Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

POLIGAMI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada


Mata Kuliah Fiqh Munakahat

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK

NAMA : M. HAFIZ

SEMESTER : III
JURUSAN : AHWAL AL-SYAKHSIYYAH

DOSEN PEMBIMBING:

M. JAHAR BULEK, M.A

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


UMAR BIN KHATTAB (UBK) UJUNG GADING
KABUPATEN PASAMAN BARAT
TAHUN 1441 H/ 2020 M

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Poligami’” Tanpa pertolongan-
Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik.
Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yakni Nabi Muhammad SAW.

Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen yang telah
berkenan membimbing kami dalam mata Kuliah “Fikh Munakahat” yang telah
membantu. Oleh karenanya kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan dan terlebih dahulu kami ucapkan terima kasih.
Demikian makalah ini kami sajikan semoga bermanfaat bagi kami dan
pembaca.

Ujung Gading, Desember 2020


Penulis,

M. Hafiz

i 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Perumusan Masalah 2
C. Tujuan Penelitian 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Poligami 3
B. Pengertian Poligami 4
C. Alasan Melakukan Poligam..................................................................5
D. Pandangan Agama Mengenai Poligami 6
E. Poligami Menurut Mahkamah Konstitusi Indonesia 8
F. Dampak Positif Poligami 8
G. Dampak Negatif Poligami 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan 10
B. Saran 10

DAFTAR PUSTAKA

ii 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Emansipasi wanita dan hak asasi manusia mulai merebak di tengah umat.
Akibat adanya emansipasi wanita, para istri berhak bersuara untuk menolak
dipoligami oleh suaminya. Tak sedikit para istri yang telah dipoligami merasa
jengkel dan tersulut emosi. Ibarat api dalam sekam. Baranya terus menjalar,
perlahan namun pasti.
Luapan kemarahan akhirnya menjadi solusi. Para suami dihujat dan
digugat. Tak sedikit dari mereka yang tercemar nama baiknya bahkan terempas
dari kedudukannya. Seakan telah melakukan dosa besar yang tak bisa diampuni
lagi. Lain masalah ketika para suami itu berbuat serong, punya wanita idaman lain
(WIL) yang tak halal baginya alias selingkuh. Reaksi sebagian istri justru tak
sehebat ketika dipoligami.
Bahkan, tak sedikit dari mereka yang diam seribu bahasa. Yang penting
tidak dimadu! Itulah sekira letupan hati mereka. Tak heran, bila di antara para
suami “bermasalah” itu lebih memilih berbuat selingkuh daripada poligami. Bisa
jadi karena pengalaman mereka bahwa selingkuh itu “lebih aman” daripada
poligami. Sampai-sampai ada sebuah pelesetan, selingkuh itu “selingan indah
keluarga utuh”.
Padahal selingkuh itu menjijikkan. Selingkuh adalah zina. Selingkuh
diharamkan dalam agama manapun dan tak selaras dengan fitrah suci manusia.
Demikianlah di antara ragam fakta unik yang terjadi dalam ranah sosial
kemasyarakatan kita. Memang aneh, tapi nyata.
Poligami sendiri telah dilakukan dari jaman dahulu kala di berbagai agama
manapun. Sekarang poligami yang dulu diperbolehkan akhirnya ada beberapa
agama yang melarang, dan ada pula agama yang memperbolehkan asalkan
memenuhi syarat – syarat yang sudah ditentukan.
Dalam makalah ini akan mengupas sejarah poligami, pengertian poligami,
poligami menurut berbagai pandangan agama, dan dampak dari poligami, semua
itu tak lain demi kepentingan manusia dalam keseimbangan sosial
kemasyarakatan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah poligami?
2. Bagaimana pengertian poligami?
3. Bagaimana alasan seseorang melakukan poligami?
4. Bagaimana pandangan berbagai agama mengenai kasus poligami?
5. Bagaimana poligami diatur dalam hukum di Indonesia?
6. Bagaimana dampak positif poligami?
7. Bagaimana dampak negatif poligami?

