Anda di halaman 1dari 16

Pengertian Due Diligence | Syarif Mawahib

DAFTAR ISI

1. Pengertian Due Diligence ...................................................................................................... 1


2. Tujuan Due Diligence ............................................................................................................. 2
3. Jenis Due Diligence ................................................................................................................ 2
4. Langkah Awal Due Diligence ................................................................................................. 3
5. Metode Due Diligence ............................................................................................................ 3
5.1. Subyek Due Diligence .................................................................................................. 4
5.2. Obyek Due Diligence.................................................................................................... 4
6. Beberapa Hal yang menjadi Prinsip dalam melakukan Due Deligence antara
lain : ....................................................................................................................................... 10
6.1. Prinsip Keterbukaan. ......................................................................................... 10
6.2. Prinsip Materialitas. ........................................................................................... 10
7. Temuan Pelanggaran Dalam Melaksanakan Uji Tuntas................................................... 11
8. Tahap-Tahap Penyusunan Due Diligence ......................................................................... 11
8.1. Tahap 1: Menyusun Rencana Penelitian ........................................................... 11
8.2. Tahap 2 : Pelaksanaan Pekerjaan ..................................................................... 11
8.3. Tahap 3 : Menyusun Draft Laporan Keuangan .................................................. 12
8.4. Tahap 4: Mengevaluasi Bisnis Klien .................................................................. 12
8.5. Tahap 5: Evaluasi Kondisi Keuangan Group...................................................... 12
8.6. Tahap 6: Penyusunan Proyeksi Keuangan. ....................................................... 12
8.7. Tahap 7: Pengembangan Alternatif Restrukturisasi Hutang ............................... 13
8.8. Tahap 8: Analisis Dan Alternatif Perbaikan. ....................................................... 13
8.9. Tahap 9: Penentuan Alternatif Perbaikan Yang Optimal. ................................... 13
8.10. Tahap 10: Penyusunan Laporan Due Diligence (Uji Tuntas).............................. 13
9. Permasalahan yang sering dihadapi jika selama ini pendanaan berasal dari
pihak ketiga ........................................................................................................................... 14

i
1. Pengertian Due Diligence
Istilah pemeriksaan dari segi hukum atau sering disebut dengan due diligence bukanlah hal
yang baru dalam perkembangan hukum bisnis. Sejak percepatan perekonomian melalui IPO
(Initial Public Offering) sehingga setiap emiten dipersyaratkan oleh lembaga berwenang
harus menunjuk advokat untuk melakukan pemeriksaan dari segi hukum atas
perusahaannya. Ketika seorang investor memutuskan menanam modal dalam perusahaan
biasanya ada proses riset yang tuntas yang disebut pemeriksaan hukum sehingga investor
bertanggung jawab sebelum membeli, atau ketika sebuah perusahaan asing akan
melakukan akuisisi terhadap perusahaan dalam negeri, maka pemeriksaan dari segi hukum
adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Due Diligence merupakan istilah yang digunakan untuk konsep yang melibatkan baik itu
kinerja investigasi sebuah bisnis, maupun kinerja suatu aktivitas yang memiliki Standard Of
Care tertentu atau dalam istilah bahasa Inggris diistilahkan dengan Due Diligence is
Theprocess of investigation, performed by investors, into the details of a
potential investment, such as an examination of operations and management and
the verification of material facts.Laporan Due Diligence ini bisa saja menjadi sebuah Legal
Obligation. Due Diligence juga bisa mengacu pada aktivitas yang berkelanjutan pada
manajemen investasi dana untuk mengukur tingkat operasi, solvency, maupun kepercayaan
terhadap manajer perusahaan dimana dana tersebut diinvestasikan, atau kinerja manajer
untuk mencapai target perusahaan. Hasil-hasil dari investigasi ini disiapkan dalam bentuk
Laporan Due Diligence, yang memuat informasi mengenai pelaksanaan Due Diligence yang
telah terjadwal sedemikian rupa, serta ruang lingkup analisis mengenai target dan resiko
yang terkandung di dalamnya.
Contohnya, target dalam laporan diligence adalah keinginan untuk akuisisi. Maka,
analisisnya akan menjabarkan mengenai kondisi keuangan (Finance Audit) dari perusahaan
dan prospeknya (termasuk asetnya), kontrak dengan klien maupun Supplier, Legal Risk,
pajak, karyawannya, sistem teknologi informasi, maupun segala sesuatu yang berhubungan
dengan perusahaan tersebut.
Pengetahuan tentang Legal Due Deligence merupakan bagian dari Standar Profesi
Konsultan Hukum Pasar Modal (SPKHPM) yang dibuat oleh Himpunan Konsultan Hukum
Pasar Modal (HKHPM) yang bisa dilaksanakan secara perorangan. Adapun hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam SPKHPM, adalah membuat Laporan Uji Tuntas dan Pendapat
Hukum dalam rangka penerbitan efek-efek dipasar modal (IPO, Bond Issuance, Rights
Issue) dan transaksi-transaksi dipasar modal (Merger, Acquisition, Conflict of Interest
Transactions).
Sekedar informasi SPKHPM disahkan pada tanggal 18 Februari 2005, yang mulai
diberlakukan pada tanggal 18 Agustus 2005, menggantikan Standar lama yang telah terlebih
dahulu berlaku sejak tanggal 20 Maret 1995. Adapun bentuk hasil akhir dari pelaksanaan
due diligence adalah Laporan Uji Tuntas (due diligence) & Pendapat Hukum (legal opini).

