Daftar isi
Pembukaan
Pasal 1 Tujuan
Pasal 10 Perpajakan
Pasal 16 Komunikasi
Pasal 17 definisi
Pasal 18 Klasifikasi barang-barang
1
Pasal 21 Bea cukai Penilaian
Pasal 28 definisi
Pasal 31 De Minimis
2
Pasal 44 Verifikasi Mengunjungi
Pasal 51 Cakupan
Pasal 52 Definisi
Pasal 53 Transparansi
Bab 5 Investasi
Pasal 57 Cakupan
Pasal 58 definisi
3
Pasal 67 Transfer
Pasal 68 Subrogasi
Pasal 76 Cakupan
Pasal 77 definisi
4
Pasal 90 Penyangkalan Manfaat
Pasal 92 Cakupan
Pasal 93 Definisi
Pasal 97 definisi
5
Artikel 110 Transparansi
Kompetisi
Pasal 126 Promosi Kompetisi dengan Mengatasi
Kegiatan Anti-persaingan
Pasal 127 Kerja sama pada Promosi
Kompetisi
Pasal 128 Tanpa diskriminasi
6
Pasal 131 Dasar Prinsip
Perselisihan Hunian
7
Artikel 152 Amandemen
8
Pembukaan
9
Bab 1
Ketentuan Umum
Pasal 1
Tujuan
Pasal 2
Definisi Umum
10
(ii) mengenai Indonesia, wilayah darat, laut
teritorial termasuk dasar laut dan tanah di
bawahnya, perairan kepulauan, perairan
pedalaman, ruang udara di atas wilayah, laut
dan perairan tersebut, serta landas kontinen
dan zona ekonomi eksklusif, yang di dalamnya
Indonesia berdaulat, hak berdaulat atau
yurisdiksi, sebagaimana didefinisikan dalam
undang-undangnya, dan sesuai dengan Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum
Laut, dilakukan di Teluk Montego, 10
Desember 1982;
11
Pasal 3
Transparansi
Pasal 4
Prosedur Komentar Publik
Pemerintah masing-masing Pihak wajib, sesuai dengan
undang-undang dan peraturan Pihak, berusaha untuk
mengumumkan terlebih dahulu peraturan yang berlaku umum
yang mempengaruhi setiap hal yang tercakup dalam
Persetujuan ini dan untuk memberikan kesempatan yang wajar
untuk memberikan komentar oleh publik sebelum adopsi
peraturan seperti itu.
12
2. Pejabat yang berwenang dari Pemerintah suatu Pihak
wajib, sesuai dengan hukum dan peraturan Pihak, menetapkan
kriteria untuk mengambil keputusan administratif dalam
menanggapi permohonan yang diajukan. Pejabat yang berwenang
akan berusaha untuk:
Pasal 6
Peninjauan Kembali
dan Banding
13
2. Setiap Pihak harus memastikan bahwa para pihak dalam
pengadilan atau prosedur tersebut diberikan hak untuk:
Pasal 7 Pembinaan
Administratif
Pasal 8
Tindakan terhadap Korupsi dan Penyuapan
Setiap Pihak wajib, sesuai dengan hukum dan
peraturannya, mengambil langkah-langkah yang tepat untuk
mencegah dan memerangi korupsi dan penyuapan mengenai hal-
hal yang tercakup dalam Perjanjian ini.
14
Pasal 9 Informasi Rahasia
Pasal 10
Perpajakan
Pasal 11
Pengecualian Umum dan Keamanan
1. Untuk keperluan Bab 2, 3, 4, 5 selain Pasal 66, dan 8
Persetujuan ini, Pasal XX dan XXI GATT 1994 dimasukkan ke
dalam dan merupakan bagian dari Persetujuan ini, mutatis
mutandis.
15
3. Dalam kasus di mana suatu Pihak mengambil tindakan
apa pun sesuai dengan paragraf 1 atau 2, yang tidak sesuai
dengan kewajiban berdasarkan Bab 5 selain Pasal 66, Pihak
tersebut harus melakukan upaya yang wajar untuk memberi
tahu Pihak lainnya tentang uraian tindakan tersebut baik
sebelum tindakan diambil atau sesegera mungkin setelahnya.
Pasal 12
Kaitannya dengan Perjanjian Lainnya
1. Para Pihak menegaskan kembali hak dan kewajiban
mereka berdasarkan Perjanjian WTO atau perjanjian lain
di mana kedua Pihak menjadi pihak.
Pasal 13 Pelaksanaan
Perjanjian
Pasal 14 Komite
Bersama
16
(b) mempertimbangkan dan merekomendasikan kepada
Para Pihak setiap amandemen terhadap Perjanjian
ini;
(d) mengadopsi:
3. Panitia Bersama:
Pasal 15
Sub-Komite
17
(g) Sub-Komite pada Energi dan Sumber Daya
Mineral;
(h) Sub-Komite pada Hak milik intelektual;
2. Sub-Komite harus:
Pasal 16
Komunikasi
Bab 2
Perdagangan
Barang
Pasal 17 Definisi
Untuk tujuan Bab ini:
18
(b) istilah "nilai pabean barang" adalah nilai barang
dalam rangka pengenaan bea masuk ad valorem atas
barang impor;
Pasal 18 Klasifikasi
Barang
Pasal 19 Perlakuan
Nasional
19
Pasal 20 Penghapusan Bea Masuk
20
6. Dalam kasus di mana tarif bea masuk yang diterapkan
negara yang paling disukai untuk barang tertentu lebih
rendah dari tarif bea masuk yang akan diterapkan sesuai
dengan paragraf
1 atas barang asal yang diklasifikasikan di bawah garis
tarif yang sama dengan barang tertentu itu, masing-masing
Pihak wajib menerapkan tarif yang lebih rendah sehubungan
dengan barang asal itu.
