1
P. Samosir, Penyelesaian Sengketa melalui Arbitrase Internasional,
http://www.academia.edu/8271182/PENYELESAIAN_SENGKETA_INTERNASIONAL_MELALUI_ARB
ITRASE_INTERNASIONAL_Studi_Kasus_Pertamina_vs_Karaha_Bodas_Company_KBC_dan_Kasus_
PT_Newmont_Nusa_Tenggara_
Dan proyek PLTP ini didukung dengan peraturan pemerintah No 24 Tahun
1994 yang membolehkan investor asing melakukan investasi ditanah air dengan
komposisi saham 90%. Dengan adanya kehadiran investasi ke Indonesia otomatis
harus tunduk pada semua sistem hukum politik Negara tuan rumah, artinya
perusahaan harus mematuhi aturan investasi di Indonesia. Tetapi hal ini tidak
berlaku bagi perusahaan trannasional seperti karaha bodas company yang
mempunyai saham yang lebih besar atau utuh 100%, sehingga pengambilan
kebijakan dipengaruhi oleh pemegang saham terbesar, ini menimbulkan
kepentingan Negara tuan rumah menjadi nomor dua.
Sayangnya sampai saat ini aturan hukum internasional yang berlaku umum
untuk mengatur aktivitas perusahaan transnasional belum dibuat, hal ini sudah
pasti akan berpotensi muncul konflik antara kedua subjek hukum ini, yaitu antara
pertamina dan karaha bodas company.
2
Hikmahanto Juwana, Sengketa Pertamina vs Karaha Bodas,
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol6332/font-size1-colorff0000bsengketa-
pertamina-vs-karaha-bodasbfontbrketua-bani-putusan-pn-jakarta-pusat-sudah-benar
3
Lubis Santosa, Karaha Bodas, Sampai Kapan,
http://lsmlaw.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=199&Itemid=18&lang=en,
diakses pada 21 September 2017
Keluarnya putusan pengadilan negeri Jakarta pusat itu memang membuat
perakara ini tambah seru, sebab menurut pengadilan distrik texas, pertamina
dianggap melecehkan pengadilan (contemp of court). Dengan kata lain, pertamina
dinilai menentang otoritas pengadilan Amerika Serikat. Pasalnya, sebelum
pengadilan negeri Jakarta pusat mengabulkan gugatan privisi pertamina.
Pengadilan distrik Texas telah mengeluarkan suatu perintah penghentian
sementara pertamina berpartisispasi dalam pengadilan Jakarta.
Pertimbangan majelis hakim bahwa keputusan arbitrase internasional
dianggap telah melampaui kewenangan arbitrase sendiri. Majelis hakim juga
menyatakan pengadilan negeri Jakarta mempunyai wewenang megadili kasus
gugatan pertamina untuk membatalkan hasil arbitrase internasional. Karena pada
butir ketiga keputusan tersebut, majelis hakim berpendapat bahwa keputusan
arbitrase sangat memungkinkan dengan menggunakan yurisdiksi Indonesia
sehingga kasus KBC harus menggunakan hukum berlaku diindonesia
(berdasarkan konvensi 1958 yaitu new York convention.
Sehari setelah keputusan pengadilan negeri Jakarta pusat, dalam jumpa
pers pihak KBC akan mengajukan kasasi ke mahkamah agung berkaitan dengan
kekalahan mereka dari pertamina di pengadilan Jakarta pusat, karena menganggap
kepusan tersebut tidak sah dan tidak memiliki kekuatan hukum dan pihak KBC
juga menilai keputusan tersebut meremehkan dasar hukum perdagangan
internasional. Menurut bishop selaku pemegang saham mayoritas karaha, putusan
tersebut merupakan sesuatu yang berbahaya dalam perjanjian tentang konflik
komersial sehingga seolah tak ada lagi perlindungan bagi penanam modal
diindonesia.
F. KESIMPULAN: