Anda di halaman 1dari 23

PENGADILAN SEMU FH USU

PERKARA NOMOR: 33/Pdt.G/2023/P.S/HK/FH-USU/MDN


Medan,30 November 2023

Kepada yth:

Ketua Pengadilan Semu FH USU

Medan

di

Tempat

Hal : KESIMPULAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

JONI ALFIZAR………....…………………………………….…………PENGGUGAT

LAWAN

1. KSP SAHABAT MITRA SEJATI………………………………TERGUGAT I


2. PEMERINTAH RI c/q MENTERI KEUANGAN RI c/q DIREKTORAT
JENDRAL KEKAYAAN NEGARA c/q KANTOR PELAYANAN
KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG (KPKNL) MEDAN
……………………………………………………………………TERGUGAT II

Penggugat dengan ini mengajukan Kesimpulan terhadap Perkara Nomor:


33/Pdt.G/2023/P.S/HK/FH-USU/MDN, adalah sebagai berikut:

I. DALAM KONVEKSI
A. DALAM EKSEPSI
1. KOMPETENSI ABSOLUT
- Bahwa, menurut Surat Edaran Mahkamh Agung RI Nomor: 04 tahun 2014 tanggal 28
Maret 2014 (Surat Edaran Mahkamah Agung RI terbaru) tentang pemberlakuan
rumusan hasil rapat pleno kamar Mahkamah Agung RI tahun 2013 sebagai pedoman
pelaksanaan tugas bagi Pengadilan perlu rumusan hukum hasil rapat pleno kamar
Perdata Nomor 7 pada upaya hukum yang dilakukan oleh terlelang disebutkan bahwa
" Dalam hal Pemilik barang yang dilelang tidak mau menyerahkan barangnya secara
sukarela kepada pemenang lelang dan pemenang lelang mengajukan permohonan
Eksekusi kepada Ketua Pengadilan Negeri, maka dalam hal ini proses pengosongan
objek (Eksekusi) belum selesai, maka upaya hukum yang diajukan oleh pihak
Terlelang adalah PERLAWANAN VERZET), sedangkan dalam hal ini proses
Eksekusi pengosongan sudah selesai, maka upaya hukumnya adalah mengajukan
Gugatan, yang masuk dalam ruang lingkup Hukum Perdata dan oleh karenanya
Pengadilan Negeri yang berwenang untuk memutuskan perkara ini dan bukan
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).

