Anda di halaman 1dari 46

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA SMA

Oleh

Tim Pelaksana

IbM GURU-GURU
GURU KIMIA, FISIKA DAN BIOLOGI SMA DI
KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA (TTU)

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


SEPTEMBER 2016
SEPTEMBER,

1
PERCOBAAN 1
KESADAHAN AIR
Tujuan : memeriksa kesadahan air dan cara untuk menghilangkannya

Alat dan Bahan :


1. Tabung reaksi dan rak
2. Pipet tetes
3. Jepit pemegang tabung
4. Sumbat tabung reaksi
5. Lampu spiritus/pembakar
6. Air suling
7. Air yang mengandung Ca (HCO3)2
8. Air yang mengandung MgSO4 0,1 M
9. Air yang mengandung CaCl2 0,1 M
10. Air yang mengandung NaCl 0,1 M
11. Air leding/air sumur
12. Air sabun (sabun mandi)
13. Kertas lakmus merah dan biru
Cara kerja :
1. Sediakan 4 tabung reaksi yang identik dan bersih, beri nomor 1 s.d 4.
2. Isilah tabung 1 dengan air suling dan tabung 2, 3, dan 4 dengan air yang mengandung
Ca(HCO3)2 setinggi 2 cm.
3. Tambahkan satu tetes air sabun pada tabung yang berisi air suling (tabung 1).
Tutuplah tabung dengan sumbat dan kocoklah sebanyak 15 kali. Perhatikan apakah
terjadi buih yang tetap yang dapat bertahan selama 2 menit. Jika tidak, teruskan
prosedur ini. Catat jumlah tetes sabun yang di perlukan untuk menghasilkan buih
tersebut.
4. Ulangi langkah 3 dengan tabung 2 sampai menghasilkan buih yang tetap yang sama
tingginya dengan buih dalam tabung yang berisi air suling (jangan kelirukan buih
endapan dengan buih sabun). Jika setelah 10 tetes penambahan air sabun belum
terjadi buih, hentikan percobaan dan catatlah : lebih dari 10 tetes.
5. Masukkan beberapa serpih porselin ke dalam tabung 3, kemudian panaskan tabung
tersebut sampai air tersebut mendidih selama 2 atau 3 menit. Berubahkah penampilan
air itu ? dinginkan, kemudian tambahkan air suling sampai tinggi air seperti semula (2
cm). Selanjutnya, kerjakan seperti pada cara kerja 3
6. Tambahkan sedikit kristal Na2CO3 pada tabung 4, kemudian kerjakan seperti pada
cara kerja 3.
7. Gunakan cara yang sama untuk memeriksa contoh air lain yang tersedia.

2
Pengamatan :
Salin, kemudian lengkapilah tabel pengamatan berikut.
1. Pembentukan buih sabun pada beberapa contoh air.
No Jenis Air Jumlah Tetes Air Pengamatan Lain
Sabun
1 Air suling ................................... ...................................
2 Air mengandung Ca(HCO3)2 ................................... ...................................
3 Air mengandung CaCl2 ................................... ...................................
4 Air mengandung MgSO4 ................................... ...................................
5 Air mengandung NaCl ................................... ...................................
6 Air leding/sumur ................................... ...................................

2. Pembentukan buih sabun pada beberapa contoh air yang sudah dididihkan.
No Jenis Air Jumlah Tetes Air Pengamatan Lain
Sabun
1 Air mengandung Ca(HCO3)2 ................................... ...................................
2 Air mengandung CaCl2 ................................... ...................................
3 Air mengandung MgSO4 ................................... ...................................
4 Air mengandung NaCl ................................... ...................................
5 Air leding/sumur ................................... ...................................

3. Pembentukan buih sabun pada beberapa contoh air yang sudah diberi Na2CO3.
No Jenis Air Jumlah Tetes Air Pengamatan Lain
Sabun
1 Air mengandung Ca(HCO3)2 ................................... ...................................
2 Air mengandung CaCl2 ................................... ...................................
3 Air mengandung MgSO4 ................................... ...................................
4 Air mengandung NaCl ................................... ...................................
5 Air leding/sumur ................................... ...................................

Pertanyaan :
1. Berdasarkan eksperimen ini, jenis kation apa saja yang menyebabkan air menjadi
sadah ?
2. Kesadahan air manakah yang dapat dihilangkan dengan cara mendidihkan air tersebut
? mengapa kesadahan air itu hilang ?
3. Kesadahan air manakah yang dapat dihilangkan dengan cara menambah Na2CO3 pada
air tersebut ? mengapa kesadahan air itu hilang ?
4. Apakah air yang ada di sekolah kalian termasuk air sadah ?
5. Buatlah lapoaran tertulis secara individu.

3
PERCOBAAN 2
TITIK BEKU LARUTAN
Tujuan : menyelidiki titik beku larutan serta factor-faktor yang mempengaruhinya.
Alat dan Bahan :
1. Neraca (1) 8. Pengaduk kaca (1)
o
2. Thermometer -10 s.d. 110 C (1) 9. Sendok (1)
3. Tabung reaksi (5) 10. Es
4. Gelas beker 100 mL (4) 11. Urea (CO(NH2)2)
5. Gelas beker 250 mL (1) 12. Garam dapur (NaCl)
6. Gelas beker plastic 400 mL (1) 13. Aquades
7. Gelas ukur (1) 14. Susu
Cara Kerja I :
1. Siapkan campuran pembeku dengan cara menempatkan lebih kurang 100 g es kecil-
kecil, 20 g garam dapur (NaCl), dan 10 mL air dalam gelas beker 250 mL. Aduk
dengan baik.
2. Tempatkan lebih kurang 5 mL susu dalam tabung reaksi besar dan masukkan
thermometer (-10 oC s.d. 110 oC).
3. Tentukan titik beku susu, catatlah temperaturnya.
4. Encerkan susu dengan air dengan cara mencampurkan 3 mL susu dan 3 mL aquades.
Ulangi eksperimen. Tentukan titik beku yag baru, catat temperaturnya.
Pertanyaan :
1. Adakah perbedaan titik beku dari campuran-campuran yang kalian buat?
2. Kesimpulan apa yang kalian peroleh?
3. Buatlah laporan tertulis secara individu.
Cara Kerja II :
1. Larutkan zat-zat berikut dalam 20 mL aquades dengan menggunakan gelas beker 100
mL: 1,20 g urea; 2,40 g urea; 1,17 g NaCl; 2,34 g NaCl.
2. Buatlah campuran pendingin dengan cara sebagai berikut.
Masukkan butiran-butiran kecil es kedalam gelas beker plastic sampai kira-kira tiga
perempat bagian. Tambahkan 8 sendok garam dapur dan aduk dengan pengaduk.
3. Siapkan 5 buah tabung reaksi. Kedalam masing-masing tabung, masukkan aquades
setinggi kurang lebih 4 cm. Masukkan tabung reaksi kedalam gelas beker yang berisi
campuran pendingin dan aduk campuran tersebut.
4. Masukkan pengaduk kaca ke dalam tabung reaksi dan gerakkan pengaduk tersebut
naik turun dalam air hingga air membeku seluruhnya.
5. Keluarkan tabung dari campuran pendingin dan biarkan es dalam tabung meleleh
sebagian. Ganti pengaduk dengan thermometer. Dengan hati-hati, aduklah campuran
dalam tabung dengan menggunakan thermometer secara naik turun. Bacalah
thermometer dan catatlah temperatur campuran es dan air.
6. Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 dengan menggunakan larutan-larutan yang telah
dibuat pada langkah 1 sebagai pengganti aquades. (Jika es dalam gelas sudah banyak
yang mencair, buat lagi campuran pendingin seperti pada cara kerja 2).
Pengamatan : Salin dan lengkapilah tabel pengamatan berikut.
No. Senyawa Zat Terlarut Mol Larutan Titk Beku Perbedaan
(g) Air Titik beku
Molalitas Titik Beku
1. Urea 1,20 g …………. …………. ………….. …………… ……………
2. Urea 2,40 g …………. …………. ………….. …………… ……………
3. NaCl 1,17 g …………. …………. ………….. …………… ……………
4. NaCl 2,34 g …………. …………. ………….. …………… ……………

4
Pertanyaan :
1. Perhatikan titik beku air (pelarut) dan titik beku larutan. Bagaimana titik beku larutan
jika dibandingkan titik beku pelarut (lebih tinggi, lebih rendah, atau sama)?
2. Bagaimana pengaruh konsentrasi (molalitas) urea terhadap
A. Titik beku larutan;
B. Penurunan titik beku larutan?
3. Bagaimana pengaruh konsentrasi (molalitas) natrium klorida terhadap
A. Titik beku larutan;
B. Penurunan titik beku larutan?
4. Pada molalitas yang sama, bagaimana natrium klorida (elektrolit) dibanding dengan
pengaruh urea (nonelektrolit) terhadap
A. Titik beku larutan;
B. Penurunan titik beku larutan?
5. Buatlah laporan tertulis secara individu.

5
PERCOBAAN 3
ELEKTROLISIS LARUTAN
Tujuan : mengamati hasil elektrolisis larutan KI
Alat dan Bahan :
1. Tabung U
2. Elektrode grafit (2)
3. Sumber arus searah (4 baterai disusun seri)
4. Larutan KI 0,5M
5. Amilum
6. Indikator pp
Cara Kerja :

1. Masukkan sejumlah larutan KI 0,5M ke dalam tabung U hingga separuhnya.


2. Masukkan kedua elektrode ke dalam tabung U.
3. Hubungkan kedua elektrode dengan sumber arus listrik searah.
4. Ke dalam larutan pada elektrode negatif (katode) tambahkan beberapa tetes
indikator pp.
5. Ke dalam larutan pada elektrode positif (anode) tambahkan beberapa tetes
amilum.
6. Amati apakah yang terjadi di katode dan anode.
Catatan : amilum + I2 Iodamilum (berwarna biru)

Pengamatan :
Salin dan lengkapilah lembar pengamatan berikut :

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 6


Pada katode terjadi :
.............................................................................................................
Pada anode terjadi :
...............................................................................................................
Pertanyaan :
1. Tulis reaksi yang terjadi dikatode.
2. Tulis reaksi yang terjadi di anode.
3. Jelaskan terjadinya perubahan warna di katode dan anode.
4. Buatlah laporan tertulis secara individu !

