Anda di halaman 1dari 6

TUGAS EVALUASI III (TUTORIAL III)

Nama : Yogi Afrian


NIM : 041603405
Kode/Mata Kuliah : SOS14416/Hukum & Masyarakat (SOSIOLOGI HUKUM)
Smt/Kls/Prodi : 4/A/S1-Ilmu Hukum
Tutor : Asuan, SH. M.Hum

SOAL & JAWABAN :


1. Jelaskan dan berikan contoh antara perubahan hukum dan perubahan sosial yang dikaitkan
pada tujuan hukum dan tradisi atau kebudayaan dalam kehidupan masyarakat ?
Jawaban :
Dalam pengertiannya yang paling konkret, perubahan sosial berarti kebanyakan orang
terlibat dalam kegiatan-kegiatan kelompok dan hubungan-hubungan kelompok yang berbeda
dengan apa yang telah mereka lakukan atau apa yang telah orangtuanya lakukan
sebelumnya. Masyarakat adalah suatu jaringan kompleks dari pola-pola hubungan dimana
semua orang berpartisipasi dengan derajat keterkaitannya masing-masing. Hubungan-
hubungan ini berubah dan perilaku juga berubah pada saat yang sama. Individu-individu
dihadapkan dengan situasi baru yang harus mereka respons. Situasi-situasi ini merefleksikan
faktor-faktor tertentu seperti teknologi, cara baru untuk mencari penghasilan, perubahan
tempat domisili, dan inovasi baru, ide baru, serta nilai-nilai baru. Sehingga, perubahan sosial
adalah perubahan bagaimana orang bekerja, membesarkan anak-anaknya, mendidik anak-
anaknya, menata dirinya sendiri, dan mencari arti yang lebih dari kehidupannya. Perubahan
sosial juga bisa berarti suatu restrukturisasi dalam cara-cara dasar dimana orang di dalam
masyarakat terlibat satu dengan lainnya mengenai pemerintahan, ekonomi, pendidikan,
agama, kehidupan keluarga, rekreasi, bahasa, dan aktivitas-aktivitas lainnya. Tema definisi
yang berulang dalam literatur sosiologi terhadap perubahan sosial menekankan perubahan
(alterations) dalam struktur dan fungsi dari masyarakat dan perubahan dalam hubungan
sosial dari waktu ke waktu. Tanpa penjelasan selanjutnya, hal ini bukan konsep yang bisa
membantu usaha untuk mencoba mengerti apa yang dimaksud dengan perubahan. Selain itu,
ketika kita membahas tentang hubungan antara hukum dan perubahan sosial, dan
memandang hukum sebagai instrumen dari perubahan sosial, maka akan sangat membantu
bila kita bisa menspesifikasikan identitas dari perubahan, di tingkatan yang sedang terjadi di
masyarakat, arahnya, besarannya, dan laju kecepatannya. Dalam sejarah, ada banyak
mengenai sebab musabab terjadinya perubahan sosial. Ada yang berpendapat bahwa
masyarakat berubah karena ideas: pandangan hidup, pandangan dunia dan nilai-nilai, seperti
apa yang dikatakan Max Weber dalam bukunya The sociology of religion dan The protestant
Ethic and The Spirit Capitalism, Max Weber banyak menekankan betapa berpengaruhnya
ide terhadap suatu masyarakat. Hal senada juga disampaikan oleh ahli sejarah yang bernama
Crane Brinton, dalam bukunya The Anatomy of Revolution, menulis: No ideas, no
Revolution.” Dia pun setuju kalau dikatakan “No ideas, no social movement. Untuk
memudahkan pemahaman kita tentang perubahan sosial, berikut ini dikemukakan beberapa
pengertian tentang perubahan sosial yang dikemukakan para sosiolog, antara lain:
a. William F. Ogburg dan Meyer F. Nimkoff: ruang lingkup perubahan sosial mencakup
unsur-unsur kebudayaan baik materiil maupun immateriil, terutama pengaruh besar dari
unsur-unsur kebudayaan meteriil terhadap unsur-unsur immateriil.
b. Kingsley Davis: perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
masyarakat, misalnya timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis,
menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dengan majikan yang
kemudian menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.
c. Samuel Koenig: perubahan-perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang
terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia, modifikasi terjadi, disebabkan karena faktor
intern maupun ekstern.
d. Soedjono Dirdjosiswojo: sebagai perubahan fundamental yang terjadi dalam struktur
sosial, sistem sosial dan organisasi sosial.