Pasal 21
Penilaian
Kepabeanan
Pasal 22 Subsidi
Ekspor
Pasal 24 Tindakan
Pengamanan Bilateral
21
(i) tarif bea masuk yang diterapkan oleh negara
yang paling disukai yang berlaku pada saat
tindakan pengamanan bilateral diambil; dan
22
(b) Pihak yang membuat pemberitahuan tertulis
sebagaimana dimaksud dalam sub-ayat (a) harus
memberikan kepada Pihak lainnya semua informasi
terkait, yang meliputi:
23
(e) Tidak ada tindakan pengamanan bilateral yang
akan diterapkan lagi terhadap impor barang asal
tertentu yang telah dikenakan tindakan
pengamanan bilateral tersebut, untuk jangka
waktu yang sama dengan durasi tindakan
pengamanan bilateral sebelumnya atau satu tahun,
mana yang lebih lama.
24
8. Setiap Pihak wajib mengadopsi atau memelihara
prosedur yang adil, tepat waktu, transparan dan efektif
terkait dengan tindakan pengamanan bilateral.
25
Pasal 25
Pembatasan untuk Menjaga Neraca Pembayaran
1. Tidak ada dalam Bab ini yang dapat ditafsirkan untuk
mencegah suatu Pihak mengambil tindakan apa pun untuk
tujuan neraca pembayaran. Suatu Pihak yang mengambil
tindakan tersebut harus melakukannya sesuai dengan kondisi
yang ditetapkan berdasarkan Pasal XII GATT 1994 dan
Kesepahaman tentang Ketentuan Neraca Pembayaran dari
Persetujuan Umum tentang Tarif dan Perdagangan 1994 dalam
Lampiran 1A Persetujuan WTO.
Pasal 26
Sub-Komite Perdagangan Barang
Untuk tujuan pelaksanaan dan pengoperasian Bab ini
secara efektif, fungsi Sub-Komite Perdagangan Barang
(selanjutnya disebut dalam Pasal ini sebagai “Sub-
Komite”) yang dibentuk sesuai dengan Pasal 15 adalah:
Pasal 27
Tata Cara Operasional Perdagangan Barang
Pada tanggal mulai berlakunya Persetujuan ini, Komite
Bersama akan mengadopsi Prosedur Operasional untuk
Perdagangan Barang yang memberikan peraturan rinci yang
sesuai dengan otoritas yang relevan dari Para Pihak akan
melaksanakan fungsi mereka di bawah Bab ini.
26
Bab 3 Aturan Asal
Pasal 28 Definisi
27
(e) istilah "Prinsip Akuntansi yang Diterima Secara
Umum" berarti konsensus yang diakui atau dukungan
otoritatif substansial dalam suatu Pihak pada
waktu tertentu mengenai sumber daya dan kewajiban
ekonomi mana yang harus dicatat sebagai aset dan
kewajiban, perubahan aset dan kewajiban mana yang
harus dicatat, bagaimana aset dan kewajiban serta
perubahannya harus diukur, informasi apa yang
harus diungkapkan dan bagaimana hal itu harus
diungkapkan, dan laporan keuangan mana yang harus
disiapkan. Standar-standar ini dapat berupa
pedoman luas untuk penerapan umum serta praktik
dan prosedur yang terperinci;
28
(h) istilah "materi" berarti barang yang digunakan
dalam
produksi barang lain;
(i) istilah "bahan asal suatu Pihak" berarti barang
asal dari suatu Pihak yang digunakan dalam
produksi barang lain di Pihak tersebut, termasuk
yang dianggap sebagai bahan asal Pihak tersebut
sesuai dengan ayat 1 Pasal 30;
29
(b) hewan yang diperoleh dengan berburu, menjebak,
memancing, mengumpulkan atau menangkap di
Pihak;
31
(a) akan ditentukan sesuai dengan Persetujuan tentang
Penilaian Pabean, dan harus mencakup
pengangkutan, asuransi jika sesuai, pengepakan
dan semua biaya lain yang timbul dalam
pengangkutan bahan ke pelabuhan pengimporan di
Pihak tempat produsen barang berada; atau
Pasal 30
Akumulasi
32
Pasal 31
De Minimis
Untuk penerapan aturan khusus produk yang ditetapkan
dalam Lampiran 2, bahan bukan asal yang digunakan dalam
produksi barang yang tidak memenuhi aturan yang berlaku
untuk barang tersebut, harus diabaikan, asalkan totalitas
bahan tersebut tidak melebihi persentase tertentu dalam
nilai, berat atau volume barang dan persentase tersebut
ditetapkan dalam aturan khusus produk untuk barang
tersebut.
Pasal 32
Operasi Non-kualifikasi
Suatu barang tidak akan dianggap memenuhi persyaratan
perubahan dalam klasifikasi tarif atau operasi manufaktur
atau pemrosesan tertentu yang ditetapkan dalam Lampiran
2 semata-mata karena:
(a) operasi untuk memastikan pengawetan produk dalam
kondisi baik selama transportasi dan penyimpanan
(seperti pengeringan, pembekuan, penyimpanan
dalam air garam) dan operasi serupa lainnya;
Pasal 33 Kriteria
Pengiriman
33
(b) diangkut melalui satu atau lebih non-Pihak untuk
tujuan transit atau penyimpanan sementara di
gudang di non-Pihak tersebut, dengan ketentuan
bahwa ia tidak menjalani operasi selain
pembongkaran, pemuatan ulang dan operasi lain
untuk menjaganya dalam kondisi baik.
34
2. Apabila barang-barang asal yang dapat dipertukarkan
dari suatu Pihak dan barang-barang bukan asal yang dapat
dipertukarkan dicampur dalam suatu inventaris dan, sebelum
diekspor, tidak menjalani proses produksi atau operasi apa
pun di Pihak tersebut di mana barang-barang tersebut
bercampur selain dari pembongkaran, pemuatan ulang, dan
operasi lainnya untuk melestarikan mereka dalam kondisi
baik, asal barang dapat ditentukan sesuai dengan metode
manajemen persediaan berdasarkan Prinsip Akuntansi yang
Berlaku Umum di Pihak tersebut.