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 7


PERCOBAAN 4
PENENTUAN KLORIN

Tujuan : menentukan klorin dalam pemutih (pengelantang)


Alat dan Bahan :
1. Buret 50 mL
2. Pipet ukur 20 mL
3. Bola penyedot (untuk pipet)
4. Labu Erlenmeyer 250 mL
5. Larutan pemutih (dari took/swalayan)
6. Larutan KI 2 M
7. Larutan Na2S2O3 1 M
8. Larutan HCl 2 M
9. Larutan amilum
Pendahuluan :
Zat aktif yang terdapat dalam larutan pemutuh adalah ion hipoklorit (OCl-). Pada saat
larutan hipoklorit ditambah asam klorida maka terbentuk klorin.
OCl- + Cl- + 2H+  Cl2 + H2O
Klorin yang dihasilkan oleh penambahan asam disebut klorin yang tersedia dan
dapatditentukan dengan penambahan kalium iodida diikuti titrasi dengan natrium
tiosulfat.
Jika ion iodida ditambahkan pada suatu larutan hipoklorit, kemudian diasamkan maka
dihasilkan iodin yang berwarna cokelat gelap. Itu dapat dititrasi dengan natrium
tiosulfat sehingga larutan tidak berwarna.
OCl- + 2 I- + 2H+  Cl- + I2 + H2O
I2 + 2 S2O32-  S4O62- + 2 I-
Cara Kerja :
1. Ambillah 20 ml larutan pemutih dengan pipet dan masukkan kedalam labu
Erlenmeyer 250 mL.
2. Tambahkan 10 mL larutan Kalium iodide 2 M dan aduk agar bercampur
homogen, kemudian tambahkan 10 mL larutan HCl 10 mL. Larutan akan
kembali cokelat tua karena dibebaskan iodin.
3. Titrasi iodin yang dibebaskan dengan larutan natrium tiosulfat 1 M dari buret.
Pada saat titran ditambahkan, warna cokelat akan menjadi muda hingga
menjadi warna kuning muda. Pada saat telah tercapai perubahan warna
menjadi kuning muda, tambahkan beberapa tetes larutan amilum. Lanjutkan
penambahan titran tetes demi tetes sehingga larutan menjadi tidak berwarna.
4. Catatlah volume larutan Na2S2O3 yang diperlukan untuk titrasi
5. Ulangilah cara kerja tersebut sebanyak dua kali lagi.
6. Ujilah cara kerja tersebut untuk sampelpemutih yang lain.
Pengamatan :
Salin, kemudian lengkapilah tabel pengamatan berikut.

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 8


Merek/Jenis Pemutih (Pengelantang)
……………………. ……………………. …………………….
Harga …………………….. …………………….. ……………………..
Volume …………………….. …………………….. ……………………..
Titrasi ke-1 …………………….. …………………….. ……………………..
Titrasi ke-2 …………………….. …………………….. ……………………..
Titrasi ke-3 …………………….. …………………….. ……………………..
Rata-rata titrasi …………………….. …………………….. ……………………..
% klorin yang tersedia …………………….. …………………….. ……………………..
Harga per gram klorin …………………….. …………………….. ……………………..
yang tersedia

Perhitungan :
Banyaknya klorin yang tersedia dan persentase klorin yang tersedia
Catatan : n (Cl2 yang tersedia) = n (I2 yang tertitrasi)
Pertanyaan :
1. Dari harga dan volume yang tertera dalam botol, tentukanlah pemutih merek
apakah yang terbaik untuk dibeli berdasarkan harga per gram klorin yang
tersedia?
2. Buatlah laporan tertulis secara individu.

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 9


PERCOBAAN 5
PERGESERAN KESETIMBANGAN

Tujuan : menyelidiki pergeseran kesetimbangan antara endapan perak dalam


kompleks perak dalam larutan.

Alat dan Bahan:


1. Silinder ukur 50 mL (3)
2. Labu erlenmeyer 100 mL (2)
3. Labu erlenmeyer 250 mL (2)
4. Pipet tetes
5. Larutan Na2S2O3 0,5 M
6. Larutan AgNO3 0,05 M
7. Larutan NH3 6 M
8. Larutan NaBr 0,2 M
9. Larutan NaI 0,2 M
Cara kerja :
(A)
1. Masukan 30 ml larutan AgNO3 0,05 M ke dalam labu erlenmeyer 250 mL.
2. Tambahkan 20 mL larutan NaCl 0,2 M. zat apa yang terbentuk?
3. Tambahkan larutan NH3 6 M sedikit demi sedikit sampai seluruh endapan
larut.
4. Tambahkan larutan NaBr 0,2 M sedikit demi sedikit sampai terbentuk
endapan. Zat apa yang terbentuk pada perubahan ini?
5. Tambahkan larutan Na2S2O3 0,5 M sedikit demi sedikit sampai seluruh
endapan larut.
6. Tambahhlan larutan NaI 0,2 M sedikit demi sedikit sampai terbentuk endapan.
(B)
1. Masukan 30 ml larutan Na2S2O3 0,5 M ke dalam labu erlenmeyer 100 mL dan
tambahkan larutan AgNO3 0,05 M sedikit demi sedikit sampai 2 mL. apakah
terjadi perubahan? Mungkinkah terjadi perubahan zat? Jika mungkin
perubahan apakah yang terjadi?
2. Masukan 30 ml larutan AgNO3 0,05 M ke dalam labu erlenmeyer 100 mL
yang lain. Tambahkan 2 mL larutan Na2S2O3 0,5 M. Amati perubahan yang
terjadi. Mengapa hasilreaksi berbeda dengan hasil reaksi pada prosedur 1,
sedangkan zat-zat yang digunakan sama?

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 10


Pengamatan :
Salin, kemudian dilengkapi tabel pengamatan berikut!
Spesi produk yang Perrsamaan reaksi
No. Perubahan
terbentuk ion
A 1. Tidak ada pengamatan
2.
3.
4.
5.
6.
B 1.
2. Hasil reaksi

Pertanyaan :
1. Terangkan mengapa terjadi peruahan-perubahan pada prosedur A denga
menggunakan data dibawah ini.
Ksp AgCl = 2 × 10-10
Ksp AgBr = 2 × 10-13
Ksp AgI = 2 × 10-17
2. Zat apaa yang mungkin dihasilkan pada akhir prosedur B.2?
3. Buatlah laporan tertulis secara individu.

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 11


PERCOBAAN 6
PENGENALAN REAKSI KIMIA
DAN PENGENCERAN LARUTAN

Tujuan
1. Mahasiswa dapat membuktikan adanya suatu gas yang dihasilkan melalui
reaksi kimia, serta mengenalinya menggunakan kertas lakmus.
2. Mahasiswa dapat melakukan pengenceran dan menentukan konsentrasi
larutan.

Tinjauan Teoritis
Reaksi kimia merupakan perubahan yang terjadi ketika suatu bahan kimia
dicampurkan pada kondisi tertentu. Seperti contoh ketika asam asetat dicampur
dengan etanol pada suhu refluks, dengan menggunakan asam sulfat sebagai katalis.
Produknya adalah ester etil asetat dan air. Reaksi kimia ini disebut reaksi esterifikasi.
Pada percobaan ini akan dipelajari reaksi pembentukan gas yang dihasilkan dari
reaksi antara NH4Cl (garam) dengan NaOH (basa kuat). Gas yang timbul akan
diidentifikasi menggunakan kertas lakmus. Reaksi terjadi sebagai berikut :
NH4Cl (s) + NaOH (s) → NaCl (s) + NH3 (g) + H2O (l)

Gas NH3 bersifat basa, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan warna pada
kertas lakmus merah.
Pengenceran adalah suatu proses pengurangan konsentrasi suatu larutan.
Larutan merupakan campuran homogeny antara zat terlarut dan pelarut. Aplikasi
pengenceran larutan adalah dalam bidang analisa kimia. Misalnya penentuan kadar
nitrat dalam satu sampel air. Maka terlebih dahulu dibuat larutan baku dalam
konsentrasi tinggi ( 1000 ppm atau 100 ppm). Kemudian di encerkan menjadi larutan
standar yang konsentrasinya lebih rendah. Konsentrasi suatu zat dapat dinyatakan
dalam berbagai satuan seperti : Molaritas, Normalitas, bagian persejuta (ppm), persen
(%) dan lain-lain. Alat yang digunakan untuk melakukan pengenceran disebut labu
ukur. Labu ukur mempunyai ketelitian yang baik dan tersedia dalam berbagai ukuran.
Rumus pengenceran adalah sebagai berikut :
V1 x N1 = V2 x N2
N1 = konsentrasi larutan mula-mula (molar/normal)
V1 = volume larutan mula-mula (mL)
N2 = konsentrasi larutan yang ingin di buat (molar/normal)
V2 = volume larutan akhir (mL)

Alat dan Bahan


 Alat-alat yang dibutuhkan terdiri dari :

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 12


Tabung reaksi, penjepit kayu, pemanas Bunsen, pipet volumetrik dan labu
ukur.
 Bahan-bahan praktikum terdiri dari :
Kristal NH4Cl, NaOH pellet, CuSO4.5H2O, aquades, kertas lakmus.

Cara kerja
Pengenalan reaksi kimia
1.Timbanglah sebanyak 5,00 gram Kristal NH4Cl kemudian larutkan dalam
aquades dan encerkan menjadi 100 mL.
2.Larutan NH4Cl di atas dimasukan kedalam tabung reaksi sebanyak 5 mL,
kemudian ditambahkan 10 mL larutan NaOH 5%.
3. Peganglah tabung reaksi tersebut dengan penjepit kayu, lalu panaskan sambil
di goyang-goyangkan. Mulut tabung reaksi di condongkan tapi tidak boleh di
arahkan ke diri sendiri maupun orang lain.
4. Pada saat mendidih, jagalah jangan sampai isi tabung reaksi tumpah
(terutama untuk zat yang mudah terbakar).
5. Ciumlah bau yang terjadi dengan mengibaskan tangan di atas campuran yang
sudah mengeluarkan asap, kemudian tutup mulut tabung reaksi dengan kertas
lakmus. Amati perubahan yang terjadi pada kertas lakmus.
Pengenceran larutan
1. Timbanglah sebanyak 0,4 gram CuSO4.5H2O, kemudian larutkan dalam
aquades hingga volumenya 100 mL. hitunglah molaritas yang terbentuk.
2. Ambil berturut-turut , 5 mL dan 10 mL, masing-masing volume tersebut
dimasukan kedalam 2 labu ukur ukuran 100 mL dan diencerkan sampai
tanda.
3. Amati perubahan yang terjadi dan tentukan molaritas masing-masing larutan
tersebut.