Apabila demikian, maka pertanyaannya adalah apa sebenarnya yang dimaksud dengan
pemeriksaan dari segi hukum atau due diligence tersebut?
a. Due diligence berasal dari kata Due artinya sesuatu yang terhutang atau merupakan
kewajiban moral dan diligence artinya ketekunan, kegiatan atau perhatian.

1
b. Blacks Law Dictionary: the diligence reasonably expected from, and ordinarily
exercised by a person who seeks to satisfy a legal requirement or to discharge on
obligation
c. Menurut beberapa kamus website di internet: the care that reasonable person exercises
under the circumstance to avoid harm to other persons or their property.
d. The prosess of investigation performed by investors, into the details of a potential
investment such as an examination of operations and management and the verification
of material facts.
Dari pengertian diatas dapat didefinisikan bahwa pemeriksaan dari segi hukum ataudue
diligence adalah sebuah mekanisme dari suatu verifikasi yang komplek terhadap
keberadaan suatu subyek hukum berikut aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dari sudut
pandang hukum yang dilakukan secara obyektif dan sistematis berdasarkan sistem hukum
nasional yang berlaku.
Ketentuan tentang apa yang dimaksud dengan Uji Tuntas (Due Diligence) merupakan suatu
analisa yang akan dibahas/ dikaji, yang terbagi dalam 2 (dua) hal, sebagai berikut :
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 129 Tahun 2001 Tentang Pengkajian
Pengelolaan Komplek Keuangan. Pertama, Laporan Pemeriksaan Keuangan yang telah
resmi milik perusahaan (Legal Financial Audit), yaitu : Pemeriksaan dalam aspek keuangan
perusahaan, baik kaitannya dengan aspek perpajakan maupun ketenagakerjaan; Kedua,
Laporan Pemeriksaan Hukum (Legal Audit), yaitu : Pemeriksaan dalam aspek hukum, baik
kaitannya dengan undang-undang perpajakan maupun undang-undang
ketenagakerjaan,misalnya: Pencabutan Izin Usaha : Bapepam-LK Mencabut Izin Usaha
Perusahaan Efek sebagai Perantara Pedagang Efek atas nama PT Capital One (NPWP:
02.296.392.0-041.000) melalui Surat Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor Kep-27/BL/2010
tanggal 19 Februari 2010. Dengan dicabutnya Izin tersebut, PT Capital
One dilarang melakukan kegiatan usaha sebagai Perantara Pedagang Efek,
serta diwajibkan untuk menyelesaikan segala kewajibannya dengan pihak lain yang
berkepentingan. Pencabutan Izin Orang Perseorangan: Pencabutan Izin Orang
Perseorangan sebagai Wakil Perantara Pedagang Efek, atas Nama Hendro Wiyanto
(Direktur Utama PT Antaboga Deltasekuritas Indonesia) melalui Keputusan Ketua Bapepam-
LK Nomor: Kep- 02/BL/WPPE/S.5/2010 tanggal 21 Januari 2010, dikarenakan melanggar
Peraturan dan Perundang-undangan Pasar Modal yang berlaku.

2. Tujuan Due Diligence


Due diligence bertujuan untuk mendapatkan suatu gambaran atau informasi aspek hukum
mengenai suatu perusahaan, harta kekayaan tertentu atau hubungan hukum tertentu
sehingga hasil due diligence merupakan salah satu bahan pertimbangan bagi pihak yang
berkepentingan (misalnya investor) dalam mengambil keputusan sehubungan dengan
transaksi yang akan dilakukan, seperti akuisisi saham atau harta kekayaan, merger,
konsolidasi, emisi efek ataupun pemberian pinjaman.

3. Jenis Due Diligence


Ada dua jenis Due Diligence yaitu:
a. Full Due diligence
Due diligence jenis ini biasanya diminta apabila suatu perusaaan hendak melakukan
emisi efek (go public) ataupun melakukan akuisisi, merger dan konsolidasi. Full Due

2
Diligence merupakan pemeriksaan lengkap secara menyeluruh yang dilakukan atas
seluruh aspek hukum perusahaan, antara lain:
Anggaran dasar perusahaan dan seluruh perubahannya.
Struktur permodalan dan saham.
Susunan pemegang saham, direksi dan komisaris.
Perizinan dan persetujuan.
Harta kekayaan.
Asuransi.
Tenaga kerja.
Perjanjian dengan pihak ketiga.
Perkara dan sengketa yang melibatkan perusahaan, direksi, dan komisaris serta
pemegang saham.
b. Limited due diligence
Due Diligence jenis ini merupakan pemeriksaan hukum secara per-orangan yang
berkaitan dengan pemberian pinjaman, pemberian lisensi, pengambilalihan asset atau
transaksi tertentu yang berkaitan dengan gaji, pekerjaan, usaha, asset, kepribadian dll.