Pasal 36 Bahan
Tidak Langsung
Pasal 37 Asesoris,
Suku Cadang, dan Perkakas
35
Pasal 38
Bahan Kemasan dan Wadah untuk Penjualan Eceran
1. Dalam menentukan apakah semua bahan bukan asal yang
digunakan dalam produksi suatu barang mengalami perubahan
yang berlaku dalam klasifikasi tarif atau operasi
manufaktur atau pemrosesan tertentu yang ditetapkan dalam
Lampiran 2, bahan pengemas dan wadah untuk penjualan
eceran, yang diklasifikasikan dengan barang sesuai dengan
Aturan 5 Aturan Umum untuk Interpretasi Sistem
Harmonisasi, harus diabaikan.
Pasal 39
Bahan Pengemasan dan Wadah untuk Pengiriman
Bahan pengepakan dan wadah untuk pengiriman harus:
men
jad
i: (a) diabaikan dalam menentukan apakah semua bahan
bukan asal yang digunakan dalam produksi suatu
barang mengalami perubahan klasifikasi tarif yang
berlaku atau operasi manufaktur atau pemrosesan
tertentu yang ditetapkan dalam Lampiran 2; dan
Pasal 40
Klaim untuk Perlakuan Tarif Preferensial
1. Pihak pengimpor wajib meminta surat keterangan asal
untuk barang asal dari Pihak pengekspor dari importir yang
menuntut perlakuan tarif preferensial untuk barang
tersebut.
36
3. Apabila suatu barang asal dari Pihak pengekspor
diimpor melalui satu atau lebih non-Pihak, Pihak
pengimpor dapat meminta importir, yang mengklaim
perlakuan tarif preferensial untuk barang tersebut,
untuk menyerahkan:
Pasal 41 Surat
Keterangan Asal
37
7. Dalam hal eksportir suatu barang bukan merupakan
produsen barang di Pihak pengekspor, eksportir dapat
meminta Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) atas
dasar:
Pasal 42 Kewajiban
Ekspor
38
(a) wajib memberitahukan secara tertulis kepada
pejabat pemerintah yang berwenang dari Pihak
pengekspor atau yang ditunjuknya tanpa penundaan
ketika eksportir atau produsen tersebut
mengetahui bahwa barang tersebut tidak memenuhi
syarat sebagai barang asal dari Pihak pengekspor;
dan
Pasal 43
Permintaan Pengecekan Surat Keterangan Asal
1. Untuk tujuan menentukan apakah suatu barang yang
diimpor dari Pihak pengekspor dengan perlakuan tarif
preferensial memenuhi syarat sebagai barang asal dari Pihak
pengekspor, otoritas pabean dari Pihak pengimpor dapat
meminta informasi yang berkaitan dengan asal barang
tersebut dari otoritas pemerintah yang berwenang di negara
tersebut. Pihak pengekspor berdasarkan surat keterangan
asal.
Pasal 44 Kunjungan
Verifikasi
39
(a) mengumpulkan dan memberikan informasi yang
berkaitan dengan asal barang dan memeriksa, untuk
tujuan itu, fasilitas yang digunakan dalam
produksi barang, melalui kunjungan pejabat
pemerintah yang berwenang dari Pihak pengekspor
bersama dengan otoritas pabean dari Pihak
pengimpor , yang dapat didampingi oleh pejabat
pemerintah lainnya dengan keahlian yang
diperlukan dari Pihak pengimpor, ke tempat
eksportir yang kepadanya sertifikat asal telah
diterbitkan, atau produsen barang di Pihak
pengekspor sebagaimana dimaksud dalam sub-ayat
7(b). ) dari Pasal 41; dan
40
4. Pihak pengekspor harus menanggapi secara tertulis
kepada Pihak pengimpor, dalam waktu 30 hari sejak
diterimanya komunikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 2,
jika Pihak pengekspor menerima atau menolak untuk
melakukan kunjungan yang diminta sesuai dengan ayat 1 atau
6.
41
(a) dimana pejabat pemerintah yang berwenang dari
Pihak pengekspor gagal untuk menanggapi
permintaan dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud dalam ayat 2 Pasal 43 atau ayat 5 Pasal
44;
Pasal 46
Kerahasiaan
42
Pasal 47
Hukuman dan Tindakan terhadap Pernyataan Palsu
1. Setiap Pihak wajib menetapkan atau mempertahankan,
sesuai dengan undang-undang dan peraturannya, hukuman yang
sesuai atau sanksi lain terhadap eksportirnya kepada siapa
sertifikat asal telah diterbitkan dan produsen barang di
Pihak pengekspor sebagaimana dimaksud dalam sub-paragraf
7(b) Pasal 41, untuk memberikan pernyataan atau dokumen
palsu kepada pejabat pemerintah yang berwenang dari Pihak
pengekspor atau yang ditunjuknya sebelum penerbitan surat
keterangan asal.
Pasal 48 Lain-
lain
Pasal 49
Sub-Komite Aturan Asal
Untuk tujuan pelaksanaan dan pengoperasian Bab ini
secara efektif, fungsi Sub-Komite Negara Asal (selanjutnya
disebut dalam Pasal ini sebagai “Sub-Komite”) yang
dibentuk sesuai dengan Pasal 15 adalah:
43
(iii) Tata Cara Pelaksanaan Ketentuan Asal
Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
50;
Pasal 50
Prosedur Operasional Aturan Asal
Pada tanggal mulai berlakunya Persetujuan ini, Komite
Bersama wajib mengadopsi Prosedur Operasional Negara Asal
yang memberikan peraturan rinci sesuai dengan otoritas
pabean, otoritas pemerintah yang kompeten dan otoritas
terkait lainnya dari Para Pihak akan melaksanakan fungsi
mereka di bawah Bab ini.
Bab 4 Prosedur
Kepabeanan
Pasal 51
Ruang Lingkup
Pasal 52
Pengertian
44
Pasal 53
Transparansi
45
3. Setiap Pihak wajib memberikan kepada pihak-pihak yang
terkena dampak proses tinjauan administratif dan peradilan
yang dapat diakses sehubungan dengan tindakan mengenai
masalah kepabeanan yang diambil oleh Pihak tersebut.
