Anda di halaman 1dari 16

Rangkuman Pembahasan Firma dan CV

Disusun oleh :

Nama : Muhammad Anis : 1801103010008


Revan Abdul Gani : 1801103010002
Tengku Farhan Ristanury : 1801103010015
Studi : Pengantar Hukum Bisnis
Dosen pembimbing : Indra Kesuma Hadi, S.H., M.H.

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2018/2019
1. Dasar Hukum Firma dan CV

A. Dasar Hukum Firma

Persekutuan Firma merupakan bagian dari persekutuan perdata, maka dasar hukum persekutuan
firma terdapat pada Pasal 16 sampai dengan Pasal 35 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD) dan pasal-pasal lainnya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
yang terkait. Dalam Pasal 22 KUHD disebutkan bahwa persekutuan firma harus didirikan
dengan akta otentik tanpa adanya kemungkinan untuk disangkalkan kepada pihak ketiga bila akta
itu tidak ada. Pasal 23 KUHD dan Pasal 28 KUHD menyebutkan setelah akta pendirian dibuat,
maka harus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri di mana firma tersebut berkedudukan
dan kemudian akta pendirian tersebut harus diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia.

Selama akta pendirian belum didaftarkan dan diumumkan, maka pihak ketiga menganggap firma
sebagai persekutuan umum yang menjalankan segala macam usaha, didirikan untuk jangka
waktu yang tidak terbatas serta semua sekutu berwenang menandatangani berbagai surat untuk
firma ini sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 29 KUHD. Isi ikhtisar resmi akta pendirian
firma dapat dilihat di Pasal 26 KUHD yang harus memuat sebagai berikut:

1. Nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para sekutu firma.
2. Pernyataan firmanya dengan menunjukan apakah persekutuan itu umum ataukah terbatas
pada suatu cabang khusus perusahaan tertentu dan dalam hal terakhir dengan menunjukan
cabang khusus itu.
3. Penunjukan para sekutu yang tidak diperkenankan bertanda tangan atas nama firma.
4. Saat mulai berlakunya persekutuan dan saat berakhirnya.
5. Dan selanjutnya, pada umumnya bagian-bagian dari perjanjiannya yang harus dipakai
untuk menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para sekutu.

Pada umumnya Persekutuan Firma disebut juga sebagai perusahaan yang tidak berbadan hukum
karena firma telah memenuhi syarat/unsur materiil namun syarat/unsur formalnya berupa
pengesahan atau pengakuan dari Negara berupa peraturan perundang-undangan belum ada. Hal
inilah yang menyebabkan Persekutuan Firma bukan merupakan persekutuan yang berbadan
hukum.

B. Dasar Hukum Persekutuan Komanditer(CV)

Dasar hukum pendirian CV diatur dalam KUHD, khususnya pasal 19 s/d 21 yang mengatur
tentang Persekutuan Komanditer. Tentu juga tidak lupa KUHPerdata, sebagaimana konsep
awalnya merupakan Persekutuan atas dasar Perjanjian.

Berikut ini kutipan pasal 19 s/d pasal 21

Pasal 19

Perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang atau disebut juga perseroan
komanditer, didirikan antara seseorang atau antara beberapa orang persero yang bertanggung
jawab secara tanggung-renteng untuk keseluruhannya, dan satu orang atau lebih sebagai pemberi
pinjaman uang.

Suatu perseroan dapat sekaligus berwujud perseroan firma terhadap persero-persero firma di
dalamnya dan perseroan komanditer terhadap pemberi pinjaman uang. (KUHD. 16, 20, 22 dst.)

Pasal 20

Dengan tidak mengurangi kekecualian yang terdapat dalam pasal 30 alinea kedua, maka nama
persero komanditer tidak boleh digunakan dalam firma. (KUHD 19-21.)

Persero ini tidak boleh melakukan tindakan pengurusan atau bekerja dalam perusahaan perseroan
tersebut, biar berdasarkan pemberian kuasa sekalipun. (KUHD 17, 21, 32.)

