DAFTAR ISI
i
1. Pengertian Due Diligence
Istilah pemeriksaan dari segi hukum atau sering disebut dengan due diligence bukanlah hal
yang baru dalam perkembangan hukum bisnis. Sejak percepatan perekonomian melalui IPO
(Initial Public Offering) sehingga setiap emiten dipersyaratkan oleh lembaga berwenang
harus menunjuk advokat untuk melakukan pemeriksaan dari segi hukum atas
perusahaannya. Ketika seorang investor memutuskan menanam modal dalam perusahaan
biasanya ada proses riset yang tuntas yang disebut pemeriksaan hukum sehingga investor
bertanggung jawab sebelum membeli, atau ketika sebuah perusahaan asing akan
melakukan akuisisi terhadap perusahaan dalam negeri, maka pemeriksaan dari segi hukum
adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Due Diligence merupakan istilah yang digunakan untuk konsep yang melibatkan baik itu
kinerja investigasi sebuah bisnis, maupun kinerja suatu aktivitas yang memiliki Standard Of
Care tertentu atau dalam istilah bahasa Inggris diistilahkan dengan Due Diligence is
Theprocess of investigation, performed by investors, into the details of a
potential investment, such as an examination of operations and management and
the verification of material facts.Laporan Due Diligence ini bisa saja menjadi sebuah Legal
Obligation. Due Diligence juga bisa mengacu pada aktivitas yang berkelanjutan pada
manajemen investasi dana untuk mengukur tingkat operasi, solvency, maupun kepercayaan
terhadap manajer perusahaan dimana dana tersebut diinvestasikan, atau kinerja manajer
untuk mencapai target perusahaan. Hasil-hasil dari investigasi ini disiapkan dalam bentuk
Laporan Due Diligence, yang memuat informasi mengenai pelaksanaan Due Diligence yang
telah terjadwal sedemikian rupa, serta ruang lingkup analisis mengenai target dan resiko
yang terkandung di dalamnya.
Contohnya, target dalam laporan diligence adalah keinginan untuk akuisisi. Maka,
analisisnya akan menjabarkan mengenai kondisi keuangan (Finance Audit) dari perusahaan
dan prospeknya (termasuk asetnya), kontrak dengan klien maupun Supplier, Legal Risk,
pajak, karyawannya, sistem teknologi informasi, maupun segala sesuatu yang berhubungan
dengan perusahaan tersebut.
Pengetahuan tentang Legal Due Deligence merupakan bagian dari Standar Profesi
Konsultan Hukum Pasar Modal (SPKHPM) yang dibuat oleh Himpunan Konsultan Hukum
Pasar Modal (HKHPM) yang bisa dilaksanakan secara perorangan. Adapun hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam SPKHPM, adalah membuat Laporan Uji Tuntas dan Pendapat
Hukum dalam rangka penerbitan efek-efek dipasar modal (IPO, Bond Issuance, Rights
Issue) dan transaksi-transaksi dipasar modal (Merger, Acquisition, Conflict of Interest
Transactions).
Sekedar informasi SPKHPM disahkan pada tanggal 18 Februari 2005, yang mulai
diberlakukan pada tanggal 18 Agustus 2005, menggantikan Standar lama yang telah terlebih
dahulu berlaku sejak tanggal 20 Maret 1995. Adapun bentuk hasil akhir dari pelaksanaan
due diligence adalah Laporan Uji Tuntas (due diligence) & Pendapat Hukum (legal opini).
Apabila demikian, maka pertanyaannya adalah apa sebenarnya yang dimaksud dengan
pemeriksaan dari segi hukum atau due diligence tersebut?
a. Due diligence berasal dari kata Due artinya sesuatu yang terhutang atau merupakan
kewajiban moral dan diligence artinya ketekunan, kegiatan atau perhatian.
1
b. Blacks Law Dictionary: the diligence reasonably expected from, and ordinarily
exercised by a person who seeks to satisfy a legal requirement or to discharge on
obligation
c. Menurut beberapa kamus website di internet: the care that reasonable person exercises
under the circumstance to avoid harm to other persons or their property.
d. The prosess of investigation performed by investors, into the details of a potential
investment such as an examination of operations and management and the verification
of material facts.
Dari pengertian diatas dapat didefinisikan bahwa pemeriksaan dari segi hukum ataudue
diligence adalah sebuah mekanisme dari suatu verifikasi yang komplek terhadap
keberadaan suatu subyek hukum berikut aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dari sudut
pandang hukum yang dilakukan secara obyektif dan sistematis berdasarkan sistem hukum
nasional yang berlaku.
Ketentuan tentang apa yang dimaksud dengan Uji Tuntas (Due Diligence) merupakan suatu
analisa yang akan dibahas/ dikaji, yang terbagi dalam 2 (dua) hal, sebagai berikut :
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 129 Tahun 2001 Tentang Pengkajian
Pengelolaan Komplek Keuangan. Pertama, Laporan Pemeriksaan Keuangan yang telah
resmi milik perusahaan (Legal Financial Audit), yaitu : Pemeriksaan dalam aspek keuangan
perusahaan, baik kaitannya dengan aspek perpajakan maupun ketenagakerjaan; Kedua,
Laporan Pemeriksaan Hukum (Legal Audit), yaitu : Pemeriksaan dalam aspek hukum, baik
kaitannya dengan undang-undang perpajakan maupun undang-undang
ketenagakerjaan,misalnya: Pencabutan Izin Usaha : Bapepam-LK Mencabut Izin Usaha
Perusahaan Efek sebagai Perantara Pedagang Efek atas nama PT Capital One (NPWP:
02.296.392.0-041.000) melalui Surat Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor Kep-27/BL/2010
tanggal 19 Februari 2010. Dengan dicabutnya Izin tersebut, PT Capital
One dilarang melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang Efek,
serta diwajibkan untuk menyelesaikan segala kewajibannya dengan pihak lain yang
berkepentingan. Pencabutan Izin Orang Perseorangan: Pencabutan Izin Orang
Perseorangan sebagai Wakil Perantara Pedagang Efek, atas Nama Hendro Wiyanto
(Direktur Utama PT Antaboga Deltasekuritas Indonesia) melalui Keputusan Ketua Bapepam-
LK Nomor: Kep- 02/BL/WPPE/S.5/2010 tanggal 21 Januari 2010, dikarenakan melanggar
Peraturan dan Perundang-undangan Pasar Modal yang berlaku.
2
Diligence merupakan pemeriksaan lengkap secara menyeluruh yang dilakukan atas
seluruh aspek hukum perusahaan, antara lain:
Anggaran dasar perusahaan dan seluruh perubahannya.
Struktur permodalan dan saham.
Susunan pemegang saham, direksi dan komisaris.
Perizinan dan persetujuan.
Harta kekayaan.
Asuransi.
Tenaga kerja.
Perjanjian dengan pihak ketiga.
Perkara dan sengketa yang melibatkan perusahaan, direksi, dan komisaris serta
pemegang saham.
b. Limited due diligence
Due Diligence jenis ini merupakan pemeriksaan hukum secara per-orangan yang
berkaitan dengan pemberian pinjaman, pemberian lisensi, pengambilalihan asset atau
transaksi tertentu yang berkaitan dengan gaji, pekerjaan, usaha, asset, kepribadian dll.
3
b. Bahwa tanda tangan yang terdapat dalam suatu dokumen, baik otentik maupun salinan
adalah tanda-tanda otentik dari orang yang disebutkan dalam dokumen tersebut.
c. Bahwa sampai dengan dikeluarkannya laporan pemeriksaan hukum, dokumen-
dokumen, keterangan-keterangan serta pernyataan-pernyataan yang disampaikan
kepada advokat adalah benar, lengkap serta tidak mengalami perubahan.
d. Pemeriksaan yang dilakukan melalui tanya jawab.
