Anda di halaman 1dari 27

Golongan 8

BESI, RUTENIUM, DAN OSMIUM


Kecenderungan Golongan 8
Kecenderungan 26Fe 44Ru 76Os

Kelimpahan / ppm
62000 0,0001 0,005
(dalam kerak bumi)
Densitas / g cm-3 (20°C) 7,874 12,41 22,57
Titik leleh / °C 1535 2282 3045
Titik didih / °C 2750 4050 5025
Jari-jari atomik / pm
126 134 135
(bilangan koordinasi 12)
25* - Fe6+ 36* - Ru8+ 39* - Os8+
58,5 - Fe4+ 38* - Ru7+ 52,5 - Os7+
Jari-jari ionik /pm
55 - Fe3+ (l s) 56,5 - Ru5+ 54,5 - Os6+
(bilangan koordinasi 6 ; *
64,5 - Fe3+ (h s) 62 - Ru4+ 57,5 - Os5+
= bilangan koordinasi 4)
61 - Fe2+ (l s) 68 - Ru3+ 63 - Os4+
78 - Fe2+ (h s)
Konfigurasi elektron [18Ar] 3d6 4s2 [36Kr] 4d7 5s1 [54Xe] 4f14 5d6 6s2
Elektronegativitas 1,8 2,2 2,2
Kecenderungan Golongan 8
Besi lebih rektif daripada kedua anggota yang lain

Rutenium dan osmium tidak terpengaruh oleh asam non-


oksidator, tetapi umumnya reaktif terhadap agen-agen
pengoksidasi
Kedua logam ini larut dalam lelehan alkali dengan adanya udara
atau lebih baik oksidator fluks seperti Na2O2 atau KCl3 dan
menghasilkan rutenat-[RuO4]2- dan osmat-[OsO2(OH)4]2-
Tingkat oksidasi yang paling umum bagi besi yaitu +2 dan +3,
bagi rutenium +3, dan bagi osmium +4
Tingkat oksidasi tertinggi yang dikenal bagi besi adalah +6 yaitu
dalam [FeO4]2-. Sebaliknya, Ru dan Os dikenal dengan tingkat
oksidasi +8
Besi banyak terdistribusi sebagai oksida dan karbonat, yang
terpenting yaitu hematit (Fe2O3), magnetit (Fe3O4), limonit (~2
Fe2O3.3H2O), dan siderit (FeCO3)

Jika murni, besi bersifat lunak dan mudah dibentuk

Besi mengadopsi struktur bcc pada temperatur kamar (α-besi).


Tetapi pada temperatur tinggi (>910°C) mengadopsi fcc (γ-besi), dan
berubah kembali menjadi bcc (δ-besi) pada temperatur sekitar
1390°C.
Pembuatan Dalam industri, besi dihasilkan dari bijih,
Besi kebanyakan hematit (Fe2O3), melalui reduksi
oleh karbon pada suhu 2000°C.
2 C + O2 → 2 CO
3 CO + Fe2O3 → 2 Fe + 3 CO2
Besi yang dihasilkan dapat digunakan dalam
Proses Pirometalurgi sintesis senyawa-senyawa yang mengandung Fe.
Besi CaO-SiO2
Senyawaan
Besi Besi(III)
Besi(III) klorida berwarna merah-hitam, berupa padatan kovalen
dengan struktur jaringan kovalen.
Besi(III) klorida dapat dibuat dari pemanasan langsung besi dengan
klorin menurut persamaan reaksi :
2 Fe (s) + 3 Cl2 (g) → 3 FeCl3 (s)

Besi(III) bromida mirip dengan besi (III) klorida, tetapi besi(III) iodida
tidak dapat diisolasi sebab ion iodida mereduksi besi(III) menjadi besi
(II)
2 Fe3+ (aq) + 2 I- (aq) → 2 Fe2+ (aq) + I2 (aq)

Besi (III) klorida anhidrat beraksi dengan air secara eksotermik


menghasilkan gas HCI, kontras dengan padatan kuning emas garam
heksahidrat, FeCI3.6H2O, yang larut begitu saja dalam air menghasilkan
ion heksahidrat [Fe(H2O)6]3+ :
FeCl3 (s) + 3 H2O (l) → Fe(OH)3 (s) + 3HCl (aq)
Besi(III)
Ion heksaakuabesi(III), [Fe(H2O)6]3+, berwarna agak ungu
sangat pucat, seperti halnya warna besi(III) nitrat nanohidrat

Ion tetrakloroferat(III), [FeCl4]-, yang berwarna kuning dan


dapat diisolasi dari penambahan HCl pekat ke dalam larutan
heksaakuabesi(III)
[Fe(H2O)6]3+ (aq) + 4 Cl- (aq) ↔ [FeCl4]- (aq) + 6 H2O (l)

Ion heksasianoferat(III) berwarna agak kemerahan dan dapat


dipreparasi dari oksidasi heksasianoferat(II) misalnya dengan
Cl2

Semua garam besi(III) larut dalam air menghasilkan larutan


asam
[Fe(H2O)6]3+ (aq) + H2O (l) ↔ H3O+ (aq) + [Fe(H2O)5(OH)]2+ (aq)
[Fe(H2O)5(OH)]2+(aq) + H2O(l) ↔ H3O+(aq) + [Fe(H2O)4(OH)2]+(aq)
Besi(III)
Uji terhadap adanya ion besi(III) dapat dilakukan dengan penambahan
larutan ion heksasianoferat(II), [Fe(CN)6]4-; terjadinya endapan biru
Prusian besi(III) heksasianoferat(II) Fe4[Fe(CN)6]3, membuktikan adanya
ion besi(III)
4 Fe3+ (aq) + 3 [Fe(CN)6]4- (aq) → Fe4[Fe(CN)6]3 (s)

Uji adanya ion besi(III) yang paling sensitif adalah dengan penambahan
larutan kalium tiosianat. Terjadinya warna merah darah ion
pentaaquatiosianatobesi(III) membuktikan adanya ion besi(III)
[Fe(H2O)6]3+ (aq) + SCN- (aq) → [Fe(H2O)5(SCN)]2+ (aq) + H2O (l)

Reaksi ion besi(III) yang cukup unik yaitu dengan larutan ion tiosulfat
dalam keadaan dingin es, menghasilkan warna iolet gelap ion
bis(tiosulfato)ferat(III)
[Fe(H2O)6]3+ (aq) + 2 [S2O3]2- (aq) → [Fe(S2O3)2]- (aq) + 6 H2O (l)
Jika larutan dihangatkan hingga temperatur kamar terjadi reaksi redoks:
Fe3+ (aq) + [Fe(S2O3)2]- (aq) → 2 Fe2+ (aq) + [S4O6]2- (aq)
Kemiripan ion besi(III) dengan
aluminium(III)
Ion besi(III) dengan aluminium(III)
mempunyai muatan sama, ukuran setara,
jadi densitas muatan setara, sehingga
keduanya mempunyai beberapa sifat
kimiawi yang setara pula.
Perbedaan yang teramati yaitu besi(III)
membentuk senyawa-senyawa berwarna,
tetapi senyawaan aluminium(III) tak
berwarna(putih). Oksida dari keduanya
juga berbeda, aluminium oksida bersifat
amfoterik, tetapi besi(III) oksida bersifat
basa
Besi(II)
Besi(II) klorida anhidrat, FeCl2 dapat dibuat dengan mengalirkan gas HCl
kering pada logam besi panas.
Fe (s) + 2 HCl (g) → FeCl2 (s) + H2 (g)
Besi(II) klorida anhidrat tak berwarna (putih), demikian juga tetrahidratnya,
tetapi menjadi agak kehijauan bagi heksahidratnya.