C. Tujuan Penelitian
1. Memahami tentang poligami.
2. Mengetahui sejarah poligami.
3. Mengetahui alasan beberapa orang melakukan poligami.
4. Mengetahui pandangan agama mengenai poligami.
5. Mengetahui hukum yang mengatur poligami di Indonesia.
6. Mengetahui dampak positif dan negatif dari poligami.
7. Mengetahui kasus poligami yang terjadi di masyarakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Poligami
Jauh sebelum Islam datang, peradaban manusia di berbagai belahan dunia
sudah mengenal poligami. Nabi Ibrahim as (Abraham) beristri Sarah dan Hajar,
Nabi Ya’qub as (Jacob) beristri : Rahel, Lea, dan menggauli dua budak/hamba
sahayanya : Zilfa dan Bilha. Dalam perjanjian lama Yahudi Nabi Daud as (David)
disebut-sebut beristri 300 orang.
Dalam sejarah, raja-raja Hindu juga melakukan poligami dengan seorang
permaisuri dan banyak selir. Dalam dunia gereja juga dikenal praktik poligami,
Dewan tertinggi Gereja Inggris sampai abad sebelas membolehkan poligami.1
Dalam Katholik sejak masa kepemimpinan Paus Leo XIII pada tahun 1866
poligami mulai dilarang. Dalam The Book of Mormon, Triatmojo, menjelaskan
bahwa Penganut Mormonisme sebuah aliran Kristen, pimpinan Joseph Smith
sejak tahun 1840 hingga sekarang mempraktikan bahkan menganjurkan poligami.
Bangsa Arab sebelum Islam datang sudah biasa berpoligami , ketika Islam
datang, Islam membatasi jumlah istri yang boleh dinikahi. Islam memberi arahan
untuk berpoligami yang berkeadilan dan sejahtera. Dalam Islam Poligami bukan
wajib, tapi mubah, berdasar antara lain QS An-Nisa : 3.
          
        
          

Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-
wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu
takut tidak akan dapat Berlaku adil[265], Maka (kawinilah) seorang saja[266],
atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada
tidak berbuat aniaya.

B. Pengertian Poligami

1 Tihami, Sohari Sahrani., Fikh Munakahat : Kajian Fiqh Nikah Lengkap. (Jakarta :


Rajawali Pers, 2010). Hal. 351.

3
Kata poligami, secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu polus
yang berarti banyak dan gamos yang berarti perkawinan. Bila pengertian kata ini
digabungkan, maka poligami akan berarti suatu perkawinan yang banyak atau
lebih dari seorang.
Sedangkan pengertian poligami menurut Kamus Bahasa Indonesia, adalah
ikatan perkawinan yang salah satu pihak memiliki/mengawini beberapa lawan
jenisnya di waktu yang bersamaan.
Para ahli membedakan istilah bagi seorang laki-laki yang beristri lebih dari
seorang dengan istilah poligini yang berasal dari kata polus yang berarti banyak
dan gune yang berarti perempuan. Sedangkan bagi seorang istri yang mempunyai
lebih dari seorang suami disebut poliandri yang berasal dari kata polus yang
berarti banyak dan andros berarti laki-laki. Pernikahan kelompok (bahasa Inggris:
group marriage), yaitu kombinasi poligini dan poliandri.
Poligami merupakan praktik pernikahan kepada lebih dari satu suami atau
istri (sesuai dengan jenis kelamin orang bersangkutan). Hal ini berlawanan dengan
praktik monogami yang hanya memiliki satu suami atau istri.

C. Alasan Melakukan Poligami


Orang Jaman sekarang sering kali melakukan poligami dengan alasan-
alasan bermacam-macam, bahkan terkesan mengada-ngada. Demi mencapai
tujuan dan memenuhi hasrat biologisnya, kaum lelaki membuat alasan-alasan
tertentu, diantaranya;
a. Alasan pertama ”Banyakanya Kaum Hawa”
Alasan ini terkesan mengada-ngada, mereka berpendapat bahwa jumlah
kaum wanita lebih banyak dari pada kaum lelaki. Dengan berpoligami,
diharapkan kaum wanita bisa berkurang. Jika masing-masing laki-laki
memilki dua istri, maka hal ini akan mengurangi jumlah wanita yang tidak
bersuami. Dengan demikian, janda tua dan muda dimana-mana. Mereka hidup
sebatangkara, untuk menyelamatkan mereka, poligami menjadi solusi, dengan
tujuan lelaki yang menikah dari satu istri bisa memberikan nafkah lahir dan
batin kepada janda-janda yang ditinggal mati suaminya.