Bentuk-bentuk Perubahan Sosial dan Contohnya :


Setidaknya terdapat 3 bentuk perubahan sosial.
1) Perubahan Evolusi dan Revolusi Perubahan evolusi adalah perubahan sosial yang terjadi
dalam proses lambat dengan waktu yang cukup lama tanpa ada kehendak tertentu dari
masyarakat bersangkutan. Perubahan ini terjadi karena adanya dorongan dari masyarakat
untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan hidup di waktu tertentu. Contoh perubahan
evolusi, modernisasi yang mengakibatkan perubahan pada sistem transportasi dan
perbankan. Sedangkan perubahan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung cepat
tanpa direncanakan sebelumnya. Perubahan ini seringkali memicu ketegangan dan
konflik sosial di awal prosesnya. Contohnya revolusi kemerdekaan 1945 yang terjadi di
Indonesia. Perubahan ini merombak tatanan kepala negara, wakil kepala negara, struktur
kabinet sampai perilaku masyarakat.
2) Perubahan yang Dikehendaki dan Tidak Dikehendaki Perubahan yang dikehendaki
adalah perubahan yang terjadi karena ada perencanaan dari pelaku perubahan (agen of
change), yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat
sebagai pemimpin pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Misal, lahirnya undang-
undang perkawinan berdasarkan Peraturan Pemerintah No 10 Tahun 1963 yang
membatasi kaum laki-laki terutama pegawai negeri untuk mempunyai istri lebih dari satu,
kecuali ada alasan kuat tertentu. Baca juga: Pengertian Perubahan Sosial dan Teorinya
Menurut Ahli Sosiologi Perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan ialah
perubahan yang berlangsung di luar jangkauan dan pengawasan masyarakat. Perubahan
ini dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat.
Contohnya, kecenderungan untuk mempersingkat prosesi adat pernikahan yang
memerlukan biaya besar dan waktu lama.
3) Perubahan Kecil dan Besar Perubahan kecil berarti perubahan pada struktur sosial yang
tidak membawa pengaruh langsung bagi lembaga kemasyarakatan. Contoh: perubahan
model rambut, pakaian, sepatu dan lainnya. Sementara perubahan besar adalah perubahan
yang memberi pengaruh langsung bagi kehidupan masyarakat. Perubahan ini terjadi
sebab ada hal baru yang mampu menggantikan fungsi sesuatu yang lama. Misalnya,
pemakaian mesin traktor dalam membajak sawah menggantikan peran dari tenaga kerbau
dalam cara pertanian tradisional.