Pemeriksaan melalui tanya jawab dapat dilakukan dengan cara wawancara dengan
pihak manajemen dan pihak yang ditunjuk oleh manajemen, serta pihak terkait
lainnya yang berhubungan dengan obyek transaksi.
Pemeriksaan Fisik atau lokasi (Site Visit).Biasanya dilakukan atas tanah dan
bangunan. Sebagai catatan dalam melakukan pemeriksaan dilapangan, usahakalah
untuk mendapatkan informasi dari data atau sumber langsung dilapangan. Seperti
dari desa, kecamatan atau kantor pertanahan.
Pemeriksaan berdasarkan informasi (pernyataan tertulis). Hal ini biasanya dilakukan
dengan cara meminta keterangan dari pengadilan (pemeriksaan hukum) tentang
adanya sengketa atau tidak.
Konfirmasi (Cross Checking) dengan lembaga atau profesi penunjang pasar modal
lainnya.Apabila diperlukan sehubungan dengan transaksi yang dilakukan, Konsultan
Hukum dapat melakukan komunikasi dengan lembaga atau profesi penunjang pasar
modal lainnya guna melakukan konfirmasi (cross checking) atas hasil Uji Tuntas
yang dilakukannya dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh lembaga atau
profesi penunjang pasar modal lainnya.
4
h. Perjanjian dengan pihak ketiga
perjanjian pinjaman
perjanjian lisensi
perjanjian lain.
i. Perkara dan sengketa.
Akan tetapi ada juga sumber yang membagi-bagi terlebih dahulu dalam:
a. Pada Penawaran Umum
Obyek Uji Tuntas dalam rangka Penawaran Umum yang dilakukan oleh pemegang
sahamPerusahaan adalah sebagaimana ditentukan dalam peraturan Bapepam IX.A.12.
Obyek Uji Tuntas dalam rangka Penawaran Umum yang dilakukan oleh
Perusahaan, meliputi:
1) Anggaran Dasar Perusahaan
Pemeriksaan terhadap anggaran dasar, antara lain :
Akta Pendirian Perusahaan.
Seluruh perubahan anggaran dasar.
2) Notulen Rapat
Pemeriksaan terhadap notulen rapat, antara lain:
Notulen Rapat Direksi.
Notulen Rapat Komisaris.
Notulen Rapat Umum Pemegang Saham.
Notulen rapat tersebut adalah notulen rapat yang diselenggarakan dalam 5 (lima)
tahun terakhir, dengan memperhatikan jangka waktu penyimpanan dokumen oleh
Perusahaan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Khusus untuk notulen rapat yang berhubungan dengan perubahan ketentuan
anggaran dasar dan pengalihan saham diperlukan pemeriksaan sejak pendirian
Perusahaan.
5
persyaratan yang ditetapkan dalam anggaran dasar dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Sejarah permodalan Perusahaan sejak didirikan hingga dibuatnya Laporan Uji
Tuntas, serta apakah perubahan tersebut telah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam anggaran dasar Perusahaan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pemeriksaan atas saham dan permodalan dapat dilakukan dengan
melihat Buku Daftar Saham dan Buku Daftar Khusus dari Perusahaan.
6) Aset
Pemeriksaan atas aset meliputi aset bergerak dan tidak bergerak.
Hal-hal yang perlu diperiksa mengenai aset:
Status kepemilikan atau penguasaan atas aset.
Sengketa atas aset yang dimiliki atau dikuasai Perusahaan, apabila ada.
Pembebanan atas aset yang dimiliki atau dikuasai Perusahaan. Konsultan
Hukum wajib melakukan konfirmasi (cross checking) dengan lembaga atau
profesi penunjang yang melakukan penilaian atas aset.
6
7) Asuransi
Hal-hal yang perlu diperiksa mengenai asuransi:
Penanggung.
Jenis asuransi.
Resiko yang ditanggung.
Obyek yang diasuransikan.
Jumlah pertanggungan.
Jangka waktu asuransi.