4
Jika alasan” jumlah wanita lebih banyak dari lelaki”dalam kontek
Indonesia, sangtlah tidak tepat, karena jumlah penduduk Indonesia seimbang,
dan negaranya dalam keadaan aman. Bahkan kasus ketidak adilan meningkat
seiring dengan lajunya poligami. Kalaupun ada yang berpoligami, kemudian
bisa mengarungi bahtera rumah tangganya dengan baik, adil, tentram, itu
sangatlah sedikit dan langka. Tetapi kenyataannya urusan poligami di negeri
ini masih penuh dengan seribu satu masalah ekonomi dan sosial.
b. Alasan “Dari Pada Zina”
Sering kali orang yang telah beristri lagi, merekuh cinta lagi dengan
wanita lain. Agar tidak terjadi zina, mereka menikah dengan disaksikan
beberapa saksi tanpa ada persetujuan catatan sipil (KUA). Menikah yang
demikian dikenal dengan”nikah sirri”, nikah di bawah tangan. Kaum lelaki
yang bekerja diluar jawa, di negeri jiran (Malaysia), Hongkong, Saudi Arabia
sering kali melakukan pernikahan terlarang. Di Jeddah, Malaysia, serta
tempat-tempat orang bekerja dilura negeri terdapat seorang lelaki memiliki
banyak istri (TKW) yang sedang memburu real. Padahal masing-masing dari
mereka mempunyai pasangan, bahkan memilki putra-putri di Indonesia.
Karena merasa kesepian, kebutuhan biologis tidak tersalurkan, sementara
nafsunya sangat besar, sedangkan peluangnya sangat memungkinkan. Maka,
dengan alasan’’ dari pada berzina”, lebih baik menikah. Padahal, yang
demikian itu sangalat merugikan masing-masing fihak. Dalam kaidah agama,
pernikahan yang demikian tidak dibenarkan, dilarang bahkan dianggab zina
(pernikahan terlarang). Menurut ualam’, “orang yang statusnya bersuami,
kemuadian menikah dengan lelaki, maka pernikahanya tidak syah, sementara
pernikahan dengan suami lamanya batal (rusak)”. Jika mereka brkumpul,
maka hukumnya zina.2
Sedangkan Poligami dikalangan,pejabat, konglemerat biasanya secara
sembunyi-sembunyi. Meningat materinya sudah tercukupi, sementara
kebutuhan birahinya masih ganas, maka mereka menikahi dengan gadis muda,
berparas ayu, menarik, cantik dan seksi. Kebutuhan materi dicukupi, mulai

2 H.S.A. Alhamdani., Risalah Nikah. (Pekalongan: Raja Murah. 1980). Hal. 72.

5
rumah,kendaraan, pakaian serta aksesioris lainya, seprti Handphone,
Notebook, bahkan disediakan ruko dan lain sebaginya. Istilah kerenya disebut
dengan” wil (wanita Idaman lain)”, atu istri simpanan. Ada kalanya wanita
tersebut tidak mau dinikahi tetapi maunya hanya dikumpuli setiap saat
diperlukan untuk mendampingi selama kunjungan kerja.
c. Alasan ”Menghindari Selingkuh”
Alasan ini terkesan dipaksakan, karena birahinya sangat besar, setiap
melihat wanita cantik dengan berpakain seksi tidak bisa menahan lagi. Maka,
dengan alasan” dari pada selingkuh” lebih baik menikah lagi. Alasan ini tidak
dibenarkan karena ini mengangap bahwa wanita sebagai obyek seksual belaka.
d. Alasan ”Banyak Wanita Kerja di luar Negeri”
Urusan ekonomi yang terpuruk menjadikan wanita berpeluang bekerja,
baik di dalam negeri atau di luar negeri. Akihir-akhir ini, peluang kerja diluar
Negeri sangat terbuka luas bagi kaum wanita. Bahkan, kebanyakan tenaga
kerja di luar negeri didominasi oleh wanita yang telah bersuami. Keadaan
demikian membuat seorang wanita jauh dari suaminya dan tidak bisa melayani
kebutuhan seksual sang suami. Bagi laki-laki, sek adalah kebutuhan primer
yang tidak mungkindihindari, oleh karena itu seringkali sang suami beristri
lagi (poligami) dengan wanita laing sementara istrinya mencari nafkah di luar
negeri. Bisa disimpulkan, yang mendorong orang berpoligami adalah
mendesaknya kebutuhan ekonomi sehingga menjadikan seseorng jauh dari
istri.