Pasal 55
Kerjasama dan Pertukaran Informasi
1. Para Pihak wajib bekerja sama dan bertukar informasi
satu sama lain, di bidang prosedur kepabeanan, termasuk
penegakannya terhadap perdagangan barang yang dibatasi
dan dilarang serta impor dan ekspor barang yang diduga
melanggar hak kekayaan intelektual.
Pasal 56
Sub-Komite Tata Cara Kepabeanan
1. Untuk tujuan pelaksanaan dan pengoperasian Bab ini
secara efektif, fungsi Sub-Komite tentang Prosedur
Kepabeanan (selanjutnya disebut dalam Pasal ini sebagai
“Sub-Komite”) yang dibentuk sesuai dengan Pasal 15 adalah:
46
Bab 5 Investasi
Pasal 57
Ruang Lingkup
Pasal 58 Definisi
47
(c) istilah "perusahaan dari Pihak lain" berarti
suatu perusahaan yang didirikan atau diorganisir
berdasarkan hukum dan peraturan yang berlaku dari
Pihak lainnya;
48
(viii) setiap properti berwujud dan tidak
berwujud, bergerak dan tidak bergerak
lainnya, dan setiap hak properti terkait,
seperti sewa, hipotek, hak gadai dan gadai;
49
2. Menyimpang dari ayat 1, masing-masing Pihak dapat
menetapkan formalitas khusus sehubungan dengan kegiatan
investasi penanam modal Pihak lainnya di Wilayahnya, dengan
ketentuan bahwa formalitas tersebut tidak secara material
merusak perlindungan yang diberikan oleh Pihak sebelumnya
kepada penanam modal Pihak lainnya dan investasi mereka.
sesuai dengan Bab ini.
Pasal 60
Perawatan Bangsa Terfavorit
Masing-masing Pihak harus memberikan kepada penanam
modal dari Pihak lainnya dan perlakuan penanaman modal
mereka yang tidak kurang menguntungkan daripada perlakuan
yang diberikan dalam keadaan yang sama kepada penanam modal
dari suatu Pihak dan penanaman modal mereka sehubungan
dengan kegiatan penanaman modal.
Pasal 61
Perlakuan Umum
Pasal 62
Akses ke Pengadilan
Setiap Pihak di Wilayahnya akan memberikan kepada
penanam modal dari Pihak lainnya perlakuan yang tidak
kurang menguntungkan daripada yang diberikan dalam keadaan
yang sama kepada penanam modalnya sendiri atau penanam
modal dari suatu non-Pihak, sehubungan dengan akses ke
pengadilan dan pengadilan administratif serta badan-
badannya. di semua tingkat yurisdiksi, baik dalam mengejar
dan membela hak-hak investor tersebut.
Pasal 63
Larangan Persyaratan Kinerja
1. Tidak ada Pihak yang akan memaksakan atau
memberlakukan persyaratan berikut, sehubungan dengan
kegiatan penanaman modal di Wilayahnya dari penanam modal
Pihak lainnya:
50
(d) untuk menghubungkan dengan cara apapun volume
atau nilai impor dengan volume atau nilai ekspor
atau dengan jumlah arus masuk valuta asing yang
terkait dengan investasi penanam modal;
51
(c) kelanjutan atau pembaruan segera dari setiap
tindakan yang tidak sesuai sebagaimana dimaksud
dalam sub-paragraf
(a) dan (b); atau
(d) amandemen atau modifikasi untuk setiap tindakan
yang tidak sesuai sebagaimana dimaksud dalam
sub-paragraf
(a) dan (b), asalkan amandemen atau modifikasi
tidak mengurangi kesesuaian tindakan, seperti
yang ada segera sebelum amandemen atau
modifikasi, dengan Pasal 59, 60 dan 63.
52
(c) kewajiban berdasarkan Perjanjian ini yang tidak
sesuai dengan tindakan tersebut;
53
Pasal 65
Pengambilalihan dan Kompensasi
54
Pasal 66
Perlindungan dari Perselisihan
Pasal 67 Transfer
Pasal 68
Subrogasi
56
Pasal 69
Penyelesaian Sengketa Investasi
antara suatu Pihak dan Penanam Modal dari Pihak Lain
1. Untuk tujuan Bab ini, “sengketa investasi” adalah
perselisihan antara suatu Pihak dan penanam modal dari
Pihak lainnya yang telah menimbulkan kerugian atau
kerusakan karena, atau timbul dari, dugaan pelanggaran
kewajiban berdasarkan Perjanjian ini dengan menghormati
investor dan investasinya.
57
(d) jika disepakati dengan Pihak yang bersengketa,
arbitrase apapun sesuai dengan aturan arbitrase
lainnya.
58
8. Menyimpang dari paragraf 7, tidak ada sengketa
penanaman modal yang dapat diajukan ke konsiliasi atau
arbitrase yang ditetapkan dalam paragraf 4, jika lebih dari
tiga tahun telah berlalu sejak tanggal investor yang
bersengketa memperoleh atau seharusnya pertama kali
memperoleh, mana yang lebih dulu, pengetahuan bahwa penanam
modal yang bersengketa telah mengalami kerugian atau
kerusakan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1.
59
14. Suatu pengadilan arbitrase yang dibentuk berdasarkan
ayat 4 akan memutuskan masalah yang disengketakan sesuai
dengan Persetujuan ini dan aturan hukum internasional yang
berlaku.
60
19. Putusan yang diberikan sesuai dengan ayat 18 bersifat
final dan mengikat para pihak yang bersengketa. Pihak yang
berselisih harus segera melaksanakan ketentuan-ketentuan
putusan dan menyediakan di Wilayahnya untuk pelaksanaan
putusan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
relevan.
Pasal 70 Tindakan
Pengamanan Sementara
61
3. Tidak ada satu pun dalam Pasal ini yang dapat dianggap
mengubah hak yang dinikmati dan kewajiban yang dilakukan
oleh suatu Pihak sebagai pihak dalam Pasal-pasal
Persetujuan Dana Moneter Internasional.
