Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

MUAMALAH ZAKAT, PAJAK, DAN SISTIM BANK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama

Jurusan Teknik Kimia

PrograStudi D4 Teknik Kimia Produksi Bersih

Kelompok 3

191424010 Fauzan Dini Fadhillah


191424029 Tufana Muhallik Jahullan

JURUSAN TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI D4 – TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2019/2020
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
LATAR BELAKANG............................................................................................................ 4
RUMUSAN MASALAH ...................................................................................................... 4
TUJUAN PENULISAN ........................................................................................................ 5
BAB II ................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 6
2.1. PENGERTIAN ZAKAT DAN PAJAK .............................................................................. 6
Pajak ............................................................................................................................ 7
2.2. DASAR HUKUM YANG MELANDASI ZAKAT DAN PAJAK ........................................... 8
Zakat............................................................................................................................ 8
Pajak .......................................................................................................................... 11
2.3 Syarat - syarat zakat ............................................................................................... 12
Syarat-syarat wajib zakat .......................................................................................... 12
Syarat Sah Pelaksanaan Zakat ................................................................................... 13
Kriteria Harta yang Wajib Dizakati ............................................................................ 14
2.4 MUSTAHIK DAN AMIL ZAKAT .................................................................................. 14
Mustahik Zakat.......................................................................................................... 14
Amil Zakat ................................................................................................................. 16
2.5. MACAM-MACAM ZAKAT ........................................................................................ 17
2.6. JENIS-JENIS PAJAK ............................................................................................. 17
Pajak Penghasilan (PPh) ............................................................................................ 17
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ................................................................................. 17
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) ......................................................... 19
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3 .............................................................. 19
2.7 SYARAT SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK .................................................................. 20
2.8. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PAJAK.............................................................. 22
PERSAMAAN.............................................................................................................. 22
2.9. HIKMAH MENGELUARKAN PAJAK DAN ZAKAT ................................................. 23
2.10. PERBANDINGAN ANTARA PRAKTIK ZAKAT DENGAN BAZ SEBAGAI
PENYELENGGARA DAN PRAKTIK PAJAK DENGAN BANK SEBAGAI PENYELENGGARA ... 23
2.11 PENGARUH PRAKTIK BANK PADA MUAMALAH .................................................... 24
Bank : Sihir Penghancur Muamalah .......................................................................... 24
BAB III ................................................................................................................................ 35
PENUTUP ........................................................................................................................... 35
KESIMPULAN ................................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 35
BAB I

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Islam sebagai agama rahmatin lil alamin (Rahmat bagi alam
semesta), mengatur hubungan manusia dengan tuhan yang maha agung Allah
SWT dengan cara ibadah, dan hubungan manusia dengan mahluk dengan cara
Muamalah dalam seluruh aspek ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan dan
keamanan negara. Semua peraturan itu semua diatur dalam Al-Qur’an dan
Hadits riwayat Nabi. Dalam Makalah ini, kami penulis akan membahas
bagaimana islam mengatur hubungan manusia dengan mahlik (muamalah)
dalam skala umum mengenai sistem zakat dan pajak yang diterapkan pada
islam.
Mengenai bagaimana penerapan zakat dan pajak diterapkan dalam
islam, mengingat bahwa manusia adalah mahluk sosial,dan sistem ekonomi
yang perlu diatur menurut islam agar terhindar dari perbuatan riba. Mengenal
hukum dan tata cara zakat yang sah dalam islam sangat penting dalam
melaksanakan salah satu rukun islam ke lima. Penerapan pajak sendiri diatur
dalam islam agar terlaksana secara adil dan transparan. BAZ (Badan Amil
Zakat) sebagai badan penampung dan penyalur zakat harus memberikan
transparansi kepada siapa zakat tersebut disalurkan yang berhak menerimanya.
Dalam pelaksanaan pembayaran pajak menggunakan pihak ketiga
sebagai penyalur dan penampung dana yaitu Bank. Analisis sistim bank dalam
penyedia layanan pajak perlu di telaah karena akan berdampak pada
kemaslahatan rakyat, dan operasional negara. Bukan hanya dalam lingkup
individu atau personal tetapi hingga sampai lingkup sebesar negara. Adapun
karena alasan tersebut hukum muamalah dalam pajak perlu diterapkan agar
terciptanya kesejahteraan masyarakat.

RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan zakat dan pajak?
2. Apa dasar hukum dan dalil yang melandasi wajib zakat dan pajak?
3. Apa saja syarat-syarat pelaksanaan zakat?
4. Siapa saja mustahik Zakat dan Amil Zakat?
5. Apa saja jenis-jenis zakat?
6. Apa syarat pemungutan pajak?
7. Apa saja jenis-jenis pajak?
8. Apa persamaan dan perbedaaan antara zakat dan pajak?
9. Apa hikmah mengeluarkan zakat dan pajak
10. Bagaimana perbandingan sistem pajak dengan BAZ sebagai pengelola
dengan sistem pajak dengan Bank sebagai pengelola ?
11. Bagaimana dampak praktek bank terhadap muamalah

TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu
1. Mengetahui definisi tentang zakat dan pajak
2. Mengetahui dasar hukum dan dalil yang melandasi wajib zakat dan
pajak
3. Mengetahui syarat zakat.
4. Mengetahui Mustahik Zakat dan Amil Zakat.
5. Mengetahui macam-macam zakat.
6. Mengetahui syarat pemungutan pajak.
7. Mengetahui macam-macam pajak.
8. Mengetahui persamaan dan perbedaan antara zakat dan pajak.
9. Mengetahui hikmah mengeluarkan zakat dan pajak.
10. Menganalisis sistim bank dalam penerapan penampung wajib pakak.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN ZAKAT DAN PAJAK


Zakat

Menurut bahasa, kata “zakat” berarti tumbuh, berkembang, subur


atau bertambah. Seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli, Zakat
berasal dari kata zaka yang bermakna al-numulu (menumbuhkan), al-
ziyadah (menambah), al-barakah (memberkatkan), dan at-thahir
(menyucikan). (Abdurrahman Qadir, 2001 : 62). Menurut Sayid Sabiq
dalam buku Fiqih Sunnah dia menyebutkan bahwa zakat berasal dari bentuk
kata "zaka" yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang.
Dinamakan zakat, karena di dalamnya terkandung harapan untuk beroleh
berkat, membersihkan jiwa dan memupuknya dengan berbagai kebaikan.

Menurut istilah, Syarah hadits pilihan Bukhari Muslim, Abdullah


bin Abdurrahman Ali Bassam : 367 berpendapat bahwa zakat berarti hak
wajib dalam harta yang khusus, yaitu hewan ternak, hasil bumi, uang tunai,
barang dagangan, yang diperuntukkan bagi delapan golongan yang
disebutkan di dalam surat At-Taubah pada waktu tertentu yaitu genap satu
tahun, selain buah-buahan bahwa waktu panennya merupakan waktu yang
diwajibkan. Pendapat lain zakat adalah perbuatan menyisihkan harta yang
dimiliki jika telah cukup nisab dan memberikannya kepada orang yang
berhak (Wahid 2009). Menurut Didin Hafidhuddin, Zakat yaitu bagian dari
harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada
pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan
persyaratan tertentu pula.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan


bahwa zakat merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim untuk
menyisihkan harta yang dimiliki jika telah cukup nisab dan memberikannya
kepada orang yang berhak menerimanya. Ada keterkaitan erat antara makna
zakat secara bahasa dan istilah, yaitu bahwa setiap harta yang sudah
dikeluarkan zakatnya akan menjadi suci, bersih, baik, berkah, tumbuh dan
berkembang. Dalam konteks penggunaannya, selain untuk kekayaan,
tumbuh dan suci itu disifatkan untuk jiwa orang yang menunaikan zakat.
Artinya, zakat itu akan mensucikan orang yang mengeluarkannya dan
menumbuhkan pahalanya.

