PEMERIKSAAN KEBERATAN
PUTUSAN KPPU
OLEH
Dr. Marsudin Nainggolan, SH.,MH.
Hakim Tinggi/Peneliti
Jakarta 25 Mei 2022
PENDAHULUAN
PUTUSAN MK
UU CIPTA KERJA (15 BAB) : CACAT SECARA FORMIL (INKONSTITUSIONAL
No.91/PUU-XVII/2020
Tgl 25 Nop 2021 BERSYARAT) : HARUS DIPERBAIKI DALAM WAKTU 2 TAHUN
LATAR BELAKANG
• Beberapa ketentuan UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja)
terutama yang berkaitan dengan proses penegakan hukum terhadap praktik
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
• Pasal 118 UU Cipta Kerja mengubah ketentuan Pasal 44, Pasal 45, Pasal 47 dan Pasal
48, serta menghapus Pasal 49 UU No. 5 Tahun 1999.
• Perubahan tersebut kemudian diatur secara teknis lebih lanjut dalam PP Nomor 44
Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat (PP No. 44 Tahun 2021).
• Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha RI No. 2 Tahun 2021 mengenai
Pedoman Pengenaan Sanksi Denda Pelanggaran Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat.
• Perma Nomor 3 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pengajuan dan Pemeriksaan
Keberatan Terhadap Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha.
Perubahan UU Nomor 5 Tahun 1999
Dalam UU Nomor 11 Tahun 2020
BAB VI tentang Kemudahan Berusaha
1. Penerapan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko (RBA)
2. Perizinan Dasar (Tata ruang Lingkungan, bangunan)
3. Imigrasi
4. Paten
5. Merek
6. Perseroan Terbatas
7. Penghapusan Izin Gangguan
8. Badan Usaha Milik Desa (BUMD)
9. Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
10. Perpajakan
11. Pendapatan Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD)
ASAS UU 11/2020 & UU 5/1999
UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Penempatan Perubahan UU Nomor 5 Tahun 1999 dalam Bab VI tentang Kemudahan Berusaha,
dimaknai bahwa : alasan dan tujuan perubahan UU No.5/1999 guna mewujudkan asas dan tujuan
kemudahan berusaha, selain berdasarkan asas dan tujuan dalam UU No. 5 Tahun 1999
Karakteristik Ketentuan UU Nomor 5 Tahun 1999,
Perubahan dalam Pasal 118 UU No. 11 Tahun 2020
dan Peraturan Turunannya
• Kombinasi Hukum Konvensional dengan Hukum Bisnis
• Memiliki irisan antara perkara yang berkaitan dengan kepentingan
publik (perkara pidana), dan perkara yang berkaitan dengan dengan
kepentingan privat (perdata bisnis).
• Dalam proses pemeriksaan dan pembuktian di KPPU cenderung
mempergunakan hukum acara Pidana, sedangkan dalam proses
pemeriksaan keberatan dan pembuktian serta eksekusi di Pengadilan
Niaga menerapkan hukum acara perdata.
PASAL UU Nomor 5 Tahun 1999
YANG DIRUBAH
• Pasal 44 : keberatan ke- PN (412 PN) beralih Peng. Niaga (5 P. Niaga)
• Pasal 45 : Pemeriksaan Keberatan 14 hari setelah terima (Peng Niaga
maupun di tkt Kasasi
• Pasal 47 : Sanksi 1 Miliar minimal, angka maksimal 25 M dihapus
• Pasal 48 : pidana penambahan besarnya denda kecuali yang terkait
obstacles of justice / Tidak kooperatif, dapat dipidana dengan
pidana denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah) atau pidana kurungan
paling lama 1 (satu) tahun sebagai pengganti pidana denda.
