Anda di halaman 1dari 4

523

SEKELUMIT TlNJAUAN TENTANG


HUBUNGAN AN TARA AZAS AUDI ET ALTERAM PARTEM
DENGAN AZAS-AZAS LAlNNY A DALAM HUKUM ACARA
PERDATA

_ _ __ _ _ _ _ _ Oleh: Achrnad Ali_-_ _ _ _ _ __

* Hakim, agaknya, bukan cuma apa, tapi juga siapa ... ............... .... .. .. Dan ketika ha-
kim itu tampak tergerak emosinya sewaktu membacakan kesalahan-kesalahan si tertu-
duh, akhirnya kita sadari: fa seorang manusia juga .... ..... .. .... ..... .... ........................ "
(Gunawan Mohammad)

Pengantar hukum tak mungkin terpisahkan de-


Dunia praktek hukum sesungguh- ngan dunia praktek hukum . Dan lebih
nya merupakan kancah di mana teori- khusus lagi, ilmu pengetahuan hukum
teori hukum diterapkan dan juga me- acara perdata pun, pasti dan tak mung-
maksakan setiap teori hukum senantia- kin tidak, senantiasa harus kita kait-
sa diuji, masihkah sesuai dengan nilai- kan dengan praktek hukum acara per-
nilai yang hidup di dalam masyarakat data.
di mana hukum itu berada. Oleh kare- Sebagaimana ilmu lainnya , maka il-
na hukum itu harus sesuai dengan mu hukum acara perdata pun memi~
nilai-nilai hid up dalam masyarakat , liki azas-azas yang menjadi pedoman
maka sangatlah sukar untuk menerima bagi keseluruhan sis tern hukum acara
pandangan dari Hans Kelsen yang ingin perdata. Azas-azas itu adakalanya di-
membersihkan hukum dari anasir-ana- tuangkan ke dalam pasal-pasal perun-
sir non-hukum 'Seperti: Sosiologi, Psi- dang-undangan , tetapi adakalanya juga
kologi, Antropologi, Kriminologi, dan tidak, y aitu hanya dianut dalam dok-
sebagainya. Dengan penggunaan ilmu- trin dan yurisprudensi. Salah satu azas
ilmu pembantu hukum terse but, salah Hukum Acara Perdata, akan kita bica-
satu peranan Ilmu Pengetahuan Hu- rakan dalam artikel ini, yaitu "Azas
kum yaitu untuk mengejar kebutuhan Audi Et A lteram Parte m ".
masyarakat dapat terwujudkan. Ilmu
Pengetahuan Hukum harus dimanfaat-
Pengertian Audi Et Alteram Par-
kan untuk kebutuhan masyarakat, se- tern.
hingga tepatlah apa yang dikatakan Perkataan Audi E t Alteram Par-
oleh Mr. P. Scholten, bahwa siapa yang tem berasal dari bahasa Latin yang ar-
mencari ilmu pengetahuan demi ilmu tinya "Dengarlah juga pihak lain"
pengetahuan itu sendiri akan hancur (Audi = Dengarlah ; Alteram = Yang
(Maar de man die de wetenschap om lain, Partem = Pihak). Azas ini sering
de wetenschap zoekt verschrompelt). disebut juga "Audiatur at alters pars",
Khususnya dalam ilmu-pengetahuan yang sarna pengertiannya dengan
hukum sendiri, tepatlah yang dikata- "Eines Mannes R ede ist keines Mannes
kan Prof. Dr. R .M. Sudikno Merto- Rede " atau " man soli sie horen alle
kusumo, SH bahwa ilmu pengetahuan beide ".
524 Hukum dan Pembangunan