Baik besi(II) klorida anhidrat maupun terhidrat, keduanya adalah ionik


Semua garam besi(II) terhidrat mengandung ion [Fe(H2O)6]2+ – pucat
kehijauan, walaupun sebagian teroksidasi menjadi besi(III) – kuning
kecoklatan.
Kristal garam besi(II) sulfat heptahidrat, FeSO4.7H2O, canderung kehilangan
beberapa molekul air (efloresense)

Garam rangkap amonium heksaakuabesi(II) sulfat, [(NH4)2Fe(H2O)6][SO4]2,


yang sering disebut garam Mohr, menunjukkan stabilitas kisi yang paling tinggi

Garam tris(1,2-diaminoetana)besi(II) sulfat, [Fe(en)3][SO4] juga dapat dipakai


sebagai standar redoks
Besi(II)
Kehadiran nitrogen monoksida, NO, dapat menggantikan posisi salah satu
molekul air dalam ion heksaaquabesi(II) menjadi ion pentaaquanitrobesi(II)
yang berwarna coklat tua dan sering muncul sebagai “cincin coklat” pada uji
ion nitrat dalam tabung uji
NO (aq) + [Fe(H2O)6]2+ (aq) → [Fe(H2O)5(NO)]2+ (aq) + H2O (l)

Penambahan ion hidroksida ke dalam larutan ion besi(II) pada awalnya


menghasilkan endapan gelatin hijau besi(II) hidroksida. Tetapi, hadirnya
oksidator misalnya dari udara, mengakibatkan terjadi perubahan warna
menjadi kuning-coklat dari besi(III) oksida terhidrat menurut persamaan
reaksi :
Fe2+ (aq) + 2 OH– (aq) → Fe(OH)2 (s)

Ion besi(II) juga dapat dideteksi dengan ion heksasianoferat(III), [Fe(CN)6]3-,


dengan menghasilkan produk biru Prusian (yang pada mulanya disebut biru
Turnbull ketika diduga merupakan produk berbeda) :
3 Fe2+ (aq) + 4 [Fe(CN)6]3- (aq) → Fe4[Fe(CN)6]3 (s) + 6 CN– (aq)
Reaksi-reaksi pada Besi
• Reaksi dengan Udara
Besi bereaksi dengan udara dengan cara oksidasi membentuk besi oksida
hidrat. Pada pemanasan dengan oksigen menghasilkan besi oksida Fe2O3
and Fe3O4.
4 Fe (s) + 3 O2 (g) → 2 Fe2O3 (s)
6 Fe (s) + 4 O2 (g) → 2 Fe3O4 (s)
• Reaksi dengan halogen
Besi bereaksi dengan fluorine berlebih, khlor dan brom untuk membentuk
Fe(III) halida.
2 Fe (s) + 3 F2 (g) → 2 FeF3 (s)
2 Fe (s) + 3 Cl2 (g) → 2 FeCl3 (s)
2 Fe (s) + 3 Br2 (g) → 2 FeBr3 (s)
Reaksi tersebut tidak terlalu baik untuk iodin, karena berhubungan
dengan masalah termodinamikanya. Reaksi langsung yang terjadi antara
besi dan iodine dapat digunakan untuk menyiapkan besi (II) iodida.
Fe(s) + I2 (s) → FeI2 (s)
• Reaksi dengan Asam
Fe (s) + H2SO4 (aq) → Fe2+ (aq) + SO42-(aq) + H2(g)
Proses pengkaratan
besi

