Anda di halaman 1dari 71

MATERI

APU dan PPT


(Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme)

Version 25.09.2014
DAFTAR ISI

BAB I Gambaran Umum APU dan PPT


Tindak Pidana Pencucian Uang
1
3

BAB II Penerapan Program APU dan PPT


Penerimaan Nasabah
7
11
Pengelompokan Nasabah berdasarkan Risiko (RBA) 16
Prosedur penegasan persetujuan NRT dari KCP ke KCU 24
Penolakan Pembukaan Rekening / Transaksi 25
Pengkinian Data Nasabah 27
Pemantauan Nasabah Diduga Terorisme 30
Benefical Owner 31
Permintaan Informasi Walk In Customer (WIC) 33
Contoh Pengisian Bukti Setoran 37
Transfer Dana 40
Kewajiban Pelaporan ke PPATK 43
Kerahasiaan Pelaporan STR (Anti Tiping - Off) 48
Penatausahaan Dokumen (Arsip) 49

BAB III Contoh Transaksi dan Perilaku yang Mencurigakan 50

Lampiran 59

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014


Gambaran Umum APU dan PPT

BAB I GAMBARAN UMUM


APU dan PPT

Pengantar

BCA sejak tahun 2003 telah menerapkan Prinsip Mengenal


Nasabah sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku
dalam rangka memitigasi risiko Bank digunakan sebagai
sasaran atau sarana kejahatan, seperti tindak pidana
pencucian uang.

Dalam perjalanannya, ketentuan Bank Indonesia tentang


penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer
Principles) tersebut perlu disesuaikan dengan standar
internasional yang lebih komprehensif dalam rangka
mendukung upaya pencegahan tindak pidana pencucian
uang dan pencegahan pendanaan terorisme. Untuk itu, Bank
Indonesia pada tahun 2009 telah menerbitkan ketentuan
baru tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang
dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum
(disingkat APU dan PPT).

Untuk menindaklanjuti perubahan peraturan Bank


Indonesia tersebut, kebijakan tentang Penerapan Prinsip
Referensi
Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principles) perlu
disesuaikan menjadi kebijakan tentang Penerapan Program Materi APU dan PPT ini berpedoman pada :
Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.
Ketentuan APU dan PPT tahun 2009 ini telah direvisi ▪ Undang Undang No. 8 tahun 2010 tentang Pencegahan
kembali oleh Bank Indonesia pada tahun 2012. Karena itu, dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
(UU PP- TPPU).
BCA juga merevisi pedoman APU dan PPTnya sesuai dengan
▪ Undang Undang No. 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan
APU dan PPT terbaru yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme.
▪ Peraturan Bank Indonesia No. 14/27/PBI/2012 tanggal
28 Desember 2012 perihal Penerapan Program An.
Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme
Bagi Bank Umum.
▪ Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/21/DPNP tanggal 14
Juni 2013 perihal Pedoman Standar Penerapan Program
Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan
Terorisme Bagi Bank Umum.
▪ Surat Keputusan Bapepam-LK No. KEP-476/BL/2009
tanggal 23 Desember 2009 tentang Prinsip Mengenal
Nasabah oleh Penyedia Jasa Keuangan di Bidang Pasar
Modal (V.D.10).
▪ Ketentuan-ketentuan pelaksaan dari PPATK.
▪ Pedoman Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendaan Terorisme BCA terbitan 2013.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 1


Gambaran Umum APU dan PPT

Kewajiban Mengikuti
Pelatihan APU dan PPT
Sesuai SE BI No. 15/21/DPNP tanggal 14 Juni 2013, Bab XIII :

▪▪ Bank harus memberikan pelatihan mengenai penerapan


Program APU dan PPT kepada seluruh karyawan.
▪▪ Karyawan yang berhubungan langsung dengan
nasabah harus mendapatkan pelatihan secara berkala,
sedangkan karyawan yang tidak berhubungan langsung
dengan nasabah (Back Office/Non-Operasional) harus
mendapatkan pelatihan APU dan PPT paling kurang 1 kali
dalam masa kerjanya.
▪ Operasional) harus mendapatkan pelatihan APU dan PPT
paling kurang 1 kali dalam masa kerjanya.

Tujuan Pelatihan APU dan PPT

Tujuan penyusunan pelatihan program APU dan PPT adalah:

▪ Memberikan pemahaman kepada seluruh karyawan


Bank (khususnya CSO, Teller, Account Officer,
Relationship Officer, dan Pengawas Internal)
tentang APU dan PPT.
▪ Sebagai bagian dari penerapan manajemen risiko
Bank dalam menjalankan praktek bisnis Bank yang
sehat dan berhati-hati (prudential)

Sasaran Pelatihan APU dan PPT


Sasaran pelatihan men enai program APU dan PPT adalah:

▪ Seluruh karyawan Bank (khususnya CSO, Teller, Account


Officer dan Relationship Officer) dapat menerapkan program
APU dan PPT sesuai ketentuan yang berlaku.
▪ Pengawas Internal dapat melakukan pemantauan
kepatuhan terhadap pelaksanaan penerapan program
APU dan PPT di unit kerja.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 2


Gambaran Umum APU dan PPT

TINDAK PIDANA
PENCUCIAN UANG

Definisi Pencucian Uang Defenisi Pendanaan Terorisme

Menurut UU PP - TPPU, yang dimaksud (definisi) pencucian Menurut UU PP - TP Pendanaan Terorisme, yang dimaksud
uang adalah: (definisi Pendanaan terorisme adalah segala perbuatan
dalam rangka menyediakan, mengumpulkan, memberikan
Perbuatan dalam hal : menempatkan, mentransfer, atau meminjamkan Dana, baik secara langsung mapupun
mengalihkan, mengubah bentuk, membayarkan, tidak langsung, dengan maksud untuk digunakan dan/atau
membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, yang diketahui akan digunakan untuk melakukan kegiatan
menitipkan, menukarkan, membawa ke Luar Negeri, terorisme, organisasi teroris, atau teroris.
atau perbuatan lainnya atas Harta Kekayaan yang
diketahui atau patut diduga merupakan Hasil Tindak Tujuan tindak pidana pendanaan terorisme adalah
Pidana dengan maksud untuk menyembunyikan atau membantu kegiatan terorisme, baik dengan harta
menyamarkan asal-usul Harta Kekayaan sehingga seolah- kekayaan yang dihasilkan dari suatu tindak pidana
olah menjadi Harta Kekayaan yang sah. maupun dari harta kekayaan yang diperoleh secara sah.
Dari definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
upaya untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Pendanaan terorisme pada dasarnya merupakan jenis
dana yang diperoleh dari tindak pidana dikenal dengan tindak pidana yang berbeda dari TPPU. Namun demikian,
sebutan pencucian uang (money laundering). keduanya mengandung unsur kesamaan yaitu menggunakan
jasa keuangan sebagai sarana atau sasaran untuk melakukan
Umumnya pelaku kejahatan menggunakan sistem suatu tindak pidana
perbankan untuk menyembunyikan asal-usul dana yang
berasal dari tindak pidana dan mengubahnya menjadi
harta kekayaan yang seolah-olah berasal dari kegiatan
yang sah, dengan harapan sulit dilacak oleh para penegak
hukum.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 3


Gambaran
Gambaran Umum
Umum APU
APU dan
dan PPT
PPT

Tindakan Pencegahan

Bank wajib mengambil tindakan yang diperlukan untuk


mencegah penyalahgunaan pengembangan teknologi
dalam skema pencucian uang dan pencegahan pendanaan
terorisme.

Untuk mencegah bank digunakan sebagai sarana tindak


pidana pendanaan terorisme, maka bank perlu menerapkan
program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan
Terorisme secara memadai.

Proses Pencucian Uang

Sekalipun terdapat berbagai macam modus operandi


pencuciaan uang, namun pada dasarnya proses pencucian
uang dapat dikelompokkan ke dalam 3 tahap kegiatan, yaitu :

▪▪ Placement, yaitu upaya menempatkan dana yang


dihasilkan dari suatu kegiatan tindak pidana ke dalam
sistem keuangan, termasuk sistem perbankan. Modus Pencucian Uang
▪▪ Layering, yaitu upaya memisahkan hasil tindak
pidana dari sumbernya melalui beberapa tahap
Beberapa modus pencucian uang yang banyak digunakan
transaksi untuk menyembunyikan atau menyamarkan
oleh pelaku pencucian uang adalah :
sumber dana tersebut.
▪▪ Integration, yaitu upaya menggunakan dana yang
▪▪ Smurfing, yaitu upaya untuk menghindari pelaporan
telah masuk ke sistem keuangan dan telah melalui
dengan memecah-mecah transaksi yang dilakukan oleh
tahap placement dan atau layering, sehingga seolah-olah
banyak pelaku Structuring, yaitu untuk menghindari
tampak menjadi harta yang halal (tampak sah).
pelaporan dengan memecahmecah transaksi sehingga
jumlah transaksi menjadi lebih kecil.
▪▪ U Turn, yaitu upaya untuk mengaburkan asal usul
hasil kejahatan dengan memutarbalikan transaksi
untuk kemudian dikembalikan ke rekening asalnya.
▪▪ Cuckoo Smurfing, yaitu upaya mengaburkan asal usul
sumber dana dengan mengirimkan dana dari hasil
kejahatan melalui rekening pihak ketika yang
menunggu kiriman dana dari luar negeri dan tidak
menyadari bahwa dana yang diterimanya merupakan
“proceed of crime”.
▪▪ Mingling, yaitu mencampurkan dana hasil tindak
pidana dengan dana dari hasil kegiatan usaha yang
legal. Hal ini bertujuan untuk mengaburkan sumber
asal dana yang ilegal.
▪▪ Pembelian asset atau barang-barang mewah, yaitu
menyembunyikan status kepemilikan dari aset/barang
mewah termasuk pengalihan aset tanpa terdeteksi oleh
sistem keuangan.
▪▪ Penggunaan identitas palsu, yaitu transaksi yang
dilakukan dengan menggunakan identitas palsu
sebagai upaya untuk mempersulit terlacaknya identitas
dan pendeteksian keberadaan pelaku pencucian uang.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 4


Gambaran Umum APU dan PPT

Hasil tindak pidana menurut UU TPPU

Hasil tindak pidana menurut UU PP - TPPU (UU No.


