Anda di halaman 1dari 7

Contoh Duplik Perdata

DUPLIK TERGUGAT ATAS REPLIK PENGGUGAT DALAM


PERKARA PERDATA NOMOR : 29/Pdt.G/2014/PN.BSK

Untuk dan atas nama Pemerintah Daerah c.q Bupati Tanah Datar (Tergugat) dalam Perkara Perdata
Nomor : 29/Pdt.G/2014/PN.BSK, dengan ini perkenankanlah kami menyampaikan Duplik Tergugat atas
Replik Penggugat, yang diajukan pada tanggal 10 Maret 2015.

Bahwa segala hal yang telah disampaikan oleh Tergugat pada Eksepsi dan Jawaban tanggal 3 Maret
2015, mohon dianggap dicantumkan dalam Duplik ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan (intergral)
dengan Eksepsi dan Jawaban Tergugat.

Sebelum Tergugat menyampaikan Duplik atas Replik Penggugat, terlebih dahulu Tergugat menyatakan
menolak seluruh alasan/ dalil yang diajukan oleh Penggugat dalam Gugatan dan Repliknya, kecuali secara
tegas yang diakui oleh Tergugat.

DALAM EKSEPSI
I. Tanggapan atas Replik Penggugat mengenai Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk memeriksa dan
mengadili perkara a quo.
1. Bahwa tanggapan Penggugat atas Eksepsi dan Jawaban Tergugat dalam Replik Penggugat yang diajukan
tanggal 10 Maret 2015, didasarkan pada dalil-dalil dan pertimbangan hukum yang keliru dan sesat.

2. Bahwa Penggugat telah salah memahami apa yang menjadi kewenangan Pengadilan Negeri dan Pengadilan
Tata Usaha Negara.

3. Bahwa dalam pemahaman Penggugat, dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
dimana Pasal 14 ayat (1) menyatakan :
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan bidang energi dan sumber daya mineral dibagi antara Pemerintah
Pusat dan Daerah provinsi

Maka Tergugat tidak berwenang menerbitkan keputusan tata usaha negara dibidang Mineral dan Batubara,
dalam hal ini tuntutan Penggugat dalam perkara a quo bukanlah masuk dalam ranah Pengadilan Tata Usaha
Negara.

4. Menurut hemat kami, sesuai apa yang menjadi dasar gugatan Penggugat berkenaan dengan perbuatan melawan
hukum oleh Tergugat dengan tidak memperpanjang IUP Eksplorasi Penggugat selama 8 (delapan) tahun
terhitung sejak 8 Januari 2009 sampai dengan 7 Januari 2017. Maka yang menjadi tuntutan Penggugat adalah
IUP Eksplorasi sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh Tergugat.
5. Bahwa IUP Eksplorasi yang dimohonkan oleh Penggugat kepada Tergugat, sampai perkara ini diajukan ke
Pengadilan Negeri Batusangkar tidak diterbitkan.

6. Bahwa Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 yakni sebagai
berikut :
“Apabila Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan, sedangkan hal itu menjadi
kewajibannya, maka hal tersebut disamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara”.

7. Bahwa selanjutnya sesuai Pasal 3 ayat (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun
2009, jika suatu badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan yang dimohon,
sedangkan jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dimaksud telah
lewat, maka Badan atau Pejabat Tata Usaha tersebut dianggap telah menolak mengeluarkan keputusan
dimaksud. Dalam hal peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak menentukan jangka waktu,
maka setelah lewat jangka waktu empat bulan sejak diterimanya permohonan, Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara yang bersangkutan dianggap telah mengeluarkan keputusan penolakan.

8. Berdasarkan uraian diatas, jika hal yang menjadi pokok tuntatan penggugat dalam gugatannya adalah IUP
Eksplorasi yang tidak diterbitkan oleh Tergugat, maka hal tersebut merupakan sengketa tata usaha negara.
Dimana sesuai dengan Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009,
yakni :
“Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang
atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah,
sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

9. Bahwa berdasarkan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009,
menyebutkan :
“Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara”.

10. Berdasarkan uraian sebagaimana yang dikemukakan diatas, maka menurut hemat kami telah secara jelas dan
terang, bahwa yang menjadi prinsip gugatan Penggugat adalah terkait dengan perizinan pertambangan mineral
dan batu barubara yang diwujudkan dalam bentuk instrument yuridis : Keputusan Tata Usaha Negara. Oleh
karena itu Pengadilan Negeri tidak memiliki kewenangan untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikan
sengketa tata usaha negara dalam hal perkara a quo.

