Anda di halaman 1dari 6

PERCOBAAN II

PENETAPAN KADAR SENYAWA ASAM SECARA ALKALIMETRI

A. TUJUAN
1. Praktikum ini bertujuan membuat larutan standart larutan natrium
hidroksida 0,01 N.
2. Praktikum ini bertujuan membuat standarisasi larutan standard natrium
hidroksida dengan asam oksalat.
3. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar obat golongan asam
salisilat dalam sediaan bedak tabur.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Alkalimetri merupakan cara penetralan jumlah basa terlarut atau konsentrasi


larutan basa melalui titrimetri. Metode alkalimetri merupakan reaksi penetralan
asam dengan basa. Titrasi asam-basa menetapkan beraneka ragam zat yang bersifat
asam dengan basa, baik organik maupun anorganik. Banyak contoh dalam
analitiknya dapa diubah secara kimia menjadi asam atau basa dan kemudian
ditetapkan dengan titrasi (Underwood, 2002).

Salah satu metode titrasi adala alkalimetri, yaitu penetralan asam dengan basa.
Kadar suatu larutan basa dapat ditentukan dengan mengambil volume tertentu
larutan asam tersebut dan kemudian titrasi dengan larutan basa yang
konsentrasinya diketahui. Jadi titrasi adalah penetapan kadar suatu larutan dengan
mengambil volume tertentu dengan mengukur volume suatu pereaksi yang
diketahui kadarnya dengan tepat bereaksi dengan sejumlah tertentu larutan
tersebut (Harjadi, 1993).

Alkalimetri adalah analisis volumetrik yang menggunakan larutan baku basa untuk
menentukan jumlah asam yang ada (Daintith, 1997).

Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH larutan
selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat dan di sekitar titik
ekuivalen karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar
kesalahan titrasi sekecil-kecilnya (Harjadi, 1986).
Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titran sebelum proses
titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen teradi, pada
saat inilah titrasi kita hentikan (Pierce, 1967).

Asam salisilat merupakan senyawa yang berkhasiat sebagai fungisidal dan


bakteriostatis lemah. Asam salisilat bekerja keratolitis sehingga digunakan dalam
sediaan obat luar terhadap infeksi jamur yang ringan. Asam salisilat bersifat sukar
larut dalam air. Apabila asam salisilat diformulasikan sebagai sediaan topical (Astuti
dkk, 2007).

Titrasi langsung adalah perlakuan terhadap suatu senyawa yang


larut (titrat), dalam suatu bejana yang sesuai, dengan larutan yang
sesuai yang sudah dibakukan (titran), dan titik akhir ditetapkan dengan
instrumen atau secara visual menggunakan bantuan indikator yang
sesuai. Titran yang ditambahkan dari buret dipilih sedemikian rupa
hingga kekuatannya sesuai (normalitas), dan volume yang ditambahkan
adalah antara 30 % dan 100% kapasitas buret. Titrasi harus dilakukan
dengan cepat tetapi hatio-hati, dan ketika mendekati titik akhir titran
ditambahkan tetes demi tetes dari buret agar tetes terakhir yang
ditambahkan tidak melewati titik akhir. Jumlah akhir senyawa yang
dititrasi dapat langsung dihitung dari volume dan faktor normalitas atau
molaritas darii titran dan faktor kesetaraan untuk senyawa, yang tertera
pada masing-masing monografi (Dirjen, 1995).

Indikator adalah zat warna larut yang perubahan warnanya tampak jelas dalam
rentang pH yang sempit. Jenis indikator yang khas adalah organik lemah yang
mempunyai warna berbeda dari basa konjugatnya. Indikator yang baik mempunyai
intensitas warna yang sedemikian rupa sehingga hanya beberapa tetes larutan
indikator encer yang perlu ditambahkan ke dalam larutan yang sedang diuji.
Perubahan warna indikator mencerminkan pengaruh asam dan basa yang terlarut
dalam larutan (Oxtoby, 2001).

Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berubah warnanya apabila pH


lingkungannya berubah. Misalnya biru brom timol (bb) dalam larutan asam ia
berwarna kuning, tetapi dalam lingkungan berwarna biru. Warna dalam keadaan
asam dinamakan warna asam dan indikator (kuning untuk bb) sedang warna yang
ditunjukkan dalam keadaan basa, setiap indikator asam-basa mempunyai trayeknya
sendiri, demikian warna asam dan besarnya (Vogel, 1994).
Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk
digunakan penggunaan dengan indikator pH pada titik ekivalen 4-10. Demikian juga
titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah jika penetralan adalah
basa atau asam kuat (Mulyono, 2006).

Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan


konsentrasiyangdiketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan
sejumlahcontoh tertentu yangakan dianalisis. Contoh yang akan dianalisis dirujuk
sebagaiyang tak diketahui. Proseduranalitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-
larutan yang konsentrasinya diketahui disebutanalisis volumetric. Larutan yang
mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui dalamsuatu volume tertentu
dalam suatu larutan disebut larutan standar. Sedangkan larutan standarprimer
adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat
bahansangat murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi dan larutan standar
sekunder adalahlarutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara menitrasi
dengan larutan baku primer (Keenan, 1980).

C. ALAT DAN BAHAN


 ALAT :
Erlenmeyer
Statif
Sendok tanduk
Cawan porselin
Timbangan analitik
Gelas beaker
Gelas ukur
Pipet tetes

 BAHAN :
Sampel Bedak Salicyl
Etanol 95%
Aquadest
Indikator PP
Indikator Merah Fenolftalein
Larutan standart NaOH 0,1 N
D. CARA KERJA (DIAGRAM ALIR)

Menyiapkan Alat dan Bahan

Menimbang sampel Bedak Salicyl


sebanyak 12,5 gram

Pembuatan Etanol Netral

- Mengambil 15 ml etanol 95%


- Memasukan etanol 95% ke dalam gelas beaker
- Menambahkan 2-3 tetes indikator merah Fenolftalein
- Menghomogenkan

Selanjutnya
- Memasukan sampel yang sudah ditimbang
ke dalam erlenmeyer
- Melarutkan etanol 95% yang sudah dinetralkan
- Menghomogenkan

Penentuan Warna Titik Akhir


Titrasi
- Memasukan 20 ml aquadest
- Menambahkan 2-3 tetes indikator PP
- Mentitrasi dengan larutan standart NaOH 0,1 N

Titik Akhir Titrasi ditandai dengan


Perubahan warna menjadi Merah Muda
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dilakukan penetapan kadar asam salisilat menggunakan larutan NaOH.
Penitrasian dilakukan dengan NaOH sehingga larutan mengalami perubahan
warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Pada penentuan kadar
asam salisilat dilarutkan dengan etanol 95% dikarenakan kelarutan asam
salisilat itu sendiri larut dalam etanol dan sukar larut dalam air.

Kadar keasaman suatu senyawa dapat dihitung dengan menitrasi asam atau
basa dengan menggunakan metode asdimetri dan alkalimetri. Pada
percobaan ini dibahas tentang bagaimana suatu senyawa dapat dihitung
kadarnya dengan menggunakan metode alkalimetri. Metode alkalimetri yaitu
penitrasian suatu asam dengan menggunakan larutan baku basa sebagai
titran.Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna pada larutan titer
yang telah ditambahkan indikator. Alasan penggunaan indikator penoftalein
karena perubahan warnanya yang jelas yaitu pada titrasi alkalimetri
warnanya dari tidak berwarna menjadi merah muda. Perubahan warna
tersebut yang menandakan titik akhir titrasi.

F. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
Kadar senyawa Asam Salisilat (C7H6O3) dalam sampel (Bedak Salicyl)
mendapatkan hasil Titik Akhir titrasi dengan perubahan warna menjadi
Merah Muda.

G. DAFTAR PUSTAKA
 Astuti, Y.S., dkk, 2007, Pengaruh Konsentrasi Adaps Lanae Dalam
Dasar Salep Cold Cream Terhadap Pelepasan Asam Salisilat,
Pharmacy, Vol. 05, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

 Dirjen POM , 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

 Daintith, J.,1997, Kamus Lengkap Kimia, 7, 17, Erlangga, Jakarta

 Day, R A, dan Underwood, A L., (2002), Analsis Kimia Kuantitatif Edisi


Keenam, Erlangga, Jakarta
 Harjadi, 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia, Jakarta.

 Harjadi S.S. 1996. Pengantar agronomi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka


Utama. 195 hal.

 Keenan, Charles W.1980 Ilmu kimia untuk universitas edisi keenan


Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

 Mulyono, 2006, Kamus Kimia, Bumi Aksara, Jakarta.

 Oxtoby, D.W., Gillis, H.P., Nachtrieb, N.H. (2001) Prinsip-prinsip Kimia


Modern. Edisi ke-4. Jilid 1. Diterjemahkan oleh S.S. Achmadi. Jakarta:
Erlangga.

 Pierce WC. Sawyer DT, Haenisch EL. 1967. Quantitative Analysis. John
Wiley and Sons, Inc. New York, U.S

 Vogel. (1994). Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Alih Bahasa


P.Hadyana. A dan Setiono. L. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal: 259-
439.

Anda mungkin juga menyukai