Pasal 71 Tindakan
Kehati-hatian
Pasal 72
Penolakan Manfaat
62
Pasal 73
Tindakan Perpajakan sebagai Pengambilalihan
1. Pasal 65 berlaku terhadap tindakan perpajakan,
sepanjang tindakan perpajakan tersebut merupakan
pengambilalihan sebagaimana diatur dalam ayat 1 Pasal 65.
63
Pasal 74 Tindakan Lingkungan
Pasal 75
Sub-Komite Investasi
Untuk tujuan pelaksanaan dan pengoperasian Bab ini
secara efektif, fungsi Sub-Komite Investasi (selanjutnya
disebut dalam Pasal ini sebagai “Sub-Komite”) yang
dibentuk sesuai dengan Pasal 15 adalah:
Bab 6
Perdagangan Jasa
Pasal 76
Ruang Lingkup
64
(i) jasa perbaikan dan perawatan pesawat udara;
Pasal 77 Definisi
65
(c) istilah "layanan sistem reservasi komputer"
berarti layanan yang disediakan oleh sistem
komputerisasi yang berisi informasi tentang
jadwal, ketersediaan, tarif dan aturan tarif
maskapai penerbangan, melalui mana reservasi
dapat dilakukan atau tiket dapat diterbitkan;
66
Catatan: Istilah "ukuran" harus mencakup
tindakan perpajakan sejauh yang dicakup
oleh GATS.
67
(i) dari atau di Area Pihak lainnya, atau dalam
hal layanan transportasi laut, oleh kapal
yang terdaftar berdasarkan hukum Pihak
lainnya, atau oleh orang dari Pihak lain
yang memasok layanan tersebut melalui
pengoperasian kapal atau penggunaannya
secara keseluruhan atau sebagian; atau
68
(u) istilah “perdagangan jasa” berarti penyediaan
jasa:
(i) dari Area suatu Pihak ke Area Pihak
lainnya (“mode pasokan lintas batas”);
Pasal 78
Akses Pasar
69
Catatan: Jika suatu Pihak melakukan komitmen akses pasar
sehubungan dengan penyediaan layanan melalui cara
penyediaan sebagaimana dimaksud dalam sub-paragraf
(u)(i) Pasal 77 dan jika pergerakan modal lintas
batas merupakan bagian penting dari layanan itu
sendiri, Pihak tersebut dengan demikian berkomitmen
untuk mengizinkan pergerakan modal tersebut. Jika
suatu Pihak melakukan a
komitmen akses pasar sehubungan dengan penyediaan
suatu jasa melalui cara penyediaan sebagaimana
dimaksud dalam sub-paragraf (u)(iii) Pasal 77,
dengan demikian berkomitmen untuk mengizinkan
pemindahan modal terkait ke dalam Wilayahnya.
70
(f) pembatasan penyertaan modal asing dalam hal
batas persentase maksimum kepemilikan saham
asing atau nilai total investasi asing individu
atau agregat.
Pasal 79 Perlakuan
Nasional
Pasal 80 Komitmen
Tambahan
71
Pasal 81
Jadwal Komitmen Khusus
1. Sehubungan dengan sektor atau sub-sektor di mana
komitmen khusus dilakukan oleh masing-masing Pihak, Jadwal
Komitmen Khususnya dalam Lampiran 8 harus menetapkan:
72
Pasal 82
Perawatan Bangsa Terfavorit
1. Masing-masing Pihak harus memberikan layanan dan
pemasok layanan dari Pihak lainnya perlakuan yang tidak
kurang menguntungkan daripada yang diberikan kepada
penyedia layanan dan layanan serupa dari non-Pihak mana
pun.
Pasal 83
Otorisasi, Lisensi atau Kualifikasi
Dengan maksud untuk memastikan bahwa setiap tindakan
oleh suatu Pihak yang berkaitan dengan otorisasi, lisensi
atau kualifikasi pemasok layanan dari Pihak lainnya tidak
merupakan hambatan yang tidak perlu untuk perdagangan jasa,
setiap Pihak harus berusaha untuk memastikan bahwa tindakan
tersebut:
Pasal 84
Saling Pengakuan
73
(a) tidak ada dalam Pasal 82 yang dapat ditafsirkan
untuk mengharuskan Pihak untuk memberikan
pengakuan tersebut atas pendidikan atau
pengalaman yang diperoleh, persyaratan yang
dipenuhi atau lisensi atau sertifikasi yang
diberikan di Pihak lainnya; dan
Pasal 85
Transparansi
Pasal 86
Monopoli dan Pemasok Layanan Eksklusif
1. Setiap Pihak harus memastikan bahwa pemasok jasa
monopoli mana pun di Wilayahnya tidak, dalam penyediaan
jasa monopoli di pasar terkait, bertindak dengan cara yang
tidak sesuai dengan komitmen Pihak berdasarkan Bab ini.
74
(a) memberi wewenang atau menetapkan sejumlah
kecil pemasok jasa; dan
Pasal 87
Pembayaran dan Transfer
2. Tidak ada dalam Bab ini yang akan mempengaruhi hak dan
kewajiban Para Pihak sebagai anggota Dana Moneter
Internasional berdasarkan Anggaran Dasar Dana Moneter
Internasional, termasuk penggunaan tindakan pertukaran yang
sesuai dengan Anggaran Dasar Perjanjian Moneter
Internasional. Dana, dengan ketentuan bahwa suatu Pihak
tidak akan memberlakukan pembatasan pada setiap transaksi
modal yang tidak sesuai dengan komitmennya berdasarkan Bab
ini mengenai transaksi tersebut, kecuali berdasarkan Pasal
88, atau atas permintaan Dana Moneter Internasional.
Pasal 88
Pembatasan untuk Menjaga Neraca Pembayaran
1. Dalam hal neraca pembayaran yang serius dan kesulitan
keuangan eksternal atau ancamannya, suatu Pihak dapat
mengadopsi atau mempertahankan pembatasan perdagangan
jasa, termasuk pembayaran atau transfer untuk transaksi.
