah,
masyarakat dan individu sesuai dengan arah kebijakan sampai terlaksananya
seluruh ketentuan dalam Ketetapan ini.

67.Jelaskan syarat seorang calon Presiden dan calon Wakil Presiden


sebagaimana terkandung dalam rumusan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

“Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia
sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena
kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani
dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil
Presiden.”

 Warga negara yang menjadi calon Presiden dan calon Wakil Presiden adalah
warga negara yang telah mengalami akulturasi nilai-nilai budaya, adat
istiadat dan keaslian bangsa Indonesia, serta memiliki semangat patriotisme
dan jiwa kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 Yang dimaksud dengan “tidak pernah menerima kewarganegaraan lain
karena kehendak sendiri” adalah tidak pernah menjadi warga negara selain
warga negara Republik Indonesia atau tidak pernah memiliki dua
kewarganegaraan atas kemauan sendiri.
 Yang dimaksud dengan “tidak pernah mengkhianati negara” adalah tidak
pernah terlibat gerakan separatis, tidak pernah melakukan gerakan secara
inkonstitusional atau dengan kekerasan untuk mengubah dasar negara serta
tidak pernah melanggar Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.

68.Jelaskan prinsip-prinsip dalam pembaruan agraria dan pengelolaan sumber


daya alam sebagaimana tercantum dalam Ketetapan MPR RI Nomor
IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya
Alam.

Pembaruan agraria dan pengelolaan sumber daya alam harus dilaksanakan sesuai
dengan prinsip-prinsip :

o memelihara dan mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik


Indonesia;
o menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
o menghormati supremasi hukum dengan mengakomodasi keanekaragaman
dalam unifikasi hukum;
o mensejahterakan rakyat, terutama melalui peningkatan kualitas sumber
daya manusia Indonesia;
o mengembangkan demokrasi, kepatuhan hukum, transparansi dan
optimalisasi partisipasi rakyat;
o mewujudkan keadilan termasuk kesetaraan gender dalam penguasaan,
pemilikan, penggunaan, pemanfaatan, dan pemeliharaan sumber daya
agraria/sumber daya alam;
o memelihara keberlanjutan yang dapat memberi manfaat yang optimal, baik
untuk generasi sekarang maupun generasi mendatang, dengan tetap
memperhatikan daya tampung dan daya dukung lingkungan;
o melaksanakan fungsi sosial, kelestarian, dan fungsi ekologis sesuai dengan
kondisi sosial budaya setempat;
o meningkatkan keterpaduan dan koordinasi antar sektor pembangunan dan
antar daerah dalam pelaksanaan pembaharuan agraria dan pengelolaan
sumber daya alam;
o mengakui, menghormati, dan melindungi hak masyarakat hukum adat dan
keragaman budaya bangsa atas sumber daya agraria/sumber daya alam;
o mengupayakan keseimbangan hak dan kewajiban negara, pemerintah (pusat,
daerah provinsi, kabupaten/kota, dan desa atau yang setingkat), masyarakat
dan individu;
o melaksanakan desentralisasi berupa pembagian kewenangan di tingkat
nasional, daerah provinsi, kabupaten/kota, dan desa atau yang setingkat,
berkaitan dengan alokasi dan pengelolaan sumber daya agraria/sumber daya
alam.

69.Sebutkan rumusan Pasal 6A ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945, dan jelaskan makna yang terkandung dalam rumusan
tersebut.

“Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh
rakyat.”

 Perubahan ketentuan mengenai pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang


semula dilakukan oleh MPR dan sekarang dilakukan rakyat secara langsung
didasarkan pemikiran untuk mengejawantahkan paham kedaulatan rakyat.

 Di samping itu, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh
rakyat, menjadikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih mempunyai
legitimasi yang lebih kuat. Jadi, adanya ketentuan tersebut berarti mem-
perkuat sistem pemerintahan presidensial yang kita anut dengan salah satu
cirinya adalah adanya periode masa jabatan yang pasti (fixed term) dari Pre-
siden dan Wakil Presiden, dalam hal ini masa jabatan Presiden dan Wakil
Presiden Indonesia lima tahun.