Ia tidak ikut memikul kerugian lebih daripada jumlah uang yang telah dimasukkannya dalam
perseroan atau yang harus dimasukkannya, tanpa diwajibkan untuk mengembalikan keuntungan
yang telah dinikmatinya. (KUHPerd. 1642 dst.)

Pasal 21
Persero komanditer yang melanggar ketentuan-ketentuan alinea pertama atau alinea kedua dari
pasal yang lain, bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk seluruhnya terhadap semua
utang dan perikatan perseroan itu. (KUHD 18.)

2. Pendirian Firma dan CV

A. Pendirian Firma

Tahap 1 : Pembuatan Akta Pendirian

Akta Pendirian Firma dibuat dan ditandatangani oleh Notaris yang berwenang dan dibuat dalam
bahasa Indonesia

Persyaratan;

1. Fotokopi KTP para pendiri Perseroan


2. Data anggaran dasar Firma

Lama proses; 1-2 (satu-dua) hari kerja setelah permohonan diajukan dan persyaratan lengkap

Tahap 2 : Permohonan Surat Keterangan Domisili Perusahaan

Permohonan surat keterangan domisili perusahaan diajukan kepada Kepala Kantor Kelurahan
setempat sesuai dengan alamat kantor perusahaan berada, sebagai bukti keterangan/keberadaan
alamat perusahaan,

Persyaratan lain yang dibutuhkan;

1. Fotokopi kontrak/sewa tempat usaha atau bukti kepemilikan tempat usaha


2. Surat keterangan dari pemilik gedung apabila bedomisili di gedung
perkantoran/pertokoan
3. Fotokopi PBB-pajak bumi dan bangunan tahun terakhir sesuai tempat usaha untuk
perusahaan yang berdomisili di RUKO/RUKAN
Lama proses; 2 hari kerja setelah permohonan diajukan dan persyaratan lengkap

Tahap 3 : Pembuatan Nomor Pokok Wajib Pajak

Permohonan pendaftaran wajib pajak badan usaha diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan
Pajak sesuai dengan keberadaan domisili perusahaan untuk mendapatkan;

1. Kartu NPWP
2. Surat keterangan tedaftar sebagai wajib pajak

Persyaratan;

1. Melampirkan bukti PPN atas sewa gedung


2. Melampirkan bukti pelunasan PBB-pajak bumi banguan
3. Melampirkan bukti kepemilikan atau bukti sewa/kontrak tempat usaha

Lama proses; 2-3 hari kerja setelah permohonan diajukan dan persyaratan lengkap

Tahap 4:  Permohonan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SP-PKP)

Permohonan untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak diajukan kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak sesuai dengan NPWP yang telah diterbitkan.

Persyaratan;

1. Melampirkan bukti PPN atas sewa gedung


2. Melampirkan bukti pelunasan PBB-pajak bumi banguan
3. Melampirkan bukti kepemilikan atau bukti sewa/kontrak tempat usaha

Lama Proses; 3-5 hari kerja setelah permohonan diajukan dan persyaratan lengkap

Tahap 5 : Pendaftaran ke Pengadilan Negeri

Permohonan ini diajukan kepada Kantor Pengadilan Negeri setempat sesuai tempat dan
kedudukan perusahaan berada.
Persyaratan lain yang dibutuhkan;

1. Melampirkan NPWP-nomor pokok wajib pajak


2. Salinan akta pendirian Firma

Lama proses; 1 hari kerja setelah permohonan diajukan dan persyaratan lengkap

Tahap 6 : Permohonan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)

Pemohon mengajukan permohonan kepada bupati melalui Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu
atau Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) setempat.

