Anda di halaman 1dari 7

PENILAIAN KEADILAN PROSEDURAL DITINJAU DARI PENILAIAN KEADILAN

INTERAKSIONAL DAN KONTROL PADA PARA KORBAN GEMPA BUMI DI BANTUL

Muhammad Wahyu Kuncoro


Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji peranan penilaian keadilan


interaksional dan kontrol terhadap penilaian keadilan prosedural pada para korban
gempa bumi. Hipotesis yang diajukan adalah “ada peranan yang signifikan antara
penilaian keadilan interaksional dan kontrol terhadap penilaian keadilan prosedural”.
Subyek penelitian berjumlah 66 warga korban gempa bumi di Bantul. Data
diperoleh dengan menggunakan metode skala Likert yang terdiri dari 3 skala, yaitu :
skala penilaian keadilan prosedural, penilaian keadilan interaksional, dan kontrol.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi menggunakan program
SPSS 10.05. Hasil penelitian menunjukkan F regresi sebesar 51, 746 dengan p < 0,00
sehingga hipotesis diterima.

Kata kunci : penilaian keadilan prosedural, penilaian keadilan interaksional, dan


kontrol

Latar Belakang rehabilitasi rumah pada warga korban gempa


Keadilan sosial adalah suatu norma bumi.
mendasar di dalam kehidupan kita sehari-hari. Menurut Faturochman (2002b) dalam
Orang-orang akan sangat terpengaruh oleh konteks psikologi, pembicaraan mengenai
tindakan yang mereka persepsi sebagai sesuatu keadilan sering dikaitkan dua hal yaitu :
yang adil atau tidak adil. Keadilan sosial prosedur dan distribusi. Prosedur adalah
sebagai persoalan penting untuk memahami mekanisme untuk menentukan suatu ketetapan,
perilaku sosial, sehingga para psikolog sosial diantaranya adalah ketetapan untuk distribusi
melakukan studi untuk menjawab pertanyaan yang menjadi pedoman untuk membagi sumber
tentang bagaimana seseorang mempersepsi daya dan kesempatan. Distribusi yang tidak
keadilan dan bagaimana pengaruh persepsi merata dapat menimbulkan ketidakadilan.
tersebut terhadap reaksi seseorang (Lind & Permasalahan penilaian keadilan dalam
Tyler, dalam Van den Bos, dkk , 2004). konteks rehabilitasi dan rekonstruksi rumah
Berlandaskan pemikiran tersebut di bagi korban bencana gempa bumi di Yogyakarta
atas, maka peneliti mencoba untuk menerapkan misalnya, pemerintah tidak konsisten dalam
konsep-konsep keadilan sosial ke dalam memberikan informasi kepada masyarakat
permasalahan di masyarakat berkaitan dengan tentang kriteria penerima, besarnya dan waktu
kebijakan pemerintah di dalam penanganan pencairan bantuan dana rekonstruksi. Demikian
korban gempa bumi di Yogyakarta yang terjadi pula masyarakat kurang dilibatkan dalam
pada tanggal 27 Mei 2006. Pemasalahan penyusunan aturan pelaksanaan rehabilitasi dan
kebijakan pemerintah dalam penanganan rekonstruksi.
korban gempa bumi tersebut akan dikhususkan Menurut Folger ( dalam Van P-rooijen
pada masalah-masalah rekonstruksi dan & Van den Bos, 2004) fenomena keadilan
prosedural dapat ditemukan pada saat individu
1
menilai bahwa suatu prosedur memberikan Inkonsistensi juga terjadi dalam hal
kesempatan untuk mengungkapkan fakta dan waktu pencairan, pernyataan awal
pendapat mereka atau tidak. Suatu prosedur menyebutkan bahwa dana akan cair pada awal
