Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pontianak merupakan ibu kota dari Provinsi Kalimantan Barat yang tepat
berada di jalur garis khatulistiwa. Dengan luas wilayah 107,82 km 2, Kota
Pontianak memiliki beragam suku dan budaya. Karakteristik Kota Pontianak
terbagi menjadi dua, dari segi alam melalui keberadaan Sungai Kapuas, serta
iklim tropisnya, kemudian segi buatan dari fisik bangunan yang mengandung
nilai budaya. Namun seiring perkembangan zaman, mulai muncul paham
Arsitektur Modern yang sifatnya monoton, seragam dan kurang bersinergi
dengan konteks setempat sehingga memutus rantai masa lalu dan lokalitas
yang ada. Hal ini dapat mengakibatkan lunturnya nilai – nilai budaya
setempat, terkhusus Kota Pontianak. Maka dari itu, lahir suatu paham yang
disebut Regionalisme sebagai wujud pertentangan terhadap aliran Arsitektur
Modern (International Style).
Sekitar tahun 1960, Regionalisme mulai dikenal sebagai paham yang
memadukan Arsitektur Masa Lalu dengan Arsitektur Masa Kini. Paham ini
telah berkembang di beberapa negara dengan menegaskan konteks lokal atau
kedaerahan. Selain memadukan dua hal di atas, Regionalisme tidak
meninggalkan nilai tradisi yang telah turun temurun di lingkungan setempat.
Maka, dengan demikian dapat dikatakan jika Regionalisme memiliki
kesatuan antara Arsitektur Tradisional dengan Arsitektur Kontemporer. Hadir
sebagai alternatif dari tradisionalisme yang pakem, Pendekatan Vernakular
ada karena keberadaan tradisi pada suatu lokasi. Arsitektur Vernakular
memiliki salah satu ciri penggunaan material lokal pada bangunannya.
Dengan keberadaan Regionalisme, sifat Arsitektur Vernakular menjadi lebih
fleksibel melalui perpaduan teknologi bangunan yang terkini dengan material
lokal. Bertepatan dengan lahirnya Paham Regionalisme, Arsitektur Ikonik
juga muncul dengan menggabungkan nilai Arsitektur Tradisional dengan
Arsitektur Vernakular. Arsitektur Ikonik memiliki konsep yang sejalan
dengan kemunculan paham Regionalisme. Selain itu, Regionalisme juga
dapat menjadi jawaban atas permasalahan dari Arsitektur Ikonik.
Salah satu bentuk Regionalisme di Indonesia bisa dilihat pada salah satu
karya Arsitek Mint-Ds, Djoglo Luxury Bungalow yang dibangun di Kota
Malang, Jawa Timur. Melihat kearifan lokal di sana, bangunan ini dibangun
dengan memadukan Arsitektur Vernakular dari Rumah Joglo dengan gaya
Arsitektur Modern. Bentuk atapnya diadopsi dari Rumah Joglo yang peka
terhadap lingkungan dan dapat melawan panas tropis, serta hujan lebat. Nilai
modern terletak pada penggantian material atap tradisional yang berat
menjadi teknologi terbaru yang lebih ringan. Bercermin dari penerapan
tersebut, apakah nilai Regionalisme telah diimplementasikan pada bangunan-
bangunan ikonik di Kota Pontianak?

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan
yang berkaitan dengan pembahasan yaitu:
Bagaimana implementasi paham Regionalisme terhadap bangunan –
bangunan yang ada di Kota Pontianak?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan pada permasalahan yang ada, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui implementasi paham Regionalisme terhadap bangunan
– bangunan yang ada di Kota Pontianak.

1.4. Sasaran Penelitian


a. Mengetahui apa itu Regionalisme secara umum
b. Menemukan kaitan antara Regionalisme dengan Arsitektur Tradisional,
Vernakular, dan Ikonik
c. Menyusun variabel penelitian yang berkaitan dengan Regionalisme dan
bangunan – bangunan yang ada di Kota Pontianak
d. Melakukan penelitian (Observasi, pengumpulan data, analisis)
e. Dapat mengidentifikasi Arsitektur Tradisional, Vernakular, dan Ikonik
Kota Pontianak
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis. Manfaat penelitian teoritis bagi perancang, penulis,
maupun pembaca untuk menambah wawasan mengenai implementasi paham
arsitektur regionalisme terhadap bangunan-bangunan yang ada di Kota
Pontianak. Manfaat penelitian juga diharapkan dapat membantu peneliti lain
dalam melakukan penelitian sejenis sehingga menghasilkan penelitian yang
lebih maksimal dan dapat dijadikan sebagai acuan dan referensi dalam
pengimplementasian paham arsitektur regionalisme terhadap bangunan-
bangunan yang ada di Kota Pontianak maupun di sekitarnya.

1.6. Lingkup Penelitian


a. Penelitian ini dilakukan di kota Pontianak dengan menggunakan data
sekunder
b. Penelitian ini berfokus pada lingkup bangunan ikonik bersejarah, beserta
pada kawasan sekitarnya
c. Penelitian ini berfokus pada bentuk dan pola desain pada bangunan
bersejarah di Kota Pontianak.

1.7. Sistematika Penulisan


Agar lebih mudah dipahami sistematika penyusunan laporan penelitian
ini dibagi menjadi beberapa bab, yaitu sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, sasaran penelitian, manfaat penelitian, lingkung penelitian,
keaslian penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II. Tinjauan Pustaka
Bab ini berisikan tinjauan teoritik yang memberikan pemahaman
mengenai judul, standar-standar atau variabel-variabel atau parameter-
parameter yang dibutuhkan untuk melakukan analisis penelitian (termasuk
didalamnya metode yang dibutuhkan untuk melakukan pengumpulan data
atau analisis).
Bab III. Metodologi Penelitian
Bab ini berisikan metode pendekatan penelitian, obyek penelitian,
variable penelitian dan unit amatan, tahap-tahap penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, luaran penelitian, misalnya dan
diagram alir penelitian.
Bab IV. Hasil Penelitian
Bab ini berisikan penjabaran data dan analisis dari data yang didapatkan.
Bab V. Penutup
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran yang didapatkan dari
penelitian yang telah penulis lakukan.
Daftar Pustaka
Pada daftar pustaka ini berisi tentang sumber-sumber yang penulis
gunakan untuk menulis penelitian, baik berupa literatur dari internet, buku
panduan, jurnal atau media lainnya.
Lampiran
Pada lampiran ini berisikan lampiran-lampiran yang diperlukan pada
penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai