Anda di halaman 1dari 12

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2021
TENTANG
PEDOMAN PENGENAAN SANKSI DENDA PELANGGARAN PRAKTEK
MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETUA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk mendukung terwujudnya kepastian dan


kesempatan berusaha melalui peningkatan ekosistem
investasi dan kegiatan usaha, diperlukan praktek kegiatan
usaha yang lebih kondusif dan menitikberatkan pada
persaingan usaha yang sehat;
b. bahwa untuk memberikan kepastian hukum pengenaan
tindakan administratif berupa denda sebagaimana diatur
dalam Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun
2021 tentang Pelaksanaan Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, diperlukan pedoman
pengenaan sanksi denda pelanggaran praktek monopoli
dan persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan oleh
pelaku usaha;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha tentang Pedoman
Pengenaan Sanksi Denda Pelanggaran Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
-2-

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan


Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3817));
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6573);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2021 tentang
Pelaksanaan Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6656);
4. Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999 tentang Komisi
Pengawas Persaingan Usaha, sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2008 tentang
Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun
1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA
TENTANG PEDOMAN PENGENAAN SANKSI DENDA
PELANGGARAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN
USAHA TIDAK SEHAT.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan:
1. Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang selanjutnya
disebut Komisi adalah komisi yang dibentuk untuk
mengawasi pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan
usahanya agar tidak melakukan praktek monopoli
dan/atau persaingan usaha tidak sehat.
-3-

2. Pelaku Usaha adalah setiap orang perorangan atau badan


usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan
badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama
melalui perjanjian menyelenggarakan berbagai kegiatan
usaha dalam bidang ekonomi.
3. Terlapor adalah Pelaku Usaha dan/atau pihak lain yang
diduga melakukan pelanggaran.
4. Majelis Komisi adalah majelis sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai larangan praktek monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat.
5. Pasar Bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan
jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh Pelaku
Usaha atas barang dan/atau jasa yang sama atau sejenis
atau substitusi dari barang dan/atau jasa tersebut.
6. Denda adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan
kepada negara berdasarkan putusan yang berkekuatan
hukum tetap.
7. Hari adalah hari kerja.

BAB II
PENGHITUNGAN BESARAN DENDA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 2
(1) Majelis Komisi menjatuhkan sanksi tindakan administratif
berupa Denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) sebagai Denda dasar.
(2) Besaran Denda diperoleh dari Denda dasar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditambah dengan perhitungan
yang didasarkan pada:
a. dampak negatif yang ditimbulkan akibat
pelanggaran;
-4-

b. durasi waktu terjadinya pelanggaran;


c. faktor yang meringankan;
d. faktor yang memberatkan; dan/atau
e. kemampuan Pelaku Usaha untuk membayar.

Pasal 3
(1) Dampak negatif yang ditimbulkan akibat pelanggaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a
menyebabkan berkurang atau hilangnya persaingan.
(2) Ketentuan mengenai penentuan dampak pelanggaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Komisi.

Pasal 4
(1) Durasi waktu terjadinya pelanggaran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b ditentukan
berdasarkan jumlah tahun terjadinya pelanggaran.
(2) Apabila durasi waktu terjadinya pelanggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kurang dari atau sampai dengan 6
(enam) bulan maka jumlah tahun terjadinya pelanggaran
diperhitungkan sebagai 1/2 (setengah) tahun.
(3) Apabila durasi waktu terjadinya pelanggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) lebih dari 6 (enam) bulan namun
tidak lebih dari 1 (satu) tahun maka jumlah tahun
terjadinya pelanggaran dihitung sebagai 1 (satu) tahun.
(4) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3), Majelis Komisi dapat menggunakan koefisien
waktu dalam menentukan jangka waktu pelanggaran per
bulan, dalam jangka waktu pelanggaran selama 1 (satu)
tahun.

Pasal 5
Faktor yang meringankan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (2) huruf c terdiri atas:
a. Pelaku Usaha melakukan aktivitas yang menunjukkan
adanya upaya kepatuhan terhadap prinsip persaingan
-5-

usaha sehat yang meliputi kode etik, pelatihan,


penyuluhan, sosialisasi, dan sejenisnya;
b. Pelaku Usaha menghentikan secara sukarela atas perilaku
anti kompetitif sejak timbulnya perkara;
c. Pelaku Usaha belum pernah melakukan pelanggaran yang
sama atau sejenis terkait larangan praktek Monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang;
d. Pelaku Usaha tidak melakukan pelanggaran atas dasar
kesengajaan;
e. Pelaku Usaha bukan sebagai pemimpin/inisiator dari
pelanggaran; dan/atau
f. dampak pelanggaran tidak signifikan terhadap
persaingan.

