Anda di halaman 1dari 23

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sistem periodik mendeleyev, sembilan unsur, Fe-Ru-Os, Co-Rh-Ir, dan Ni-PdPt, terletak pada golongan VIII. Tiga logam kelompok pertama, kedua, dan ketiga masing-masing terletak dalam golongan 8,9, dan 10 menurut sistem penomoran IUPAC . Kesembilan unsur ini sering dibicarakan menurut lajur horizontal oleh karena k emiripan sifatnya, khususnya untuk Fe-Co-Ni. Keenam unsur yang lain dikenal seba gai kelompok logam-logam platina, yang terbagi dalam dua set triad horizontal. N amun seiring dengan kemajuan penemuan senyawa-senyawa dari kesembilan unsur ini, pembahasan berdasarkan lajur golongan lebih tepat dibandingkan dengan dengan pe mbahasan berdasarkan lajur horizontal (Sugiyarto dan Suyanti, 2010). Besi digunakan secara luas daripada logam lain, dan untuk pembuatan baja yang sangat penting sekali diseluruh dunia. Besi juga unsur transisi yang p aling utama di tumbuhan dan hewan. Kepentingan biologi sama pentingnya dengan pe mbawa elektron di tanaman dan hewan (cytochromes dan ferredoxins), seperti homog lobin, pembawa oksigen di dalam darah mamalia seperti myoglobin untuk penyimpan an oksigen, untuk besi yang dicari dan disimpan (ferretin dan transferring) dan nitrogenase (enzim di nitrogen untuk perbaikan bakteri). Besi juga dapat membent uk kompleks yang luar biasa. Besi mempunyai kelimpahan terbesar ke empat di kulit bumi,setelah O,Si dan Al. B esi menyusun 62.000 atau 6,2% dari berat kulit bumi. Dunia memproduksi biji besi 970 miliyar ton di tahun 1988. Sumber terbesar adalah USSR 26%, China 17%, Braz il 15%, Australia 10%, USA 6%, India 5% dan Kanada 4%. Ini menghasilkan 538 mili yar ton besi cor ditahun 1988. Ruthenium dan osmium adalah jarang dijumpai penggunaannya. Mereka di temukan bersama-sama dengan logam platina dan logam yang digunakan sebagai pembu at uang (Cu, Ag dan Au). Sumber utama ditemukan sedikit dalam tambang biji NiS/C uS di Afrika Selatan, Kanada (Sudbury,Ontario) dan USSR (pasir sungai dari gunun g Ural). Dunia memproduksi enam logam grup platina hanya 267 ton ditahun 1988. S umber terbesar adalah Afrika Selatan 45%, USSR 44%, Kanada 4%, USA 2% dan jepang 0,8%. Karena begitu pentingnya unsur golongan besi maka disusunlah makalah ini yang be risi tentang sejarah, kelimpahan, sifat kimia maupun fisika, kegunaan, persenyaw aan maupun kompleks yang terjadi pada besi, rutenium, maupun osmium. 1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Bagaimana Bagaimana Bagaimana Bagaimana Bagaimana 1.3 Tujuan

sejarah ditemukan besi, rutenium, dan osmium? kelimpahan besi, rutenium, dan osmium? sifat fisika dan kimia besi, rutenium, dan osmium? persenyawaan besi, rutenium, dan osmium? kegunaan besi, rutenium, dan osmium? ikatan besi, rutenium, dan osmium?

Mengetahui Mengetahui Mengetahui Mengetahui Mengetahui Mengetahui BAB II PEMBAHASAN 1. 1.1 BESI

sejarah ditemukan besi, rutenium, dan osmium kelimpahan besi, rutenium, dan osmium sifat fisika dan kimia besi, rutenium, dan osmium persenyawaan besi, rutenium, dan osmium kegunaan besi, rutenium, dan osmium ikatan besi, rutenium, dan osmium

Sejarah

Berasal dari bahasa latin ferrum yang artinya iron (besi). Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak digunakan untuk kehidupan manusia sehari-hari dari yang bermanfaat sampai dengan yang merusakkan. Pertama kali, be si digunakan oleh bangsa Sumeria dan Mesir, sekitar tahun 4000 SM, benda kecil, seperti mata lembing dan perhiasan, yang didapati dari meteor. Sekitar 3000 SM h ingga 2000 SM, semakin banyak objek besi yang dikerjakan dihasilkan di Mesopotam ia, Anatolia, dan Mesir. Pada zaman tersebut kemungkinan kegunaannya untuk upaca ra tertentu, dan besi merupakan logam yang mahal, lebih mahal berbanding emas (h ttp//www.chem_is_try.org/besi). Di negara China besi yang pertama kali digunakan adalah besi meteor, dengan bukt i arkeologi mengenai besi tempa yang muncul di barat laut, di daerah Xinjiang, pada abad ke-8 SM. 1.2 Kelimpahan Alam semesta Matahari Batu meteor Kerak bumi Air laut Manusia 1.3 60000 ppb (per berat) 6700 ppb (per atom) Sifat Fisika Permukaan Atlantik Bagian dalam Atlantik Permukaan Pasifik Bagian dalam Pasifik : 1100 ppm : 1000 ppm : 2,2 x 105 ppm : 63000 ppm : 1 x 10-4 ppm : 4 x 10-4 ppm : 1 x 10-5 ppm : 1 x 10-4 ppm

Adapun sifat-sifat fisika dari besi ini adalah (http//www.enviromentalchemistry. com/besi) : Bentuk Warna : padat : keabu-abuan m

engkilap Massa jenis (sekitar suhu kamar) Titik lebur , 2800 F) Titik didih , 5182 F) Kalor peleburan Kalor penguapan Kapasitas kalor l.K) 1.4 Sifat Kimia : 7,86 g/cm : 1811 K (1538 C : 3134 K (2861 C : 13,81 kJ/mol : 340 kJ/mol : (25 C) 25,10 J/(mo

Adapun sifat-sifat kimia dari besi ini adalah (http//www.enviromentalchemistry. com/besi) : Nama, Lambang, Nomor atom Deret kimia Golongan, Periode, Blok Massa atom Konfigurasi elektron Jumlah elektron tiap kulit Bilangan oksidasi Elektronegativitas Energi ionisasi 1561,9 kJ/mol; ke-3: 2957 kJ/mol Jari-jari atom Jari-jari kovalen Struktur kristal 6.65 pm) 1.5 Isotop 54Fe [28 neutrons] Kelimpahan : 5.8% Waktu Paruh : 3.1 x 1022 tahun 55Fe [29 neutrons] Kelimpahan : sintetik Waktu Paruh: 2.73 tahun 56Fe [30 neutrons] Kelimpahan : 91.72% Stabil dengan 30 neutrons 57Fe [31 neutrons] : 8, 4, d : 55,845 g/mol : [Ar] 3d6 4s2 : 2, 8, 14, 2 : 2, 3, 4, 6 (oksida amfoter) : 1,83 (skala Pauling) : ke-1: 762,5 kJ/mol; ke-2: : 140 pm : 125 pm : Body centred cubic (a = 28 : besi, Fe, 26 : logam transisi

Kelimpahan : 2.2% Stabil dengan 31 neutrons 58Fe [32 neutrons] Kelimpahan : 0.28% Stabil dengan 32 neutrons 59Fe [33 neutrons] Kelimpahan : sintetik Waktu Paruh : 44.503 hari 60Fe [34 neutrons] Kelimpahan : sintetik Waktu Paruh: 1.5 x 106 tahun

1.6

Persenyawaan dan Kegunaan Haemoglobin C2952H4664N812O832S8Fe4

Tubuh manusia berisi ah merah. Kebanyakan gangkut oksigen dari ang akan di lepaskan

kurang lebih 4 gram besi 70%-nya berisi hemoglobin, sel dar disimpan dalam bentuk ferratin. Fungsi hemoglobin yaitu men paru-paru dan menyebarkan ke anggota badan, seperti otot, y dalam bentuk oksigen.