2. Jelaskan dan berikan contoh maksud dan kesadaran hukum bila dihubungkan dengan
pengertian hukum dalam perkembangan masyarakat ?
Jawaban :
Pada umumnya kesadaran hukum dikaitkan dengan ketaatan hukum atau efektivitas
hukum. Dengan perkataan lain, kesadaran hukum menyangkut apakah ketentuan hukum
tertentu benar-benar berfungsi atau tidak dalam masyarakat. Tentang faktor-faktor yang
menyebabkan masyarakat mematuhi hukum, yaitu : Pertama, Compliance, diartikan sebagai
suatu kepatuhan yang didasarkan pada harapan akan suatu imbalan dan usaha untuk
rnenghindarkan diri dari hukuman atau sanksi yang mungkin dikenakan apabila seseorang
melanggar ketentuan hukum. Kepatuhan ini sarna sekali tidak didasarkan pada suatu
keyakinan pada tujuan kaidah hukum yang bersangkutan, dan lebih didasarkan pada
pengendalian dari pemegang kekuasaan. Sebagai akibatnya, kepatuhan hukum akan ada
apabila ada pengawasan yang ketat terhadap pelaksanaan kaidah-kaidah hukum tersebut.
Kedua, Identification, terjadi bila kepatuhan terhadap kaidah hukum ada bukan karena nilai
intrinsiknya, akan tetapi agar keanggotaan kelompok tetap terjaga serta ada hubungan baik
dengan mereka yang diberi wewenang untuk menerapkan kaidah-kaidah hukum tersehut.
Daya tarik untuk patuh adalah keuntungan yang diperoleh dari hubungan-hubungan tersebut,
sehingga kepatuhan pun tergantung pada baikburuknya inter aksi tadi. Walaupun seseorang
tidak menyukai penegak hukum akan tetapi proses identifikasi terhadapnya berjalan terus
dan mulai berkernbang perasaan-perasaan positif terhadapnya. Hal ini disebabkan, oleh
karena orang yang bersangkutan berusaha untuk mengatasi perasaan-perasaan kekhawatiran-
nya terhadap kekecewaan tertentu, dengan jalan menguasai obyek frustasi tersebut dengan
rnengadakan identifikasi. Penderitaan yang ada sebagai akibat pertentangan nilai-nilai
diatasinya dengan menerima nilai-nilai penegak hukum. Ketiga, Internalization, pada tahap
ini seseorang mernatuhi kaidah-kaidah hukum dikarenakan secara intrinsik kepatuhan tadi
rnempunyai irnbalan. Isi kaidah-kaidah tersebut adalah sesuai dengan nilai-nilainya dari
pribadi yang bersangkutan, atau oleh karena di mengubah nilai-nilai yang semula dianutnya.
Hasil dari proses tersebut adalah suatu konformitas yang didasarkan pada motivasi secara
intrinsik. Titik sentral dari kekuatan proses ini adalah kepercayaan orang tadi terhadap
tujuan dari kaidahkaidah bersangkutan, terlepas dari pengaruh atau nilai-nilainya terhadap
kelompok atau pemegang kekuasaan maupun pengawasannya Keempat, Kepentingan-
kepentingan pada warga masyarakat (tambahan dari Soerjono Soekanto). Di antara keempat
faktor tersebut di atas, dapat berdiri sendiri-sendiri dapat pula merupakan gabungan dari
keseluruhan atau sehagian dari keempat faktor di atas. Jadi seseorang mematuhi hukum
dapat dikarenakan ia takut sanksi yang akan dikenakan apabila ia melanggar hukum. Atau
mungkin juga seseorang mematuhi hukum karena kepentingankepentingannya terjamin oleh
hukum, bahkan mungkin ia mematuhi hukum karena ia merasa hukum yang berlaku sesuai
dengan nilai-nilai yang ada di dalam dirinya. Namun demikian, hal-hal tersebut di atas
terlepas dari masalah apakah seseorang setuju atau tidak setuju terhadap substansi maupun
prosedur hukum yang ada. Masalah kepatuhan hukum atau ketaatan terhadap hukum
merupakan suatu unsur saja dari persoalan yang lebih luas, yaitu kesadaran hukum. Dari
berbagai arti hukum, salah satu di antaranya, hukum diartikan sehagai jaringan nilai-nilai
yang merupakan refleksi dari suatu masyarakat. Masalah nilai-nilai dalam hukum erat
kaitannya dengan kesadaran hukum. Hal itu dikarenakan kesa daran hukum merupakan
suatu penilaian terhadap hukum yang ada serta hukum yang dikehendaki atau yang
seharusnya ada. Kesadaran hukum dalam penulisan ini diartikan sebagai persepsi hukum
individu atau masyarakat terhadap hukum. Persepsi tersebut mungkin sama mungkin pula
tidak dengan hukum yang herlaku. Hukum dalam arti di sini menunjuk pada hukum yang
berlaku dan hukum yang dicita-citakan. Dengan demikian hukum di sini meliputi baik
hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis.
Terdapat empat indikator kesadaran Hukum, yang masing-masing merupakan suatu
tahapan bagi tahapan berikutnya, yaitu:
a. Pengetahuan hukum;
b. Pemahaman hukum;
c. Sikap hukum; dan
d. Pola perilaku Hukum

Sebagai contoh: derajat kepatuhan terhadap peraturan rambu lalu lintas adalah tinggi, maka
peraturan lalu lintas pasti akan berfungsi yaitu mengatur waktu penye-berangan pada
persimpangan jalan. Oleh karena itu, bila radiharapkan berhati-hati atau pelan-pelan.
Namun, bila terjadi sebaliknya, yaitu semakin melajukan kendaraan yang dikemudikan.
3. Jelaskan pengertian khusus kesadaran hukum dihubungkan dengan pengertian hukum dan
kesadaran hukum ?
Jawaban :
Kesadaran hukum adalah kesadaran diri sendiri tanpa tekanan,paksaan, atau perintah dari
luar untuk tunduk pada hukum yang berlaku. Dengan berjalannya kesadaran hukum di
masyarakat maka hukum tidak perlu menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada
warga yang benar-benar terbukti melanggar hukum. Hukum berisi perintah dan larangan.
Hukum memberitahukan kepada kita mana perbuatan yang bertentangan dengan hukum
yang bila dilakukan akan mendapat ancaman berupa sanksi hukum. Terhadap perbuatan
yang bertentangan dengan hukum tentu saja dianggap melanggar hukum sehingga mendapat
ancaman hukuman.
Pengertian kesadaran hukum menurut para ahli :
a. Krabbe menyatakan bahwa kesadaran hukum merupakan kesadaran atau nila – nilai yang
terdapat di dalam diri manusia, tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang
diharapkan ada.
b. Soerjono soekanto bahwa kesadaran hukum itu merupakan persoalan nilai -nilai yang
terdapat pada diri manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang
diharapakan ada. sebenarnya yang di tekankan adalah nilai-nilai tentang fungsi hukum
dan bukan suatu penilaian hukum terhadap kejadian-kejadian yang konkrit dala
masyarakat yang bersangkutan.
c. Paul Scholten yang dimaksud dengan kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada pada
setiap manusia tentang apa hukum itu atau apa seharusya hukum itu suatu kategori
tertentu dari hidup kejiwaan kita dari mana kita membedakan antara hukum (recht) dan
tidak hukum (onrecht) antara yang seyogyanya dilakukan dan tidak seyogyanya
dilakukan.
d. Sudikno Mertokusumo menyatakan bahwa kesadaran hukum berarti kesadaran tentang
apa yang seyogyannya kita lakukan atau perbuatan atau yang seyogyannya tidak kita
lakukan atau perbuat terutama terhadap orang lain. Ini berarti kesadaran akan kewajiban
kita masing – masing terhadap orang lain.