Kata suci itu jika dihubungkan dengan harta, maka menurut ajaran
Islam, harta yang dizakati itu akan tumbuh berkembang, bertambah karena
suci dan berkah (membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan yang
punya). Secara filosofis, fungsi zakat bagi manusia adalah membersihkan
dari kesalahan dan kecurangan dalam meraih keinginan selama ini.

Dalam Al-Quran disebutkan pada (QS. at-Taubah[9]: 103), Allah


berfirman :

‫س ِمي ٌع َع ِلي ٌم‬ َّ ‫سك ٌَن لَّ ُه ْۗ ْم َو‬


َ ُ‫ّللا‬ َ ‫ص ِل َعلَ ْي ِه ْۖ ْم ِإ َّن‬
َ َ‫ص ََلتَك‬ َ ُ ‫صدَقَةً ت‬
َ ‫ط ِه ُر ُه ْم َوتُزَ ِكي ِهم ِب َها َو‬ َ ‫ُخذْ ِم ْن أ َ ْم َوا ِل ِه ْم‬

Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. at-Taubah[9]: 103)

Pajak

Dalam pandangan ahli hukum Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH


dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) yaitu, “Pajak adalah iuran rakyat
kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra Prestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
Dalam pandangan ekonomi islam menurut para ahli ulama pajak dalam
bahasanya adalah Dharibah, yang berarti mewajibkan, menetapkan,
menentukan. Para ulama memakai ungkapan dharibah untuk menyebutkan
harta yang dipungut sebagai kewajiban. Menurut Abdul Qadim Zallum
dalam Al-Amwal fi Daulah al-Khilafah berpendapat bahwa Pajak adalah
harta yang diwajibkan Allah SWT, kepada kaum muslim untuk membiayai
berbagai kebutuhan dan pos-pos pengeluaran yang memang diwajibkan atas
mereka, pada kondisi baitul mal tidak ada uang atau harta.

Dari definisi di atas, disimpulkan bahwa pajak adalah iuran rakyat


kepada negara yang dapat dipaksakan yang dibayar oleh wajib pajak dan
cara pembayarannya menurut peraturan dengan tidak mendapat imbalan
kembali yang dapat ditunjuk secara langsung.

2.2. DASAR HUKUM YANG MELANDASI ZAKAT DAN PAJAK

Zakat

Zakat adalah rukun ketiga dari lima rukun Islam dan zakat juga
termasuk salah satu panji-panji Islam yang penegakkannya tidak boleh
diabaikan oleh umat muslim. Perintah zakat telah ada semenjak Rasulullah
SAW di Makkah tetapi belum spesifik terkait waktunya, kemudian muncul
perintah sadaqathul fitrah (zakat fitrah) setelah berpuasa, dan perintah
mengeluarkan zakat harta dengan ketentuan lebih spesifik seperti yang kita
kenal saat ini. Dasar-dasar atau landasan kewajiban mengeluarkan zakat
disebutkan dalam.:

 Qs. Al Baqarah : 43

َّ ٰ ‫ٱلز َك ٰوة َ َو ۡٱر َكعُواْ َم َع‬


َ‫ٱلر ِكعِين‬ َّ ‫َوأَقِي ُمواْ ٱل‬
َّ ْ‫صلَ ٰوة َ َو َءاتُوا‬

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-


orang yang ruku”.
 Qs, At Taubah : 103

‫ع ِلي ٌم‬
َ ‫س ِمي ٌع‬ َّ ‫ن لَّ ُه ْۡۗم َو‬ٞ ‫س َك‬
َ ُ‫ٱّلل‬ َ ‫علَ ۡي ِه ْۡۖم إِ َّن‬
َ َ‫صلَ ٰوتَك‬ َ ‫ط ِه ُر ُه ۡم َوتُزَ ِكي ِهم ِب َها َو‬
َ ‫ص ِل‬ َ ‫ُخ ۡذ ِم ۡن أَمۡ ٰ َو ِل ِه ۡم‬
َ ُ ‫صدَقَ ٗة ت‬

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
 Qs. Al An’am : 141

َّ ‫ع ُم ۡخت َ ِلفًا أ ُ ُكلُ ۥهُ َو‬


َ‫ٱلز ۡيتُون‬ َّ ‫ت َوٱلنَّ ۡخ َل َو‬
َ ‫ٱلز ۡر‬ َ ٰ ‫ت َوغ َۡي َر َمعۡ ُرو‬
ٖ ‫ش‬ ٖ ‫ش‬ ٖ َّ‫ِي أَنشَأ َ َج ٰن‬
َ ٰ ‫ت َّمعۡ ُرو‬ ٓ ‫۞و ُه َو ٱلَّذ‬ َ
‫ٱلر َّما‬
ُّ ‫َو‬

‫صا ِد ِْۖۦه َو ََل ت ُ ۡس ِرفُ ٓو ٖۚاْ إِنَّ ۥهُ ََل ي‬


َ ‫شبِ ٖ ٖۚه ُكلُواْ ِمن ث َ َم ِر ِٓۦه إِذَآ أ َ ۡث َم َر َو َءاتُواْ َحقَّ ۥهُ يَ ۡو َم َح‬
َ ٰ َ ‫شبِ ٗها َوغ َۡي َر ُمت‬
َ ٰ َ ‫نَ ُمت‬

َ‫ُُ ِحبُّ ۡٱل ُم ۡس ِرفِين‬

Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang


tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-
macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya)
dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-
macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik
hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah
kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang
yang berlebih-lebihan

 Qs. At Tawbah : 5

ُ‫ص ُرو ُه ۡم َو ۡٱقعُد‬ ُ ‫سلَ َخ ۡٱۡل َ ۡش ُه ُر ۡٱل ُح ُر ُم فَ ۡٱقتُلُواْ ۡٱل ُم ۡش ِركِينَ َح ۡي‬
ۡ ‫ث َو َجدت ُّ ُمو ُه ۡم َو ُخذُو ُه ۡم َو‬
ُ ‫ٱح‬ َ ‫فَإِذَا ٱن‬

ٞ ُ‫غف‬
‫يم‬ٞ ‫ور َّر ِح‬ َ ْ‫ٱلز َك ٰوة َ فَخَلُّوا‬
َّ ‫سبِيلَ ُه ٖۡۚم إِ َّن‬
َ َ‫ٱّلل‬ َّ ‫ص ٖ ٖۚد فَإِن ت َابُواْ َوأَقَا ُمواْ ٱل‬
َّ ْ‫صلَ ٰوة َ َو َءات َُوا‬ َ ‫واْ لَ ُه ۡم ُك َّل َم ۡر‬

“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-


orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah
mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. Jika
mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka
berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi maha Penyayang.”
 Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin
Umar Rosulullah bersabda

“Islam itu ditegakkan atas lima pilar: syahadat yang menegaskan bahwa
tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan
sholat, membayar zakat, menunaikan haji dan berpuasa pada bulan
ramadhan” (HR Bukahari Muslim)
 Hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah

“Seseorang yang menyimpan hartanya tidak dikeluarkan zakatnya akan


dibakar dalam neraka jahnnam baginya dibuatkan setrika dari api,
kemudian disetrikakan ke lambung dan dahinya-Al Hadits (HR Ahmad
dan Muslim)

 Hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani dal buku Al Ausath dan As

Saghir dari Ali


“Allah ta’ala mewajibkan zakat pada harta orang-orang kaya dari
kaum muslimin sejumlah yang dapat melapangi orang-orang miskin
diantara merela fakir miskin itu tiadalah akan menderita menghadapi
kelaparan dan kesulitan sandang kecuali karena perbuatan golongan
dan kaya, ingatlah Allah akan mengadili mereka nanti nanti secara
tegas dan menyiksa mereka dengan pedih”.

