Anda di halaman 1dari 12

ACC NILAI

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


KELARUTAN
Tujuan Percobaan
1. Mempelajari kelarutan suatu zat dan memprediksi kepolarannya

Pendahuluan
Kelarutan merupakan ukuran kuantitatif banyaknya zat terlarut yang akan melarut dalam
pelarut pada suhu tertentu. Ungkapan “yang sejenis melarutkan yang sejenis” membantu
memprediksikan kelarutan zat terlarut dalam pelarut. Ungkapan ini menyatakan bahwa dua zat
dengan jenis dan gaya antar molekul yang sama akan cenderung saling melarutkan. Dua cairan
apabila saling melarutkan dengan sempurna dengan segala perbandingan maka disebut mampu
bercampur (Chang, 2004).
Campuran homogen antara dua zat atau lebih dikenal dengan larutan. Campuran disebut
homegen apabila susunannya seragam sehingga tidak teramati adanya bagian-bagian yang
berlainan. Larutan terdiri atas zat pelarut dan satu atau lebih zat terlarut Pelarut merupakan
medium tempat suatu zat lain melarut. Pelarut sering disebut sebagai zat pendispersi, yaitu tempat
menyebarnya partikel-partikel zat terlarut. Zat terlarut yaitu zat yang terdispersi didalam pelarut.
Larutan dalam kimia memiliki tiga fase yaitu gas, cair atau padat. Gas dapat bercampur dengan
sesamanya, oleh karena itu semua campuran gas adalah larutan (Oxtoby, 2001).
Kelarutan yaitu jumlah maksimum zat terlarut yang akan melarut dalam sejumlah tertentu
pelarut pada suhu tertentu. Kiamawan dalam konteks kualititaif membagi zat-zat sebagai dapat
larut, sedikit larut, atau tidak dapat larut. Zat dikatakan dapat larut jika sebagian besar zat tersebut
melarut bila ditambahkan air. Pernyataan tentang “yang sejenis melarutkan yang sejenis”
membantu memprediksikan kelarutan zat terlarut dalam pelarut. Dua zat dengan jenis dan gaya
antar molekul yang sama akan cenderung saling melarutkan. Dua cairan apabila saling
melarutkan dengan sempurna dengan segala perbandingan maka disebut mampu bercampur
(Chang, 2004).
Larutan terdiri atas zat yang dilarutkan atau solute dan pelarut solvent. Larutan dapat
didefinisikan sebagai campuran yang homogen atau heterogen dari dua atau lebih zat. Larutan
memiliki komposisi dan ukuran partikel yang sama. Larutan ada yang jenuh,tidak jenuh dan lewat
jenuh. Larutan jenuh adalah larutan yang tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut.
Larutan jenuh terjadi jika hasil konsentrasi ion sama dengan Ksp. Larutan tak jenuh adalah
larutan yang jumlah zat terlarut kurang pelarut. Larutan tak jenuh terjadi apabila hasil kali
konsentrasi ion kurang dari Ksp. Larutan lewat jenuh adalah larutan yang jumlah zat terlarutnya
lebih dari pelarut. Larutan lewat jenuh terjadi apabila hasil kali konsentrasi ion lebih dari dari Ksp
(Khopkar, 1990).
Pelarut adalah zat yang dapat melarutkan suatu zat. Pelarut dibagi menjadi beberapa
macam pelarut. Pelarut semiprotik mempunyai sifat asam maupun basa seperti halnya air. Etanol
dan metanol memiliki sifat asam –basa yang mirip dengan air. Asam asetat, asam format, dan
asam sulfat disebut pelarut asam dan merupakan asam basa yang jauh lebih lemah daripada air.
Pelarut basa seperti amonia cair dan etildiamina mempunyai keasaman yang jauh lebih kecil
daripada keasaman air (Basset, 1994).
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya larut suatu zat dalam zat lain yaitu temperatur,
tekanan, jenis zat pelarut, sifat dasar dari pelarut, dan hadirnya ion-ion dalam larutan. Faktor yang
berupa hadirnya ion dimungkinkan ion tersebut adalah ion senama atau ion bukan senama.
Hadirnya ion sekutu yang berlebih, menyebabkan kelarutan dari endapan bisa jadi lebih besar
dari nilai yang telah diperkirakan melaui tetapan kelarutan produk. Faktor pengaruh temperatur
tergantung pada pelarutan. Panas pelarutan negatif, daya larut turun dengan naiknya temperatur,
sedangkan panas pelarutan positif daya larut naik dengan naiknya temperatur (alimin, 2007).
Atom-atom dengan keelektronegatifan yang sama atau hampir sama akan membentuk
ikatan kovalen. Ikatan kovalen terdiri dari dua macam yaitu ikatan kovalen nonpolar dan polar.
Atom yang memiliki tarikan yang sama atau hampir sama terhadap eletron ikatan disebut dengan
ikatan kovalen nonpolar. Ikatan karbon-karbon dan ikatan hidrogen adalah jenis ikatan nonpolar
yang paling umum. Senyawa seperti H2, N2 dan CH4 juga contoh dari ikatan nonpolar. Ikatan
kovalen polar adalah suatu ikatan yang memiliki distribusi rapat elektron yang tidak merata,
contohnya pada senyawa HCl. Faktor yang menentukan derajat kepolaran suatu ikatan adalah
polarizabilitas atom-atom. Polarizabilitas adalah kemampuan awan elektron untuk didistorsi
sehingga akan mengimbas kepolarannya (Basset, 1994).
Peristiwa bercampur atau larut antara dua zat menandakan adanya interaksi diantara kedua
zat tersebut. Interaksi dapat berupa gaya antarmolekul. Gaya intramolekul dapat menstabilkan
molekul sedangkan gaya antarmolekul dapat menentukan sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap
molekul, misalnya seperti titik didih, titik leleh dan kelarutan. Gaya antarmolekul memilik sifat
yang sangat lemah dibandingakan dengan gaya intramolekul sehingga energi yang dibutuhkan
untuk menguapkan cairan lebih kecil daripada untuk memutuskan ikatan dalam molekul Gaya
antarmolekul antara lain gaya dipol-dipol dan gaya dispersi yang sering disebut sebagai gaya Van
Der Waals (Chang, 2004).
Gaya yang terjadi pada antar molekul antara lain yaitu :
1. Gaya london
Molekul non polar yang ditarik oleh interaksi dipol-dipol yang lemah disebut dengan gaya
London. Gaya ini timbul dari dipol yang diinduksi dalam satu molekul oleh molekul lain.
Elektron dari satu molekul ditarik ke inti dari molekul lain dengan tarikan yang lemah. Elektron-
elektron dari satu molekul ditarik ke inti dari molekul kedua secara lemah, sehingga elektron dari
molekul kedua ditolak oleh elektron yang pertama. Makin besar momen dipolnya, maka gaya
yang dihasilkan akan semakin kuat. Gambar 12. 1 menunjukkan orientasi molekul polar dalam
suatu padatan. Molekul cairan tidak terikat sekaku seperti padatan, tetapi molekul-molekul
cenderung tersusun sedemikkian rupa sehingga, secara rata-rata, interaksi tarik-menarik pada
keadaan maksimum .

