Anda di halaman 1dari 2

Legal Article

10 Agustus 2021

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Pasca Omnibus Law

Praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha
yang memiliki hak istimewa untuk menghapuskan persaingan bebas, berlaku tidak jujur,
serta menghilangkan persaingan usaha dalam setiap kegiatan produksi atau pemasaran
barang dan/atau jasa, yang pada akhirnya akan menciptakan suatu kondisi penguasaan atas
suatu pasar. Oleh karena itu, sejak lahirnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja (“Omnibus Law”), telah merubah beberapa ketentuan yang terdapat dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat (“UU Monopoli”), yang dilakukan untuk menanggulangi dan menangani
praktek monopoli dan persaingan usaha dimaksud. Perubahan ketentuan tersebut, secara
spesifik terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (“PP 44/2021”).

A. Pemeriksaan Keberatan
Pemeriksaan keberatan adalah upaya hukum yang dilakukan oleh pelaku usaha terhadap
Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (“KPPU”) dan/atau Putusan Pengadilan Niaga.
1. Upaya Keberatan di Pengadilan Niaga
Dengan mengacu pada Pasal 19 PP 44/2021, pelaku usaha dapat mengajukan upaya
keberatan kepada Pengadilan Niaga dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Keberatan diajukan di Pengadilan Niaga sesuai domisili pelaku usaha selambat-
lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima pemberitahuan
Putusan KPPU;
b. Pemeriksaan keberatan di Pengadilan Niaga dimaksud baik menyangkut aspek
formil dan materiil atas fakta yang menjadi dasar Putusan KPPU;
c. Pemeriksaan dilakukan dalam jangka waktu paling cepat 3 (tiga) bulan dan
paling lama 12 (dua belas bulan); dan
d. Tata cara pemeriksaan keberatan dilakukan sesuai dengan hukum acara perdata.
2. Upaya Keberatan di Mahkamah Agung
Dengan mengacu pada Pasal 20 PP 44/2021, pelaku usaha dapat mengajukan
keberatas atas Putusan Pengadilan Niaga dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pihak yang keberatan dengan Putusan Pengadilan Niaga dapat mengajukan
permohonan kasasi kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam jangka
waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima pemberitahuan Putusan
Pengadilan Niaga; dan
b. Tata cara pemeriksaan kasasi tersebut, dilakukan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

B. Tindakan Administratif
Di dalam Pasal 6 PP 44/2021, diatur mengenai tindakan administratif berupa penjatuhan
sanksi oleh KPPU kepala pelaku usaha yang melanggar ketentuan peraturan perundang-
undangan. Tindakan Administratif dimaksud antara lain :
1. Penetapan pembatalan perjanjian;
2. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi vertikal;
3. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang terbukti
menimbulkan praktek monopoli, menyebabkan persaingan usaha tidak sehat
dan/atau merugikan masyarakat;
4. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan penyalahgunaan posisi dominan;
5. Penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha dan
pengambilalihan saham;
6. Penetapan pembayaran ganti rugi; dan
7. Pengenaan denda, paling sedikit Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah), dengan
memperhatikan ketentuan mengenai besaran denda sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah ini.

C. Penghapusan Ketentuan Pidana


Bahwa menurut Pasal 118 angka 4 dan angka 5 Omnibus Law telah merubah ketentuan
Pasal 41 UU Monopoli sebagai berikut :
1. Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41 UU Monopoli dipidana dengan pidana
denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) atau pidana kurungan
paling lama 1 (satu) tahun sebagai pengganti pidana denda;
2. Ketentuan dalam Pasal 49 UU Monopoli dihapus.

Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Muhammad Ibnu Prabowo


(ibnu@kailimang-ponto.com) atau (+6221-30012484).

Anda mungkin juga menyukai