Pajak

Dasar hukum Indonesia yang tertulis pada Undang Undang Dasar


1945 pasal 23 A tentang kontribusi negara dalam bentuk pajak, berbunyi:

“Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara
diatur dengan undang-undang.”

Pada undang-undang Nomer 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi,

“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.”

Maksud dari orang pribadi merupakan subjek pajak yang bertimpat tinggal
atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia. Kemudian dasar hukum
wajib pajak di Indonesia tertera pada Surat Keputusan Menteri Keuangan
No. 544/KMK.04/2000 dalam Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu
(2006:112), menyatakan bahwa:

“Kepatuhan perpajakan adalah tindakan Wajib Pajak dalam pemenuhan


kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu
negara”.

Dasar hukum pada Islam dalam mengatur perpajakan terdapat pada Qs. At
Taubah (9) ayat 29, Allah berfirman,

َ ‫سبِي ِل ٖۚ ِ ٓۦه ِإنَّ ُه ۡم‬


٩ َ‫سا ٓ َء َما َكانُواْ يَعۡ َملُون‬ َ ْ‫صدُّوا‬
َ ‫عن‬ َ َ‫ٱّللِ ث َ َم ٗنا قَ ِل ٗيَل ف‬
َّ ‫ت‬ِ َ‫بَُُ ا ٰي‬
ِ ْ‫ٱشت ََر ۡوا‬
ۡ

“Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu


mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat
buruklah apa yang mereka kerjakan itu. “Perangilah orang-orang yang tidak
beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan mereka
tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan
tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (Yaitu orang-
orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar
jizyah dengan patuh sedang mereka dalam Keadaan tunduk.”

Kata pajak bukan dari Islam. Namun terjemahan yang hamper sama atau
banyak disamakan dengan maksud pajak pada keumuman adalah teradapat
dalam kata “jizyah” diterjemahkan dengan pajak. Dalil Quran yang lainnya
terdapat pada Qs. An-nisa ayat 29, Allah berfirman,

‫اض ِمن ُك ٖۡۚم َو ََل‬


ٖ ‫عن ت ََر‬ ٓ َّ ِ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ََل ت َۡأ ُكلُ ٓواْ أَمۡ ٰ َولَ ُكم بَ ۡينَ ُكم بِ ۡٱل ٰبَ ِط ِل إ‬
َ ً ‫َل أَن ت َ ُكونَ تِ ٰ َج َرة‬
٢٩ ‫ٱّللَ َكانَ بِ ُك ۡم َر ِح ٗيما‬ َ ُ‫ت َۡقتُلُ ٓواْ أَنف‬
َّ ‫س ُك ٖۡۚم إِ َّن‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.”

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan cara yang bathil”.

Dalam ayat diatas Allah Melarang hamba-nya saling memakan harta sesama
dengan jalan yang tidak dibenarkan. Pajak adalah salah satu jalan yang batil
untuk memakan harta sesamanya.

2.3 Syarat - syarat zakat

Syarat-syarat wajib zakat

Dikutip dari buku syarat-syarat wajib zakat, (Syaikh


Muhammad,2010), syarat-syarat wajib pajak adalah:

1. Islam. Zakat hanya diwajibkan bagi orang islam saja.


2. Merdeka. Hamba sahaya tidak wajib mengeluarkan zakat kecuali
zakat fitrah, sedangkan tuannya wajib mengeluarkannya.
Berdasarkan Al-Bukhari 2379 dan Muslim 1543.

"Barangsiapa yang menjual hamba yang mempunyai harta maka


hartanya untuk penjualnya kecuali disyaratkan oleh pembeli."
Adapun merdeka, karena budak tidak memiliki apa-apa, karena
hartanya milik tuannya.
3. Baligh dan Berakal. Baligh berarti mampu membedakan mana yang
benar dan salah, sedangkan berakal berarti mampu membedakan mana
yang baik dan buruk.
4. Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati.
5. Milik sepenuhnya. Harta yang akan dizakati hendaknya milik
sepenuhnya seseorang yang beragama islam dan harus merdeka. Bagi
harta yang bekerjasama antara orang islam dengan orang non-Islam,
maka hanya harta orang islam saja yang dikeluarkan zakatnya.
6. Cukup haul. Maksudnya harta tersebut dimiliki genap setahun,
selama 354 hari menurut tanggalan hijrah atau 365 hari menurut
tanggalan masehi.
7. Cukup nisab. maksudnya bahwa seseorang mempunyai harta yang
mencapai nishab yang sudah ditentukan oleh syara (aturan).
Kebanyakan standar zakar harta (mal) menggunakan nilai harga emas
saat ini, jumlahnya sebanyak 85 gram. Nilai emas dijadikan ukuran
nisab untuk menghitung zakat uang simpanan, emas, saham,
perniagaan, pendapatan dan uang dana pensiun.
8. Harta berlebih. Maksudnya harta yang akan dizakati melebihi
kebutuhan pokok.

Syarat Sah Pelaksanaan Zakat

1. Niat. Niat yang tulus dan ikhlas lillahi taala.


2. Tamli. Artinya memindahkan kepemilikan kepada penerimanya.

Kriteria Harta yang Wajib Dizakati

Menurut Ahamad Hadi di buku Panduan Zakat, yaitu harta yang dapat di
jadikan zakat adalah:

1. Binatang Ternak
2. Harta Perniagaan, harta yang diperuntukkan untuk jual-beli.
3. Harta Perusahaan, setiap perusahaan di bidang barang maupun jasa
dapat menjadi objek wajib zakat.
4. Hasil Pertanian
5. Barang Tambang dan Hasil Laut
6. Emas dan Perak, Termasuk dalam kategori emas dan perak yang
merupakan mata uang yang berlaku pada waktu itu adalah mata uang
yang berlaku saat ini di masing-masing negara.
7. Properti Produktif, harta properti yang diproduktifkan untuk meraih
keuntungan atau peningkatan nilai material dari properti tersebut.
Produktivitas properti diusahakan dengan cara menyewakannya
kepada orang lain atau dengan jalan menjual hasil dari
produktivitasnya.