II. Tanggapan atas Replik Penggugat mengenai Gugatan Penggugat tidak didasarkan pada dasar hukum
yang benar.
1. Bahwa pemahaman Penggugat yang menyatakan : “IUP Eksplorasi untuk pertambangan mineral logam dapat
diberikan dalam jangka waktu paling lama 8 (delapan) tahun dihitung semenjak Undang-Undang diundangkan
karena secara hukum berlakunya sebuah peraturan perundang-undangan adalah semenjak diundangkan adalah
pemahaman yang sempit dan keliru.

2. Bahwa Kuasa Pertambangan (Izin Usaha Pertambangan) yang diberikan kepada Penggugat dalam bentuk
Kuasa Pertambangan Eksplorasi, yang menurut Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan dapat berupa :
a. Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum
b. Kuasa Pertambangan Eksplorasi
c. Kuasa Pertambangan Eksploitasi
d. Kuasa Pertambangan Pengolahan dan Pemurnian
e. Kuasa Pertambangan Pengangkutan
f. Kuasa Pertambangan Penjualan
Faktanya : Penggugat tidak mengajukan Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum, namun langsung
mengajukan Kuasa Pertambangan Ekplorasi.

3. Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 112 angka 4 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara sebagaimana terakhir telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014, maka Kuasa Pertambangan yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan sebelum ditetapkannya peraturan perundang-undangan dimaksud, tetap diberlakukan
sampai jangka waktu berakhir serta wajib disesuaikan menjadi IUP (Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi).

4. Bahwa menurut ketentuan Pasal 42 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009, maka IUP Eksplorasi
untuk pertambangan mineral logam dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 8 (delapan) tahun.

5. Memperhatikan Penjelasan atas Pasal 42 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009, maka jangka waktu 8
(delapan) tahun dimaksud meliputi penyelidikan umum 1(satu) tahun; eksplorasi 3 (tiga) tahun dan dapat
diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 1 (satu) tahun; serta studi kelayakan 1 (satu) tahun dan dapat
diperpanjang 1 (satu) kali 1 (satu) tahun.

6. Berdasarkan hal tersebut, maka jangka waktu penyesuaian Kuasa Pertambangan Ekplorasi menjadi IUP
Eksplorasi (Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi), dihitung sejak tahapan eksplorasi yakni selama 3 (tiga)
tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 1 (satu) tahun; serta studi kelayakan 1 (satu) tahun
dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali 1 (satu) tahun.

7. Dengan demikian Kuasa Pertambangan Ekplorasi yang telah disesuaikan menjadi IUP Eksplorasi(Izin Usaha
Pertambangan Eksplorasi), berkahir pada tangga 7 Januari 2014. Selanjutnya Penggugat mengajukan
permohonan IUP Operasi Produksi.
Faktanya : Penggugat tidak mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi.

8. Bahwa sudah sepantasnya Penggugat tidak menafsirkan suatu peraturan perundang-undangan secara sepotong-
sepotong. Sebab Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara meski
mencabut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, namun
tidak satupun pasal dan ayat yang menyatakan kuasa pertambangan yang telah diterbitkan juga harus
dibatalkan.

9. Bahwa menurut hemat kami, apabila dilakukan penafsiran secara gramatikal pada Pasal 42 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2009 dimaksud menggunakan frasa “dapat” yang dipahami sebagai suatu hal yang
memiliki sifat relatif atau “mungkin”. Oleh karenanya dipahami sebagai sesuatu yang tidak mutlak atau suatu
keharusan.

10. Apabila kemudian Penggugat berpendapat, jika IUP Eksplorasi berlaku 8 (delapan) tahun dihitung semenjak
2007 quod noon, maka IUP Eksplorasi tersebut haruslah sampai dengan 2015 sedangkan Tergugat
menerbitkan IUP Eksplorasi sampai januari 2014 adalah suatu kelalaian, jelas tidak didasarkan pada
pemahaman hukum benar dan cenderung mengada-ada.

11. Berdasarkan uraian sebagaimana yang dikemukakan diatas, maka menurut hemat kami telah secara jelas dan
terang, bahwa Penggugat telah salah dan keliru menafsirkan dan memahami peraturan perundang.undangan
yang mengakibatkan gugatan Penggugat tidak didasarkan pada dasar hukum yang benar.