Gambar 1.1 Molekul- molekul yang memiliki momen dipol permanen cenderung
mengatur diri (sumber : Chang, 2004)
2. Gaya van der walls
Gaya Van Der Walls adalah interaksi antar dipol-dipol (molekul polar) secara kolektif.
Jarak antara molekul memiliki pengaruh penting terhadapa kekuatan gaya Van Der Walls . Dua
atom yang saling mendekat akan timbul tolakan antar kedua inti dan antara kedua perangkat
elektron. Jarak antara kedua molekul menjadi lebih besar akan menyebabkan gaya tarik antar
kedua molekul berkurang.
3. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen adalah ikatan yang mengandung hidrogen yang mengikat oksigen, nitrogen
dan fluor. Interaksi ini adalah interaksi yang paling kuat. Ikatan hidrogen dapat terjadi pada
senyawa seperti H2O, NH3, dan HF. Molekul yang mempunyai ikatan hidrogen dalam keadaan
cair memiliki tarikan yang sangat kuat. Senyawa yang hanya mengandung karbon dan hidrogen
tidak memiliki ikatan hidrogen.
(Rahayu, 2009).

Menurut teori asam-basa Bronsted-Lowry, asam adalah donor atau penyumbang proton,
basa adalah akseptor atau penerima proton. Tinjauan sifat asam-basa ditunjukkan oleh sifat reaksi
kimia spesies dengan pelarut yang mengandung hidrogen yang dapat terion (misalnya air,
amonia, dan asam sulfat). Contoh dalam pelarut air :

 HF(aq) + H2O(l) = H3O+(aq) +F–(aq) ……………………………………………………….(1)