4. Langkah Awal Due Diligence


Langkah awal sebelum melakukan pemeriksaan hukum adalah perlu dilakukangeneral
meeting dengan para pengambil keputusan dari sebuah perusahaan, untuk mengetahui
secara garis maksud dan tujuan serta filosofis rencana perusahaan, jika perusahaan dengan
skala lebih kecil atau perorangan cukup dengan owner serta beberapa tenaga ahli atau
penasehat perusahaan.
Mula-mula harus terlebih dahulu membicarakan dengan pihak yang meminta untuk
melakukan due diligence, apa tujuan due diligence, apakah dalam rangka akuisisi, merger,
emisi atau tujuan lain. Kemudian ditanyakan apakah due diligence itu bersifat lengkap (full
due diligence) atau hanya mengenai suatu aspek tertentu saja (limited due diligence),
misalnya terhadap asset saja, perjanjian hutang piutang ataupun perjanjian tertentu saja.
Selain itu juga dibicarakan mengenai waktu dan tempat yang diberikan untuk due
diligence dan bentuk laporan due diligence. Hal ini perlu bukan hanya karena aspek logistic
saja (berapa orang yang harus dikerahkan dalam pemeriksaan ini dan karenanya berapakah
perkiraan biayanya), tetapi juga apakah waktu yang diberikan realistis. Perlu dicatat juga
seringkali klien (terutama dalam transaksi yang melibatkan banyak negara misalnya:
dalamglobal acquisition) mempunyai format laporan sendiri dan kemungkinan format itu tidak
sesaui dengan keadaan Indonesia.

5. Metode Due Diligence


Pemeriksaan Dokumen. Sebagian besar kegiatan due diligence dilakukan melalui
pemeriksaan dokumen. Dokumen yang diberikan dapat berupa asli atau foto copi. Dalam
melakukan pemeriksaan dokumen dilakukan dengan meneliti dan menganalisa semua
dokumen yang dianggap perlu dan material sehubungan dengan transaksi yang akan
dilakukan, asumsi-asumsinya adalah sebagai berikut:
a. Bahwa dokumen yang diperiksa adalah otentik dan jika hanya dalam salinan dokumen
yang diperlihatkan haruslah salinan tersebut sesuai dengan aslinya.

3
b. Bahwa tanda tangan yang terdapat dalam suatu dokumen, baik otentik maupun salinan
adalah tanda-tanda otentik dari orang yang disebutkan dalam dokumen tersebut.
c. Bahwa sampai dengan dikeluarkannya laporan pemeriksaan hukum, dokumen-
dokumen, keterangan-keterangan serta pernyataan-pernyataan yang disampaikan
kepada advokat adalah benar, lengkap serta tidak mengalami perubahan.
d. Pemeriksaan yang dilakukan melalui tanya jawab.
Pemeriksaan melalui tanya jawab dapat dilakukan dengan cara wawancara dengan
pihak manajemen dan pihak yang ditunjuk oleh manajemen, serta pihak terkait
lainnya yang berhubungan dengan obyek transaksi.
Pemeriksaan Fisik atau lokasi (Site Visit).Biasanya dilakukan atas tanah dan
bangunan. Sebagai catatan dalam melakukan pemeriksaan dilapangan, usahakalah
untuk mendapatkan informasi dari data atau sumber langsung dilapangan. Seperti
dari desa, kecamatan atau kantor pertanahan.
Pemeriksaan berdasarkan informasi (pernyataan tertulis). Hal ini biasanya dilakukan
dengan cara meminta keterangan dari pengadilan (pemeriksaan hukum) tentang
adanya sengketa atau tidak.
Konfirmasi (Cross Checking) dengan lembaga atau profesi penunjang pasar modal
lainnya.Apabila diperlukan sehubungan dengan transaksi yang dilakukan, Konsultan
Hukum dapat melakukan komunikasi dengan lembaga atau profesi penunjang pasar
modal lainnya guna melakukan konfirmasi (cross checking) atas hasil Uji Tuntas
yang dilakukannya dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh lembaga atau
profesi penunjang pasar modal lainnya.

5.1. Subyek Due Diligence


Subyek Due Diligence atau yang dapat melakukan due diligence adalah satu orang atau
lebih yang ahli dalam bidang hukum dan terikat dengan pernyataan sebagai suatu profesi,
yang diminta dan diberikan kewenangan oleh klien untuk melakukan due diligence.
5.2. Obyek Due Diligence
Artinya hal-hal yang harus diperiksa dalam suatu due diligence. Untuk menentukan
obyek due diligence, seorang lawyer perlu terlebih dahulu mengetahui transaksi yang akan
dilakukan. Obyek Due diligence wajib ditaati namun tidak dapat ditafsirkan sebagai daftar
yang lengkap (exhaustive list). Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh informasi dan
fakta material lawyer/ Konsultan Hukum wajib menambah obyek due diligence yang tidak
terdapat dalam ketentuan lazim apabila berdasarkan pertimbangan profesionalnya
penambahan obyek due diligence tersebut sepatutnya atau seharusnya dilakukan.
Pada umumnya hal-hal yang sekurang-kurangnya menjadi obyek dalam due
diligence, antara lain :
a. Dokumen pendirian dan segala perubahannya.
b. Struktur permodalan dan saham.
c. Susunan pemegang saham, direksi dan komisaris.
d. Perizinan dan persetujuan.
e. Harta kekayaan.
f. Asuransi.
g. Tenaga kerja.

