Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN
1.

BESI

1.1

Sejarah

Berasal dari bahasa latin ferrum yang artinya iron (besi). Besi adalah logam yang berasal
dari bijih besi (tambang) yang banyak digunakan untuk kehidupan manusia sehari-hari dari
yang bermanfaat sampai dengan yang merusakkan. Pertama kali, besi digunakan oleh bangsa
Sumeria dan Mesir, sekitar tahun 4000 SM, benda kecil, seperti mata lembing dan perhiasan,
yang didapati dari meteor. Sekitar 3000 SM hingga 2000 SM, semakin banyak objek besi
yang dikerjakan dihasilkan di Mesopotamia, Anatolia, dan Mesir. Pada zaman tersebut
kemungkinan kegunaannya untuk upacara tertentu, dan besi merupakan logam yang mahal,
lebih mahal berbanding emas (http//www.chem_is_try.org/besi).
Di negara China besi yang pertama kali digunakan adalah besi meteor, dengan bukti
arkeologi mengenai besi tempa yang muncul di barat laut, di daerah Xinjiang, pada abad ke8 SM.
1.2

Kelimpahan

Alam semesta

: 1100 ppm

Matahari

: 1000 ppm

Batu meteor

: 2,2 x 105 ppm

Kerak bumi

: 63000 ppm

Air laut

Permukaan Atlantik

: 1 x 10-4 ppm

Bagian dalam Atlantik

: 4 x 10-4 ppm

Permukaan Pasifik

: 1 x 10-5 ppm

Bagian dalam Pasifik

: 1 x 10-4 ppm

Manusia

60000 ppb (per berat)

6700 ppb (per atom)

1.3

Sifat Fisika

Adapun sifat-sifat fisika dari besi ini adalah (http//www.enviromentalchemistry. com/besi) :


Bentuk

: padat

Warna

: keabu-abuan mengkilap

Massa jenis (sekitar suhu kamar)

: 7,86 g/cm

Titik lebur

: 1811 K (1538 C, 2800 F)

Titik didih

: 3134 K (2861 C, 5182 F)

Kalor peleburan

: 13,81 kJ/mol

Kalor penguapan

: 340 kJ/mol

Kapasitas kalor

: (25 C) 25,10 J/(mol.K)

1.4

Sifat Kimia

Adapun sifat-sifat kimia dari besi ini adalah (http//www.enviromentalchemistry. com/besi) :


Nama, Lambang, Nomor atom

: besi, Fe, 26

Deret kimia

: logam transisi

Golongan, Periode, Blok

: 8, 4, d

Massa atom

: 55,845 g/mol

Konfigurasi elektron

: [Ar] 3d6 4s2

Jumlah elektron tiap kulit

: 2, 8, 14, 2

Bilangan oksidasi

: 2, 3, 4, 6 (oksida amfoter)

Elektronegativitas

: 1,83 (skala Pauling)

Energi ionisasi

: ke-1: 762,5 kJ/mol; ke-2: 1561,9 kJ/mol; ke-3: 2957

kJ/mol
Jari-jari atom

: 140 pm

Jari-jari kovalen

: 125 pm

Struktur kristal

: Body centred cubic (a = 286.65 pm)

1.5

Isotop

54

Fe [28 neutrons]
Kelimpahan : 5.8%
Waktu Paruh : 3.1 x 1022 tahun
55
Fe [29 neutrons]
Kelimpahan : sintetik
Waktu Paruh: 2.73 tahun
56
Fe [30 neutrons]
Kelimpahan : 91.72%
Stabil dengan 30 neutrons
57

Fe [31 neutrons]
Kelimpahan : 2.2%
Stabil dengan 31 neutrons

58

Fe [32 neutrons]
Kelimpahan : 0.28%
Stabil dengan 32 neutrons

59

Fe [33 neutrons]
Kelimpahan : sintetik
Waktu Paruh : 44.503 hari

60

Fe [34 neutrons]
Kelimpahan : sintetik
Waktu Paruh: 1.5 x 106 tahun

1.6

Persenyawaan dan Kegunaan

Haemoglobin C2952H4664N812O832S8Fe4

Tubuh manusia berisi kurang lebih 4 gram besi 70%-nya berisi hemoglobin, sel darah merah.
Kebanyakan disimpan dalam bentuk ferratin. Fungsi hemoglobin yaitu mengangkut oksigen
dari paru-paru dan menyebarkan ke anggota badan, seperti otot, yang akan di lepaskan dalam
bentuk oksigen.