Besi (II) Sulfat (FeSO4.H2O) Dalam hortikultura digunakan sebagai pembunuh lumut, yang secara sering dikenal sebagai sulfat besi. Besi (III) Klorida (FeCl3) Bersifat sangat beracun. Besi (III) Klorida digunakan sebagai katalisator untuk reaksi ethylene dengan khlor, membentuk ethylene dichloride (1,2-Dichloroethane) , bahan kimia yang penting, yang digunakan pada industri untuk produksi klorida vinil, monomer untuk membuat PVC. Besi (III) Oksida Fe2O3 Digunakan sebagai pelapis disket. Juga digunakan sebagai alas bedak, ferri-oksid dikenal sebagai kosmetik (pe-merah pipi), dan semir. Besi(II) Besi(II) klorida anhidrat, FeCl2, dapat dibuat dengan mengalirkan gas HCl kering pada logam besi panas. Karena gas H2 yang dihasilkan bersifat reduktor, maka ok sidasi lanjut Fe(II) menjadi besi(III) dapat dicegah (Sugiyarto dan Suyanti, 201 0) : Fe (s) + 2 HCl (g) FeCl2 (s) + H2 (g) Besi(II) klorida anhidrat tak berwarna demikian juga tetrahidratnya, tetapi heks ahidratnya menjadi agak kehijauan. Baik besi(II) klorida anhidrat maupun tetrahi drat, keduanya adalah ionik. Hal ini dapat diasosiasikan dengan rendahnya densit as muatan besi(II) (98 C mm-3) yang jauh berbeda dengan besi(III) (232 C mm-3). Se mua garam besi(II) terhidrat mengandung ion [Fe(H2O)6]2+ yang berwarna pucat keh ijauan, jika sebagian teroksidasi menjadi besi(III) warna menjadi kuning kecokla tan. Kristal garam besi(II) sulfat heptahidrat, FeSO4.7H2O, cenderung kehilangan beberapa molekul air (efloresense). Dalam fase padat, garam rangkap ammonium be si(II) sulfat heksahidrat, (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O, atau lebih tepatnya ammonium hek saakuabesi(II) sulfat, [(NH4)2Fe (H2O)6][SO4]2, atau disebut juga garam Mohr, me nunjukkan stabilitas kisi yang paling tinggi. Garam ini di udara terbuka tidak m

engalami efluoresense dan juga tidak teroksidasi, sehingga sering dipakai sebaga i larutan standar khususnya pada titrasi redoks, misalnya untuk standardisasi la rutan kalium permanganat. Garam tris(1,2-diaminoetana)besi(II) sulfat, [Fe(en)3] [SO4], juga dapat dipakai sebagai standar redoks. Kehadiran nitrogen monoksida, NO, dapat menggantikan posisi salah satu molekul a ir dalam ion heksaaquabesi(II) menjadi ion pentaaquanitrobesi(II) yang berwarna coklat tua dan sering muncul sebagai cincin coklat pada uji ion nitrat dalam tabun g uji (Sugiyarto dan Suyanti, 2010) : NO (aq) + [Fe(H2O)6]2+ (aq) ) + H2O (l) cincin coklat Penambahan ion hidroksida ke dalam larutan ion besi(II) pada awalnya menghasilka n endapan gelatin hijau besi(II) hidroksida. Tetapi, hadirnya oksidator misalnya dari udara, mengakibatkan terjadi perubahan warna menjadi kuning-coklat dari be si(III) oksida terhidrat menurut persamaan reaksi : Fe2+ (aq) + 2 OH- (aq) Fe(OH)2 (s) Sama seperti ion besi(III) yang dapat diidentifikasi dengan ion heksasianoferat( II), [Fe(CN)6]4-, ion besi(II) juga dapat dideteksi dengan ion heksasianoferat(I II), [Fe(CN)6]3-, dengan menghasilkan produk yang sama dengan biru Prusian (yang pada mulanya disebut biru Turnbull ketika diduga merupakan produk berbeda) : 3 Fe2+ (aq) + 4 [Fe(CN)6]3- (aq) Fe4[Fe(CN)6]3 (s) + 6 C N- (aq) Harga potensial oksidasi besi(II) menjadi besi(III) sangat bergantung pada ligan nya. Sebagai contoh, ion heksasianoferat(II), [Fe(CN)6]4-, jauh lebih mudah tero ksidasi daripada ion heksaaquabesi(II), [Fe(H2O)6]2+ : [Fe(CN)6]4- (aq) [Fe(CN)6]3- (aq) + e E = -0,36V [Fe(H2O)6]2+ (aq) [Fe(H2O)6]3+ (aq) + e E = -0,77V Perbedaan nilai potensial reduksi tersebut terutama berk aitan dengan : 1) Muatan ion, dan [Fe(H2O)5(NO)]2+ (aq

2) Sifat spin ion besinya yang disebabkan oleh perbedaan kuat medan ligan y ang bersangkutan Pada dasarnya ion logam bermuatan rendah lebih stabil daripada ion bermuatan tin ggi. Untuk ion kompleks pertama, bola koordinasi ligan menghasilkan muatan negat if yang terlalu besar (6CN-) di seputar ion pusat besi(II) dan muatan ion total yang terlalu tinggi (-4) sehingga mengurangi stabilitas muatan ion pusat. Tetapi , ligan siano menghasilkan medan ligan kuat, sehingga ion kompleks bersifat lowspin dengan energi penstabilan medan ligan yang lebih besar dan konfigurasi elek tronik yang relative lebih simetri pada [Fe(CN)6]4- -d6 dibandingkan dengan kedu a aspek tersebut pada [Fe(CN)6]3 d5. Dengan demikian, kompensasi kedua aspek ini kurang saling mendukung untuk kestabilan kedua tingkat oksidasi dan akibatnya ni lai potensial reduksi ion kompleks ini agak rendah.