Kesadaran hukum merupakan konsepsi abstrak di dalam diri manusia tentang keserasian
antara ketertiban dan ketentraman yang dikehendaki. Jadi kesadaran hukum dalam hal ini
berarti kesadaran untuk bertindak sesuai dengan ketentuan hukum. Kesdaran hukum dalam
masyarakat merupakan semacam jembatan yang menghubungkan antara peraturan –
peraturan dengan tingkah laku hukum anggota masyarakat. Dari definisi para ahli diatas
antara lain menurut krabbe tersebut sudah cukup menjelaskan apa yang dimaksud kesadaran
(rechtsbewustajin legal consceiuousness ) pengertian ini akan lebih lengkap lagi
ditambahkan unsur-unsur nilai masyarakat, tentang fungsi apa yang hendaknya dijalankan
oleh hukum dalam masyarakat, dan definisi dari Paul Schotlen kesadaran hukum yang
dimiliki oleh warga masyarakat belum menjamin bahwa warga masyarakat tersebut akan
menaati suatu aturan hukum atau perundang-undangan, dar definisi Sudikno Mertokusumo
kesadaran apa itu hukum berarti kesdaran bahwa hukum merupakan perlindungan
kepentingan manusia, karena jumlah manusia banyak, maka kepentingannyapun banyak dan
beraenaka ragam pula serta bersifat dinamis. Oleh karena itu tidak mustahil akan terjadianya
pertentangan antara kepentingan manusia. Kalau semua kepentingan manusia itu dapat
dipenuhi tanpa terjadinya sengketa atau pertentangan, kalau segala sesuatu terjadi secara
tertatur tidak akan dipersoalkan apa hukum itu, apa yang berhak atau siapa yang bersalah
kalau terjadi seseorang dirugikan oleh orang lain. Dikatakan salah satu karena disamping
hukum masih ada perlindungan kepentingan lain.
Menurut Prof.Soerjono Soekanto mengemukakan empat indikator kesadaran hukum yang
secara beruntun (tahap demi tahap) yaitu :
1) Pengetahuan tentang hukum merupakan pengetahuan seseorang berkenan dengan
perilaku tertentu yang diatur oleh hukum tertulis yakni tentang apa yang dilarang dan apa
yang diperbolehkan.
2) Pemahaman tentang hukum adalah sejumlah informasi yang dimiliki oleh seseorang
mengenai isi dari aturan (tertulis), yakni mengenai isi, tujuan, dan manfaat dari peraturan
tersebut.
3) Sikap terhadap hukum adalah suatu kecenderungan untuk menerima atau menolak hukum
karena adanya penghargaan atau keinsyafan bahwa hukum tersebut bermanfaat bagi
kehidupan manusia dalam hal ini sudah ada elemen apresiasi terhadap aturan hukum.
4) Perilaku hukum adalah tentang berlaku atau tidaknya suatu aturan hukum dalam
masyarakat, jika berlaku suatu aturan hukum, sejauh mana berlakunya itu dan sejauh
mana masyarakat mematuhinya.