yang digunakan dalam pengambilan keputusan bulan Juli 2006, kemudian ada perubahan yaitu
dikatakan lebih adil apabila memberikan sekitar Minggu keempat bulan Agustus 2006,
kesempatan untuk mengungkapkan pendapat namun kenyataannya baru dapat dicairkan
mereka dibandingkan yang tidak memberikan mulai tanggal 2 Oktober 2006.
kesempatan. Dalam beberapa pernyataan
Berkaitan dengan pelaksanaan menunjukkan bahwa pemerintah kurang
rekonstruksi rumah tersebut, masyarakat memiliki data – data yang akurat. Hal ini dapat
penerima bantuan dana rekonstruksi ditemui adanya pengaduan yang menyatakan
dihadapkan pada suatu kebijakan yang telah bahwa ada diantara warga yang tidak
ditetapkan oleh pemerintah. Dalam hal ini memperoleh dana bantuan meskipun rumah
pemerintah telah menetapkan aturan-aturan mereka termasuk rusak berat dan total, selain
tentang pelaksanaan rekonstruksi rumah bagi itu terdapat daftar penerima ganda.
korban gempa. Prosedur sepenuhnya disusun oleh
Aturan tersebut dimaksudkan dapat pemerintah, masyarakat korban gempa kurang
memberi rasa keadilan bagi masyarakat secara mendapat kesempatan memberikan pendapat
umum dan penerima bantuan pada khususnya. sebagai masukan (input) dalam pembuatan
Namun kenyataan yang terjadi tidak sesuai keputusan, sehingga masyarakat tidak dapat
dengan yang diharapkan. Meskipun dalam mengoreksi keputusan, sering menimbulkan
tingkatan Kelompok Masyarakat (Pokmas), bias kepentingan dan kurang memperhatikan
setiap anggota memiliki kesempatan untuk nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat,
memberikan pendapat (masukan) dan ikut sebagai contoh adalah standar verifikasi dalam
menentukan isi keputusan hal itu terbatas pada penentuan kriteria kerusakan rumah, dinilai
pemanfaatan dana rekonstruksi di dalam tidak adil oleh masyarakat. Pada suatu
kelompok tersebut. kecamatan, sebuah rumah rusak dimasukkan
Pemerintah juga menunjukkan dalam kriteria rusak ringan, sementara dengan
inkonsistensi dalam menjalankan prosedur kondisi kerusakan yang sama namun pada
tersebut, hal ini dapat dilihat dari berbagai kecamatan yang berbeda dimasukkan dalam
pernyataan yang berubah-ubah. Pada awalnya kriteria rusak berat. Tentu hal ini dapat
pemerintah akan membantu dana rekonstruksi menimbulkan kecemburuan sosial bagi yang
rumah berdasarkan kriteria, yaitu : sebesar 30 tidak termasuk penerima bantuan rekonstruksi.
juta bagi rusak total, 20 juta untuk rusak berat, Pemberian bantuan berdasarkan
10 juta untuk rusak sedang dan 7 juta untuk prioritas (Bagitas : pembagian secara prioritas)
rusak ringan. Namun dalam kenyataan sebagaimana yang ditetapkan pemerintah,
pemerintah memberikan bantuan sebesar 15 ternyata menimbulkan gejolak di masyarakat.
juta secara sama bagi rumah rusak total dan Sebagian masyarakat menghendaki pembagian
rusak berat, sedangkan kriteria rusak sedang secara merata (Bagito : bagi roto). Masyarakat
dan berat belum ada kepastian (Http:// menilai pembagian secara sama akan
bantul.go.id/webstat/index.php , diakses 1 Maret memberikan keadilan karena semua anggota
2007). Pokmas memiliki perasaan senasib dan
sepenanggungan. Meskipun ada pendapat