Hal ini berbeda dengan kompleks [Fe(H2O)6]2+. Pada kompleks ini bola koordinasi ligan air bersifat netral sehingga tidak mengganggu stabilitas muatan ion pusat besi(II). Tambahan pula, bola koordinasi ligan air menghasilkan medan lemah sehi ngga ion kompleks bersifat high-spin dengan energi penstabilan medan ligan yang lebih besar pada [Fe(H2O)6]2+ -d6 dibandingkan dengan energi tersebut pada [Fe(H 2O)6]3+ -d5. Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam kompleks ini, stabilitas besi (II) lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan besi(III) dan akib atnya mempunyai nilai potensial reduksi yang cukup tinggi. Besi(II), d6 Ion ferro [Fe(H2O)6]2+ memberikan garam berkristal. Garam Mohr (NH4)2SO4.[Fe(H2O )6]SO4 cukup stabil terhadap udara dan terhadap hilangnya air, dan umumnya dipak ai untuk membuat larutan baku Fe2+ bagi analisis volumetrik, dan sebagai zat pen gkalibrasi dalam pengukuran magnetik. Sebaliknya FeSO4.7H2O secara lambat melapu k dan berubah menjadi kuning-coklat bila dibiarkan dalam udara (Cotton dan Wilki nson,1989). Fe2+, merupakan konfigurasi elektronik d6 yang merupakan kompleks oktahedral den gan ligan lemah mempunyai spin tinggi dengan empat elektron yang tidak berpasang an. Gambar 1. Ligan lemah Gambar 2. Ligan lemah

Penambahan HCO3- atau SH- kepada larutan aqua Fe2+ berturut-turut mengendapkan F eCO3 dan FeS. Ion Fe2+ teroksidasi dalam larutan asam oleh udara menjadi Fe3+. D engan ligan-ligan selain air yang ada, perubahan nyata dalam potensial bisa terj adi. Hal ini berkaitan dengan efek kestabilan relatif dari tingkat oksidasi. [Fe(CN)6]3)6]4)6]2+ n)3]2+ E = 0,36 V [Fe(H2O)6]3+ E = 0,77 V [Fe(phen)3]3+ E = 1,12 V + e = [Fe(phe + e = [Fe(H2O + e = [Fe(CN

Kompleks oktahedral umumnya paramagnetik, dan medan ligan yang cukup kuat dibutu hkan untuk perpasangan spin. Ion kompleks diamagnetik adalah [Fe(CN)6]4- dan [Fe (dipy)3]2+. Pembentukan kompleks 2,2-bipyridin yang merah, dan 1,10-fenantrolin digunakan sebagai uji untuk Fe2+. Besi(III) Ion besi(III) berukuran relatif kecil dengan rapatan muatan 349 C mm-1 untuk low -spin dan 232 C mm-1 untuk high-spin, sehingga mempunyai daya mempolarisasi yang cukup untuk menghasilkan ikatan berkarakter kovalen. Sebagai contoh, besi(III) klorida berwarna merah-hitam, berupa padatan dengan struktur jaringan kovalen. P ada pemanasan hingga fase gas terbentuk spesies dimerik, Fe2Cl6. Besi(III) klori da dapat dibuat dari pemanasan langsung besi dengan klorin menurut persamaan rea ksi (Sugiyarto dan Suyanti, 2010) : 2 Fe (s) + 3 Cl2 (g) 3 FeCl3 (s) Besi(III) bromide mirip dengan besi(III) klorida, tetapi besi(III) iodida tidak dapat diisolasi sebab ion iodide mereduksi besi(III) menjadi besi(II) : 2 Fe3+ (aq) + 2I- (aq) 2 Fe2+ (aq) + I2 (aq)

Besi(III) klorida anhidrat bereaksi dengan air menghasilkan gas HCl karena reaks inya bersifat eksotermik, kontras dengan padatan kuning keemasan garam heksahidr at, FeCl3.6H2O, yang larut begitu saja dalam air menghasilkan ion heksahidrat, [ Fe(H2O)6]3+ : FeCl3 (s) + 3 H2O (l) Fe(OH)3 (s) + 3 HCl (g ) + kalor Ion heksaakuabesi(III), [Fe(H2O)6]3+, berwarna agak ungu pucat, seperti halnya w arna besi(III) nitrat nanohidrat. Warna kekuningan untuk senyawa kloridanya dapa t dikaitkan dengan terjadinya transfer muatan Fe3+-Cl- Fe2+-Cl0 dalam ion [Fe(H2 O)5Cl]2+. Semua garam besi(III) larut dalam air menghasilkan larutan asam. Rapatan muatan kation yang relative tinggi (232 C mm-1) mampu mempolarisasikan molekul air liga n dengan cukup kuat, sehingga molekul air pelarut dapat berfungsi sebagai basa d an memisahkan proton dari air ligan tersebut menurut persamaan reaksi : [Fe(H2O)6]3+ (aq) + H2O (l) q) + [Fe(H2O)5(OH)]2+ (aq) [Fe(H2O)5(OH)]2+ (aq) + H2O (l) [Fe(H2O)5(OH)]2+ (aq) Keseimbangan reaksi tersebut sangat bergantung pada pH. Penambahan ion hidronium tentu akan menggeser keseimbangan ke kiri, menghasilkan ion [Fe(H2O)6]3+ yang h ampir tak berwarna. Sebaliknya, penambahan ion hidroksida akan menggeser keseimb angan ke kanan, menghasilkan larutan kuning dan lebih lanjut endapan gelatin bes i(III) oksida hidroksida, FeO(OH) yang berwarna karat. Walaupun biasanya spesies besi(III) mengadopsi geometri octahedron, tetapi ligan ion klorida dapat menghasilkan geometri tetrahedron ion tetrakloroferat(III), [ FeCl4]-. Ion kompleks ini berwarna kuning dan dapat diisolasi dengan penambahan HCl pekat ke dalam larutan ion heksaakuabesi(III) menurut persamaan reaksi : [Fe(H2O)6]3+ (aq) + 4 Cl- (aq) [FeCl4]- (aq) + 6 H2O (l) H3O+ (a H3O+ (aq) +

Uji terhadap adanya ion besi(III) dapat dilakukan dengan penambahan larutan ion heksasianoferat(II), [FeCN6]4-, yang menyebabkan terjadinya endapan biru Prusian besi(III) heksasianoferat(II), Fe4[Fe(CN)6]3 : 4 Fe3+ (aq) + 3 [Fe(CN)6]4- (aq) Fe4[Fe(CN)6 ]3 (s) Warna biru senyawa ini sering dimanfaatkan untuk pembuatan tinta, cat, termasuk pigment cetak biru. Selain itu, uji paling sensitif adanya ion besi(III) adalah dengan menambahkan larutan ion tiosianat ke dalam larutan Fe(III); terjadinya wa rna merah darah oleh karena terbentuk ion pentaaquatiosianatobesi(III), sebagai indikasi adanya ion Fe3+ dalam larutan. [Fe(H2O)6]3+ (aq) + SCN- (aq) [Fe(H2O)5(SCN)]2+ (aq) + H2O (l) Warna ini sangat khas dan mudah dikenali, sehingga hadirnya sekelumit pengotor i on besi(III) dapat terdeteksi dengan ion tiosianat ini. Reaksi ion besi(III) lainnya cukup unik adalah dengan larutan ion tiosulfat dala m keadaan dingin (pada suhu es), menghasilkan warna violet gelap ion bis(tiosulf ato)ferat(III) : [Fe(H2O)6]3+ (aq) + 2 [S2O3]2- (aq) [Fe(S2O3)2]- (aq) +

6 H2O (l) Jika larutan ini dihangatkan hingga temperatur kamar terjadi reaksi redoks : Fe3+ (aq) + [Fe(S2O3)2]- (aq) 2 Fe2+ (aq) + [S4O6]2- (aq ) Ion heksasianoferat(III), [Fe(CN)6]3-, berwarna agak kemerahan dan dapat dibuat dari oksidasi heksasianoferat(II), [Fe(CN)6]4- misalnya dengan Cl2. Besi(III), d5 Besi(III) terdapat dalam garam berkristal dengan kebanyakan anion selain anion-a nion seperti iodida, yang tidak dapat dilawan karena sifat reduksinya (Cotton da n Wilkinson,1989) : Fe3+ + Ie2+ + I2 Garam yang mengandung ion ferri aqua, [Fe(H2O)6]3+ seperti Fe(ClO4)3. 10H2O adal ah merah jambu pucat hampir putih, dan ion aquanya adalah merah lembayung pucat. Kecuali bila larutan Fe3+ cukup kuat keasamannya, terjadi hidrolisis dan umumny a larutan menjadi kuning karena pembentukan spesies hidrokso yang mempunyai pita perpindahan muatan dalam daerah ultraviolet dan berakhir ke daerah tampak. Kesetimbangan hidrolisis awal adalah [Fe(H2O)6]3+ 10-3,05 [Fe(H2O)5(OH)]2+ 2 [Fe(H2O)6]3+ Besi(IV) dan (VI) Hanya ada sedikit kompleks untuk Fe(IV) seperti [Fe(S2CNR2)3]+. Senyawaan besi(V I) yang paling dikenal adalah anion okso FeO42-, diperoleh melalui oksidasi susp ense Fe2O3.nH2O pekat, atau dengan melelehkan serbuk Fe dengan KNO3. Ion lembay ung merah adalah paramagnetik dengan dua elektron tidak berpasangan. Garam Na da n K cukup larut, tetapi garam Ba dapat diendapkan. Ionnya relatif stabil dalam l arutan basa, tetapi terurai dalam larutan netral atau asam menurut persamaan (Co tton dan Wilkinson,1989) : 2 FeO42- + 10 H+ + 3/2 O2 + 5 H2O Zat ini bahkan merupakan pengoksidasi yang lebih kuat daripada MnO4-, dan dapat mengoksidasi NH3 menjadi N2. Oksida Oksida yang terbentuk antara logam besi (Fe) dan oksigen; tergolong oksida logam ; ada tiga macam oksida besi, yaitu (Mulyono, 2005 : 303) : FeO [besi(II)oksida, ferro oksida]; padatan serbuk berwarna hitam, ditemukan di alam sebagai mineral wustit. Titik leleh 1369C, densitas 5,7 g/L Fe2O3 [besi(III)oksida; ferri oksida]; padatan serbuk berwarna coklat kemera h-merahan sampai hitam; ditemukan di alam sebagai mineral hematit. Digunakan seb agai pigmen dan pengkilap logam. Titik leleh 1565C, densitas 5,1 g/L = 2 Fe3+ = [Fe(H2O)5(OH)]2+ = [Fe(H2O)4(OH)2]+ + H+ + H+ K = K = 10-3,26 = F

= [Fe(H2O)4(OH)2 Fe(H2O)4]4+ + H+ K = 10-2,91

Fe3O4 [ferrosoferrioksida]; padatan serbuk berwarna hitam atau merah; bersif at magnet; terdapat di alam sebagai mineral magnetit. Digunakan sebagai pigmen d an pengkilap. Titik leleh 1594C; densitas 5,18 g/L Halida Kelompok senyawa yang mengandung atom halogen, X atau ion halida, X- dimana X ad alah atom halogen; dapat berupa senyawa anorganik dan senyawa organik (Mulyono, 2005 : 303). Besi dapat dilarutkan pada asam halogen dengan sedikit oksigen dan dari arutan t ersebut terbentuk dihalida hidrat FeF2.8H2O, FeCl2.4H2O, dan FeBr2.4H2O. Ferro k lorida hidrat berisi [FeCl2.4H2O] merupakan unit oktahedral dengan dua atom klor in yang menempati posisi trans. FeF2 dan FeCl2 dibuat dengan memanaskan logam de ngan gas HF atau HCl, pada pemanasan tersebut menghasilkan FeF3 dan FeCl3. Halid a Fe(+2) anhidrat dapat bereaksi dengan gas NH3, membentuk garam yang berisi ion kompleks oktahedral [Fe(NH3)6]2+. Baja Baja dibuat dari besi tuang. Setelah zat pengotor dihilangkan, ditambah sejumlah tertentu karbon dan unsur lain yang memberikan sifat khas pada baja itu (http// www.enviromentalchemistry.com/baja). Cara umum membuat baja yaitu menuangkan leburan besi tuang ke dalam wadah yang b agian dalamnya dilapisi bata tahan api yang disebut pengkonversi (converter), kemu dian dihembuskan oksigen ke leburan. Karbon, belerang dan fosfor keluar sebagai oksida berupa gas, sedangkan silikon oksida membentuk terak di atas besi. Setelah terak dipisahkan, pada leburan besi ditambah karbon, mangan dan unsur lain. Kadar karbon dalam baja berkisar antara 0,09 0,9%. Tabel 1. Komposisi beberapa macam baja dan penggunaannya Macam baja Komposisi Sifat Penggunaan Baja sedang 0,09 0,2% C 0,05 1,0% Mn 0,2 0,75% Si Mudah dibentuk Badan mobil, jarum pipa Baja Berkadar karbon tinggi 0,4 0,9% C 0,5 1,0% Mn 0,2 0,75% Si Keras Perkakas, paku, pelat Stainless steel 0,2 0,4 % C 18% Cr 8% Ni Tahan korosi Pisau, perkakas Baja mangan 0,4 0,9% C 13% Mn Kuat dan Keras Per Baja wolfram 0,4 0,9% C 5% W