4
h. Perjanjian dengan pihak ketiga
perjanjian pinjaman
perjanjian lisensi
perjanjian lain.
i. Perkara dan sengketa.

Akan tetapi ada juga sumber yang membagi-bagi terlebih dahulu dalam:
a. Pada Penawaran Umum
Obyek Uji Tuntas dalam rangka Penawaran Umum yang dilakukan oleh pemegang
sahamPerusahaan adalah sebagaimana ditentukan dalam peraturan Bapepam IX.A.12.
Obyek Uji Tuntas dalam rangka Penawaran Umum yang dilakukan oleh
Perusahaan, meliputi:
1) Anggaran Dasar Perusahaan
Pemeriksaan terhadap anggaran dasar, antara lain :
Akta Pendirian Perusahaan.
Seluruh perubahan anggaran dasar.

Hal-hal yang perlu diperiksa mengenai Anggaran Dasar adalah:


Kegiatan usaha Perusahaan.
Ketentuan mengenai pengangkatan direksi dan komisaris.
Pengaturan dan tata cara mengenai pelaksanaan Rapat-rapat umum baik
RUPS Tahunan maupun RUPS Luar Biasa dan apakah putusan RUPS telah
diambil sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar.

2) Notulen Rapat
Pemeriksaan terhadap notulen rapat, antara lain:
Notulen Rapat Direksi.
Notulen Rapat Komisaris.
Notulen Rapat Umum Pemegang Saham.
Notulen rapat tersebut adalah notulen rapat yang diselenggarakan dalam 5 (lima)
tahun terakhir, dengan memperhatikan jangka waktu penyimpanan dokumen oleh
Perusahaan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Khusus untuk notulen rapat yang berhubungan dengan perubahan ketentuan
anggaran dasar dan pengalihan saham diperlukan pemeriksaan sejak pendirian
Perusahaan.

3) Saham dan permodalan


Hal-hal yang perlu diperiksa mengenai saham adalah:
Jenis saham yang telah dikeluarkan oleh Perusahaan dan hak-hak yang
melekat pada masing-masing jenis saham tersebut.
Sejarah kepemilikan saham Perusahaan sejak didirikan hingga dibuatnya
Laporan Uji Tuntas, serta apakah perubahan tersebut telah memenuhi

5
persyaratan yang ditetapkan dalam anggaran dasar dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Sejarah permodalan Perusahaan sejak didirikan hingga dibuatnya Laporan Uji
Tuntas, serta apakah perubahan tersebut telah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam anggaran dasar Perusahaan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pemeriksaan atas saham dan permodalan dapat dilakukan dengan
melihat Buku Daftar Saham dan Buku Daftar Khusus dari Perusahaan.

4) Direksi dan dewan komisaris


Hal-hal yang perlu diperiksa mengenai direksi dan dewan komisaris:
Susunan direksi dan dewan komisaris yang sedang menjabat.
Identitas diri.
Konsultan Hukum wajib memperoleh surat pernyataan masing-masing anggota
direksi dan dewan komisaris Perusahaan mengenai apakah masing-masing
dari mereka terlibat atau tidak dalam perkara pidana, perdata, kepailitan, pajak,
perburuhan, arbitrase atau perkara lainnya yang sifatnya secara material dapat
mempengaruhi kelangsungan usaha Perusahaan.

5) Ijin dan persetujuan


Hal-hal yang perlu diperiksa mengenai ijin dan persetujuan:
Jenis.
Jangka waktu.
Instansi yang menerbitkan.
Pemegang ijin.
Hak, kewajiban, dan larangan.
Sanksi.
Pentaatan.
Konsultan Hukum wajib melakukan pemeriksaan atas ijin dan persetujuan yang
material yang berhubungan dengan kegiatan usaha, kepemilikan aset tertentu
dan pengelolaan lingkungan dari instansi yang berwenang yang disyaratkan
agar Perusahaan dapat melakukan kegiatan usahanya atau memiliki,
menguasai, menempati, dan menggunakan aset yang dimiliki. Banyaknya jenis
ijin dan persetujuan harus dilihat sesuai dengan kegiatan usaha Perusahaan.

6) Aset
Pemeriksaan atas aset meliputi aset bergerak dan tidak bergerak.
Hal-hal yang perlu diperiksa mengenai aset:
Status kepemilikan atau penguasaan atas aset.
Sengketa atas aset yang dimiliki atau dikuasai Perusahaan, apabila ada.
Pembebanan atas aset yang dimiliki atau dikuasai Perusahaan. Konsultan
Hukum wajib melakukan konfirmasi (cross checking) dengan lembaga atau
profesi penunjang yang melakukan penilaian atas aset.

6
7) Asuransi
Hal-hal yang perlu diperiksa mengenai asuransi:
Penanggung.
Jenis asuransi.
Resiko yang ditanggung.
Obyek yang diasuransikan.
Jumlah pertanggungan.
Jangka waktu asuransi.
Klausula bank, bila ada.
Konsultan Hukum wajib memperoleh pernyataan dari direksi mengenai apakah
seluruh aset material Perusahaan telah diasuransikan dan apakah jumlah
pertanggungan adalah memadai untuk mengganti obyek yang diasuransikan
atau menutup resiko yang dipertanggungkan.