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 13


PERCOBAAN 7
TITRASI ASAM BASA

Tujuan
1 Mahasiswa dapat melakukan titrasi asam-basa menggunakan buret
2 Mahasiswa dapat menghitung konsentrasi suatu asam menggunakan titran basa

Tinjauan Teoritis
Titrasi asam basa merupakan suatu metode penentuan konsentrasi suatu
asam dengan menggunakan titran basa atau sebaliknya. Prinsi dari titrasi asam
basa adalah suatu asam atau basa dapat ditentukan konsentrasi nya dengan
menggunakan suatui zat yang konsentrasinya telah di ketahui. Tercapainya titik
akhir titrasi dapat diketahui dengan menggunakan indicator (penunjuk). Indicator
akan menunjukkan perubahan warna ketika sudah tercapai titik ekivalen yaitu
keadaan dimana kuantitas suatu zat dianalisa sama dengan kuantitas titran yang
digunakan.
Milliekivalen =Normalitas (N)x volume zat (ml)
Indikator asam basa dalah asam atau basa organik yang mempunyai satu
warna jika konsentrasi ion H+ lebih tinggi dari suatu harga tertetu dan suatu
warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah.Salah satu contoh indicator yang
sering digunakan pada titrasi asam basa adalah Phenolftalein. Indicator ini akan
memberikan perubahan yang mencolok ketika larutan sudah mencapai pH 8,3-
9,0. Pada suasana asam indicator ini tidak berwarna namun dalam suasana basa
memberikan warna merah. Phenolftalein bersifat sebagai asam lemah dan akan
terionisasi menurut reaksi berikut :
HIn H+ + In-
Warna A warna B

HxIn HIn
Ka = H+ = Ka x
HIn In

Atau bias dituliskan sebagai berikut :

In( warnaB )
pH = pKa + Log
HIn(WarnaA)

Perubahan warna yang dapat diamati oleh mata manusia adalah ketika
perbandingan antara warna A : warna B adalah 10 : 1 atau 1 : 0. Titrasi asam
basa sering digunakan dalam berbagai analisa, misalnya penentuan kosentrasi
asam cuka dalam suatu sampel, analisa alkalinity, analisa angka asam dan
penentuan kandungan protein.

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 14


Pada percobaan ini akan dilakukan suatu titrasi larutan yang bersifat asam
kuat dengan larutan yang bersifat basa kuat. Indicator yang digunakan adalah
phenolftalein (pp).

Alat dan Bahan Percobaan


 Alat-alat yang dibutuhkan :
Buret ukuran 50 mL, Erlenmeyer, labu ukur, pipet volumetri dan timbangan
 Bahan-bahan yang dibutuhkan :
NaOH pellet, indicator pheloftalein (pp), asam hidroklorida (HCl) pekat

Cara Kerja
Standarisasi larutan titran NaOH
1. Ditimbang sebanyak 0,6 gr asam oksalat kemudian dilarutkan dengan
sedikit aquadest sampai semuanya terlarut. Larutan dimasukkan ke dalam
labu ukur 100 mL dan diencerkan hingga tanda. Hitunglah normalitas
larutan asam oksalat yang terbentuk.
2. Siapkan buret ukuran 50 mL yang sudah diisi larutan asam oksalat.
3. Tuangkan 20 mL larutan NaOH 0,1 N yang akan dititrasi dengan larutan
asam oksalat, tambahkan 2-3 tetes indicator phenolftalein.
4. Titirasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat sampai tepat terjadi
perubahan warna. Catat perubahan warna yang terjadi dan jelaskan
mengapa terjadi perubahan warna seperti itu.
5. Titrasi dilakukan duplo (2 kali) dan tentukan normalitas larutan NaOH
hasil standarisasi.
Penentuan Kosentrasi Larutan Asam
1. Diambil sebanyak 10 mL sampel larutan HCL. Kemudian dimasukkan ke
dalam labu ukur 100 mL dan diencerkan dengan aquadest sampai tanda.
2. Ambil sebanyak 10 mL larutan sampel di atas dan ditambahkan 3 tetes
indicator phenoftalein.
3. Titrasi larutan tersebut dengan larutan NaOH yang telah distandarisasi
sampai tepat terjadi perubahan warna yang terjadi.
4. Buret yang telah selesai dipakai dicuci dengan larutan HCL kemudian
dibilas dengan aquadest.
5. Tentukan kosentrasi sampel.
Bahan Diskusi
1. Hitung masa NaCl yang terbentuk jika 100 mL NaOH 0,01 M direaksikan
dengan 100 mL HCl 0,005 M.
2. Tentukan pereaksi pembatasnya dan persen hasil jika massa NaCl yang
diperoleh melalui percobaan adalah 15 gr.
3. Tuliskan beberapa contoh aplikasi asam basa yang anda ketahui.

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 15


PERCOBAAN 8
PEMISAHAN CAMPURAN
Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan pemisahan asam cuka dari asam cuka yang
beredar di pasaran.
2. Mahasiswa dapat menarik komponen senyawa nonpolar dari ekstrak etanol
kulit biji jambu mete.
Tinjauan Teoritis
Campuran merupakan gabungan antara dua zat atau lebih yang
komposisinya dapat berubah-ubah. Contohnya garam dapur dan air. Campuran
dibedakan menjadi dua bagian yaitu campuran homogen dan heterogen. Pada
campuran homogen tidak dapat ditentukan bidang batas antara zat yang satu
dengan zat yang lain, misalnya campuran antara gula dan air. Sedangkan pada
campuran heterogen terdapat bidang batas yang jelas antara satu zat dengan zat
yang lain, misalnya minyak dengan air.
Kebanyakan materi yang ada dibumi merupakan campuran sehingga untuk
mendapatkan suatu materi yang murni perlu dilakukan pemisahan komponen-
komponen yang menyertai materi tersebut. Contohnya untuk mendapatkan air
murni maka perlu dilakukan penyulingan terhadap air sumur dan air sungai.
Campuran dapat dipisahkan dengan cara fisika dan kimia. Melalui cara fisika,
tidak mnegubah zat selama pemisahan sedangkan cara kimia satu atau lebih
komponen direaksikan dengan komponen lain sehingga dapat pisahkan. Yang di
bahas dalam praktikum ini adalah pemisahan campuran zat kimia secara visika.
Cara atau teknik pemisahan tergantung pada jenis, wujud dan sifat
komponen yang ada di dalamnya. Jika komponen berwujud padat dan cair maka
pemisahan dapat dilakukan melalui penyaringan. Campuran antara alcohol
dengan air tidak dapat di pisahkan melalui penyaringan. Campuran ini dapat
dipisahkan dengan cara destilasi. Pemisahan campuran yang mengandung
komponen yang kelarutannya dalam pelarut tertentu berbeda dapat dilakukan
menggunakan metode ekstraksi pelarut. Contohnya pemisahan komponen non
polar yang terikut pada ekstrak etanol pada proses ekstraksi suatu bagian
tumbuhan. Komponen non polar dapat ditarik menggunakan pelarut nonpolar
yang tidak bercampur dengan etanol. Misalnya petroleum eter atau n-heksana.
Destilasi
Destilasi adalah suatu metode pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih
antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu campuran. Misalnya
campuran antara etanol dan air. Air memiliki titik didih 1000C sedangkan etanol
780C. Dengan metode destilasi kedua komponen tersebut dapat dipisahkan,
karena etanol akan menguap terlebih dahulu baru kemudian diikuti oleh air.
Selama komponen etanol menguap pada suhu yang ditunjukan oleh thermometer
akan tetap 780C, setelah etanol habis maka suhu akan meningkat dan konstan
pada suhu 1000C ketika air menguap. Hasil proses destilasi disebut destilat.

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 16


Ekstraksi Pelarut
Ekstraksi berasal dari bahasa Yunani “Ekstraksio” yang berarti menarik
keluar. Komponen yang ditarik keluar sudah tentu yang ingin dipisahkan dari
campuran. Pemisahan dengan metode ekstraksi berdasarkan atas perbedaan
kelarutan komponen dalam kelarutan yang berbeda. Campuran dua komponen
misalnya A dan B dimasukan dalam pelarut X dan Y yang tidak saling
bercampur. Semua dimasukan dalam corong pisah kemudian dikocok agar
bercampur kemudian didiamkan sampai pelarut X dan Y terpisah. Kini zat A dan
B telah menyatu dalam Pelarut X dan Y, tetapi perbandingannya tidak sama.
Misalnya A lebih benyak larut dalam pelarut X sedangkan B sedikit larut dalam
pelarut Y. Jumlah B dalam pelarut X dapat dikurangi dengan menambahkan
pelarut Y berlebih sehingga B akan tertarik ke Y.
Metode ekstraksi pelarut memakai hukum distribusi. Nilai konstanta distribusi
dirumuskan sebagai berikut:
Corg
Kd=
Cair
Kd= konstanta distribusi, harganya tetap selama suhu konstan
Corg = konsentrasi zat yang diekstraksi dalam pelarut organik.
Cair = konsentrasi zat yang diekstraksi dalam pelarut air
Hasil percobaan menunjukan bahwa ekstraksi berulang lebih efektif
dibandingkan dengan ekstraksi sekaligus menggunakan pelarut yang banyak.
Misalnya ekstraksi menggunakan metanol 100 mL 3 kali lebih efektif
dibandingkan dengan menggunakan 300mL sekaligus.
Menurut Nernts, hukum distribusi diatas hanya berlaku jika zat terlarut tidak
mengalami perubahan pada kedua pelarut. Zat terlarut yang terbagi dalam kedua
pelarut tidak mengalami asosiasi, disosiasi atau reaksi dengan pelarut. Dalam
prakteknya harga K dinaikan dengan penambahan suatu elektrolit kedalam suatu
larutan berair. Misalnya penambahan NaCl, pada pemisahan ester pada larutan
berair. Dengan penambahan NaCl maka ester akan berkurang dan harga K akan
lebih besar. Teknik penambahan pelarut ini dinamakan “salted Out”.