Azas ini berarti · bah wa para pihak Perdata merupakan inisiatip para pihak
yang berperkara dalam suatu proses yang berkepentingan. Jadi apakah
perdata di muka pengadilan, harus di- akan ada proses atau tidak, apakah
perlakukan sarna oleh hakim. Bah wa suatu perkara atau tuntutan hak itu
para pihak haruslah memperoleh ke- akan diajukan atau tidak, sepenuhnya
sempatan yang sam,! untuk menang diserahkan kepada pihak yang berke-
dan kesempatan yang sarna untuk ka- pentingan. Hakim bersifat menunggu
lah. Dengan kat a lain. secara prosesual datangnya tuntutan hak diajukan ke-
maka kedudukan para pihak yang ber- padanya: iudex ne procedat ex officio
perkara sarna di muka hakim. Oleh (lihat pasal 118 HIR, 142 Rbg). Pemeo
karena itu penulis menterjemahkan yang tidak asing lagi mengenai azas Ha-
azas Audi Et Alteram Partem ini de- kim bersifat menunggu ini adalah Wo
ngan "azas kedudukan prosesual yang kein Klager ist, ist kein Richter: nemo
sama dari para piha k yang berperkara judex sine actore.
perdata ". Di mana letak hubungan azas Audr
Et Alteram Partem dengan azas Hakim
Hubungan Antara Azas Audi Et bersifat menunggu ini? Pihak yang ber-
Alteram Partem Dengan Azas- inisiatip sehingga suatu perkara perda-
Azas Hukum Acara Perdata Lain- ta bisa tiba di hadapan Hakim (di mu-
nya. ka Pengadilan Negeri) adalah pihak
penggugat. Dengan masuknya gugatan,
Hukum adalah satu sistem. Konsek-
maka berdasarkan azas Ius Curia Novit,
wensi hukum sebagai satu sistem ada-
azas hakim dianggap tahu akan hukum
lah bahwa bagian-bagian yang terda-
nya setiap perkara, Hakim diwajibkan
pat di dalam sistem itu tidak boleh di-
memeriksa setiap perkara yang diaju-
lihat secara sendiri-sendiri, secara ter-
kan; hakim tidak boleh menolak me-
pisah satu sarna lain, melainkan harus
meriksa perkara terse but. Dalam hal
dilihat secara keseluruhan. Demikian
ini, dihubungkan dengan azas Audi Et
pula azas Audi Et Alteram Partem
Alteram Partem (Dengarlah juga pihak
ini, tidak boleh kita lihat secara terpi-
lain), hakim wajib memanggil pihak
sah dengan azas-azas lain yang terda-
tergugat selain pihak penggugat dengan
pat di dalam Hukum Acara Perdata
prosedure pemanggilan yang ditetap-
khususnya, dan azas-azas hukum pada
kan undang-undang (lihat pasal 390
umumnya. Dengan lain perkataan, ti-
ayat 1 HIR, 718 ayat 1 Rbg, 126
dak boleh ada pertentangan antara
HIR, 150 Rbg). Jika tergugat tidak
masing-masing azas-azas itu.
hadir pacta hari persidangan pertama,
Di dalam Hukum Acara Perdata ada
I.mdang-undang memberi kemungkinan
beberapa azas-azas yang terpenting, di
untuk memanggil sekali lagi tergugat
antaranya adalah;
sebelum perkaranya diputus oleh ha-
I. Hakim bersifat menunggu; kim . Ketentuan ini adalah layak dan
2. Hakim passif; .: bijaksana, sebab di dalam suatu . per-
3. Sifat terbukanya persidangan; kara perdata bukan hanya kepenting-
4. Mendengar kedua belah pihak; an penggugat yang harus diperhatikan,
5. Putusan harus disertai alasan-alasan; melainkan kepentingan tergugat pun
6. Beracara dikenakan biaya; harus diperhatikan. Inilah hubungan
7. Tidak ada keharusan mewakilkan; azas Hakim bersifat menunggu de-
Azas Hakim bersifat menunggu ber- ngan azas Audi Et Alteram Partem.
arti bahwa pelaksanaan Hukum Acara Azas yang kedua adalah azas Ha-
Azas Audi Et Alteram Partem 525

