Anda di halaman 1dari 45

Peta Perubahan

POJK No.8 Tahun 2023 tentang


Penerapan Anti Pencucian Uang
(APU), Pencegahan Pendanaan
Terorisme (PPT), dan Pencegahan
Pendanaan Proliferasi Senjata
Pemusnah Massal (PPPSPM)
ANTI PENCUCIAN UANG
Anti Money Laundering
POJK No. 8 Tahun 2023
Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan PENDAHULUAN
Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan
Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa
Sebagai bentuk komitmen Indonesia dalam percaturan global
Keuangan untuk mencegah dan memberantas TPPU, TPPT, dan/atau
PPSPM serta mewujudkan integritas di sektor jasa
keuangan, Otoritas Jasa Keuangan berkomitmen untuk
mendukung regulasi yang sesuai dengan perkembangan
prinsip internasional yang mengatur mengenai penerapan
program APU, PPT, dan PPPSPM. Ketentuan yang berlaku
saat ini yaitu POJK Nomor 12/POJK.01/2017 sebagaimana
diubah dengan POJK Nomor 23/POJK.01/2019 memerlukan
penyempurnaan, sehingga perlu diganti.

Regulasi terkait APU, PPT, dan PPPSPM berpedoman pada pedoman prinsip-prinsip internasional, yaitu FATF
Recommendations, serta mempertimbangkan perkembangan ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia.

2
POJK No. 8 Tahun 2023
Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi
Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan

3
POJK No. 8 Tahun 2023
Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi
Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan

4
ANTI PENCUCIAN UANG
Anti Money Laundering
PENDAHULUAN
■ Penyempurnaan ketentuan juga mempertimbangkan perkembangan inovasi dan teknologi yang cepat
dan dinamis di sektor jasa keuangan, dengan tetap memperhatikan aspek keamanan, kerahasiaan,
serta mitigasi risiko.

■ Dasar hukum Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini adalah: UndangUndang Nomor 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, dan UndangUndang Nomor 9 Tahun 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme.

■ Dalam POJK ini diatur tentang kewajiban PJK dalam:


✓ Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal;
✓ pengaturan pengenaan sanksi yang efektif, proporsional dan disuasif;
✓ kewajiban PJK dalam menyampaikan Individual Risk Assessment secara periodik kepada OJK,
✓ persyaratan dan tata cara kerja sama PJK dengan Pihak Ketiga dalam rangka verifikasi secara tatap
muka (face to face) dan tidak tatap muka (non-face to face) melalui sarana elektronik; contoh
tindakan counter measure oleh PJK; 5
ANTI PENCUCIAN UANG
Anti Money Laundering
PENDAHULUAN
✓ penyempurnaan ketentuan fungsi manajemen kepatuhan dan
pelaksanaan audit internal secara independen;
✓ prosedur pre-employee screening;
✓ kewajiban PJK menyampaikan data untuk kebutuhan pengawasan; serta
✓ pengaturan dokumen pendukung bagi Diaspora Indonesia.

■ Diatur pula:
✓ kewajiban Customer Due Diligence (CDD) sederhana;
✓ CDD terhadap Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) terhadap seluruh jenis nasabah
termasuk perusahaan publik/emiten dan lembaga negara;
✓ larangan outsourcing atau hubungan keagenan dalam CDD Pihak Ketiga;
✓ penambahan cakupan Pihak Pelapor yang diawasi OJK yaitu Wali Amanat,
Penyelenggara LPBBTI, Penyelenggara SCF, dan Penyelenggara IKD; serta
✓ menambahkan Perseroan Perorangan sebagai entitas baru dalam Korporasi.
6
ANTI PENCUCIAN UANG
Anti Money Laundering

REZIM
ANTI PENCUCIAN UANG
Sesuai dengan UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang, dan UU No. 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme

7
ANTI PENCUCIAN UANG
Anti Money Laundering
PRESIDEN
DPR MASYARAKAT KOMITE KOORDINASI NASIONAL

KEJAHATAN ASAL Kerjasama internasional

PPATK
HASIL KEJAHATAN Kerjasama Dalam Negeri

PIHAK PELAPOR PROSES HUKUM


PenyediaJasaKeuangan Bank
PENYIDIK PENUNTUT HAKIM
& NonBank
PenyediaBarang dan/atau LEMBAGA PENEGAKAN HUKUM & PERADILAN
JasaLain