Besi (II) Sulfat (FeSO4.H2O)

Dalam hortikultura digunakan sebagai pembunuh lumut, yang secara sering dikenal sebagai
sulfat besi.

Besi (III) Klorida (FeCl3)

Bersifat sangat beracun. Besi (III) Klorida digunakan sebagai katalisator untuk reaksi
ethylene dengan khlor, membentuk ethylene dichloride (1,2-Dichloroethane), bahan kimia
yang penting, yang digunakan pada industri untuk produksi klorida vinil, monomer untuk
membuat PVC.

Besi (III) Oksida Fe2O3

Digunakan sebagai pelapis disket. Juga digunakan sebagai alas bedak, ferri-oksid dikenal
sebagai kosmetik (pe-merah pipi), dan semir.

Besi(II)

Besi(II) klorida anhidrat, FeCl2, dapat dibuat dengan mengalirkan gas HCl kering pada logam
besi panas. Karena gas H2 yang dihasilkan bersifat reduktor, maka oksidasi lanjut Fe(II)
menjadi besi(III) dapat dicegah (Sugiyarto dan Suyanti, 2010) :

Fe (s) + 2 HCl (g) FeCl2 (s) + H2 (g)


Besi(II) klorida anhidrat tak berwarna demikian juga tetrahidratnya, tetapi heksahidratnya
menjadi agak kehijauan. Baik besi(II) klorida anhidrat maupun tetrahidrat, keduanya adalah
ionik. Hal ini dapat diasosiasikan dengan rendahnya densitas muatan besi(II) (98 C mm -3)
yang jauh berbeda dengan besi(III) (232 C mm -3). Semua garam besi(II) terhidrat
mengandung ion [Fe(H2O)6]2+ yang berwarna pucat kehijauan, jika sebagian teroksidasi
menjadi besi(III) warna menjadi kuning kecoklatan. Kristal garam besi(II) sulfat heptahidrat,
FeSO4.7H2O, cenderung kehilangan beberapa molekul air (efloresense). Dalam fase padat,
garam rangkap ammonium besi(II) sulfat heksahidrat, (NH 4)2Fe(SO4)2.6H2O, atau lebih
tepatnya ammonium heksaakuabesi(II) sulfat, [(NH 4)2Fe (H2O)6][SO4]2, atau disebut juga
garam Mohr, menunjukkan stabilitas kisi yang paling tinggi. Garam ini di udara terbuka tidak
mengalami efluoresense dan juga tidak teroksidasi, sehingga sering dipakai sebagai larutan
standar khususnya pada titrasi redoks, misalnya untuk standardisasi larutan kalium
permanganat. Garam tris(1,2-diaminoetana)besi(II) sulfat, [Fe(en)3][SO4], juga dapat dipakai
sebagai standar redoks.
Kehadiran nitrogen monoksida, NO, dapat menggantikan posisi salah satu molekul air dalam
ion heksaaquabesi(II) menjadi ion pentaaquanitrobesi(II) yang berwarna coklat tua dan sering
muncul sebagai cincin coklat pada uji ion nitrat dalam tabung uji (Sugiyarto dan Suyanti,
2010) :
NO (aq) + [Fe(H2O)6]2+ (aq)

[Fe(H2O)5(NO)]2+ (aq) + H2O (l)


cincin coklat

Penambahan ion hidroksida ke dalam larutan ion besi(II) pada awalnya menghasilkan
endapan gelatin hijau besi(II) hidroksida. Tetapi, hadirnya oksidator misalnya dari udara,
mengakibatkan terjadi perubahan warna menjadi kuning-coklat dari besi(III) oksida terhidrat
menurut persamaan reaksi :
Fe2+ (aq) + 2 OH- (aq) Fe(OH)2 (s)
Sama seperti ion besi(III) yang dapat diidentifikasi dengan ion heksasianoferat(II),
[Fe(CN)6]4-, ion besi(II) juga dapat dideteksi dengan ion heksasianoferat(III), [Fe(CN) 6]3-,