2. EXCEPTIE OBSCUUR LIBELI


a. Bahwa,menurut keputusan Mahkamah Agung R1 Nomor 3210 K/Pd/1984 tertanggal
30 Januari 1984 (yang merupakan jurisprudensi MA) yang secara tegas
menyatakan bahwa: "Jaminan Hypotek (sekarang disebut hak tanggungan) walaupun
ada veding van eigenmatige verkoop (menjual atas kekuasaan sendiri) yang
dilaksanakan oleh Tergugat 1 (lewat Kantor Lelang Negara-KPKNL) selaku Tergugat
II harus terlebih dahulu ada Penetapan Ketua Pengadilan Negeri (FIAT
EKSEKUSI)", Sehingga berdasarkan Keputusan Mahkamah Agung RI tersebut
menyatakan TIDAK SAH pelelangan yang di lakukan oleh Tergugat 1, karena
bertentangan dengan Pasal 224 HIR/258 RBG dan Jurisprudensi Mahkamah Agung
RI tersebut di atas yang masih berlaku apalagi menurut ketentuan Pasal 26 Undang-
undang Hak Tanggungan (UUHT) Nomor 4 tahun 1996 dinyatakan bahwa peraturan
mengenai Eksekusi Hypotek Tetap Berlaku dan menurut penjelasan Pasal tersebut
dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan peraturan mengenai Eksekusi Hypotek
yang ada dalam Pasal ini adalah ketentuan yang di atur dalam Pasal 224 HIR/258
RBG atau dengan kata lain sebelum ada Peraturan Pelaksana dari Undang-undang
Hak Tanggungan (UUHT) No.4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan maka yang
berlaku adalah Pasal 224 HIR/258 RBG, dengan demikian Pelelangan yang dilakukan
Tergugat I melalui Tergugat II adalah perbuatan melawan Hukum.
b. Bahwa,menurut Pasal 26 Undang-undang Hak Tanggungan (UUHT)/Hypotek No 4
tahun 1996,selama belum ada peraturan Perundang-undangan yang mengaturnya,
dengan memperhatikan Ketentuan Pasal 14,maka peraturan mengenai Eksekusi
Hypotek yang ada pada mulai berlakunya Undang-undang ini,berlaku sebagai
Eksekusi Hak Tanggungan,sedangkan pada penjelasan Pasal 26 UUHT menyatakan
"yang dimaksud dengan peraturan mengenai Eksekusi Tanggungan,dalam pasal ini
adalah ketentuan yang diatur dalam Pasal 224 HIR/258 RBG.
c. Bahwa,dari bunyi pasal 26 dan penjelasannya UUHT No.4 tahun 1996 tersebut jelas
dan nyata digunakan dan hukum untuk melakukan Eksekusi Hak Tanggungan adalah
wewenang ketua Pengadilan Negeri, dan hal ini dikuatkan pula dengan adanya
Keputusan Mahkamah Agung RI Nomor 3210/K/Sip/1984 yang menyatakan "untuk
Lelang Eksekusi harus ada persetujuan dari Pengadilan Negeri". Sedangkan peraturan
Menteri Keuangan RI Nomor 93/Pmk.06/2010 jo PMK No.106/PMK.06/2013
bukanlah sebagai peraturan pelaksana dari Eksekusi Hak Tanggungan sebagaimana
yang disebutkan Tergugat I, apalagi dalam pertimbangan (Konsiderans) terbitnya
PMK tersebut tidak ada menyebutkan bahwa PMK tersebut adalah merupakan
peraturan pelaksana dari Undang-undang Hak Tanggungan (UUHT) No.4 tahun 1996
(lihat PMK tersebut).
II. TENTANG POKOK PERKARA
- Bahwa, Penggugat tetap dalam Gugatannya terdahulu, kecuali yang diakui secara
tegas dalam kesimpulan ini.
- Bahwa, selama terikat Perjanjian Kredit Penggugat dengan Tergugat I Akad/Akta
Perjanjian Kredit tidak pernah diberikan oleh Tergugat I kepada Penggugat.
- Bahwa, dengan tidak ada diberikannya Salinan/Copy Akta Perjanjian Kredit diatas
Penggugat tidak mengetahui berapa jumlah hitungan bunga dan jumlah biaya-biaya
yang lainnya selain dari hutang pokok Penggugat sebenarnya (Jumlah hutang yang
pasti).
- Bahwa pengajuan permohonan "Parate Eksekusi" melalui Perantara Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan yang akan dan/atau telah
dilakukan Tergugat I melalui perantaranya Tergugat II adalah merupakan cacat hukum
dan tidak sah karena untuk menjual objek Hak Tanggungan harus ada berdasarkan
Pasal 26 Undang-undang Hak Tanggungan Nomor: 4 tahun 1996 yang
mengaturnya dengan memperhatikan Pasal 14. Peraturan mengenai Eksekusi
Hyphoteek yang ada mulai berlakunya Undang-undang ini, berlaku terhadap Eksekusi
Hak Tanggungan, Sehingga selama belum ada Peraturan yang Mengatur tentang
Pelaksanaan Pasal 6 Undang-undang Hak Tanggungan tersebut, Maka Eksekusi
Hyphoteek yang berlaku yaitu harus melalui Pengadilan Negeri setempat, atau dengan
kata lain "Pasal 6 Undang-undang Hak Tanggungan tidak dapat berdiri sendiri
karena Pasal 26 Undang-undang Hak Tanggungan sebagai Pasal Pelaksananya"
dan oleh karena Pelaksanaan atau hukum acaranya dari Pasal 26 Undang-undang Hak
Tanggungan adalah merujuk pada Pasal 224 HIR/258 RBG. Maka Pelaksanaan
Eksekusinya maupun Lelangnya harus melalui Fiat Eksekusi melalui Pengadilan
Negeri, Bukan 2 Melalui Perantara Kantor Pelayanan dan Kekayaan Negara dan
Lelang (KPKNL).
- Bahwa menurut Jurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor:
3210.K/PDT/1984 tanggal 30 Januari 1986 yang menyatakan bahwa Pelaksanaan
Pelelangan yang tidak dilaksanakan atas Penetapan/Fiat Ketua Pengadilan Negeri,
Maka Lelang Umum tersebut telah bertentangan dengan Pasal 224 HIR/258 RBG.
Sehingga TIDAK SAH, Sehingga Pelaksanaan Parate Eksekusi harus melalui Fiat
Ketua Pengadilan Negeri, Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor:
3210.K/PDT/1984 tanggal 30 Januari 1986 juga didukung oleh buku II Pedoman
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : KMA/002/SK/V/1994 tertanggal
29 April 1994, yang menyatakan:
"Untuk menjaga agar tercapai maksud dan tujuannya, maka sebelum lelang
dilaksanakan terlebih dahulu kreditur dan debitur dipanggil oleh Ketua Pengadilan
Negeri untuk mencari jalan keluarnya"
- Bahwa dengan tindakan Tergugat I dan Tergugat II yang akan dan/ atau telah
melaksanakan Lelang Eksekusi Hak Tanggungan yang menjadi Jaminan Konsumen di
muka umum dan melakukan lelang melalui Perantara Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang (KPKNL) Medan adalah merupakan perbuatan melawan hukum,
dan bertentangan dengan :
1) Bertentangan dengan Pasal 26 Undang-undang Hak Tanggungan (UUHT)
Nomor 4 tahun 1996 yang mengharuskan Eksekusi Hak Tanggungan
menggunakan Pasal 224 HIR/258 RBG yang mengharuskan ikut campur Ketua
Pengadilan Negeri, (Bukan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor: 93/PMK.06/2010 Yo Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor: 106/PMK.06/2013).
2) Bertentangan dengan Angka 9 Penjelasan Umum Undang-undang Hak
Tanggungan (UUHT) Nomor : 4 tahun 1996 yang menyatakan "agar ada
kesatuan pengertian dan kepastian penggunaan ketentuan tersebut", Maka
ditegaskan lebih lanjut dalam Undang-undang ini, bahwa sebelum ada Peraturan
Perundang-Undangan yang mengaturnya, Maka Peraturan mengenai Eksekusi
Hyphotek yang diatur dalam HIR/RBG berlaku terhadap Eksekusi Hak
Tanggungan;
3) Bertentangan dengan Pasal 1211 KUHPerdata yang mengharuskan lelang
melalui Pegawai Umum Pengadilan Negeri;
4) Bertentangan dengan Pasal 200 Avat (1) HIR Yang Mewajibkan Ketua
Pengadilan Negeri (Dalam Perkara A quo Pengadilan Negeri Medan) untuk
memerintahkan Kantor Lelang (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan
Lelang/KPKNL Medan) untuk menjualnya (Bukan Pelaku Usaha yang meminta
kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang/KPKNLY;
5) Bertentangan dengan Jurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor : 3210.K/PDT/1984 tanggal 30 Januari 1986 yang menyatakan bahwa
Pelaksanaan Pelelangan yang tidak dilaksanakan atas Penetapan/Fiat Ketua
Pengadilan Negeri, Maka lelang umum tersebut telah bertentangan dengan Pasal
224 HIR/258 RBG. Sehingga TIDAK SAH. Sehingga Pelaksanaan Parate
Eksekusi Harus Melalui Fiat Ketua Pengadilan Negeri;
6) Bertentangan dengan Undang-undang Nomor: 12 tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan yang menyebutkan Jenis, Hirarki Peraturan
Perundang-undangan adalah:
a. Undang-undang Dasar tahun 1945;
b. Ketetapan MPR;
c. Undang-undang /Perpu;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi;
g. Peraturan Daerah;
Sedangkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia (In Cassu)
Nomor: 93/PMK.06/2010 Yo Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor: 106/PMK.06/2013 tidak termasuk jenis peraturan Perundang-
undangan, Apalagi Pasal 26 Undang-undang Hak Tanggungan Nomor 4 tahun
1996 tidak ada memerintahkan bahwa peraturan pelaksanaannya adalah Peraturan
Menteri Keuangan.

7) Bertentangan dengan Pasal 1320 KUHPerdata Yaitu: Supaya terjadi


persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat:
a) Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
b) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
c) Suatu pokok persoalan tertentu;
d) Suatu sebab yang tidak terlarang, dimana sampai saat ini saya tidak ada
mengetahui dan memegang surat perjanjian Kredit.
8) Bertentangan dengan Pasal 1338 Undang-Undang Hukum Perdata;
Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan Undang-undang berlaku sebagai
Undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat
ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-
alasan yang ditentukan oleh Undang-undang Persetujuan harus dilaksanakan
dengan itikat baik, dimana dalam perjanjian itu dijelaskan andaikata ada
perselisihan maka akan diselesaikan melalui Pengadilan Semu FH USU, tetapi
pelaku usaha kenyataannya yang akan/dan atau telah melakukan Pelelangan
melalui Perantara Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)
Medan, tanpa ada Putusan Pengadilan Negeri.

Sehingga berdasarkan hal-hal tersebut diatas, terbukti dan nyata Tergugat I telah
melakukan Perbuatan Melawan Hukum, dan selajutnya Mohon agar Majelis Hakim
Pemeriksa Perkara ini memberikan Putusan yang dipandang tepat dan adil menurut rasa
keadilan yang patut dituruti menurut hukum, yang amarnya :

TENTANG POKOK PERKARA

1. Mengabulkan permohonan Penggugat seluruhnya;


2. Menolak permohonan Tergugat I dan Tergugat II seluruhnya;
3. Menyatakan bahwa Penggugat adalah Penggugat yang beritikad baik(Good
opposant);
4. Menyatakan bahwa pelelangan yang akan dan/atau telah dilakukan oleh
Tergugat II atas permintaan Tergugat I adalah batal demi hukum dan tidak
mempunyai kekuatan hukum;
5. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II untuk membayar ongkos perkara
ini;

ATAU
Atau apabila Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan yang memeriksa perkara ini
berpendapat lain, Mohon Keputusan yang dipandang tepat dan adil menurut rasa keadilan
yang patut dituruti menurut hukum (ex aequo et bono). Sekian dan terima kasih.

Hormat Kami,
Penggugat/Kuasanya,

OVAN LEO SIMATUPANG,S.H.,M.H.


Advokat
PENGADILAN SEMU FH USU
PERKARA NOMOR: 33/Pdt.G/2023/P.S/HK/FH-USU/MDN

Medan,30 November 2023

Kepada yth:

Ketua Pengadilan Semu FH USU

Medan

di

Jalan Universitas No. 4

Hal : KESIMPULAN Tergugat I

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

JONI ALFIZAR………....…………………………………….…………PENGGUGAT

LAWAN

1. KSP SAHABAT MITRA SEJATI………………………………TERGUGAT I


2. PEMERINTAH RI c/q MENTERI KEUANGAN RI c/q DIREKTORAT
JENDRAL KEKAYAAN NEGARA c/q KANTOR PELAYANAN
KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG (KPKNL) MEDAN
……………………………………………………………………TERGUGAT II

TERGUGAT I, Melalui kuasanya Nora Listika Siahaan SH.,MH dari Kantor


Advokat Siahaan Law Firm berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 6 September 2023
No. SK-075/KSP-SMS/KP/LIT/IX/2022, dengan ini mengajukan Konklusi / Kesimpulan,
sebagai berikut :

1. Bahwa Penggugat telah mengajukan gugatan terhadap Tergugat 1 dengan dasar


perbuatan melawan hukum sehubungan dengan keberatan dan mempermasalahkan
mengenal tidak sahnya pelaksanaan lelang atas jaminan hutang Penggugat yang
telah dilelang oleh Kantor Lelang (Tergugat II);
2. Bahwa untuk membuktikan dalil-dalil gugatannya Para Penggugat telah
mengajukan bukti- bukti berupa bukti P-1 sampai dengan P-55, yaitu KTP, Kartu
Keluarga (KK), surat dari KSP /Tergugat I, surat dari KPKNL. /Tergugat II dan
SHM No. 20 atas nama Joni Alfizar / Penggugat;
3. Bahwa atas gugatan Penggugat tersebut, Tergugat I telah mengajukan keberatan
dalam jawabannya baik dalam bentuk eksepsi yaitu tentang kompetensi absolut,
tentang gugatan yang telah daluwarsa, non adimpleti contractus, gugatan diajukan
terhadap putusan yang telah in kracht, dan gugatan yang kurang pihak. Sedangkan
bantahan dalam bentuk pokok perkara, Tergugat I membantah melakukan
perbuatan melawan hukum karena baik pelaksanaan pelepasan kredit, penagihan
kredit dan pelaksanaan lelang atas jaminan Penggugat telah dilaksanakan sesuai
dengan prosedur dan ketentuan hukum yang berlaku.
4. Bahwa untuk menguatkan dalil bantahan atau jawabannya, Tergugat I telah
menyerahkan bukti-bukti berupa bukti T.I-1 s/d T.I-9, berupa Akta Perjanjian
Pembiayaan, Sertipikat Hak Milik No. 20 atas nama Joni Alfizar, Sertipikat Hak
Tanggungan jo Akta Pembebanan Hak Tanggungan, Surat Peringatan untuk
menyelesaikan kewajibannya secara baik-baik, Surat Penetapan Jadwal Lelang dan
Risalah Lelang
5. Bahwa atas dalil-dalil gugatan Penggugat dan bentahar/jawaban dari Para Tergugat
khususnya Tergugat I ditambah bukti-bukti yang diajukan dalam persidangan a
quo, maka dapat diambil kesimpulan atau konklusi sebagaimana akan Tergugat VI
kemukakan di bawah ini.
I. TENTANG EKSEPSI:
A. Tentang kewenangan mengadili adalah Pengadilan Tata Usaha Negara;
1. Bahwa sesuai pasal 2 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2019
mengatur bahwa perkara perbuatan melanggar hukum oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan (onrechtmatige Overheidsdaad) merupakan kewenangan
Peradilan Tata Usaha Negara;
2. Bahwa untuk membuktikan kebenaran adanya penyimpangan-penyimpangan dan
pelanggaran peraturan Lelang Eksekusi oleh Pejabat Kantor Lelang Negara, maka
pihak tereksekusi harus mengajukan gugatan ke PERATUN - Pengadilan Tata
Usaha Negara, karena masalah tersebut menyangkut kewenangan "Pejabat Tata
Usaha Negara" dan menjadi "Jurisdiksi PERATUN", masalah ini bukan
wewenang peradilan umum;" (Jurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 1456
K/Pdt/1998 tanggal 28 Juni 1999);
3. Dengan demikian dapat disimpulkan dalam putusan akhir ini, masalah perbuatan
melawan hukum oleh badan atau pejabat pemerintahan adalah wewenang
Peradilan Tata Usaha Negara

B. Tentang Gugatan Lewat Waktu (Daluwarsa)


- Bahwa dapat disimpulkan oleh karena pelaksanaan lelang telah selesai
dilaksanakan, maka sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor
106/PMK.06/2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
93/PMK.06/2010 tentang petunjuk pelaksanaan lelang, pasal 24 yang
meyebutkan: "lelang yang akan dilaksanakan hanya dapat dibatalkan dengan
permintaan penjual atau penetapan provisional atau putusan dari lembaga
peradilan " dan pasal 25 ayat (1) yang menyebutkan: "pembatalan lelang dengan
putusan/penetapan peradilan disampaikan secara tertulis dan harus sudah diterima
oleh pejabat lelang paling lama sebelum lelang dimulai)";
C. Tentang Eksepsi Non Adimpleti Contractus
- Bahwa dapat disimpulkan Penggugat tidak berhak mengajukan gugatan ini karena
berdasarkan bukti T.I-4 s/d T.I-6 dia sendirilah yang tidak memenuhi apa yang
menjadi kewajibannya dalam perjanjian kredit (kontrak) yang dibuatnya dengan
Bank;

D. Tentang Eksepsi Gugatan Tidak Dapat Diajukan terhadap Putusan yang telah
Inkracht Van Gewijsde
- Bahwa dapat disimpulkan berdasarkan bukti T.1-3 dan T.1-4 objek sengketa telah
dibebani Hak Tanggungan dan berdasarkan bukti T.I-9 telahpun dilaksanakan
lelangnya oleh Tergugat II pada tanggal 10 Agustus 2023, dan telah dibeli oleh
Muhammad Eka, ST sebagaimana Salinan Risalah Lelang No. 544/04/2022.
Dengan demikian dapat disimpulkan terhadap putusan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, pasti, mutlak dan mengikat tersebut, tidak dapat diajukan
gugatan;

E. Tentang Gugatan yang kurang pihak.


- Bahwa dapat disimpulkan berdasarkan bukti T.I-9, sebagaimana Salinan Risalah
Lelang No. 544/04/2022 tanggal 10 Agustus 2023 objek sengketa telah dilelang dan
dibeli oleh pembeli lelang bernama Muhammad Eka, ST. dengan demikian mutlak
Penggugat harus mengikutsertakan pemilik sertipikat yang baru sebagai pembeli
lelang yaitu Muhammad Eka, ST, sebagai pihak dalam perkara a quo;