Profesi BEA CUKAI


LEMBAGA PENGAWAS & PENGATUR

AML APPROACH LAW ENFORCEMENT APPROACH


22
8
ANTI PENCUCIAN UANG
Anti Money Laundering
POLA PENCUCIAN UANG
■ Placement
Penempatan hasil kejahatan
ke dalam sistem keuangan

■ Layering
Memindahkan atau
mengubah bentuk dana
melalui transaksi keuangan
yang kompleks dalam rangka
mempersulit pelacakan (audit
trail) asal usul dana

■ Integration
Mengembalikan dana yang
telah tampak sah kepada
pemiliknya sehingga dapat
digunakan dengan aman
9
ANTI PENCUCIAN UANG
Anti Money Laundering
DAMPAK PENCUCIAN UANG
EKONOMIS
■ Instabilitas sistem keuangan
■ Distorsi terhadap sistem persaingan bebas
■ Mempersulit pengendalian moneter
■ Meningkatnya country risk

HUKUM DAN SOSIAL


■ Meningkatnya kejahatan baik jenis maupun kualitasnya
■ Meningkatnya kerawanan sosial

10
ANTI PENCUCIAN UANG
Anti Money Laundering

FOLLOW FOLLOW
THE SUSPECT THE MONEY

The New Paradigm Steps to Fight a Crime

■Adanya kesulitan membuktikan perbuatan pidana dan pertanggung-iawaban actor


intelektual kejahatan diatasi dengan menelusuri harta kelayaan hasil kejahatan (follow the
money)
■“Proceed of crime as blood of the crime”, Harta kekayaan adalah titik terlemah dari
rantai kejahatan
■Menghilangkan motivasi pelaku kejahatan
■Lebih adil dan lebih jauh jangkauannya
11
UU No. 8 Tahun 2010 (UU TPPU)
Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

UU TPPU
Paradigma follow-the-money
A B C D E

Sumber Penggunaan

Penelusuran
12
UU No. 8 Tahun 2010 (UU TPPU)
Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

UU TPPU
Paradigma follow-the-money

Memahami follow the money dan menggunakannya agar:


Harta Kekayaan hasil TP dapat diketahui melalui
PENELUSURAN, selanjutnya DIRAMPAS untuk negara,
atau DIKEMBALIKAN kepada yang berhak.—

13
UU No. 8 Tahun 2010 (UU TPPU)
Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

UU TPPU
Paradigma follow-the-money
■ Prinsip mengenali pengguna jasa (Ps. 18-22) & kewajiban pelaporan (Ps. 23-25 & Ps. 27)
■ Pengesampingan ketentuan kerahasiaan (Ps. 28, Ps. 41 ayat (2), Ps. 45, Ps.72)
■ Penundaan atau penghentian sementara transaksi oleh Pihak Pelapor (Ps. 26), PPATK (Ps. 65-66),
dan penegak hukum (Ps.70)
■ Proses pidana TPPU tidak memerlukan terbuktinyatindak pidana asal lebih dahulu (Ps. 69)
■ Pembuktian terbalik (Ps. 77-78)
■ Perampasan aset (Ps. 67 & Ps. 79 ayat(4))
■ Pertukaran informasi (Ps. 90)

14
UU No. 8 Tahun 2010 (UU TPPU)
Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

UU TPPU TUJUAN AKHIR


Paradigma follow-the-money

Follow the suspect Menangkap Pelaku


Kriminalitas Menurun

Follow the Money

Perampasan Aset Meningkatkan Integritas &


Stabilitas Sistem Keuangan

15
UU No. 8 Tahun 2010 (UU TPPU)
Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

TEROBOSAN HUKUM UU NO. 8 TAHUN 2010

■ Pengecualian rahasia bank dan kode etik yang lebih luas (Pasal 28, 45)

■ Perluasan pihak pelapor serta perluasan jenis laporan (Pasal 17)

■ Penghentian Sementara dan Penundaan Transaksi serta non-conviction based asset


forfeiture (perampasan aset tanpa pemidanaan) (Pasal 64- 67, Pasal 70)

■ Tindak pidana asal tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu (Pasal 69)