1. Foto kopi KTP


2. Foto kopi sertifikat tanah atau kepemilikan tanah lainnya yang dikuatkan oleh Kepala
DEsa atau Camat terdekat
3. Gambar detail konstruksi bangunan

Lama proses; maksimal 14 hari kerja setelah permohonan diajukan dan persyaratan lengkap

Tahap 7 : Permohonan Surat Ijin Tempat Usaha (SITU)

Pemohon mengajukan permohonan kepada bupati melalui Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu
atau Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) setempat.

Persyaratan :

1. Foto kopi KTP


2. Foto kopi sertifikat tanah
3. Foto kopi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
4. Foto berwarna ukuran 3×4 (lbr) dan 4×6 (2lbr)

Lama proses; maksimal 14 hari kerja setelah permohonan diajukan dan persyaratan lengkap

Tahap 8: Permohonan Surat Ijin Gangguan (HO)


Pemohon mengajukan permohonan kepada bupati melalui Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu
atau Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) setempat.

Persyaratan :

1. Foto kopi KTP


2. Foto kopi sertifikat tanah
3. Foto kopi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
4. Foto berwarna ukuran 3×4 (lbr) dan 4×6 (2lbr)

Lama proses; maksimal 14 hari kerja setelah permohonan diajukan dan persyaratan lengkap

Tahap 9 : Permohonan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)

Permohonan SIUP diajukan kepada bupati melalui Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu atau
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) setempat. untuk golongan SIUP
menengah dan kecil, atau Dinas Perdagangan Propinsi untuk SIUP besar sesuai dengan tempat
kedudukan perusahaan berada.

Persyaratan lain yang dibutuhkan;

1. Foto kopi KTP


2. Foto kopi Surat Ijin Tempat Usaha (SITU)/ Surat Ijin Gangguan (HO) untuk jenis
kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan adanya SITU berdasarkan Undang-
Undang Gangguan
3. Foto direktur utama/pimpinan perusahaan  (3×4) sebanyak 2 (dua) lembar
4. Neraca awal

Lama Proses; 14 hari kerja setelah permohonan diajukan dan persyaratan lengkap, kecuali untuk
SIUP besar.
Tahap 10: Permohonan Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

.     Permohonan pendaftaran diajukan kepada bupati melalui Kantor Pelayanan Perijinan
Terpadu atau Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) setempat.

Bagi perusahaan yang telah terdaftar  akan diberikan sertifikat Tanda Daftar Perusahaan  sebagai
bukti bahwa Perusahaan/Badan Usaha telah melakukan Wajib Daftar Perusahaan sesuai dengan
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No.37/M-DAG/PER/9/2007 tentang
Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan

Persyaratan lain yang dibutuhkan;

1. Foto kopi KTP


2. Foto kopi Surat Ijin Tempat Usaha (SITU)/ Surat Ijin Gangguan (HO)
3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
4. Materai 2lbr
5. Foto kopi sertifikat Penyuluhan (SP)

Lama Proses; 14 hari kerja setelah permohonan diajukan dan persyaratan lengkap

Tahap Tambahan untuk Bisa ikut pengadaan/tender bidang Jasa Konstruksi Setelah Dinyatakan
Legal

Khusus untuk perusahaan yang ingin mengikuti pengadaan/tender bidang Jasa Konstruksi harus
memiliki;

1. Sertifikat Keahlian (SKA) atau Sertifikat Keterampilan (SKT) untuk tenaga ahli
2. Kartu Tanda Anggota asosiasi perusahaan jasa konstruksi yang terakreditasi LPJK seperti
AKAINDO, AKLINDO, APNATEL, GAPANSI, GAPEKSINDO untuk kontraktor atau
INKINDO/PERKINDO untuk konsultan
3. Sertifikat Badan Usaha yang terakreditasi LPJK
4. IUJK (Izin Usaha Jasa Konstruksi)
B. Pendirian Persekutuan Komanditer (CV)

Bisa dibilang, prosedur mendirikan CV lebih mudah dan sederhana ketimbang PT, yaitu sebagai
berikut:

Membuat Akta Pendirian CV

Sesuai dengan Pasal 19 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD), untuk membuat akta
tersebut, minimal harus ada 2 orang pendiri, dimana satunya akan berperan sebagai sekutu aktif
dan yang lain berperan sebagai sekutu pasif.

Selain pihak yang berperan sebagai sekutu, diwajibkan juga untuk mempersiapkan hal-hal
berikut saat mengajukan pembuatan akta pendirian CV:

 Nama lengkap, pekerjaan dan tempat tinggal para pendiri


 Penetapan nama CV
 Keterangan mengenai CV itu bersifat umum atau terbatas untuk menjalankan sebuah
perusahaan cabang secara khusus (maksud dan tujuan)
 Nama sekutu yang berkuasa untuk menandatangani perjanjian atas nama persekutuan
 Saat mulai dan berlakunya CV
 Klausul-klausul penting lain yang berkaitan dengan pihak ketiga terhadap sekutu pendiri
 Pendaftaran akta pendirian ke PN harus diberi tanggal
 Pembentukan kas (uang) dari CV yang khusus disediakan bagi penagih dari pihak ketiga,
yang jika sudah kosong berlakulah tanggung jawab sekutu secara pribadi untuk
keseluruhan
 Pengeluaran satu atau beberapa sekutu dari wewenangnya untuk bertindak atas nama
persekutuan

Mendaftarkan Akta Pendirian CV


Setelah akta pendirian CV diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah mendaftarkan akta
tersebut ke Kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat yang berwenang, sesuai dengan pasal 23
KUHD.

Kelengkapan dari pendaftaran ini adalah Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP) dan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama CV terkait.

Adapun pengurusan kelengkapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP). Dapat diperoleh dari Kelurahan


setempat sesuai domisili CV. Anda terlebih dahulu harus menentukan dimana CV Anda
akan berdomisili sesuai keterangan dalam akta pendirian CV.
2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Dapat diperoleh dari Kantor Pajak setempat sesuai
domisili CV Anda.

Mengurus Izin Usaha

Setelah akta pendirian terdaftar, kemudian Anda wajib mengurus izin usaha sesuai dengan
bidang usaha yang dijalankan. Sebagai contoh, jika CV bergerak di bidang perdagangan umum,
maka Anda memerlukan izin usaha berupa Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Pengurusan
izin usaha umumnya dilakukan di kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) atau di kantor
perwakilan dinas terkait. 

 Mengurus Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

Langkah keempat yaitu mengurus TDP, dimana TDP merupakan dokumen legalitas yang wajib
dimiliki oleh CV. 

Mengumumkan Ikhtisar Resmi Pendirian CV


Langkah terakhir dalam mendirikan CV yaitu dengan mengumumkan ikhtisar resmi
pendiriannya dalam Tambahan Berita Negara RI. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam pasal 28
KUHD. 

3. Wewenang dan Tanggung Jawab sekutu CV & Firma

A. Wewenang dan Tanggung Jawab Sekutu Pada Persekutuan Komanditer (CV)

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa dalam pendirian CV terdapat dua sekutu yaitu
sekutu aktif atau biasa juga disebut sekutu komplementer dan sekutu pasif atau biasa disebut
sekutu komanditer. Kedua sekutu tersebut mempunyai wewenang dan tanggung jawab masing-
masing.

 Sekutu aktif (komplomenter) mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Wajib mengurus CV;


2. Wajib bertanggungjawab secara tanggung-renteng atas kewajiban CV terhadap pihak
ketiga;
3. Berhak memasukan uang atau kekayaan lainnya kepada CV; dan
4. Berhak menerima pembagian keuntungan.