8/2010, pasal 2, ayat 1) adalah harta kekayaan yang
diperoleh dari tindak pidana di bawah ini, yang
dilakukan di wilayah Negara Republik Indonesia atau di
luar wilayah Negara Republik Indonesia dan tindak pidana
tsb juga merupakan tindak pidana menurut hukum
Indonesia.

▪ Korupsi
▪ Penyuapan
▪ Kepabeanan
▪ Cukai
▪ Penyelundupan tenaga kerja
▪ Penyelundupan imigran
▪ Di bidang perbankan
▪ Di bidang pasar modal
▪ Di bidang perasuransian
▪ Narkotika
▪ Psikotropika
▪ Perdagangan orang
▪ Perdagangan senjata gelap
▪ Penculikan
▪ Terorisme
▪ Pencurian
▪ Penggelapan
▪ Penipuan
▪ Pemalsuan Uang
▪ Perjudian
▪ Prostitusi
▪ Di bidang perpajakan
▪ Di bidang kehutanan
▪ Di bidang lingkungan hidup
▪ Di bidang kelautan dan perikanan; atau
▪ Tindak pidana lainnya yang diancam dengan pidana
penjara 4 (empat ) tahun atau lebih

Catatan Penting
Apabila ada :
- Informasi bahwa Nasabah telah berstatus tersangka/terdakwa salah 1 dari 26 tindak pidana di atas
(Indormasi dapat bersumber dari media massa, surat dari kepolisian, dll)
- permintaan blokir rekening dari penegak hukum/instansi terkait dengan alasan blokir salah 1 dari
26 tindak pidana di atas.
- Terdapat laporan Penipuan dari nasabah dengan hasil investigasi identitas rekening terlapor fiktif
- Maka cabang wajib melaporkan ke Satuan Kerja Kepatuhan - Kantor Pusat (SKK - KP) dengan
membuat Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan melalui aplikasi STIM-AML.

Risiko
Apabila tidak melaporkan ke SKK-KP, maka cabang dapat dikenakan sanksi denda oleh Bank
Indonesia sebesar Rp 50 juta.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 5


Gambaran Umum APU dan PPT

Kegiatan tindak pidana menurut TPPU

Pasal 3
Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer,
mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,
menghibahkan, menitip an, membawa ke luar
negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan
mata uang atau surat berharga atau perbuatan
lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau
patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan
tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal
usul Harta Kekayaan dipidana karena tindak pidana
pencucian uang dengan pidana penjara paling lama
20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Pasal 4
Setiap Orang yang menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan,
pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang
sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya
atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana
karena tin ak pidana pencucian uang dengan pidana
penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).

Pasal 5
Setiap Orang yang menerima atau menguasai
penempatan, pentransferan, pembayaran,
hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau
menggunakan Harta Kekayaan yang diketahuinya
atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).

Pasal 10
Setiap orang yang berada di dalam atau di luar
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
turut serta melakukan percobaan, pembantuan, atau
Permufakatan Jahat untuk melakukan tindak pidana
pencucian uang dipidana dengan pidana yang sama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, 4, dan 5.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 6


Gambaran Umum APU dan PPT

PENERAPAN PROGRAM
BAB II APU dan PPT

Pengantar

Bank wajib mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah penyalahgunaan pengembangan teknologi dalam
skema pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme.

Untuk mencegah bank digunakan sebagai sarana tindak pidana pendanaan terorisme, maka bank perlu menerapkan
program Anti encucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme secara memadai.

Pengertian

Berikut adalah pengertian / istilah yang digunakan dalam


Program APU dan PPT.

▪▪ Pencucian Uang adalah pencucian uang sebagaimana


dimaksud dalam UU yang mengatur mengenai Tindak
Pidana Pencucian Uang.
▪▪ Pendanaan Terorisme adalah penggunaan harta
kekayaan secara langsung atau tidak langsung untuk
kegiatan terorisme sebagaimana dimaksud dalam UU
tentang Tindak Pidana Pendanaan Terorisme.
▪▪ Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa Bank
dan memiliki rekening pada Bank tersebut.

▪ Walk in Customer yang selanjutnya disebut sebagai


WIC adalah pengguna jasa Bank yang tidak memiliki
rekening pada Bank tersebut, tidak termasuk pihak yang
mendapatkan perintah atau penugasan dari Nasabah
untuk melakukan transaksi atas kepentingan Nasabah
tsb.
▪ Existing Customer adalah Nasabah yang telah menjalani
hubungan usaha dengan Bank.
▪▪ Customer Due Dilligence yang selanjutnya disebut
sebagai CDD adalah kegiatan berupa identifikasi,
verifikasi, dan pemantauan yang dilakukan Bank untuk
memastikan bahwa transaksi tersebut sesuai dengan
profil Nasabah, calon Nasabah, maupun WIC.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 7


Gambaran Umum APU dan PPT

▪▪ Enhanced Due Dilligence yang selanjutnya disebut


sebagai EDD adalah tindakan CDD lebih mendalam
yang dilakukan Bank pada saat berhubungan dengan
Nasabah yang tergolong berisiko tinggi termasuk
Politically Exposed Person (PEP) terhadap kemungkinan
pencucian uang dan pendanaan terorisme.
▪▪ Politically Exposed Person yang selanjutnya disebut
PEP adalah orang yang memiliki atau pernah memiliki
kewenangan publik diantaranya adalah Penyelenggara
Negara sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang
Penyelenggara Negara, dan/atau orang yang tercatat
atau pernah tercatat sebagai anggota partai politik
yang memiliki pengaruh terhadap kebijakan dan
operasional partai politik, baik yang berkewarga-
negaraan Indonesia maupun yang
berkewarganegaraan asing.

▪▪ Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah transaksi


keuangan mencurigakan sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang yangmengatur mengenai Tindak Pidana
Pencucian Uang
▪▪ Transaksi Kuangan Tunai yang wajib dilaporkan adalah
transaksi keuangan tunai sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang yang mengatur mengenai Tindak Pidana
Pencucian Uang.
▪ Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang
selanjutnya disebut sebagai PPATK adalah PPATK
sebagaimana dimaksud dalam UU yang mengatur
mengenai Tindak Pidana Pencucian Uang.

▪ Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan


Terorisme yang untuk selanjutnya disebut sebagai
APU dan PPT adalah upaya pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan
pendanaan terorisme.
▪▪ Anti Tipping-Off adalah larangan bagi Direksi, pejabat,
atau pegawai Bank untuk memberitahukan kepada
nasabah Bank atau orang lain baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan cara apapun mengenai
laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan yang sedang
disusun atau telah disampaikan kepada PPATK.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 8


Gambaran Umum APU dan PPT

▪▪ Beneficial Owner adalah setiap orang yang memiliki


dana, yang mengendalikan transaksi nasabah, yang
memberikan kuasa atas terjadinya suatu transaksi dan/
atau yang melakukan pengendalian melalui badan hukum
atau perjanjian.
▪▪ Rekomendasi Financial Action Task Force yang selanjutnya
disebut sebagai Rekomendasi FATF adalah rekomendasi
standar pencegahan dan pemberantasan pencucian uang
dan pendanaan terorisme yang dikeluarkan oleh FATF.

▪ Lembaga Negara / Pemerintah adalah lembaga yang


memiliki kewenangan di bidang eksekuti , yudikati , dan
legislati .
▪▪ Shell Bank adalah Bank yang tidak mempunyai
kehadiran secara fisik (physical presence) di wilayah
hukum Bank tersebut didirikan dan memperoleh izin, dan
tidak berafiliasi dengan kelompok usaha jasa keuangan
yang menjadi subyek pengawasan terkonsolidasi yang
efekti .
▪▪ Correspondent Banking adalah kegiatan suatu bank
(correspondent) dalam menyediakan layanan jasa
bagi bank lainnya (respondent) berdasarkan suatu
kesepakatan tertulis dalam rangka memberikan jasa
pembayaran dan jasa perbankan lainnya.