■ Penyidikan tindak pidana pencucian uang oleh penyidik tindak pidana asal, yaitu dari Polri,
Kejaksaan, KPK, BNN, dan Ditjen Pajak serta Ditjen Bea dan Cukai (Pasal 74 dan Penjelasan)

■ Penggabungan Penyidikan TPPU dan TP Asal (Pasal 75);

16
UU No. 8 Tahun 2010 (UU TPPU)
Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

TEROBOSAN HUKUM UU NO. 8 TAHUN 2010

Perluasan Alat Bukti (1) Alat


Kewenangan
Pemeriksaan dan bukti sebagaimana dimaksud
Penyidik, PU dan
Putusan tanpa dalam Hukum Acara Pidana
Hakim untuk
Pergeseran beban kehadiran Terdakwa dan/atau (2) Alat bukti lain
meminta keterangan
pembuktian (Pasal 77 berupa informasi yang
tertulis mengenai (fugitive
dan Pasal 78) diucapkan, dikirimkan,
harta kekayaan disentitlement)
diterima, atau disimpan secara
kepada Pihak Pelapor (Pasal 79 ayat (1))
elektronik dengan alat optik
(Pasal 72 ayat (2))
atau alat yang serupa optik
dan Dokumen (Pasal 73).

17
UU No. 8 Tahun 2010 (UU TPPU)
Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

18
UU No. 8 Tahun 2010 (UU TPPU)
Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

Pelaporan(Pasal 23 & Pasal 27)


PJK
wajib menyampaikan laporan kepada PPATK, meliputi:
1. Transaksi Keuangan Mencurigakan;
2. Transaksi Keuangan Tunai ≥ Rp 500jt atau mata uang asing yg setara;
3. Transaksi Keuangan transfer dana dari dan keluar negeri

PENYEDIA BARANG DAN/ATAU JASA LAIN


wajib menyampaikan laporan Transaksi yang dilakukan oleh Pengguna Jasa dengan mata uang
rupiah dan/atau mata uang asing nilainya paling sedikit atau setara dengan Rp. 500.000.000,--

PROFESI
wajib menyampaikan laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan kepada PPATK untuk kepentingan
atau untuk dan atas nama Pengguna Jasa.—

19
UU No. 8 Tahun 2010 (UU TPPU)
Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

Pelaporan(Pasal 23 & Pasal 27)


LAPORAN TRANSAKSI KEUANGAN MENCURIGAKAN (LTKM)

Transaksi Keuangan Mencurigakan:


■ Menyimpang dari profil, karakteristik atau pola kebiasaan transaksi nasabah;
■ Bertujuan untuk menghindari pelaporan transaksi;
■ Dilakukan/batal dilakukan diduga dengan menggunakan harta kekaayaan
berasal dari tindak pidana
■ Transaksi keuangan yang diminta PPATK karena melibatkan harta kekayaan
yg diduga berasal dari hasil TP.
■ Transaksi keuangan dengan maksud untuk digunakan dan/atau yang
diketahui akan digunakan untuk melakukan tindak pidana terorisme;
■ Transaksi yang melibatkan setiap orang yang berdasarkan daftar terduga
teroris dan organisasi teroris.
20
UU No. 8 Tahun 2010 (UU TPPU)
Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

Pelaporan(Pasal 23 & Pasal 27)


LAPORAN TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI(LTTK)

Transaksi Keuangan Tunai:


■ Penarikan/penerimaan atau penyetoran/ pembayaran dengan menggunakan
uang tunai (uang kertas dan atau uang logam);
■ Jumlah kumulatif Rp 500.000.000,00 (limaratus juta rupiah) atau lebih atau
dalam mata uang asing yang nilainya setara; dan
■ Satu kali atau beberapa kali transaksi dalam satu hari kerja pada satu atau
beberapa kantor dari satu PJK.