Proses pengkaratan besi merupakan pembentukan oksida


terhidrat, Fe(OH)3 atau FeO(OH), secara elektrokimia dan
ini hanya terjadi oleh karena hadirnya dioksigen, air dan
suatu elektrolit.
Katode : O2(g) + 2 H2O(l) + 4 e → 4 OH-(aq)
Anode : Fe(s) + 3 OH-(aq) → FeO(OH)(s) + H2O(l) + 4 e
Redoks : Fe(s) + O2(g) + H2O(l) → FeO(OH)(s) + OH-(aq)
Oksida besi
• Ada tiga macam oksida besi yang umum yaitu besi(II) oksida,
FeO, besi(III) oksida, Fe2O3, dan besi(II) besi(III) oksida, Fe3O4.
• Besi(II) oksida bersifat basa, larut dalam air menghasilkan ion
Fe2+
• Besi(III) oksida atau hematit terdapat dalam deposit besar di
bawah tanah
• Besi(III) oksida dapat dibuat dalam laboratorium dengan
pemanasan (~200°C) besi(III) oksida hidroksida yang diperoleh
dari penambahan ion hidroksida pada ion Fe3+
• Besi(II) besi(III) oksida sebagai bahan pigment dapat diperoleh
sebagai hasil samping dari reaksi sintesis anilin
4 C6H5NO2(l) + 9 Fe(s) + H2O(l) → 4 C6H5NH2(l) + Fe3O4(s)
Anion-okso besi
Beberapa senyawa oksoanion besi yang
berdasarkan unit tetrahedron FeO4 telah
berhasil diidentifikasi. Untuk besi(III)
misalnya Na5FeO4 dan K6[Fe2O6]
mengadopsi dua bangun tetrahedron yang
bersekutu pada salah satu sisinya
Kegunaan Besi
• Besi amat diperlukan, terutama dalam penggunaan
seperti: rel kereta, perabotan, alat-alat pertukangan,
alat transportasi, peralatan perang, peralatan mesin,
tiang listrik, penangkal petir, pipa saluran, rumah/
gedung menggunakan besi baja sebagai tiang-tiang
penahannya, dan badan kapal untuk kapal besar.
• Besi merupakan salah satu mikronutrien penting
bagi makhluk hidup. Besi sebagian besar terikat
dengan stabil dalam logam protein (metalloprotein),
karena besi dalam keadaan bebas dapat
menyebabkan terbentuknya radikal bebas yang
bersifat toksik pada sel.
• Besi adalah penyusun utama kelangsungan
makhluk hidup dan bekerja sebagai pembawa
oksigen dalam hemoglobin
• FeSO4 digunakan sebagai sumber mineral besi
untuk terapidefisiensi/kekurangan zat besi dan
digunakan untuk membuat tinta bubuk
• Fe3SO4 digunakan untuk pewarnaan tekstil dan
pengetesan aluminium.
Rutenium dan osmium umumnya terdapat sebagai logamnya bersama-
sama dengan logam-logam kelompok platina yang lain. Sumber utama
kelompok logam-logam platina adalah bijih nikel- dan tembaga-
sulfida (di Afrika Selatan, Kanada, dan pasir sungai di Ural- Rusia)
Rutenium dan osmium dipreparasi dari konsentrat platina yang
umumnya didapatkan sebagai lumpur anode dalam proses pemurnian
nikel secara elektrolisis
Manfaat utama rutenium yaitu untuk pengerasan logam platina dan
paladium; osmium dimanfaatkan untuk membentuk logam paduan
yang lebih keras.
Jika murni, rutenium dan osmium lebih sukar dibentuk
Logam rutenium dan osmium mengadopsi struktur hcp
Oksida rutenium dan osmium