▪▪ Cross Border Corespondent Banking adalah


Correspondent Banking dimana salah satu kedudukan
bank corespondent atau bank respondent berada di luar
wilayah Negara Republik Indonesia.
▪ Bank Pengirim adalah bank yang mengirimkan perintah
transfer dana.
▪▪ Bank Penerus adalah bank yang meneruskan perintah
transfer dana dari Bank Pengirim.
▪▪ Bank Penerima adalah bank yang menerima perintah
transfer dana.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 9


Gambaran Umum APU dan PPT

Lima Pilar Program APU dan PPT Pilar 2 : Kebijakan dan Prosedur

Bank wajib menerapkan 5 pilar Program Anti Pencucian


Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme yang mencakup : Kebijakan dan Prosedur APU dan PPT yang akan
dibahas dalam pelatihan ini antara lain:

Penerimaan Nasabah, meliputi


Pilar 1 : Pengawasan Aktif Dirkasi Bank dan Dewan Komisaris ▪▪ Customer Due Dilligence (CDD)
▪▪ Enhanced Due Dilligence (EDD)
▪▪ Risk Based Approach / RBA dalam pengelompokan
Pilar 2 : Kebijakan dan Prosedur nasabah
▪ Identifikasi dan verifikasi
▪ Single CIN
▪ Penolakan pembukaan rekening / transaksi
Pilar 3 : Pengenalian Intern
▪ Pemutusan /penutupan hubungan usaha
▪ Beneficial Owner

Pilar 4 : Sisitem Informasi dan Manajemen Transfer Dana


Pemantauan dan Pelaporan, meliputi:
▪ Pengkinian data nasabah
Pilar 5 : Sumber Daya Manusia dan Pelatiha ▪ Database teroris / tersangka
▪ Pelaporan transaksi mencurigakan / tunai/ transfer
dana dari dan ke Luar Negeri

Penatausahaan Dokumen / Arsip

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 10


Gambaran Umum APU dan PPT

Penerimaan Nasabah

Larangan rekening fiktif atau anonim

Bank dilarang untuk membuka atau memelihara rekening anonim atau rekening
yang menggunakan nama fiktif.

Customer Due Dilligence (CDD)

CDD merupakan kegiatan berupa identitasi, verifikasi dan pemantauan yang wajib dilakukan bank untuk
mengetahui profil nasabah, dengan cara:

▪ Pertemuan langsung (face to face) dengan calon nasabah untuk memastikan nasabah tidaklanjuti.
▪ Meminta bukti identitas dan dokumen pendukung dengan lengkap untuk memastikan kebenaran informasi.
▪ Meminta informasi calon nasabah secara lengkap untuk mendapatkan profil /karakteristik calon nasabah.
▪ Verifikasi dan identitas dokumen pendukung dengan teliti.
▪ Menggunakan pendekatan bedasarkan risiko (Risk Based Approach / RBA) dalam pengelompokan nasabah.

Pertemuan langsung
(face to face)
Pertemuan langsung (face to face) dengan calon nasabah :

▪▪ dilakukan pada awal (pertama kali) calon nasabah


melakukan hubungan usaha dengan bank dalam
rangka meyakini kebenaran identitas calon nasabah
(mencocokkan foto diri pada kartu identitas dengan
wajah calon nasabah).
▪ apabila awal hubungan usaha dilakukan tidak melalui
pertemuan langsung (non face to face) antara lain
melalui electronic banking, surat menyurat atau telepon,
maka cabang / unit kerja yang ditunjuk untuk melakukan
hubungan usaha wajib melakukan pertemuan langsung
(face to face) dengan calon nasabah sebelum hubungan
usaha tersebut disetujui.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 11


Gambaran Umum APU dan PPT

Permintaan bukti identitas / dokumen


Catatan :
Permintaan dokumen wajib dilakukan sebelum melakukan Dalam hal calon Nasabah perorangan WNA
hubungan usaha dengan calon Nasabah/WIC. “tidak” menetap di Indonesia maka dokumen
Kartu Ijin Tinggal dapat digantikan oleh
dokumen lainnya yang dapat memberikan
Untuk Nasabah perorangan, informasi wajib didukung keyakinan kepada Bank tentang profil calon
dengan dokumen identitas yang masih berlaku yang Nasabah WNA tersebut antara lain surat
mencantumkan foto diri dan diterbitkan oleh pihak referensi dari seseorang WNI atau perusahaan
yang berwenang. yang telah menjadi Nasabah BCA, atau
▪ Dokumen pendukung utama bagi identi as Nasabah referensi dari Instansi / Pemerintah Indonesia
perorangan yang berkewarganegaraan Indonesia mengenai profil calon Nasabah tersebut
adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin (Hal ini berlaku case by case dgn
Mengemudi (SIM), atau Paspor yang masih berlaku. persetujuan Penanggung jawab APU PPT).
▪ Untuk calon Nasabah perorangan yang
berkewarganegaraan asing (WNA) maka dokumen
identitas adalah paspor yang disertai dengan Kartu
Izin Tinggal sesuai dengan ketentuan keimigrasian.

Permintaan Informasi

Sebelum melakukan usaha dengan Nasabah, Bank wajib


meminta informasi yang memungkinkan Bank untuk
dapat mengetahui profil Calon Nasabah.

Calon Nasabah wajib diidentikasi dan diklasifikasikan


ke dalam kelompok perorangan dan perusahaan.
Dalam hal calon Nasabah adalah nasabah perusahaan
maka dalam kelompok nasabah tersebut mencakup
pula Beneficial Owner.
Informasi yang wajib diminta dari calon Nasabah sesuai
ketentuan dalam Program APU dan PPT (lihat Tabel 1
pada Lampiran).
Apabila diperlukan dapat dilakukan pengecekan silang,
dgn cara:
▪ menghubungi nasabah melalui telpon rumah/kantor
menanyakan pejabat SDM tempat nasabah bekerja
▪mengecek Daftar Hitam Nasional dari BI, dll.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 12


Gambaran Umum APU dan PPT

Untuk calon Nasabah perusahaan, dokumen identitas yang wajib diminta adalah :
▪ akte pendirian dan/atau anggaran dasar perusahaan. Untuk perusahaan yang berbadan hukum asing, maka
dokumen identitas yang dimaksudkan adalah dokumen lainnya yang sejenis dengan akte pendirian dan/atau
anggaran dasar sesuai dengan peraturan otoritas di negara tempat kedudukan perusahaan tersebut; dan
▪▪ izin usaha atau izin lainnya dari instansi berwenang. Misal : ijin dari Bank Indonesia bagi Pedagang Valuta Asing
atau Kegiatan Usaha Pengiriman Uang; ijin dari Departemen Kehutanan bagi kegiatan usaha di bidang perkayuan/
kehutanan.

Untuk calon Nasabah berupa yayasan atau perkumpulan,


dokumen identitas yang wajib diminta adalah akta pendirian
yang telah disahkan oleh instansi berwenang dan/atau
berupa izin bidang kegiatan/ tujuan yayasan atau surat telah
terdaftar sebagai perkumpulan.

Catatan :
Disamping dokumen identitas, Bank
wajib memperoleh dokumen pendukung lainnya
(dapat dilihat pada Lampiran dalam Pedoman
Program APU dan PPT yang ada di Cabang).

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 13


FATCA - Foreign Account Tax Compliance Act

Pengertian FATCA Merupakan peraturan pemerintahA merika yang mengatur mengenai kewajiban para
lembaga jasa keuangan untuk memberikan data keuangan kepada Internal Revenue Service
(IRS)mengenai rekening milik nasabah Wajib FATCA di masing-masing institusi

Tujuan Menanggulangi penghindaran pajak yang dilakukan atas investasi secara langsung maupun
tidak, melalui institusi/lembaga jasa keuangan di luar AmerikaSerikat.

Mengapa Pemerintah Indonesia telah sepakat dengan Pemerintah Amerika Serikat terkait Intergovermental
Harus Agreement (IGA ) sejak Mei 2014 untuk penerapan FATCA di Indonesia
Patuh ?

Pelaksanaan • Cabang : Mengindentifikasi apakah Nasabah termasuk kriteria Wajib FATCA atau tidak, dengan
FATCA di cara meminta Nasabah mengisi Form FATCA pada pembukaan rekening
BCA • Kantor Pusat : Menyampaikan data keuangan mengenai rekening milik Nasabah wajib FATCA
keInternal Revenue Service (IRS) melalui otoritas yang ditunjuk di Indonesia.
Pelaksanaan
di cabang

Bagaimana Nasabah termasuk Kriteria Nasabah Wajib FATCA apabila menjawab ‘YA’ pada salah satu
menentukan pertanyaan yang tertera pada Form FATCA
Nasabah
wajib
FATCA/tidak

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 13.1
Gambaran Umum APU dan PPT

Indentifikasi data dan


Verifikasi dokument pendukung

Dokumen-dokumen pendukung informasi calon Nasabah


/ Walk in Customer (WIC) termasuk juga Beneficial
Owner, wajib diidentifikasi dan diverifikasi kebenarannya
sebelum dilakukannya hubungan usaha, dengan
memperhatikan hal-hal berikut :

• Untuk nasabah perorangan, identitas calon Nasabah / Walk in Customer (WIC) harus dapat dibuktikan
dengan keberadaan dokumen-dokumen pendukung pada saat pertemuan langsung (face to face) dengan
calon nasabah pada awal melakukan hubungan usaha;

Catatan :
▪ Foto diri pada dokumen identitas harus cocok dengan wajah calon Nasabah/WIC.
▪ Dalam hal terdapat keraguan terhadap dokumen identitas, calon nasabah wajib dimintakan
lebih dari satu dokumen identitas yang dikeluarkan oleh pihak berwenang atau dokumen
lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan.
▪▪ Apabila diperlukan dapat melakukan wawancara dengan calon nasabah atau melakukan
pengecekan silang untuk meneliti dan meyakini keabsahan dan kebenaran informasi
yang diberikan oleh calon nasabah.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 14


Gambaran Umum APU dan PPT

Indenti ikasi data dan


Veri ikasi dokumen pendukung, lanjutan

• Untuk nasabah perusahaan, dokumen identitas • Untuk nasabah yayasan / perkumpulan, dokumen
yang wajib diverifikasi antara lain : identitas yang wajib diverififasi adalah ijin bidang
kegiatan/ tujuan yayasan, atau surat telah terdaftar
▪▪ Akte pendirian dan/atau anggaran dasar perusahaan; sebagai perkumpulan.
dan Ijin usaha lainnya dari instansi berwenang
(misal: ijin Kegiatan Usaha Pengiriman Uang
(KUPU) atau ijin Pedagang Valuta Asing (PVA) dari • Dalam hal dokumen pendukung masih dalam
Bank Indoensia, atau ijin Hak Pengusahaan Hutan proses pengurusan, nasabah wajib melengkapi
dari Depart. Kehutanan, dll. dokumen dimaksud setelah dilakukannya hubungan
usaha, dalam waktu paling lambat :