Alat dan Bahan


Erlenmeyer, gelas ukur, seperangkat alat destilasi, corong pisah, statip dan
klem, pemanas dan thermometer. Larutan asam cuka, petroleum eter, ekstrak
etanol, aquades dan larutan NaCl.
Cara Kerja
A. Destilasi Sampel Asam Cuka
1. Kedalam labu bundar ukuran 250 mL dimasukan 100mL larutan sampel
asam cuka
2. Pasang kondensor dan thermometer serta pemanas listrik sesuai dengan
prosedurnya.
B. Ekstraksi Pelarut

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 17


1. Masukan kedalam corong pisah ukuran 250 mL sebanyak 100 mL etanol
2. Kedalam corong pisah di atas dimasukan sebanyak 5 mL petroleum eter
3. Campuran dikocok dengan sekali-kali membuka kran corong pisah.
Pengocokon dihentikan ketika tidak keluar bunyi lagi saat kran dibuka
4. Masukan corong pisah kedalam klem corong, dengan bagian kran menghadap
kebawah. Setelah muncul dua lapisan yang jelas (kira-kira 15 menit).
5. Buka kran corong pisah dan ambil bagian atasnya. Untuk memperoleh ekstrak
yang kental maka diuapkan petroleum eter dengan menggunakan rotry vakum
evaporator atau dibiarkan diudara terbuka.
Bahan Diskusi
1. Jelaskan mengapa lapisan petroleum eter berada lebih di atas dibandingkan
lapisan etanol?
2. Dapatkah komponen-komponen dalam campuran yang terdiri dari 3 zat yang
berbeda dipisahkan dengan metode destilasi ?
3. Apa fungsi kondensor pada proses destilasi?
4. Mengapa proses ekstraksi pelarut dihentikan ketika tidaka lagi keluar lagi
bunyi dari dalam corong pisah setelah pengocokan?

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 18


PERCOBAAN 9
REAKSI PENGENDAPAN

Tujuan Percobaan
a. Mengetahui reaksi endapan dari reaksi antara NaOH dan CuSO4, NaOH
dan ZnSO4 serta NaOH dan FeSO4.
b. Mengetahui warna endapan dari masing – masing reaksi.

Tinjauan Teoritis
Reaksi endapan adalah suatu reaksi kimia yang dapat berlangsung apabila
pada pencampuran dua macam larutan yang menghasilkan suatu zat yang sukar
larut atau terjadi suatu endapan. Dengan menggunakan reaksi endapan, kita dapat
mengeluarkan suatu ion dari larutannya. Misalnya, ion kalsium (Ca2+) dalam air
sudah dapat dikeluarkan dengan menambahkan larutan Na2CO3. Dalam hal ini,
ion Ca2+ akan bergabung dengan ion karbonat(CO32-) membentuk CaCO3, suatu
garam yang sukar larut, sehingga mengendap Ca2+ (aq) + CO32- (aq) → CaCO3
(s).
Contoh lainnya yaitu mengendapkan ion Cl- dari air laut dengan
menambahkan larutan perak nitrat (AgNO3). Ion Cl- akan bergabung dengan ion
Ag+ membentuk AgCl yang sukar larut. Cl- (aq) + Ag+ (aq) → AgCl (s)
Suatu proses yang berfungsi untuk meneliti atau memperhitungkan apakah
larutan elektrolit itu masih dapat larut atau ataukah mengendap dalam suatu
larutan disebut Ksp (Hasil Kali Larutan). Larutan Elektrolit adalah larutan yang
dapat menghantarkan arus listrik. Secara teori, Ksp sendiri merupakan nilai
maksimum dari hasil kali konsentrasi ion–ion yang dapat berada dalam larutan.
Jika hasil kali konsentrasi ion Ag+ dengan konsentrasi Cl- akan tergabung
membentuk AgCl. Namun, kedua larutan yang telah dicampurkan tadi bisa saja
menjadi larutan jenuh, yaitu saat hasil kali [Ag+] [Cl-] sama dengan nilai Ksp
AgCl. Jadi, pada penambahan larutan Ag+ kedalam larutan Cl- dapat terjadi 3 hal
sebagai berikut:
- Jika [Ag+] [Cl-] < Ksp AgCl _ larutan tidak jenuh
- Jika [Ag+] [Cl-] = Ksp AgCl _ larutan tepat jenuh
- Jika [Ag+] [Cl-] > Ksp AgCl _ terjadi pengendapan
Pencampuran elektrolit ada yang berbentuk endapan ada pula yang tidak,
bergantung pada komsentrasi ion-ion dipangkatkan koefisiennya. Contohnya :
endapan AxBy, dapat terbagi menjadi 3 kemungkinan, yaitu:
a.Jika [Ay+] x [Bx-]y > Ksp AxBy (pencampuran menghasilkan endapan)
b.Jika [Ay+] x [Bx-]y = Ksp AxBy (pencampuran belum menghasilkan endapan,
tapi keadaan seperti ini disebut tepat jenuh karena akan mulai mengendap)
c.Jika [Ay+] x [Bx-]y < Ksp AxBy (pencampuran belum menghasilkan endapan)
NB : Dalam perhitungan, harus digunakan konsentrasi setelah pencampuran.
Jadi, secara umum apakah suatu larutan berada dalam keadaan tidak jenuh, tepat

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 19


jenuh, atau terjadi pengendapan, dapat ditentukan dengan memeriksa nilai Qc
nya dengan ketentua sebagai berikut:
- Jika Qc < Ksp, larutan tidak jenuh dan masih bisa ditambah lagi
- Jika Qc = Ksp, larutan tepat jenuh
- Jika Qc > Ksp, terjadi pengendapan
Berdasarkan rumus tersebut, kita dapat mengetahui hubungan antara Ksp dan
pengendapan. Untuk garam yang harga x dan y nya sama, semakin besar harga
Ksp maka garam tersebut semakin sukar mengendap. Sedangkan semakin
kecilharga Ksp maka semakin mudah untuk mengendap.

Contoh:
Ksp Ag asetat = 2 x 10-3
Ksp secara perhitungan Ag asetat
= [Ag+] [CH3COO]
= [0,12] [9,5 x 10-4]
= 1,1 x 10-4
Jadi, 1,1 x 10-4 < Ksp Ag asetat (2 x 10-3) maka tidak terjadi suatu endapan.
Alat Yang Digunakan
a. Tabung reaksi
b. Pipet tetes

Bahan Yang Digunakan


a. Larutan NaOH 0,1 M
b. Larutan CuSO4 0,1 M
c. Larutan FeCl3 0,1 M

Prosedur Percobaan
a. Teteskan dalam tabung reaksi / plat / cawan porselen 5 tetes larutan ZnSO4 0,1
M Kemudian tambahkan lagi 3 tetes NaOH 0,1 M.
b. Ulangi percobaan diatas dengan mengambil larutan :
- Tembaga sulfat (CuSO4) 0,1 M, tambahkan larutan Natrium hidroksida
(NaOH) 0,1 M
- Besi klorida (FeCl3) 0,1 M, tambahkan larutan Natrium hidroksida (NaOH)
0,1 M
c. Amati dan catat perubahan yang terjadi

Bahan Diskusi
1) Mengapa sehingga terdapat endapan saat melakukan reaksi tersebut?
2) Apakah NaOH digantikan dengan protein dapat menghasilkan endapan saat
ditambahkan dengan bahan-bahan yang ada pada percobaan diatas?

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 20


PERCOBAAN 10
PENENTUAN KADAR Pb2+ DAN Cu2+ MENGGUNAKAN METODE
GRAVIMETRI

Tujuan percobaan
1. Mahasiswa dapat menentukan kadar ion Pb2+ dalam larutan sampel
menggunakan metode gravimetri.
2. Mahasiswa dapat menentukan kadar ion Cu2+ dalam larutan menggunakan
metode analisa volumetri.

Landasan Teori
Analisa kuantitatif dalam bidang ilmu kimia berhubungan dengan jawaban
atas pertanyaan berapa?. Seperti misalnya berapa kandungan logam Pb atau
logam berat lain di dalam suatu sampel. Oleh sebab itu, informasi yang di
peroleh dari analisis kuantitatif adalah angka atau kadar. Analisis kuantitatif
sederhana di bagi menjadi dua golongan yaitu :
1. Analisis gravimetri
2. Analisis volumetri
Menurut cara gravimetri sejumlah cuplikan di timban kemudian dilakukan
suatu reaksi untuk membuat zat yang ingin ditetapkan menjadi senyawa lain yang
beratnya dapat di tentukan. Sedangkan cara yang kedua, menentukan volume
suatu larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan tepat, yang bereaksi
secara kuantitatif dengan zat yang akan di tentukan.
Penentuan kadar Pb dan Cu (II) dalam larutan campuran, dilakukan secara
gravimetri dan volumetri. Secara gravimetri Pb di endapkan dan ditimbang
sebagai PbSO4 dapat ditentukan dengan rumus berikut :
ArPb
Massa Pb dalam PbSO4 = xmassaPbSO 4
MrPbSO 4
Analisa volumetri Cu(II) dikerjakan dengan mereaksikan Cu(II) tersebut
dengan iodida menghasilkan CuI2 . CuI2 dapat terurai menjadi Cu2I2 sambil
melepaskan iodium (I2). Selanjutnya iodium yang di bebaskan dititrasi dengan
larutan Na2S2O2 standar sehingga kadar Cu dapat di tentukan.
Pb2+ + SO42- → PbSO4
Cu2+ + 2I- → CuI2
2 CuI2 → Cu2I2 + I2
I2 + 2S2O32-→ 2I- + S4O62-

Alat dan bahan percobaan


Alat percobaan : gelas ukur, beker gelas, pemanas, corong, kertas saring,
Erlenmeyer, buret dan desikator.
Bahan percobaan : H2SO4 4 N, Alkohol, KI 20 %, Na2S2O3 dan aquades.

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 21


Prosedur kerja
1. Diambil 50 ml larutan cuplikan Pb2+ atau Cu2+ dengan gelas ukur, lalu
dimasukkan kedalam gelas piala dan di panaskan sampai mendidih.
2. Tambahkan 20 ml larutan H2SO4 4 N sambil di aduk. Setelah dingin kedalam
gelas piala dimasukkan 20 ml alcohol (1:1).
3. Endapan yang terbentuk dibiarkan kurang lebih setengah jam kemudian di
saring dengan kertas saring, yang telah dikeringkan 105 0C dan telah diketahui
berat kosongnya.Filtrat ditampung dalam Erlenmeyer. Pencucian endapan
dilakukan dua kali masing-masing menggunakan 25 ml alkohol 1:1 yang
mengandung beberapa tetes H2SO4 4 N.
4. Kertas saring bersama endapannya dikeringkan pada suhu 105 0C, kemudian
didinginkan dalam desikator lalu ditimbang. Penimbangan dilakukan hingga
beratnya konstan yaitu selisih setiap kali penimbangan tidak lebih dari 0,2 mg.
5. Hitung kadar Pb dalam cuplikan.
6. Kedalam Erlenmeyer yang berisi filtrate hasil penyaringan pada langkah 3,
ditambahkan 50 ml aquades, 10 ml KI 20%, dan larutan H2SO4 4 N sebanyak
10 ml.
7. Larutan segera dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1N, hingga laritan berwarna
kuning muda, kemudian ditambahkan larutan kanji 1%, titrasi dilanjutkan
sampai larutan biru berubah menjadi kuning gading.
8. Tentukan kadar Cu dalam cuplikan.
9. Perhitungan :
ArPb
Kadar Pb = 100/50 x
MrPbSO 4
Kadar Cu = 100/50 x V(liter) x N x63,5 gram
V = Volume larutan Na2S2O3 dalam liter
N = Normalitas larutan Na2S2O3

Bahan diskusi
1. Jelaskan mengapa warna larutan menjadi biru ketika ditambah amilum 1%
dan apafungsi amilum dalam analisa ini.
2. Apa fungsi pengeringan kertas saring pada suhu 1050C ?
3. Tuliskan reaksi-reaksi pembentukan PbSO4, CaCO3 dan CuI2.

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 22


PERCOBAAN 11
DAYA HANTAR LISTRIK

Tujuan :
A. Mengukur pengaruh konsentrasi terhadap daya hantar listrik berbagai senyawa
B. Mempelajari pengaruh konsentrasi terhadap daya hantar listrik larutan elektrolit.

Teori :
Menurut pandangan modern, arus listrik dapat ditafsirkan sebagai arus electron yang
membawa muatan negatif melewati penghantar. Perdindahan muatan ini dapat terjadi
bila terdapat beda potensial antar satu tempat terhadap tempat yang lain, dan arus
listrik akan mengalir dari tempat yang memiliki potensial tinggi ke tempat yang
berpotensial rendah.

A B

( V1 ) ( V2 )
Penghantar

Pada gambar ini potensial di A lebih tinggi bila dibandingkan dengan potensial di B,
sehingga bila dipasang suatu penghantar dengan tahanan R, maka akan mengalir arus
listrik sebesar i. Untuk beda potensial yang sama tidak selalu menghasilkan kuat arus
listrik yang sama. Melainkan bergantung pada dasarnya tahanan penghantar yang
dipakai penghantar tersebut. Atau perkataan lain makinbesar tahanan R, makin sedikit
muatan listrik yang dihantarkan.
Kemampuan suatu penghantar untuk memindahkan muatan listrik dikenal sebagai
“daya hantar listrik” yang besarnya berbanding terbalik dengan tahanan R.
L = 1/R
L = daya hantar (ohm-1)
R = tahanan (ohm)
CARA KERJA
I. Menentukan daya hantar listrik berbagai senyawa.
1. Sediakan 5 buah gelas piala ukuran 100 ml.kemudian masing-masing
diisi dengan 25 ml minyak tanah, asam cuka glacial, air suling, larutan
NaCl.
2. Tentukan sifat zat terhadap arus listrik (konduktor atau isolator).

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 23


Mempelajari pengaruh konsentrasi terhadap daya hantar listrik larutan
elektrolit.
1. Buatlah masing-masing 25 ml, larutan zat-zat di bawah ini dengan
konsentrasi 0,01 M; 0,05 M; 0,10 M; 0,50 M; dan 1,00 M.

Kelompok I Kelompok II
CH3COOH NaCl
NH4OH NaBr
HCl NaI
NaOH NH4Cl
2. Untuk setiap larutan diukur daya hantar listriknya. Pengukuran selalu
dimulai dari larutan terencer.
3. Gambarkan grafik daya hantar listrik larutan kelompok II terhadap
konsentrasinya.
Tentukan senyawa mana yang merupakan elektrolit kuat dan mana yang
lemah. Terangkan perbedaan pengaruh pengenceran pada elektrolit kuat
dan lemah.
4. Gambarkan grafik daya hantar listrik larutan kelompok III terhadap
konsentrasinya.
Bandingkan daya hantar listrik kation dan anion segolongan (antara Cl-,
Br-, I- dan antara Na+, NH4+).
Bagaimanakah pengaruh ukuran ion terhadap daya hantar listrik?
PENGAMATAN :
A. MENENTUKAN DAYA HANTAR LISTRIK BERBAGAI SENYAWA
Senyawa I (mA) V (volt) L = 1/R (ohm-1)
Minyak tanah ....... ........... .......................................
Asam asetat glasial ....... ........... .......................................
Air suling ....... ........... .......................................
Kristal NaCl ....... ........... .......................................
Larutan NaCl ....... ........... .......................................

B. DAYA HANTAR LISTRIK ELEKTROLIT PADA BERBAGAI


KONSENTRASI.

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 24


1. Elektrolit-elektrolit kelompok I.
Konsentrasi CH3COOH CH3COOH CH3COOH CH3COOH CH3COOH
elektrolit I V I V I V I V I V
mA Volt mA Volt mA Volt mA Volt mA Volt

0.01 M ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........
0,15 M ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........
0,10 M ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........
0,50 M ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........
1,00 M ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 25


PERCOBAAN 12
STANDARISASI LARUTAN NaOH DAN PENGGUNAANNYA
DALAM PENENTUAN KADAR ASAM CUKA.
MAKSUD PERCOBAAN
A. Menentukan normalitas larutan standar asam oksalat.
B.Menetapkan kadar asam cuka.
DASAR TEORI
Asidimetri dan alkalimetri adalah analisa kuantitatif volumetri berdasarkan reaksi
netralisasi. Keduanya dibedakan pada larutan standarnya . Pada asidimetri dipakai
asam sebagai larutan standarnya. Analisa tersebut dilakukan dengan cara titrasi. Pada
titrasi basa terdapat asam bebas, sebagai hasil akhir diperoleh suatu garam,
NaOH (aq) + CH3COOH (aq)  NaCH3COO (aq) +H2O
Pada titrasi asam asetat dengan NaOH sebagai larutan standar akan dihasilkan garam
yang berasal dari asam lemah dan basa kuat. Natrium asetat garam ini akan
dihidrolisa dalam larutan sebagai berikut :
CH3COONa + H2O  CH3COOH + NaOH
Dapat dilihat bahwa hidrolisa adalah suatu reaksi setimbang . lain halnya pada titrasi
asam kuat dengan basa kuat atau sebaliknya, keduanya merupakan elektrolit kuat.
Disini akan dihasilkan garam yang tak terhidrolisa , yaitu garam yang berasal dari
asam kuat dan basa kuat. Pada titrasi asam asetat dengan NaOH , sebagian asam dan
basanya tinggal dalam larutan.
Pada titik ekuivalen banyaknya asam asetat dan NaOH bebas adalah sama, tetapi
asam asetat termasuk elektrolit lemah yang terionisasi sedikit sehingga lebih banyak
tinggal sebagai molekul CH3COOH atau sangat sedikit ion H+ yang dibebaskan. Basa
bebasnya NaOH , merupakan elektrolit kuat , hampir terioniasasi sempurna, sehingga
akan didapatkan sejumlah besar ion sempurna, sehingga akan didapatkan sejumlah
besar ion hidroksi OH- dalam larutan.
Jadi jelas bahwa titrasi akan berakhir pada pH lebih besar dari pada 7.
Reaksi ion hidroksida CH3COONa ialah :
CH3COO- + H2O  CH3COOH + OH-
Dapat dilihat reaksi diatas bahwa larutan adalah bersifat alkalis.
Indikator :
Indikator dalam titrasi netralisasi adalah indikator yang dipakai pada adisi alkalimetri.
Indikator ini dapat dinamakan indikator pH, karena indikator ini berubah
warnanyasesuai dengan perubahan pH. Suatu indikator pH adalah memiliki
perubahan warna yang khas dengan daerah pH tertentu. Dalam titrasi asam asrtat
dengan NaOH, dipakai indikator semacam itu. Dalam hal ini, jelas harus diketahui
pH, untuk setiap perubahan reaksi. Selanjutnya dapat dapat dipilih indikator yang
sesuai dengan melihat grafik ml pereaksi versus pH.
Pada analisa asam asetat dalam cuka, dan zat yang lain hanya merupakan zat
pengotor. Analisa dijalankan dengan menitrasi asam asetat dengan larutan NaOH
standar.

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 26


CH3COO (aq) +NaOH  CH3COO (aq) + H2O
Gram ekuivalen dari asam asetat dapat dihitung :
Ggrek asam asetat = VNaOH x MNaOH
Sedang VNaOH = Molaritas NaOH
MNaOH = Volume NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan semua
asam.
Karena 1 grek asam asetat = 1 mol, maka :
Berat asam asetat (gram) = Grek asam asetat x BM asam asetat.
PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksu dengan larutan standar ?
2. Apakah yang dimaksud dengan larutan standar primer dan sekunder ?
3. Bila larutan asam kuat dititrasi dengan basa kuat memakai indikator PP apak
tepat bila titrasi sebalikya juga memakai indikator PP ? Jelaskan !