21
UU No. 8 Tahun 2010 (UU TPPU)
Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

Perlindungan Hukum
PELAKSANAAN KEWAJIBAN PELAPORAN

Pihak Pelapor, pejabat, dan


pegawainya tidak dapat
dituntut secara
perdata maupun
pidana (Ps.29)
Direksi, komisaris, pengurus atau
pegawai Pihak Pelapor dilarang
memberitahukan kepada Pengguna
Jasa atau pihak lain, dengan cara apa
Dikecualikan pun mengenai LTKM yang sedang
dari ketentuan disusun atau telah disampaikan kepada
kerahasian PPATK (anti- tipping off) (Ps.12)
(Ps.28)
Pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana
denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah)
PIHAK
PELAPOR
22
UU No. 8 Tahun 2010 (UU TPPU)
Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

Perlindungan Hukum
PELAKSANAAN KEWAJIBAN PELAPORAN
POLRI
KEJAKSAAN
KPK
PENUNTUT
BNN UMUM HAKIM
DITJEN PAJAK
DITJEN BEA & CUKAI

• Pejabat dan pegawai PPATK, penyidik, penuntut umum, atau hakim wajib
merahasiakan Pihak Pelapor. Pasal 83 ayat (1)
. • Melanggar dipidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun. Pasal 16

• Pejabat atau pegawai PPATK, penyidik, penuntut umum,hakim, dan Setiap Orang
yang memperoleh Dokumen atau keterangan dalam rangka pelaksanaan
tugasnya menurut Undang-Undang ini wajib merahasiakan Dokumen atau
. keterangan tersebut. Pasal 83 ayat (1)
• Melanggar dipidana penjara paling lama 4 (empat) tahun. Pasal 83 ayat (2)
23
UU No. 8 Tahun 2010 (UU TPPU)
Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

PENYIDIKAN TPPU
Penyidikan TPPU dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal
(Pasal 74)

POLRI BNN

KEJAKSAAN DITJEN PAJAK

KPK DITJEN BEA & CUKAI

24
POJK No. 8 Tahun 2023
tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan
Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal
di Sektor Jasa Keuangan

25
PENGATURAN APU, PPT, DAN PPPSPM
Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan
Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan

Peta Perubahan
Penerapan Anti Pencucian Uang (APU), Pencegahan
Pendanaan Terorisme (PPT), dan Pencegahan Pendanaan
Proliferasi Senjata Pemusnah Massal (PPPSPM);
sesuai POJK No.8 Tahun 2023

26
CAKUPAN POJK No. 8 Tahun 2023
Peta Perubahan Penerapan Anti Pencucian Uang (APU), Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT), dan
Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal (PPPSPM);

ABSTRAK:
1. Sebagai bentuk komitmen Indonesia dalam percaturan global untuk mencegah dan memberantas TPPU, TPPT,
dan/atau PPSPM serta mewujudkan integritas di sektor jasa keuangan, Otoritas Jasa Keuangan berkomitmen
untuk mendukung regulasi yang sesuai dengan perkembangan prinsip internasional yang mengatur mengenai
penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM.
Ketentuan yang berlaku sebelumnya yaitu POJK Nomor 12/POJK.01/2017 sebagaimana diubah dengan POJK
Nomor 23/POJK.01/2019 memerlukan penyempurnaan, sehingga perlu diganti. Regulasi terkait APU, PPT, dan
PPPSPM berpedoman pada pedoman prinsip-prinsip internasional, yaitu FATF Recommendations, serta
mempertimbangkan perkembangan ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Penyempurnaan ketentuan juga mempertimbangkan perkembangan inovasi dan teknologi yang cepat dan
dinamis di sektor jasa keuangan, dengan tetap memperhatikan aspek keamanan, kerahasiaan, serta mitigasi
risiko.
2. Dasar hukum POJK ini adalah: Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, dan
UndangUndang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan
Terorisme.
27
CAKUPAN POJK No. 8 Tahun 2023
Peta Perubahan Penerapan Anti Pencucian Uang (APU), Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT), dan
Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal (PPPSPM);