75
3. Dalam menentukan timbulnya pembatasan tersebut, suatu
Pihak dapat memberikan prioritas pada penyediaan layanan
yang lebih penting bagi program ekonomi atau
pembangunannya. Namun, pembatasan tersebut tidak boleh
diadopsi atau dipertahankan untuk tujuan melindungi sektor
jasa tertentu.
Pasal 89 Tindakan
Pengamanan Darurat
Pasal 90
Penolakan Manfaat
76
2. Tunduk pada pemberitahuan dan konsultasi sebelumnya,
suatu Pihak dapat menolak manfaat Bab ini kepada pemasok
layanan dari Pihak lain yang merupakan badan hukum dari
Pihak lainnya, di mana Pihak yang menyangkal menetapkan
bahwa badan hukum tersebut dimiliki atau dikendalikan oleh
orang-orang dari bukan Pihak dan tidak memiliki kegiatan
bisnis yang substansial di Wilayah Pihak lainnya.
Pasal 91
Sub-Komite Perdagangan Jasa
Untuk tujuan pelaksanaan dan pengoperasian Bab ini
secara efektif, fungsi Sub-Komite Perdagangan Jasa
(selanjutnya disebut dalam Pasal ini sebagai “Sub-Komite”)
yang dibentuk sesuai dengan Pasal 15 adalah:
Bab 7 Pergerakan
Orang Alami
Pasal 92
Ruang Lingkup
77
3. Bab ini tidak akan menghalangi suatu Pihak untuk
menerapkan langkah-langkah untuk mengatur masuknya orang
perseorangan dari Pihak lainnya ke, atau tinggal sementara
mereka di, Pihak sebelumnya, termasuk langkah-langkah yang
diperlukan untuk melindungi integritas, dan untuk
memastikan pergerakan yang tertib dari orang perseorangan
melintasi, perbatasannya, dengan ketentuan bahwa tindakan
tersebut tidak diterapkan sedemikian rupa untuk meniadakan
atau merusak manfaat yang diperoleh Pihak lain berdasarkan
ketentuan komitmen khusus yang ditetapkan dalam Lampiran
10.
Pasal 93
Pengertian
Pasal 96
Sub-Komite Pergerakan Orang Asli
Untuk tujuan pelaksanaan dan pengoperasian Bab ini
secara efektif, fungsi Sub-Komite Pergerakan Orang Alami
(selanjutnya disebut dalam Pasal ini sebagai “Sub-
Komite”) yang dibentuk sesuai dengan Pasal 15 adalah:
79
Bab 8
Energi dan Sumber Daya Mineral
Pasal 97 Definisi
Pasal 98
Promosi dan Fasilitasi Investasi
1. (a) Kedua Pihak wajib bekerja sama dalam
mempromosikan dan memfasilitasi investasi
antara Para Pihak di sektor energi dan sumber
daya mineral melalui cara-cara seperti:
(i) membahas cara-cara efektif dalam kegiatan
promosi investasi dan peningkatan
kapasitas;
80
(ii) memfasilitasi penyediaan dan pertukaran
informasi investasi termasuk informasi
tentang undang-undang, peraturan dan
kebijakan Para Pihak;
Pasal 99
Pembatasan Impor dan Ekspor
1. Para Pihak menegaskan kembali kewajiban mereka untuk
mematuhi ketentuan yang relevan dari GATT 1994,
sehubungan dengan larangan atau pembatasan impor atau
ekspor barang energi dan sumber daya mineral.
81
Pasal 100
Prosedur dan Administrasi Perizinan Ekspor
Jika suatu Pihak mengadopsi atau mempertahankan
prosedur perizinan ekspor sehubungan dengan barang energi
dan sumber daya mineral:
82
(f) ketika mengelola kuota melalui lisensi ekspor,
Pihak tersebut harus menginformasikan Pihak
lainnya tentang jumlah keseluruhan kuota yang
akan diterapkan dan setiap perubahannya;
Pasal 101
Langkah-langkah Pengaturan Energi dan Sumber Daya
Mineral
1. Setiap Pihak wajib berusaha untuk memastikan bahwa,
dalam penerapan setiap tindakan pengaturan energi dan
sumber daya mineral, badan pengatur energi dan sumber daya
mineral Pihak harus menghindari gangguan hubungan
kontraktual yang ada pada saat penerapan energi dan sumber
daya mineral. tindakan pengaturan semaksimal mungkin dan
melaksanakan tindakan pengaturan energi dan sumber daya
mineral secara tertib dan merata.
83
2. Setiap Pihak harus:
Pasal 103
Pengembangan
Masyarakat
Pasal 104
Kerjasama
84
Pasal 105
Sub Komite Energi dan Sumber Daya Mineral
Untuk tujuan pelaksanaan dan pengoperasian Bab ini
secara efektif, fungsi Sub Komite Energi dan Sumber Daya
Mineral (selanjutnya disebut dalam Pasal ini sebagai “Sub
Komite”) yang dibentuk sesuai dengan Pasal 15 adalah:
Bab 9 Kekayaan
Intelektual
Pasal 106
Ketentuan Umum
85
3. Setiap Pihak wajib berusaha untuk menjadi pihak, jika
bukan merupakan pihak, pada perjanjian internasional
berikut ini sesuai dengan prosedur yang diperlukannya:
Pasal 107
Definisi
Untuk tujuan Bab ini:
Pasal 108
Perlakuan Nasional
dan Perlakuan Bangsa Terfavorit
1. Setiap Pihak wajib memberikan perlakuan yang tidak
kurang menguntungkan bagi warga negara dari Pihak lainnya
daripada yang diberikan kepada warga negaranya sendiri
berkenaan dengan perlindungan kekayaan intelektual sesuai
dengan Pasal 3 dan 5 Perjanjian TRIPs.
86
2. Setiap Pihak harus memberikan perlakuan yang tidak
kurang menguntungkan bagi warga negara dari Pihak lainnya
daripada yang diberikan kepada warga negara dari non-Pihak
sehubungan dengan perlindungan kekayaan intelektual sesuai
dengan Pasal 4 dan
5 Perjanjian TRIPs.
3. Untuk tujuan Pasal ini:
87
(b) penyerahan bukti jika ada keraguan yang wajar
mengenai keaslian tanda tangan atau cara lain
untuk mengidentifikasi diri pada dokumen yang
diserahkan kepada pejabat yang berwenang dari
Pihak tersebut. Apabila pejabat yang berwenang
memberi tahu orang tersebut bahwa penyerahan
bukti diperlukan, pemberitahuan itu harus
menyatakan alasan untuk meminta penyerahan itu.