2
bahwa keinginan bagito, disebabkan karena adalah keadilan pada prosedur dan
masyarakat kurang percaya dan takut dana implementasi aturan pembagian. Sedangkan
tahap berikutnya tidak akan cair. Bartol, dkk (2001) mengatakan bahwa keadilan
Berdasarkan fakta-fakta di atas maka prosedural adalah keadilan dari proses yang
peneliti menyimpulkan ada indikator digunakan dalam membuat dan
ketidakadilan prosedural yang dirasakan oleh mengimplementasikan keputusan alokasi
masyarakat penerima bantuan rekonstruksi sumber daya.
rumah. Menurut Faturochman (2002) Selanjutnya Menurut Folger ( dalam
anteseden penilaian keadilan prosedural adalah Van Prooijen &Van den Bos, 2004) fenomena
keadilan interaksional dan kontrol. keadilan prosedural dapat ditemukan pada saat
Permasalahan yang diajukan dalam individu menilai bahwa suatu prosedur
penelitian ini adalah “Apakah ada peranan memberikan kesempatan untuk
kontrol dan penilaian keadilan interaksional mengungkapkan pendapat mereka atau tidak.
penilaian keadilan prosedural ?” Suatu prosedur yang digunakan dalam
Tujuan penelitian ini adalah untuk pengambilan keputusan dikatakan lebih adil
mengetahui peranan penilaian keadilan apabila memberikan kesempatan untuk
interaksional dan kontrol terhadap penilaian mengungkapkan pendapat mereka
keadilan prosedural pada para korban gempa dibandingkan yang tidak memberikan
bumi di Bantul.” kesempatan.
Manfaat penelitian ini secara teoritis Dari berbagai pendapat dan pandangan
adalah dapat memberi kontribusi bagi di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang
pengembangan ilmu psikologi pada umumnya dimaksud dengan keadilan prosedural adalah
dan psikologi sosial tentang penilaian keadilan keadilan pada proses pembuatan dan
pada khususnya. implementasi dari suatu kebijakan yang
Manfaat praktisnya adalah dapat bertujuan untuk menentukan suatu sistem
memberikan masukan dalam menjelaskan distribusi tertentu.
peranan kontrol dan penilaian keadilan Taylor, dkk (1995) menyatakan bahwa
interaksional dalam proses rehabilitasi dan Leventhal dan assosiasi mengajukan enam
rekonstruksi rumah bagi korban gempa bumi di aturan prosedural yang mempengaruhi
Bantul Yogyakarta. penilaian keadilan oleh individu. Keenam aturan
tersebut berlaku pada dua model proses
Keadilan Prosedural
penilaian keadilan yaitu proses instrumental
Tyler (1989;1994) telah dan proses relasional. Adapun keenam aturan
mengkonsepsikan keadilan prosedural adalah
tersebut adalah :
hubungan antara pembuat keputusan dan 1) Konsistensi. Prosedur harus dijaga
individu yang terlibat dalam proses
konsistensi dari waktu ke waktu dan
pengambilan keputusan. Orang-orang akan berlaku pada setiap anggota.
menilai keadilan prosedural atas interaksinya
2) Minimalisasi bias. Suatu prosedur tidak
dengan orang lain dalam dimensi hubungan boleh memihak pada kepentingan salah
seperti netralitas, kepercayaan dan
satu pihak.
penghargaan. 3) Akurasi. Di dalam melakukan penilaian
Folger & Greenberg (dalam Moorman,
keadilan harus berdasarkan catatan objektif
1991) menjelaskan bahwa keadilan prosedural atau fakta yang akurat