III. Tanggapan atas Replik Penggugat mengenai Gugatan Penggugat mengandung cacat error in persona.
1. Bahwa Penggugat telah keliru memahami mana yang merupakan hubungan hukum dan peristiwa hukum.

2. Bahwa terlihat ketidakkonsistenan dalil-dalil dalam Replik Penggugat, dimana Penggugat mendalilkan antara
Penggugat dan Tergugat memiliki hubungan hukum dalam hal penerbitan IUP Eksplorasi yang kemudian tidak
diperpanjang sampai habisnya kewenangan Tergugat. Kewenangan tersebut telah berpindah ke Pemerintah
Propinsi Sumatera Barat sesuai dengan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah yang kemudian tidak bisa diteruskan oleh Pemerintah Propinsi Sumatera Barat karena IUP Eksplorasi
Penggugat telah berakhir sehingga mengakibatkan kerugian bagi Penggugat adalah sebagai perbuatan melawan
hukum.

3. Bahwa dengan beralihnya kewenangan penerbitan IUP Eksplorasi dari Tergugat kepada Pemerintah Propinsi
Sumatera Barat sesuai dengan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka sejak saat
beralihnya kewenangan pemerintah daerah ke pemerintah propinsi, maka hubungan hukum antara Penggugat
dengan Tergugat telah berakhir.

4. Bahwa IUP Eksplorasi yang diterbitkan oleh Tergugat kepada Penggugat yang berlaku hingga tanggal 7
Januari 2014 adalah hubungan hukum dalam ranah hukum publik.

5. Bahwa apabila Penggugat merasa keberatan akibat tidak diperpanjangnya IUP Eksplorasi, maka hal tersebut
merupakan sengketa tata usaha negara yang sepantasnya diselesaikan dalam suatu peradilan tata usaha negara.
Namun dalam dalilnya Penggugat menyatakan dasar hukum terjadinya perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh Tergugat adalah perubahan peraturan perundang-undangan yang mengakibatkan
perubahan kewenangan dari Tergugat kepada Pemerintah Propinsi Sumatera Barat menimbulkan kerugian
adalah suatu perbuatan melawan hukum, maka jelas hal tersebut naïf sekali.

6. Bahwa saat ini Tergugat tidak lagi memiliki kewenangan untuk menerbitkan IUP Eksplorasi. Oleh karenanya
tuntutan Penggugat agar Tergugat mengakui IUP Eksplorasi saat ini, adalah diluar kuasa dan kewenangan
Tergugat dan sepantasnya Penggugat menuntut hal tersebut kepada Pemerintah Propinsi Sumatera Barat.

7. Bahwa terbitnya IUP Eksplorasi Penggugat didasarkan pada surat dukungan Tigo Tungku Sajarangan (KAN,
BPRN dan Wali Nagari III Koto), sebagai persyaratan yang harus dipenuhi oleh Penggugat, mengingat tanah
yang menjadi lokasi kegiatan eksplorasi biji besi Penggugat merupakan tanah adat.

8. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (3) Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 16 Tahun
2008 tentang Tanah Ulayat dan Pemanfataannya, yakni sebagai berikut :
“Pemanfaatan tanah ulayat untuk kepentingan badan hukum dan atau perorangan dapat dilakukan
berdasarkan surat perjanjian pengusahaan dan pengelolaan antara penguasa dan pemilik berdasarkan
kesepakatan masyarakat adat dengan badan hukum dan atau perorangan dalam jangka waktu tertentu dalam
bentuk lain yang disepakati berdasarkan masyawarah dan mufakat di KAN, diketahui oleh pemerintahan
nagari.”

9. Bahwa jelas Penggugat tidak konsisten dengan dalil-dalilnya, dimana menurut Penggugat tidak ada persyaratan
adanya dukungan Tigo Tungku Sajarangan dalam undang-undang, namun disisi lain terdapat kontradiktif
dimana Penggugat memenuhi persyaratan adanya Tigo Tungku Sajarangan sebagai pertimbangan terbitnya
IUP Eksplorasi. Dengan dipenuhi persyarat tersebut maka jelas Penggugat telah mengakui dan menerima
persyaratan dari Tergugat.

10. Bahwa dengan dicabutnya surat dukungan tersebut oleh Tungku Tigo Sajarangan, maka dengan sendirinya
persyaratan untuk menerbitkan IUP Eksplorasi tidak terpenuhi sebagaimana persyaratan awal.