▪▪ 14 hari kerja (untuk nasabah perorangan)


▪▪ 90 hari kerja (untuk nasabah perusahaan)

Dokumen NPWP

▪▪ Dokumen pendukung bagi NPWP adalah kartu NPWP, Surat Pemberitahuan Pajak (SPT), atau dokumen lainnya
yang mencantumkan NPWP dan nama pemilik NPWP.
▪▪ Dalam hal Calon Nasabah atau Nasabah merupakan pihak yang berdasarkan undang-undang tidak wajib memiliki
NPWP seperti ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan, pelajar atau mahasiswa, maka NPWP yang
digunakan adalah NPWP dari Beneficial Owner Calon Nasabah atau Nasabah tersebut antara lain suami dan
orangtua dari Calon Nasabah atau Nasabah.
▪ Dalam hal Calon Nasabah perorangan berdasarkan undang-undang diwajibkan memiliki NPWP namun
belum memilikinya, maka Bank meminta surat pernyataan dari Calon Nasabah yang menjelaskan bahwa
yang bersangkutan belum memiliki NPWP dan berkomitmenakan segera menyampaikan setelah memiliki NPWP.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 15


Gambaran Umum APU dan PPT

Pengelompokan Nasabah
berdasarkan Risiko (RBA)

Pengelompokan nasabah dengan RBA


Dalam penerimaan nasabah (CDD), Bank wajib
menggunakan pendekatan berdasarkan risiko (RBA)
dengan mengelompokkan nasabah berdasarkan tingkat
risiko
Tingkat risiko nasabah terdiri dari risiko Rendah,
Sedang, dan Tinggi.

▪ Dalam hal calon nasabah memiliki tingkat risiko


yang rendah maka terhadap nasabah tersebut harus
diberi kode 016.
▪ Dalam hal calon nasabah memiliki tingkat risiko
sedang maka terhadap yang bersangkutan
diberlakukan persyaratan sebagaimana ketentuan
yang berlaku.
▪▪ Dalam hal calon nasabah sejak awal memiliki
tingkat risiko tinggi maka terhadap yang
bersangkutan wajib diterapkan prosedur CDD yang
lebih mendalam (Enhanced Due Dilligence / EDD)
dan diberi kode 013.

Pengelompokkan nasabah harus didokumentasikan


dan dipantau secara berkesinambungan.

Penilaian risiko (risk assessment) secara memadai perlu


dilakukan terhadap nasabah yang telah menjalani
hubungan usaha dalam jangka waktu tertentu,
dengan cara memperhitungkan informasi serta profil
nasabah serta kebutuhan nasabah terhadap produk
dan jasa yang ditawarkan Bank.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 16


Gambaran Umum APU dan PPT

Apabila terdapat ketidaksesuaian antara transaksi/profil nasabah dengan tingkat risiko yang telah
ditetapkan, maka bank harus menyesuaikan tingkat risiko nasabah dengan cara :

▪▪ menerapkan prosedur CDD bagi nasabah yang tergolong berisiko rendah atau sedang, sesuai dengan penetapan
tingkat risiko yang baru.
▪ menerapkan prosedur EDD bagi nasabah yang tergolong berisiko tinggi (NRT termasuk PEP).

CDD lebih mendalam (Enhanced Due Dilligence)

Untuk calon Nasabah yang tergolong berisiko Tinggi (NRT


termasuk PEP) terhadap kemungkinan pencucian uang dan
pendanaan terorisme atau bertransaksi dengan negara
berisiko tinggi, maka Bank wajib melakukan prosedur
CDD yang lebih mendalam (meminta informasi
tambahan) yang disebut Enhanced Due Dilligence (EDD).
Catatan :
Sesuai ketentuan Bank Indonesia tentang Layanan Nasabah
Prima, maka pada penerimaan nasabah Prioritas dan
Solitaire juga wajib dilakukan prosedur EDD.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 17


Gambaran Umum APU dan PPT

Kriteria Nasabah Risiko Tinggi (NRT)

Bank wajib menentukan kriteria untuk calon nasabah yang


berisiko tinggi (NRT) terhadap pencucian uang / pendanaan
terorisme, yaitu :
Nasabah berisiko tinggi (high risk customer), yaitu orang
yang berpotensi melakukan tindak pidana pencucian
uang / pendanaan terorisme, termasuk penyelenggara
negara / Politically Exposed Person (PEP); seperti :

▪ Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara dan


Lembaga Tinggi Negara (MPR, Presiden & Wakil
Presiden, MA, BPK, & DPR)
▪ Menteri, Wakil Menteri
▪ Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Walikota
▪ Anggota DPRD I dan II
▪ Hakim, Jaksa
▪ Auditor Pajak/BPK/BPKP
▪ Pejabat eselon I dan II di lingkungan MA / Kejaksaaan
Agung.
▪▪ Pejabat yang diangkat berdasarkan Keputusan Presiden
▪▪ Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri
▪▪ Pegawai Negeri Sipil eselon I dan II
▪▪ Direktur Badan Usaha Milik Negara
▪▪ Kepala Kantor di lingkungan Departemen Keuangan
▪▪ Pengawas Bea Cukai
▪▪ Perwira Tinggi pada TNI / Polisi

Catatan :
Nasabah Risiko Tinggi yang tergolong PEP termasuk
keluarganya (anak, menantu, istri / suami, orangtua
/mertua, cucu), perusahaan yang dimiliki PEP dan Bidang usaha berisiko tinggi (high risk business), yaitu
pihak-pihak yang berhubungan dekat dengan PEP bidang usaha yang potensial digunakan sebagai sarana
apabila diketahui. pencucian uang / pendanaan terorisme, seperti

▪▪ Pedagang Barang Anti


▪▪ Perusahaan Money Changer
▪▪ Usaha Jasa Pengiriman Uang (Perusahaan/Perorangan)
▪▪ Perusahaan Asuransi dan Broker Asuransi (Perusahaan)
▪▪ Perusahaan Sekuritas/Pedagang Efek (Perusahaan)
▪▪ Jasa Akuntan (Perusahaan/Perorangan)
▪▪ Pedagang Batu Permata/Logam Mulia (Perusahaan/
Perorangan)
▪ Agen Properti /Real Estate (Perusahaan)
▪ Agen Perjalanan, Dealer Mobil/Kapal
▪ Perusahaan Jasa Surveyor
▪ Perusahaan logging (kayu glondongan)
▪ Kantor Pengacara/Law Firm (termasuk Pengacara)
▪ Konsultan di Bidang Hukum/ Pajak/ Keuangan
▪ Bank dan perusahaan yang berlokasi di negara penghasil
narkoba
▪ Dana Pensiun dan Usaha Pendanaan (Perusahaan)
▪ Kasino
▪ Partai Politik,termasuk pengurus dan ketua partai politi
▪ Lembaga Swadaya Masyarakat, termasuk pengurus dan
ketua LSM

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 18


Gambaran Umum APU dan PPT

Negara berisiko tinggi ( high risk countries), yaitu


negara yang dikategorikan berisiko tinggi dalam masalah
pencucian uang / pendanaan terorisme, yaitu : Aruba Dominica Niue
Anguilla Gibraltar Nauru
Antigua and Barbud Grenada Netherlands Antille
▪▪ Yurisdiksi yang oleh organisasi yang melakukan mutual
Bermuda Guernsey Samoa
assessment terhadap suatu negara (seperti ATF, APG,
Bahamas Isle of Man Panama
CFATF, MONEYVAL, ESAAMLG, EAG, GAFISUD, GIABA
Bahrain Jersey San Marino
atau MENAFATF) diidentifikasi sebagai tidak secara Belize Liberia Seychelles
memadai melaksanakan Rekomendasi FATF *) Cook
BritishIslands
Vi gin Islands
Islands Marshall
Malta Island St. Kitts
Lucia& Nevis
▪▪ Negara penghasil dan pusat perdagangan narkoba, Cayman Islands Mauritius Turks & Caicos Island
seperti Panama, Cuba, Colombia, Afghanistan, Kamboja, Cyprus Montserrat US Virgin Island
Nigeria. St. Vincent and the Grenadines Vanuatu
▪ Negara bebas pajak (Tax Haven Countries), antara lain :
▪ Negara yang memiliki ting at risiko korupsi yang tinggi *)
▪ Negara Pendukung Terorisme *) Catatan :
▪ Negara terkena sanksi PBB: Iran, Korea Utara *) Kantor Pusat akan mengeluarkan memo tersendiri
yang ditandatangani oleh Direktur Kepatuhan apabila
ada negara yang termasuk dalam kategori ini

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 19


Gambaran Umum APU dan PPT

Penentuan Tingkat Resiko Nasabah dengan RBA

Untuk menentukan tingkat risiko nasabah dapat dilakukan


dengan cara berikut :

1. Pastikan data pembukaan rekening calon nasabah sudah


diisi lengkap
2. Berikan nilai risiko masing-masing item sesuai Matriks
Profil Risiko
3. Tentukan rating tertinggi risiko dari seluruh nilai risiko
yang ada.