2.4 MUSTAHIK DAN AMIL ZAKAT

Mustahik Zakat

Orang-orang yang berhak menerima zakat disebut mustahik zakat,


diantaranya:
Ada 8 golongan yang termasuk orang-orang yang berhak menerima
zakat (Ghafar 2010). Allah telah memberikan jaminan untuk
menjelaskan data orang-orang yang berhak menerima zakat. Hal ini
sesuai firman Allah pada surat At-taubah ayat 60 Allah berfirman:
Surat
ِ ‫علَ ۡي َها َو ۡٱل ُم َؤلَّفَ ِة قُلُوبُ ُه ۡم َوفِي‬
ِ ‫ٱلرقَا‬
‫ب‬ َ َ‫ين َو ۡٱل ٰ َع ِملِين‬
ِ ‫س ِك‬َ ٰ ‫صدَ ٰقَتُ ِل ۡلفُقَ َرآ ِء َو ۡٱل َم‬
َّ ‫۞ ِإنَّ َما ٱل‬
٦٠ ‫يم‬ٞ ‫ع ِلي ٌم َح ِك‬
َ ُ‫ٱّلل‬ َّ ‫ٱّللِ َو‬ْۗ َّ َ‫ض ٗة ِمن‬َ ‫س ِبي ْۖ ِل فَ ِري‬َّ ‫ٱّللِ َو ۡٱب ِن ٱل‬َّ ‫سبِي ِل‬ َ ‫َو ۡٱل ٰغَ ِر ِمينَ َوفِي‬
Artinya :”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, penguruspengurus zakat, Para mu'allaf
yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang
yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan
Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Diantara orang yang berhak menerima zakat itu adalah:

1. Fakir, Orang yang hamper tidak memiliki apa-apa sehingga tidak


mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup.
2. Miskin, Orang yang memiliki harta namun tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup.
3. Amil, Orang yang mengumpulkan dan membagikan
zakat/petugas zakat.
4. Mu’allaf, Orang yang baru masuk Islam dan membutuhkan
bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan barunya.
5. Riqob, Budak yang ingin memerdekakan dirinya.
6. Gharimin, Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal
dan tidak sanggup untuk memenuhinya.
7. Fisabilillah, Mereka yang berjuang di jalan Allah (misal: dakwah,
perang, dsb).
8. Ibnus Sabil, Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan.
Adapun yang tidak berhak menerima zakat adalah:
1. Orang kaya dan orang yang masih memiliki tenaga.
2. Hamba sahaya yang masih mendapat nafkah atau tanggungan dari
tuannya.
3. Keturunan Rasulullah (ahlul bait).
4. Orang yang dalam tanggungan dari orang yang berzakat,
misalnya anak dan istri.
5. Orang yang tidak beragama islam.

Amil Zakat

Saat ini terdapat 22 lembaga amil zakat nasional yang dapat


dikurangkan dari penghasilan bruto untuk memudahkan pembayaran
pajak.
1. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
2. Baitu Maal Hidayatullah.
3. Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia (BAMUIS
BNI).
4. Baituzzakah Pertamina.
5. Baitulmaal Muamalat (BMW).
6. Bangun Sejahtera Mitra Umat (BSM Umat).
7. Dompet Dhuafa Republika.
8. Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid (DPU DT).
9. LAZ Yayasan Amanah Takaful.
10. LAZ Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia.
11. LAZIS Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia.
12. LAZIS Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (LAZIS IPHI).
13. Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqoh Nahdlatul Ulama
(LAZISNU).
14. LAZ Dana Sosial Islam (DSI).
15. Lembaga Amil Zakat Nasional Bitul Maal wat Tamqil (LAZNAS
BMT).
16. Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah
(LAZISMU).
17. Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU).
18. Pusat Zakat Umat (LAZ Persatuan Islam).
19. Rumah Zakat Indonesia/Dompet Sosial Ummul Quro (DSUQ).
20. Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF)
2.5. MACAM-MACAM ZAKAT
Pada dasarnya zakat dibagi menjadi dua macam yaitu :
1. Zakat mal ( harta)
Zakat mal yaitu zakat yang berkaitan dengan kepemilikan harta
tertentu dan memenuhi syarat tertentu. Zakat ini meliputi zakat
tumbuh-tumbuhan, zakat binatang ternak, zakat perniagaan, zakat
barang tambang, dan zakat emas dan perak.
2. Zakat fitrah
adalah zakat yang diperintahkan nabi Muhammad kepada umat
Islam pada tahun diwajibkan puasa Ramadhan sampai hari
terakhir bulan Ramadhan sebelum sholat idhul fitri.61

2.6. JENIS-JENIS PAJAK

Pajak Penghasilan (PPh)

PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak..

Yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan


ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal baik dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan
dalam bentuk apapun. Dengan demikian, maka penghasilan itu dapat berupa
keuntungan usaha, gaji, ho1norarium, hadiah, dan lain sebagainya.

Adapun jenis-jenis PPh adalah PPh Pasal 15, PPh Pasal 19, PPh Pasal
21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 24, PPh Pasal 25, PPh Pasal 26, PPh
Pasal 29 dan PPh Final Pasal 4 ayat 2.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena
Pajak di dalam Daerah Pabean (dalam wilayah Indonesia).
Orang Pribadi, perusahaan, maupun pemerintah yang mengkonsumsi Barang Kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak dikenakan PPN.

Pada dasarnya, setiap barang dan jasa adalah Barang Kena Pajak atau Jasa Kena
Pajak, kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang PPN.

Mekanisme PPN Indonesia

Secara teknis, mekanisme yang berlaku terhadap PPN di Indonesia adalah sebagai
berikut:

1. Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena


Pajak (BKP)/Jasa Kena Pajak (JKP) wajib memungut PPN dari
pembeli/penerima BKP/JKP yang bersangkutan sebesar 10% dari Harga
Jual atau penggantian, dan membuat Faktur Pajak sebagai bukti
pemungutannya.
2. PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut merupakan Pajak
Keluaran bagi PKP Penjual BKP/JKP, yang sifatnya sebagai pajak yang
harus dibayar (utang pajak).
3. Pada waktu PKP di atas melakukan pembelian/perolehan BKP/JKP yang
dikenakan PPN, PPN tersebut merupakan Pajak Masukan yang sifatnya
sebagai pajak yang dibayar di muka, sepanjang BKP/JKP yang dibeli
tersebut berhubungan langsung dengan kegiatan usahanya.
4. Untuk setiap masa pajak (setiap bulan), apabila jumlah Pajak Keluaran lebih
besar dari pada Pajak Masukan, maka selisihnya harus disetor ke Kas
Negara paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak
dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai
disampaikan. Dan sebaliknya, apabila jumlah Pajak Masukan lebih besar
dari pada Pajak Keluaran, maka selisih tersebut dapat di kompensasi ke
masa pajak berikutnya. Restitusi hanya dapat diajukan pada akhir tahun
buku. Hanya PKP yang disebutkan dalam Pasal 9 ayat (4b) UU No. 42
Tahun 2009 saja yang dapat mengajukan restitusi untuk setiap Masa Pajak.
5. Pengusaha Kena Pajak di atas wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan
Masa PPN (SPT Masa PPN) setiap bulan ke Kantor Pelayanan Pajak terkait
paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Selain dikenakan PPN, atas pengkonsumsian Barang Kena Pajak tertentu yang
tergolong mewah, juga dikenakan PPnBM. Yang dimaksud dengan Barang Kena
Pajak yang tergolong mewah adalah:

 Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok; atau


 Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; atau
 Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat
berpenghasilan tinggi; atau
 Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status; atau
 Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta
mengganggu ketertiban masyarakat.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3

PBB adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan, pemanfaatan dan/atau


penguasaan atas tanah dan/atau bangunan. Objek PBB adalah bumi dan/atau
bangunan, di mana pengertian bumi dan/atau bangunan adalah sebagai berikut:

“Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi


tanah dan perairan pedalaman serta laut
wilayah Indonesia, dan tubuh bumi yang ada
di bawahnya. Sedangkan bangunan adalah
konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau
perairan.”

Adapun yang bukan termasuk objek PBB adalah:

 Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang


ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang
nyata-nyata tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;
 Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu;
 Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara
yang belum dibebani suatu hak;
 Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas
perlakuan timbal balik;
 Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi Internasional yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan.