 Sekutu pasif (komanditer) mempunyai wwewenang dan Tanggung jawab sebagai berikut :

1. Wajib menyerahkan uang atau kekayaan lainnya kepada CV;


2. Wajib bertanggungjawab atas kewajiban persekutuan terhadap pihak ketiga terbatas pada
jumlah pemasukan yang telah disetor untuk modal persekutuan;
3. Berhak memperoleh pembagian keuntungan;
4. Sekutu komanditer dilarang untuk melakukan pengurusan meskipun dengan
menggunakan surat kuasa. Akan tetapi, sekutu komanditer boleh melakukan pengawasan
jika ditetapkan dalam akta pendirian. Apabila sekutu komanditer melakukan pengurusan
persekutuan maka tanggungjawabnya diperluas menjadi sama dengan sekutu
komplementer, yaitu tanggungjawab secara renteng.

B. Wewenang dan Tanggung Jawab Sekutu Pada firma

1. Setiap anggota berhak untuk melakukan pengumuman dan bertindak keluar atas nama
firma.
2. Perjanjian yang dibuat oleh seorang anggota, juga mengikat anggota lainnya.
3. Segala sesuatu yang diperoleh oleh seorang anggota menjadi harta firma.
4. Tiap-tiap anggota secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya
atas perikatan firma yang disebut dengan tanggung jawab solider.
5. Semua sekutu memutuskan dan menetapkan dalam akta sekutu yang di tunjuk sebagai
pengurus firma.
6. Semua sekutu berhak melihat atau mengontrol pembukuan firma.
7. Semua sekutu memberikan persetujuan jika persekutuan firma menambah sekutu baru.
8. Penggantian kedudukan sekutu dapat diperkenankan jika diatur dalam akta pendirian.
9. Seorang sekutu dapat menggugat persekutuan firma apabila ia berposisi sebagai kreditur
firma dan pemenuhannya disediakan dari kas persekutuan firma.
10. Sekutu yang telah keluar secara sah masih dapat dituntut oleh pihak ketiga atas dasar
perjanjian yang belum dibereskan pembayarannya.
11. Setiap sekutu berwenang mengadakan perikatan dengan pihak ketiga bagi kepentingan
persekutuan, kecuali jika sekutu itu dikeluarkan dari kewenangan itu.
12. Setiap sekutu bertanggung jawab secara pribadi atas semua perikatan persekutuan firma,
meskipun di buat oleh sekutu lain, termasuk juga perikatan karena perbuatan melawan
hukum.
13. Apabila seorang sekutu menolak penagihan dengan alasan persekutuan firma tidak ada
karena tidak ada akta pendirian, maka pihak ketiga itu dapat membuktikan adanya
persekutuan firma dengan segala macam alat pembuktian.
14. Tanggung jawab para sekutu terhadap pihak ketiga tidak di laksanakan secara langsung,
artinya segala hutang persekutuan firma dipenuhi terlebih dahulu dari kas persekutuan
firma. Apabila kas tidak mencukupi, maka kekayaan pribadi masing-masing sekutu
dipertanggungjawabkan sampai hutang terpenuhi semua.

4. Pembubaran Firma dan CV

A. Proses Pembubaran Firma


Pengaturan Firma dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak hanya mengatur
mengenai pendirian Firma, tetapi telah mengatur hingga mengenai pembubaran Firma.
Pembubaran Firma telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang terutama di dalam
Pasal 31 hingga Pasal 35, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)      Perubahan harus dinyatakan dengan data otentik.
2)      Perubahan akta harus didaftarkan kepada Panitra Pengadilan Negri;
3)      Perubahan akta harus diumumkan dalam berita negara;
4)      Perubahan akta yang tidak diumumkan akan mengikat pihak ketiga;
5)      Pemberesan oleh persero adalah pihak lain yang disepakati atau yang ditunjuk oleh
Pengadilan.