4. Jelaskan yang di maksud stratifikasi sosial dan gejala-gejala stratifikasi sosial menurut
Sayogjo ?
Jawaban :
Stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai perbedaan posisi sosial individu-individu dalam
masyarakat. Pengertian stratifikasi sosial dapat pula berupa pengelompokan masyarakat
secara sosial, budaya, ekonomi atau politik dalam lapisan-lapisan yang jenjang. Dasar
pembeda antar satu posisi sosial dengan posisi sosial lainnya berupa perbedaan ekonomi,
kekayaan, status sosial, pekerjaan, kekuasaan, dan sebagainya.
Menurut Sayogjo (1987), gejala stratifikasi sosial akan ditemukan pada masyarakat yang
menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut :
1) Masyarakat itu cukup besar, dengan banyaknya warga dan organisasi yang kompleks
2) Masyarakat itu mengenal posisi yang membawa kepada kekuasaan atau penguasaan atas
orang-orang yang diwujudkan dalam beragam lembaga
3) Masyarakat itu punya surplus ekonomi dengan pembagian yang tidak sama dan merata,
melainkan mengikuti dasar penilaian beragam tingkatan jasa-jasa atau kecakapan
masing-masing pemangku posisi

5. Jelaskan yang di maksud efektifitas hukum dalam masyarakat?


Jawaban :
Efektifitas adalah suatu kosa kata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa
inggris yaitu “efective” yang berarti berhasil ditaati, mengesahkan, mujarab dan mujur. Dari
sederetan arti di atas, maka yang paling tepat adalah berhasil ditaati. Efektifitas menurut
Amin Tunggul Widjaya adalah hasil membuat keputusan yang mengarahkan melakukan
sesuatu dengan benar, yang membantu memenuhi misi suatu perusahaan atau pencapaia
tujuan. Sedangkan menurut Permata Wesha efektfitas adalah keadaan atau kemampuan
berhasilnya suatu kerja yang dilakukan oleh manusia untuk memberi guna yang diharapkan.
Untuk dapat melihat efektivitas kerja pada umumnya dipakai empat macam pertimbangan
yaitu: Pertimbangan ekonomi, fisiologi, psikologi dan pertimbangan sosial. Efektivitas juga
dikatakan merupakan suatu keadaan yang menunjukan keberhasilan kerja yang telah
ditetapkan. Sarwoto mengistilahkan efktifitas dengan “berhasil guna” yaitu pelayanan yang
baik corak dan mutunya benar-benar sesuai kebutuhan dalam pencapaian tujuan suatu
organisasi.
Menurut Cambel J.P, Pengukuran efektivitas secara umum dan paling menonjol adalah :
1) Keberhasilan Program
2) Keberhasilan sasaran
3) Kepuasan terhadap program
4) Tingkat input dan output
5) Pencapaian tujuan menyeluruh Sehingga efektivitas program dapat dijalankan degan
kemampuan operasioal dalam melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa efektifitas merupakan kemampuan untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas suatu
lembaga secara fisik dan non fisik untuk mencapai tujuan serta meraih keberhasilan
maksimal.

Efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto adalah bahwa efektif atau tidaknya suatu
hukum ditentukan oleh 5(lima) faktor, yaitu:
1) Faktor Hukumnya itu sendiri (Undang-Undang)
2) Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum
3) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4) Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku dan diterapkan
5) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa
manusia di dalam pergaulan hidup.

Kelima faktor di atas sangat berkaitan dengan eratnya, oleh karena merupakan esensi dari
penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur dari pada efektivitas penegakan hukum. Pada
elemen pertama, yang menentukan dapat berfungsinya hukum tertulis tersebut dengan baik
atau tidak adalah tergantung dari aturan hukum itu sendiri. Menurut Soerjono Soekanto
ukuran efektivitas pada elemen pertama adalah :
1) Peraturan yang ada mengenai bidang-bidang kehidupan tertentu sudah cukup sistematis
2) Peraturan yang ada mengenai bidang-bidang kehidupan tertentu sudah cukup sinkron,
secara hierarki dan horizontal tidak ada pertentangan
3) Secara kualitatif dan kuantitatif peraturan-peraturan yang mengatur bidang-bidang
kehidupan tertentu sudah mengcukupi
4) Penerbitan peraturan-peraturan tertentu sudag sesuai dengan persyaratan yuridis yang
ada.
Pada elemen kedua yang menentukan efektif tidaknya kinerja hukum tertulis adalah aparat
penegak hukum, dalam hubungan ini dikehendaki adanya aparatur yang handal sehingga
aparat tersebut dapat melakukan tugasnya dengan baik. Kehandalan dalam kaitannya disini
adalah meliputi keterampilan professional dan mempunyai mental yang baik.

Anda mungkin juga menyukai