Sebenarnya terdapat 5 (lima) sektor pajak dalam lingkup PBB, yaitu: Sektor
Pedesaan, Perkotaan, Perkebunan, Pertambangan dan Perhutanan.

Namun, berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (PDRD) mulai 1 Januari 2014, PBB Perdesaan dan Perkotaan
(sektor P2) telah menjadi Pajak Daerah. Sedangkan untuk PBB Perkebunan,
Perhutanan, Pertambangan (Sektor P3) masih tetap merupakan Pajak Pusat. Adapun
pembahasan mengenai Sektor P3, akan kami sampaikan di lain kesempatan.

2.7 SYARAT SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK

Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu


tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun, bila terlalu rendah, maka
pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak
menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus memenuhi
berbagai persyaratan, yaitu:

1. Pemungutan Pajak Harus Adil (Syarat Keadilan).


Seperti halnya produk hukum yang lain, maka hukum pajak pun mempunyai
tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam
perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya.
Contohnya:
a. Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak
b. Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai
wajib pajak
c. Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat
ringannya pelanggaran.

2. Pengaturan Pajak Harus Berdasarkan UU (Syarat Yuridis)


Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi:
"Pajak dan pungutan yang bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-
Undang", ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan UU tentang
pajak yaitu:
a. Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU tersebut
harus dijamin kelancarannya.
b. Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara umum.
c. Jaminan hukum akan terjaganya kerahasiaan bagi para wajib pajak.

3. Pungutan Pajak Tidak Mengganggu Perekonomian (Syarat Ekonomis)


Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa supaya jangan sampai
mengganggu kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun
jasa. Pemungutan pajak jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan
menghambat lajunya usaha masyarakat pemasok termasuk kecil dan menengah.

4. Pemungutan Pajak Harus Efisien (Syarat Finansial)


Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus
diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang harus dibayarkan lebih rendah
dibandingkan biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan
pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan demikian, wajib
pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi
penghitungan maupun dari segi waktu.

5. Sistem Pemungutan Pajak Harus Sederhana


Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam
pungutan pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam
menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dampak
yang positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam
pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak rumit, orang akan
semakin enggan membayar pajak.
Contoh:
a. Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif.
b. Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu 10%
c. Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan
disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan maupun
perseorangan (pribadi).

2.8. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PAJAK

PERSAMAAN

Pajak dan zakat, secara teknis keduanya merupakan pungutan. Keduanya


berhukum wajib bagi yang sudah memenuhi syarat tertentu. Selain itu keduanya
dikumpulkan untuk kemudian dipakai untuk kepentingan orang banyak. Dalam
pelaksanaannya, zakat dan pajak memiliki badan pengelola, terutama dalah hal
pengumpulan dana.
PERBEDAAN
Namun keduanya tidaklah sama, zakat bersifat wajib karena perintah
tersebut ada di dalam alquran sehingga semua muslim yang memenuhi syarat wajib
bayar zakat. Sedangkan perintah bayar pajak dikeluarkan oleh pemerintah untuk
semua warga negara yang juga memenuhi syarat. Dalam penunaiannya, zakat tidak
selalu berbentuk uang kertas, dapat berupa emas, perak bahkan beras, sedangkan
pajak selalu menggunakan uang kertas. Target pembagian dari dana zakat sudah
ditetapkan dalam al-quran menjadi 9 golongan, sedangkan target pajak dibuat oleh
manusia, yaitu pemerintah mealui RABnya

2.9. HIKMAH MENGELUARKAN PAJAK DAN ZAKAT


Pengeluaran zakat dan pajak merupakan bentuk kepedulian dan kesadaran
bahwa sebagian dari harta kita terkandung hak milik orang lain. Dengan hadirnya
zakat dan pajak secara tidak langsung kita telah turut menyejahterakan kehidupan
banyak orang selama pajak dan zakat tepat sasaran. Maka dari itu, jika zakat dan
pajak ditunaikan dengan kesadaran seperti diatas, maka Insha Allah, harta yang
dikeluarkan kan memiliki nilai spiritual tambahan.

2.10. PERBANDINGAN ANTARA PRAKTIK ZAKAT DENGAN BAZ SEBAGAI


PENYELENGGARA DAN PRAKTIK PAJAK DENGAN BANK SEBAGAI
PENYELENGGARA
Walaupun secara teknis keduanya memotong sebagian harta yang kita
punya, namun system zakat jauh lebih baik dibanding pajak. Dalam semua jenis
zakat, sang muzakir dalam menunaikan zakatnya tentu mengucaj ijab terlebih
dahulu, hal ini secara moral tentu baik karena akan meluruskan niat dan memberi
nilai lebih pada harta yang dizakatkan. Secara teknis tentu dengan hadirnya ijab
akan bertindak sebagai check and recheck, sehingga kesalahan nominal atau
jumlah lainya akan terhindar. Selain itu zakat akan lebih tepat sasaran. Harta yang
dibagikan sudah pasti jatuh ke tangan yang membutuhkan. Hal ini karena Allah
sendiri melalui Al-Quran telah menetapkan golongan mana saja yang berhak
menerima zakat tersebut. Sedangkan dalam system pajak, semua pungutan akan
ditampung lalu dilaporkan jumlahnya, yang kemudian akan dimasukan ke dalam
RAB yang dibuat oleh manusia. Tentu jika harus dibandingkan system yang
dibuat oleh Allah sebagaia Khaliq akan jauh lebih baik dibanding apapun yang
dibuat manusia sebagai makhluk. Karena apapun yang dibuat manusia tidak
bersifat mutlak, selalu ada kemungkinan terjadi kesalahan.