Matriks Profil Resiko

Resiko
Rendah Sedang Tinggi
Item
Indenti as Nasabah Perorangan Perorangan Perorangan
WNI : WNI : WNI :
▪▪ Menyerahkan 2 ▪ Menyerahkan 1 identitas ▪ Identitas diragukan
identitas, atau WNA : kebenarannya.
▪ Ada referensi dari ▪ Passport (Non NRT) dan WNA :
Nasabah BCA yang ada KITAS /KITAP ▪ Passport calon nasabah
dikenal baik. berasal dari Negara Risiko
Tinggi (NRT)

Organisasi Organisasi Organisasi


Surat ijin dan/ Surat ijin dan/atau dokumen Surat ijin dan/atau dokumen
atau dokumen yang yang dipersyaratkan belum dikeluarkan oleh negara yang
dipersyaratkan lengkap lengkap (masih dalam proses) tergolong NRT

Kegiatan Usaha Tidak punya usaha Kegiatan usahanya tidak Kegiatan usaha tergolong
tergolong sebagai usaha risiko sebagai usaha risiko
Tinggi tinggi (NRT)
Lokasi Usaha ▪▪ Tidak punya usaha Lokasi usaha jauh/sulit Lokasi usaha berada di
▪▪ Lokasi usaha dekat / dipantau oleh Bank negara yang tergolong
mudah dipantau oleh risiko tinggi (NRT)
Bank
Jumlah Transaksi Setoran Awal : Setoran Awal : Setoran Awal :
Setoran Awal Non Tunai / Debet Rekening Secara Tunai < Rp100 juta Secara Tunai ≥ Rp100 juta
(tidak ada fisik uang tuna
Struktur Kepemilikan ▪▪ Milik pemerintah ▪▪ Informasi mengenai Memiliki Pengendali Akhir yang
(khusus untuk (pusat/ daerah) pemegang saham tidak termasuk dalam kriteria Risiko
Badan Usaha) ▪▪ Komposisi pemegang tersedia dalam data publik. Tinggi dari PEP
saham tersedia dalam ▪▪ Perusahaan Tbk dan
data publik (Tbk) memiliki Pengendali Akhir
dan tidak memiliki (ultimate beneficial owner)
Pengendali Akhir.
Informasi Lainnya Tidak terdapat informasi Pegawai/ karyawan yang ▪▪ Termasuk kategori NRT
negati . memiliki usaha lain atau PEP.
(usahanya tidak termasuk ▪▪ Anggota keluarga dari PEP
usaha risiko tinggi). (Politically Exposed Person)
▪ Pihak terkait PEP.

Catatan :
Pengendali adalah yang memiliki saham perusahaan baik langsung maupun tidak langsung
sebesar 25 % atau lebih dan mempunyai hak suara.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 20


Gambaran Umum APU dan PPT

Contoh 1 : Tingkat Risiko Nasabah /Risk Based Approach (hanya untuk pihak Bank)

Rekening : Perorangan

}
Item Rendah Sedang Tinggi Hasil Akhir
Identitas Nasabah : Disertai x
dengan KTP dan SIM
Kegiatan Usaha : x
TIdak memiliki usaha
Lokasi Usaha : x
Tidak ada lokasi usaha :
Jumlah Transaksi Setoran Awal : x Rendah
Debet rekening Rp 1 juta,-
Struktur Kepemilikan : -
Not Aplicable
Informasi Lainya : x
Tidak ada informasi negati

Persetujuan : Minimal Kabag CSO

Contoh 2 : Tingkat Risiko Nasabah /Risk Based Approach (hanya untuk pihak Bank)

Rekening : Perorangan

Item Rendah Sedang Tinggi Hasil Akhir


Identitas Nasabah : Disertai x
dengan KTP dan SIM
Kegiatan Usaha : x
TIdak memiliki usaha
Lokasi Usaha : x
Tidak ada lokasi usaha :
Jumlah Transaksi Setoran Awal : x
Debet rekening Rp 1 juta,- Sedang
Struktur Kepemilikan : -
Not Aplicable
Informasi Lainya : x
Tidak ada informasi negati

Persetujuan : Minimal Kabag CSO

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 21


Gambaran Umum APU dan PPT

Contoh 3 : Tingkat Risiko Nasabah /Risk Based Approach (hanya untuk pihak Bank)

Rekening : Perorangan

Item Rendah Sedang Tinggi Hasil Akhir


Identitas Nasabah : Disertai x
dengan KTP dan SIM
Kegiatan Usaha : x
TIdak memiliki usaha
Lokasi Usaha : x
Tidak ada lokasi usaha :
Jumlah Transaksi Setoran Awal : x Tinggi
Debet rekening Rp 1 juta,-
Struktur Kepemilikan : -
Not Aplicable
Informasi Lainya : x
Tidak ada informasi negati

Persetujuan : Minimal Kepala KCU Wajib EED

Informasi Tambahan (Enhanced Due Diligence ) --> Khusus Hasil Akhir Risiko : Tinggi

Perorangan Perusahaan / Perkumpulan


Lama tinggal di alamat tempat tinggal terakhir
..................8 tahun........................
Apakah Memiliki Rekening / kartu kredit di bank lain/ Apakah memiliki rekening di bank lain?
institusi lain
• Ya, di bank/ institusi...... Bank BNI 46.......
X • Ya, di bank ..........
• Tidak • Tidak.
Apakah punya hubugnan usaha dengan luar Negeri? Apakah punya hubungan usaha dengan Luar Negri?
X
• Ya, Negara......Singapura........ • Ya, Negara............
• Tidak • Tidak.

Disetujui, Di proses oleh,

( ) ( )

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 22


Gambaran Umum APU dan PPT

Contoh 4 : Tingkat Risiko Nasabah /Risk Based Approach (hanya untuk pihak Bank)

Rekening : Perusahaan

Item Rendah Sedang Tinggi Hasil Akhir


Identitas Nasabah : Disertai x
dengan KTP dan SIM
Kegiatan Usaha : x
TIdak memiliki usaha
Lokasi Usaha : x
Dekat dengan bank
Jumlah Transaksi Setoran Awal : x Tinggi
Tunai Rp 10 juta,-
Struktur Kepemilikan : x
Tidak tersedia dalam data
publik
Informasi Lainya : x
Tidak ada informasi negatif

Persetujuan : Minimal Kepala KCU Wajib EED

Informasi Tambahan (Enhanced Due Diligence ) --> Khusus Hasil Akhir Risiko : Tinggi

Perorangan Perusahaan / Perkumpulan


Lama tinggal di alamat tempat tinggal terakhir
.............................................................
Apakah Memiliki Rekening / kartu kredit di bank lain/ Apakah memiliki rekening di bank lain?
institusi lain
• Ya, di bank/ institusi..... X• Ya, di bank .......Bank BNI 46......
• Tidak • Tidak.
Apakah punya hubungan usaha dengan luar Negeri? Apakah punya hubungan usaha dengan Luar Negri?
• Ya, Negara......Singapura........ • Ya, Negara............
• Tidak X
• Tidak.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 23


Gambaran Umum APU dan PPT

Prosedur penegasan persetujuan


NRT dari KCP ke KCU

Prosedur penegasan persetujuan


NRT dari KCP ke KCU

Berikut prosedur penegasan persetujuan pembukaan


rekening untuk nasabah yang tergolong risiko tinggi atau
PEP dari KCP.

Untuk KCP yang berada satu kota dengan KCU Untuk KCP yang berbeda kota dengan KCU

Tahap Pelaku Keterangan Tahap Pelaku Keterangan


1 KCP ▪▪ Setelah proses pembukaan rekening selesai 1 KCP ▪▪ Setelah proses pembukaan rekening selesai
ditandatangani oleh Pemimpin KCP : ditandatangani oleh Pemimpin KCP, kirim
▪▪ Kopi formulir Pembukaan Rekening dan melalui fax ke KCU:
formulir Tingkat Risiko Nasabah (RBA) yang ▪▪ Formulir pembukaan rekening, dan
sudah diisi lengkap. ▪▪ Formulir Tingkat Risiko Nasabah
▪▪ Kirim formulir asli melalui ekspedisi ke (RBA),yang sudah diisi lengkap.
KCU. 2 KCU ▪▪ Terima fax dari KCP :
2 KCU ▪▪ Terima ekspedisi dari KCP : ▪ Lakukan verifikasi permohonan dari KCP.
▪▪ Lakukan verifi asi permohonan dari KCP. ▪ Berikan penegasan persetujuan pada
▪▪ Berikan penegasan persetujuan pada formulir pembukaan rekening dan formulir
formulir pembukaan rekening dan formulir RBA.
RBA. ▪▪ Kirim hasil penegasan melalui fax ke KCP.
▪▪ Kirim hasil penegasan asli melalui ekspedisi ke 3 KCP ▪ Terima hasil penegasan dari KCU
KCP. ▪ Pastikan hasil penegasan dari fax sudah
3 KCP ▪ Terima hasil penegasan dari KCU. lengkap dan jelas
▪ Konfirmasi ke KCU bahwa ekspedisi penegasan ▪▪ Konfirmasi ke KCU bahwa fax penegasan sudah
sudah diterima dengan lengkap. diterima.
▪▪ Simpan hasil penegasan dari KCU dalam file ▪▪ Simpan hasil penegasan dari KCU dalam file
pembukaan rekening sesuai ketentuan arsip. pembukaan rekening sesuai ketentuan arsip.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 24