F. Dalam Pokok Perkara


1. Bahwa Penggugat mengajukan gugatan terhadap Tergugat I karena telah
melakukan perbuatan melawan hukum. Penggugat mendalilkan Eksekusi Lelang
yang dilakukan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan (Tergugat
II), adalah cacat hukum dan tidak sah. karena bertentangan dengan ketentuan Pasal
26 Undang-Undang Hak Tanggungan (UUHT) NO 4 Tahun 1996, bertentangan
dengan angka 9 tentang Penjelasan Umum UUHT No. 4 Tahun 1996, bertentangan
dengan pasal 1211 KUH Perdata, bertentangan dengan Pasal 200 ayat (1) HIR juga
bertentangan dengan Yurisprudensi MA No. 3210 K/PDT/1984 tanggal 30 Januari
1986, dengan UU No. 12 Tahun 2011 dan pasal 1338 KUH Perdata.
2. Bahwa atas gugatan Penggugat tersebut Tergugat I secara tegas membantahnya,
dan sesuai ketentuan hukum oleh karena Tergugat I membantah gugatan
Penggugat, maka Penggugat harus membuktikan dalil gugatannya. Di mana
Penggugat mengajukan bukti berupa KTP, KK, surat dari KSP /Tergugat I, surat
dari KPKNL /Tergugat II dan SHM No. 20 atas nama Joni Alfizar / Penggugat;
3. Bahwa dari bukti KTP dan KK yang diajukan Penggugat tidak ada bukti tentang
adanya perbuatan melawan hukum. Dari bukti surat dari KSP dan KPKNL juga
tidak ada membuktikan adanya perbuatan melawan hukum, demikian juga dengan
SHM No. 20 atas nama Joni Alfizar tidak ada bukti adanya perbuatan melawan
hukum. Justru berdasarkan bukti P-1, P-2 dan P-3 yang diajukan Penggugat,
dikaitkan dengan bukti T.I-1 s/d T.I-9 yang diajukan Tergugat I, membuktikan
benar Penggugat mempunyai hutang kepada Tergugat I dengan agunan SHM No.
20 atas nama Joni Alfizar yang telah dibebani dengan Hak Tanggungan.
4. Fakta hukum hutang Penggugat mengalami macet dan walau telah diperingati
sampai surat peringatan ke 3 (tiga), Penggugat tidak juga menyelesaikan
kewajibannya. Oleh karena itu Tergugat I menjalankan haknya melakukan lelang
atas objek sengketa, setelah diberitahukan terlebih dahulu objek akan dilelang dan
pada saat lelang telah dibeli oleh pihak ketiga Muhammad Eka, ST. Dengan
demikian dapat disimpulkan baik ketika Penggugat mendapat fasilitas pembiayaan,
ketika pengagunan objek jaminan, ketika kreditnya macet dan ketika pelaksanaan
lelang, telah dilakukan dengan proses dan prosedur hukum yang berlaku, sehingga
tidak ada perbuatan melawan hukum;
5. Bahwa berdasarkan bukti T.I-1, yang ditandatangani Penggugat (yang disetujui
oleh isterinya Sri Wati) dengan Tergugat I di bawah tangan dan telah dilegalisasi di
hadapan Linda, SH, MKn, Notaris di Kabupaten Langkat pada tanggal 30 April
2018 No. 205.A/LEG/NOT.L/2018, terbukti Penggugat telah menerima dan
menikmati fasilitas pembiayaan /kredit dari Tergugat I sebesar Rp.250.000.000,-
(dua ratus lima puluh juta rupiah) dengan jangka waktunya 60 (enam puluh) bulan
yaitu sejak tanggal 30 April 2018 sampai 30 Mei 2023. Berdasarkan T.1-2, T.1-3
dan T.1-4, terbukti sebagai jaminan atas pinjaman tersebut Penggugat telah
menyerahkan agunan yang telah dibebani Hak Tanggungan Peringkat I (pertama)
sebagaimana Akta Pemberian Hak Tanggungan No.68/2018 tanggal 04-07-2018,
yang dibuat dihadapan Linda, S.H., PPAT di Kabupaten Langkat serta telah pula
diterbitkannya Sertipikat Hak Tanggungan Peringkat I;
6. Bahwa terbukti berdasarkan T.I-4 s/d T.I-6, Penggugat tidak kooperatif walau telah
diberikan surat peringatan sehingga dikategorikan kreditnya macet maka sehingga
Tergugat I telah beberapa kali membuat Surat Peringatan kepada Penggugat, tetapi
Penggugat tidak memenuhi janjinya sebagaimana yang telah disepakati, sehingga
Penggugat dikategorikan telah melakukan tindakan cidera janji / wanpestasi);
7. Bahwa berdasarkan bukti T.I-8 dan T.I-9 terbukti objek agunan telah dilelang oleh
Tergugat II pada tanggal 10 Agustus 2023 sebagaimana Salinan Risalah Lelang No.
544/04/2022 dan dibeli oleh pembeli lelang bernama Muhammad Eka, ST. Dapat
disimpulkan pelelangan telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan oleh pejabat
yang berwenang, sehingga tidak ada unsur perbuatan melawan hukum;
8. Bahwa mengenal masalah lelang dalam pasal 26 UUHT menjelaskan selama belum
ada peraturan perundang-undangan yang mengaturnya, dengan memperhatikan
ketentuan dalam pasal 14, peraturan mengenai Eksekusi hypotheek yang ada pada
mulai berlakunya Undang-undang ini, berlaku terhadap eksekusi hak Tanggungan.
Dengan demikian jika sudah ada diatur dalam Undang-undang Hak Tanggugan,
maka ketentuan hypotheek tidak berlaku lagi;
9. Bahwa dengan demikian dapat disimpulkan, sesuai azas hukum dimana ketentuan
hukum yang baru mengenyampingkan ketentuan hukum yang lama, maka dengan
diundangkannya UU Hak Tanggungan No. 4 Tahun 1996, maka putusan
Mahkamah Agung RI No. 3210 K/PDT/1984 tanggal 30 Januari 1986 maupun
buku II Pedoman Mahkamah Agung RI No. KMA/002/SK/1/1994 tanggal 29 April
1994, yang dikemukakan Penggugat diputus jauh sebelum diundangkannya UUHT
NO. 4 Tahun 1996, sehingga tidak relevan dikemukakan dalam perkara a quo.
10. Bahwa sesuai dengan latar belakang dibentuknya Undang-Undang Hak
Tanggungan, kehadirannya secara filosofis memberi kemudahan kepada kreditur
yaitu biasanya pihak Bank dalam mengatasi kredit macet. Undang-undang Hak
Tanggungan telah mengatur apabila debitur wanprestasi, kreditur dapat langsung
mengeksekusi atau menjual objek benda yang dijaminkan tanpa melalui
Pengadilan;
11. Bahwa tindakan Tergugat I memohon pelaksanaan Lelang / penjualan umum
terhadap jaminan utang Penggugat yang telah dibebani Hak Tanggungan kepada
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan (Tergugat II) telah sesuai
dengan ketentuan Undang-undang, khususnya Undang-Undang Nomor 4 tahun
1996 tentang Hak Tanggungan, Rbg maupun KUHPerdata;
12. Bahwa pelaksanaan lelang tersebut telah diumumkan kepada masyarakat umum
melalui pengumuman tempel/selebaran maupun melalui surat kabar harian
Waspada yang terbit di Medan. Di mana untuk pelaksanaan lelang I diumumkan
melalui selebaran dan melalui surat kabar harian Waspada tanggal 5 Agustus 2023,
sedangkan untuk pelaksanaan lelang ulang diumumkan melalui selebaran dan
melalui surat kabar harian Waspada tanggal 9 Agustus 2023 sebagai pengumuman
lelang ulang.
13. Bahwa pelaksanaan lelang terhadap agunan Penggugat tidak tunduk pada putusan
pengadilan sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal 206, pasal 209 maupun 215
Rbg, tetapi mengacu kepada pasal 258 Rbg sebab sesuai dengan ketentuan pasal
258 Rbg. grosse-grosse dari akte-akte hipotik dan surat-surat utang notarial yang
berkepala kata-kata "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN
YANG MAHA ESA", mempunyal kekuatan hukum sama dengan keputusan-
keputusan hukum. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996,
pemegang Hak Tanggungan berhak untuk menjual objek Hak Tanggungan melalui
pelelangan umum tanpa memerlukan persetujuan lagi dari pemberi Hak
Tanggungan dan selanjutnya mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan
itu lebih dahulu daripada kreditur-kreditur yang lain;
14. Bahwa dalam mengajukan Permohonan lelang terhadap agunan Penggugat,
Tergugat I meminta bantuan kepada Tergugat II untuk melakukan penjualan di
muka umum (lelang) atas objek jaminan. Dimana Tergugat II sebagai pelaksana
pelelangan telah melaksanakan ketentuan pelaksanaan lelang sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku sebagaimana disyaratkan Undang-Undang Lelang
(Vendu Reglement, Ordonante 28 Februari 1908 Staatsblad 1908:189 sebagaiman
telah beberapa kali dirubah terakhir dengan Staatsblad 194:3) jis Peraturan Menteri
Keuangan No. 27/PMK.06/2016 tanggal 19 Februari 2016 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang dan Peraturan Menteri Keuangan No. 174/PMK.06/2010
tanggal 30 September 2010 tentang Pejabat Lelang Kelas I sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 158/PMK.06/2013;
15. Bahwa dengan demikian pelaksanaan lelang tersebut telah dilakukan secara
transparan dan terbuka untuk umum yang mengacu kepada pasal 258 Rbg Jo Pasal
6 dan 14 Undang-undang No. 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan serta Undang-
undang Lelang (Vendu Reglement, Ordonantle 28 Februari 1908 Staatsblad
1908:189 sebagaiman telah beberapa kali dirubah terakhir dengan Staatsblad 194:3)
jis Peraturan Menteri Keuangan No. 27/PMK.06/2016 tanggal 19 Februari 2016
tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang dan Peraturan Menteri Keuangan No.
174/PMK.06/2010 tanggal 30 September 2010 tentang Pejabat Lelang Kelas I
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No.
158/PMK.06/2013, bandingkan juga dengan Peraturan Menteri Keuangan RI
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang (Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor
93/PMK.06/2010 Jo Peraturan Menteri Keuangan RI No. 106/PMK.06/2013 dan
juga Peraturan Bank Indonesia No. 18/16/PBI/2016.