kim passif, artinya bahwa hakim di hubungan at\tara azas Hakim passif
dalam memeriksa perkara perdata ber- dengan azas•
Audi E t A lteram Partem •
sikap passif dalam arti kat a bahwa ru- Azas ketiga adalah azas sifat terbu-
ang Iingkup atau luas pokok sengketa kanya persidangan berarti bahwa seti-
yang diajukan kepada hakim untuk ap orang dibolehkan hadir dan men-
diperiksa pada azasnya ditentukan dengarkan pemeriksaan di persidang-
oleh para pihak yang berperkara dan an (kecuali pemeriksaan perkara-per-
bukan oleh hakim. Sebagai konsek- kara tertentu, seperti delik-kesusilaan ,
wensi azas hakim passif ini berarti perceraian, dan lain-lain ). Tujuan dari
para pihak yang berperkaralah yang azas ini-tidak lain untuk memberi per-
wajib untuk membuktikan dan bukan lindungan hak-hak azasi manusia
hakim. Azas ini disebut Verhandlungs- dalam bidang peradilan serta untuk
maxime. Jadi pengertian passif di sini lebih menjamin obyektivitas peradilan
tidak berarti bahwa hakim sarna seka- dengan mempertanggungjawabkan pe-
Ii tidak aktif, sebab selaku pimpinan meriksaan yang fair, tidak memihak
sidang hakim harus aktif, memimpin serta putusan yang adil kepada masya-
pemeriksaan perkara serta harus ber- rakat.
usaha sekeras-kerasnya mengatasi sega- Dari tujuan azas ini terlihat hubung-
la hambatan dan rintangan untuk da- annya dengan azas Audi Et Alteram
pat tercapainya peradilan. Parterm, yaitu agar terjamin obyek-
Hubungan antara azas hakim passif tivitas peradilan dan hakim tidak me-
dengan azas Audi Et Alteram Partem mihak pada salah satu pihak yang ber-
adalah pada "the burden of proo f" perkara.
atau "beban-pembuktian n . Berdasar- Azas keempat, azas putusan harus
kan azas hakim passif, maka para pi- disertai alasan-alasan berarti semua pu-
haklah yang wajib untuk membukti- tusan pengadilan harus memuat alasan-
kan peristiwa yang dipersengketakan , alasan putusan y ang dija~an dasar
tetapi yang membebank"an pembuktian untuk mengadili. Alasan atau argumen-
itu adalah hakim. Beban-pembuktian tasi di dalam putusannya dimaksud-
ini terdiri atas: (a). The burden of pro - kan sebagai pertanggungjawaban ha-
ducing Evidence (Be ban untuk menga- kim terhadap masyarakat, sehingga ka- .
jukan alat bukti), (b) The Burden of rena itu mempuny ai nilai obyektif.
Persuasion (Beban untuk meyakinkan , Inilah hubungan azas ini dengan azas

untuk dinilai). Kepada siapakah pem- Audi Et Alteram Partem, yang kedua-
buktian itu oleh hakim dibebankan , duanya bermaksud menjamin obyekti-
atau siapakah di antara kedua belah vitas peradilan.
pihak yang diharuskan membuktikan? Azas keIima adalah azas beracara di-
Dalam memilih siapa yang harus mem- kenakan biaya. Azas ini pun menun-
buktikan inilah hakim harus memper- jukkan hubungan dengan azas Audi
hatikan azas Audi Et Alteram Partem. Et Alteram Partem. Penggugat dikena-
Keliru memilih siapa yang harus mem- kan biaya meliputi biaya kepaniteraan
buktikan, adalah merupakan pelang- dan biaya untuk panggilan, pemberi-
garan azas Audi Et Alteram Partem, tahuan para pihak serta biaya mete-
karena barangsiapa yang dibebani un- rai, yang dikenakan pada penggugat
tuk membuktikan dan ternyata' tidak justeru untuk melaksanakan azas Audi
mampu untuk membuktikan, ia kalah Et Alteram Partem yaitu menghadir-
dalam perkara itu. Inilah yang disebut kan kedua belah pihak sehingga ke-
"risiko pembuktian". Justeru inilah duanya bisa didengarkan.
N opem ber 1983
526 Hukum dan Pembangunan