dalam reaksi ini, air berperan sebagai basa dan ion fluorida bertindak sebagai basa konjugasi
asam hidrofluorida.
 NH3(aq) + H2O(l) = NH4+(aq) +OH–(aq) ……………………………………………….…(2)
dalam reaksi ini, air berperan sebagai asam dan ion amonium bertindak sebagai asam
konjugasi amonia.
 NH4Cl(NH3) + NaNH2(NH3) = NaCl(s) +2NH3(l)…………………………………………..(3)
(Khopkar,1990).
Jenis larutan yang lazim adalah larutan cair yang pelarutnya berupacairan dan zat
terlarutnya berupa padatan. Molekul-molekul yang memiliki gaya antarmolekul yang serupa akan
bercampur dengan mudah. Kelarutan adalah ukuran kuantitatif dari banyaknya zat terlarut yang
dilarutkan dalam pelarut pada suhu tertentu. Larutan dibedakan berdasarkan kemampuannya
dalam melarutkan zat terlarut ( Purwani, 2008)
Larutan yang mengandung jumlah maksimum zat terlarut pada suhu tertentu dinamakan
larutan jenuh. Sebelum titik jenuh tersebut tercapai dinamakan larutan tak jenuh, larutan ini
mengandung zat terlarut lebih sedikit dibandingkan dengan kemampuannya untuk melarutkan.
Jenis ketiga adalah larutan terlewat jenuh, yang mengandung lebih banyak zat terlarut
dibandingkan dengan larutan jenuh. Molekul-molekul antara cairan dan padatan saling terikat
akibat adanya gaya antar molekul (Khopkar,1990)
Gaya ini memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan larutan. Suatu zat
yang larut dalam pelarut, maka partikel zat terlarut akan menyebar ke seluruh pelarut.
Kemudahan partikel zat terlarut menggantikan molekul pelarut bergantung pada kekuatann relatif
dari tiga jenis interaksi, yaitu interaksi pelarut-pelarut, interaksi zat terlarut-zat terlarut, dan
interaksi zat pelarut-zat terlarut. Proses pelarutan berlangsung dalam tiga tahap-tahap berbeda.
Tahap pertama ialah pemisahan molekul pelarut, dan tahap kedua adalah pemisahan molekul zat
terlarut. Kedua tahap ini memerlukan energi uintuk memutuskan gara tarik-menarik
antarmolekulnya, dengan kata lain tahap ini adalah tahap endotermik. Tahap ketiga selanjutnya,
pelarut dan molekul zat terlarut bercampur. Tahap ini bersifat eksotermik atau endotermik. Gaya
tarik-menarik zat terlarut-zat pelarut lebih kuat dibandingkan gaya tarik-menarik pelarut-pelarut
dan tarik-menarik zat terlarut-terlarut maka proses pelarutannya lah yang berlangsung, dengan
kata lain prosesnya berlangsung eksotermis (Chang, 2004).
Material Safety Data Sheet (MSDS)
1. Akuades
Akuades memiliki rumus molekul . Akuades didapatkan memalui proses penyulingan
sehingga tidak mengandung mineral. Akuades berfase cair, tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa. Bahan ini tergolong bahan yang stabil sehingga tidak memerlukan penyimpanan
khusus. Akuades tidak menyebabkan korosi pada mata, kulit, dan tidak berbahaya apabila
terhirup maupun tertelan. Tindakan pertolongan pertama yang perlu dilakukan apabila terjadi
tumpahan kecil maupun besar yaitu, dengan mengepel tumpahan dengan lap kering yang mudah
menyerap (Sciencelab, 2015).
2. Heksana
Heksana memiliki rumus molekul . Bahan ini berbentuk cair, berbau seperti bensin,
memiliki berat molekul 86,18 g/mol, berat jenisnya 0,66 g/ , dan titik didihnya 86 . Bahan
ini Larut dalam dietil eter, aseton. Tidak larut dalam air dingin, air panas. Bahan ini berbahaya
pada kasus kontak dengan mata, kulit, menelan, dan menghirup. Pertolongan pertama yang bisa