8) Ketenagakerjaan
Hal-hal yang perlu diperiksa mengenai ketenagakerjaan:
Bukti pendaftaran tenaga kerja perusahaan.
Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) atau Peraturan Perusahaan.
Penggunaan tenaga kerja asing.
Jaminan sosial karyawan dan keikutsertaan dalam program Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (JAMSOSTEK).
Program dana pensiun untuk karyawan.
Pemenuhan ketentuan Upah Minimum Regional (UMR).
Izin-izin khusus di bidang ketenagakerjaan (misalnya untuk mempekerjakan
karyawan di malam hari).

9) Perjanjian-perjanjian material yang mengikat Perusahaan


Hal-hal yang perlu diperiksa mengenai perjanjian material:
Pihak yang bertransaksi.
Obyek transaksi.
Nilai transaksi.
Hak dan kewajiban para pihak.
Pembatasan-pembatasan bagi para pihak.
Klausula pengakhiran.
Keadaan cidera janji.
Pentaatan.

10) Pemeriksaan atas perkara yang melibatkan Perusahaan


Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan atas perkara, sengketa lainnya atau klaim
yang mungkin timbul yang melibatkan Perusahaan dan secara material dapat
mempengaruhi keadaan keuangan Perusahaan.

7
Konsultan Hukum wajib memperoleh Surat Pernyataan Dari Direksi apakah
Perusahaan terlibat perkara di muka peradilan umum, arbitrase, pajak atau
sengketa lainnya atau klaim yang mungkin timbul, yang secara material dapat
mempengaruhi keadaan keuangan Perusahaan.

11) Laporan keuangan dan Management Letter


Sebagai sumber informasi tambahan, Konsultan Hukum wajib mempelajari laporan
keuangan yang telah diaudit beserta Management Letter yang telah dikeluarkan
oleh auditor terkait untuk 5 (lima) tahun terakhir. Pengertian tentang apa yang
dimaksud dengan Management Letter adalah : catatan dan saran-saran auditor
untuk memperbaiki laporan keuangan.

b. Pada Penawaran Umum Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)
Pada pelaksanaan Uji Tuntas untuk kepentingan Penawaran Umum dengan HMETD,
obyek Uji Tuntas yang harus diperiksa oleh Konsultan Hukum adalah sama dengan
obyek Uji Tuntas untuk kepentingan Penawaran Umum, namun hanya menyangkut
informasi atau fakta material yang berlaku pada saat dilakukannya Uji Tuntas
sehubungan Penawaran Umum dengan HMETD tersebut, dengan memperhatikan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

c. Pada Penggabungan atau Peleburan Usaha (Merger)


Uji Tuntas sehubungan dengan Penggabungan atau Peleburan Usaha dilakukan dengan
menganalisa aspek-aspek berikut:
1) Hambatan dan/ atau batasan (yang ada atau yang mungkin timbul) terhadap rencana
Penggabungan atau Peleburan Usaha dilihat dari peraturan perundang-undangan
yang berlaku, anggaran dasar, perijinan, perjanjian, dan perkara yang dihadapi.
2) Akibat hukum Penggabungan atau Peleburan Usaha terhadap pihak-pihak yang
bertransaksi.
3) Dasar penentuan konversi saham bagi pemegang saham.
4) Struktur permodalan dan pemegang saham sebelum dan sesudah Penggabungan
atau Peleburan Usaha pada Perusahaan yang menerima penggabungan, atau
perusahaan hasil Peleburan Usaha.
5) Aktiva dan passiva hasil Penggabungan atau Peleburan Usaha.
6) Perubahan anggaran dasar (bila ada, dalam hal Penggabungan Usaha) dan akta
pendirian dari perusahaan baru hasil Peleburan Usaha.
7) Tindakan korporasi dan persetujuan-persetujuan yang diperlukan untuk
melaksanakan transaksi tersebut.
Penjelasan : Obyek Uji Tuntas yang harus diperiksa oleh Konsultan Hukum pada
Penggabungan atau Peleburan Usaha (merger), diantaranya : (a) dokumen-dokumen,
sesuai dengan aspek-aspek yang perlu dianalisa dan, (b) peraturan perundang-undangan
yang berlaku yang mengatur Penggabungan atau Peleburan usaha, (c) dengan
memperhatikan kepentingan pemodal.

8
d. Pada Pengambilalihan Saham
Obyek Uji Tuntas Pada Pengambilalihan Saham
Uji Tuntas sehubungan dengan Pengambilalihan Saham dilakukan dengan menganalisa
aspek-aspek berikut:
1) Hambatan dan / atau batasan yang ada atau yang mungkin timbul terhadap rencana
Pengambilalihan Saham dilihat dari peraturan perundang-undangan yang berlaku,
anggaran dasar, perijinan, perjanjian, dan perkara yang dihadapi.
2) Akibat hukum dari Pengambilalihan Saham terhadap pihak-pihak yang bertransaksi.
3) Struktur permodalan dan pemegang saham sebelum dan sesudah Pengambilalihan
Saham dari perusahaan yang diambil-alih.
4) Aktiva dan passiva dari perusahaan yang diambil-alih.
5) Perubahan anggaran dasar dari perusahaan yang diambil-alih (bila ada).
6) Tindakan korporasi dan persetujuan-persetujuan yang diperlukan untuk
melaksanakan transaksi tersebut.
Penjelasan : Obyek Uji Tuntas yang harus diperiksa oleh Konsultan Hukum pada
Pengambilalihan Saham adalah (a) dokumen-dokumen, sesuai dengan aspek-aspek yang
perlu dianalisa dan (b) peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur
Pengambilalihan Saham, (c) dengan memperhatikan kepentingan pemodal.