CARA KERJA
CARA KERJA 1 :
1. Timbanglah 0.63 gr asam oksalat, larutkan dalam labu ukur 100ml dengan air
suling hingga volume tepat 100 ml.
2. Cuci 2 buret, masing-masing diisi dengan larutan asam oksalat yang telah
dibuat dengan laruran NaOH.
3. Teteskan 15 ml larutan NaOH kedalam erlenmeyer, tambahakan 10 ml air
suling dan 1-2 tetes indikator phelphtalein , lalu dititrasi dengan larutan asam
oksalat hingga warna merah jambu hilang.
4. Titrasi dilakukan sebanyak 5 kali.
Pengamatan / Perhitungan
Berat Cawan + (COOH)2 2H2O : ................. gr
Berat Cawan kosong : ................. gr
Berat (COOH)2 2H2O : ................. gr
Molaritas asam oksalat : ................. M
Larutan NaOH yang digunakan Larutan (COOH)2 2H2O yang digunakan
1. ..................................... ml ..................................................... ml
2. ..................................... ml ..................................................... ml
3. ..................................... ml ..................................................... ml
Perhitungan molaritas NaOH
M1 ........................................... ml ...................................................... ml
M2 ........................................... ml ...................................................... ml
M3 ........................................... ml ...................................................... ml
Hasil analisa :
ெభ ା ெమ శ ெయ
Molaritas NaOH = = ⋯‫ܯ‬

ெೃೌ೟ೌషೃೌ೟ೌ
Faktor NaOH = = .......
଴.ଵ

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 27


CARA KERJA II
1. Ambil 25 ml atau 20 ml larutan cuka perdagangan dengan pipet.
2. Masukan kedalam labu takar 500 ml kemudian tambahkan (sambil dikocok)
air suling sampai volume tetap 500 ml.
3. Ambil 5o ml atau 40 ml larutan encer tersebut, tambahkan 2 tetes indikator
phenolphtalein.
4. Titrasi larutan tersebut dengan larutan standar NaOh sampai tepat terjadi
perubahan warna.
5. Cuci buret dengan asam pencuci.
Pengamatan :
Merk asam cuka yang dipakai : .............................
Titrasi :
Pembacaan Buret I II II
Akhir titrasi
Awal titrasi
Volume larutan
NaOH
Rata-rata volume
Penitrir
Perhitungan :
NaOH yang digunakan 0.1 M
Misal volume NaOH yang diapakai = a ml untuk 40 ml cuka encer.
Kadar asam cuka dalam cuka (dalam gram/100 ml) = 100 /20 x 500/40 x 0.1 x a x 60
mg.

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 28


PERCOBAAN 13
GAS NITROGEN

Tujuan : menyelidiki reaksi gas nitrogen dengan logam magnesium, melalui


pembakaran logam maknesium di udara (udara mengandung ± 78% nitrogen
dan ± 21% oksigen, oksigen dapat bereaksi dengan zat lain pada temperatur
relatif rendah)

Alat dan Bahan:


1. Cawan porselin (1)
2. Kertas ampelas
3. Botol seprot 200 mL (1)
4. Kertas lakmus (2 lembar)
5. Pita magnsium 10 cm
Cara kerja :
1. Bersihkan pita magnesium dengan ampelas sampai mengkilap.
2. Bakarlah pita magnesium itu dalam cawan porselin. (salah satu ujung
menonjol ke luar cawan)
3. Setelah pembakaran itu dinggin, tetesi (2 tetes) dengan air. ciumlah bau yang
terbentuk. Lalu, periksalah gas tersebut dengan kertas lakms merah basah.
3. Tambahkan sedikit air ke cawan porselen dan ujilah larutannya dengan kertas
lakmus merah

Pengamatan :
Salin, kemudian dilengkapi tabel pengamatan berikut!
1. Hasil pembakaran (didalam porselen)…
2. Bau gas (setelah pembakaran diteliti air)…
3. Kertas lakmus merah basah yang terkena gas…
4. Kertas lakmus merah yang dicelupkan ke dalam larutan…
Pertanyaan :
1. Gas apa yang terbentuk pada saat hasil pembakaran ditetesi air?
2. Zat apa yanng munkin terbentuk pada pembakaran logam Mg di udara?
Jelaskan.
3. Tuliskan persamaan reaksi:
a. Pembakaran magnesiuum di udara;
b. Pembentukan zat jika hasil pembakaran tersebut disirami air.
4. Buatlah laporan tertulis secara individu.
5.
Catatan :
Jangan menatap langsung Mg yang sedang terbakar.

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 29


PERCOBAAN 14
GAS NH3

Tujuan : menyelidiki beberapa sifat gas amonia.

Alat dan Bahan:


1. Tabung reaksi
2. Sumbat dengan pipa pendek
yang lancip.
3. Pipa bengkok/selang plastik.
4. Labu erlenmeyer
5. Gelas beker
6. Statif dan klem
7. Alat pembakarran
8. Jepit ppemegang tabung
9. Batang pengaduk
10. NH4OH pekat
11. Indkator pp
12. Larutan HCl 0,1 M

Cara kerja :
1. Panaskan ± 4 mL NH4OH pekat alam tabung reaksi dan tampung gas yang
terbentuk dalam labu erlenmeyer yang terbalik (A). Gas amonia lebih ringan
dari udara sehingga jika labu erlenmeyer A sudah penuh (amonia telah keluar
dari erlenmeyer sehingga tercium bau yang khas) labu erlenmeyer tersebut
jangan dibalikan lagi, tetapi terus tersumbat dengan sumbat yang di tengahnya
apa pipa lancip.
2. Celupkkan pipa pada sumbat dalam gelas beker yang telah berisi air dan
beberapa tetes indikator pp.
3. Amati menyemprotnya air ke dalam labu erlenmeyer dan warna air di gelas
beker.
4. Sentuhkan batang pengaduk yang telah dibasahi dengan larutan HCl 0,1 M
pada mulut pipa yang mengeluarkan gas amonia.

Pengamatan :
Salin, kemudian dilengkapi tabel pengamatan berikut!
1. Warna air + indikator setelah bercampur dengan gas amonia.
2. Batang pengaduk yang dibasahi HCl 0,1 M setelah disentukan dalam mulut
pipa =…
Pertanyaan :
1. Mengapa air dapat mengemprot ke atas?

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 30


2. Mengapa air menjadi berwarna?
3. Mengapa batang pengaduk yang dibasahi larutan HCl 0,1 M jika disentuhkan
pada mulut pipa yang mengeluarkan gas NH3 terjadi kabut putih?
4. Tuliskan reaksi-reaksi yang terjasi.
5. Buatlah laporan tertulis secara individu.

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 31


PERCOBAAN 15
SINTESISI GAS OKSIGEN

Tujuan : membuat gas oksigen dari hidrogen peeroksida.

Alat dan Bahan:


1. Corong pisah.
2. Sumbat dengan pipa
pendek yang lancip.
3. Pipa bengkok/selang
plastik.
4. Labu erlenmeyer
bercabang.
5. Bak air
6. Statif dan klem
7. Tabung reaksi
8. Larutan H2O2.
9. Serbuk MnO2.

Cara kerja :
1. Susunlah alat-alat seperti pada gambar diatas.
2. Isilah corong pisah dengan larutan H2O2 (5 mL).
3. Isilah labu erlenmeyer dengan MnO2 (1 g).
4. Isilah tabung reaksi hingga penuh, kemudian masukan ke dalam air dengan
posisi terbalik.
5. Hubungkan erlenmeyer dengan pipa ke tabung reaksi.
6. Bukalah keran pada corong pisah secara perlaha-lahan agar larutan H2O2
masuk ke dalam labu erlenmeyer dan bereaksi dengan serbuk MnO2.

Pengamatan :
Selama pembuatan oksigen, amati:
1. Apa warna gas oksigen?
2. Bagaimana bau gas oksigen?
3. Larutkah oksigen dalam air?
Pertanyaan :
1. Tuliskan reaksi yang terjadi pada percobaan ini.
2. Buatlah laporan tertulis secara individu.

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 32


PERCOBAAN 16
REAKSI OKSIDASI

Tujuan : mengenal eaksi oksidasi guggus fungsonal alkohol dan aldehida.


Alat dan Bahan:
1. Tabung reaksi dan rak.
2. Gelas beker.
3. Penjepit tabung reaksi.
4. Alat pebakar
5. Gabus
6. Kaki tiga
7. Kasa
8. Pipet teetes
9. Larutan formaldehida 4%
10. Lempeng tembaga berukutan 2 mm x
150 mm
11. Laryrran perak amoniakal 0,1 M
Cara kerja :
1. Didihkan air kira-kira 150 ml dalam gelas kimia 250 mL. masukan larutan
formaldehida 4% ke dalam tabung reaksi setinggi kira-kiar 1 cm. tambahkan
larutan perak amoniakal denggan jumlah yang sama dan masukan tabbung
reaksi tersebut ke dalam air endidih sampai terjadi perubahan yang terlihat paa
dinding tabung sebelah dalam.
2. Isi tabung reaksi dengan metanol sampai kira-kira sepertiganya. Lilitkan
lempeng tembaga pada pensil sehingga terbentuk gulungan spiral pada salah
satu ujungnya. Tusukan ujung yang lain ke dalam gabus. Perhatikan panjang
lempeng tembaga dengan panjang tabung reaksi seperti pada gambar.
3. Sediakan gelas bekerberisikan air dingin. Panaskan spiral tembaga dengan
nyala pembakaran sampai pijar. Segera masuan tembaga pijar tersebut ke
dalam metanol (jangan tekan gabus, biarkan gabus tersumbat tak erat). Ulangi
beberapa kali, dinginkan tabung reaksi dengan air.
4. Masukan larutan perak aminiakal ke dalam suatu tabung reaksi kira-kira
setinggi 1 cm. tambahkan larutan seperti cara kerja nomer (3). Lihat apakah
dalam dinding tabung sebelah dalam terjadi perubahan. Jiika tidak masukan
tabung tersebut ke dalam air mendidih seperti pada cara kerja nomer (1).

Pengamatan :
Salin, kemudian lengkapi titik-titik berikut:
4. Larutan formaldehida + larutan perak amoniakal, dipanaskan. Pada dinding
tabung terjadi…
5. Alkohool + tembaga pijar + perak amoniakal :…
Setelah dipanaskan pada dinding tabung reaksi terjadi…

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 33


PERCOBAAN 17
SINTESIS ESTER.

Tujuan : membuat ester dari alkohol.