D. Pandangan Agama Mengenai Poligami


 Hindu
Baik poligini maupun poliandri dilakukan oleh sekalangan masyarakat
Hindu pada zaman dulu. Hinduisme tidak melarang maupun menyarankan
poligami. Pada praktiknya dalam sejarah, hanya raja dan kasta tertentu yang
melakukan poligami.
 Buddhisme

6
Dalam Agama Buddha pandangan terhadap Poligami adalah suatu bentuk
keserakahan (Lobha).
 Yudaisme
Walaupun kitab-kitab kuno agama Yahudi menandakan bahwa poligami
diizinkan, berbagai kalangan Yahudi kini melarang poligami.
 Kristen
Gereja-gereja Kristen umumnya, (Protestan, Katolik, Ortodoks, dan lain-
lain) menentang praktik poligami. Namun beberapa gereja memperbolehkan
poligami berdasarkan kitab-kitab kuna agama Yahudi. Gereja Katolik merevisi
pandangannya sejak masa Paus Leo XIII pada tahun 1866 yakni dengan
melarang poligami yang berlaku hingga sekarang.3
 Mormonisme
Penganut Mormonisme pimpinan Joseph Smith di Amerika Serikat sejak
tahun 1840-an hingga sekarang mempraktikkan, bahkan hampir mewajibkan
poligami. Tahun 1882 penganut Mormon memprotes keras undang-undang
anti-poligami yang dibuat pemerintah Amerika Serikat. Namun praktik ini
resmi dihapuskan ketika Utah memilih untuk bergabung dengan Amerika
Serikat. Sejumlah gerakan sempalan Mormon sampai kini masih
mempraktekkan poligami.
 Islam
Poligami dalam Islam merupakan praktik yang diperbolehkan (mubah,
tidak larang namun tidak dianjurkan). Islam memperbolehkan seorang pria
beristri hingga empat orang istri dengan syarat sang suami harus dapat berbuat
adil terhadap seluruh istrinya (Surat an-Nisa ayat 3 4:3).

E. Poligami Menurut Mahkamah Konstitusi Indonesia

3 Abdul Nasir Taufiq Al 'Atthar., Poligami di Tinjau dari Segi Agama, Sosial dan
Perundang-Undangan. (Jakarta: Bulan Bintang. 1976). Hal. 11

7
Mahkamah Konstitusi (MK) menyatakan bahwa ketentuan-ketentuan yang
tercantum dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UU Perkawinan)
yang menyatakan bahwa asas perkawinan adalah monogami, dan poligami
diperbolehkan dengan alasan, syarat, dan prosedur tertentu tidak bertentangan
dengan ajaran islam dan hak untuk membentuk keluarga,4 hak untuk bebas
memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, dan hak untuk bebas dari
perlakuan yang bersifat diskriminatif sebagaimana diatur dalam UUD 1945
sebagaimana diutarakan dalam sidang pembacaan putusan perkara No. 12/PUU-
V/2007 pengujian UU Perkawinan yang diajukan M. Insa, seorang wiraswasta
asal Bintaro Jaya, Jakarta Selatan pada Rabu (3/10/2007).
Insa dalam permohonannya beranggapan bahwa Pasal 3 ayat (1) dan (2),
Pasal 4 ayat (1) dan (2), Pasal 5 ayat (1), Pasal 9, Pasal 15, dan Pasal 24 UU
Perkawinan telah mengurangi hak kebebasan untuk beribadah sesuai agamanya,
yaitu beribadah Poligami. Selain itu, menurut Insa, dengan adanya pasal-pasal
tersebut yang mengharuskan adanya izin isteri maupun pengadilan untuk
melakukan poligami telah merugikan kemerdekaan dan kebebasan beragama dan
mengurangi hak prerogatifnya dalam berumah tangga dan merugikan hak asasi
manusia serta bersifat diskriminatif.