e. Pada Pengambilalihan Aset


Uji Tuntas sehubungan dengan Pengambilalihan Aset dilakukan dengan menganalisa
aspek-aspek berikut:
1) Hambatan dan/ atau batasan atas rencana transaksi untuk melaksanakan
Pengambilalihan Aset dilihat dari peraturan perundang-undangan yang berlaku,
anggaran dasar, perijinan, perjanjian dan perkara yang dihadapi.
2) Akibat hukum dari pengambialihan aset terhadap pihak-pihak yang bertransaksi.
3) Aset yang akan diambil-alih.
4) Tindakan korporasi dan persetujuan-persetujuan yang diperlukan untuk
melaksanakan transaksi tersebut.
Penjelasan : Obyek Uji Tuntas yang harus diperiksa oleh Konsultan Hukum pada
Pengambilalihan Aset adalah (a) dokumen-dokumen, sesuai dengan aspek-aspek yang
perlu dianalisa ; dan (b) peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur
Pengambilalihan Aset ; (c) dengan memperhatikan kepentingan pemodal.

f. Pada Transaksi Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu (Transaksi Benturan


Kepentingan)
Di samping melakukan Uji Tuntas yang berhubungan dengan jenis transaksi yang akan
dijalankan sebagaimana diatur dalam Standar Profesi ini, Konsultan Hukum wajib
melakukan pemeriksaan guna menentukan apakah transaksi dimaksud merupakan
Transaksi Benturan Kepentingan. Dalam hal suatu transaksi merupakan Transaksi
Benturan Kepentingan maka Konsultan Hukum perlu melakukan analisa atas fakta dan
aspek-aspek sebagai berikut:
1) Pihak-pihak yang mempunyai benturan kepentingan dengan transaksi.

9
2) Sifat benturan kepentingan.
Penjelasan : Obyek Uji Tuntas yang harus diperiksa oleh Konsultan Hukum pada
Transaksi Benturan Kepentingan, antara lain ; (a) dokumen-dokumen, sesuai dengan
aspek-aspek yang perlu dianalisa dan (b) peraturan perundang-undangan yang berlaku
yang mengatur Transaksi Benturan Kepentingan, (c) dengan memperhatikan
kepentingan pemodal.

g. Pada Transaksi Lainnya


Obyek Uji Tuntas Pada Transaksi Lainnya
Obyek Uji Tuntas yang harus diperiksa oleh Konsultan Hukum pada transaksi lainnya
yang belum diatur dalam standar profesi ini adalah : (a) dokumen-dokumen, sesuai
dengan aspek-aspek yang perlu dianalisa pada transaksi tersebut dan (b) peraturan
perundangundangan yang berlaku yang mengatur transaksi yang akan dilakukan, (c)
dengan memperhatikan kepentingan pemodal.

h. Penyertaan Perusahaan Pada Entitas Lain


Pelaksanaan Uji Tuntas juga perlu untuk memperhatikan apakah terdapat penyertaaan
yang dilakukan oleh Perusahaan pada perusahaan lain.
a. Jika Perusahaan memiliki penyertaan lebih dari 50% pada perusahaan lain maka
terhadap perusahaan lain itu harus dilakukan Uji Tuntas yang menyeluruh seperti
pada pemeriksaan yang dilakukan terhadap induk perusahaan.
b. Jika Perusahaan memiliki penyertaan 50% atau kurang, akan tetapi Perusahaan
mengendalikan perusahaan lain tersebut maka terhadap perusahaan lain itu harus
dilakukan Uji Tuntas yang menyeluruh seperti pada pemeriksaan yang dilakukan
pada Perusahaan yang mengendalikan. (Pengendali adalah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 huruf d Undang-Undang No. 8 Tahun 1995
Tentang Pasar Modal dan Penjelasannya).
c. Jika Perusahaan memiliki penyertaan 50% atau kurang dan tidak mengendalikan
maka terhadap perusahaan lain dilakukan pemeriksaan terbatas sesuai dengan
kebutuhan.

6. Beberapa Hal yang menjadi Prinsip dalam melakukan Due Deligence antara
lain :
6.1. Prinsip Keterbukaan.
Uji Tuntas yang dilakukan untuk memenuhi prinsip keterbukaan di pasar modal, agar
kepentingan umum/ publik tetap terlindungi. Namun, tetap harus mengungkapkan, apabila
ada pelanggaran, kelalaian, ketentuan-ketentuan yang tidak lazim dalam dokumen korporasi,
informasi, atau fakta lain yang secara material dapat menimbulkan risiko yang kurang baik
bagi Perusahaan.