Sangat keras 1.7

Ujung alat pemotong

Kegunaan Besi yang lain

Besi merupakan logam paling biasa digunakan di antara semua logam, yaitu seb anyak 95% daripada semua logam yang dihasilkan di seluruh dunia. Harganya yang m urah dan kekuatannya menjadikan ia amat diperlukan, terutama dalam penggunaan se perti kereta, badan kapal bagi kapal besar, dan komponen struktur bagi bangunan. Baja merupakan alloi besi paling dikenali, dan sebagian dari bentuk yang dapat dibentuk oleh besi termasuk (http//www.enviromentalchemistry.com/besi) : Besi mentah atau Pig iron yang mengandung 4% 5% karbon dengan sejumlah bahan la in seperti belerang, silikon dan fosforus. Kegunaannya adalah merupakan perantar aan dari bijih besi kepada besi tuang dan baja. Besi tuang (Cast iron) mengandung 2% 3.5% karbon dan sejumlah kecil mangan. Mem punyai titik lebur 14201470 K, yang lebih rendah dibanding dua komponen utamanya, dan menjadi melebur apabila karbon dan besi dipanaskan serentak. Sifat mekanika lnya berubah-ubah, bergantung kepada bentuk karbon yang dicampurkan ke dalam all oi. Besi tuang putih mengandung karbon dalam bentuk cementite, atau besi karbida. Sebagian keras dan rapuh ini mendominasi sifat-sifat utama besi tuang putih, menye babkannya keras, tetapi tidak tahan kejutan. Dalam besi tuang kelabu, karbon ada d alam bentuk serpihan halus grafit, dan ini juga menyebabkan bahan menjadi rapuh kerana ciri-ciri grafit yang mempunyai pinggir-pinggir tajam. Jenis besi kelabu yang baru, yang dinamakan besi mulur, adalah dicampur dengan kandungan magnesium u ntuk mengubah bentuk grafit menjadi sferoid, atau nodul, kemudian meningkatkan k ekuatan besi. Besi karbon mengandung antara 0.5% dan 1.5% karbon, dengan sejumlah kecil manga n, belerang, fosforus, dan silikon. Besi tempa (Wrought iron) mengandung kurang dari 0.5% karbon. Bersifat keras, m udah dan lentur. Besi alloi (Alloy steel) mengandung kandungan karbon yang berubah-ubah dan juga logam-logam lain, seperti kromium, vanadium, molibdenum, nikel, tungsten dan se bagainya. Salah satu kelemahan besi adalah mudah mengalami korosi. Korosi menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur pakai berbagai barang atau bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan mengubah besi menjadi baja tahan karat (stainless steel), akan tetapi proses ini terlalu maha l untuk kebanyakan penggunaan besi. Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Berbagai jenis logam contohnya Zink dan Magnesium dapat melindungi besi dari korosi. Cara-cara pencegahan korosi bes i yang akan dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat tersebut. Pengecatan. Jembatan, pagar, dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan k ontak dengan udara dan air. Cat yang mengandung timbel dan zink (seng) akan lebi h baik, karena keduanya melindungi besi terhadap korosi. Pelumuran dengan Oli atau Gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak dengan air. Pelapisan dengan Plastik. Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan ker anjang sepeda dilapisi dengan plastik. Plastik mencegah kontak dengan udara dan air. Tin Plating (pelapisan dengan timah). Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari bes i yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang dise but tin plating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Akan tetapi, lapisan ti mah hanya melindungi besi selama lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepa

t korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif darip ada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong ko rosi besi. Akan tetapi hal ini justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng be kas cepat hancur. Galvanisasi (pelapisan dengan Zink). Pipa besi, tiang telepon dan berbagai b arang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi bes i dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal ini terjadi karena suatu meka nisme yang disebut perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel ele ktrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi (berkarat). Badan mobil-mobil baru pada umumnya telah di galvanisasi, sehingga tahan karat. Cromium Plating (pelapisan dengan kromium). Besi atau baja juga dapat dilapi si dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak. Sacrificial Protection (pengorbanan anode). Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi, maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Car a ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan k apal laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti. Besi sebagai katalis pada Proses HaberProses Haber menggabungkan nitrogen da n hidrogen ke dalam amonia. Nitrogen berasal dari udara dan hidrogen sebagian be sar diperoleh dari gas alam (metan). Besi digunakan sebagai katalis 1.8 Ikatan Ionik (Effendy, 20.08) Contoh : FeO dan FeF2 Kovalen koordinasi Seperti pada beberapa senyawa kompleks berikut ini. 1.8 Senyawa Kompleks Besi

Berdasarkan kaidah bilangan atom efektif (effective atomic number rule = EAN rule), yang diajukan oleh Sidgwick, yang dikembangkan berdasarkan teori oktet d ari G. N Lewis. Bila jumlah electron sama dengan jumlah electron pada gas mulia dikatakan kaidah EAN terpenuhi dan kompleks yang bersangkutan bersifat stabil. A lternatif lain adalah apabila konfigurasi electron terluar atom pusat (n-1)d10 n s2 np6, maka pada orbital valensi atom pusat terisi 18 elektron, dan kompleks ya ng bersangkutan bersifat stabil (Effendy, 2007). Contoh : [Fe(CO)5] [Fe(CO)2(NO)2] [Fe(cp)2] [Fe(C4H6)(CO)3] (Fe = 26 e-, 5 CO = 10 e- 36 e-) (Fe = 26 e-, 2 CO = 4 e-, 2 NO = 6 e- 36 e-) (Fe = 26 e-, 2 cp = 10 e- 36 e-) (Fe = 26 e-, C4H6 = 4 e- 36 e-)

Pembentukan senyawa kompleks tanpa melibatkan proses eksitasi [FeCl6]3-

Memiliki struktur oktahedral, ion [FeCl6]3- bersifat paramagnetik yang kemagneti kannya setara dengan adanya 5 elektron tidak berpasangan. Oleh karena itu pemben tukan kompleks ini melibatkan hibridisasi sp3d2. Konfigurasi elektron : Ion Fe3+ (keadaan dasar) : [Ar] 4s 4p [Ar] 4d 3d Ion Fe3+ (hibridisasi) : hibridisasi sp3d2 Ion Fe3+ dalam [FeCl6]3- : [Ar]

6 PEB dari 6 ligan ClSifat paramagnetik ditunjukkan dari ion [FeCl6]3- ditunjukkan dengan adanya 5 el ektron yang tidak berpasangan pada orbital 3d atom pusatnya. Pembentukan senyawa kompleks dengan melibatkan proses eksitasi [Fe(NH3)6]3+ Memiliki struktur oktahedral, ion [Fe(NH3)6]3+ bersifat paramagnetik yang kemagn etikannya setara dengan adanya sebuah elektron tidak berpasangan. Hal ini menunj ukkan bahwa pada pembentukan kompleks tersebut terjadi eksitasi electron. Oleh k arena itu pembentukan kompleks ini melibatkan hibridisasi d2sp3. Konfigurasi elektron : Ion Fe3+ (keadaan dasar) : [Ar] 4s 4p [Ar] [Ar] 3d Ion Fe3+ (eksitasi) : Ion Fe3+ (hibridisasi) : hibridisasi d2sp3 Ion Fe3+ dalam [Fe(NH3)6]3+ : [Ar] 6 PEB dari 6 ligan NH3 Sifat paramagnetik ditunjukkan dari ion [Fe(NH3)6]3+ ditunjukkan dengan adanya s ebuah elektron yang tidak berpasangan pada orbital 3d atom pusatnya. [Fe(CN)6]3Memiliki struktur oktahedral, ion [Fe(CN)6]3- bersifat paramagnetik yang kemagne tikannya setara dengan adanya sebuah elektron tidak berpasangan. Hal ini menunju kkan bahwa pada pembentukan kompleks tersebut terjadi eksitasi electron. Oleh ka rena itu pembentukan kompleks ini melibatkan hibridisasi d2sp3.