2.11 PENGARUH PRAKTIK BANK PADA MUAMALAH

Bank : Sihir Penghancur Muamalah

Sejarah Bank dan kedudukannya

Dahulu kala, pada abad ke 10, masyarakat dunia dalam menjalankan


perniagaan mereka menggunakan sistem barter. Hal ini dilakukan oleh
dua pihak yang saling bertukar barang yang keduanya saling
membutuhkan dan menyepakati bahwa dua hal yang akan ditukar
memiliki nilai yang sama berdasarkan kebutuhan serta menepakati hal
lain bila diperlukan. Namun system ini memiliki kekurangan, sering kali
dua pihak yang akan melakukan barter tidak menemui titik sepakat,
terkadang satu puhak merasa barang yang akan ditukar tidak memiliki
nilai yang setara atau pihak satu sedang dalam keadaan darurat
membutuhkan suatu hal namun tidak dapat menemukan pasangan barter
yang bersedia. Namun keadaan membaik saat di jazirah arab mulai
mengenal system dengan menjadikan logam mulia sebagai alat tukar
yang sah dan diakui banyak orang serta memiliki nilai yang konstan
seiring waktu. Logam mulia yang dimaksud adalah emas and perak atau
dalam islam sering dikenal sebagai dinar dan dirham. Pembaharuan
system perniagaan ini berhasil mengatasi masalah yang ditemui pada
sitem barter. Seiring waktu, system ini mulai menghadapi tantangan,
salah satunya adalah tantangan keamanan, semenjak hadirnya logam
mulia, tingkat kriminalitas khususnya pencurian dinar dan dirham
meningkat. Dalam keresahan masyarakat inilah, hadir inisiasi bank
pertama untuk berdiri. Bank saat itu hanya diartikan sebagai pihak
ketiga yang memeiliki tempat yang aman (dapat berupa brangkas yang
dijaga ketat oleh penjaga) dan menjadikan temap itu sebagai lokasi
penyimpanan emas masyarakat dengan tariff tambahan sebagai biaya
keamanan. Sebagai bukti seseorang telah menyimpan uang di brangkas
mereka, pihak bank mengeluarkan sebuah KERTAS MOU, yang
berisikan pernyataan bank yang membenarkan bahwa yang
bersangkutan menyimpan emas mereka sebanyak sekian jumlahnya.
Inilah awal permulaan bagaimana sebuah kertas dapat memiliki nilai
yang sama dan dapat menggantikan peran dari logam mulai dalam
perniagaan. Begitulah definisi dan cara kerja bank pertama berjalan.
Seiring berjalannya waktu, pihak bank merasa tidak puas dengan profit
yang mereka dapat, hal ini disebabkan karena tidak semua masyarakat
percaya pada bank untuk menjaga emas mereka dan bahkan beberapa
saudagara dulu lebih memilih untuk menyewa penjaganya sendiri
dibandingkan dititip ke pihak lain. Maka dari itu bank mulai mencari
jalan lain agar mereka mendapat profit lebih. Bagaiamana mereka
melakukannya ? seperti yang kita ketahui bahwa setiap orang yang
menitipkan emas mereka di pihak bank akan mendapat MOU sebagai
tanda bahwa benar adanya yang bersangkutan memiliki emas sekian
banyaknya di brangkas bank. Sistem ini diketahui dan diterima
masyarakat karena tidak merugkan mereka, namun secara tidak
langsung hal ini telah menciptakan stigma bahwa KERTAS MOU yang
mereka pegang memiliki kekuatan dan daya beli yang sama dengan
emas. Bahkan masyarakat menggunakan MOU tersebut dalam jual beli
sehari-hari. Stigma inilah yang dimanfaatkan pihak bank untuk
mendapat profit lebih. Tindak criminal yang bank pertama kali lakukan
adalah mereka memberi pinajaman dengan bunga memakai emas yang
mereka tidak punya. Contoh jika suatu bank menampung 100 koin emas
maka bank hanya mampu meberi pinjaman pada masyarakat maksimal
sebanyak 100 koin juga. Namun bukan itu yang bank lakukan, mereka
mulai memperbanyak MOU hingga nilai total MOU yang mereka punya
jauh melebihi emas yang mereka tampung. MOU inilah yang diedarkan
ke masyarakat sebagai bentuk pinjaman dan mengharuskan yang
menerima hutang untuk mengembalikan lebih dari yang mereka pinjam
dalam bentuk emas, atau yang sering kita sebut praktek dzalim ini
sebagai riba. Namun di abad ke 10, system bank ini runtuh karena
masyarakat menginginkan emas mereka kembali dalam waktu yang
berdekatan sehingga profit dari bunga bank yang mereka dapat tidak
mampu mengimbangi permintaan sehingga dahulu para banker tersebut
dihukum mati karena penipuan masal dalam perniagaan, dan terlebih
lagi, kegiatan ini benar-benar bertentangan dengan banyak prinsip
muamalah, sesuai dengan QS. Al- Baqarah ayat 275 :
َ‫س ٰذَ ِلك‬ٖۚ ِ ‫ط ُن ِمنَ ۡٱل َم‬ َ ٰ ‫ش ۡي‬
َّ ‫طهُ ٱل‬ ُ َّ‫ٱلربَ ٰواْ ََل يَقُو ُمونَ إِ ََّل َك َما يَقُو ُم ٱلَّذِي يَت َ َخب‬ ۡ
ِ َ‫ٱلَّذِينَ يَأ ُكلُون‬
‫ة‬ٞ ‫ظ‬َ ‫ٱلربَ ٰو ٖۚاْ فَ َمن َجا ٓ َء ۥهُ َم ۡو ِع‬ ِ ‫ٱّللُ ۡٱلبَ ۡي َع َو َح َّر َم‬ َّ ‫ٱلربَ ٰو ْۗاْ َوأ َ َح َّل‬
ِ ‫بِأَنَّ ُه ۡم قَالُ ٓواْ إِنَّ َما ۡٱلبَ ۡي ُع ِم ۡث ُل‬
ٓ
‫ار ُه ۡم فِي َها‬ ُ ‫عادَ فَأ ُ ْو ٰلَئِكَ أَصۡ ٰ َح‬
ِ ْۖ َّ‫ب ٱلن‬ ْۖ َّ ‫ف َوأَمۡ ُر ٓۥهُ إِلَى‬
َ ‫ٱّللِ َو َم ۡن‬ َ َ‫سل‬
َ ‫ِمن َّربِِۦه فَٱنت َ َه ٰى فَلَ ۥهُ َما‬
٢٧٥ َ‫ٰ َخ ِلدُون‬
275. Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.

Sistem yang sama dipakai hingga saat ini, bank konvensional


modern yang menginduk ke Bank dunia menggunakan sihir yang sama,
yaitu memberi pinjaman uang dengan menggunakan uang fiktif, uang
yang mereka tidak punya, system ini disebut fractional reserve, hanya
bedanya di zaman modern ini para bankir hanya perlu menekan papan
ketik di depan monitor mereka dan uang sudah berhasil dipinjamkan ke
nasabah mereka, bahkan hari ini uang sudah tidak memiliki fisik, hal
inilah yang disebut sebagai mata uang atau currency, yang keduanya
merupakan dua hal berbeda. Tapi apakah mereka bisa dibongkar dan
digantung seperti dulu? Tidak semudah itu, karena di zaman ini para
bankir sudah dilindungi oleh system dan undang-undang. Bank dunia
itu sendiri sudah mejadi konstitusi internasional yang sah dan diakui
dunia. Untuk di Indonesia pun sudah ada UU perbankan, sebut saja UU
no 10/ 1998 mengatakan :
“Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”
Namun apakah benar demikian ? memang benar pada
perancangannya memiliki tujuan mulia namun dalam pelaksanannya
penuh tipu daya dan riba, seperti yang dikatakan oleh Dr. Tarek el-
Diwany :
“Saya berpendapat bahwa alasan utama
dan yang paling terpenting untuk
mendukung pertumbuhan industry
perbankann konvensional adalah mendapat
keuntungan dari proses penciptaan uang
untuk kemudian dipinjamkan dalam konsep
bunga. Perbankan dapat dikatakan sebagai
sebuah industry dengan uang sebagai
produknya. Di dalam era yang sudah
modern, motif yang sama untuk mendapat
keuntungan yang selanjutnya akan
mendukung keuntungan industry perbankan
komersial dilaksanakan dengan cara yang
lebih canggih. Seseorang akan dihukum jika
membuat uang dirumahnya sendiri,
sementara system perbankan komersial
modern diberikan perlindungan hukum yang
penuh dalam melakukan hal yang sama.
Terlihat ada semacam ketidakadilan disini”
–Dr Tarek el-Diwany
Pernyataan ini diperkuat oleh Sir Joseph Stamp, seorang pelaku dari
kegiatan perbankan itu sendiri yang merupakan direktur dari Bank of
England periode 1928-1941, di akhir masa jabatannya dia menyadari
bahwa :
“Sistem perbankan modern menciptakan
uang tanpa modal. Proses ini kemungkinan
merupakan ciptaan paling luar biasa dalam
sejarah manusia. Perbankan dilahirkan dari
ketidaksetaraan dan dosa. Bankir memiliki
dunia, anda bisa ambil apapun dari mereka,
tapi biarkan mereka memiliki kemampuan
untuk mencetak uang sendiri, maka dengan
sebatang pena mereka dapat menciptakan
cukup uang untuk mengambil semua kembali
…. Ambilah kekuasaan besar ini dari tangan
mereka, maka semua kekayaan besar yang
saya miliki akan lenyap, dan akan hadir dunia
yang lebih baik untuk hidup. Tapijika anda
ingin terus menjadi budak dari bank dan
membayar harga dari perbudakan, biarkan
para bankir terus menciptakan uang dna
mengontrol kredit” – Sir Jospeh Stamp
Itu adalah kedzaliman dari praktek perbankan yang mungkin tidak
banyak muslim ketahui yang sesungguhnya telang berlangsung lebih dari
satu millennium dan sudah banyak memperbudak banyak manusia di
muka bumi melalui hutangnya dengan cara mengiming-imingi korban
dengan Free Money, yang padahal adalah hutang yang harus dibayar di
masa yang akan mendatang.