• Pasal 49 : dihapus (sanksi pidana tambahan)
UU CIPTA KERJA NO. 11/2021 YANG TERKAIT
UPAYA KEBERATAN ATAS PUTUSAN KPPU
PP NO. 44 TAHUN 2021 YANG TERKAIT
UPAYA KEBERATAN ATAS PUTUSAN KPPU
PERATURAN KPPU NO. 2 TAHUN 2021 YANG
TERKAIT DENGAN UPAYA HUKUM KEBERATAN
BAB III JAMINAN BANK
Pasal 11 Pasal 13
(1) Dalam hal Terlapor mengajukan keberatan atau kasasi Dalam hal Terlapor tidak menyerahkan surat jaminan
atas putusan Komisi, Terlapor wajib menyampaikan jaminan bank dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud
bank sebagai jaminan pelaksanaan putusan Komisi dalam
dalam Pasal 11 ayat (1), Terlapor dianggap tidak
jangka waktu 14 (empat belas) Hari terhitung sejak
menerima putusan. mengajukan keberatan
(2) Jaminan bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 14
paling banyak 20% (dua puluh persen) dari nilai Denda (1) Komisi dapat mencairkan jaminan bank
sebagaimana tercantum dalam amar putusan Komisi.
(3) Jaminan bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) dalam
diserahkan kepada ketua Komisi. hal putusan Komisi dikuatkan oleh putusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
Pasal 12 (2) Komisi mengembalikan jaminan bank kepada
(1) Jaminan bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
Terlapor dalam hal putusan Komisi dibatalkan oleh
ayat (1) berupa surat pernyataan bank untuk menjamin
Terlapor. putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
(2) Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
bank umum yang beroperasi di wilayah Indonesia.
PERKEMBANGAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG
TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PEMERIKSAAN
KEBERATAN PUTUSAN KPPU
• Dan kewenangan delegasi membentuk Perkom Nomor 2 Tahun 2021 yang merupakan pelaksanaan
kewenangan Qoasi legislasi yang didelegasikan dalam Pasal 21 Peraturan Pemerintah RI Nomor 44 Tahun
2021 untuk menjalankan ketentuan Pasal 12 ayat (2)
“sebagaimana jaminan pemenuhan atas putusan Komisi yang memuat tindakan administratif
berupa denda, terlapor wajib menyerahkan jaminan bank yang cukup, paling banyak 20%(dua
puluh persen) dari nilai denda, paling lama 14 (empat belaas) hari hari kerja setelah menerima
pemberitahuan putusan Komisi.”
Bahwa Ps. 12 ayat (2) menentukan penyerahan jaminan bank setelah 14 hari kerja menerima pemberitahuan
putusan KPPU, bukan setelah putusan berkekuatan hukum tetap.
Putusan KPPU dalam hal ini dianggap telah mengikat. Tetapi terkait dengan dianggap tidak mengajukan
keberatan karena Terlapor tidak memberikan jaminan bank, tampaknya peraturan KPPU ini
berlebihan karena dalam pengajuan Keberatan ke Pengadilan wajib melampirkan FC Jaminan
pembayaran denda tersebut
Mengapa Pasal 48 dan Pasal 49 tidak pernah digunakan dalam
penegakan hukum atas pelanggaran terhadap UU Persaingan
Usaha.
• Pasal 48 : pidana penambahan besarnya denda kecuali yang terkait
obstacles of justice / Tidak kooperatif, dapat dipidana dengan
pidana denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah) atau pidana kurungan
paling lama 1 (satu) tahun sebagai pengganti pidana denda.