Pasal 110
Transparansi
88
(a) mempublikasikan informasi sekurang-kurangnya
tentang permohonan dan pemberian paten,
pendaftaran model utilitas dan desain industri,
dan permohonan pendaftaran, dan pendaftaran,
merek dagang dan varietas tanaman baru, serta
menyediakan bagi publik informasi yang terkandung
dalam berkas-berkasnya;
89
3. Masing-masing Pihak harus memastikan bahwa suatu
permohonan paten diperiksa atas permintaan pemohon, jika
sesuai, lebih diutamakan daripada permohonan lain, jika
pemohon telah mengajukan permohonan paten atas penemuan
yang sama atau secara substansial sama di Pihak lainnya.
atau di non-Pihak mana pun. Setiap Pihak dapat meminta
pemohon untuk memberikan, bersama dengan permintaan, hasil
pencarian sebelumnya yang relevan, atau salinan keputusan
akhir oleh otoritas administratif untuk paten Pihak lain
atau non-Pihak (selanjutnya disebut dalam Pasal ini sebagai
“keputusan akhir”) atas permohonan yang diajukan di Pihak
lain atau non-Pihak.
90
(b) dalam hal paten untuk proses penemuan, tindakan
pembuatan, pengalihan, penyewaan, pengimporan,
atau penawaran untuk penugasan atau sewa, untuk
tujuan komersial, hal-hal yang akan digunakan
secara eksklusif untuk pengerjaan penemuan
tersebut.
91
2. Masing-masing Pihak harus menolak atau membatalkan
pendaftaran merek dagang, yang identik atau mirip dengan
merek dagang yang terkenal di salah satu Pihak sebagai
indikasi barang atau jasa orang lain, jika penggunaan merek
tersebut untuk maksud yang tidak adil, antara lain, maksud
untuk mendapatkan keuntungan yang tidak adil atau niat
untuk menyebabkan kerusakan pada orang tersebut apakah
penggunaan tersebut akan mengakibatkan kemungkinan
kebingungan atau tidak.
92
4. Setiap Pihak harus memberikan upaya hukum yang memadai
dan efektif terhadap setiap orang yang dengan sengaja
melakukan salah satu tindakan berikut dengan mengetahui,
atau sehubungan dengan upaya hukum perdata yang memiliki
alasan yang masuk akal untuk mengetahui, bahwa tindakan
tersebut akan menyebabkan, memungkinkan, memfasilitasi atau
menyembunyikan pelanggaran hak cipta atau hak terkait. :
Pasal 116
Varietas Tanaman Baru
Setiap Pihak wajib menyediakan perlindungan bagi
semua genera dan spesies tanaman dengan sistem
perlindungan varietas tanaman yang efektif yang
konsisten dengan Konvensi UPOV 1991.
Pasal 117
Tindakan Persaingan Tidak Sehat
1. Setiap Pihak wajib memberikan perlindungan yang
efektif terhadap tindakan persaingan tidak sehat.
93
3. Tindakan berikut, khususnya, dilarang sebagai tindakan
persaingan tidak sehat:
94
(b) tindakan mengalihkan, menyewakan, menampilkan
untuk tujuan pengalihan atau sewa, mengekspor
atau mengimpor, barang yang meniru konfigurasi
barang orang lain kecuali sebagaimana diatur
dalam undang-undang dan peraturan masing-masing
Pihak; dan
Pasal 118
Perlindungan Informasi yang Dirahasiakan
Setiap Pihak harus memastikan dalam undang-undang
dan peraturannya perlindungan yang memadai dan efektif
atas informasi yang tidak diungkapkan sesuai dengan
Pasal 39 Perjanjian TRIPs.
95
3. Setiap Pihak harus memastikan bahwa otoritas yang
berwenang tidak mengizinkan ekspor ulang merek dagang palsu
atau barang hak cipta bajakan selain dalam keadaan luar
biasa.
Pasal 122
Kerjasama
96
Pasal 123
Sub-Komite Kekayaan Intelektual
Untuk tujuan pelaksanaan dan pengoperasian Bab ini
secara efektif, fungsi Sub-Komite tentang Kekayaan
Intelektual (selanjutnya disebut dalam Pasal ini sebagai
“Sub-Komite”) yang dibentuk sesuai dengan Pasal 15 adalah:
Bab 10 Pengadaan
Pemerintah
Pasal 124
Pertukaran Informasi
97
(b) untuk Indonesia, Kementerian Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).
Pasal 125
Sub-Komite Pengadaan Pemerintah
1. Untuk tujuan pelaksanaan dan pengoperasian Bab ini
secara efektif, fungsi Sub-Panitia Pengadaan Pemerintah
(selanjutnya disebut dalam Pasal ini sebagai “Sub-
Panitia”) yang dibentuk sesuai dengan Pasal 15 adalah:
Bab 11 Kompetisi
98
Pasal 127
Kerjasama dalam Promosi Kompetisi
1. Para Pihak harus, sesuai dengan hukum dan peraturan
masing-masing, bekerja sama dalam mempromosikan persaingan
dengan menangani kegiatan anti persaingan, dan dalam
pengembangan kapasitas untuk memperkuat kebijakan
persaingan dan implementasi undang-undang dan peraturan
persaingan, dengan tunduk pada sumber daya masing-masing
yang tersedia.
Pasal 130
Tidak Berlakunya Ayat 2 Pasal 9
Paragraf 2 Pasal 9 tidak berlaku untuk Bab ini.