Hutang Bank : Bentuk Perbudakan Modern

Setelah keruntuhannya di abad ke 10, bukan berarti system


perbankan mati, justru para banker tersebut yang banyak dari mereka
adalah orang Yahudi, terus memperbaiki sistem hingga tujuan mereka
untuk menjadikan seluruh manusia di muka bumi sebagai budaknya.
Pada zaman revolusi di Amerika Serikat, merupakan bukti sejarah yang
menunjukan bagaimana para bankir mampu memanipulasi dunia hingga
akhirnya hasil yang mereka inginkan tercapai. Mereka mampu
memanipulasi dunia ini dengan mengadu domba bangsa besar hingga
terjadi peperangan, yang bahkan kedua pihak yang akan berperang ini
didanai oleh pihak yang sama yaitu para bankir. Sebagai contoh, selama
revolusi Amerika Serikat dikenal namanya pertempuran Waterloo.
Seperti namanya, perang ini terjadi di dekat kota Waterloo dimana pihak
Inggris dan Prancis bertempur meraih dominasi ditempat yang mereka
sebut sebagai “The New World”. Kedua pihak pada dasarnya dibiayai
oleh Bankir Jerman kaya raya yang sama, yaitu Rothchild, tujuan
pertempuran ini adalah sang bankir ingin mengambil alih inggris dengan
cara mengirim kabar palsu (Hoax) tentang berita kekalahan Inggris di
Waterloo. Kabar ini membuat para stackholder yang ada di Inggris resah
sehingga mereka semua menjual saham mereka, yang kemudian
menempatkan Inggris dalam kehiruk pikukan hingga akhirnya nilai
saham di Inggris turun drastic ke harga paling rendah. Di momen inilah
para Bankir membeli seluruh saham di negeri inggris demi memulihkan
ekonominya dan menjadikannya sebagai War Debt. Begitu para
petinggi Inggris menyadari bahwa berita kekalahan itu adalah hoax,
semua sudah terlambat dan akhirnya pemerintah inggris harus memajaki
rakyatnya untuk membayar War Debt tersebut.
Bukan hanya Inggris, Negara besar lainya pun seperti Amerika
Serikat, setelah mereka mendapatkan kemerdekaannya, para Bankir
tidak ingin begitu saja melepaskannya. Melalui Inggris dan Prancis,
kedua Negara ini terus mencoba mengusik kedaulatan mereka melalui
berbagai invasi, namun gagal. Hingga akhirnya para elit banker memilih
jalur infiltrasi dibanding invasi, sembunyi-sembunyi dibanding terang-
terangan. Mereka memasukan “boneka” mereka ke dalam pemerintahan
untuk mempengaruhi kebijakan Negara agar tujuan para banker
tercapai. Namun Bangsa AS tidak menyerah begitu saja. Presiden AS
ketiga Thomas Jefferson secara terang-terangan mengatakan dalam
kongresnya :
“To preserve our independence, we must
not let our rule load us with perpetual debt,
we must make a choice between economy in
liberty or profusion in servitude … if we
American people ever allowed private bank
to control our money issue, first by inflation
then by deflation, the Bank and the
Corporation around them will deprive their
property until our children will wake up
homeless on the continent that their father
conquered” – Thomas Jefferson
“Untuk menjaga kemerdekaan kita, kita
tidak boleh membiarkan aturan yang kita
buat menjerumuskan kita ke dalam hutang
yang tidak berkesudahan, kita harus
memilih antara memperjuangkan ekonomi
dalam kebebasan atau kekayaan dalam
perbudakan …. Jika kita bangsa Amerika
sekali saja membiarkan bank swasta untuk
mengatur urusan uang kita, maka pertama
melalui inflasi lalu deflasi, para bank dan
korporasi disekitar rakyat kita akan
dirampas kepemilikan mereka hingga anak
bangsa kita akan bangun dalam keadaan
sengsara di tanah sendiri” – Thomas
Jeffersson
Namun demikian, walaupun bankir ini berhasil mendirikan bank
sentral mereka di amerika, hal ini hanya bertahan 20 tahun sebelum
akhirnya runtuh. Namun mereka tidak berhenti disitu, para bankir
paham bahwa salah satu factor dari kegagalan mereka adalah mereka
terlalu terang-terangan dalam motif dan tujuan mereka sehingga plot
apapun yang mereka coba akan selalu compromise dan gagal. Hingga
akhirnya mereka mulai melakukan cara yang sudah banyak dipakai di
akhir zman ini, yaitu dengan menutupi kebenaran dibawah lindungan
system. Tujuan mereka tetap sama namun kali ini mereka ingin warga
amerika berfikir bahwa pemerintah merekalah yang menjalankan
urusan keuangan mereka dengan membentuk bank sentral mereka
dengan mencantumkan nama federal, yang memiliki makna dari
pemerintah atau dibawah pemerintah. Dan hal ini diniai berhasil
mengingat bahwa bank tersebut masih berdiri hingga saat ini dan warga
amerika secara mayoritas masih berfikir bahwa lembaga ini dari
pemerintahan, walaupun sebenarnya adalah bank swasta, lembaga ini
bernama Federal Reserve.
Lalu apakah hal yang dialami oleh amerika serikat dialami juga oleh
bangsa kita ? bangsa Indonesia?. Tentu kita pun mengalami dan
efeknya masih terasa dan berjalan hingga hari ini. Semua Negara yang
bank sentralnya menginduk ke World bank tentu akan mendapat hasil
serupa. Hal ini dimulai saat negeri ini merdeka. Untuk merdeka
Indonesia perlu pengakuan baik secara de facto maupun de jure , demi
hal tersebut banyak dilakukan serangkaian siding dari mulai
Linggarjati, Renvile, Roem-Roijen hingga KMB di Den Haag demi
Indonesia merdeka. Namun daalm konteks ini yang menarik adalah
ketika siding KMB. Seperti yang dipaparkan Zaim Saidi dalam
Seminarnya di Universitas Khairun Ternate yang berjudul
“Kembalinya Dinar Dirham Kesultanan Ternate”, dijelaskan bahwa
dalam dalam siding KMB jika Indonesia ingin merdeka maka ada
beberapa syarat yang perlu di penuhi, yaitu system ekonomi Indonesia
harus menginduk ke bank dunia, Indonesia menanggung hutang
Hindia-Belanda dan Indonesia tidak boleh mengusik korporasi asing
yang ada di Indonesia. Mengikuti system bank dunia tersebut
mengharuskan negeri ini berhutang kepada bank dunia dengan motif
uang pembangnan untuk Negara yang baru merdeka, namun tetap
hutang adalah hutang dan harus dibayar oleh generasi yang akan datang
sebagai sebuah beban sejarah. Dari titik itulah tepatnya 1950 Indonesia
bisa merdeka namun sebagai budak hutang dari bank dunia terlebih lagi
negeri kita harus membayar hutang dari zaman Hindia belanda yang
notabenenya kala itu dibawah pemerintahan Belanda. Apakah
Indonesia melawan system ini sebagaimana Thomas Jefferson dahulu?
Tentu !. seperti yang Soekarno katakan :
"Kita bangsa besar, kita bukan bangsa
tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak
akan minta-minta apalagi jika bantuan-
bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini
syarat itu. Lebih baik makan gaplek tetapi
merdeka, dari pada makan bistik tetapi
budak," kata Bung Karno saat berpidato pada
HUT Proklamasi Kemerdekaan RI tahun
1963.
Indonesia tunduk pada system ini selama 6 tahun, pada 1956
indonesia memutuskan untuk tidak lagi menjalankan apa yang tertera
dalam perjanjan KMB karena dianggap merugikan rakyat. Hal ini
terlihat dengan jelas Ir. Soekarno mengembargo korporat asing di
Indonesia sesuai UU no.16/1995, Indonesia tidak mau lagi berhutang
ke World Bank dan berhenti membayar hutang Hindia Belanda yang
dalam 6 tahun tersebut negeri kita sudah membayar sejumlah 4 miliar
gulden. Zaim Saidi menjelaskan bahwa setelah aksi tersebut Indonesia
menghadapi banyak pemberontakan bersenjata, hingga suatu saat
ketika pemberontakan PERMESTA, sebuah pesawat dari pemberontak
ditambak jatuh dan diketahui setelahnya bahwa sang pilot berasal dari
amerika yang juga merupakan agen dari CIA (Badan intelegensi AS)
yang kemudian hal ini dibawa dan dipaparkan dalam siding PBB bahwa
bagaimana hadirnya campur tangan asing dalam mendukung berbagai
kegiatan yang mengancam kedaulatan Negara seperti pemberontakan.
Ajaibnya setelah Soekarno berani memaparkan hal demikian di
hadapan siding PBB, Indonesia kembali dihadapkan dengan
pemberontakan lain yaitu G30S/PKI yang kemudian mengharuskan Ir.
Soekarno harus turun dari jabatannya dan digantiakn Jendaral Soeharto,
dalam paparan Zaim Saidi yang menarik adalah bagaimana setelah
G30S/PKI terjadi dan Soeharto naik, keluar UU no. 7-9/1966 yang
menjelaskan bahwa Indonesia kembali bersedia membayar hutang
Hindia Belanda dan menjadi keanggotaan World Bank hingga saat ini,
bahkan pada 7 April 1967 Indonesia menandatangani kontrak dengan
PT. Freeport McMoran bahwa selama 30 tahun kedepan pihak asing
diperbolehkan mengambil kekayaan kita di Papua dan bangsa kita
hanya mendapat 1% keuntungan dari profit pengambilan emasnya saja,
yang padahal jika ditemukan emas di satu titik maka akan ditemukan
logam lain bersamanya. Bukti lainnya Indonesia telah menjadi korban
dari sihir Bank dunia ini adalah ditandai dengan Bank sentral Indonesia
yaitu BI (Bank Indonesia) merupakan lembaga berstatus private bank,
sama halnya seperti Federal Reserve di Amerika.
Hal ini mengindikasikan bahwa Bankir dengan semua boneka yang
mereka punya tidak akan membiarkan ada manusia yang bisa lolos dari
perbudakan hutang mereka, dengan satu dan lain hal mereka akan
mencoba menggoyahkan stabilitas nasional suatu bangsa agar bangsa
tersebut harus menghutang lagi atau menjual asset mereka agar
ekonominya stabil kembali.
Apakah hal tersebut terjadi pada Amerika dan Indonesia saja ?
Tentu tidak. Hal tersebut terjadi pada semua Negara yang menolak
untuk tunduk pada system bank dunia. Negara tersebut akan diganggu
stabilitas nasionalnya terutama dalam ekonomi, juga menyuplai
persenjataan pada oposisi pemerintahan agar mereka memberontak
yang kemudian pemerintahan baru diisi oleh mereka yang mau tunduk.
Dan sejarah pun membuktikan bahwa siapapun yang melawan system
ini, hidupnya berakhir tragis. Bisa dilihat bagaimana akhir hayat
Soekarno atau peristiwa penembakan presiden Amerika John F.
Kennedy di Dallas, US setelah beliau menandatangani peraturan bahwa
hak mengatur keuangan dipegang oleh US Treasury (Badan Keuangan
Negara) bukan oleh Bank Swasta Federal Reserve.
Harga yang mahal untuk mewujudkan hidup ummat bebas riba,
untuk setidaknya terus mendekatkan diri pada system muamalah, yakni
system zakat dengan BAZ sebagai pengelola dan Al-Quran sebagai
pedoman, bukan system pajak dan riba yang dikelola dengan
kebohongan dan kedzaliman dengan keserakahan sebagai dasarnya.
Sungguh sejarah manusia hanya akan menguatkan isi dari Al-Quran
dengan segala pembuktiannya walau serig ditutup-tutupi. Maha Benar
Allah dengan segala firmannya.
BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN
Setelah pengamatan dan studi dilakukan mengenai perbandingan sistim zakat dan
pajak, dapat disimpulkan bahwa system zakat yang merupakan bagian dari rukun islam
dengan tujuan meningkatkan taraf hidup ummat yang sistemnya sudah diatur dalam islam
dengan targetnya yang sudah jelas pembagian golongannya dibandingkan dengan system
pajak dengan bank sebagai penyelenggara yang system pelaksanaanya diatur oleh manusia
melalui pemerintahan, dapat diamati bahwa tentu system zakat lebih baik dari pajak,
mengingat target dari zakat sudah jelas dengan system syriah yang sudah pasti jauh dari
praktik riba, tentu akan menghasilkan suatu system hidup social islam yang jauh lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
M. Abdul Ghofar, Fiqih Wanita, Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, cet. Ke-4, 2010, hlm.
1309