Berdasarkan uraien hukum tersebut di atas, dapat disimpulkan Penggugat tidak


dapat membuktikan Tergugat I dan Tergugat II telah melakukan perbuatan melawan
hukum, oleh karenanya gugatan Penggugat tidak beralasan untuk dikabulkan dan harus
dinyatakan ditolak;

Hormat Tergugat I,
KSP SAHABAT MITRA SEJATI,
Kuasanya,
Nora Listika Siahaan SH.,MH

PENGADILAN SEMU FH USU


PERKARA NOMOR: 33/Pdt.G/2023/P.S/HK/FH-USU/MDN

Medan,30 November 2023

Kepada yth:

Ketua Pengadilan Semu FH USU

Medan

di

Jalan Universitas No. 4

Hal : KESIMPULAN Tergugat II

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

JONI ALFIZAR………....…………………………………….…………PENGGUGAT

LAWAN

1. KSP SAHABAT MITRA SEJATI………………………………TERGUGAT I


2. PEMERINTAH RI c/q MENTERI KEUANGAN RI c/q DIREKTORAT
JENDRAL KEKAYAAN NEGARA c/q KANTOR PELAYANAN
KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG (KPKNL) MEDAN
……………………………………………………………………TERGUGAT II

TERGUGAT II, Melalui kuasanya Nora Listika Siahaan SH.,MH dari Kantor
Advokat Siahaan Law Firm berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 6 September 2023
No. SK-075/KSP-SMS/KP/LIT/IX/2022, dengan ini mengajukan Konklusi / Kesimpulan,
sebagai berikut :

I. DALAM EKSEPSI (EXCEPTIE):


A. Eksepsi Gugatan Error in Persona
1. Bahwa pelelangan yang dilakukan Tergugat Il merupakan tugas dan fungsi dari
Tergugat II yang diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan, dan
apabila ada permintaan lelang yang telah memenuhi syarat dan ketentuan dan
dengan disertai dokumen yang dipersyaratkan untuk pelaksanaan lelang, maka
sesuai dengan ketentuan Pasal 11 PMK No. 213/PMK.06/2020 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang (selanjutnya disebut "PMK No. 213 Tahun
2020"), Tergugat II tidak boleh menolaknya.
2. Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 13 ayat (1) huruf k PMK No. 213
Tahun 2020, diatur bahwa "Penjual bertanggung jawab terhadap gugatan
perdata dan/atau tuntutan pidana serta pelaksanaan putusannya akibat tidak
dipenuhinya peraturan perundang-undangan oleh Penjual".
3. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, jelas bahwa Penggugat telah keliru
dalam menarik Tergugat II sebagai pihak yang digugat pada perkara a quo.
4. Oleh karena itu, Tergugat I memohon dengan hormat kepada Majelis Hakim
yang memeriksa dan memutus perkara a quo untuk menolak gugatan Penguggat,
mengeluarkan Tergugat II dari pihak yang berperkara ini, atau setidak-tidaknya
menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (nietontvantkelijke
verklaard).
B. Gugatan yang diajukan Penggugat Tidak Jelas dan Kabur (Exceptie Obscuur
Libel)
1. Bahwa perlu Tergugat II tegaskan, Penggugat mendalilkan agar membatalkan
lelang Tergugat II. Akan tetapi Penggugat sama sekali tidak dapat menguraikan,
menunjukkan atau menyebutkan dengan jelas dan pasti perbuatan Tergugat II
yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau ketentuan hukum
yang menurut Penggugat telah dilanggar oleh Tergugat II, sehingga dapat
membatalkan pelaksanaan lelang tersebut.
2. Bahwa keseluruhan tindakan Tergugat II terkait pelelangan yang dilakukan
terhadap aset milk Penggugat telah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku khususnya peraturan yang mengatur mengenal lelang,
yakni Peraturan Menteri Keuangan No. 213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang.
3. Bahwa sebagaimana ditegaskan dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No.
4.K/Sip/1958 tanggal 13 Desember 1958, syarat mutlak untuk menuntut
seseorang di depan Pengadilan adalah adanya perselisihan hukum antara kedua
pihak. Hal tersebut dipertegas kembali dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung
RI No. 995 K/Sip/1975 tanggal 8 Agustus 1975, yang menyatakan suatu gugatan
dapat diklasifikasikan tidak memenuhi syarat formil gugatan, sehingga gugatan
tersebut haruslah ditolak, dengan pertimbangan:
a. Gugatan diajukan tanpa didasari adanya persengketaan mengenai
jumlah utang Penggugat sebagai debitur, pada dasarnya dibebani
kewajiban untuk membayar utang dan tidak mempunyai hak
terhadap kreditur;
b. Untuk mengajukan gugatan dalam hubungan kewajiban hak antara
kedua belah pihak, baru dapat dibenarkan hukum apabila telah
timbul atau telah ada suatu hak yang dilanggar pihak lain.
4. Bahwa sesuai Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 4
K/Sip/1958 tanggal 13 Desember 1958, yang menegaskan "Syarat mutlak
untuk menuntut seseorang di depan pengadilan adalah karena adanya
perselisihan hukum (sengketa hukum) antara kedua pihak, sudah terbukti
gugatan yang diajukan Penggugat bukan didasari oleh adanya perselisihan
hukum (sengketa hukum).
5. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, jelas bahwa gugatan Penggugat
sangat kabur dan tidak berdasarkan hukum, karena Penggugat sama sekali tidak
dapat menunjukkan tindakan Tergugat II yang merupakan perbuatan melawan
hukum, sehingga sangat berdasar hukum apabila Majelis Hakim
menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijke
verklaard).
6. Bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, Tergugat II mohon
kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo
kiranya berkenan memutus dengan amar yang menyatakan menerima
eksepsi Tergugat II.