Gambaran Umum APU dan PPT

Penolakan Pembukaan
Rekening / Transaksi

Penolakan pembukaan rekening / transaksi

Bank wajib menolak untuk membuka rekening calon Nasabah dan atau menolak melaksanakan transaksi
dengan Nasabah/Walk in Customer (termasuk Beneficial Owner), dalam hal calon Nasabah /Nasabah/ Walk in
Customer :
1. Tidak memenuhi kelengkapan informasi, bukti-bukti identitas dan dokumen-dokumen pendukung lainnya;
2. Diketahui dan/atau patut diduga menggunakan dokumen palsu, yaitu dokumen identitas (KTP, SIM, Paspor) dan/atau
dokumen lainnya, yang tidak erda ar pada instansi yang berwenang atau tidak dapat diverifikasi kebenarannya;
3. Memberikan informasi yang diragukan kebenarannya; atau
4. Memiliki sumber dana transaksi yang diketahui dan/atau patut diduga berasal dari hasil tindak pidana
5. Berbentuk shell banks atau calon nasabah merupakan bank yang mengizinkan rekeningnya digunakan oleh shell
banks

Catatan :
▪ Shell bank adalah bank yang tidak mempunyai
kehadiran secara fisik di negara tempat bank
tersebut didirikan dan mempunyai ijin, dan tidak
berafiliasi dengan kelompok usaha jasa
keuangan yang menjadi subyek pengawasan
terkonsolidasi yang efektif.
▪▪ Bank wajib mendokumentasikan calon nasabah
atau WIC yang memenuhi kriteria penolakan di
atas dalam daftar tersendiri.
▪ Bank wajib melaporkan sebagai Transaksi
Keuangan Mencurigakan apabila transaksinya
dinilai tidak wajar/mencurigakan.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 25


Gambaran Umum APU dan PPT

Pembatalan dan/atau penutupan hubungan usaha

Bank wajib menolak transaksi, membatalkan transaksi, dan/atau menutup hubungan usaha dengan pihak yang
telah menjadi nasabah (existing customers), apabila : Nasabah termasuk dalam kriteria yang wajib ditolak oleh bank
(sebagaimana ketentuan di samping).

Terhadap Nasabah yang ditutup hubungan usahanya, Bank wajib


memberitahukan secara tertulis (melalui surat, media cetak, media
elektronik atau media lainnya) kepada Nasabah mengenai penutupan
hubungan usaha tersebut.

Apabila setelah dilakukan pemberitahuan tertulis Nasabah tidak


mengambil sisa dana yang tersimpan di Bank maka
penyelesaianterhadap sisa dana Nasabah tersebut dilakukan sesuai
peraturanperundang-undangan yang berlaku, antara lain dengan
menyerahkan sisa dana ke Balai Harta Peninggalan.

Dalam hal penutupan hubungan usaha terkait dengan transaksi transfer


dana, maka prosedur penutupan hubungan usaha dilakukansesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
transfer dana.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 26


Gambaran Umum APU dan PPT

Pengkinian Data Nasabah

Pengkinian data

Bank wajib melakukan pengkinian data nasabah apabila


terdapat perubahan terhadap dokumen-dokumen
identitas dan informasi lain yang menyangkut nasabah,
yang mencakup hal - hal berikut :

▪▪ menerapkan pendekatan berdasarkan risiko (risk based


approach/ RBA) dalam melakukan pengkinian data;
▪ setiap pengkinian data harus mendapat persetujuan
dari pejabat yang berwenang.
▪▪ pengkinian data dilakukan secara berkala dengan
menentukan skala prioritas berdasarkan tingkat
risiko yang dimiliki nasabah
▪ pengkinian data dapat dilakukan pada saat nasabah
datang ke Bank atau melalui telepon/fax.
▪ mendokumentasikan setiap pengkinian data yang
dilakukan.

Proses pengkinian data nasabah

Proses pengkinian data dilakukan oleh masing-masing


cabang dan dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :

▪ Pengkinian data berdasarkan inisiatif cabang.


▪ Proses pengkinian data ini dilakukan oleh cabang pada
saat nasabah datang melakukan transaksi di cabang.
▪▪ Pengkinian data berdasarkan data dari Kantor Pusat,
dengan cara :
1. Menghubungi nasabah-nasabah tersebut (antara lain
melalui telepon/fax atau surat) untuk datang ke BCA
dan melakukan pengkinian data di Customer Service
atau dapat juga dilakukan pengkinian data langsung
melalui telepon.
2. Bagi KCU, dapat meminta bantuan dari Account Officer
(AO) / Relationship Officer (RO) untuk membantu
proses pengkinian data nasabah, yaitu dengan cara
membawa serta formulir pengkinian data dan
meminta nasabah yang dikunjunginya untuk mengisi
formulir tersebut.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 27


Gambaran Umum APU dan PPT

Sarana pengkinian data

Berikut ini adalah sarana cabang dalam melakukan


pengkinian data.

▪ Formulir Data Nasabah Perorangan


untuk mengkinikan data nasabah perorangan.
▪ Formulir Pengkinian Data Nasabah Organisasi
untuk mengkinikan data nasabah organisasi.
▪ Laporan R-KYC02.
▪ Laporan R-8242.
▪ Laporan R-8222.
▪ Laporan R-KYC09.

Catatan :
▪ Pengkinian data wajib dilakukan oleh user ID CSO
▪ User ID SPV tidak boleh melakukan pengkinian data.

Pengkinian data nasabah di cabang pelaksana


Pengkinian data nasabah dapat dilakukan di cabang manapun
(kecuali perubahan nama dan alamat hanya boleh dikinikan
di cabang tempat membuka rekening).

▪▪ Oleh karena itu setiap cabang wajib melakukan


pengkinian data atas data nasabah yang tidak lengkap/
salah input/ tidak terkini tanpa melihat cabang asal
nasabah.
▪▪ Cabang pelaksana wajib menginput data nasabah yang
dikinikan ke dalam aplikasi CIS.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 28


Gambaran Umum APU dan PPT

Pembuatan kartu pemantauan


usaha pengkinian data yang belum berhasil

Setiap usaha yang telah dilakukan oleh cabang dalam melakukan pengkinian data nasabah tetapi
belum berhasil mengkinikan data nasabah karena nasabah tidak dapat dihubungi, maka cabang harus
mendokumentasikan usaha tersebut di dalam Kartu Pemantauan Usaha Pengkinian Data yang Belum
Berhasil (Lampiran Tabel 6).

Kartu Pemantauan Usaha ini harus dimonitor oleh Kepala Operasi Cabang untuk KCU dan Kepala KCP untuk
KCP, dan tetap disimpan di cabang, tidak perlu dikirimkan ke SKK - KP, sebagai bukti bahwa cabang tetap
konsisten dalam melakukan pengkinian data.

Pemeliharaan Single CIN (CIN Tunggal)


Bank wajib memelihara profil nasabah secara terpadu
(Single Customer Identification Number/ Single CIN) yang
mencakup seluruh rekening yang dimiliki nasabah (Tabungan,
Giro, Deposito, Kredit).

▪▪ Apabila nasabah ingin menambah rekening maka bank


wajib mengaitkan rekening baru dengan CIN yang sudah
ada.
▪▪ Kualitas CIN yang sudah ada harus dipasti an sudah
lengkap dan terkini (up to date).
▪ Bagi Nasabah yang teridentifikasi/diketahui memiliki
lebih dari satu CIN, maka Bank wajib menggabungkan
menjadi satu CIN/ single CIN (CIN lainnya harus dihapus).
▪▪ CIN yang dipertahankan adalah:
1. Bila ada CIN Kredit, maka CIN Kredit yang dipertahankan
2. Tidak ada CIN Kredit tetapi ada CIN Prioritas/Bizz,
maka CIN Prioritas/Bizz yang dipertahankan.
3. Tidak ada CIN Kredit/Prioritas/Bizz, maka CIN
terlama dipertahankan (dgn catatan CIN terlama
harus dipastikan sudah lengkap dan update/terkini).

Catatan :
Detil penentuan CIN yang dipertahankan dan hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam proses penggabungan CIN ganda
dapat dilihat Panduan Kerja Customer Service - Produk Dana.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 29


Gambaran Umum APU dan PPT

Pemantauan Nasabah
Diduga Terorisme

Pemeliharaan database Daftar Teroris

Untuk mencegah Bank tidak digunakan untuk


kegiatan terorisme, Bank wajib :

▪ Memelihara database Dasar Teroris yang dipublikasikan


oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa atau organisasi
internasional atau informasi dari pihak berwenang;
▪ Memelihara Daftar Terduga Teroris dan Organisasi
Teroris yang dipublikasikan oleh Kapolri melalui Bank
Indonesia.
▪ Memastikan secara berkala nama-nama Nasabah yang
memiliki kesamaan atau kemiripan dengan nama yang
tercantum dalam database Daftar Teroris;
▪ Dalam hal terdapat kemiripan nama Nasabah dengan
nama yang tercantum dalam database Daftar Teroris,
maka Bank wajib memastikan kesesuaian identi as
Nasabah tersebut dengan informasi lain yang terkait,
antara lain: tempat / tanggal lahir dan alamat Nasabah;
▪▪ Dalam hal terdapat kesamaan nama Nasabah dan
kesamaan informasi lainnya dengan nama yang
tercantum dalam database Da ar Teroris, maka Bank
wajib melaporkan Nasabah tersebut dalam Laporan
Transaksi Keuangan Mencurigakan.

