Pendahuluan
Kelarutan merupakan ukuran kuantitatif banyaknya zat terlarut yang akan melarut dalam
pelarut pada suhu tertentu. Ungkapan “yang sejenis melarutkan yang sejenis” membantu
memprediksikan kelarutan zat terlarut dalam pelarut. Ungkapan ini menyatakan bahwa dua zat
dengan jenis dan gaya antar molekul yang sama akan cenderung saling melarutkan. Dua cairan
apabila saling melarutkan dengan sempurna dengan segala perbandingan maka disebut mampu
bercampur (Chang, 2004).
Campuran homogen antara dua zat atau lebih dikenal dengan larutan. Campuran disebut
homegen apabila susunannya seragam sehingga tidak teramati adanya bagian-bagian yang
berlainan. Larutan terdiri atas zat pelarut dan satu atau lebih zat terlarut Pelarut merupakan
medium tempat suatu zat lain melarut. Pelarut sering disebut sebagai zat pendispersi, yaitu tempat
menyebarnya partikel-partikel zat terlarut. Zat terlarut yaitu zat yang terdispersi didalam pelarut.
Larutan dalam kimia memiliki tiga fase yaitu gas, cair atau padat. Gas dapat bercampur dengan
sesamanya, oleh karena itu semua campuran gas adalah larutan (Oxtoby, 2001).
Kelarutan yaitu jumlah maksimum zat terlarut yang akan melarut dalam sejumlah tertentu
pelarut pada suhu tertentu. Kiamawan dalam konteks kualititaif membagi zat-zat sebagai dapat
larut, sedikit larut, atau tidak dapat larut. Zat dikatakan dapat larut jika sebagian besar zat tersebut
melarut bila ditambahkan air. Pernyataan tentang “yang sejenis melarutkan yang sejenis”
membantu memprediksikan kelarutan zat terlarut dalam pelarut. Dua zat dengan jenis dan gaya
antar molekul yang sama akan cenderung saling melarutkan. Dua cairan apabila saling
melarutkan dengan sempurna dengan segala perbandingan maka disebut mampu bercampur
(Chang, 2004).
Larutan terdiri atas zat yang dilarutkan atau solute dan pelarut solvent. Larutan dapat
didefinisikan sebagai campuran yang homogen atau heterogen dari dua atau lebih zat. Larutan
memiliki komposisi dan ukuran partikel yang sama. Larutan ada yang jenuh,tidak jenuh dan lewat
jenuh. Larutan jenuh adalah larutan yang tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut.
Larutan jenuh terjadi jika hasil konsentrasi ion sama dengan Ksp. Larutan tak jenuh adalah
larutan yang jumlah zat terlarut kurang pelarut. Larutan tak jenuh terjadi apabila hasil kali
konsentrasi ion kurang dari Ksp. Larutan lewat jenuh adalah larutan yang jumlah zat terlarutnya
lebih dari pelarut. Larutan lewat jenuh terjadi apabila hasil kali konsentrasi ion lebih dari dari Ksp
(Khopkar, 1990).
Pelarut adalah zat yang dapat melarutkan suatu zat. Pelarut dibagi menjadi beberapa
macam pelarut. Pelarut semiprotik mempunyai sifat asam maupun basa seperti halnya air. Etanol
dan metanol memiliki sifat asam –basa yang mirip dengan air. Asam asetat, asam format, dan
asam sulfat disebut pelarut asam dan merupakan asam basa yang jauh lebih lemah daripada air.
Pelarut basa seperti amonia cair dan etildiamina mempunyai keasaman yang jauh lebih kecil
daripada keasaman air (Basset, 1994).
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya larut suatu zat dalam zat lain yaitu temperatur,
tekanan, jenis zat pelarut, sifat dasar dari pelarut, dan hadirnya ion-ion dalam larutan. Faktor yang
berupa hadirnya ion dimungkinkan ion tersebut adalah ion senama atau ion bukan senama.
Hadirnya ion sekutu yang berlebih, menyebabkan kelarutan dari endapan bisa jadi lebih besar
dari nilai yang telah diperkirakan melaui tetapan kelarutan produk. Faktor pengaruh temperatur
tergantung pada pelarutan. Panas pelarutan negatif, daya larut turun dengan naiknya temperatur,
sedangkan panas pelarutan positif daya larut naik dengan naiknya temperatur (alimin, 2007).
Atom-atom dengan keelektronegatifan yang sama atau hampir sama akan membentuk
ikatan kovalen. Ikatan kovalen terdiri dari dua macam yaitu ikatan kovalen nonpolar dan polar.