Abdurrahman, Qadir. Zakat Dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Sayyid Sabiq, 1987, Fiqh Sunnah, Jilid 8, Diterjemahkan Muhammad Thalib, Fiqih
Sunnag, (Bandung : Alma’arif)

Wahid, Hairunnizam.,Ahmad, Sanep, Abdul Kader, Radiah. 2009. Pengagihan Zakat


oleh Institusi Zakat kepada Lapan Asnaf: Kajian di Malaysia. Working Paper
disampaikan dalam Seminar Kebangsaan Ekonomi Islam 2008/09 pada 10-11
Februari 2009 di APIUM Malaysia.

Mardiasmo. Perpajakan Edisi Revisi 2011 .Yogyakarta: Penerbit Andi. 2011

Devano, Sony, dan Siti Kurnia Rayayu. 2006. Perpajakan Konsep, Teori da
Isu. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
M. Syaikh. 2010. Syarat-syarat Wajib Zakat. Muhammad Iqbal (Penerjemah). Jakarta:
Islamhouse

Hadi Ahmad. 2012. Buku Panduan Zakat. Jakarta : Dompet Dhuafa Republika

Bunga Bank & Masalahnya : The Problem with Interest; Suatu Tujuan Syar’I dan
ekonomi Keuangan; Akbar Media Eka Sarana; hlm 225

Saidi, Zaim. Kembalinya Dinar Dirham Kesultanan Ternate; Universitas Khairun


Ternate.

Anda mungkin juga menyukai