Catatan :
Tindak lanjut cabang terhadap database Teroris
SKK - KP akan menginformasikan ke cabang pemilik Cabang yang menerima informasi dari SKK-KP terkait
rekening apabila ada nasabah yang datanya diduga mirip teroris.
dengan database Teroris, maka :

▪ Cabang pemilik rekening harus melakukan verifikasi


untuk memastikan keyakinan atas kemiripan data teroris
tsb.
▪▪ Apabila cabang “meyakini” nasabah tersebut sebagai
teroris maka cabang wajib melaporkan nasabah
tsb dengan membuat laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan melalui aplikasi STIM - AML.
▪ Khusus nasabah yang tercantum dalam Daftar Terduga
Teroris yang dipublikasikan oleh Kapolri, wajib diblokir
setelah menerima surat perintah blokir dari lembaga
berwenang.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 30


Gambaran Umum APU dan PPT

Beneficial Owner

Terhadap Beneficial Owner, Bank wajib


memperoleh bukti atas identitas dan/atau
informasi lainnya yang sama dengan calon
Nasabah sebagaimana dimaksud pada Tabel 1, Tabel
3 dan Tabel 4, ditambah dengan Tabel 5 (lihat
Lampiran ).

Terhadap Nasabah perusahaan, yang termasuk


sebagai pengendali adalah yang memenuhi hal-hal
sebagai berikut :

▪▪ memiliki saham perusahaan baik secara


langsung maupun tidak langsung sebesar 25%
atau lebih dari jumlah saham yang dikeluarkan
dan mempunyai hak suara; atau
▪▪ memiliki saham perusahaan kurang dari
Bank wajib memastikan apakah calon Nasabah atau 25% dari jumlah saham yang dikeluarkan dan
WIC mewakili Beneficial Owner (BO) untuk mempunyai hak suara namun yang bersangkutan
membuka hubungan usaha atau melakukan transaksi dapat dibukti an telah melakukan Pengendalian
dengan Bank. perusahaan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Apabila calon Nasabah atau WIC mewakili


Beneficial Owner untuk membuka hubungan usaha
Catatan :
atau melakukan transaksi, maka Bank wajib
Yang termasuk sebagai pengendali akhir adalah
melakukan prosedur CDD (identifikasi dan verifikasi)
apabila perorangan atau badan hukum yang
terhadap Beneficial Owner yang sama ketatnya
secara langsung maupun tidak langsung memiliki
dengan prosedur CDD bagi calon Nasabah atau WIC.
saham perusahaan dan merupakan pengendali
terakhir dari perusahaan dan/atau keseluruhan
struktur kelompok usaha yang mengendalikan
perusahaan.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 31


Gambaran Umum APU dan PPT

Nasabah perorangan yang termasuk sebagai Apabila Beneficial Owner berupa lembaga
pengendali adalah apabila memiliki kepentingan atas pemerintah atau perusahaan yang terdaftar di bursa
suatu transaksi yang dilakukan. efek (listing), maka kewajiban penyampaian
dokumen dan/atau identitas pengendali akhir
dikecualikan atau tidak berlaku. Dalam hal ini
Dokumen identitas pemilik atau pengendali akhir
termasuk terhadap nasabah perusahaan yang
dapat berupa surat pernyataan atau dokumen
merupakan anak perusahaan (subsidiary) dari
lainnya yang memuat informasi mengenai identitas
perusahaan yang terdaftar di bursa efek (listing),
pemilik atau pengendali akhir.
dimana kepemilikan perusahaan induk adalah
mayoritas.

Beneficial Owner yang mendapatkan pengecualian


wajib didokumentasikan.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 32


Gambaran Umum APU dan PPT

Permintaan Informasi
Walk In Customer (WIC)
Permintaan informasi WIC yang
bertransaksi Rp 100 juta atau lebih
Untuk transaksi yang bernilai Rp 100 juta atau lebih
atau yang setara (dalam valas), yang dilakukan oleh Non
Nasabah (Walk in Customer/WIC) berlaku hal berikut :
▪▪ Untuk Setoran (baik terkait rekening BCA maupun
tidak terkait rekening BCA) , maka penyetor WIC wajib
memberi informasi ”sumber dana” dan”tujuan transaksi”,
serta mengisi ”data lengkap” WIC menggunakan
Formulir Data Pelaku Transaksi Rp 100 juta atau lebih
dan fotokopi identitas penyetor, serta dokumen
pendukung lainnya (antara lain dokumen terkait NPWP)
Langkah Tindakan
1 Terima Bukti Setoran/Slip Transaksi dan uang tunai
(bila transaksi dengan tunai) dari Non Nasabah (Walk-
in Customer / WIC).
2 Periksa kelengkapan dan kebenaran pengisian Bukti
Setoran/Slip Transaksi sesuai dengan transaksi yang
diinginkan oleh Non Nasabah / WIC.
3 Periksa keaslian uang dan hitung kebenaran jumlah
uang (bila transaksi tunai).
4 ▪ Pastikan informasi sumber dana dan tujuan
transaksi sudah diisi lengkap
▪ minta bukti identtas asli penyetor untuk di fotokopi
▪ minta penyetor untuk mengisi dengan lengkap
Formulir Data Pelaku Transaksi Rp 100 juta
atau lebih

Catatan :
Bank wajib menolak melaksanakan transaksi,
apabila :
▪▪ WIC tidak mau mengisi ormulir Data Pelaku
Transaksi Rp 100 juta atau lebih; atau
▪▪ identi as WIC diragukan kebenarannya

5 Lakukan transaksi yang diinstruksikan Nasabah/WIC


sesuai prosedur yang berlaku.
6 Simpan Bukti Setoran, Formulir Data Pelaku Transaksi
Rp 100 juta atau lebih dan fotokopi bukti identitas
serta dokumen pendukung WIC. Catatan :
Informasi Data WIC dapat dilihat pada Tabel 2 (lampiran)

▪▪ Untuk Tarikan, WIC menarik tunai menggunakan Cek BCA


dengan nominal Rp 100 juta atau lebih, maka WIC wajib :
1. mengisi Formulir Data Pelaku Transaksi Rp 100 juta
atau lebih, dan
2. copy identitas serta dokumen pendukung WIC

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 33


Gambaran Umum APU dan PPT

Formulir Data Pelaku Transaksi Rp 100 juta atau Lebih - PERORANGAN

IDS 206/C/203 RA IB/6B/10T

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 34


Gambaran Umum APU dan PPT

Formulir Data Pelaku Transaksi Rp 100 juta atau Lebih - PERUSAHAAN

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 35


Gambaran Umum APU dan PPT

Permintaan informasi WIC yang


bertransaksi di bawahRp 100 juta

Untuk transaksi yang bernilai di bawah Rp 100 juta (baik


rupiah maupun valas) yang dilakukan oleh Non Nasabah/
WIC, berlaku hal-hal berikut :

▪▪ Penyetor/pelaku transaksi adalah ”WIC Perorangan”


maka penyetor/pelaku transaksi wajib memberi
informasi nama lengkap, nomor identitas, dan alamat
tempat tinggal (dibukti an dengan menunjukan
dokumen identitas asli).
▪▪ Penyetor/pelaku transaksi adalah ”WIC Perusahaan”
maka penyetor/pelaku transaksi wajib memberi
informasi nama perusahaan dan alamat kedudukan.

Langkah Tindakan
1 Terima Bukti Setoran/ Formulir Transaksi dan uang
tunai (bila transaksi dengan tunai) dari Walk in
Customer/WIC
2 Periksa kelengkapan dan kebenaran pengisian Bukti
Setoran/ Formulir Transaksi.
3 Periksa keaslian uang dan hitung kebenaran jumlah
uang (untuk transaksi tunai).
4 ▪▪ Apabila penyetor/pelaku transaksi adalah Walk in
Customer (WIC) Perorangan, maka :
1. minta bukti identitas asli dari WIC,
2. dan cocokkan dengan informasi yang tertulis pada
Bukti Setoran/ Formulir Transaksi.
▪▪ Apabila penyetor/pelaku transaksi adalah Walk
in Customer (WIC) Perusahaan, pastikan nama
perusahaan dan alamat kedudukan sudah terisi
lengkap

Catatan :
Bank wajib menolak melaksanakan transaksi WIC,
apabila
▪ WIC tidak mau memberikan informasi /
menunjukkan dokumen identitas, atau
▪ Identitas diragukan kebenarannya.

5 Lakukan transaksi yang diinstruksikan WIC sesuai


prosedur yang berlaku.
6 Simpan Bukti Setoran/Formulir Transaksi.
Proses transaksi sudah selesai.

Catatan :
Informasi Data WIC dapat dilihat pada Tabel 2 (lampiran).

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 36


Gambaran Umum APU dan PPT

Contoh Pengisian
Bukti Setoran

Contoh 1 : Walk In Customer melakukan transaksi Rp 100 juta atau lebih *)

Contoh 2: Walk In Customer melakukan transaksi di bawah Rp 100 juta *)

*) Karena ≥ Rp 100juta, WIC wajib mengisi Form Data Pelaku Transaksi Rp 100 juta atau Lebih – Perusahaan dan kopi
identitas. Informasi sumber dana dan tujuan transaksi wajib diisi.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 37


Gambaran Umum APU dan PPT

Contoh 3: Nasabah melakukan transaksi Rp 100 juta atau lebih

Contoh 4: Nasabah melakukan transaksi di bawah Rp 100 juta

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 38


Gambaran Umum APU dan PPT

Contoh 5: Nasabah Perusahaan melakukan transaksi Rp 100 juta atau lebih

Contoh 6: Walk In Customer Perusahaan melakukan transaksi Rp 100 juta atau lebih

*) Karena ≥ Rp 100juta, WIC wajib mengisi Form Data Pelaku Transaksi Rp 100 juta atau Lebih – Perusahaan dan kopi
identitas. Informasi sumber dana dan tujuan transaksi wajib diisi.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 39


Gambaran Umum APU dan PPT

Transfer Dana

Pengantar

Transfer dana adalah transaksi yang dilakukan Nasabah


/Walk In Customer (WIC) untuk memindahkan dananya
ke rekening lain, baik rekening dalam satu wilayah Negara
maupun antar Negara.