Pasal 6
Faktor yang memberatkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (2) huruf d terdiri atas:
a. Pelaku Usaha pernah melakukan pelanggaran yang sama
atau sejenis sebagaimana diatur Undang-Undang dalam
waktu kurang dari 8 (delapan) tahun berdasarkan putusan
yang telah berkekuatan hukum tetap; dan/atau
b. Pelaku Usaha berperan sebagai inisiator dalam
pelanggaran.

Pasal 7
Kemampuan Pelaku Usaha untuk membayar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf e berdasarkan pada
kondisi keuangan perusahaan yang dapat mengakibatkan
perusahaan tidak beroperasi.

Pasal 8
(1) Jumlah akhir perhitungan Denda sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ditentukan dengan batasan:
a. paling banyak sebesar 50% (lima puluh persen) dari
keuntungan bersih yang diperoleh Pelaku Usaha pada
-6-

Pasar Bersangkutan, selama kurun waktu terjadinya


pelanggaran terhadap Undang-Undang; atau
b. paling banyak sebesar 10% (sepuluh persen) dari total
penjualan pada Pasar Bersangkutan, selama kurun
waktu terjadinya pelanggaran terhadap Undang-
Undang.
(2) Dalam menentukan batasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Majelis Komisi mempertimbangkan ketersediaan
data dan kemampuan keuangan Pelaku Usaha.

Bagian Kedua
Penghitungan Batasan Denda berdasarkan
Keuntungan Bersih

Pasal 9
(1) Keuntungan bersih merupakan laba kotor setelah
dikurangi:
a. biaya tetap yang dibebankan;
b. pajak; dan
c. pungutan negara lainnya,
pada Pasar Bersangkutan selama kurun waktu terjadinya
pelanggaran.
(2) Keuntungan bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan data dukung laporan keuangan yang sah dan
meyakinkan, dan dilengkapi dengan:
a. rekapitulasi dan bukti penjualan;
b. rekapitulasi, rincian, dan bukti biaya tetap yang
dibebankan;
c. rekapitulasi dan bukti pembayaran pajak; dan
d. rekapitulasi dan bukti pembayaran atas pungutan
negara lainnya selain pajak,
pada Pasar Bersangkutan selama kurun waktu terjadinya
pelanggaran.
(3) Pasar Bersangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) ditentukan berdasarkan pedoman yang diatur
dengan Peraturan Komisi.
-7-

(4) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


berupa dokumen:
a. laporan keuangan teraudit; atau
b. laporan keuangan yang didukung oleh keterangan
ahli di bidang akuntansi.

Bagian Ketiga
Perhitungan Batasan Denda berdasarkan
Penjualan

Pasal 10
(1) Penjualan ditetapkan berdasarkan nilai penjualan
sebelum pengenaan pajak atau pungutan negara yang
berkaitan langsung dengan penjualan barang atau jasa
pada Pasar Bersangkutan selama kurun waktu terjadinya
pelanggaran.
(2) Penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
berdasarkan:
a. laporan keuangan yang sah dan meyakinkan;
b. laporan rekening koran;
c. volume penjualan;
d. harga pasar;
e. daftar harga;
f. daftar harga penawaran;
g. rekapitulasi dan bukti penjualan dan/atau
pembelian; dan/atau
h. data terkait lainnya yang diakui Majelis Komisi.
(3) Pasar Bersangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan berdasarkan pedoman yang diatur dengan
Peraturan Komisi.
(4) Laporan keuangan yang sah dan meyakinkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a berupa
dokumen:
a. laporan keuangan teraudit; atau
b. laporan keuangan yang didukung oleh keterangan
ahli di bidang akuntansi.
-8-

BAB III
JAMINAN BANK

Pasal 11
(1) Dalam hal Terlapor mengajukan keberatan atau kasasi
atas putusan Komisi, Terlapor wajib menyampaikan
jaminan bank sebagai jaminan pelaksanaan putusan
Komisi dalam jangka waktu 14 (empat belas) Hari
terhitung sejak menerima putusan.
(2) Jaminan bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
banyak 20% (dua puluh persen) dari nilai Denda
sebagaimana tercantum dalam amar putusan Komisi.
(3) Jaminan bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diserahkan kepada ketua Komisi.