dengan menghasilkan produk yang sama dengan biru Prusian (yang pada mulanya disebut
biru Turnbull ketika diduga merupakan produk berbeda) :
3 Fe2+ (aq) + 4 [Fe(CN)6]3- (aq) Fe4[Fe(CN)6]3 (s) + 6 CN- (aq)
Harga potensial oksidasi besi(II) menjadi besi(III) sangat bergantung pada ligannya. Sebagai
contoh, ion heksasianoferat(II), [Fe(CN)6]4-, jauh lebih mudah teroksidasi daripada ion
heksaaquabesi(II), [Fe(H2O)6]2+ :
[Fe(CN)6]4- (aq) [Fe(CN)6]3- (aq) + e

E = -0,36V

[Fe(H2O)6]2+ (aq) [Fe(H2O)6]3+ (aq) + e

E = -0,77V

Perbedaan nilai potensial reduksi tersebut terutama berkaitan dengan :


1)
2)

Muatan ion, dan


Sifat spin ion besinya yang disebabkan oleh perbedaan kuat medan ligan yang

bersangkutan
Pada dasarnya ion logam bermuatan rendah lebih stabil daripada ion bermuatan tinggi. Untuk
ion kompleks pertama, bola koordinasi ligan menghasilkan muatan negatif yang terlalu besar
(6CN-) di seputar ion pusat besi(II) dan muatan ion total yang terlalu tinggi (-4) sehingga
mengurangi stabilitas muatan ion pusat. Tetapi, ligan siano menghasilkan medan ligan kuat,
sehingga ion kompleks bersifat low-spin dengan energi penstabilan medan ligan yang lebih
besar dan konfigurasi elektronik yang relative lebih simetri pada [Fe(CN) 6]4- -d6 dibandingkan
dengan kedua aspek tersebut pada [Fe(CN)6]3 d5. Dengan demikian, kompensasi kedua
aspek ini kurang saling mendukung untuk kestabilan kedua tingkat oksidasi dan akibatnya
nilai potensial reduksi ion kompleks ini agak rendah.
Hal ini berbeda dengan kompleks [Fe(H2O)6]2+. Pada kompleks ini bola koordinasi ligan air
bersifat netral sehingga tidak mengganggu stabilitas muatan ion pusat besi(II). Tambahan
pula, bola koordinasi ligan air menghasilkan medan lemah sehingga ion kompleks bersifat
high-spin dengan energi penstabilan medan ligan yang lebih besar pada [Fe(H 2O)6]2+ -d6
dibandingkan dengan energi tersebut pada [Fe(H2O)6]3+ -d5. Dengan demikian dapat dipahami

bahwa dalam kompleks ini, stabilitas besi (II) lebih tinggi secara signifikan dibandingkan
dengan besi(III) dan akibatnya mempunyai nilai potensial reduksi yang cukup tinggi.

Besi(II), d6

Ion ferro [Fe(H2O)6]2+ memberikan garam berkristal. Garam Mohr (NH 4)2SO4.[Fe(H2O)6]SO4
cukup stabil terhadap udara dan terhadap hilangnya air, dan umumnya dipakai untuk
membuat larutan baku Fe2+ bagi analisis volumetrik, dan sebagai zat pengkalibrasi dalam
pengukuran magnetik. Sebaliknya FeSO4.7H2O secara lambat melapuk dan berubah menjadi
kuning-coklat bila dibiarkan dalam udara (Cotton dan Wilkinson,1989).
Fe2+, merupakan konfigurasi elektronik d6 yang merupakan kompleks oktahedral dengan ligan
lemah mempunyai spin tinggi dengan empat elektron yang tidak berpasangan.
Gambar 1. Ligan lemah

Gambar 2. Ligan lemah

Penambahan HCO3- atau SH- kepada larutan aqua Fe2+ berturut-turut mengendapkan FeCO3
dan FeS. Ion Fe2+ teroksidasi dalam larutan asam oleh udara menjadi Fe 3+. Dengan ligan-ligan
selain air yang ada, perubahan nyata dalam potensial bisa terjadi. Hal ini berkaitan dengan
efek kestabilan relatif dari tingkat oksidasi.
[Fe(CN)6]3-

[Fe(CN)6]4-

[Fe(H2O)6]3+ +

[Fe(H2O)6]2+ E = 0,77 V

[Fe(phen)3]3+ +

[Fe(phen)3]2+ E = 1,12 V

E = 0,36 V

Kompleks oktahedral umumnya paramagnetik, dan medan ligan yang cukup kuat dibutuhkan
untuk perpasangan spin. Ion kompleks diamagnetik adalah [Fe(CN)6]4- dan [Fe(dipy)3]2+.
Pembentukan kompleks 2,2-bipyridin yang merah, dan 1,10-fenantrolin digunakan sebagai
uji untuk Fe2+.