 Dengan demikian, Presiden dan Wakil Presiden terpilih tidak dapat


dijatuhkan dalam masa jabatannya kecuali melanggar hukum berdasar hal-
hal yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 melalui suatu prosedur konstitusional, yang populer disebut im-
peachment.

70.Jelaskan arah kebijakan dalam pembaruan agraria dan pengelolaan sumber


daya alam sebagaimana tercantum dalam Ketetapan MPR RI Nomor
IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya
Alam.

Arah kebijakan pembaruan agraria adalah :


 melakukan pengkajian ulang terhadap berbagai peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan agraria dalam rangka sinkronisasi kebijakan antarsektor
demi terwujudnya peraturan perundang-undangan yang didasarkan pada
prinsip-prinsip sebagaimana dimaksudkan Pasal 4 Ketetapan ini.
 melaksanakan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah (landreform) yang berkeadilan dengan memperhatikan
kepemilikan tanah untuk rakyat.
 menyelenggarakan pendataan pertanahan melalui inventarisasi dan registrasi
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah secara
komprehensif dan sistematis dalam rangka pelaksanaan landreform.
 menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan sumber daya agraria
yang timbul selama ini sekaligus dapat mengantisipasi potensi konflik di masa
mendatang guna menjamin terlaksananya penegakan hukum dengan didasarkan
atas prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud Pasal 4 Ketetapan ini.
 memperkuat kelembagaan dan kewenangannya dalam rangka mengemban
pelaksanaan pembaruan agraria dan menyelesaikan konflik-konflik yang
berkenaan dengan sumber daya agraria yang terjadi.
 mengupayakan dengan sungguh-sungguh pembiayaan dalam melaksanakan
program pembaharuan agraria dan penyelesaian konflik-konflik sumber daya
agraria yang terjadi.

Arah kebijakan dalam pengelolaan sumber daya alam adalah :


 melakukan pengkajian ulang terhadap berbagai peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam dalam rangka
sinkronisasi kebijakan antarsektor yang berdasarkan prinsip-prinsip
sebagaimana dimaksud Pasal 4 Ketetapan ini.
 mewujudkan optimalisasi pemanfaatan berbagai sumber daya alam melalui
identifikasi dan inventarisasi kualitas dan kuantitas sumber daya alam sebagai
potensi pembangunan nasional.

71.Jelaskan kedudukan dan wewenang MPR sebelum dilakukan perubahan


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan
kelemahan yang terkandung di dalamnya.

KEDUDUKAN:
Majelis Permusyawaratan Rakyat merupakan lembaga tertinggi negara, pemegang
dan pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat.

WEWENANG:
 Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar;
 Memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden;
 Menetapkan garis-garis besar daripada haluan negara;
 Memberhentikan Presiden;
 Meminta pertanggungjawaban Presiden di akhir masa jabatan;
 Meminta laporan pelaksanaan tugas lembaga tinggi negara atas pelaksanaan
GBHN sesuai dengan kewenangannya;
 Membuat putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga negara lain;
 Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap segala putusan
MPR;
 Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar dan Ketetapan MPR

KELEMAHAN:
 Kedaulatan rakyat dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR, telah mereduksi
paham kedaulatan rakyat itu menjadi paham kedaulatan negara, suatu paham
yang hanya lazim dianut oleh negara yang masih menerapkan paham
totalitarian dan/atau otoritarian.
 Tidak terbangunnya sistem checks and balances antarlembaga negara.

72.Jelaskan indikator maju sebagaimana tercantum dalam Ketetapan MPR RI


Nomor VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan.
 meningkatnya kemampuan bangsa dalam pergaulan antarbangsa;
 meningkatnya kualitas SDM sehingga mampu bekerjasama dan bersaing dalam
era globalisasi;
 meningkatnya kualitas pendidikan sehingga menghasilkan tenaga yang
kompeten sesuai dengan standar nasional dan internasional;
 meningkatnya disiplin dan etos kerja;
 meningkatnya penguasaan ilmu pengetahuan dan pengembangan teknologi
serta pembudayaannya dalam masyarakat;
 teraktualisasikannya keragaman budaya Indonesia.