C. Eksepsi Persona Standi Non Judicio


1. Bahwa gugatan Penggugat khususnya yang ditujukan terhadap Tergugat I harus
dinyatakan tidak dapat diterima, sebab penyebutan persoon Tergugat Il di dalam
surat gugatan Penggugat kurang tepat dan keliru, karena mencampuradukkan
antara pejabat yakni Menteri Keuangan RI dengan subjek hukum instansi
2. Bahwa KPKNL Medan bukan merupakan badan hukum yang berdiri sendiri,
melainkan bagian dari Pemerintah RI cq. Kementerian Keuangan RI cq,
DJKN cq, Kantor Wilayah DJKN Sumatera Utara. Oleh karena itu, Tergugat I
tidak mempunyai kualitas untuk dapat dituntut dalam perkara perdata di muka
Peradilan Umum jika tidak dikaitkan dengan badan hukum induknya dan
instanal atasannya.
3. Bahwa kekeliruan tersebut tercantum pada halaman 2 (dua) surat gugatan
Penggugat, dimana Penggugat menyebutkan persoon Tergugat 11 yang langsung
ditujukan kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)
Medan tanpa mengkaitkan Pemerintah RI cq. Kementerian Keuangan RI cq.
DJKN cq. Kantor Wilayah DJKN Sumatera Utara selaku instansi atasan
Tergugat II.
4. Bahwa oleh karena KPKNL Medan bukanlah merupakan suatu organisasi yang
berdiri sendiri, melainkan hanya merupakan suatu badan hukum yang disebut
Negara, yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya harus
dipertanggungjawabkan kepada atasannya tersebut, maka dalam hal adanya
tuntutan juga harus dikaitkan dengan instansi atasannya tersebut.
5. Bahwa dengan dasar penjelasan yang dikemukakan oleh Tergugat di atas,
menunjukan dan terbukti bahwa gugatan Penggugat yang langsung ditujukan
kepada KPKNL Medan tanpa mengkaitkan instansi atasannya adalah keliru dan
tidak tepat, karena secara fakta hukumnya, Tergugat Il tidak mempunyai kualitas
tersendiri untuk dapat dituntut di muka Peradilan Umum, sehingga gugatan
Penggugat tidak memenuhi syarat formil untuk diajukan sebagai gugatan
dan sudah sepatutnya untuk dinyatakan tidak dapat diterima (niet
ontvankelijke verklaard).

D. Eksepsi Plurium Litis Consortitum (Kurang Pihak)


1. Bahwa setelah Tergugat II membaca secara keseluruhan gugatan Penggugat baik
dalam posita maupun petitumnya, ternyata masih terdapat pihak-pihak yang
harus ditarik/diikutsertakan dalam gugatan perkara a quo.
2. Bahwa mengingat pelelangan terhadap objek perkara a quo ialah laku terjual
lelang, yang akan dijelaskan oleh Tergugat II dalam bagian Pokok Perkara
Jawaban di bawah ini, pihak yang perlu ditarik/diikutsertakan juga dalam
perkara a quo adalah pemenang lelang.
3. Bahwa kehadiran pemenang lelang tersebut agar dapat memberikan keterangan
dan membela hak, kepentingan, maupun kedudukannya di muka persidangan
4. Bahwa dengan tidak ditariknya pemenang lelang tersebut sebagai Pihak dalam
perkara a quo, maka penyelesaian sengketa yang disengketakan tidak dapat
diselesaikan secara tuntas dan holistik. Hal ini dijelaskan oleh M. Yahya
Harahap dalam bukunya berjudul Hukum Acara Perdata halaman 439
menyatakan apabila masih ada orang yang harus ikut dijadikan sebagai
Penggugat atau Tergugat, barulah suatu sengketa dapat diselesaikan secara
tuntas dan menyeluruh.
5. Bahwa berdasarkan dalil-dalil tersebut, pemenang lelang tidak ditarik atau
diikutsertakan sebagai pihak dalam perkara a quo, sesuai dengan Yurisprudensi
Mahkamah Agung RI No. 1424 K/Sip/1975 tanggal 8 Juni 1976 yang
menyebutkan: "bahwa tidak dapat diterima gugatan ini adalah karena ada
kesalahan mengenai pihak yang seharusnya digugat akan tetapi belum digugat"
j.o.Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 1566 K/pdt/1983 yang
menyebutkan: "gugatan tidak dapat diterima atas alasan gugatan mengandung
cacat Plurium litis consortium". Oleh karena itu, sudah sepatutnya gugatan
Pelawan dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard). maka
menjadikan gugatan a quo tidak sempurna sehingga sudah sepatutnya
gugatan a quo oleh Majelis Hakim dinyatakan tidak dapat diterima (Niet
Ontvankelijk Verklaard).

Bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, Tergugat II mohon kepada Majelis


Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo kiranya berkenan memutus dengan
amar yang menyatakan menerima eksepsi Tergugat II. Bahwa apabila Majelis Hakim
berpendapat lain, maka Tergugat II akan menanggapi gugatan dari Penggugat dalam
bagian Pokok Perkara sebagaimana diuraikan lebih lanjut berikut ini.