Bab 12
Peningkatan Lingkungan Bisnis dan
Promosi Keyakinan Bisnis
Pasal 131
Prinsip Dasar
99
2. Masing-masing Pihak wajib, sesuai dengan undang-undang
dan peraturannya, mengambil langkah-langkah yang tepat
untuk lebih meningkatkan lingkungan bisnis untuk
kepentingan perusahaan Para Pihak yang melakukan kegiatan
bisnis mereka di Para Pihak.
Pasal 132
Sub-Komite Peningkatan Lingkungan Bisnis dan Promosi
Kepercayaan Bisnis
100
(d) menyediakan, jika perlu, kepada perusahaan-
perusahaan Para Pihak rekomendasi-rekomendasi
sebagaimana dimaksud dalam sub-ayat (b) dan
hasil-hasil tinjauan sebagaimana dimaksud dalam
sub-ayat (c) dengan cara yang tepat;
Pasal 133
Kantor Penghubung Peningkatan Lingkungan Bisnis
1. Setiap Pihak harus menunjuk dan memelihara Kantor
Penghubung untuk Peningkatan Lingkungan Bisnis untuk
tujuan Bab ini.
Bab 13 Kerjasama
Pasal 134
Prinsip Dasar
Para Pihak wajib memajukan kerja sama berdasarkan
Persetujuan ini untuk keuntungan bersama dalam rangka
meliberalisasi dan memfasilitasi perdagangan dan investasi
antara Para Pihak dan untuk memajukan kesejahteraan rakyat
Para Pihak.
Untuk tujuan ini, Para Pihak wajib bekerja sama antara
Pemerintah Para Pihak dan, jika perlu dan sesuai,
mendorong dan memfasilitasi kerja sama antara para pihak
selain Pemerintah Para Pihak, di bidang-bidang berikut:
101
(d) pengembangan sumber daya manusia;
(e) pariwisata;
(f) teknologi Informasi dan Komunikasi;
Pasal 135
Bidang dan Bentuk Kerjasama
Bidang dan bentuk kerjasama dalam Bab ini dapat
diatur dalam Persetujuan Pelaksanaan.
Pasal 137
Sub-Komite Kerjasama
1. Untuk tujuan pelaksanaan dan pengoperasian Bab ini
secara efektif, fungsi Sub-Komite Kerjasama (selanjutnya
disebut dalam Pasal ini sebagai “Sub-Komite”) yang
dibentuk sesuai dengan Pasal 15 adalah:
102
(c) mengidentifikasi cara untuk kerjasama lebih
lanjut;
Bab 14
Penyelesaian
Sengketa
Pasal 138
Ruang Lingkup
103
Pasal 140
Konsultasi
Pasal 141
Jasa Baik, Konsiliasi atau Mediasi
1. Jasa baik, konsiliasi atau mediasi dapat diminta
setiap saat oleh salah satu Pihak. Mereka dapat dimulai
kapan saja dengan persetujuan Para Pihak, dan diakhiri
kapan saja atas permintaan salah satu Pihak.
104
(b) jika Para Pihak gagal menyelesaikan
perselisihan melalui konsultasi tersebut dalam
waktu 90 hari, atau dalam waktu 50 hari dalam
kasus konsultasi mengenai barang yang mudah
rusak, setelah tanggal diterimanya permintaan
konsultasi tersebut,
105
7. Tanggal pembentukan majelis arbitrase adalah tanggal
penunjukan ketua.
106
3. Pertimbangan majelis arbitrase dan dokumen yang
diserahkan kepadanya harus dijaga kerahasiaannya.
107
Pasal 145
Penangguhan dan Penghentian Proses
1. Dimana Para Pihak setuju, majelis arbitrase dapat
menangguhkan pekerjaannya setiap saat untuk jangka waktu
tidak lebih dari 12 bulan. Dalam hal penangguhan seperti
itu, jangka waktu yang ditetapkan dalam paragraf 7 dan 8
Pasal 144 dan paragraf
8 Pasal 146 akan diperpanjang dengan jangka waktu
pekerjaan dihentikan. Proses pengadilan arbitrase akan
dilanjutkan setiap saat atas permintaan salah satu Pihak.
Jika pekerjaan majelis arbitrase telah ditangguhkan selama
lebih dari 12 bulan, wewenang untuk pembentukan majelis
arbitrase akan berakhir kecuali Para Pihak menyetujui
sebaliknya.
Pasal 146
Pelaksanaan Penghargaan
108
4. Jika Pihak yang mengajukan pengaduan menganggap bahwa
Pihak yang diadukan telah gagal untuk mematuhi putusan
dalam jangka waktu pelaksanaan sebagaimana ditentukan
sesuai dengan ayat 2, ia dapat merujuk masalah tersebut ke
pengadilan arbitrase.
109
7. Jika Pihak yang mengajukan keluhan menganggap bahwa
persyaratan untuk penangguhan penerapan konsesi atau
kewajiban lain berdasarkan Perjanjian ini oleh Pihak yang
mengajukan keluhan yang ditetapkan dalam paragraf 3, 5 atau
6 belum terpenuhi, Pihak tersebut dapat meminta konsultasi
dengan pihak yang mengajukan keluhan. Berpesta. Pihak yang
mengajukan keluhan harus mengadakan konsultasi dalam waktu
10 hari setelah tanggal diterimanya permintaan tersebut.
Jika Para Pihak gagal untuk menyelesaikan masalah tersebut
dalam waktu 30 hari setelah tanggal diterimanya permintaan
konsultasi sesuai dengan paragraf ini, Pihak yang
dikeluhkan dapat merujuk masalah tersebut ke pengadilan
arbitrase.
Bab 15 Ketentuan
Akhir
Pasal 149
Daftar Isi dan Judul
Daftar isi dan judul dari Bab dan Pasal dari
Perjanjian ini disisipkan untuk kemudahan referensi saja
dan tidak akan mempengaruhi interpretasi dari Perjanjian
ini.
110
Pasal 150
Lampiran dan Catatan
Pasal 151
Tinjauan Umum
Pasal 152
Amandemen
Pasal 154
Penghentian
111
SEBAGAI BUKTI, yang bertanda tangan di bawah ini, yang
diberi kuasa untuk itu, telah menandatangani Perjanjian
ini.
112