Alat dan Bahan:
1. Tabung reaksi dan rak.
2. Gelas beker.
3. Statif dan klem.
4. Pipet teetes
5. Asam asetat glasial
(CH3COOH)
6. Etanol (C2H5OH)
7. 1-pentanol
8. 1-oktanol
9. Asam sulfat pekat (H2SO4)

Cara kerja :
1. Dengan mengunakan pipet, masukan 2 mL asam asetat glacial ke dalam suatu
tabung reaksi.
2. Gunakan pipet tetes yang bersig untuk memasukan 2 mL etanol ke dalamnya.
3. Tambahhkan ke dalamnya 1 mL asam sulfat pekt dengan menggunakan pipet
yang lain.
4. Aduk larutan tersebut secara hati-hati, kemudian tempatkan tabung reaksi
tersebut ke dalam gelas beker yang telah berisi air di atas pemanas.
5. Sesudah lebih kurang 5 menit, tuangkan larutan yang terdapat dalam tabung
reaksi ke dalam suatu gelas beker yang telah berisi air terlebih dulu sebanyak
10 mL. asam asetat dan alkohol yang tidak bereaksi larut dalam air,
sedangkan ester yang terbentuk tidak larut dalam air dan mengapung pada
permukaan.

Pertanyaan :
1. Terangkan bau ester etil asetat yang terbbentuk. Tuliskan reaksi yang terjadi.
Dengan cara yang sama dapat disintesis ester yang lain.
A. Pentil asetat dari asam asetat dan 1-pentanol
B. Oktil asetat dari asam asetat dan 1-oktanol
C. Metil salisilat dari asam salisilat dan metanol
2. Buatlah laporan tertulis secara individu.

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 34


PERCOBAAN 18
UJI AMILUM DAN SELULOSA

Tujuan : beberapa uji terhadap amilum dan selulosa.

Selulosa dan amilum merupakan polisakarida yang terdapat pada tumbuh-


tumbuhan. Hidrolisis dari kedua zat ini menghasilkan glukosa. Adanya glukosa dapat
ditunjukan dengan reduksinya terhadap pereaksi Fehling yang memberikan endapan
berwarna merah bata.

Alat dan Bahan:


1. Tabung reaksi
2. Lumpang porselen dan pengaduk.
3. Pipa rak tabung reaksi
4. Pipet tetes
5. Gelas beker
6. Kaca arloji
7. Silinder ukur
8. Kaki tiga dan kasa
9. Alat pembakar
10. Sendok plastik
11. Larutan Fehling A dan Fehling B
12. Larutan asam sulfat pekat
13. Kertas saring dan kapas
14. Kertas lakmus
15. Amilum
16. Larutan iodin serta air
Cara kerja :
1. Tambahkan 3 tetes larutan iodin pada kertas saring atau kapas dalam kaca
arloji. Perhatikan warna apakah yang teradi pada kertas saring/kapas.
2. Ulangi cara kerja satu menggunakan aluminium. Bandingkan hasil cara kerja
1 dan 2.
3. Letakan beberapa kertas saring dalam lumpang porselin. Digerus sampai
kertas saring itu larut. Kemudian, tambahkan 15 mL air, pindahkan larutan
yang terjadi ke dalam gelas beker dan didihkan selama beberapa menit.
Netralkan larutan tersebut dengan larutan NaOH 6 M (kira-kira tiga kali
sebanyak H2SO4 pekat yang digunakan, gunakan kertas lakmus untuk
mengetahui keadaan netralnya). Kemudian ujilah larutan yang netral tersebut
dengan larutan Fehling. Catat hasil uji yang terjadi.
4. Lakukan cara kerja 3 dengan amilum dan bandingkan hasil ini dengan hasil
sebelumnya.

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 35


Pengamatan :
Salin, kemudian dilengkapi tabel pengamatan berikut!
No. Proses yang terjadi Pengamatan
1. Kertas saring atau kapas ditetesi iodin
2. Amilum ditetesi dengan larutan iodin
3. Hasil uji larutan Fehling terhadap
larutan yang didapat dasi kertas saring
yang ditambahkan H2SO4 pekat
4. Hasil uji larutan Fehing terhadap larutan
yang didapat dari amilum yang
ditambahkan H2SO4 pekat

Pertanyaan :
1. Apakah pengarruh dari asam sulfat pekat pada zat yang terdapat dalam kertas
saring, kapas, dan amilum.
2. Tuliskan persamaan reaksi hidrolisis dari selulosa dan amilum menjadi
glukosa.
3. Buatlah laporan tertulis secara individu.

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 36


PERCOBAAN 19
IDENTIFIKASI PROTEIN
Tujuan : menyelidiki pergeseran kesetimbangan antara endapan perak dalam
kompleks perak dalam larutan.
Alat dan Bahan:
1. Gelas ukur (10 mL, 25 mL)
2. Gelas pengaduk
3. Tabung reaksi
4. Pipet tetes
5. Lampu spitus
6. Larutan NaOH 40%
7. Larutan CuSO4 0,01 M
8. Larutan HNO3 pekat
9. Putih telur
10. susu
Cara kerja :
(A) Tes Biuret
1. Masukan 2 ml susu ke dalam tabung reaksi yang bersih.
2. Tambahkan 1 mL NaOH 40% sambil dikocok., kemudian tambahkan 3 tetes
larutan CuSO4 0,01 M. Amati perubahan yang terjadi.
(B) Tes Xantoprotein
1. Masukan 2 ml susu ke dalam tabung reaksi yang bersih.
2. Tambahkan 1 mL HNO3 pekat. Amati apa yang terjadi, panaskan perlahan-
lahan.
Ulangi cara kerja (A) dan (B), tetapi susu diganti dengan zat lain (misalnya putih
telur).

Pengamatan :
Salin, kemudian dilengkapi tabel pengamatan berikut!
Spesi produk yang
No. Perubahan
terbentuk
Susu a. Tes biuret
b. Tes Xantoprotein
Putih telur a. Tes biuret
b. Tes Xantoprotein
………. a. Tes biuret
b. Tes Xantoprotein

Pertanyaan :
1. Dari hasil tes tersebut, kesimpulan apa yang dapat kalian peroleh?
2. Buatlah laporan tertulis secara individu.

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 37


PERCOBAAN 20
Lemak

Tujuan : mengenal eaksi oksidasi guggus fungsonal alkohol dan aldehida.


Alat dan Bahan:
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Kaca arloji
4. Silinder ukur
5. Cawan porselen
6. Pengaduk
7. Lampu spritus
8. Minyak kelapa
9. Karbon disulfida (CS2)
10. Karbon tetaklorida (CCl4)
11. Bromin (Br2)
12. Larutan NaOH 40%
13. Sabun mandi
14. Indikator fenolfetalein

Cara kerja :
1. Ke dalam suatu tabung reaksi masukan 1 mL minyak kelapa, tambahkan 3 mL
CS2, dan 4 mL Br2, kocok dan amti perubahan yang terjadi.
2. Masukan 2 mL minyak kelapa kedalam cawan porselen. Tuangkan 1 mL
Larutan NaOH 40% kedalam cawan sambil diaduk sehingga campuran
mengental. Amati bau campuran tersebut.
3. Masukan kecil sabun mandi ke dalam suatu tabung reaski, kemudian
tambahkan 3 mL air suling. Sambil dipanaskan, tambahkan 3 mL indikator
fenolfetalein (pp). amati perubahan yang terjadi.

Pertanyaan :
1. Tuliskan reaksi yang terjadi pada cara kerja 1 dan 2.
2. Bagaimanakah warna larutan pada cara kerja 3?
3. Buatlah laporan tertulis secara individu.

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 38


PERCOBAAN 21
PANAS REAKSI

MAKSUD PERCOBAAN : Menentukan perubahan entalpi ( ∆ H) reaksi asam basa


secara kalorimeter.
DASAR TEORI :
Salah satu sifat karakteristik suatu reaksi kimia adalah perubahan panas yang
selalu menyertai reaksi tersebut. Studi tentang perubahan panas semacam ini
dinamakan “termokimia”. Apabila dua macam zat direaksikan pada volume tetap,
maka energi internal zat tersebut akan mengalami perubahan. Besarnya perubahan
energi internal hasil reaksi dengan energi internal zat pereaksi.
∆ E = Ehasil – Epereaksi
Berdasarkan pada perubahan energi internal ( ∆ E) yang menyertai suatu reaksi
dapat dibedakan adanya dua macam reaksi yaitu “reaksi endotermis” dan “reaksi
eksotermis”. Suatu reaksi dinamakan reaksi endotermis apabila reaksi tersebut
disertai dengan penyerapan panas, sehingga energi internal hasil reaksi akan lebih
besar dari pada energi internal pereaksi, atau adalah ∆ E positif. Sebaliknya suatu
reaksi eksotermis akan disertai dengan pelepasan panas dan ditandai oleh ∆ E negatif.
Didalam laboratorium perubahan panas yang menyertai suatu reaksi kimia
biasanya ditentukan pada tekanan tetap. Pada keadaan perubahan ini, panas dikenal
sebagai perubahan entalpi ∆ H.
∆ H = Hhasil – Hpereaksi
Perubahan entalpi mempunyai satuan kalori. Reaksi-reaksi endotermis memiliki
perubahan entalpi positif, sedangkan reaksi eksotermis mempunyai perubahan entalpi
negatif.
Reaksi endotermis:
H 2 ( g ) + I 2 ( p ) → 2 HI ( g ) H = 12400 kal.mol −1
CaO ( p ) + H 2 O (l ) → Ca (OH )2 ( p ) H = 15300 kal.mol −1
Walaupun perubahan entalpi suatu reaksi kimia tidak dapat ditentukan secara
langsung tetapi harga perubahan tersebut dapat dihitung.
Pengukuran suhu dapat dikerjakan pada interval waktu tertentu dari sebelum
pereaksi dicampur sampai pereaksi tersebut tercampur. Dengan membuat grafik suhu
versus waktu, yang diperoleh dari hasil pengukuran ini, perubahan suhu T dapat
ditentukan dengan jalan ekstrapolasi kurva yang diperoleh.
Jumlah panas yang dipindahkan dari/ke dalam sistem reaksi untuk sejumlah
tertentu zat pereaksi dapat dihitung dari harga ∆ T dan tetapan kalorimeter. Dari
jumlah panas yang dipindahkan selama pengukuran dan jumlah mol zat pereaksi yang
dipindahkan selama pengukuran dan jumlah mol zat pereaksi yang digunakan,
perubahan entalpi reaksi asam basa (perubahan entalpi netralisasi). Perubahan entalpi
yang ditentukan dalam percobaan ini adalah perubahan entalpi yang terjadi pada suhu
tetap.