II. DALAM POKOK PERKARA (VERWEERTEN PRINCIPALE):


1. Bahwa terlebih dahulu Tergugat II memohon apa yang diuraikan pada Jawaban,
Duplik, dan Bukti, yang telah disampaikan terdahulu oleh Tergugat lI, serta
dalam Eksepsi Kesimpulan di atas mohon dianggap telah menjadi satu kesatuan
(mutatis mutandis) dengan Kesimpulan dalam Pokok Perkara ini dan Tergugat II
dongan tegas menolak seluruh dalil gugatan Penggugat, kecuali terhadap hal-hal
yang diakui secara tegas oleh Tergugat II.
2. Bahwa Tergugat II tidak akan menanggapi dalil-dalil Penggugat secara
keseluruhan, namun hanya menanggapi secara pokoknya saja terutama terhadap
dalil yang ditujukan kepada Tergugat II.
3. Bahwa pokok permasalahan yang diajukan oleh Penggugat di dalam gugatannya,
khususnya terhadap Tergugat I adalah terkait pelaksanaan lelang eksekusi Hak
Tanggungan yang dimohonkan oleh Tergugat I atas objek lelang yang
merupakan jaminan utang/kewajiban antara Penggugat dengan TergugatI.
Tentang Proses Pelelangan Harus Melalui Pengadilan, Memohon
Pembatalan, PMK Tidak Termasuk Dasar Hukum Berdasar Dalil
Penggugat
4. Bahwa Tergugat II dengan tegas membantah dan menolak dalil Penggugat
dalam Posita gugatannya yang menyatakan bahwa Tergugat Il melakukan
perbuatan melawan hukum, cacat hukum, tidak sah, serta Penggugat yang
memohon pembatalan lelang, kemudian pelelangan harus melalui Pengadilan,
Peraturan Menteri Keuangan bukan menjadi dasar hukum.
5. Bahwa berdasarkan Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Sebagaimana Yang Telah Diubah terakhir kali Dengan Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2022 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, menentukan
bahwa:
6. "(1) Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah
Agung. Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial,
Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang
dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-
Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubenur, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau
yang setingkat".
7. Bahwa oleh karena itu, Peraturan Menteri Keuangan merupakan bagian
dari peraturan perundang-undangan.
8. Bahwa sebagaimana diakui sendiri oleh Penggugat dalam Posita Gugatan
Perlawanannya halaman 2, fakta hukumnya adalah Penggugat merupakan
Debitur dari Tergugat I yang telah Kredit beserta Perjanjian menerima fasilitas
kredit berdasarkan Perjanjian Aksesoir/Perubahan lainnya.
9. Bahwa perjanjian kredit beserta perjanjian-perjanjian aksesoir/tambahannya
yang ditandatangani bersama antara Penggugat dan Tergugat I, dibuat atas
kesepakatan dan Itikad balk yang merujuk kepada ketentuan Pasal 1320 KUH
Perdata, yaitu adanya kesepakatan, para pihaknya cakap, mengenai suatu hal
tertentu dan suatu sebab yang halal. Perjanjian kredit tersebut mengikat para
pihak karena sesuai ketentuan hukum, semua persetujuan yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi Penggugat dan Tergugat I. Persetujuan-
persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah
pihak atau karena alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu,
sebagaimana ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata.
10. Bahwa berdasarkan kewenangan yang diperoleh melalui Pasal 6 Undang-
Undang No. 41 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-
benda yang Berkaitan dengan Tanah, Tergugat I mengajukan permohonan lelang
atas objek perkara a quo kepada Tergugat II sesuai Surat No.
012/KSP-SMS/COLL-MEDAN/IV/2022 tanggal 2 Agustus 2023 perihal
Permohonan Jadwal Lelang.
11. Bahwa berdasarkan Pasal 11 PMK No. 213 Tahun 2020 bahwa "Kepala
KPKNL, Pejabat Lelang Kelas II, atau Pemimpin Balai Lelang tidak boleh
menolak permohonan lelang yang diajukan kepadanya sepanjang dokumen
persyaratan lelang telah lengkap dan memenuhi Legalitas Formal Subjek dan
Objek Lelang".
12. Bahwa dikarenakan menurut Tergugat I Penggugat selaku Debitur telah
wanprestasi terhadap prestasi kepada Tergugat I, maka Tergugat I telah
mengeluarkan 3 (tiga) kali surat peringatan kepada Debitur, yaitu:
a. Surat Peringatan I No. ID001225984/SP/SUKM-20259/VIII/2019 tanggal 1
Agustus 2019;
b. Surat Peringatan II No. ID001225995/SP/SUKM-20259/IX/2019 tanggal 26
September 2019;
c. Surat Peringatan III No. ID001225901/SP/SUKM-20259/X/2019 tanggal 8
Oktober 2019.
13. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 55 ayat (1) PMK No. 213 Tahun 2020 terhadap
rencana lelang dimaksud telah diumumkan kepada khalayak umum melalui
Selebaran tanggal 1 Agustus 2023 sebagai Pengumuman Pertama Lelang
Eksekusi Hak Tanggungan dan surat kabar harian Waspada tanggal 7 Agustus
2023 sebagai Pengumuman Kedua Lelang Eksekusi Hak Tanggungan, yang di
dalamnya tercantum nilai limit lelang dan uang jaminan lelang, sehingga
pelaksanaan lelang tersebut telah memenuhi Asas Publisitas.
14. Bahwa dengan tegas Tergugat II menyatakan bahwa dalil-dalil/alasan-alasan
Penggugat yang menyatakan keberatan atas rencana/permohonan/pelimpahan
dari Tergugat I kepada Tergugat II karena Tergugat II dalam menerima dan
melaksanakan lelang eksekusi hak tanggungan barang jaminan hutang adalah
berdasarkan Undang Undang Hak Tanggungan No. 4 Tahun 1996 yang telah
memenuhi persyaratan lelang mengingat lelang terhadap objek perkara a quo
dilaksankan pada tanggal 23 April 2019 maka dasar hukum yang digunakan
ialah sesuai dengan PMK No. 213 Tahun 2020, mengingat pelaksanaan telang
atas objek perkara a quo dalam tanggal 10 Agustus 2023, sehingga dasar
hukum yang berlaku ialah PMK No. 213 tahun 2020, bukan PMK No. 27
Tahun 2016 sebagaimana yang didalilkan oleh Penggugat.
15. Bahwa hak untuk menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri
merupakan salah satu perwujudan dari kedudukan diutamakan yang dipunyai
oleh pemegang Hak Tanggungan. Hal tersebut didasarkan pada janji yang
diberikan oleh Pemberi Hak Tanggungan in casu Penggugat bahwa apabila
debitor cidera janji, Pemegang Hak Tanggungan in casu Tergugat I berhak untuk
menjual obyek Hak Tanggungan melalui pelelangan umum tanpa memerlukan
persetujuan lagi dari Penggugat. Hal tersebut terdapat pada Akta Pengakuan
Hutang dan didasarkan pada Pasal 6 UUHT;
16. Bahwa dalam Pasal 6 UU Hak Tanggungan No. 4 Tahun 1996 dengan tegas juga
dinyatakan bahwa Kreditor Pemegang Hak Tanggungan Peringkat I (Pertama)
dapat melakukan eksekusi melalui Parate Executie. Dengan demikian, Tergugat
I selaku Kreditur Pemegang Hak Tanggungan mempunyai kewenangan
melakukan eksekusi dengan menjual lelang objek jaminan. Oleh karenanya jelas
dalam permasalahan a quo, Tergugat I sebagai pejabat penjual lelang bertindak
sebagai pelaksana lelang atas permintaan Tergugat I dan telah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
17. Bahwa berdasarkan Pasal 14 ayat (2) dan ayat (3) UU HT yang berbunyi (2)
Sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat irah-
irah dengan kata-kata "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN
YANG MAHA ESA". (3) Sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (2) mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama
dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan
berlaku sebagai pengganti grosse acte Hypotheek sepanjang mengenai hak atas
tanah.Maka Tergugat I dapat secara langsung mengeksekusi objek Hak
Tanggungan tanpa harus menunggu adanya putusan atau penetapan eksekusi
pengadilan terlebih dahulu apabila Penggugat wanprestasi sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 6 UU HT karena Sertifikat Hak Tanggungan atas objek Hak
Tanggungan memiliki kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan
pengadilan tanah.
18. Bahwa berdasarkan Pasal 20 ayat (1) UU HT yang berbunyi: (1) Apabila debitor
cidera janji, maka berdasarkan:
a. hak pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual objek Hak
Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, atau
b. titel eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat Hak Tanggungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), objek Hak Tanggungan
dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang Hak
Tanggungan dengan hak mendahulu dari pada kreditor-kreditor lainnya.
19. Bahwa berdasarkan fakta melalui Surat Peringatan I, II, dan III dari Tergugat I,
maka dapat dibuktikan dan diketahui bahwa Penggugat telah atau sudah
wanprestasi sehingga unsur Debitur cidera janji dalam Pasal 20 ayat (1) UU HT
telah terpenuhi;
20. Bahwa setelah dilakukan penelitian kelengkapan berkas, Tergugat I menerbitkan
Surat Nomor S-1319/KNL.0201/2022 tanggal 2 Agustus 2023 hal Penetapan
Jadwal Lelang;
21. Bahwa pelaksanaan lelang terhadap objek perkara a quo telah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mana hasilnya laku terjual
sebagaimana yang tercantum dalam Risalah Lelang No. 544/04/2022 tanggal 10
Agustus 2023.
Tentang Perbuatan Melawan Hukum Yang Didalilkan Penggugat
22. Bahwa Tergugat II dengan tegas menolak dalil-dalil gugatan Penggugat, baik
dalam Posita maupun Petitum Gugatan, yang pada intinya menyatakan bahwa
Para Tergugat telah sengaja mengabaikan proses hukum dan bertentangan
dengan hukum yang berlaku adalah merupakan perbuatan melawan hukum
sehubungan dengan pelaksanaan lelang Objek Perkara a quo.
23. Bahwa dalil Penggugat tersebut sangat mengada-ada dan tidak berdasar hukum
sama sekali karena dari seluruh uraian Tergugat II tentang pelelangan atas Objek
Perkara a quo di atas, dengan jelas membuktikan bahwa pelelangan yang
dilakukan oleh Tergugat II atas permintaan dari Tergugat I telah memenuhi
seluruh ketentuan peraturan perundangan yang berlaku dan dapat mematahkan
dalil-dalil gugatan Penggugat sehingga dalil-dalil gugatan Penggugat patut untuk
dikesampingkan, (vide Buku II Mahkamah Agung halaman 149 tentang
Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan disebutkan
bahwa "lelang yang telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tidak dapat dibatalkan").
24. Bahwa perlu Penggugat pahami, pelaksanaan lelang eksekusi Hak Tanggungan
yang dimohonkan oleh Tergugat I kepada Tergugat II adalah lelang eksekusi
Hak Tanggungan berdasarkan kewenangan sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 6 UU Hak Tanggungan No. 4 Tahun 1996 yang mengatur bahwa "Apabila
debitor cidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak
untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui
pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil
penjualan tersebut".
25. Bahwa dapat Tergugat II sampaikan Kembali, fakta hukumnya adalah
Penggugat yang merupakan Debitur dari Tergugat I yang meskipun telah
diberikan 3 (tiga) kali Surat Peringatan oleh Tergugat 1, namun Penggugat tetap
tidak melakukan pembayaran/penyelesaian kewajiban/utang/kreditnya kepada
Tergugat I sehingga Tergugat I menyatakan bahwa Penggugat telah
wanprestasi/lalai memenuhi pembayaran kewajiban kewajiban/utang/kreditnya
(default/macet), dan selanjutnya Tergugat I selaku Pemegang Hak Tanggungan
Peringkat I (Pertama) mengajukan lelang eksekusi Hak Tanggungan atas Objek
Perkara a quo, tanpa perlu adanya persetujuan dari Penggugat.
26. Bahwa dengan demikian telah dengan tegas terbukti bahwa dalil-dalil Penggugat
baik dalam Posita dan Petitum Gugatan tersebut sangat mengada-ada dan tidak
berdasar hukum sama sekali sehingga patut untuk dikesampingkan.
27. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata,
unsur-unsur perbuatan melawan hukum antara lain:
a. Adanya suatu perbuatan;
b. Perbuatan tersebut melawan hukum;
c. Adanya kesalahan atau kelalaian atau kurang hati-hati dari si pelaku;
d. Adanya kerugian bagi korban;
e. Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian.
28. Bahwa untuk dapat dikatakan suatu perbuatan melawan hukum, selain perbuatan
yang melawan undang-undang, maka perbuatan tersebut harus dapat dibuktikan:
a. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku;
b. Melanggar hak subyektif orang lain;
c. Melanggar kaidah tata susila;
d. Bertentangan dengan asas kepatutan, ketelitian serta sikap hati-hati yang
seharusnya dimiliki seseorang dalam pergaulan dengan sesama warga
masyarakat atau terhadap harta benda orang lain.
29. Bahwa ternyata dalam gugatan Penggugat tidak ada satupun uraian yang dapat
menunjukkan tindakan-tindakan apa yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan
melawan hukum, bertentangan dengan hak orang lain, dan melanggar hak
subyektif orang lain, sehingga bagaimana mungkin dapat dikatakan bahwa ada
perbuatan Tergugat II yang dapat membatalkan lelang tersebut.
Tentang Agenda Pemeriksaan Bukti