ABSTRAK:
3. Dalam POJK ini diatur tentang:
■ kewajiban PJK dalam Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal; pengaturan pengenaan sanksi
yang efektif, proporsional dan disuasif;
■ kewajiban PJK dalam menyampaikan Individual Risk Assessment secara periodik kepada OJK, persyaratan dan tata
cara kerja sama PJK dengan Pihak Ketiga dalam rangka verifikasi secara tatap muka (face to face) dan tidak tatap
muka (non-face to face) melalui sarana elektronik; contoh tindakan counter measure oleh PJK;
■ penyempurnaan ketentuan fungsi manajemen kepatuhan dan pelaksanaan audit internal secara independen; prosedur
pre-employee screening; kewajiban PJK menyampaikan data untuk kebutuhan pengawasan; serta pengaturan dokumen
pendukung bagi Diaspora Indonesia.
■ kewajiban Customer Due Diligence (CDD) sederhana; CDD terhadap Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) terhadap
seluruh jenis nasabah termasuk perusahaan publik/emiten dan lembaga negara; larangan outsourcing atau hubungan
keagenan dalam CDD Pihak Ketiga; penambahan cakupan Pihak Pelapor yang diawasi OJK yaitu:
✓ Wali Amanat,
✓ Penyelenggara LPBBTI (Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi),
✓ Penyelenggara Securities Crowdfunding (SCF), dan
✓ Penyelenggara IKD (Inovasi Keuangan Digital); serta menambahkan
✓ Perseroan Perorangan sebagai entitas baru dalam Korporasi. 28
CAKUPAN POJK No. 8 Tahun 2023
Peta Perubahan Penerapan Anti Pencucian Uang (APU), Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT), dan
Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal (PPPSPM);

CATATAN:
POJK ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan, 14 Juni 2023.
1. Kewajiban PJK dalam Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal mencakup pengaturan
mitigasi risiko terhadap penghindaran sanksi (sanction evasion), menegaskan tindak lanjut dan pemblokiran
serta merta terhadap DTTOT dan DPPSPM dilakukan dengan freezing without delay dan tanpa pemberitahuan
sebelumnya (without prior notice).
2. Penyesuaian nominal sanksi denda terhadap pelanggaran APU PPT dan PPPSPM selain pelaporan yaitu paling
banyak per tahun Rp. 5 Miliar bagi orang perseorangan; dan/atau paling banyak 1% dari total laba bersih tahun
sebelumnya dengan batas Rp. 100 Miliar per tahun bagi PJK.
3. Pengaturan ketentuan terkait pelanggaran pelaporan:
a. Batasan pengertian antara terlambat dan tidak menyampaikan laporan.
b. Penegasan bahwa sanksi yang diberikan tidak menghapus kewajiban pelaporan PJK.
c. Kejelasan nominal sanksi denda terhadap pelanggaran tidak menyampaikan laporan.
d. Kejelasan sanksi denda dapat dikenakan pada pelanggaran pelaporan tindak lanjut DTTOT dan DPPSPM.
4. POJK No. 12/POJK.01/2017 tentang Penerapan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme
di Sektor Jasa Keuangan dan POJK No. 23/POJK.01/2019 tentang Perubahan POJK No. 12/POJK.01/2017,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku 29
PENGATURAN APU, PPT, DAN PPPSPM
Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan
Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan

UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 2010


TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Peraturan BI Nomor Peraturan BI Nomor Peraturan OJK Nomor Peraturan OJK Nomor
12/20/PBI/2010 tentang 14/27/PBI/2012 tentang 22/POJK.04/2014 39/POJK.05/2015
Penerapan ProgramAnti Penerapan Program Anti tentang Prinsip Mengenal tentang Penerapan program
Pencucian Uang dan Pencucian Uang dan Nasabah oleh Penyedia Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Pencegahan Pendanaan Jasa Keuangan di Sektor Pencegahan Pendanaan
Terorisme bagi Bank Perkreditan Terorisme bagi Bank Umum Pasar Modal Terorisme oleh Penyedia Jasa
Rakyat dan Bank Pembiayaan Keuangan di Sektor Industri
Rakyat Syariah 2017 Keuangan Non-Bank

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 12/POJK.01/2017


tentang Penerapan Program APU dan PPT di Sektor Jasa Keuangan
2023

POJK No. 8 Tahun 2023


tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi
Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan
30
CAKUPAN POJK No. 8 Tahun 2023
Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan
Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan

BAB I KETENTUAN UMUM


Pasal 1:
1. Penyedia Jasa Keuangan (PJK) adalah lembaga jasa keuangan dan/atau pihak yang melakukan
kegiatan usaha penghimpunan dana, penyaluran dana, dan/atau pengelolaan dana di sektor jasa keuangan.
2. Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) adalah TPPU sebagaimana dimaksud dalam undangundang
mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.
3. Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (TPPT) adalah TPPT sebagaimana dimaksud dalam undang-
undang mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pendanaan terorisme.
4. Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal (PPSPM) adalah PPSPM sebagaimana
diatur dalam peraturan mengenai pendanaan proliferasi senjata pemusnah massal.
5. Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris (DTTOT) adalah daftar nama terduga teroris dan
organisasi teroris sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan mengenai pencegahan dan
pemberantasan TPPT.