73.Jelaskan susunan keanggotaan MPR sebelum dilakukan perubahan Undang-


Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan pula
kelemahan yang terkandung dalam rumusan tersebut, dan bandingkan
dengan komposisi keanggotaan MPR setelah perubahan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

SEBELUM PERUBAHAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA


REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945:

Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan


Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-
golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang.

 Anggota DPR sebagian dipilih melalui pemilihan umum, dan sebagian berasal
dari TNI dan POLRI yang diangkat oleh Presiden;
 Utusan Daerah dipilih oleh DPRD Provinsi. Jumlah utusan daerah berbeda
untuk masing-masing provinsi tergantung jumlah penduduk di provinsi yang
bersangkutan;
 Yang disebut “golongan-golongan” ialah badan-badan seperti koperasi, serikat
pekerja, dan lain-lain badan kolektif. Utusan Golongan diangkat oleh Presiden
atas atas usul golongan yang bersangkutan.

KELEMAHAN:
 Dengan susunan yang demikian, mayoritas anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat diangkat oleh Presiden, sehingga MPR tidak bisa menjalankan fungsi
dan wewenangnya dengan baik.

 SETELAH PERUBAHAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA


REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945:

“Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat


dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan
diatur lebih lanjut dengan undang-undang.”

 Perubahan ketentuan mengenai susunan keanggotaan MPR dimaksudkan


untuk mengoptimalkan pelaksanaan kedaulatan rakyat yang seluruh anggota
MPR dipilih oleh rakyat melalui pemilu. Selain itu, perubahan itu untuk
meningkatkan legitimasi MPR.
 Dengan perubahan ketentuan tersebut, MPR terdiri atas anggota DPR dan
anggota DPD yang semuanya dipilih oleh rakyat dalam pemilu. Ketentuan itu
sesuai dengan prinsip demokrasi perwakilan yaitu “perwakilan atas dasar
pemilihan” (representation by election). Ketentuan itu juga menjelaskan
bahwa MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD, bukan lembaga DPR
dan lembaga DPD.
74.Jelaskan indikator mandiri sebagaimana tercantum dalam Ketetapan MPR RI
Nomor VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan.

 memiliki kemampuan dan ketangguhan dalam menyelenggarakan kehidupan


berbangsa dan bernegara di tengah-tengah pergaulan antar bangsa agar sejajar
dengan bangsa-bangsa lain;
 terwujudnya politik luar negeri yang berkepribadian dan bebas aktif;
 terwujudnya ekonomi Indonesia yang bertumpu pada kemampuan serta potensi
bangsa dan negara termasuk menyelesaikan hutang luar negeri;
 memiliki kepribadian bangsa dan identitas budaya Indonesia yang berakar dari
potensi budaya daerah.

75.Jelaskan prinsip luas, nyata, dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan


otonomi daerah.

 Prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan


mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi
urusan Pemerintah Pusat. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan
daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peranserta, prakarsa, dan
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan
rakyat.
 Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan
pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang
senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang
sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian isi dan jenis
otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya.
 Prinsip otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam
penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud
pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah
termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama
dari tujuan nasional.
 Seiring dengan prinsip itu penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu
berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu
memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.
Selain itu penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian
hubungan antara Daerah dengan Daerah lainnya, artinya mampu membangun
kerjasama antar Daerah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan
mencegah ketimpangan antar Daerah. Hal yang tidak kalah pentingnya bahwa
otonomi daerah juga harus mampu menjamin hubungan yang serasi antar
Daerah dengan Pemerintah, artinya harus mampu memelihara dan menjaga
keutuhan wilayah Negara dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan negara.