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 39


Kalorimeter yang dipakai bukan merupakan kalorimeter internal melainkan berupa
kalorimeter adiabatis, sehingga proses yang terjadi selama percobaan ini dapat
didekati dengan siklus termodinamika berikut:

I
Pereaksi (TO) Hasil (T1)
adiabatik

II Isotermal

Hasil (TO) III

Karena proses ini berlangsung pada tekanan tetap, maka perubahan entalpi yang
terjadi selama berlangsungnya proses tersebut akan sama dengan jumlah panas yang
diserap atau dilepaskan.
∆ HI = ∆ HII + ∆ HIII
qI = qII + qIII
Karena proses I adalah proses adiabatis maka qI = 0 sehingga jumlah panas yang
diserap atau dilepaskan selama proses II berlangsung dapat dihitung dari:
qII + qIII = 0
Dalam hal ini qIII adalah jumlah panas total yang diserap atau dilepaskan oleh
kalorimeter ke dalam larutan.

qIII = Ctotal × ∆ T
Ctotal = (Clarutan + Ckalorimeter)
dengan,
Ctotal = kapasitas panas total sistem
Clarutan = kapasitas panas total larutan
Ckalorimeter = tetapan kalorimeter
sehingga,
qIII = (Clarutan + Ckalorimeter) × ∆ T
Oleh karena itu, perubahan entalpi yang ditimbulkan oleh reaksi:
HII = qIII = (Clarutan + Ckalorimeter) × ∆ T
dengan,
Clarutan = Vol. lart. × BD lart. × kapasitas panas lart.
Ckalorimeter = Vol. air × BD air × kapasitas panas air
selanjutnya perubahan entalpi reaksi per mol dapat dihitung dengan rumus:

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 40


q II
∆H =
jumlah mol

Tabel kapasitas panas dan Berat jenis berbagai larutan


Kapasitas
BD
Larutan Konsentrasi panas kal.g-1
g.mL-1
der-1
Natrium Klorida NaCl 0,50 0,96 1.02
Natrium Sulfat Na2SO4 0,50 0,93 1,06
Natrium Fosfat Na3PO4 0,50 0,94 1,06
Natrium Hidrogen Sulfat NaHSO4 0,50 1,05 1,05
Natrium Hidrogen Fosfat 0,50 0,98 1,05
NaHPO4
Natrium Dihidrogen Fosfat 0,50 0,95 1,04
NaH2PO4
Air H2O - 1,00 1,00

A. CARA KERJA :
A. Penentuan tetapan kalorimeter (Ckalorimeter)
1. Masukkan 50,0 mL akuades ke dalam kalorimeter dengan menggunakan
pipet gondok 50 mL, kemudian kalorimeter ditutup sedemikian sehingga
thermometer sedikit tercelup dalam air.
2. Dalam waktu yang sama masukkan pula 50,0 mL akuades ke dalam beker
gelas dan panaskan sampai kira-kira 15oC di atass suhu kamar.
3. Setelah langkah 1 dan 2 disiapkan dengan baik, praktikan yang satu
mengaduk kalorimeter dan mencatat suhu air didalamnya, setiap 30 detik. Di
samping praktikan yang lain mencatat suhu air panas dalam beker gelas
setiap 30 detik. Kedua pengukuran ini dikerjakan dalam waktu 5 menit.
4. Masukan air dalam beker gelas ke dalam kalorimeter sambil diaduk dan
diamati suhunya setiap 30 detik selama 10 menit.
5. Buatlah grafik suhu versus waktu, dan tentukan ∆ T, dengan ekstrapolasi
kurva. Kemudian hitunglah tetapan kalorimeter.
Sebagai gambaran bentuk grafik tersebut adalah sebagai berikut:

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 41


o
Suhu C
∆ TPanas

T2
TAkhir

T1

∆ TDingin

0 Waktu, menit 10

B. Penentuan perubahan entalpi reaksi asam basa ( ∆ H)


Setiap pasang praktikan akan mengerjakan salah satu dari reaksi asam basa
berikut:
HCl – NaOH; H2SO4 – NaOH atau H3PO4 – NaOH.
Konsentrasi asam adalah: HCl 2M; H2SO4 1M dan H3PO4 1M.
Sedangkan konsentrasi NaOH adalah 2,05M.
Langkah-langkah penentuan perubahan entalpi reaksi tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Pipetkan 50,0 mL larutan asam ke dalam kalorimeter kemudian kalorimeter
ditutup sedemikian hingga thermometer sedikit tercelup ke dalam larutan.
2. Dalam waktu yang sama masukkan 50,0 mL larutan 2,05M NaOH ke dalam
beker gelas kemudian panaskan atau didinginkan sehingga suhunya kira-kira
sam dengan larutan asam.
3. Setelah langkah 1 dan 2 disiapkan dengan baik, praktikan yang satu
mengaduk kalorimeter dan mencatat suhu larutan asam di dalamnya setiap 30
detik selama 5 menit. Disamping itu praktikan yang lain mencatat suhu
larutan NaOH panas dalam beker gelas setiap 30 detik selama 5 menit.
4. Masukkan larutan NaOH dalam beker gelass ke dalam kalorimeter sambil
diaduk dan amati suhunya setiap 30 detik selama 10 menit.
5. Buatlah grafik suhu versus waktu, dan tentukan ∆ T dengan ekstrapolasi
kurva seperi pada percobban A.

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 42


6. Hitunglah perubahan entalpi per mol untuk reaksi asam basa.

Takhir
Suhu
o
C

∆ T1

T1

Waktu

D.PERHITUNGAN :
A. Menghitung tetapan kalorimeter (Ckalorimeter)
Tetapan kalorimeter dapat dihitung berdasarkan pada harga ∆ T yang diperoleh
dari grafik suhu versus waktu (lihat cara kerja A)
B. Menghitung perubahan entalpi reaksi asam basa
Dengan cara serupa pada A, perubahan entalpi reaksi asam basa dapat dihitung
sebagai berikut:

(C larutan + C kalorimeter) × ∆T
∆H =
jumlah mol

∆ T = Takhir – Tawal
Clarutan = (Vol. lart.) (BD lart.) (kapasitas panas lart.)
Ckalorimeter = (Vol. air) ( BD air) (kapasitas panas air)

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 43


PERCOBAAN 22
ANALISA ASPIRIN DAN KAFEIN DALAM TABLET

MAKSUD PERCOBAAN : Menentukan konsentrasi aspirin dan kafeina dalam


tablet
DASAR TEORI :

A. ASPIRIN
Dapat dibuat dari asam salisilat yang diasetilasikan dengan asetil klorida
atau anhidrid asam asetat. Senyawa ini bersifat asam dan rumus bangunnya
adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui konsentrasi aspirin dilakukan titrassi dengan larutan NaOH


0,1M. Dalam reaksi netralisasi ini gugusan asetil lebih sukar dilepass dari padda
gugusan karbonil, hingga terjadi reaksi sebagai berikut:

Titrasi diakhiri jika terjadi perubahan warna yang konstan selama satu menit dari
indikator phenolphthalein. Jika kelebihan NaOH akan terjadi reaksi sebagai
berikut:

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 44


B. KAFEINA
Kafeina merupakan alkoloida yang diturunkan dari aspirin, nama lain dari
padanya adalah 1,3,7-trimetil xanthina yang mempunyai rumus bangun:

atau

Kafeina terdapat dalam biji kopi (0,5%) dan dalam teh (2-4%) yang mempunyai
physiologi sebagai stimulan. Ikatan rangkap dari kafeina dapat mengadisi iod.
Untuk mengetahui kadar atau konsentrasi kafeina maka larutan yang
mengandung kafeina ditambah larutan iod yang telah diketahui volume dan
konsentrasinya. Kelebihan iod (I2) setelah terjadi reaksi adisi dititrasi dengan
larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3). Sehingga iod yang teradisi oleh kafeina
dapat diketahui.
C. CARA KERJA :
A. ASPIRIN
- Suatu tablet yang akan dianalisa dimasukkan ke dalam lumpang porselin,
digerus sampai halus kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL.
- Lumpang dicuci dengan 25 mL alcohol netral hingga bersih, kemudian
alcohol tersebut dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Erlenmeyer digoyang-
goyangkan selama 5 menit, lalu dipanaskan hingga mendidih di atas lampu
spiritus.
- Tambahkan 5 mL air suling dan 1-2 tetes indikator pp. titrasi dengan NaOH
0,1M sampai timbul warna merah jambu tetap selama 1 menit.
1 mL NaOH 0,1 M = 0,01802 gram aspirin.
B. KAFEIN
- Haluskan suatu tablet yang akan dianalisa, masukkan ke dalam labu ukur 100
mL, cuci porselinnya dengan 25 mL alkohol. Aduk atau goyang-goyangkan
labu ukur selama 10 menit.
- Tambahkan 5 mL H2SO4 10% dan 20 mL larutan iod 0,1 M kemudian
encerkan sampai batas. Kocok dan biarkan selama 10 menit, kemudian

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 45


disaring. Pipetkan 20 mL larutan, masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL.
Tambahkan larutan kanji sebagai indikator lalu titrasi dengan larutan
Na2S2O3 0,1 M sampai warna biru hilang.
1 mL iod (I2) 0,1 M = 0,00403 gram kafeina.

Kapasitas
BD
Larutan Konsentrasi panas kal.g-1
g.mL-1
der-1
Natrium Klorida NaCl 0,50 0,96 1.02
Natrium Sulfat Na2SO4 0,50 0,93 1,06
Natrium Fosfat Na3PO4 0,50 0,94 1,06
Natrium Hidrogen Sulfat 0,50 1,05 1,05
NaHSO4
Natrium Hidrogen Fosfat 0,50 0,98 1,05
NaHPO4
Natrium Dihidrogen Fosfat 0,50 0,95 1,04
NaH2PO4
Air H2O - 1,00 1,00

Menghitung konsentrasi aspirin.


mL × 0,01802 × 100
= .......... ........%
berat tablet

Atau mL × 18,02 mgram dalam 1 tablet = …… mg/tablet

menghitung konsentrasi kafeina:


( 20 − mL ) × 0,00485 × 100 %
= .......... ........%
atau berat tablet

(20 - mL) × 4,42 mg/tablet = …… mg/tablet


Hasil analisa:
Konsentrasi aspirin : ………………. %
………………. mg/tablet
Konsentrasi kafeina : ………………. %
………………. mg/tablet

Panduan Praktikum IbM Guru Kimia di Kab. TTU, 2016 46

Anda mungkin juga menyukai