F. Dampak Positif Poligami


1. Mencegah perzinahan
2. Mencegah pelacuran
3. Mencegah kemiskinan
4. Meningkatkan ekonomi keluarga

G. Dampak Negatif Poligami

4 Abdul Nasir Taufiq Al 'Atthar., Poligami di Tinjau dari Segi Agama, Sosial dan
Perundang-Undangan. Hal. 12-13

8
 Dampak Psikologis
Perasaan inferior istri dan menyalahkan diri karena merasa tindakan suami
berpoligami adalah akibat dari ketidakmampuan dirinya memenuhi kebutuhan
biologis suami.5
 Dampak Ekonomi Rumah Tangga
Ketergantungan secara ekonomi kepada suami. Walaupun ada beberapa
suami memang dapat berlaku adil terhadap istri-istrinya, tetapi dalam
prakteknya lebih sering ditemukan bahwa suami lebih mementingkan istri
muda dan menelantarkan istri dan anak-anaknya terdahulu.
 Dampak Hukum
Seringnya terjadi nikah di bawah tangan (pernikahan yang tidak dicatatkan
pada Kantor Catatan Sipil atau Kantor Urusan Agama), sehingga pernikahan
dianggap tidak sah oleh negara, walaupun pernikahan tersebut sah menurut
agama. Pihak perempuan akan dirugikan karena konsekuensinya suatu
pernikahan dianggap tidak ada, seperti hak waris dan sebagainya.
 Dampak Kesehatan
Kebiasaan berganti-ganti pasangan menyebabkan suami atau istri menjadi
rentan terhadap penyakit menular seksual (PMS), bahkan rentan terjangkit
virus HIV/AIDS.
 Kekerasan Terhadap Perempuan
Baik kekerasan fisik, ekonomi, seksual maupun psikologis. Hal ini umum
terjadi pada rumah tangga poligami, walaupun begitu kekerasan juga terjadi
pada rumah tangga yang monogami.6

BAB III

5 Tihami, Sohari Sahrani., Fikh Munakahat : Kajian Fiqh Nikah Lengkap. Hal. 358


6 Tihami, Sohari Sahrani., Fikh Munakahat : Kajian Fiqh Nikah Lengkap.  Hal.369.

9
PENUTUP

A. Kesimpulan
Poligami Adalah sebuah sistem sosial yang berbeda-beda interpretasi dan
implementasinya antara beberapa masyarakat, disesuaikan dengan Budaya dan
Agama dari masing Masyarakat, dan berkembang sejarahnya dari masa ke masa,
seperti halnya di Agama Kristen yang awalnya Boleh menjadi tidak
diperbolehkan. Dalam islam dibolehkan, tetapi setelah melihat realitas Poligami
ada juga sebagian ulama mengharamkannya. Dalam agama hindu, tidak melarang
juga tidak menyarankan poligami. Kalau dalam agama budha poligami dianggap
sebagai keserakahan (tidak dianjurkan). Sedangkan agama yahudi hampir sama
sejarahnya dengan kristen, awalnya diperbolehkan namun kini dilarang.
Dinamika Pro - kontra Poligami ini akan selalu berjalan seiring dengan
perkembangan sistem sosial masyarakat.. Karena bila dikaji lebih teliti lagi,
dampak dan realitas sejarah Poligami dari dulu hingga sekarang tidak selamanya
menuai kontroversi.

B. Saran
“Jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?”
(Lukas 18:8). Pertanyaan ini memperlihatkan keprihatinan penuh kasih Pengantin
Lelaki terhadap Pengantin PerempuanNya.
Manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Tuhan. Tuhan itu ESA.
Mari kita tunjukkan kasih kepada isteri kita dengan kesetiaan kita kepada isteri,
dan begitu juga isteri harus menunjukkan kesetiaan kepada suaminya.

DAFTAR PUSTAKA

10
Etika Dasar dan Penerapannya dalam Hidup Praktis Manusia oleh Pdt. R.
M. Drie S Brotosudarmo, S.Th., M.Th., M.Si
Tihami, Sohari Sahrani., Fikh Munakahat : Kajian Fiqh Nikah Lengkap. (Jakarta :
Rajawali Pers, 2010).
H.S.A. Alhamdani., Risalah Nikah. (Pekalongan: Raja Murah. 1980).
Al 'Attar, Abdul Nasir Taufiq ., Poligami di Tinjau dari Segi Agama, Sosial dan
Perundang-Undangan. (Jakarta: Bulan Bintang. 1976).
 Makmun,Rodli., dkk., Poligami dalam Tafsir Muhammad Syahrur. (Ponorogo:
STAIN PONOROGO PRESS. 2009).

11

Anda mungkin juga menyukai