76.Jelaskan indikator baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara


sebagaimana tercantum dalam Ketetapan MPR RI Nomor VII/MPR/2001
tentang Visi Indonesia Masa Depan.

 terwujudnya penyelenggaraan negara yang profesional, transparan, akuntabel,


memiliki kredibilitas dan bebas KKN;
 terbentuknya penyelenggara negara yang peka dan tanggap terhadap
kepentingan dan aspirasi rakyat di seluruh wilayah negara termasuk daerah
terpencil dan perbatasan;
 berkembangnya transparansi dalam budaya dan perilaku serta aktivitas politik
dan pemerintahan.
77.Sebutkan rumusan Pasal 20 ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan makna yang terkandung dalam
rumusan tersebut.

“Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak
disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-
undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-
undang dan wajib diundangkan.”

 Ketentuan itu dirumuskan karena adanya kebutuhan untuk mencari solusi


konstitusional apabila tidak dilakukan pengesahan oleh Presiden atas sebuah
Rancangan Undang-Undang (RUU) yang telah disetujui bersama antara DPR dan
Presiden, sehingga tidak menentunya pengundangan RUU tersebut. Selain itu,
belajar dari praktik ketatanegaraan pada masa lalu terdapat RUU yang telah
mendapat persetujuan bersama DPR dan Presiden, tetapi ternyata kemudian
tidak disahkan oleh Presiden. Hal itu dapat menimbulkan ketidakpastian hukum
dan kesimpangsiuran hukum yang membawa dampak negatif dalam kehidupan
kenegaraan.
 Dengan adanya ketentuan ini, ditandatangani atau tidak ditandatanganinya
suatu RUU yang telah disetujui bersama DPR dan Presiden oleh Presiden,
setelah lewat waktu 30 (tiga puluh) hari sejak disetujui bersama oleh DPR dan
Presiden, RUU itu serta merta (otomatis) secara resmi menjadi Undang-Undang
(UU) yang sah menurut hukum dan menjadi hukum yang berlaku.
 Rumusan ini merupakan salah satu wujud dari pelaksanaan kekuasaan
membentuk undang-undang yang ada di tangan DPR. Selain itu, ketentuan ini
berkaitan dengan Pasal 22 ayat (1) yang mengatur kekuasaan Presiden. Dalam
hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan
pemerintah pengganti undang-undang (perpu).
 Walaupun RUU tersebut tidak ditandatangani Presiden, hal itu tidak mengurangi
komitmen semua pihak, terutama penyelenggara negara untuk melaksanakan
undang-undang tersebut, termasuk Presiden. Hal itu karena undang-undang
tersebut sebelumnya telah disetujui bersama antara DPR dan Presiden. Selain
itu, adanya penegasan Pasal 20 ayat (5) itu sendiri yang menyatakan bahwa
suatu RUU sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan apabila lewat
waktu 30 hari walaupun Presiden tidak mengesahkannya.

78.Jelaskan masalah-masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sebagaimana


tercantum dalam Ketetapan MPR Nomor V/MPR/2000 tentang Pemantapan
Persatuan dan Kesatuan Nasional.

Pada saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi berbagai masalah yang telah
menyebabkan terjadinya krisis yang sangat luas. Faktor-faktor penyebab terjadinya
berbagai masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut.
 Nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa tidak dijadikan sumber etika
dalam berbangsa dan bernegara oleh sebagian masyarakat. Hal itu kemudian
melahirkan krisis akhlak dan moral yang berupa ketidakadilan, pelanggaran
hukum, dan pelanggaran hak asasi manusia.
 Pancasila sebagai ideologi negara ditafsirkan secara sepihak oleh penguasa
dan telah disalahgunakan untuk mempertahankan kekuasaan.
 Konflik sosial budaya telah terjadi karena kemajemukan suku, kebudayaan,
dan agama yang tidak dikelola dengan baik dan adil oleh pemerintah maupun
masyarakat. Hal itu semakin diperburuk oleh pihak penguasa yang
menghidupkan kembali cara-cara menyelenggarakan pemerintahan yang
feodalistis dan paternalistis sehingga menimbulkan konflik horizontal yang
membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.
 Hukum telah menjadi alat kekuasaan dan pelaksanaannya telah diselewengkan
sedemikian rupa sehingga bertentangan dengan prinsip keadilan, yaitu
persamaan hak warga negara di hadapan hukum.
 Perilaku ekonomi yang berlangsung dengan praktek korupsi, kolusi, dan
nepotisme, serta berpihak pada sekelompok pengusaha besar, telah
menyebabkan krisis ekonomi yang berkepanjangan, utang besar yang harus
dipikul oleh negara, pengangguran dan kemiskinan yang semakin meningkat,
serta kesenjangan sosial ekonomi yang semakin melebar.
 Sistem politik yang otoriter tidak dapat melahirkan pemimpin-pemimpin yang
mampu menyerap aspirasi dan memperjuangkan kepentingan masyarakat.
 Peralihan kekuasaan yang sering menimbulkan konflik, pertumpahan darah,
dan dendam antara kelompok masyarakat terjadi sebagai akibat dari proses
demokrasi yang tidak berjalan dengan baik.
 Berlangsungnya pemerintahan yang telah mengabaikan proses demokrasi
menyebabkan rakyat tidak dapat menyalurkan aspirasi politiknya sehingga
terjadi gejolak politik yang bermuara pada gerakan reformasi yang menuntut
kebebasan, kesetaraan, dan keadilan.
 Pemerintahan yang sentralistis telah menimbulkan kesenjangan dan
ketidakadilan antara pemerntah pusat dan pemerintah daerah sehingga timbul
konflik vertikal dan tuntutan untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
 Penyalahgunaan kekuasaan sebagai akibat dari lemahnya fungsi pengawasan
oleh internal pemerintah dan lembaga perwakilan rakyat, serta terbatasnya
pengawasan oleh masyarakat dan media massa pada masa lampau, telah
menjadikan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah untuk
menyelenggarakan pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab tidak
terlaksana. Akibatnya, kepercayaan masyarakat kepada penyelenggara negara
menjadi berkurang.
 Pelaksanaan peran sosial politik dalam Dwifungsi Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia dan disalahgunakan Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia sebagai alat kekuasaan pada masa Orde Baru telah menyebabkan
terjadinya penyimpangan peran Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia yang mengakibatkan tidak berkembangnya
kehidupan demokrasi.
 Globalisasi dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya dapat
memberikan keuntungan bagi bangsa Indonesia, tetapi jika tidak diwaspadai,
dapat memberi dampak negatif terhadap kehidupan berbangsa.

79.Sebutkan rumusan Pasal 20 ayat (1) Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta jelaskan alasan terjadinya pergeseran
kekuasaan membentuk undang-undang, yang semula di tangan Presiden
menjadi kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat.

“Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.”

ALASAN TERJADINYA PERGESERAN:


 Untuk memberdayakan DPR sebagai lembaga legislatif yang mempunyai ke-
kuasaan membentuk undang-undang. Perubahan pasal ini mengubah
peranan DPR yang sebelumnya hanya bertugas membahas dan memberikan
persetujuan terhadap rancangan undang-undang yang dibuat oleh Presiden
(kekuasaan eksekutif). Pasal ini juga memberikan hak kepada anggota DPR
untuk mengajukan rancangan undang-undang.
 Pergeseran kewenangan membentuk undang-undang, yang sebelumnya di
tangan Presiden dialihkan kepada DPR, merupakan langkah konstitusional
untuk meletakkan secara tepat fungsi lembaga negara sesuai dengan bidang
tugasnya masing-masing, yakni DPR sebagai lembaga pembentuk undang-
undang (kekuasaan legislatif) dan Presiden sebagai lembaga pelaksana
undang-undang (kekuasaan eksekutif). Namun, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga mengatur kekuasaan Presiden
di bidang legislatif, antara lain ketentuan bahwa pembahasan setiap ran-
cangan undang-undang (RUU) oleh DPR dilakukan secara bersama-sama
dengan Presiden.
 Dengan pergeseran kewenangan membentuk undang-undang itu,
sesungguhnya ditinggalkan pula teori pembagian kekuasaan (distribution of
power) dengan prinsip supremasi MPR menjadi pemisahan kekuasaan
(separation of power) dengan prinsip saling mengawasi dan saling
mengimbangi sebagai ciri yang melekat. Hal itu juga merupakan penjabaran
lebih jauh dari kesepakatan untuk memperkuat sistem presidensial.