Konfigurasi elektron : Ion Fe3+ (keadaan dasar) : [Ar] 4s 4p [Ar] [Ar] 3d Ion Fe3+ (eksitasi) : Ion Fe3+ (hibridisasi) : hibridisasi d2sp3 Ion Fe3+ dalam [Fe(CN)6]3- : [Ar] 6 PEB dari 6 ligan CN Sifat paramagnetik ditunjukkan dari ion [Fe(CN)6]3- ditunjukkan dengan adanya se buah elektron yang tidak berpasangan pada orbital 3d atom pusatnya. [Fe(CO)5] Memiliki struktur trigonal bipiramidal, kompleks [Fe(CO)5] bersifat diamagnetik. Hal ini menunjukkan bahwa pada pembentukan kompleks tersebut terjadi eksitasi e lectron. Oleh karena itu pembentukan kompleks ini melibatkan hibridisasi dsp3. Konfigurasi elektron : Ion Fe (keadaan dasar) : [Ar] 4s 4p [Ar] [Ar] 3d Ion Fe (eksitasi) : Ion Fe3+ (hibridisasi) : hibridisasi dsp3 Ion Fe3+ dalam [Fe(NH3)6]3+ : [Ar] 5 PEB dari 5 ligan CO Sifat diamagnetik [Fe(CO)5] ditunjukkan dengan berpasangannya semua elektron yan g ada pada orbital d atom pusat. Kompleks dengan orbital dalam dan kompleks dengan orbital luar Pada pembentukan kompleks [FeCl6]3- terjadi hibridisasi sp3d2, sedangkan pada pe mbentukan kompleks [Fe(CN)6]3- terjadi hibridisasi d2sp3. Hibridisasi sp3d2 meng gunakan 2 orbital 4d, sedangkan hibridisasi d2sp3 menggunakan 2 orbital 3d. Urut an orbital 4d adalah setelah atau diluar dari orbital 3d, sehingga kompleks [FeC l6]3- disebut kompeks dengan orbital luar (outer orbital complex), sedangkan kom peks [Fe(CN)6]3- disebut kompleks dengan orbital dalam (outer orbital complex). Pada kompleks [Fe(CO)5] melibatkan hibridisasi dsp3, merupakan kompleks dengan o rbital dalam (Effendy, 2007). Kompleks [FeCl6]3- memiliki 5 elektron yang tidak berpasangan, sedangkan komplek

s [Fe(CN)6]3- hanya memiliki sebuah elektron yang tidak berpasangan. Keduanya me rupakan kompleks dengan atom pusat Fe3+, dan bersifat paramagnetik, akan tetapi kemagnetikan [FeCl6]3- adalah lebih tinggi dibandingkan kemagnetikan [Fe(CN)6]3. Oleh karena itu kompleks [FeCl6]3- disebut kompleks dengan spin tinggi (high spin complex), sedangkan kompleks [Fe(CN)6]3- disebut dengan spin rendah (low sp in complex) (Effendy, 2007). 1.9 Reaksi-reaksi Besi Reaksi dengan Udara Besi bereaksi dengan udara dengan cara oksidasi membentu k besi oksida hidrat. Pada pemanasan dengan oksigen menghasilkan besi oksida Fe2 O3 and Fe3O4. 4Fe(s) + 3O2(g)2Fe2O3(s) 3Fe(s) + 2O2(g)2Fe3O4(s) Reaksi dengan halogen Besi bereaksi dengan fluorine berlebih, khlor dan brom untuk membentuk Fe(III) halida. 2Fe(s) + 3F2(g)2FeF3(s) 2Fe(s) + 3Cl2(g)2FeCl3(s) 2Fe(s) + 3Br2(g)2FeBr3(s) Reaksi tersebut tidak terlalu baik untuk iodin, karena berhubungan dengan masala h termodinamikanya. Reaksi langsung yang terjadi antara besi dan iodine dapat di gunakan untuk menyiapkan Besi (II) iodida. Fe(s) + I2(s)FeI2(s) Reaksi dengan Asam Fe(s) + H2SO4(aq)Fe2+(aq) + SO42-(aq) + H2(g) Reaksi ion besi dalam larutan Ion-ion yang paling sederhana dalam larutan adalah (http//Chem_is-try.org/besi) : Ion heksaaquobesi(II) [Fe(H2O)6]2+. Ion heksaaquobesi(III) [Fe(H2O)6]3+. Reaksi ion besi dengan ion hidroksida Ion hidroksida (larutan natrium hidroksda) dapat menghilangkan ion hidrogen dari ligan air dan kemudian melekat pada ion besi. Setelah ion hidrogen dihilangkan, diperoleh kompleks tidak muatan (kompleks netr al). Kompleks netral ini tidak larut dalam air dan terbentuk endapan. Pada kasus besi (II) : Pada kasus besi(III): Pada tabung reaksi, perubahan warna yang terjadi adalah Pada kasus besi (II): Besi sangat mudah di oksidasi pada kondisi yang bersifat basa. Oksigen di udara mengoksidasi endapan besi(II) hidroksida menjadi besi(III) hidroksida terutama p

ada bagian atas tabung reaksi. Warna endapan yang menjadi gelap berasal dari efe k yang sama. Pada kasus besi(III): Reaksi ion besi dengan larutan amonia Amonia dapat berperan sebagai basa atau ligan. Pada kasus ini, amonia berperan s ebagai basa, menghilangkan ion hidrogen dari kompleks aqua. Pada kasus besi(II): Kejadian yang sama terjadi apabila ditambahkan larutan natrium hidroksida. Endap an kembali berubah warna yang menunjukkan kompleks besi(II) hidroksida teroksida si oleh udara menjadi besi(III) hidroksida. Pada kasus besi(III): Reaksi-reaksi ion besi dengan ion karbonat Berikut ini merupakan perbedaan yang penting antara sifat ion besi(II) dan ion b esi(III). Ion besi(II) dan ion karbonat Ion besi(III) dan ion karbonat Ion heksaaquobesi(III) cukup asam untuk bereaksi dengan ion karbonat yang bersif at basa lemah. Jika menambahkan larutan natrium karbonat ke larutan yang mengand ung ion heksaaquobesi(III), dengan pasti akan memperoleh endapan seperti jika me nambahkan larutan natrium hidroksida atau larutan amonia. Ion karbonat yang menghilangkan ion hidrogen dari ion heksaaquo dan menghasilkan kompleks netral. Berdasarkan pada perbandingan ion karbonat dengan ion heksaaqu o, akan memperoleh ion hidrogen karbonat maupun gas karbon dioksida dari reaksi antara ion hidrogen dengan ion karbonat. Persamaan reaksi menunjukkan pembentuka n karbon dioksida. Selain karbon dioksida, tidak terdapat sesuatu yang baru pada reaksi ini: Pengujian untuk ion besi(III) dengan ion tiosianat Pengujian ini merupakan tes yang sangat sensitif untuk ion besi(III) dalam larut an. Jika menambahkan ion tiosianat, SCN-, (larutan natrium atau kalium atau amon ium tiosianat) ke dalam larutan yang mengandung ion besi(II), akan diperoleh lar utan berwarna merah darah kuat yang mengandung ion [Fe(SCN)(H2O)5]2+. 2. Rutenium

Unsur yang tergolong logam transisi; berwarna putih, keras, berda dalm bentuk em pat kristal, baru bereaksi pada udara dengan suhu 800. Tahan terhadap asam maupu n aqua regia (tetapi bila ditambahkan kalium klorat, logam ini teroksidasi denga n disertai letupan), tidak tahan terhadap halogen dan basa kuat. Dialam ditemuka n bersama unsur transisi terutama bersama platina, unsur ruthenium diperoleh mel alui proses kimia yang cukup rumit; pada tahap akhir melibatkan reduksi terhadap ammonium ruthenium klorida oleh H2 yang menghasilkan serbuk logam Rutenium (Mul yono, 2005). 2.1 Sejarah Pada tahun 1827, Berzelius dan Osann menguji residu yang tersisa set

elah melarutkan platina kasar dari pegunungan Ural dalam aqua regia. Bila Berzel ius tidak menemukan logam-logam yang tidak lazim, sementara Osann menduga bahwa ia telah menemukan tiga logam baru, yang salah-satunya ia namakan rutenium. Pad a tahun 1844, Klaus dikenal oleh khalayak sebagai penemu rutenium dan menunjukka n bahwa rutenium oksida yang didapat Osann sangat tidak murni dan mengandung log am baru. Klaus mendapatkan 6 gram rutenium dari residu pelarutan platina kasar yang tidak larut dalam auqa regia (http//Chem_is-try.org/rutenium). 2.2 Kelimpahan