Yang terakhir adalah/azas tidak ada Partem dapat tetap dilaksanakan.


keharusan untuk mewakilkan. •
Azas ini Andaikata para pihak diwakili oleh
berarti bahwa H ukum Acara Perdata kuasa yang pengacara (ahli-hukum),
kita di Indonesia tidak mewajibkan pa- itu pun tidak bertentangan dengan
ra pihak untuk mewakilkan kepada azas Audi Et Alteram Partem, karena
orang lain , sebingga pemeriksaan diper- segala kelemahan-kelemahan para pi-
sidangan teIjadi secara langsung terha-

hak dapat ditutupi oleh kuasanya yang
dap pihak yang langsung berkepenting- bisa Ie bih obyektif karena bukan ia
an . Akan tetapi para pihak dapat di- sendiri yang terlibat langsung dalam
bantu atau diwakili oleh kuasanya ka- persoalan itu.
lau dikehendakinya. Dengan demikian . Barulah azas Audi Et Alteram Par-
hakim tetap wajib memeriksa sengke- tern dilanggar, jika yang digunakan
ta yang diajukan kepadanya, meski azas keharusan untuk mewakilkan, pa-
pun para pihak tidak mewakilkan ke- dahal belum cukup tersedia pengacara-
pada seorang kuasa. kwalivait yang berbobot dan gratis ba-
Di mana letak hubungan an tara azas gi pihak yang tidak mampu.
tidak ada keharusan mewakilkan de-
ngan azas Audi Et Alteram Partem? Penutup •
Hubungan terse but akan terlihat Di dalam praktek peradilan, ter-
dari manfaat tidak ada keharusan me- utama di Pengadilan Negeri-Pengadilan
wakilkan , yaitu: Negeri, azas Audi Et Alteram Partem
a. Dengan memeriksa para pihak yang ini belum terlaksana secara sepenuh-
berkepentingan secara langsung, ha- nya. Menurut asumsi penulis, penyim-
kim akan dapat mengetahui lebih pangan terhadap pelaksanaan azas
jelas persoalannya, karena para Audi Et Alteram Partem itu terutama
pihak yang berkepentinganlah yang dise babkan oleh 2 faktor;
mengetfihui seluk-beluk peristiwa- 1. Faktor kultur-hukum bangsa Indo-
nya. Jadi di sini, azas "Dengarlah nesia yang masih cenderung meng-
juga pihak lain" lebih terpenuhi, gunakan pola-poJa penyelesaian
karena pihak lain yang langsung konvensional;
berkepentinganlah yang didengar- 2. Faktor sistem-peradilan kita sendiri.
kan oleh hakim; termasuk di dalamnya peranan &
b. bagi pihak tergugat yang tidak tugas hakim; peranan & tugas pe-
mampu membayar honorarium pe- ngacara; pelaksanaan beban-pem-
ngacara untuk mewakilinya di mu- buktian di dalam praktek yang se-
ka persidangan, dengan tidak ada- ring mem bingungkan dan tidak adil;
nya keharusan mewakilkan, berarti Demi tercapainya tujuan hukum
dapat langsung menghadiri persi- yaitu Keadilan, Kemanfaatan dan Ke-
dangan perkaranya, tidak terhalang pastian-Hukum, maka hendaknya para
untuk "didengarkan" di muka per- Hakim kita di Indonesia benar-benar
sidangan hanya karen a tidak mam- melaksanakan azas Audi Et Alteram
pu mewakilkan pada kuasa. Dengan Partem secara konsekwen.
demikian azas Audi Et Alteram

Anda mungkin juga menyukai