80.Jelaskan kondisi yang diperlukan bangsa Indonesia untuk mengatasi berbagai


masalah sebagaimana tercantum dalam Ketetapan MPR Nomor V/MPR/2000
tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional.

Berbagai permasalahan bangsa yang dihadapi saat ini tentu harus diselesaikan
dengan tuntas melalui proses rekonsiliasi agar tercipta persatuan dan kesatuan
nasional yang mantap. Dalam hal ini, diperlukan kondisi sebagai berikut:
 Terwujudnya nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa sebagai sumber
etika dan moral untuk berbuat baik dan menghindari perbuatan tercela, serta
perbuatan yang bertentangan dengan hukum dan hak asasi manusia. Nilai-nilai
agama dan nilai-nilai budaya bangsa selalu berpihak kepada kebenaran dan
menganjurkan untuk memberi maaf kepada orang yang telah bertobat dari
kesalahannya.
 Terwujudnya sila Persatuan Indonesia yang merupakan sila ketiga dari Pancasila
sebagai landasan untuk mempersatukan bangsa.
 Terwujudnya penyelenggaraan negara yang mampu memahami dan mengelola
kemajemukan bangsa secara baik dan adil sehingga dapat terwujud toleransi,
kerukunan sosial, kebersamaan dan kesetaraan berbangsa.
 Tegaknya sistem hukum yang didasarkan pada nilai filosofis yang berorientasi
pada kebenaran dan keadilan, nilai sosial yang berorientasi pada tata nilai yang
berlaku dan bermanfaat bagi masyarakat, serta nilai yuridis yang bertumpu pada
ketentuan perundang-undangan yang menjamin ketertiban dan kepastian
hukum. Hal itu disertai dengan adanya kemauan dan kemampuan untuk
mengungkapkan kebenaran tentang kejadian masa lampau, sesuai dengan
ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku, dan pengakuan
terhadap kesalahan yang telah dilakukan, serta pengembangan sikap dan
perilaku saling memaafkan dalam rangka rekonsiliasi nasional.
 Membaiknya perekonomian nasional, terutama perekonomian rakyat, sehingga
beban ekonomi rakyat dan pengangguran dapat dikurangi, yang kemudian
mendorong rasa optimis dan kegairahan dalam perekonomian.
 Terwujudnya sistem politik yang demokratis yang dapat melahirkan
penyeleksian pemimpin yang dipercaya oleh masyarakat.
 Terwujudnya proses peralihan kekuasaan secara demokratis, tertib, dan damai.
 Terwujudnya demokrasi yang menjamin hak dan kewajiban masyarakat untuk
terlibat dalam proses pengambilan keputusan politik secara bebas dan
bertanggung jawab sehingga menumbuhkan kesadaran untuk memantapkan
persatuan bangsa.
 Terselenggaranya otonomi daerah secara adil, yang memberikan kewenangan
kepada daerah untuk mengelola daerahnya sendiri, dengan tetap berwawasan
pada persatuan dan kesatuan nasional.
 Pulihnya kepercayaan masyarakat kepada penyelenggara negara dan antara
sesama masyarakat sehingga dapat menjadi landasan untuk kerukunan dalam
hidup bernegara.
 Peningkatan profesionalisme dan pulihnya kembali citra Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia demi terciptanya rasa
aman dan tertib di masyarakat.
 Terbentuknya sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan mampu
bekerja sama serta berdaya saing untuk memperoleh manfaat positif dari
globalisasi.