Klausula bank, bila ada.
Konsultan Hukum wajib memperoleh pernyataan dari direksi mengenai apakah
seluruh aset material Perusahaan telah diasuransikan dan apakah jumlah
pertanggungan adalah memadai untuk mengganti obyek yang diasuransikan
atau menutup resiko yang dipertanggungkan.
8) Ketenagakerjaan
Hal-hal yang perlu diperiksa mengenai ketenagakerjaan:
Bukti pendaftaran tenaga kerja perusahaan.
Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) atau Peraturan Perusahaan.
Penggunaan tenaga kerja asing.
Jaminan sosial karyawan dan keikutsertaan dalam program Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (JAMSOSTEK).
Program dana pensiun untuk karyawan.
Pemenuhan ketentuan Upah Minimum Regional (UMR).
Izin-izin khusus di bidang ketenagakerjaan (misalnya untuk mempekerjakan
karyawan di malam hari).
7
Konsultan Hukum wajib memperoleh Surat Pernyataan Dari Direksi apakah
Perusahaan terlibat perkara di muka peradilan umum, arbitrase, pajak atau
sengketa lainnya atau klaim yang mungkin timbul, yang secara material dapat
mempengaruhi keadaan keuangan Perusahaan.
b. Pada Penawaran Umum Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)
Pada pelaksanaan Uji Tuntas untuk kepentingan Penawaran Umum dengan HMETD,
obyek Uji Tuntas yang harus diperiksa oleh Konsultan Hukum adalah sama dengan
obyek Uji Tuntas untuk kepentingan Penawaran Umum, namun hanya menyangkut
informasi atau fakta material yang berlaku pada saat dilakukannya Uji Tuntas
sehubungan Penawaran Umum dengan HMETD tersebut, dengan memperhatikan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
8
d. Pada Pengambilalihan Saham
Obyek Uji Tuntas Pada Pengambilalihan Saham
Uji Tuntas sehubungan dengan Pengambilalihan Saham dilakukan dengan menganalisa
aspek-aspek berikut:
1) Hambatan dan / atau batasan yang ada atau yang mungkin timbul terhadap rencana
Pengambilalihan Saham dilihat dari peraturan perundang-undangan yang berlaku,
anggaran dasar, perijinan, perjanjian, dan perkara yang dihadapi.
2) Akibat hukum dari Pengambilalihan Saham terhadap pihak-pihak yang bertransaksi.
3) Struktur permodalan dan pemegang saham sebelum dan sesudah Pengambilalihan
Saham dari perusahaan yang diambil-alih.
4) Aktiva dan passiva dari perusahaan yang diambil-alih.
5) Perubahan anggaran dasar dari perusahaan yang diambil-alih (bila ada).
6) Tindakan korporasi dan persetujuan-persetujuan yang diperlukan untuk
melaksanakan transaksi tersebut.
Penjelasan : Obyek Uji Tuntas yang harus diperiksa oleh Konsultan Hukum pada
Pengambilalihan Saham adalah (a) dokumen-dokumen, sesuai dengan aspek-aspek yang
perlu dianalisa dan (b) peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur
Pengambilalihan Saham, (c) dengan memperhatikan kepentingan pemodal.
9
2) Sifat benturan kepentingan.
Penjelasan : Obyek Uji Tuntas yang harus diperiksa oleh Konsultan Hukum pada
Transaksi Benturan Kepentingan, antara lain ; (a) dokumen-dokumen, sesuai dengan
aspek-aspek yang perlu dianalisa dan (b) peraturan perundang-undangan yang berlaku
yang mengatur Transaksi Benturan Kepentingan, (c) dengan memperhatikan
kepentingan pemodal.
6. Beberapa Hal yang menjadi Prinsip dalam melakukan Due Deligence antara
lain :
6.1. Prinsip Keterbukaan.
Uji Tuntas yang dilakukan untuk memenuhi prinsip keterbukaan di pasar modal, agar
kepentingan umum/ publik tetap terlindungi. Namun, tetap harus mengungkapkan, apabila
ada pelanggaran, kelalaian, ketentuan-ketentuan yang tidak lazim dalam dokumen korporasi,
informasi, atau fakta lain yang secara material dapat menimbulkan risiko yang kurang baik
bagi Perusahaan.