dilakukan apabila terkena mata yaitu dibasuh dengan air mengalir minimal selama 15 menit
(Sciencelab, 2015).
3. 1-butanol
1-butanol Butanol memiliki rumus molekul . Bahan ini berbentuk cair, tidak
berwarna, berbau sedikit menyengat, memiliki titik didih 117,7 , dan berat jenisnya 0,81 g/ .
Bahan ini Mudah larut dalam metanol, dietil eter, namun Sebagian larut dalam air dingin, air
panas, n-oktanol. Bahan ini berbahaya pada kasus kontak dengan mata, kulit, menelan, dan
menghirup. Pertolongan pertama yang bisa dilakukan apabila terkena mata yaitu dibasuh dengan
air mengalir minimal selama 15 menit (Sciencelab, 2015).
4. Dietil eter
Dietil eter memiliki rumus kimia . Dietil eter berwujud cair dan berwarna
bening. Dieter etil memiliki massa molar 74,12 g/mol, titik didih 34,6°C (94,28°F) dan titik lebur
-116,3°C (-177,3°F). dietil eter juga memiliki kepadatan 713 kg/m³. Dietil eter sangat berbahaya
dan mudah terbakar. Dietil eter jika terkena kontak mata dapat menyebabkan ganguan mata,
kontak kulit dapat menyebabkan iritasi dan dapat menyebabkan luka bakar pada kulit. Dietil eter
juga berbahaya jika tertelan dan inhalasi. Pertolongan pertama jika terjadi kontak mata cuci
dengan air mengalir selama 15 menit dan buka kelopak mata. Kontak kulit cuci menggunakan air
bersih selama 15 menit (Sciencelab, 2015).
5. Metilen Klorida
Metilen klorida memiliki rumus kimia . Metilen klorida berwujud cair dan
memiliki berat molekul 84.93g / mol. Metilen klorida memiliki titik didih 39,75 ° C (103,5 ° F),
titik lebur -96,7 ° C (-142,1 ° F) dan tekanan uap 46,5 kPa (@ 20 ° C). Metilen klorida mudah
larut dalam metanol, dietil eter, n-oktanol, aseton dan sebagian larut dalam air dingin. metilen
klorida sangat berbahaya jika terjadi kontak mata (iritasi), menelan dan inhalasi. Metilen klorida
juga berbahaya dalam kasus kontak kulit (iritasi) dan dapat menyebabkan radang mata ditandai
dengan kemerahan, berair, dan gatal-gatal. Pertolongan petama jika terjadi kontak mata lepaskan
lensa mata dan segera cuci mata dengan banyak air selama 15 menit menggunakan air dingin
(Sciencelab, 2015).
6. Asam Benzoat
Asam benzoat berbentuk padatan kristal, berwarna putih, dan tidak berbau. Bahan ini larut
dalam air dingin, dietil eter, alkohol, gliserol, benzena, dan air panas. Bahan ini reaktif dengan
oksidator, logam dan alkali. Bahan ini dapat menyebabkan kerusakan ginjal, jantung, selaput
lendir, dan mata. Pertolongan pertama yang bisa diberikan jika terkena mata yaitu dibilas dengan
air minimal selama 15 menit (Sciencelab, 2015).
7. Benzofenon
Benzofenon memiliki rumus kimia . Benzofenon berwujud Kristal padat dan tak
berwarna. Benzofenon memiliki berat molekul 182,22 g / mol, titik didih 305,4 ° C (581,7 ° F)
dan titik lebur 49 ° C (120.2 ° F). Benzofenon mudah larut dalam aseton, metanol, dietil eter dan
tidak larut dalam air dingin. Benzofenon berbahaya dalam kasus kontak kulit (iritasi), kontak
mata (iritasi), menelan dan inhalasi. Pertolongan pertama pada kasus kontak kulit segera basuh
kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit saat mengeluarkan pakaian yang
terkontaminasi dan sepatu. Kulit ditutup yang teriritasi dengan emolien dan segera hubungin tim
medis). (Sciencelab, 2015).
8. Metanol
Metanol memiliki wujud cair, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Berat
molekul 34,04 g/mol. Titik didih 64,7ᵒC dan titik lelehnya tidak tersedia. Identifikasi bahaya yang
ditimbulkan dari methanol yaitu sangat berbahaya saat terjadi kontak dengan mata (iritan), kulit
(iritan), menelan dan inhalasi. Tindakan pertolongan pertama saat tertelan yaitu jangan
dipaksakan muntah kecuali diarahkan oleh tenaga medis (Sciencelab, 2015).
9. Anilin
Anilin adalah produk yang mudah terbakar, berwujud cair seperti minyak, berbau aromatik
dan tidak berwarna. Sifat lainnya dari anilin yaitu memiliki berat molekul sebesar 93,13 g/mol,
pH pada keadaan basa, titik didih 181,4o C, titik cair -6o C, berat jenis 1,0216 o C, dan tekanan 0,1
kPa. Bahaya anilin yang paling utama adalah pada kulit. Pertolongan pertama yang dapat
dilakukan adalah menyiram kulit yang terkena anilin dengan air yang banyak, tutupi yang
teriritasi dengan emolien (Sciencelab, 2015).
10. Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida memiliki rumus molekul NaOH. Bahan ini berfase poadat, berwarna
putih, berbau, titik didihnya 1388 , dan titik lelehnya 327 . Bahan ini mudah larut dalam air
dingin, reaktif dengan logam dan alkali. Bahan ini berbahaya apabila terkena mata, kulit, terhirup,
dan tertelan. Pertolongan pertama yang bisa dilakukan apabila tertelan, jangan memuntahkannya
secara sengaja dan segera minta bantuan medis (Sciencelab, 2015).
11. Etanol
Etanol memiliki wujud cairan, berbau seperti alcohol, tidak berwarna. Titik didiih etanol
78ᵒC sedangkan titik lelehnya -177ᵒC. Etanol larut dalm air panas dan air dingin. Identifikasi
bahaya dari etanol yaitu berbahaya dalam kasus kontak mata, kulit, menelan dan inhalasi.
Tindakan pertolongan pertama saat terjadi kontak dengan mata segera periksa dan lepaskan
kontak serta basuh dengan air mengalir selama minimal 15 menit (Sciencelab, 2015).
12. Asam Klorida
asam klorida memiliki rumus molekul HCl. Wujudnya cair, tidak berwarna, berbau pedas
dan tidak berasa. Sifat – sifat lain HCl memiliki titik didih sebesar 108,58o C, titik leleh -62,25o
C, berat jenis 1,1 – 1,9, tekanan uap 16 kPa, densitasnya 1,267, serta larut dalam air dingin,
panas, dan dietil eter. Asam klorida merupakan bahan yang sangat berbahaya untuk kulit, mata
dan menelan. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan bila terkena mata bilas dengan air yang
banyak minimal 15 menit (Sciencelab, 2015).
13. Fenol
Fenol memiliki wujud padat, berbau manis tajam, dan berwarna merah kemudaan. Berat
molekul fenol yaitu 94,11g/mol. Titik didihya yaitu sekitar 182 ° C sedangkan titik lelehnya
adalah 42 ° C. Kelarutan fenol dalam methanol, dietil eter, air dingin dan aseton. Identifikasi
bahaya dari fenol sangat berbaha apabila terjadi inhalasi. Tinadakan pertolongannya dengan cara
memindahkan korban ke udara segar (Sciencelab, 2015).
14. Aseton
Aseton memiliki wujud cair, berbau seperti mint, berasa pedas dan tidak berwarna. Berat
molekul aseton 58,08 g/mol sedangakan berat jenisnya 0,79. Titik didih aseton 56,2 ° C dan titik
leburnya -95,35° C. kelarutan saeton yaitu larut dalam air dingin dan air panas. Identifikasi
bahaya pada aseton yaitu berbahaya dalam kasus kontak mata. Tindakan pertolongan pertama
yaitu segera basuh mata dengan air mengalir selama minimal 15 menit (Sciencelab, 2015).

Prinsip Kerja
Prinsip kerja Menggunakan prinsip kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada suhu
tertentu yang menunjukkan bahwa interaksi interaksi spontan satu atau lebih solute atau solven
terjadi dan membentuk dispersi molekuler yang homogen. Kelarutan suatu zat dalam solven
tertentu digambarkan sebagai like dissolves like.

Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kelarutan ini adalah gelas arloji, pipet Pasteur,
tabung reaksi

Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kelarutan ini adalah benzofenon, akuades,
methanol. Heksana, etanol, 1-butanol, asam benzoate, anilin, fenol, HCL, dietil eter, aseton, metil
klorida dan NaOH.

Prosedur Kerja
1. Kelarutan suatu padatan
Dimasukan masing-masing sekitar 40 mg (0,040 g) asam benzoat kedalam 4 tabung reaksi.
Diberi label pada setiap tabung kemudian ditambahkan 1 mL air pada tabung reaksi pertama, 1
mL metanol pada tabung reaksi kedua, dan 1 mL heksana pada tabung ketiga. Digunakan tabung
reaksi keempat sebagai kontrol. Diaduk campuran pada tabung reaksi 1 -3 dengan pengaduk
selama 1 menit dan diamkan selama 30 detik. diamati sampel yang larut, tidak larut, atau larut
sebagian dengan membandingkan banyaknya sisa padatan dalam tabung 1-3 terhadap tabung 4.
Dicatat hasil pengamatan dalam lembar pengamatan.
Dipipet larutan (bagian cairan) pada tabung reaksi 1-3 masing-masing pada 3 tabung reaksi
yang lain menggunakan pipet Pasteur. Dilakukan dengan hati-hati supaya sisa padatan (bila ada)
tidak ikut dipipet. Diuapkan cairan yang dipindahkan dari tabung reaksi 1-3 dengan penangas air
hingga seluruh cairan menguap. Diamati, apakah ada padatan yang tersisa. Jika ada padatan
dalam tabung reaksi, sampelnya tidak larut. Jika tidak ada atau hanya sedikit padatan dalam
tabung reaksi, sampelnya larutan.
2. Kelarutan alkohol
Dimasukkan masing-masing sebanyak 1 mL pelarut (air) kedalam 3 tabung reaksi. Ditetesi
tabung reaksi pertama dengan metanol sampai total 10 tetes. Diamati kemudian dikocok setiap
penambahan satu tetes metanol. Jika terbentuk dua fase atau bola cair mengindikasikan kedua
cairan tidak bercampur atau tidak larut. Diulangi percobaan ini dengan mengganti etanol dengan
1-butanol, kemudian ter-butanol. Ulangi percobaan ini kembali dengan mengganti pelarut air
dengan heksana.
3. Kelarutan asam-basa organik
Dimasukkan masing-masing sekitar 30 mg (0,030 g) asam benzoat kedalam tiga tabung
reaksi yang kering. Diberi label setiap tabung reaksi. Ditambahkan tabung reaksi pertama dengan
1 mL air, tabung kedua 1 mL NaOH 1,0 M, dan tabung ketiga 1 mL HCl 1,0 M. Diaduk setiap
tabung reaksi dengan pengaduk selama 10-20 detik. Diamkan lalu amati dan ulangi percobaan ini
dengan mengganti asam benzoat dengan 1 mL anilin dan 1 mL fenol.
4. Bercampur atau tidak bercampur
Ditambahkan masing-masing 1 mL cairan dalam satu tabung reaksi yang sama pada setiap
pasangan larutan yaitu antara air dengan etanol, air dengan sikloheksan, air dengan aseton, air
dengan etil asetat, dan air dengan kloroform. Digunakan tabung reaksi yang berbeda untuk setiap
pasangan. Dikocok tabung reaksi 10-20 detik untuk menentukan apakah kedua cairan bercampur
atau tidak bercampur. Dicatat hasil pengamatan dalam lembar pengamatan.