11. Bahwa Tergugat tidak memiliki kewajiban untuk menyelesaikan persoalan penarikan dukungan dari Tungku
Tigo Sajarangan sebab hal tersebut merupakan hak dari Tigo Tungku Sajarangan yang tidak bisa diintervensi
oleh pihak manapun. Oleh karenanya Penggugatlah yang harus menyelesaikan sendiri persoalan dimaksud.

12. Bahwa dengan tidak terpenuhinya persyaratan IUP Eksplorasi oleh Penggugat akibat adanya penarikan
dukungan dari Tungku Tigo Sajarangan, maka Tigo Tungku Sajarangan dalam hal ini KAN, BPRN dan Wali
Nagari III Koto yang harus bertanggungjawab.

IV. Tanggapan atas Replik Penggugat mengenai Gugatan kurang pihak,


1. Bahwa berdasarkan uraian yang telah dikemukan oleh Tergugat pada Tanggapan atas Replik Penggugat
mengenai Gugatan Penggugat mengandung cacat error in persona, maka terdapat para pihak yang seharusnya
harus digugat, namun tidak digugat dalam perkara a quo.

2. Bahwa dengan kewenangan penerbitan IUP, beralih dari kewenangan Tergugat menjadi kewenangan daerah
propinsi dalam hal ini Propinsi Sumatera Barat. Oleh karena sudah sepantasnya Pemerintah Propinsi Sumatera
Barat dalam hal ini Gubernur Sumatera Barat juga harus digugat.

3. Bahwa tidak diperpanjangnya IUP Eksplorasi Penggugat karena adanya penarikan dukungan dari Tigo Tungku
Sajarangan (KAN, BPRN dan Wali Nagari III Koto) yang semula mendukung kegiatan eksplorasi biji besi
yang dilakukan oleh Penggugat. Oleh karenanya sepantas Penggugat mengajukan tuntutan terhadap Tigo
Tungku Sajarangan (KAN, BPRN dan Wali Nagari III Koto) yang menjadi penyebab tidak terpenuhinya
persyaratan dimaksud.

V. Tanggapan atas Replik Penggugat mengenai Gugatan Kabur.


1. Bahwa dalam dalilnya Penggugat menyatakan tidak menuntut ganti rugi dengan angka-angka akan tetapi
menuntut Tergugat untuk mengakui dan menyatakan bahwa IUP Eksplorasi adalah hak Penggugat, sementara
disisi lain Penggugat menyebutkan permintaan izin atau perpanjangan izin kepada Tergugat tidak bisa
dilakukan karena hal tersebut bukanlah kewenangan Tergugat.

2. Bahwa hal jelas semakin memperlihatkan pertentangan antara dalil yang satu dengan lainnya.

3. Bahwa sampai saat ini bentuk pengakuan hak yang dimintakan oleh Penggugat tidak jelas dan kabur.

4. Berdasarkan uraian tersebut, Tergugat mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa, mengadili dan memutus
perkara ini berkenan untuk menolak gugatan Penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan Penggugat
tidak dapat diterima (Niet Onvankelijke Verklaard).

DALAM POKOK PERKARA


Bahwa Tergugat menolak dengan tegas keseluruhan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Penggugat,
karena didasarkan pada penafsiran hukum yang sempit dan keliru dan fakta hukum yang tidak benar.

Oleh karenanya Tergugat tetap pada pendirian Tergugat sebagaimana yang telah diuraikan dalam
Jawaban dan Eksepsi tanggal 3 Maret 2015 dan dalil-dalil sebagaimana telah diuraikan diatas serta akan
Tergugat buktikan dihadapan persidangan nantinya.

Bahwa selanjutnya Tergugat mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa, mengadili dan memutus
perkara ini agar berkenan untuk menolak gugatan Penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan
Penggugat tidak dapat diterima (Niet Onvankelijke Verklaard).

Demikian duplik ini kami ajukan, selanjutnya mohon putusan yang seadil-adilnya… ex aequo ex bono
Batusangkar, 17 Maret 2015
Hormat Kami
Kuasa Tergugat,

Jasrinaldi, SH, S. Sos Ulfan Yustian Arif, SH

M. Rezha Fahlevie, SH Ferry Kurniawan ,SH

Anisya Handayani, SH Dodi Juli Hendri, ST, M.Sc

Anda mungkin juga menyukai