3
4) Dapat dikoreksi. Suatu prosedur harus Berdasarkan pendapat di atas maka
mempertimbangkan kemungkinan untuk penilaian keadilan interaksional adalah persepsi
memperbaiki aturan pada saat diperlukan. individu terhadap perlakuan interpersonal yang
5) Representatif. Adanya upaya untuk diterima seseorang ketika suatu prosedur
melibatkan semua pihak yang berkait dalam dilaksanakan
penyusunan prosedur dan memberikan Tyler (1994) mengidentifikasi ada tiga
kesempatan terbuka bagi semua pihak hal pokok dalam relational model , yaitu :
untuk melakukan kontrol. netralitas dalam pengambilan keputusan
6) Etis. Prosedur yang ditetapkan harus sesuai (neutrality), kepercayaan terhadap pihak-pihak
dengan standar etika dan moral yang lain ( trust) dan fakta-fakta tentang
berlaku. penghargaan sosial (standing). Netralitas
Menurut Tyler (dalam Faturochman, (neutrality). Pengambilan keputusan didasari
2002) dari enam unsur keadilan prosedural informasi-informasi nyata, tidak bias dan jujur.
yang dikemukakan oleh Leventhal, hanya tiga Kepercayaan (trust). Keyakinan bahwa
unsur yang dianggap paling penting, yaitu pihak ketiga memiliki niat yang bijaksana dan
konsistensi, akurasi dan etika. Tiga lainnya bermaksud memperlakukan orang-orang
tidak disertakan karena dianggap variabel dengan cara yang adil dan dapat diterima.
berbeda. Penghargaan (standing). Pelakuan yang sopan
Menurut Faturochman (2002) ada dua dan penuh penghargaan dari pemegang
anteseden pokok dari penilaian keadilan otoritas, merefleksikan bahwa individu
prosedural, yaitu penilaian keadilan ditempatkan pada posisi yang tinggi di dalam
interaksional dan kontrol. kelompok.
Semakin tinggi penilaian keadilan
Keadilan Interaksional. interaksional maka seseorang cenderung akan
Bies & Moag (dalam Colquitt,dkk, merasa telah terpenuhinya keadilan prosedural
2001) mendefinisikan keadilan interaksional
(Interactional justice) adalah perlakuan Kontrol.
interpersonal yang diterima seseorang ketika Thibaut & Walker ( dalam Tyler,1994)
suatu prosedur dilaksanakan. Keadilan mengajukan model psikologi berdasar
interaksional terdiri dari 2 (dua) tipe perlakuan pertukaran sosial untuk menjelaskan keadilan
interpersonal. Tipe pertama adalah keadilan prosedural, yang disebut control model. Model
interpersonal (interpersonal justice) yang ini mengusulkan bahwa distribusi kontrol
merefleksikan derajat dimana individu diantara pihak – pihak yang saling berhadapan
diperlakukan secara sopan, bermartabat dan atau pihak ketiga pembuat keputusan, akan
penuh penghargaan oleh otoritas di dalam membentuk pandangan tentang keadilan
pelaksanaan suatu prosedur. Tipe kedua adalah prosedural.
keadilan informasional (informational justice) , Thibaut dan Walker (dalam Taylor,
difokuskan atas pemberian informasi kepada dkk, 1995) memunculkan sebuah pemikiran
orang-orang tentang mengapa suatu prosedur tentang sebuah model psikologi untuk
digunakan dengan cara yang jelas atau menjelaskan preferensi prosedural.
mengapa outcome didistribusikan dengan suatu Berdasarkan konsep di atas maka
cara tertentu. kontrol adalah kesempatan yang dimiliki oleh
seseorang untuk menyajikan fakta-fakta dalam

4
proses pengambilan keputusan dan kesempatan sangat sesuai di skor 5 poin sampai jawaban
untuk ikut menentukan isi keputusan tersebut. sangat tidak sesuai diberi skor 1.
Menurut Thibaut and Walker (dalam Variabel penilaian keadilan prosedural
Taylor, dkk, 1995) pemberian kontrol dalam diungkap dengan skala penilaian keadilan
suatu prosedur akan mempengaruhi penilaian prosedural berdasarkan aspek-aspek yang
keadilan prosedural. Memberikan kesempatan dikemukakan oleh Tyler (dalam Faturochman,
kepada pihak-pihak yang berselisih untuk 2002), yaitu : konsistensi, akurasi dan etis.
menyajikan pendapat akan ikut menentukan Variabel penilaian keadilan
penilaian terhadap keadilan. interaksional diungkap dengan skala penilaian
Berbagai penelitian tentang keadilan keadilan interaksional berdasarkan aspek dari
prosedural menekankan bahwa proses yang Tyler (1994) yaitu : netralitas, kepercayaan dan
dilalui dimana keputusan diambil pada suatu penghargaan.
konflik kepentingan sebagai penentu utama Variabel kontrol diungkap dengan skala
bagi pihak yang berselisih dalam mempersepsi kontrol berdasarkan aspek dari Thibaut
keadilan (Tyler & Lind, dalam Tyler, 1994). & Walker (dalam Tyler, 1989) yaitu kontrol
Thibaut & Walker (dalam Tyler, 1989) proses (process control) dan kontrol keputusan
membedakan antara dua tipe kontrol, yaitu (decision control).
kontrol proses (process control) dan kontrol Subyek dan Lokasi Penelitian.
keputusan (decision control). Kontrol proses Subjek penelitian adalah warga korban
berkaitan dengan kesempatan yang dimiliki gempa bumi tanggal 27 Mei 2006, yang
pihak-pihak terkait untuk menyajikan fakta- tercatat sebagai penerima bantuan rekonstruksi
fakta. Sedangkan kontrol keputusan adalah dan rehabilitasi Jumlah Subyek sebanyak 66
kontrol atas pembuatan keputusan, yang orang, berdomisili di Bambanglipuro.
merupakan bentuk kontrol secara langsung
dibandingkan dengan kontrol proses. Namun Metode Analisis
demikian Thibaut & Walker menempatkan Pengujian hipotesis pada penelitian ini
kontrol proses lebih penting dari pada kontrol menggunakan analisis regresi. Data dianalisis
keputusan. menggunakan program SPSS 10.05 for
Metodologi Penelitian windows.
Variabel tergantung dalam penelitian
ini adalah penilaian keadilan prosedural. Hasil dan Diskusi
Sedangkan variabel bebasnya adalah penilaian Hasil uji regresi menunjukkan Variable
keadilan interaksional dan kontrol. penilaian keadilan interaksional dan kontrol
Metode Pengumpulan Data secara bersama-sama memiliki pengaruh yang
Metode penskalaan yang digunakan signifikan terhadap variable penilaian keadilan
dalam penelitian ini adalah metode penskalaan prosedural, ini dapat dilihat dari nilai F regresi
model Likert (method of summated ratings), sebesar 51, 746 dengan p < 0,000. Sedangkan
merupakan metode penskalaan pernyataan besarnya sumbangan kedua variable bebas
sikap yang menggunakan distribusi respons tersebut sebesar R2 = 62,2%, hal ini
sebagai dasar penentuan nilai skala. Responden mengandung arti bahwa 37,8% nya
akan diminta untuk menyatakan kesesuaiannya dipengaruhi oleh factor lain.
terhadap isi pernyataan dalam lima macam
kategori jawaban. Dengan rentang jawaban dari