31
CAKUPAN POJK No. 8 Tahun 2023
Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan
Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan

BAB I KETENTUAN UMUM


Pasal 1:
6. Daftar Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal (DPPSPM) adalah daftar nama
terduga pelaku PPSPM sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan mengenai pencegahan
dan pemberantasan PPSPM.
7. Customer Due Diligence (CDD) adalah kegiatan berupa identifikasi, verifikasi, dan pemantauan yang
dilakukan oleh PJK untuk memastikan transaksi sesuai dengan profil, karakteristik, dan/atau pola transaksi
Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC.
8. Politically Exposed Person (PEP) adalah orang yang diberi kewenangan untuk melakukan fungsi
penting (prominent function), yang tidak dimaksudkan untuk tingkatan menengah atau tingkatan lebih rendah.
9. Enhanced Due Diligence (EDD) adalah tindakan CDD lebih mendalam yang dilakukan PJK terhadap
Calon Nasabah, WIC, atau Nasabah, yang berisiko tinggi termasuk PEP dan/atau dalam area berisiko tinggi.
10. Financial Action Task Force (FATF) adalah badan internasional yang bertujuan untuk menetapkan
standar internasional dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM serta hal lain
yang mengancam integritas sistem keuangan internasional. 32
CAKUPAN POJK No. 8 Tahun 2023
Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan
Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan

1. Latar belakang penerbitan POJK:


a. Perkembangan prinsip internasional sebagaimana dimaksud dalam Rekomendasi Financial Action Task
Force on Money Laundering (FATF) yang mengatur mengenai penerapan program APU PPT dan
PPPSPM,
b. Perkembangan peraturan perundang-undangan di Indonesia yang berkaitan dengan sektor jasa
keuangan,
c. Perkembangan inovasi dan teknologi terkait face to face dan verifikasi non face to face secara elektronik
di sektor jasa keuangan dengan memperhatikan aspek keamanan dan kerahasiaan.

2. Dalam hal terdapat Calon Nasabah berbentuk perseroan perseorangan, PJK wajib mengklasifikasikannya
dalam kategori korporasi.

33
CAKUPAN POJK No. 8 Tahun 2023
Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan
Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan

3. PJK yang wajib menerapkan Program APU PPT dan PPPSPM di Sektor Jasa Keuangan:
a. bank; n. perusahaan pergadaian;
b. perusahaan efek; o.lembaga keuangan mikro; p.
c. manajer investasi; penyelenggara layanan pendanaan
d. kustodian; bersama berbasis teknologi informasi;
e. wali amanat; q. penyelenggara layanan transaksi keuangan
f. penyelenggara penawaran efek melalui layanan berbasis teknologi informasi atau
urun dana berbasis teknologi informasi; penyelenggara inovasi teknologi sektor
g. perusahaan asuransi; keuangan; dan
h. perusahaan pialang asuransi; r. lembaga jasa keuangan lainnya dan/atau
pihak yang melakukan kegiatan usaha
i. dana pensiun lembaga keuangan;
penghimpunan dana, penyaluran dana,
j. perusahaan pembiayaan;
pengelolaan dana di sektor jasa keuangan,
k. perusahaan modal ventura; serta yang dinyatakan diawasi oleh Otoritas
l. perusahaan pembiayaan infrastruktur; Jasa Keuangan, berdasarkan peraturan
m. lembaga pembiayaan ekspor Indonesia; perundang-undangan.
34
CAKUPAN POJK No. 8 Tahun 2023
Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan
Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan

4. Terdapat format tertentu mengenai penilaian risiko yang wajib dilakukan oleh PJK.
PJK wajib menyusun penilaian risiko TPPU, TPPT, dan PPSPM sebagaimana lampiran POJK APU PPT dan
PPPSPM di SJK.
5. Identifikasi dan verifikasi terhadap pemilik manfaat (beneficial owner) yang
merupakan PJK lain di luar negeri:
Dalam hal Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC merupakan PJK lain di luar negeri yang menerapkan program
APU, PPT, dan PPPSPM yang paling sedikit setara dengan POJK ini yang mewakili Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner), identifikasi dan verifikasi identitas Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) dapat dilakukan
melalui berupa pernyataan tertulis dari Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC bahwa identitas Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) telah dilakukan verifikasi oleh Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC dimaksud.
6. Pengenaan sanksi bagi PJK yang mengalami kerugian:
Perhitungan pengenaan sanksi denda oleh Otoritas Jasa Keuangan, ditangguhkan bagi PJK yang mengalami
kerugian pada tahun sebelumnya. Dalam hal PJK telah memperoleh laba, perhitungan sanksi denda
ditetapkan berdasarkan laba bersih yang diterima.

35
CAKUPAN POJK No. 8 Tahun 2023
Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan
Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan

7. Terdapat waktu transisi bagi PJK dalam mematuhi POJK Nomor 8 Tahun 2023 ini:
Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku, PJK menyesuaikan penerapan program APU,
PPT, dan PPPSPM dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini paling lama 6 bulan terhitung sejak POJK ini
diundangkan.
8. PJK yang baru diwajibkan menerapkan program APU, PPT, dan PPPSPM:
Bagi PJK yang baru diwajibkan menerapkan program APU, PPT, dan PPPSPM sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, PJK menyesuaikan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini paling lama 12 (dua
belas) bulan terhitung sejak PJK diwajibkan menerapkan program APU, PPT, dan PPPSPM sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan.
9. PJK yang melakukan pelanggaran sebelum POJK ini berlaku:
PJK yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM di sektor
jasa keuangan sebelum berlakunya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, pemeriksaan, keputusan, dan
pengenaan sanksi atas pelanggaran dimaksud didasarkan pada peraturan mengenai penerapan program
APU, PPT, dan PPPSPM yang berlaku pada saat pelanggaran terjadi.

36
CAKUPAN POJK No. 8 Tahun 2023
Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan
Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan

10. OJK mengumumkan pengenaan sanksi administratif kepada masyarakat:


Pengumuman pengenaan sanksi administratif kepada masyarakat dapat dilakukan antara lain melalui
laman/website Otoritas Jasa Keuangan.

CATATAN:
Dengan berlakunya POJK No. 8 Tahun 2023, tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang,
Pencegahan Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal
di Sektor Jasa Keuangan

Maka:
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12/POJK.01/2017 tentang Penerapan
Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa
Keuangan dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23/POJK.01/2019
tentang Perubahan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12/POJK.01/2017,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
37
CAKUPAN POJK No. 8 Tahun 2023
Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan
Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan

KETENTUAN TERKAIT PEP (Politically Exposed Person):


PEP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13 POJK ini, meliputi:
1. PEP asing merupakan orang yang diberi kewenangan untuk melakukan fungsi penting (prominent function)
oleh negara lain (asing), seperti kepala negara atau pemerintahan, politisi senior, pejabat pemerintah senior,
pejabat militer atau pejabat di bidang penegakan hukum, eksekutif senior pada perusahaan yang dimiliki oleh
negara, pejabat penting dalam partai politik;
2. PEP domestik merupakan orang yang diberi kewenangan untuk melakukan fungsi penting (prominent
function) oleh negara, seperti kepala negara atau pemerintahan, politisi senior, pejabat pemerintah senior,
pejabat militer atau pejabat di bidang penegakan hukum, eksekutif senior pada perusahaan yang dimiliki oleh
negara, pejabat penting dalam partai politik; dan
3. Orang yang diberi kewenangan untuk melakukan fungsi penting (prominent function) oleh organisasi
internasional, seperti senior manajer yang meliputi namun tidak terbatas pada direktur, deputi direktur, dan
anggota dewan atau fungsi yang setara.

38
CAKUPAN POJK No. 8 Tahun 2023
Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan
Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan

Pasal 3
PJK wajib menerapkan program APU, PPT, dan PPPSPM secara efektif dengan memperhatikan:
■ risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM serta
■ kegiatan, skala usaha, kompleksitas usaha, dan/atau karakteristik usaha PJK; yang mencakup:
a. Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris;
b. Kebijakan dan Prosedur;
c. Pengendalian Intern;
d. Sistem Informasi Manajemen; dan
e. Sumber Daya Manusia dan Pelatihan.