Sebagai anggota dari grup platina, rutenium terdapat di alam dengan anggota grup platina yang lain dalam bijih yang berasal dari pegunungan Ural, da n di Amerika Utara dan Amerika Selatan. Rutenium juga ditemukan bersama logam gr up platina dalam jumlah sedikit tapi dihasilkan secara komersial dalam mineral p entlandit (mineral besi-nikel sulfida, (Fe,Ni)9S8) di daerah Sudbury, kawasan pe nambangan nikel Ontario, dan dalam mineral piroksinit di Afrika Selatan (Http//w ww.Chem_is_try.org/rutenium). Rutenium diisolasi besar-besaran dengan proses kimiawi yang rumit, d engan tahap akhirnya adalah reduksi ammonium rutenium klorida dengan hidrogen, y ang menghasilkan bubuk rutenium. Bubuk ini disatukan dengan tekhnik metalurgi b ubuk atau dengan pengelasan busur argon (Http//www.Chem_is_try.org/rutenium). 2.3 Sifat Fisika

Adapun sifat fisika dari rutenium adalah sebagai berikut (http://www.lenntech.co m/rutenium) : Massa jenis (sekitar suhu kamar) 12.45 g/cm Massa jenis cair pada titik lebur 10.65 g/cm Titik lebur 2607 K (2334 C, 4233 F) Titik didih 4423 K(4150 C, 7502 F) Kalor peleburan 38.59 kJ/mol Kalor penguapan 591.6 kJ/mol Kapasitas kalor (25 C) 24.06 J/(molK)

2.4

Sifat Kimia

Adapun sifat kimia dari ruthenium adalah sebagai berikut (http://www .lenntech.com/rutenium) : Struktur kristal hexagonal Bilangan oksidasi 2, 3, 4, 6, 8 Elektronegativitas 2.2 (skala Pauling) Energi ionisasi pertama: 710.2 kJ/mol Energi ionisasi ke-2: 1620 kJ/mol Energi ionisasi ke-3: 2747 kJ/mol Jari-jari atom 130 pm Jari-jari kovalen 126 pm

2.5 Isotop 96Ru [52 neutrons] Kelimpahan : 5.52% Stabil dengan 52 neutrons 97Ru [53 neutrons] Kelimpahan : sintetik

98Ru [54 neutrons] Kelimpahan: 1.88% Stabil dengan 54 neutrons 99Ru [55 neutrons] Kelimpahan : 12.7% Stabil dengan 55 neutrons 100Ru [56 neutrons] Kelimpahan : 12.6% Stabil dengan 56 neutrons 101Ru [57 neutrons] Kelimpahan : 17.0% Stabil dengan 57 neutrons 102Ru [58 neutrons] Kelimpahan : 31.6% Stabil dengan 58 neutrons 103Ru [59 neutrons] Kelimpahan : sintetik Waktu paruh : 39.26 hari [ beta- ] Waktu paruh : 39.26 hari [ radiasi sinar gamma ] 104Ru [60 neutrons] Kelimpahan : 18.7% Stabil dengan 60 neutrons 106Ru [62 neutrons] Kelimpahan : sintetik Waktu paruh : 373.59 hari [ beta- ]

2.6

Persenyawaan dan Kegunaan

Logam ini merupakan pengeras platina dan paladium yang paling efektif, dan m embentuk alloy dengan platina atau paladium untuk menghasilkan sifat hambatan li strik yang luar biasa. Alloy rutenium-molibdenum dilaporkan bersifat superkonduk tif pada suhu 10.6K. Ketahanan korosi pada titanium dapat diperbaiki seratus ka li lipat dengan penambahan 0.1% rutenium. Rutenium juga merupakan katalis yang s erba guna (Http//www.chem_is_try.org/rutenium). [(NH3)5Ru-O-Ru(NH3)4-O-Ru(NH3)5]6+ (Rutenium Merah) Suatu noda yang dihasilkan untuk meramalkan selaput polianionik 2.7 Ikatan Ionik (Effendy,2008) Contoh : RuO2 Kovalen koordinasi Contoh : [Ru(CO)5], [Ru(NH3)5(NO2)]+, [Ru(NH3)5(ONO)]+, Rutenium merupakan salah satu senyawa kompleks yang berisomer fac-, mer-, seper ti [Ru(H2O)3Cl3] fac-triaquatriklororutenium(III) tenium(III) Pada isomer fac- tiga ligan yang sama terletak pada segitiga sama sisi yang mer upakan salah satu muka octahedral, sedangkan pada isomer mer- tiga ligan yang sa mer-triaquatriklororu

ma terletak pada segitiga sama kaki (Effendy, 2007). 2.8 Reaksi-reaksi rutenium Reaksi dengan udara Ru(s) + O2(g)RuO2(s) Reaksi dengan halogen Rutenium bereaksi dengan fluorin berlebih untuk membentuk ruthenium(IV) fluorida : Ru(s) + 3F2(g)RuF6(s) 3. Osmium

Unsur yang tergolong logam transisi, berwarna putih kebiruan, mengki lap, sangat keras (tetapi rapuh dalam suhu tinggi), tahan terhadap udara tetapi dalam keadaan serbuk bereaksi lambat dengan membentuk OsO4 (bersifat sangat racu n; titik didih 130 . Dialam ditemukan didalam mineral iridosmine dan didalam min eral lain bersama platina. Osmium alam merupakan campuran dari 7 isotop stabilny a (dikenal ada 20 isotop osmium). Logam ini umumnya digunakan sebagai komponen p aduan logam (bersifat sangat keras) untuk mata pena, sumbu mesin, jarum piringan , dan kontak listrik (Mulyono, 2005). 3.1 Sejarah

Ditemukan pada tahun 1803 oleh Tennant dalam residu yang tersisa ket ika platinum mentah dilarutkan ke aqua regia (http//www.chem_is_try.org/osmium). 3.2 Kelimpahan

Osmium terdapat dalam mineral iridosule dan dalam pasir sungai yan g menghasilkan platinum di daerah Ural, Amerika Utara dan Amerika Selatan. Juga ditemukan dalam bijih mineral yang mengandung nikel di Sudbury, daerah Ontariobe rsama dengan logam grup platinum lainnya. Meski kadarnya dalam bijih-bijih terse but sangat kecil, namun karena adanya penambangan bijih nikel berton-ton, memung kinkan perolehan osmium sebagai hasil samping (http//www.chem_is_try.org/osmium) . 3.3 Sifat Fisika