6.2. Prinsip Materialitas.


Uji Tuntas yang dilakukan, yaitu : informasi atau fakta yang dapat mempengaruhi nilai efek
atau keputusan pemodal. Materialitas atas obyek Uji Tuntas harus dilihat dari pengaruhnya
terhadap operasional atau kelangsungan usaha dari Perusahaan. Namun, harus
menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam melihat materialitas dari obyek Uji

10
Tuntas, agar dalam pelaksanaan prinsip keterbukaan di pasar modal menjadi dapat
tercapai,misalnya :
Suatu perusahaan yang bergerak di bidang penyiaran radio, perusahaan tersebut memiliki
sebidang tanah dan atas tanah terdapat suatu sengketa. Tanah tersebut bila dilihat dari
pembukuan keuangan, nilainya tidak terlalu besar dan tampak tidak material bila
dibandingkan dengan nilai dari aset-aset lain yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Namun,
bila dilihat dari operasional perusahaan, tanah tersebut merupakan aset yang material bagi
perusahaan, karena di atas bidang tanah tersebut terletak sebuah pemancar radio yang
merupakan aset utama bagi perusahaan untuk menjalankan kegiatan usahanya. Dengan
demikian, bila Perusahaan kalah dalam penyelesaian sengketa atas tanah yang dihadapi,
maka kekalahan tersebut akan mempengaruhi secara material kegiatan usaha dan pada
akhirnya keadaan keuangan Perusahaan.

7. Temuan Pelanggaran Dalam Melaksanakan Uji Tuntas.


Konsultan Hukum wajib memberitahukan kepada Perusahaan apabila dalam pelaksanaan
Uji Tuntas menemukan adanya pelanggaran atas ketentuan peraturan perundang-undangan,
anggaran dasar, dan / atau perikatan-perikatan yang dilakukan oleh Perusahaan atas obyek
Uji Tuntas. Apabila pelanggaran tidak ditindaklanjuti oleh manajemen Perusahaan untuk
segera diperbaiki atau memang tidak dapat diperbaiki lagi, sedangkan pelanggaran tersebut
mempunyai akibat yang material bagi operasi maupun hasil keuangan perusahaan, maka
Konsultan Hukum berkewajiban untuk menginformasikan dan memberikan pendapatnya
mengenai hal tersebut dalam Pendapat Hukum yang akan diterbitkannya. Pelanggaran
terhadap SPKHPM akan diadili oleh Dewan Kehormatan HKHPM dengan ketentuan dan
prosedur yang diatur dalam Kode Etik HKHPM.

8. Tahap-Tahap Penyusunan Due Diligence


8.1. Tahap 1: Menyusun Rencana Penelitian
Tujuannya adalah mempersiapkan prosedur yang akan dijalankan, karena hal ini akan
memudahkan tim yang akan melakukan proses uji tuntas.
Kegiatan yang dilaksanakan, antara lain :
a. Memahami bisnis klien, dengan melakukan review atas semua dokumen pendukung,
seperti:Legal Review, laporan audit, laporan keuangan selama beberapa periode,
rencana bisnis perusahaan, dll.
b. Memahami sistem & prosedur perusahaan, struktur organisasi termasuk delegasi
kewenangan memutus.
c. Menyusun rencana pemeriksaan/penelitian lebih lanjut.

8.2. Tahap 2 : Pelaksanaan Pekerjaan


Melakukan penelitian dilapangan sesuai dengan tahapan program yang telah di susun, yaitu:
a. Mengumpulkan data yang dibutuhkan, antara lain: laporan keuangan, ledger, rincian
hutang, daftar supplier, rekening koran dan sebagainya.
b. Akta pendirian perusahaan dan perubahannya, Anggaran Dasar Perusahaan, ijin-ijin
perusahaan yang terkait dengan usahanya.

11
c. Review pemeriksaan secara analitis, seperti: a) Analisa review penjualan, HPP,
komisi, dan beban operasi untuk melihat hubungan antara cash flow dan operasional.
b) Analisa saldo piutang dan hutang selama tahun berjalan.
d. Pemeriksaan secara substantif: a) Konfirmasi dan rekonsiliasi hutang usaha, b)
piutang/hutang afiliasi, dan biaya yang masih harus dibayar. b) Pemeriksaan saldo
hutang dan pembayarannya (pihak ketiga dan afiliasi) ke dokumen faktur pembelian,
bukti penerimaan barang, faktur pajak, rekening koran, bukti transfer, buku kas kasir,
korespondensi dan lain-lain.
8.3. Tahap 3 : Menyusun Draft Laporan Keuangan
Pada akhir penugasan akan dikeluarkan laporan atas hasil pemeriksaan uji tuntas. Untuk
memudahkan perlu dibuat out line nya, dan didiskusikan antara pemberi kerja dan konsultan
yang bersangkutan, sehingga tak ada kekurangan di masa akhir pemeriksaan.

8.4. Tahap 4: Mengevaluasi Bisnis Klien


Dari evaluasi diharapkan mendapatkan pemahaman mengenai kondisi bisnis saat ini dan
prospeknya di masa yang akan datang. Adapun kegiatan yang dilakukan, antara lain :
a. Menganalisa rencana pengembangan yang telah ada, yang sedang, dan yang akan
dilaksanakan.
b. Melakukan penelitian tentang prospek industri dan kompetitor yang bergerak di
industri yang sama.
c. Evaluasi dan analisa (kualitatif dan kuantitatif) terhadap data dan informasi yang
diperoleh.