Firma dari suatu perseroan yang telah dibubarkan dapat dilanjutkan oleh seorang atau
lebih, baik atas kekuatan perjanjian pendiriannya maupun bila diizinkan dengan tegas oleh bekas
pescro yang namanya disebut di situ, atau bila dalam hal adanya kematian, para ahli warisnya
tidak menentangnya, dan dalam hal itu ulituk membuktikannya harus dibuat akta, dan
mendaftarkannya dan mengumumkannya dalam surat kabar resmi atas dasar dan dengan cara
yang ditentukan dalam pasal 23 dan berikutnya, serta dengan ancaman hukuman yang tercantum
dalam pasal 29.
Pembubaran sebuah perseroan firma sebelum waktu yang ditentukan dalam perjanjian,
atau terjadi karena pelepasan diri atau penghentian, perpanjangan waktu setelah habis waktu
yang ditentukan, demikian pula segala perubahan yang diadakan dalam petikaian yang asli yang
berhubungan dengan pihak ketiga, diadakan juga dengan akta otentik, dan terhadap ini berlaku
ketentuan-ketentuan pendaftaran dan pengumuman dalam surat kabar resmi seperti telah
disebut. Kelalaian dalam hal itu mengakibatkan, bahwa pembubaran, pelepasan diri, penghentian
atau perubahan itu tidak berlaku terhadap pihak ketiga. Terhadap kelalaian mendaftarkan dan
mengumumkan dalam hal perpanjangan waktu perseroan, berlaku ketentuan-ketentuan pasal 29.
(KUHPerd. 1646 dst.; KUHD 22, 26, 30.)

B. Pembubaran Persekutuan Komanditer (CV)

Karena pada hakekatnya persekutuan komanditer (CV) adalah persekutuan perdata, maka
berakhirnya persekutuan komanditer adalah sama dengan persekutuan perdata yang diatur dalam
Pasal 1646 sampai dengan 1652 KUHPerdata.
Pasal 1646 KUH Perdata menyebutkan bahwa paling tidak ada 4 hal yang menyebabkan
persekutuan berakhir yaitu,
1.lewatnya masa waktu perjanjian persekutuan,
2.musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok persekutuan,
3.kehendak dari sekutu
4. jika salah seorang sekutu meninggal atau ditaruh di bawah pengampuan atau dinyatakan pailit.

5. Perbedaan CV dan Firma

1. Pendiri Perusahaan

 CV : WNI dari pesero aktif (Direktur) dan pesero pasif (Komanditer)


 Firma : WNI dari anggota (kemitraan) yang mempunyai tanggung jawab dan segala resiko
bersama

2. Pengurus Perusahaan

 CV : WNI dari pesero aktif (Direktur) dan pesero pasif (Komanditer)


 Firma : WNI dari anggota (kemitraan) sebagai Direktur

3. Pengelolaan dan pelaksanaan Kegiatan usaha

 CV : Salah satu pendiri bertanggung jawab penuh atas perusahaan dan mendapat jabatan
sebagai Direktur
 Firma : Usaha bersama - sama para pendiri untuk bertanggung jawab dalam perusahaan

4. Mitra bisnis

 CV : Keluarga atau kerabat karena kepercayaan


 Firma : Kerabat, teman atau mitra kerja yang saling percaya dan loyalitas

5. Resiko Bisnis

 CV : Salah satu pendiri hanya menanamkan modal semata untuk mendapatkan keuntungan
tanpa tahu bisnis yang dijalankan (Persero Komanditer)
 Firma : Berlandaskan dari kepercayaan dan bersama - sama menanggung segala resiko bisnis

6. Bidang dan Jenis Usaha

 CV : Kegiatan usaha kategori usaha kecil dan menengah


 Firma : Umumnya bergerak di bidang pelayanan jasa, konsultasi atau layanan jasa lain
Daftar Pustaka

Purwosutjipto, H.M.N. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia II: Bentuk-bentuk


Perusahaan. Cet. 9.  Jakarta:                Djambatan, 1999.

jurnal.untan.ac.id/index.php/tlj/article/download/18327/15478

http://www.academia.edu/11868109/MATRIKS_Persekutuan_Perdata_Firma_dan_Persekutuan_
Komanditer

http://artonang.blogspot.com/2015/12/persekutuan-firma-fa.html

Anda mungkin juga menyukai