5
Berikut ini adalah persamaan regresinya penuh penghargaan serta mempercayai bahwa
: para pengelola benar-benar memperjuangkan
Y = 3,809 + 0,651 X1 + 0,288X2
hak mereka, maka hal tersebut menjadi bukti
Keterangan :
bahwa mereka diterima di dalam kelompok dan
Y: variabel penilaian keadilan prosedural
X1:Variabel penilaian keadilan interaksional
merasa memiliki status yang tinggi.
X2: Variabel kontrol Selanjutnya mereka cenderung menilai bahwa
prosedur yang telah dijalankan sebagai sesuatu
Bobot regresi variabel penilaian yang adil atau telah terpenuhi keadilan
keadilan interaksional terhadap penilaian prosedural.
keadilan prosedural sebesar 0,65, berarti Kontrol proses, dalam konteks ini
terdapat efek yang bersifat positif. Semakin adalah seberapa besar warga mendapat
tinggi penilaian keadilan interaksional maka kesempatan untuk ikut menentukan dalam
ada kecenderungan seseorang akan merasakan pengambilan keputusan (decision control) .
telah terpenuhinya keadilan prosedural. Setiap warga penerima bantuan rekonstruksi
Bobot regresi variabel kontrol terhadap dan rehabilitas harus menjadi anggota
penilaian keadilan prosedural sebesar 0,288. kelompok masyarakat (Pokmas) dimana jumlah
Variabel kontrol berpengaruh positif terhadap anggota berkisar dari 8 sampai 15 kepala
penilaian keadilan prosedural, semakin tinggi keluarga. Berdasarkan fungsi pokmas, maka
kontrol yang dimiliki maka ada kecenderungan setiap anggota memiliki hak dan kesempatan
akan merasakan telah terpenuhinya keadilan yang sama di dalam pengambilan keputusan
prosedural. mengenai penetapan prioritas warga yang akan
Apabila dilihat dari besarnya bobot menerima bantuan tahap I. Setelah itu, anggota
regresi kedua variable bebas di atas, maka pokmas juga dapat menentukan bagaimana
variable penilaian keadilan interaksional cara pelaksanaan rekonstruksi rumah, apakah
memiliki sumbangan yang terbesar dibanding dana dikelola kelompok atau diserahkan
dengan variabel kontrol. sepenuhnya kepada anggota yang mendapat
Motif relasional (relational motive) prioritas pertama. Di dalam konteks ini, setiap
menjelaskan bahwa penilaian keadilan anggota dapat mengusahakan hasil maksimal
prosedural ditentukan oleh motif relasional. yang sebenarnya dapat diperoleh, seperti
Model relasional menghubungkan persoalan mendapatkan prioritas pertama dan menerima
keadilan dengan masalah pertalian sosial dana secara utuh (15 juta) serta dapat
jangka panjang yang muncul antara individu membelanjakan sendiri dana tersebut. Apabila
dengan kelompok, institusi atau kelompok warga mendapat kesempatan untuk ikut
penguasa. Pertalian yang bersifat jangka mengambil keputusan (decision control) maka
panjang inilah, menjadikan orang-orang akan menilai bahwa telah terpenuhinya
memperhatikan tiga aspek, yaitu netralitas keadilan distributif.
(neutrality), penghargaan (standing) dan dapat Berkaitan dengan kontrol proses
dipercaya (trust). (proces control), maka setiap warga memiliki
Apabila warga menilai bahwa orang- kesempatan untuk mengawasi dan memberikan
orang yang terlibat dalam pengelolaan dana pendapat atau masukan kepada pokmas agar
bantuan rekonstruksi rumah menunjukkan keputusan yang akan diambil benar-benar
netralitas, memperlakukan warga dengan memperhatikan aspirasi yang telah sampaikan
dan sesuai kesepakatan, sehingga kontrol