30. Bahwa Penggugat telah menyampaikan 5 Bukti Surat, yang keseluruhannya


tidak ada yang menyanggah/melemahkan kedudukan, tugas, dan fungsi Tergugat
II.
31. Bahwa Tergugat II telah menyampaikan 10 Bukti Surat sebagai fakta dan dasar
hukum yang berkaitan dengan lelang atas objek perkara a quo dan dalil-dalil
yang telah Tergugat Il sampaikan seluruhnya, sehingga Tergugat II telah
melaksanakan tugas dan fungsi yang salah satunya terkait lelang eksekusi hak
tanggungan sesuai dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Tentang Agenda Keterangan Saksi

32. Bahwa selama persidangan dalam perkara a quo tidak ada pihak yang
menghadirkan Saksi;
33. Bahwa oleh karena itu, Tergugat II tidak menanggapi agenda Keterangan Saksi.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan tersebut di atas, Tergugat Il
mohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan yang memeriksa
dan mengadili perkara a quo, kiranya berkenaan memutus dengan amar
sebagai berikut:

PRIMAIR

DALAM EKSEPSI:

1. Menyatakan menerima eksepsi Tergugat II;


2. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk
verklaard).

DALAM POKOK PERKARA:

1. Menyatakan menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-


tidaknya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk
verklaard);
2. Menyatakan lelang atas objek perkara a quo tidak dapat dibatalkan dan lelang
atas objek a quo sah secara hukum;
3. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara.

SUBSIDAIR

Apabila Majelis Hakim yang terhormat berpendapat lain, kami mohon putusan yang
seadil- adilnya (ex aequo et bono).Terima kasih.
Hormat Tergugat II,
Kuasanya,

Nora Listika Siahaan SH.,MH

Anda mungkin juga menyukai