Atom yang memiliki tarikan yang sama atau hampir sama terhadap eletron ikatan disebut dengan
ikatan kovalen nonpolar. Ikatan karbon-karbon dan ikatan hidrogen adalah jenis ikatan nonpolar
yang paling umum. Senyawa seperti H2, N2 dan CH4 juga contoh dari ikatan nonpolar. Ikatan
kovalen polar adalah suatu ikatan yang memiliki distribusi rapat elektron yang tidak merata,
contohnya pada senyawa HCl. Faktor yang menentukan derajat kepolaran suatu ikatan adalah
polarizabilitas atom-atom. Polarizabilitas adalah kemampuan awan elektron untuk didistorsi
sehingga akan mengimbas kepolarannya (Basset, 1994).
Peristiwa bercampur atau larut antara dua zat menandakan adanya interaksi diantara kedua
zat tersebut. Interaksi dapat berupa gaya antarmolekul. Gaya intramolekul dapat menstabilkan
molekul sedangkan gaya antarmolekul dapat menentukan sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap
molekul, misalnya seperti titik didih, titik leleh dan kelarutan. Gaya antarmolekul memilik sifat
yang sangat lemah dibandingakan dengan gaya intramolekul sehingga energi yang dibutuhkan
untuk menguapkan cairan lebih kecil daripada untuk memutuskan ikatan dalam molekul Gaya
antarmolekul antara lain gaya dipol-dipol dan gaya dispersi yang sering disebut sebagai gaya Van
Der Waals (Chang, 2004).
Gaya yang terjadi pada antar molekul antara lain yaitu :
1. Gaya london
Molekul non polar yang ditarik oleh interaksi dipol-dipol yang lemah disebut dengan gaya
London. Gaya ini timbul dari dipol yang diinduksi dalam satu molekul oleh molekul lain.
Elektron dari satu molekul ditarik ke inti dari molekul lain dengan tarikan yang lemah. Elektron-
elektron dari satu molekul ditarik ke inti dari molekul kedua secara lemah, sehingga elektron dari
molekul kedua ditolak oleh elektron yang pertama. Makin besar momen dipolnya, maka gaya
yang dihasilkan akan semakin kuat. Gambar 12. 1 menunjukkan orientasi molekul polar dalam
suatu padatan. Molekul cairan tidak terikat sekaku seperti padatan, tetapi molekul-molekul
cenderung tersusun sedemikkian rupa sehingga, secara rata-rata, interaksi tarik-menarik pada
keadaan maksimum .
Gambar 1.1 Molekul- molekul yang memiliki momen dipol permanen cenderung
mengatur diri (sumber : Chang, 2004)
2. Gaya van der walls
Gaya Van Der Walls adalah interaksi antar dipol-dipol (molekul polar) secara kolektif.
Jarak antara molekul memiliki pengaruh penting terhadapa kekuatan gaya Van Der Walls . Dua
atom yang saling mendekat akan timbul tolakan antar kedua inti dan antara kedua perangkat
elektron. Jarak antara kedua molekul menjadi lebih besar akan menyebabkan gaya tarik antar
kedua molekul berkurang.
3. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen adalah ikatan yang mengandung hidrogen yang mengikat oksigen, nitrogen
dan fluor. Interaksi ini adalah interaksi yang paling kuat. Ikatan hidrogen dapat terjadi pada
senyawa seperti H2O, NH3, dan HF. Molekul yang mempunyai ikatan hidrogen dalam keadaan
cair memiliki tarikan yang sangat kuat. Senyawa yang hanya mengandung karbon dan hidrogen
tidak memiliki ikatan hidrogen.
(Rahayu, 2009).
Menurut teori asam-basa Bronsted-Lowry, asam adalah donor atau penyumbang proton,
basa adalah akseptor atau penerima proton. Tinjauan sifat asam-basa ditunjukkan oleh sifat reaksi
kimia spesies dengan pelarut yang mengandung hidrogen yang dapat terion (misalnya air,
amonia, dan asam sulfat). Contoh dalam pelarut air :
Prinsip Kerja
Prinsip kerja Menggunakan prinsip kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada suhu
tertentu yang menunjukkan bahwa interaksi interaksi spontan satu atau lebih solute atau solven
terjadi dan membentuk dispersi molekuler yang homogen. Kelarutan suatu zat dalam solven
tertentu digambarkan sebagai like dissolves like.