81.Mengapa Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti


undang-undang, padahal kewenangan membentuk undang-undang ada di tangan
DPR?
 PERPU dapat ditetapkan Presiden apabila terdapat hal ikhwal
kegentingan yang memaksa yaitu yang dapat menyebabkan terganggunya
praktek penyelenggaraan negara dan berdampak luas.
 Dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa memerlukan penanganan yang
cepat dari pemerintah, sementara kalau harus menunggu undang-undang,
proses pembentukan undang-undang memerlukan waktu yang lama.
 Merupakan salah satu konsekuensi dari penyelenggaraan pemerintahan
dengan sistem presidensiil, dimana Presiden sebagai pemegang kekuasaan
pemerintahan negara sehingga diberi wewenang untuk menyikapi keadaan
yang dapat membahayakan negara.
 Implementasi prinsip checks and balances system karena pada hal-hal
tertentu, pemerintahlah yang memahami suatu keadaan yang bisa
mengganggu praktek penyelenggaraan negara dan berdampak luas.

82.Jelaskan arah kebijakan untuk mengadakan rekonsiliasi dalam usaha


memantapkan persatuan dan kesatuan nasional sebagaimana tercantum dalam
Ketetapan MPR Nomor V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan
Kesatuan Nasional.

Arah kebijakan untuk mengadakan rekonsiliasi dalam usaha memantapkan


persatuan dan kesatuan nasional adalah sebagai berikut.
 Menjadikan nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa sebagai sumber
etika kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka memperkuat
akhlak dan moral penyelenggara negara dan masyarakat.
 Menjadikan Pancasila sebagai ideologi negara yang terbuka dengan
membuka wacana dan dialog terbuka di dalam masyakarat sehingga dapat
menjawab tantangan sesuai dengan visi Indonesia masa depan.
 Meningkatkan kerukunan sosial antar dan antara pemeluk agama, suku,
dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya melalui dialog dan kerja sama
dengan prinsip kebersamaan, kesetaraan, toleransi dan saling menghormati.
Intervensi pemerintah dalam kehidupan sosial budaya perlu dikurangi,
sedangkan potensi dan inisiatif masyarakat perlu ditingkatkan.
 Menegakkan supremasi hukum dan perundang-undangan secara konsisten
dan bertanggung jawab, serta menjamin dan menghormati hak asas
manusia. Langkah ini harus didahului dengan memproses dan
menyelesaikan berbagai kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta
pelanggaran hak asasi manusia.
 Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, khususnya
melalui pembangunan ekonomi yang bertumpu pada pemberdayaan
ekonomi rakyat dan daerah.
 Memberdayakan masyarakat melalui perbaikan sistem politik yang
demokratis sehingga dapat melahirkan pemimpin yang berkualitas,
bertanggung jawab, menjadi panutan masyarakat, dan mampu
mempersatukan bangsa dan negara.
 Mengatur peralihan kekuasaan secara tertib, damai, dan demokratis sesuai
dengan hukum dan perundang-undangan.
 Menata kehidupan politik agar distribusi kekuasaan, dalam berbagai tingkat
struktur politik dan hubungan kekuasaan, dapat berlangsung dengan
seimbang. Setiap keputusan politik harus melalui proses yang demokratis
dan transparan dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat.
 Memberlakukan kebijakan otonomi daerah, menyelenggarakan
perimbangan keuangan yang adil, meningkatkan pemerataan pelayanan
publik, memperbaiki kesenjangan dalam pembangunan ekonomi dan
pendapatan daerah, serta menghormati nilai-nilai budaya daerah
berdasarkan amanat konstitusi.
 Meningkatkan integritas, profesionalisme, dan tanggung jawab dalam
penyelenggaraan negara, serta memberdayakan masyarakat untuk
melakukan kontrol sosial secara konstruktif dan efektif.
 Mengefektifkan Tentara Nasional Indonesia sebagai alat negara yang
berperan dalam bidang pertahanan dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia sebagai alat negara yang berperan dalam bidang keamanan, serta
mengembalikan jatidiri Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia sebagai bagian dari rakyat.
 Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia Indonesia sehingga
mampu bekerja sama dan bersaing sebagai bangsa dan warga dunia dengan
tetap berwawasan pada persatuan dan kesatuan nasional.

Anda mungkin juga menyukai