Besi(III)

Ion besi(III) berukuran relatif kecil dengan rapatan muatan 349 C mm -1 untuk low-spin dan
232 C mm-1 untuk high-spin, sehingga mempunyai daya mempolarisasi yang cukup untuk
menghasilkan ikatan berkarakter kovalen. Sebagai contoh, besi(III) klorida berwarna merah-

hitam, berupa padatan dengan struktur jaringan kovalen. Pada pemanasan hingga fase gas
terbentuk spesies dimerik, Fe2Cl6. Besi(III) klorida dapat dibuat dari pemanasan langsung
besi dengan klorin menurut persamaan reaksi (Sugiyarto dan Suyanti, 2010) :
2 Fe (s) + 3 Cl2 (g) 3 FeCl3 (s)
Besi(III) bromide mirip dengan besi(III) klorida, tetapi besi(III) iodida tidak dapat diisolasi
sebab ion iodide mereduksi besi(III) menjadi besi(II) :
2 Fe3+ (aq) + 2I- (aq) 2 Fe2+ (aq) + I2 (aq)
Besi(III) klorida anhidrat bereaksi dengan air menghasilkan gas HCl karena reaksinya
bersifat eksotermik, kontras dengan padatan kuning keemasan garam heksahidrat,
FeCl3.6H2O, yang larut begitu saja dalam air menghasilkan ion heksahidrat, [Fe(H2O)6]3+ :
FeCl3 (s) + 3 H2O (l) Fe(OH)3 (s) + 3 HCl (g) + kalor
Ion heksaakuabesi(III), [Fe(H2O)6]3+, berwarna agak ungu pucat, seperti halnya warna
besi(III) nitrat nanohidrat. Warna kekuningan untuk senyawa kloridanya dapat dikaitkan
dengan terjadinya transfer muatan Fe3+-Cl- Fe2+-Cl0 dalam ion [Fe(H2O)5Cl]2+.
Semua garam besi(III) larut dalam air menghasilkan larutan asam. Rapatan muatan kation
yang relative tinggi (232 C mm-1) mampu mempolarisasikan molekul air ligan dengan cukup
kuat, sehingga molekul air pelarut dapat berfungsi sebagai basa dan memisahkan proton dari
air ligan tersebut menurut persamaan reaksi :
[Fe(H2O)6]3+ (aq) + H2O (l)

H3O+ (aq) + [Fe(H2O)5(OH)]2+

[Fe(H2O)5(OH)]2+ (aq) + H2O (l)

H3O+ (aq) + [Fe(H2O)5(OH)]2+

(aq)

(aq)
Keseimbangan reaksi tersebut sangat bergantung pada pH. Penambahan ion hidronium tentu
akan menggeser keseimbangan ke kiri, menghasilkan ion [Fe(H 2O)6]3+ yang hampir tak
berwarna. Sebaliknya, penambahan ion hidroksida akan menggeser keseimbangan ke kanan,
menghasilkan larutan kuning dan lebih lanjut endapan gelatin besi(III) oksida hidroksida,
FeO(OH) yang berwarna karat.