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kelarutan ini adalah gelas arloji, pipet Pasteur,
tabung reaksi
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kelarutan ini adalah benzofenon, akuades,
methanol. Heksana, etanol, 1-butanol, asam benzoate, anilin, fenol, HCL, dietil eter, aseton, metil
klorida dan NaOH.
Prosedur Kerja
1. Kelarutan suatu padatan
Dimasukan masing-masing sekitar 40 mg (0,040 g) asam benzoat kedalam 4 tabung reaksi.
Diberi label pada setiap tabung kemudian ditambahkan 1 mL air pada tabung reaksi pertama, 1
mL metanol pada tabung reaksi kedua, dan 1 mL heksana pada tabung ketiga. Digunakan tabung
reaksi keempat sebagai kontrol. Diaduk campuran pada tabung reaksi 1 -3 dengan pengaduk
selama 1 menit dan diamkan selama 30 detik. diamati sampel yang larut, tidak larut, atau larut
sebagian dengan membandingkan banyaknya sisa padatan dalam tabung 1-3 terhadap tabung 4.
Dicatat hasil pengamatan dalam lembar pengamatan.
Dipipet larutan (bagian cairan) pada tabung reaksi 1-3 masing-masing pada 3 tabung reaksi
yang lain menggunakan pipet Pasteur. Dilakukan dengan hati-hati supaya sisa padatan (bila ada)
tidak ikut dipipet. Diuapkan cairan yang dipindahkan dari tabung reaksi 1-3 dengan penangas air
hingga seluruh cairan menguap. Diamati, apakah ada padatan yang tersisa. Jika ada padatan
dalam tabung reaksi, sampelnya tidak larut. Jika tidak ada atau hanya sedikit padatan dalam
tabung reaksi, sampelnya larutan.
2. Kelarutan alkohol
Dimasukkan masing-masing sebanyak 1 mL pelarut (air) kedalam 3 tabung reaksi. Ditetesi
tabung reaksi pertama dengan metanol sampai total 10 tetes. Diamati kemudian dikocok setiap
penambahan satu tetes metanol. Jika terbentuk dua fase atau bola cair mengindikasikan kedua
cairan tidak bercampur atau tidak larut. Diulangi percobaan ini dengan mengganti etanol dengan
1-butanol, kemudian ter-butanol. Ulangi percobaan ini kembali dengan mengganti pelarut air
dengan heksana.
3. Kelarutan asam-basa organik
Dimasukkan masing-masing sekitar 30 mg (0,030 g) asam benzoat kedalam tiga tabung
reaksi yang kering. Diberi label setiap tabung reaksi. Ditambahkan tabung reaksi pertama dengan
1 mL air, tabung kedua 1 mL NaOH 1,0 M, dan tabung ketiga 1 mL HCl 1,0 M. Diaduk setiap
tabung reaksi dengan pengaduk selama 10-20 detik. Diamkan lalu amati dan ulangi percobaan ini
dengan mengganti asam benzoat dengan 1 mL anilin dan 1 mL fenol.
4. Bercampur atau tidak bercampur
Ditambahkan masing-masing 1 mL cairan dalam satu tabung reaksi yang sama pada setiap
pasangan larutan yaitu antara air dengan etanol, air dengan sikloheksan, air dengan aseton, air
dengan etil asetat, dan air dengan kloroform. Digunakan tabung reaksi yang berbeda untuk setiap
pasangan. Dikocok tabung reaksi 10-20 detik untuk menentukan apakah kedua cairan bercampur
atau tidak bercampur. Dicatat hasil pengamatan dalam lembar pengamatan.
Referensi
Alimin M.S, Yunus dan Idris I. 2007. Kimia Analitik. Makassar : UIN Alauddin.
Basset, J, dkk. 1994. Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : EGC.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Purwani et all. 2008. Ekstraksi Konsentrasi Neodimium Memakai Asam Di-2-etil Heksil Fosfat.
Yogyakarta : SDM Tekhnologi Nuklir.
Rahayu, L. 2009. Isolasi dan Identivikasi senyawa flavonoid dari Biji Kacang Tunggak (Vigna
unguiculata L.). Malang : Universitas Brawijaya.
ScienceLab. 2015. Material Safety Data Sheet of Aquades [Serial Online].
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321 (diakses pada tanggal 08
Oktober 2018).
ScienceLab. 2015. Material Safety Data Sheet of Choloroform [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927133 (diakses pada tanggal 08 Oktober
2018).
ScienceLab. 2005. Material Safety Data Sheet of Heksana [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9923955 (diakses pada tanggal 08 Oktober
2018).
Nama Praktikan :
Waladatus Sholikhah (171810301005)