39
CAKUPAN POJK No. 8 Tahun 2023
Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan
Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan

BAB II:
KEWAJIBAN PENERAPAN PROGRAM APU, PPT, DAN PPPSPM DI SEKTOR JASA
KEUANGAN
Pasal 4
1) PJK wajib mengidentifikasi, menilai, dan memahami risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM terhadap
Nasabah, negara atau area geografis, produk, jasa, transaksi atau jaringan distribusi.
2) Dalam melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PJK wajib untuk:
a. mendokumentasikan penilaian risiko, dalam bentuk dokumen penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau
PPSPM yang telah disusun secara individual oleh PJK;
b. mempertimbangkan seluruh faktor risiko yang relevan sebelum menetapkan tingkat keseluruhan risiko,
serta tingkat dan jenis mitigasi risiko yang memadai untuk diterapkan;
c. mengkinikan penilaian risiko sebanyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun; dan
d. memiliki mekanisme yang memadai terkait penyediaan informasi penilaian risiko kepada instansi yang
berwenang.
40
CAKUPAN POJK No. 8 Tahun 2023
Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan
Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan

Pasal 4
3) Dalam hal sesuai dengan kebutuhan PJK berdasarkan penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM,
kegiatan, skala usaha, kompleksitas usaha, karakteristik usaha, dan/atau peristiwa atau perkembangan
besar dalam manajemen dan operasional PJK, pengkinian risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
c dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali.
4) Penilaian risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengacu pada penilaian risiko Indonesia
terhadap TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM secara nasional dan secara sektoral.
5) PJK wajib menyampaikan dokumen penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM yang telah disusun
secara individual sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a kepada Otoritas Jasa Keuangan, sebanyak 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
6) Dalam hal sesuai dengan kebutuhan PJK berdasarkan penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM,
kegiatan, skala usaha, kompleksitas usaha, karakteristik usaha, dan/atau peristiwa atau perkembangan
besar dalam manajemen dan operasional PJK, penyampaian dokumen penilaian risiko TPPU, TPPT,
dan/atau PPSPM sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali.

41
CAKUPAN POJK No. 8 Tahun 2023
Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan
Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan

Pasal 4
7) Dokumen penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disusun
dengan format tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan ini.

Pasal 5
1) PJK wajib memiliki kebijakan, pengawasan, dan prosedur pengelolaan serta mitigasi risiko TPPU, TPPT,
dan/atau PPSPM yang mampu mengelola dan memitigasi risiko yang telah diidentifikasi yang disetujui oleh
Dewan Komisaris.
2) PJK wajib memantau penerapan kebijakan, pengawasan, dan prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan mengevaluasi penerapannya.
3) Dalam hal risiko yang lebih tinggi teridentifikasi, PJK wajib menetapkan tindakan yang lebih mendalam untuk
mengelola dan memitigasi risiko.

42
CAKUPAN POJK No. 8 Tahun 2023
Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan
Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan

Pasal 6
1) PJK wajib mengelola dan memitigasi risiko yang telah diidentifikasi berdasarkan penilaian risiko
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian dari penerapan manajemen risiko PJK
secara keseluruhan.
Pasal 7
1) PJK yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4 ayat (1), ayat (2), ayat (4),
ayat (5), Pasal 5, dan/atau Pasal 6 ayat (1), dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan atau teguran tertulis yang disertai dengan perintah untuk melakukan tindakan tertentu;
b. denda;
c. pembatasan kegiatan usaha tertentu;
d. penurunan penilaian faktor pembentuk nilai tingkat kesehatan;
e. pembekuan kegiatan usaha tertentu; dan/atau
f. larangan sebagai pihak utama.
43
CAKUPAN POJK No. 8 Tahun 2023
Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan
Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan

Pasal 7
2) Otoritas Jasa Keuangan dapat mengumumkan pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) kepada masyarakat.
3) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menghapus kewajiban PJK
untuk tetap melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4 ayat (1), ayat (2), ayat
(4), ayat (5), Pasal 5, dan/atau Pasal 6 ayat (1).

44

Anda mungkin juga menyukai