Adapun sifat-sifat fisika pada osmium ini adalah (http//www.enviromentalchemistr y. com/osmium) : Massa jenis (sekitar suhu kamar) 22.61 g/cm Massa jenis cair pada titik lebur 20 g/cm Titik lebur 3306 K (3033 C, 5491 F) Titik didih 5285 K (5012 C, 9054 F) Kalor peleburan 57.85 kJ/mol Kalor penguapan 738 kJ/mol Kapasitas kalor (25 C) 24.7 J/(molK)

3.4

Sifat Kimia

Adapun sifat-sifat kimia pada osmium ini adalah (Http//www.enviromentalchemistry . com/osmium) :

Struktur kristal Konfigurasi elektron:

: Hexagonal

1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2 4p6 4d10 4f14 5s 2 5p6 5d6 6s2 Jari-jari ion Bilangan Oksidasi Massa Jenis Konduktivitas Listrik Elektronegativitas Potensial Ionisasi Jari-jari atom Volume Atom Energi ionisasi pertama Energi ionisasi ke-2 : 0,63 : 2,3, 4, 6,8 : 22.6 g/cm3 : 12.3 x 106 ohm-1cm-1 : 2.2 (Skala pauling) : 8.7 V : 1,92 : 8.49cm 3 / mol : 840 kJ/mol : 1600 kJ/mol

3.5 Isotop 184Os [108 neutrons] Kelimpahan : 0.02% Waktu paruh : 5.6 x 1013 tahun 185Os [109 neutrons] Kelimpahan : sintetik Waktu paruh : 93.6 hari 186Os [110 neutrons] Kelimpahan : 1.58% Waktu paruh : 2.0 x 1015 tahun 187Os [111 neutrons] Kelimpahan : 1.6% Stabil dengan 111 neutrons 188Os [112 neutrons] Kelimpahan : 13.3% Stabil dengan 112 neutrons 189Os [113 neutrons] Kelimpahan : 16.1% Stabil dengan 113 neutrons 190Os [114 neutrons] Kelimpahan : 24.6% Stabil dengan 114 neutrons 191Os [115 neutrons] Kelimpahan : sintetik Waktu paruh : 15.4 days [ beta- ] 192Os [116 neutrons] Kelimpahan : 41.0% Stabil dengan 116 neutrons 193Os [117 neutrons] Kelimpahan : sintetik Waktu paruh : 30.11 hari [ beta- ] 194Os [118 neutrons] Kelimpahan : sintetik Waktu paruh : 6 tahun [ beta- ] 3.6 Persenyawaan dan Kegunaan

Senyawa osmium tetroksida telah digunakan untuk mendeteksi sidik jari dan un tuk mewarnai jaringan lemak untuk slide mikroskop. Logam ini hampir selalu digun akan untuk menghasilkan alloy yang sangat keras dengan logam grup platinum lainn

ya untuk mata pulpen, jarum fonograf, dan kontak listrik (http//Chem_is_try.org/ osmium). Osmiridium (IrOs) Suatu campuran logam osmium dan iridium, digunakan membuat peralatan yang berhub ungan dengan pembedahan. 3.7 Ikatan Ionik (Effendy, 2008) Contoh : OsO2 Kovalen koordinasi Contoh : [Os(CO)5] 3.8 Reaksi-reaksi Osmium Reaksi dengan air Osmium tidak dapat bereaksi dengan air di bawah kondisi normal Reaksi dengan udara Os(s) + 2O2(g)OsO4(s) Reaksi dengan halogen Osmium bereaksi dengan fluorin berlebih pada suhu 600C pada tekanan 400 atm untuk membentuk osmium(VII) fluoride 2Os(s) + 7F2(g)2OsF7(s) Pada kondisi dibawahnya terbentuk heksafluorida (OsF6) : Os(s) + 3F2(g)OsF6(s) Osmium bereaksi dengan klorin dan bromin dengan pemanasan di bawah tekanan pada pembentukan tetrahalida osmium(IV) klorida atau osmium(IV) bromida : Os(s) + 2Cl2(g)OsCl4(s) Os(s) + 2Br2(g)OsBr4(s) 4. 4.1 Hasium Sejarah

Ditemukan oleh Peter Ambruster, Gottfried Muzenber dan kawan-kawan d i GSI Darmstadt, Jerman pada tahun 1984 (http//www.chem_is_try.org/hasium). 4.2 Keterangan lain

Adapun keterangan lain dari unsur ini adalah (http//www. extremetrac king.com/Hasium): Hassium merupakan unsur radioaktif buatan Nomor atom hasium 108 Deret kimia logam transisi

Golongan, Periode, Blok 8, 7, d Massa atom [277] g/mol Konfigurasi elektron [Rn] 5f14 6d6 7s2 Jumlah elektron tiap kulit 2, 8, 18, 32, 32, 14, 2 Ciri-ciri fisik Fase diduga berbentuk padatan 4.3 Isotop 270Hs [162 neutrons] Kelimpahan : sintetik Waktu paruh : 22 detik BAB III PENUTUP Kesimpulan Beberapa sifat unsur-unsur transisi golongan 8 Karakteristika 26 Fe 44Ru 76Os Kelimpahan/ppm (dalam kerak bumi) 62000 0,0001 0,005 Densitas/ g cm-3 (20C) 7,874 12,41 22,57 Titik Leleh / C 1535

2282 3045 Titik Didih /C 2750 4050 5025 Jari-jari atomic / pm (bilangan koordinasi 12) 126 134 135 Jari-jari ionic / pm (bilangan koordinasi 6; *=bilangan koordinasi 4) 25*-Fe6+ 58,5-Fe4+ 55-Fe3+ (ls) 64,5-Fe3+ (hs) 61-Fe2+ (ls) 78-Fe2+ (hs) 36*-Ru8+ 38*-Ru7+ 56,5-Ru5+ 62-Ru4+ 68-Ru3+ 39*-Os8+

52,5-Os7+ 54,5-Os6+ 57,5-Os5+ 63-Os4+ Konfigurasi Elektron [18Ar]3d64s2 [36Kr]4d75s1 [54Xe]4f145d66s2 Elektronegatifitas 1,8 2,2 2,2 Kecenderungan Golongan 8 Besi lebih reaktif daripada kedua logam anggota golongan 8 lainnya, ataupun golo ngan triad-triad lainnya. Misalnya, besi bereaksi dengan asam nonoksidator maupu n asam oksidator. Ruthenium dan osmium tidak terpengaruh oleh asam-asam nonoksid ator, tetapi umumnya reaktif terhadap bahan-bahan pengoksidasi, mosalnya dengan asam nitrat pekat menghasilkan OsO4. Kedua logam ini larut dalam lelehan alkali dengan adanya udara atau lebih baik oksidator fluks seperti Na2O2 atau KClO3 dan menghasilkan rutenat-[RuO4]2- dan osmat-[OsO2(OH)4]2-. Tingkat oksidasi yang pa ling umum untuk besi adalah +2 dan +3, ruthenium +3, dan osmium +4. Tingkat oksi dasi tertinggi yang dikenal untuk besi adalah +6 yaitu dalam [FeO4]2-, namun spe sies ini sangat mudah tereduksi. Sebaliknya, Ru dan Os dikenal dengan tingkat ok sidasi +8, dan Ru(VIII) kurang stabil dibandingkan dengan Os(VIII).

Anda mungkin juga menyukai