6
terhadap proses ini dapat menjamin bahwa ia Moorman, R (1991). Relationship between
akan mendapat hasil maksimal. Apabila kontrol Organizational Justice and
terhadap proses ini dapat terwujud maka warga Organizational Citizenship Behavior :
akan menilai telah terpenuhinya keadilan Do Fairness Perceptions Influence
prosedural Employee Citizenships? Journal of
Applied Psychology. Vol 76 (6) 845 –
Kesimpulan dan Saran 855.
Kesimpulan yang dapat diambil Taylor, M.S., Tracy, K.B., Renard. M.K.,
berkaitan dengan penelitian ini adalah Harrison, J.K., & Carrol S.J. (1995). Due
diterimanya hipotesis yang diajukan yaitu ada Process in Performance Appraisal : A
peranan yang signifikan antara penilaian Quasi – Experimen in Procedural
keadilan interaksional dan kontrol terhadap Justice. Journal : Administrative Science
penilaian keadilan prosedural. Quarterly. Vol 40 (3) 455+
Saran bagi peneliti lain sebaiknya Tyler, T.R. (1989). The Psychology of
melibatkan variabel lain yang mempengaruhi Procedural Justice : A Test of the Group
dampak penilaian keadilan. Bagi pemerintah – Value Model. Journal of Personality
sebaiknya sangat memperhatikan peranan and Social Psychology. Vol 57 (5) 830-
penilaian keadilan interaksional dan kontrol 838.
karena berkaitan dengan keadilan prosedural Tyler, T.R. (1994). Psychological Model of the
yang dirasakan oleh warga. Justice Motive : Antecedents of
Distributive and Procedural Justice.
Daftar Pustaka Journal of Personality and Social
Psychology. Vol 67 (5). 850 – 863.
Colquitt, J.A., Conlon, D.E., Porter, C.O.L.H., Van den Bos, K. (2003). On Subjective Quality
wesson, J.M. & Yee Ng, K. (2001). of Social Justice : The Role of Affect
Justice at the Millenium :A Meta- Information in the Psychology of Justice
Analytic Reviw of Years of Judgments. Journal of Personality and
Organizational Justice Research. Journal Social Psychology, 81, 616-626.
of Applied Psychology. Vol 86 (3) 425- Van den Bos, K. Van Prooijen, J.W & Wilke,
445. H.A.M. (2004). Group Belongingnes and
Faturochman. (2002). Keadilan Perspektif Prosedural Justice : Social Inclusion and
Psikologi. Yogyakarta : Unit Penerbitan Exclusion by Peer Affect the Psychology
Fakultas Psikologi UGM dengan Pustaka of Voice. Journal of Personality and
Pelajar. Social Psychology. Vol 87 (1) 66 –79.
Http://bantul.go.id/webstat/index.php , (diakses
1 Maret 2007).

Anda mungkin juga menyukai