Anda di halaman 1dari 5

Pengesahan Koperasi Kini di Kemenkumham - Irma

Devita
irmadevita.com

Pada tanggal 21 Juni 2019, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
(Kemenkumhan) telah menerbitkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor 14 Tahun 2019 tentang Pengesahan Koperasi (Permenkumham No.14/2019). Hal
ini merupakan tindak lanjut keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2018
tentang Pelayanan Perijinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (Online Single
Submission), yang diterbitkan pada tanggal 21 Juni 2018. Peraturan tersebut telah
mengalihkan kewenangan pengesahan, perubahan, dan pembubaran koperasi dari
Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah kepada kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum, dalam hal ini Kementerian
Hukum dan HAM.

Dengan adanya peralihan tersebut, untuk pendirian koperasi, perubahan atau


pembubarannya, masyarakat tidak lagi mengurusnya lewat Dinas Koperasi, tetapi dapat
langsung melalui notaris yang akan memprosesnya melalui layanan online AHU
Kementerian Hukum dan HAM.

Pengalihan kewenangan tersebut telah diatur dalam Pasal 14 Peraturan Pemerintah


Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik (OSS), sebagaimana tercantum di dalam ayat (2)sebagai berikut:

”Pengesahan koperasi oleh Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pengesahan akta pendirian koperasi, perubahan anggaran dasar koperasi, serta
pembubaran koperasi oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang hukum.”
Lantas, apa sajakah perbedaan sebelum dan sesudah dikeluarkannya peraturan
tersebut?

Sebelumnya, pelayanan pengesahan akta pendirian koperasi, perubahan anggaran dasar


koperasi, serta pembubaran koperasi sepenuhnya diselenggarakan oleh Kementerian
Koperasi dan UMKM. Pemohon mengajukan permohonan pengesahan secara tertulis
kepada pejabat berwenang dilengkapi dengan persyaratan administrasi.

Setelah diterbitkannya peraturan tersebut, pelayanan pengesahan akta pendirian


koperasi, perubahan anggaran dasar koperasi, serta pembubaran koperasi
sepenuhnya diselenggarakan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, sejalan
dengan akan diberlakukannya Online Single Submission (OSS). Pemohon dalam
mengajukan pengesahan, perubahan, dan pembubaran koperasi menjadi lebih
mudah dan efisien dengan mengunggah dokumen-dokumen melalui AHU Online
sebelum mengakses sistem OSS.

Selain itu, Permenkumham No.14/2019 ini diterbitkan untuk mencabut Peraturan Menteri
Koperasi Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan dan Pembinaan
Perkoperasian. Adapun pengesahan koperasi meliputi : pengesahan akta pendirian;
perubahan anggaran dasar; dan pembubaran koperasi.

Pengesahan Akta Pendirian


Koperasi

Permohonan pengesahan akta pendirian koperasi diajukan oleh pemohon kepada


menteri melalui Direktur Jenderal. Adapun yang dimaksud pemohon terdiri dari: para
pendiri, kuasa para pendiri, yang memberikan kuasa kepada notaris. Permohonan
diajukan melalui Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH).

Berdasarkan Permenkumham No.14/2019 pasal 4 ayat (1), permohonan pengesahan


akta pendirian koperasi harus didahului dengan pengajuan nama koperasi. Untuk
permohonan pengajuan nama koperasi adalah sebagai berikut.

1. Permohonan pengesahan akta pendirian koperasi diajukan oleh pemohon


kepada menteri melalui Direktur Jenderal.
2. Pemohon terdiri dari: para pendiri, kuasa para pendiri, yang memberikan
kuasa kepada notaris.
3. Permohonan diajukan melalui Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH).

Namun perlu diingat bahwa dalam pengjuan nama koperasi terdapat beberapa
persyaratan mengenai nama koperasi yang tercantum dalam Pasal 7
Permenkumham No.14/2019, antara lain:

1. Terdiri dari paling sedikit 3 (tiga) kata setelah frasa koperasi dan jenis koperasi;
2. Ditulis dengan huruf latin;
3. Belum dipakai oleh koperasi lain;
4. Tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan;
5. Tidak sama atau tidak mirip dengan nama lembaga negara, pemerintah atau
lembaga internasional, terkecuali mendapat izin dari lembaga yang bersangkutan;
6. Tidak terdiri atas angka atau rangkaian angka, huruf atau rangkaian huruf
yang tidak membentuk kata;
7. Untuk koperasi yang melaksanakan usaha tenaga kerja bongkar muat di
pelabuhan, harus memuat frasa “TKBM” sebelum penyebutan nama koperasi
(Pasal 7 ayat (2)).

Berdasarkan Pasal 8 ayat (1) Permenkumham No.14/2019, dijelaskan bila “persetujuan


pemakaian nama koperasi diberikan oleh menteri secara elektronik.” Apabila nama tidak
memenuhi persyaratan pengajuan dan pemakaian nama koperasi yang dipesan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, maka menteri akan menolak nama koperasi
tersebut secara elektronik.

Setelah persetujuan pemakaian nama koperasi disetujui, notaris akan menerbitkan akta
pendirian koperasi. Kemudian pendiri atau penerima kuasa dari pendiri harus melakukan
Permohonan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi. Berdasarkan Pasal 11
Permenkumham No.14/2019, ketentuan Permohonan Pengesahan Akta Pendirian
Koperasi antara lain:

1. Pemohon harus mengajukan permohonan pengesahan akta pendirian koperasi


ke Direjen Kemenkumham.
2. Permohonan pengesahan akta pendirian koperasi diajukan melalui SABH.
3. Pengesahan akta pendirian koperasi dimuat dan dinyatakan dalam akta notaris dan
dalam Bahasa Indonesia.
4. Permohonan pengesahan akta pendirian koperasi harus diajukan dalam jangka
waktu paling lama 60 (enam puluh) hari sejak tanggal akta pendirian telah
ditandatangani, dan apabila telah melewati waktu tersebut permohonan tidak
dapat diajukan.
5. Pemohon dapat mengajukan kembali permohonan pengesahan akta pendirian
koperasi, apabila permohonan tidak dapat diajukan karena batas waktu 60 hari
tersebut.

Berdasarkan Pasal 12 ayat (3) Permenkumham No.14/2019, disebutkan apabila


Pengesahan Akta Pendirian Koperasi dilengkapi dengan dokumen pendukung yaitu:

1. Minuta Akta Pendirian Koperasi;


2. Berita Acara Rapat Pendirian Koperasi, termasuk Surat Kuasa apabila dikuasakan;
3. Surat bukti penyetoran modal, yang jumlahnya paling sedikit sebesar
simpanan pokok serta dapat ditambah simpanan wajib dan hibah;
4. Rencana kerja koperasi.
5. Selain dokumen pendukung tersebut, pemohon harus mengunggah akta
pendirian koperasi dan Berita Acara Koperasi ke SABH (pasal 12 ayat (4)).

Setelah pengesahan, menteri akan menerbitkan akta pendirian koperasi pada saat
permohonan diterima dan disampaikan kepada pemohon secara elektronik. Pemohon
(notaris) dapat langsung melakukan pencetakan sendiri terhadap keputusan menteri
mengenai pengesahan akta pendirian koperasi, mengunakan kertas berwarna putih
ukuran F4(folio) dengan berat 80 (delapan pulluh) gram (pasal 15 ayat (4).

Perubahan Anggaran Dasar Koperasi

Berdasarkan Pasal 16 Permenkumham No.14/2019, anggaran dasar koperasi dapat


dilakukan perubahan terhadap:

1. Perubahan bidang usaha;


2. Penggabungan;
3. Pembagian.

Perubahan anggaran dasar dimuat dalam bentuk akta notaris dalam Bahasa Indonesia
dan harus mendapatkan pengesahan dari menteri. Adapun dalam jangka waktu paling
lama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal akta notaris yang memuat perubahan
anggaran dasar harus diajukan permohonan pengesahan perubahan tersebut.
Permohonan pengesahan perubahan anggaran dasar diajukan oleh pemohon melalui
SABH dan dilengkapi dengan dokumen pendukung. Selain itu, perubahan anggaran
dasar koperasi wajib dilaporkan kepada menteri. Pelaporan perubahan dilakukan paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak akta perubahan ditandatangani (Pasal 23 ayat (2).
Pelaporan perubahan anggaran dasar juga harus dilengkapi dengan dokumen
pendukung, antara lain: minuta akta perubahan anggaran dasar, Berita Acara Rapat
Anggota (Pasal 23 ayat (3)).

Pembubaran Koperasi

Pembubaran koperasi tidak dapat dilakukan begitu saja. Dijelaskan pada Pasal 27 ayat
(1) Permenkumham No.14/2019, mengenai pembubaran koperasi yang harus
disampaikan kepada menteri melalui SABH. Penyampaian pembubaran ditujukan kepada
menteri yang menyelenggarakan urusan di bidang koperasi. Apabila disetujui oleh
menteri, maka menteri akan menerbitkan surat keterangan penghapusan status Badan
Hukum Koperasi dan menghapus dari basis data SABH.\
Referensi :
1. Permenkumham No.14/2019
2. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018

Anda mungkin juga menyukai