10
Tuntas, agar dalam pelaksanaan prinsip keterbukaan di pasar modal menjadi dapat
tercapai,misalnya :
Suatu perusahaan yang bergerak di bidang penyiaran radio, perusahaan tersebut memiliki
sebidang tanah dan atas tanah terdapat suatu sengketa. Tanah tersebut bila dilihat dari
pembukuan keuangan, nilainya tidak terlalu besar dan tampak tidak material bila
dibandingkan dengan nilai dari aset-aset lain yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Namun,
bila dilihat dari operasional perusahaan, tanah tersebut merupakan aset yang material bagi
perusahaan, karena di atas bidang tanah tersebut terletak sebuah pemancar radio yang
merupakan aset utama bagi perusahaan untuk menjalankan kegiatan usahanya. Dengan
demikian, bila Perusahaan kalah dalam penyelesaian sengketa atas tanah yang dihadapi,
maka kekalahan tersebut akan mempengaruhi secara material kegiatan usaha dan pada
akhirnya keadaan keuangan Perusahaan.
11
c. Review pemeriksaan secara analitis, seperti: a) Analisa review penjualan, HPP,
komisi, dan beban operasi untuk melihat hubungan antara cash flow dan operasional.
b) Analisa saldo piutang dan hutang selama tahun berjalan.
d. Pemeriksaan secara substantif: a) Konfirmasi dan rekonsiliasi hutang usaha, b)
piutang/hutang afiliasi, dan biaya yang masih harus dibayar. b) Pemeriksaan saldo
hutang dan pembayarannya (pihak ketiga dan afiliasi) ke dokumen faktur pembelian,
bukti penerimaan barang, faktur pajak, rekening koran, bukti transfer, buku kas kasir,
korespondensi dan lain-lain.
8.3. Tahap 3 : Menyusun Draft Laporan Keuangan
Pada akhir penugasan akan dikeluarkan laporan atas hasil pemeriksaan uji tuntas. Untuk
memudahkan perlu dibuat out line nya, dan didiskusikan antara pemberi kerja dan konsultan
yang bersangkutan, sehingga tak ada kekurangan di masa akhir pemeriksaan.
12
a. Kondisi makro ekonomi Indonesia seperti tingkat bunga, deposito, pinjaman Bank,
pertumbuhan GDB dll.
b. Kewajaran dari asumsi-asumsi pertumbuhan yang digunakan (asumsi pendapatan,
biaya dsb nya).
c. Rencana bisnis atau investasi perusahaan.
13
9. Permasalahan yang sering dihadapi jika selama ini pendanaan berasal dari
pihak ketiga
a. Pada saat pengajuan pendanaan pada pihak ketiga, asumsi dan cash flow dibuat
sangat optimis, sehingga apabila diadakan evaluasi, maka rencana investasi
perusahaan sangat layak, bahkan setelah diadakan berbagai analisis sensitivitas.
b. Sedangkan pada saat pengajuan proposal perbaikan struktur hutang, alternatif
jangka waktu perbaikan dibuat sangat panjang, dan rencana bisnis dibuat sangat
pesimis. Akibatnya ada jangka waktu mencapai 20 tahun, hal yang setelah dinilai
kembali berdasarkan Net Present Value, nilai NPV dari projected cash flow lebih kecil
dari nilai likuidasi agunan, dan lebih lebih rendah dari nilai setelah pembalikan PPAP.
Berarti perusahaan tidak termasuk kategori yang layak untuk dilakukan
restrukturisasi. Untuk mengatasi hal ini, perlu ada pertemuan-pertemuan, guna
menyusun asumsi yang dipahami semua pihak, serta hasil kerja selama ini tidak sia-
sia.
14