Pontianak merupakan ibu kota dari Provinsi Kalimantan Barat yang tepat berada di jalur garis khatulistiwa. Dengan luas wilayah 107,82 km 2, Kota Pontianak memiliki beragam suku dan budaya. Karakteristik Kota Pontianak terbagi menjadi dua, dari segi alam melalui keberadaan Sungai Kapuas, serta iklim tropisnya, kemudian segi buatan dari fisik bangunan yang mengandung nilai budaya. Namun seiring perkembangan zaman, mulai muncul paham Arsitektur Modern yang sifatnya monoton, seragam dan kurang bersinergi dengan konteks setempat sehingga memutus rantai masa lalu dan lokalitas yang ada. Hal ini dapat mengakibatkan lunturnya nilai – nilai budaya setempat, terkhusus Kota Pontianak. Maka dari itu, lahir suatu paham yang disebut Regionalisme sebagai wujud pertentangan terhadap aliran Arsitektur Modern (International Style). Sekitar tahun 1960, Regionalisme mulai dikenal sebagai paham yang memadukan Arsitektur Masa Lalu dengan Arsitektur Masa Kini. Paham ini telah berkembang di beberapa negara dengan menegaskan konteks lokal atau kedaerahan. Selain memadukan dua hal di atas, Regionalisme tidak meninggalkan nilai tradisi yang telah turun temurun di lingkungan setempat. Maka, dengan demikian dapat dikatakan jika Regionalisme memiliki kesatuan antara Arsitektur Tradisional dengan Arsitektur Kontemporer. Hadir sebagai alternatif dari tradisionalisme yang pakem, Pendekatan Vernakular ada karena keberadaan tradisi pada suatu lokasi. Arsitektur Vernakular memiliki salah satu ciri penggunaan material lokal pada bangunannya. Dengan keberadaan Regionalisme, sifat Arsitektur Vernakular menjadi lebih fleksibel melalui perpaduan teknologi bangunan yang terkini dengan material lokal. Bertepatan dengan lahirnya Paham Regionalisme, Arsitektur Ikonik juga muncul dengan menggabungkan nilai Arsitektur Tradisional dengan Arsitektur Vernakular. Arsitektur Ikonik memiliki konsep yang sejalan dengan kemunculan paham Regionalisme. Selain itu, Regionalisme juga dapat menjadi jawaban atas permasalahan dari Arsitektur Ikonik. Salah satu bentuk Regionalisme di Indonesia bisa dilihat pada salah satu karya Arsitek Mint-Ds, Djoglo Luxury Bungalow yang dibangun di Kota Malang, Jawa Timur. Melihat kearifan lokal di sana, bangunan ini dibangun dengan memadukan Arsitektur Vernakular dari Rumah Joglo dengan gaya Arsitektur Modern. Bentuk atapnya diadopsi dari Rumah Joglo yang peka terhadap lingkungan dan dapat melawan panas tropis, serta hujan lebat. Nilai modern terletak pada penggantian material atap tradisional yang berat menjadi teknologi terbaru yang lebih ringan. Bercermin dari penerapan tersebut, apakah nilai Regionalisme telah diimplementasikan pada bangunan- bangunan ikonik di Kota Pontianak?
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan yang berkaitan dengan pembahasan yaitu: Bagaimana implementasi paham Regionalisme terhadap bangunan – bangunan yang ada di Kota Pontianak?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan yang ada, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui implementasi paham Regionalisme terhadap bangunan – bangunan yang ada di Kota Pontianak.
1.4. Sasaran Penelitian
a. Mengetahui apa itu Regionalisme secara umum b. Menemukan kaitan antara Regionalisme dengan Arsitektur Tradisional, Vernakular, dan Ikonik c. Menyusun variabel penelitian yang berkaitan dengan Regionalisme dan bangunan – bangunan yang ada di Kota Pontianak d. Melakukan penelitian (Observasi, pengumpulan data, analisis) e. Dapat mengidentifikasi Arsitektur Tradisional, Vernakular, dan Ikonik Kota Pontianak 1.5. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat penelitian teoritis bagi perancang, penulis, maupun pembaca untuk menambah wawasan mengenai implementasi paham arsitektur regionalisme terhadap bangunan-bangunan yang ada di Kota Pontianak. Manfaat penelitian juga diharapkan dapat membantu peneliti lain dalam melakukan penelitian sejenis sehingga menghasilkan penelitian yang lebih maksimal dan dapat dijadikan sebagai acuan dan referensi dalam pengimplementasian paham arsitektur regionalisme terhadap bangunan- bangunan yang ada di Kota Pontianak maupun di sekitarnya.
1.6. Lingkup Penelitian
a. Penelitian ini dilakukan di kota Pontianak dengan menggunakan data sekunder b. Penelitian ini berfokus pada lingkup bangunan ikonik bersejarah, beserta pada kawasan sekitarnya c. Penelitian ini berfokus pada bentuk dan pola desain pada bangunan bersejarah di Kota Pontianak.
1.7. Sistematika Penulisan
Agar lebih mudah dipahami sistematika penyusunan laporan penelitian ini dibagi menjadi beberapa bab, yaitu sebagai berikut: Bab I. Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, sasaran penelitian, manfaat penelitian, lingkung penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II. Tinjauan Pustaka Bab ini berisikan tinjauan teoritik yang memberikan pemahaman mengenai judul, standar-standar atau variabel-variabel atau parameter- parameter yang dibutuhkan untuk melakukan analisis penelitian (termasuk didalamnya metode yang dibutuhkan untuk melakukan pengumpulan data atau analisis). Bab III. Metodologi Penelitian Bab ini berisikan metode pendekatan penelitian, obyek penelitian, variable penelitian dan unit amatan, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, luaran penelitian, misalnya dan diagram alir penelitian. Bab IV. Hasil Penelitian Bab ini berisikan penjabaran data dan analisis dari data yang didapatkan. Bab V. Penutup Bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran yang didapatkan dari penelitian yang telah penulis lakukan. Daftar Pustaka Pada daftar pustaka ini berisi tentang sumber-sumber yang penulis gunakan untuk menulis penelitian, baik berupa literatur dari internet, buku panduan, jurnal atau media lainnya. Lampiran Pada lampiran ini berisikan lampiran-lampiran yang diperlukan pada penelitian ini.