• Pasal 49 : dihapus (sanksi pidana tambahan)
TATA CARA PENGAJUAN KEBERATAN
• Dalam hal pengajuan Keberatan, Pemohon Keberatan wajib menyerahkan: surat kuasa,
permohonan keberatan, Salinan putusan KPPU; dan salinan jaminan bank yang dilegalisir
dalam hal putusan KPPU memuat sanksi tindakan administratif berupa denda
• Dalam hal Keberatan diajukan oleh 1 (satu) Pemohon Keberatan atau lebih terhadap
putusan KPPU yang sama dan terdapat Terlapor lain dalam putusan KPPU tersebut yang
tidak mengajukan Keberatan, maka terhadap Terlapor tersebut putusan KPPU
berkekuatan hukum tetap. (Pasal 2 ayat 4)
• Dalam hal Keberatan diajukan oleh lebih dari 1 (satu) Pemohon Keberatan untuk putusan
KPPU yang sama di Pengadilan Niaga yang sama, perkara tersebut didaftarkan dengan
nomor yang sama. (Pasal 3 ayat 3)
• Dalam pengajuan Keberatan, Pemohon Keberatan wajib menyerahkan salinan jaminan
bank yang dilegalisir. (Pasal 4 ayat 1 huruf d) Salinan Jaminan bank sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d diserahkan dalam hal putusan KPPU memuat sanksi tindakan
administratif berupa denda. (Pasal 4 ayat 3)
TATA CARA PENGAJUAN KEBERATAN
Jangka Waktu
• Pemeriksaan dilakukan dalam jangka waktu paling cepat 3 (tiga) bulan dan
paling lama 12 (dua belas) bulan. (Pasal 14 ayat 1)
• Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) cukup,
majelis hakim dapat menyelesaikan pemeriksaan dalam jangka waktu
kurang dari 3 (tiga) bulan. (Pasal 14 ayat 2)
PROSES KEBERATAN TERHADAP PUTUSAN KPPU
( SESUDAH BERLAKUNYA PP NO 44 TAHUN 2021)
No Tentang Perma No. 3 Tahun 2021 PP No. 44 Tahun 2021
1 Jangka waktu Diajukan 14 (empat belas) hari kerja setelah tanggal pembacaan Pelaku Usaha dapat mengajukan Keberatan kepada Pengadilan
Pengajuan putusan atau sejak tanggal pemberitahuan diterima oleh Terlapor Niaga sesuai domisili Pelaku Usaha selambat-lambatnya 14
Keberatan jika Terlapor tidak hadir dalam sidang Pembacaan Putusan. (empat belas) hari kerja setelah menerima pemberitahuan Putusan
Komisi
2 Pengajuan
a) Keberatan diajukan melalui Kepaniteraan Pengadilan Niaga;
Keberatan Mekanisme Pengajuan Keberatan di Pengadilan Niaga disamakan
b) Dalam hal Keberatan diajukan lebih dari 1 (satu) Terlapor
dengan ketentuan Perma No. 3 Tahun 2021
untuk. Putusan KPPU yang sama di Pengadilan Niaga yang
sama, perkara tersebut didaftarkan dengan nomor yang sama.
3 Jangka waktu Pemeriksaan perkara dilakukan paling cepat 3(tiga) bulan dan Pemeriksaan perkara Keberatan dilakukan dalam jangka waktu
keberatan paling lama 12 bulan , dan dalam pemeriksaan cukup dapat paling cepat 3 (tiga) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan.
menyelesaikan kurang dari 3 bulan .
4 Jaminan Bank Salinan jaminan bank yang dilegalisir dalam hal putusan KPPU Terlapor wajib menyerahkan jaminan bank yang cukup, paling
memuat sanksi tindakan administratif berupa denda banyak 20% (dua puluh persen) dari nilai denda.
5 Penggabungan Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) terlapor yang mengajukan
Dalam hal Keberatan diajukan Oleh Lebih dari 1 (satu) Terlapor keberatan dalam 1 (satu) lingkup yurisdiksi pengadilan niaga,
untuk Putusan KPPU yang sama tetapi berbeda tempat maka menjadi kewenangan ketua pengadilan niaga setempat,
kedudukan hukumnya, KPPU mengajukan permohonan tertulis sedangkan bila lintas yurisdiksi pengadilan niaga, maka menjadi
kepada Mahkamah Agung Untuk menunjuk salah satu Pengadilan kewenangan MA untuk menggabungkan perkara berdasarkan
Niaga disertai usulan Pengadilan Niaga mana yang akan permohonan KPPU.
memeriksa Keberatan tersebut.
Mei 22 27
Kategori Bukti : William R.Bell
1. Direct evidence. : bukti secara langsung mengenai suatu fakta; mis saksi yang
melihat langsung
2. Circumtantial evidence : bukti tak langsung menunjuk suatu fakta, namun tetap merujuk
pada kejadian sebenarnya
3. Substitute evidence : bukti yg sudah menjadi pengetahuan umum; tak perlu
dibuktikan lagi secara langsung atau tak langsung
4. Testimonial evidence : bukti kesaksian; a. kesaksian atas fakta yg sesungguhnya,
b. pendapat atas kesaksian, c. pendapat ahli
5. Real evidence : objek fisik dari sesuatu yang berkaitan dgn kejahatan (bukti
fisik/barang bukti)
6. Demonstrative evidence: bukti yg digunakan untuk menjelaskan fakta-fakta di depan
pengadilan oleh penyidik
7. Documentary evidence : bukti yang meliputi tulisan tangan, surat, fotografi, transkrip
rekaman dan alat bukti tertulis lainnya
Mei 22 28
TEORI ALAT BUKTI
Suatu alat bukti dapat dipakai sebagai alat bukti di pengadilan
diperlukan berbagai syarat-syarat sebagai berikut :
• Admisible, diperkenankan oleh undang-undang untuk dipakai sebagai
alat bukti.
• Reability, yakni alat bukti tersebut dapat dipercaya keabsahannya
(misalnya : tidak palsu)
• Necessity, yakni alat bukti tersebut memang diperlukan untuk
membuktikan suatu fakta.
• Relevance, yakni alat bukti tersebut mempunyai relevansi dengan
fakta yang akan dibuktikan.
Mei 22 29
KEKUATAN PEMBUKTIAN
Mei 22 30
PEMBUKTIAN DAN ALAT BUKTI (Ps. 44 UU No.5/1999
Alat-alat bukti pemeriksaan Komisi Ps. Perbandingan Alat bukti Dalam Perkara Pidana
42 UU No. 5/1999 berupa : Pasal 184 KUHAP
a. Keterangan saksi 1. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli 2. Keterangan ahli
c. Surat dan atau dokumen 3. Surat
d. Petunjuk. 4. Petunjuk
e. Keterangan pelaku usaha. 5. Keterangan Terdakwa
+
+
- Circumstansial evidence . • Pasal 5 UU No. 19/2016 ttg ITE
- Indirect evidence. 1. Informasi elektronik
2. Dokumen Elektronik
3. Hasil cetak dari Informasi dan
Dokumen Elektronik.
Mei 22 31
BUKTI TAMBAHAN
Mei 22 33
+
ALAT BUKTI PERKARA a. Pemeriksaan Setempat (SE MA No.7/2001)
PERDATA b. Keterangan Ahli (154 HIR/181 Rbg/215 Rv)
Ps. 164 HIR/284 Rbg/1866 BW. c. Pengetahuan Hakim (Pasal 78 (1) UU No.1 Tahun
1950) , Put MA RI No. 213 K/S ip/1955 tgl 10
1. Tulisan/surat April 1957)
2. Keterangan saksi d. Pembukuan (Ps 138, 167 UU No.8/1997)
3. Persangkaan +
4. Pengakuan Ps. 1 angka 1 & angka 4 dan Ps. 5 ayat (1), (2) &
(3) UU ITE
5. Sumpah
1. Informasi Elektronik
2. Dokumen Elektronik
3. Hasil Cetak dari Infomasi dan Dokumen
Elektronik
Mei 22 34
PELAKSANAAN PUTUSAN
• Putusan KPPU baik yang tidak diajukan Keberatan maupun yang telah diperiksa
dan diputus melalui prosedur Keberatan, serta telah berkekuatan hukum tetap,
harus dilaksanakan secara sukarela oleh Terlapor/ Pernohon Keberatan paling
lambat 30 (tiga puluh) Hari sejak tanggal pengucapan putusan dan/atau sejak
Terlapor/Pemohon Keberatan menerima pemberitahuan putusan. (Pasal 17)
• Dalam hal putusan KPPU tidak diajukan Keberatan namun tidak dilaksanakan
dengan sukarela, KPPU mengajukan permohonan eksekusi kepada ketua
Pengadilan Niaga tempat kedudukan hukum Terlapor. (Pasal 18)
• Dalam hal putusan telah diperiksa dan diputus melalui prosedur Keberatan serta
telah berkekuatan hukum tetap namun tidak dilaksanakan dengan sukarela oleh
Pemohon Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, KPPU mengajukan
permohonan eksekusi kepada Ketua Pengadilan Niaga yang memutus perkara
tersebut. (Pasal 19)
• Berdasarkan permohonan eksekusi yang diajukan oleh KPPU sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 dan Pasal 19, Putusan yang telah berkekuatan hukum
tetap dilakukan eksekusi sesuai dengan ketentuan hukum acara perdata. (Pasal 20)