Pasal 12
(1) Jaminan bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (1) berupa surat pernyataan bank untuk menjamin
Terlapor.
(2) Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
bank umum yang beroperasi di wilayah Indonesia.

Pasal 13
Dalam hal Terlapor tidak menyerahkan surat jaminan bank
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (1), Terlapor dianggap tidak mengajukan keberatan.

Pasal 14
(1) Komisi dapat mencairkan jaminan bank sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) dalam hal putusan
Komisi dikuatkan oleh putusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap.
(2) Komisi mengembalikan jaminan bank kepada Terlapor
dalam hal putusan Komisi dibatalkan oleh putusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
-9-

BAB IV
PEMBAYARAN DENDA DAN KELONGGARAN
PEMBAYARAN DENDA

Bagian Kesatu
Pembayaran Denda

Pasal 15
(1) Besaran Denda yang tercantum dalam putusan yang
berkekuatan hukum tetap merupakan piutang negara.
(2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
disetorkan ke kas negara sebagai penerimaan negara
bukan pajak, paling lambat 30 (tiga puluh) Hari terhitung
sejak Pelaku Usaha menerima pemberitahuan putusan
Komisi.
(3) Pelaku Usaha yang tidak melakukan pembayaran denda
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dikenai sanksi administratif berupa denda keterlambatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang penerimaan negara bukan pajak.
(4) Komisi dapat melakukan upaya penagihan denda
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan denda
keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(5) Dalam hal Terlapor tidak melaksanakan putusan Komisi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Komisi
berkoordinasi dengan instansi pemerintah yang
berwenang di bidang urusan piutang negara dan/atau
aparat penegak hukum untuk melakukan proses eksekusi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
- 10 -

Bagian Kedua
Kelonggaran Pembayaran Denda

Pasal 16
(1) Terlapor dapat mengajukan permohonan kelonggaran
pembayaran Denda secara bertahap atau dalam jangka
waktu tertentu kepada ketua Komisi disertai data dukung
berupa laporan keuangan.
(2) Permohonan kelonggaran pembayaran Denda
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan paling lama
14 (empat belas) Hari terhitung setelah putusan
berkekuatan hukum tetap.
(3) Dalam hal permohonan kelonggaran melampaui jangka
waktu 14 (empat belas) Hari sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), permohonan ditolak.
(4) Dalam hal permohonan ditolak sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), berlaku ketentuan dalam Pasal 15.

Pasal 17
(1) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
ayat (1) harus memuat data:
a. arus kas perusahaan pada periode permohonan
disertai uraian tertulis mengenai analisis arus kas
perusahaan akan terganggu apabila dilakukan
pembayaran Denda sesuai kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2);
b. rencana arus kas yang memasukkan usulan
pembayaran Denda secara bertahap atau dalam
jangka waktu tertentu sesuai permohonan
kelonggaran pembayaran Denda; dan
c. uraian tertulis mengenai analisis usulan pembayaran
Denda secara bertahap atau dalam jangka waktu
tertentu yang dapat dilakukan oleh perusahaan yang
paling ideal sesuai dengan kemampuan keuangan
atau kegiatan usaha perusahaan.
(2) Komisi menilai data dukung sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berdasarkan analisis yang sah, wajar, dan
- 11 -

transparan dengan mempertimbangkan kemampuan


keuangan atau kelangsungan kegiatan usaha Terlapor.
(3) Komisi melakukan penilaian terhadap data dukung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 10
(sepuluh) Hari terhitung sejak permohonan diterima.

Pasal 18
(1) Jangka waktu kelonggaran pembayaran Denda
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dapat
diberikan:
a. paling lama 12 (dua belas) bulan; atau
b. lebih dari 12 (dua belas) sampai dengan 36 (tiga puluh
enam) bulan.
(2) Pemberian kelonggaran pembayaran Denda sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan atas persetujuan Komisi.
(3) Dalam hal Komisi memberikan kelonggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, Terlapor wajib
menyerahkan jaminan yang cukup.
(4) Jaminan yang cukup sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
berupa:
a. asuransi;
b. jaminan bank;
c. surety bond;
d. jaminan kebendaan; atau
e. jaminan lainnya,
yang disetujui oleh Komisi.

BAB V
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 19
Peraturan Komisi ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
- 12 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Komisi ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 31 Mei 2021

KETUA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA


REPUBLIK INDONESIA,

ttd

KODRAT WIBOWO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 31 Mei 2021

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2021 NOMOR 589

Anda mungkin juga menyukai