• Oksida rutenium dan osmium tidak sebanyak


dijumpai seperti oksida besi
• Tingkat oksidasi terendah sebagai oksidanya yang
stabil yaitu +4.
• RuO2 berupa padatan biru-hitam, mempunyai
struktur rutil, dan dapat diperoleh dari pemanasan
langsung unsur-unsurnya pada ~1000°C.
• OsO2 berupa padatan kuning-coklat, juga
mempunyai struktur rutil, dan biasanya dibuat dari
pemanasan logamnya pada ~650°C dalam NO.
Oksida rutenium dan osmium
• Tetraoksida dari kedua logam ini, RuO4 dengan titik leleh
25°C, dan titik didih 40°C, dan OsO4 dengan titik leleh 40°C
dan titik didih 130°C, berwarna kuning, dan mudah menguap.
Kedua tetraoksida ini mengadopsi struktur tetrahedron, dan
dapat diperoleh dari oksidasi logam atau senyawanya dengan
oksidaror yang lebih kuat seperti KMnO4, KIO4 atau Cl2 bagi
Ru, dan asam nitrat bagi Os
• RuO4 lebih kurang stabil daripadda OsO4; pemanasan di atas
100°C akan terurai menjadi RuO2, demikian juga pada
temperatur kamar, jika kontak dengan pelarut organik yang
dapat teroksidasi misalnya akohol.
• RuO4 mengoksidasi larutan HCl baik pekat maupun encer
menjadi Cl2, dan dalam larutan alkali tereduksi menjadi
[RuO4]2-
• OsO4 mengoksidasi larutan HCl pekat (bukan encer) menjadi
H2OsCl6, dan larut dalam larutan alkali membentuk
[OsO4(OH)2]2-
Anion-okso rutenium dan osmium
• Oksoanion rutenium dikenal dalam rutenium(VII),
[RuO4]- - perutenat, dan rutenium(VI), [RuO4]2- -
rutenat.
• Kristal hitam kalium perutenat, K[RuO4] dapat
diperoleh dari reaksi antara RuO4 dengan larutan
dingin KOH encer atau oksidasi larutan K2RuO4
dalam air oleh klorin
• Senyawa ini kurang stabil kecuali dalam keadaan
kering, dan tereduksi oleh air khususnya jika keadaan
alkalin membentuk ion rutenat, [RuO4]2- yang
berwarna orange.
• K2[RuO4] dapat diperoleh dari reaksi pemanasan
langsung hingga campuran lebur antara Ru dengan
KOH dan KNO3
Anion-okso rutenium dan osmium

• Reaksi OsO4 dengan larutan dingin KOH


menghasilkan kristal merah legam oksoanion
osmium(VIII), K2[OsO4(OH)2] – perosmat, yang
sangat mudah tereduksi menjadi osmium(VI)
ungu, K2[OsO2(OH)4] – osmat.
• Kedua anion mengadopsi struktur oktahedron,
trans – OH untuk perosmat dan trans – O untuk
osmat
Reaksi-reaksi
pada Rutenium

• Reaksi dengan udara


Ru (s) + O2 (g) → RuO2 (s)
• Reaksi dengan halogen
Rutenium bereaksi dengan fluorin berlebih
untuk membentuk ruthenium(IV) fluorida:
Ru (s) + 3F2 (g) → RuF6 (s)
Reaksi-reaksi pada
Osmium
• Reaksi dengan air
Osmium tidak dapat bereaksi dengan air di bawah kondisi normal
• Reaksi dengan udara
Os (s) + 2 O2 (g) → OsO4 (s)
• Reaksi dengan halogen
Osmium bereaksi dengan fluorin berlebih pada suhu 600°C pada tekanan 400 atm
untuk membentuk osmium(VII) fluoride
2 Os (s) + 7 F2 (g) → 2 OsF7 (s)
Pada kondisi di bawahnya terbentuk heksafluorida (OsF6) :
Os (s) + 3 F2 (g) → OsF6 (s)
Osmium bereaksi dengan klorin dan bromin dengan pemanasan di bawah tekanan
pada pembentukan tetrahalida osmium(IV) klorida atau osmium(IV) bromida :
Os (s) + 2 Cl2 (g) → OsCl4 (s)
Os (s) + 2 Br2 (g) → OsBr4 (s)
Kegunaan Rutenium dan Osmium
• Logam ini merupakan pengeras platina dan paladium yang
paling efektif, dan membentuk alloy dengan platina atau
paladium untuk menghasilkan sifat hambatan listrik yang
luar biasa. Alloy rutenium-molibdenum dilaporkan bersifat
superkonduktif pada suhu 10.6 K. Ketahanan korosi pada
titanium dapat diperbaiki seratus kali lipat dengan
penambahan 0.1% rutenium. Rutenium juga merupakan
katalis yang serba guna
• Senyawa osmium tetroksida telah digunakan untuk
mendeteksi sidik jari dan untuk mewarnai jaringan lemak
untuk slide mikroskop. Logam ini hampir selalu digunakan
untuk menghasilkan alloy yang sangat keras dengan logam
grup platinum lainnya untuk mata pulpen, jarum fonograf,
dan kontak listrik.

Anda mungkin juga menyukai