Walaupun biasanya spesies besi(III) mengadopsi geometri octahedron, tetapi ligan ion klorida
dapat menghasilkan geometri tetrahedron ion tetrakloroferat(III), [FeCl 4]-. Ion kompleks ini
berwarna kuning dan dapat diisolasi dengan penambahan HCl pekat ke dalam larutan ion
heksaakuabesi(III) menurut persamaan reaksi :
[Fe(H2O)6]3+ (aq) + 4 Cl- (aq)

[FeCl4]- (aq) + 6 H2O (l)

Uji terhadap adanya ion besi(III) dapat dilakukan dengan penambahan larutan ion
heksasianoferat(II), [FeCN6]4-, yang menyebabkan terjadinya endapan biru Prusian besi(III)
heksasianoferat(II), Fe4[Fe(CN)6]3 :
4 Fe3+ (aq) + 3 [Fe(CN)6]4- (aq) Fe4[Fe(CN)6]3 (s)
Warna biru senyawa ini sering dimanfaatkan untuk pembuatan tinta, cat, termasuk pigment
cetak biru. Selain itu, uji paling sensitif adanya ion besi(III) adalah dengan menambahkan
larutan ion tiosianat ke dalam larutan Fe(III); terjadinya warna merah darah oleh karena
terbentuk ion pentaaquatiosianatobesi(III), sebagai indikasi adanya ion Fe3+ dalam larutan.
[Fe(H2O)6]3+ (aq) + SCN- (aq) [Fe(H2O)5(SCN)]2+ (aq) + H2O (l)
Warna ini sangat khas dan mudah dikenali, sehingga hadirnya sekelumit pengotor ion
besi(III) dapat terdeteksi dengan ion tiosianat ini.
Reaksi ion besi(III) lainnya cukup unik adalah dengan larutan ion tiosulfat dalam keadaan
dingin (pada suhu es), menghasilkan warna violet gelap ion bis(tiosulfato)ferat(III) :
[Fe(H2O)6]3+ (aq) + 2 [S2O3]2- (aq) [Fe(S2O3)2]- (aq) + 6 H2O (l)
Jika larutan ini dihangatkan hingga temperatur kamar terjadi reaksi redoks :
Fe3+ (aq) + [Fe(S2O3)2]- (aq) 2 Fe2+ (aq) + [S4O6]2- (aq)
Ion heksasianoferat(III), [Fe(CN)6]3-, berwarna agak kemerahan dan dapat dibuat dari
oksidasi heksasianoferat(II), [Fe(CN)6]4- misalnya dengan Cl2.

Besi(III), d5

Besi(III) terdapat dalam garam berkristal dengan kebanyakan anion selain anion-anion seperti
iodida, yang tidak dapat dilawan karena sifat reduksinya (Cotton dan Wilkinson,1989) :
Fe3+ + I-

Fe2+ + I2

Garam yang mengandung ion ferri aqua, [Fe(H2O)6]3+ seperti Fe(ClO4)3. 10H2O adalah merah
jambu pucat hampir putih, dan ion aquanya adalah merah lembayung pucat. Kecuali bila
larutan Fe3+ cukup kuat keasamannya, terjadi hidrolisis dan umumnya larutan menjadi kuning
karena pembentukan spesies hidrokso yang mempunyai pita perpindahan muatan dalam
daerah ultraviolet dan berakhir ke daerah tampak.
Kesetimbangan hidrolisis awal adalah
[Fe(H2O)6]3+

= [Fe(H2O)5(OH)]2+

+ H+

K = 10-3,05

[Fe(H2O)5(OH)]2+

= [Fe(H2O)4(OH)2]+ + H+

2 [Fe(H2O)6]3+

= [Fe(H2O)4(OH)2 Fe(H2O)4]4+ + H+ K = 10-2,91

K = 10-3,26

Besi(IV) dan (VI)

Hanya ada sedikit kompleks untuk Fe(IV) seperti [Fe(S2CNR2)3]+. Senyawaan besi(VI) yang
paling dikenal adalah anion okso FeO42-, diperoleh melalui oksidasi suspense Fe2O3.nH2O
pekat, atau dengan melelehkan serbuk Fe dengan KNO3. Ion lembayung merah adalah
paramagnetik dengan dua elektron tidak berpasangan. Garam Na dan K cukup larut, tetapi
garam Ba dapat diendapkan. Ionnya relatif stabil dalam larutan basa, tetapi terurai dalam
larutan netral atau asam menurut persamaan (Cotton dan Wilkinson,1989) :
2 FeO42- + 10 H+

2 Fe3+ + 3/2 O2 + 5 H2O

Zat ini bahkan merupakan pengoksidasi yang lebih kuat daripada MnO4-, dan dapat
mengoksidasi NH3 menjadi N2.

Anda mungkin juga menyukai