Waktu yang Dibutuhkan


No. Kegiatan Waktu
1 Persiapan praktikum 10 menit
2 Kelarutan suatu padatan 25 menit
3 Kelarutan alkohol 25 menit
4 Kelarutan asam-basa organik 25 menit
5 Bercampur atau tidak bercampur 25 menit
TOTAL 110 menit

Referensi
Alimin M.S, Yunus dan Idris I. 2007. Kimia Analitik. Makassar : UIN Alauddin.
Basset, J, dkk. 1994. Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : EGC.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Purwani et all. 2008. Ekstraksi Konsentrasi Neodimium Memakai Asam Di-2-etil Heksil Fosfat.
Yogyakarta : SDM Tekhnologi Nuklir.
Rahayu, L. 2009. Isolasi dan Identivikasi senyawa flavonoid dari Biji Kacang Tunggak (Vigna
unguiculata L.). Malang : Universitas Brawijaya.
ScienceLab. 2015. Material Safety Data Sheet of Aquades [Serial Online].
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321 (diakses pada tanggal 08
Oktober 2018).
ScienceLab. 2015. Material Safety Data Sheet of Choloroform [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927133 (diakses pada tanggal 08 Oktober
2018).
ScienceLab. 2005. Material Safety Data Sheet of Heksana [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9923955 (diakses pada tanggal 08 Oktober
2018).

ScienceLab. 2005. Material Safety Data Sheet of 1- butanol [Serial Online].


http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924565 (diakses pada tanggal 08 Oktober
2018).
ScienceLab. 2005. Material Safety Data Sheet of kolesterol [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9923653 (diakses pada tanggal 08 Oktober
2018).
ScienceLab. 2005. Material Safety Data Sheet of anilin [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=4523955 (diakses pada tanggal 08 Oktober
2018).
ScienceLab. 2005. Material Safety Data Sheet of metanol [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927762 (diakses pada tanggal 08 Oktober
2018).
ScienceLab. 2005. Material Safety Data Sheet of asam benzoat [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9923926 (diakses pada tanggal 08 Oktober
2018).
ScienceLab. 2005. Material Safety Data Sheet of asam oksalat [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=6753955 (diakses pada tanggal 08 Oktober
2018).
ScienceLab. 2005. Material Safety Data Sheet of aseton [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9923955 (diakses pada tanggal 08 Oktober
2018).
ScienceLab. 2005. Material Safety Data Sheet of fenol [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9923245 (diakses pada tanggal 08 Oktober
2018).
ScienceLab. 2005. Material Safety Data Sheet of natrium hidroksida [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=1562955 (diakses pada tanggal 08 Oktober
2018).
ScienceLab. 2005. Material Safety Data Sheet of tert butanol [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=99238745 (diakses pada tanggal 08
Oktober 2018).
Oxtoby et all. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta : Erlangga.
Tim Penyusun. 2018. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Jember: Universitas Jember

Nama Praktikan :
Waladatus Sholikhah (171810301005)

Anda mungkin juga menyukai