8.5. Tahap 5: Evaluasi Kondisi Keuangan Group


Hal ini sangat diperlukan apabila perusahaan yang diteliti merupakan holding company, dan
memiliki berbagai bidang/jenis usaha. Dari sini juga perlu diteliti, bagaimana sistim dan
prosedur, terutama dalam pendanaan, antara perusahaan holding dan anak perusahaannya.
Ada holding company, yang mensyaratkan bahwa segala pendanaan harus dilakukan
olehholding, namun ada juga holding company yang membolehkan anak perusahaan yang
bernaung di bawah group nya melakukan pinjaman langsung kepada pihak ketiga. Adapun
kegiatan yang dilakukan, antara lain:
a. Analisa laporan keuangan baik vertikal, horisontal, dengan tujuan untuk mengetahui
pertumbuhan perusahaan, keuntungan, efisiensi, tingkat pengembalian investasi dan
lain-lain.
b. Analisa risiko keuangan.
c. Analisa investasi.
d. Mengadakan survei lapangan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam atas
kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan.
8.6. Tahap 6: Penyusunan Proyeksi Keuangan.
Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan cash flow untuk melunasi
hutang-hutangnya, dan rencana penggunaannya di masa yang akan datang. Penyusunan
proyeksi Cash Flow dengan mempertimbangkan berbagai variabel, antara lain :

12
a. Kondisi makro ekonomi Indonesia seperti tingkat bunga, deposito, pinjaman Bank,
pertumbuhan GDB dll.
b. Kewajaran dari asumsi-asumsi pertumbuhan yang digunakan (asumsi pendapatan,
biaya dsb nya).
c. Rencana bisnis atau investasi perusahaan.

8.7. Tahap 7: Pengembangan Alternatif Restrukturisasi Hutang


Kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan berbagai skenario dan
alternatif restrukturisasi hutang, antara lain menggunakan:
a. Penetapan asumsi dasar dan operasional.
b. Rencana pengembangan.
c. Sustainable debt dan unsustainable debt.
d. Kondisi pasar lokal/domestik.

8.8. Tahap 8: Analisis Dan Alternatif Perbaikan.


Tujuannya untuk memahami kelebihan dan kekurangan dari sisi keuangan, dari masing-
masing alternatif tersebut. Kegiatan yang dilakukan, antar lain:
a. Membuat financial model untuk menilai beberapa skenario/alternatif perbaikan
struktur hutang dari sisi keuangan.
b. Menyusun indikator keuangan untuk alternatif-alternatif perbaikan seperti; 1) Risiko
yang akan dihadapi oleh kreditur dan manajemen, serta penanggulangan yang tepat.
2) Alternatif-alternatif pendanaan yang tersedia, yang dapat memberikan hasil
optimal bagi kelangsungan usaha, seperti obligasi, pengeluaran saham, pendanaan
dari LN, penjualan aktiva dsb nya. 3) Implikasi terhadap value perusahaan.
8.9. Tahap 9: Penentuan Alternatif Perbaikan Yang Optimal.
Kegiatan yang dilakukan, antara lain:
a. Menyusun kriteria penilaian alternatif perbaikan yang mencakup, antara lain: 1)
Kesesuaian dengan kondisi perusahaan dan batasan dari kreditur.2) Kemampuan
perusahaan melakukan peningkatan pendapatan dari strategi yang telah disusun.3)
Evaluasi indikator keuangan.
b. Menentukan alternatif perbaikan struktur hutang yang optimal berdasar kriteria
tersebut.

8.10. Tahap 10: Penyusunan Laporan Due Diligence (Uji Tuntas)


Pada akhir pekerjaan, akan dilakukan penyusunan laporan perbaikan struktur keuangan
perusahaan, yang berisi laporan hasil evaluasi keuangan dan struktur pendanaan atau
hutang.
Agar hasil laporan bisa diaplikasikan dilapangan, bisa dilakukan minimal dua kali pertemuan,
antara konsultan, perusahaan dan kreditur (bila perusahaan mempunyai pendanaan yang
berasal dari Bank), sehingga langkah selanjutnya lebih mudah. Pada prinsipnya, diskusi
yang lebih intens akan memudahkan pekerjaan, agar jangan sampai laporan selesai, namun
tak dapat digunakan.

13
9. Permasalahan yang sering dihadapi jika selama ini pendanaan berasal dari
pihak ketiga
a. Pada saat pengajuan pendanaan pada pihak ketiga, asumsi dan cash flow dibuat
sangat optimis, sehingga apabila diadakan evaluasi, maka rencana investasi
perusahaan sangat layak, bahkan setelah diadakan berbagai analisis sensitivitas.
b. Sedangkan pada saat pengajuan proposal perbaikan struktur hutang, alternatif
jangka waktu perbaikan dibuat sangat panjang, dan rencana bisnis dibuat sangat
pesimis. Akibatnya ada jangka waktu mencapai 20 tahun, hal yang setelah dinilai
kembali berdasarkan Net Present Value, nilai NPV dari projected cash flow lebih kecil
dari nilai likuidasi agunan, dan lebih lebih rendah dari nilai setelah pembalikan PPAP.
Berarti perusahaan tidak termasuk kategori yang layak untuk dilakukan
restrukturisasi. Untuk mengatasi hal ini, perlu ada pertemuan-pertemuan, guna
menyusun asumsi yang dipahami semua pihak, serta hasil kerja selama ini tidak sia-
sia.

14

Anda mungkin juga menyukai