Ketentuan dalam transfer dana

Dalam kegiatan transfer dana, Bank perlu melakukan hal - hal berikut :

1. Ketentuan yang berlaku bagi Bank Pengirim, yaitu :

1.1. Bank Pengirim wajib memperoleh informasi dan melakukan identitasi serta
verifikasi terhadap Nasabah/WIC pengirim dan/atau Nasabah/WIC penerima, paling
kurang meliputi

▪ Nama Nasabah atau WIC pengirim;


▪ Nomor rekening Nasabah pengirim, atau nomor dokumen identitas, nomor identifkasi,
atau tempat dan tanggal lahir dari WIC pengirim. Nomor identi asi adalah nomor
yang secara unik mengidentifikasikan WIC pengirim dari Bank Pengirim dengan data
informasi yang dikelola oleh Bank Pengirim. Dengan demikian nomor identi asi berbeda
dengan nomor transaksi;
▪▪ Alamat Nasabah atau WIC pengirim;
▪▪ Sumber dana Nasabah atau WIC pengirim;
▪▪ Nama Nasabah atau WIC penerima;
▪▪ Nomor rekening Nasabah penerima atau alamat WIC penerima;
▪▪ Jumlah uang dan jenis mata uang; dan
▪▪ Tanggal transaksi.
1.2. Dalam hal Nasabah/WIC Pengirim menolak untuk memenuhi permintaan informasi
sebagaimana dimaksud pada butir 1.1 diatas, maka Bank Pengirim wajib menolak
melaksanakan perintah transfer.

1.3. Seluruh kegiatan transfer dana wajib didokumentasikan sesuai ketentuan yang berlaku.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 40


Gambaran Umum APU dan PPT

2. Ketentuan yang berlaku bagi Bank Penerus

2.1. Memastikan kelengkapan informasi mengenai Nasabah/WIC pengirim dan Nasabah/


WIC penerima sebagaimana dimaksud pada bagian 1 butir 1.1 di tas.

2.2. Meneruskan pesan dan perintah transfer dana yang diterima dari Bank Pengirim.

2.3. Seluruh informasi yang diterima dari Bank Pengirim, sebagai pihak yang pertama kali
mengeluarkan perintah transfer dana, wajib didokumentasikan sesuai ketentuan yang berlaku.

3. Ketentuan yang berlaku bagi Bank Penerima

3.1. Melakukan pemantauan terhadap kelengkapan informasi Nasabah/WIC pengirim dan


Nasabah/WIC penerima dalam transaksi transfer dana dari luar wilayah Indonesia baik pada
saat transaksi dilakukan (real-time monitoring) maupun setelah transaksi dilakukan (post-event
monitoring).

3.2. Seluruh informasi yang diterima dari Bank Pengirim, sebagai pihak yang pertama kali
mengeluarkan perintah transfer dana, wajib didokumentasikan sesuai ketentuan yang berlaku.

3.3. Dalam hal Bank Penerima menerima perintah transfer dari Bank Pengirim di dalam
wilayah Indonesia yang tidak dilengkapi dengan informasi sebagaimana dimaksud pada bagian
1 butir 1.1 di atas,namun hanya dilengkapi dengan informasi nomor rekening Nasabah
Pengirim atau nomor referensi transaksi Nasabah/WIC Pengirim, maka Bank Penerima dapat
meminta secara tertulis informasi yang dibutuhkan kepada Bank Pengirim.

Catatan :
Ketentuan mengenai prosedur transfer dana tidak berlaku
bagi :
▪ Transfer dana yang menggunakan kartu debet, kartu ATM
maupun kartu kredit.
▪▪ Transfer dana yang dilakukan antar penyedia jasa
keuangan dan untuk kepentingan penyedia jasa
keuangan dimaksud, seperti transfer dana yang dilakukan
oleh Nasabah perusahaan berupa perusahaan sekuritas
untuk tujuan kegiatan sekuritas Nasabah dimaksud.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 41


Gambaran Umum APU dan PPT

Pelaporan transaksi transfer dana

Berikut ini ketentuan pelaporan transaksi transfer dana.

▪▪ Apabila terdapat transfer dana, baik yang


merupakan incoming atau outgoing, berasal
dari dalam negeri atau lintas negara yang
memenuhi kriteria mencurigakan, maka transfer
dana tersebut wajib dilaporkan sebagai Laporan
Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM)
kepada PPATK. Dalam hal ini termasuk transfer
dana yang terkait dengan transaksi pendanaan
terorisme.

▪▪ Untuk kegiatan transfer dana dari dan ke luar


negeri, maka transfer dana tersebut wajib
dilaporkan kepada PPATK dengan berpedoman
pada ketentuan yang dikeluarkan oleh PPATK.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 42


Gambaran Umum APU dan PPT

Kewajiban Pelaporan
ke PPATK

Jenis laporan yang disampaikan ke PPATK Jangka waktu laporan

Jenis laporan yang wajib disampaikan Bank kepada Pusat No Jenis Laporan Jangka Waktu
Pelapor dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) adalah : 1 Laporan Transaksi Keuangan 3 (tiga) hari kerja sejak
- Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM)/ Mencurigakan termasuk mengetahui unsur yang
Suspicious Transaction Report (STR) transaksi yang diduga terkait mencurigakan
dengan kegiatan/pendanaan
- Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT)/ Cash
terorisme
Transaction Report (CTR) 2 Laporan Transaksi Keuangan 14 hari kerja sejak
- Laporan Transaksi Transfer Dana dari dan ke Luar Negeri Tunai Rp 500 juta atau lebih tanggal transaksi
(LTKL)/International Fund Transfer Instruction (IFTI) Catatan :
Dari Cabang ke KP
Catatan : maksimal 3 Hari kerja
- LTKL/IFTI wajib dilaporakan untuk seluruh jumlah transaksi 3 Laporan Transaksi Transfer 14 hari kerja sejak
- Pelaporan LTKL/IFTI ke PPATK dikoordinaksikan langsung Dana dari/dan ke Luar Negeri tanggal transaksi
oleh SKK - KP

Sanksi tidak lapor ke PPATK


Sanksi bagi Bank yang dengan sengaja tidak menyampaikan
Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (STR), laporan
Transaksi Keuangan Tunai (CTR) dan/atau laporan
Transaksi Transfer Dana dari/dan ke Luar Negeri (IFTI)
kepada PPATK, berupa:
a. Peringatan/teguran terltulis;
b. Pengumuman kepada publik mengenai tindakan atau
sanksi; dan/atau
c. Denda administratif

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 43


Gambaran Umum APU dan PPT

Kriteria transaksi keuangan mencurigakan

Suatu transaksi dapat dikategorikan sebagai Transaksi


Keuangan Mencurigakan, apabila memenuhi satu atau lebih
kriteria berikut.

▪▪ Transaksi keuangan yang menyimpang dari karakteristik,


profil, atau kebiasaan pola transaksi dari nasabah yang
bersangkutan.
▪▪ Transaksi keuangan oleh nasabah yang patut diduga,
dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan
yang wajib dilaporkan oleh Bank sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang.
▪▪ Transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan
dengan menggunakan harta kekayaan yang diduga
berasal dari hasil tindak pidana
▪▪ Transaksi keuangan yang diminta oleh PPATK untuk
dilaporkan oleh Pihak Pelapor karena melibatkan harta
kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana

Catatan :
Kantor Cabang / Unit Kerja Operasional di Kantor Pusat
harus segera melaporkan kepada SKK - KP apabila
transaksi nasabah diyakini mengandung salah satu
unsur mencurigakan. Selanjutnya SKK akan melaporkan
kepada PPATK.

Pihak yang dilaporkan dalam Kriteria transaksi keuangan tunai


laporan transaksi Tunai yang wajib dilaporkan ke PPATK

Sesuai peraturan Kepala PPATK, berikut adalah pihak-pihak Yang dimaksud dengan transaksi keuangan tunai yang
yang dilaporkan dalam pelaporan transaksi keuangan tunai wajib dilaporkan ke PPATK adalah Transaksi Keuangan
ke PPATK : Tunai (ada fisik uang tunai kertas /logam) paling sedikit Rp
500 juta atau dalam mata uang asing yang setara, yang
Untuk transaksi setoran, yang dilaporkan adalah : dilakukan dalam 1 kali atau beberapa kali transaksi dalam
▪▪ Penerima dana, dan 1 hari kerja.
▪▪ Penyetor/pengirim dana

Untuk transaksi tarikan, yang dilaporkan adalah :


▪▪ Pemilik rekening dana (rekening tertarik), dan
▪▪ Penarik dana

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 44


Gambaran Umum APU dan PPT

Pengecualian laporan
Transaksi Keuangan Tunai
Transaksi keuangan tunai yang dikecualikan dari kewajiban
pelaporan, adalah :

Transaksi Tunai antar Penyedia Jasa Keuangan (PJK)

Transaksi Tunai untuk Pembayaran Gaji /Pensiun

Transaksi Tunai dengan Pemerintah, antara lain :


▪▪ pemerintah pusat; pemerintah daerah;
kementerian;
▪▪ lembaga pemerintah non kementerian;
▪▪ badan-badan pemerintah lainnya; dan/atau
▪▪ lembaga lain yang sumber pembiayaan berasal
dari anggaranpendapatan dan belanja negara,
dan/atau anggaran pendapatan dan belanja
daerah.

Transaksi Tunai lain yang ditetapkan oleh


Kepala PPATK, antara lain :
▪ Usaha perkebunan
▪ Pengelola jalan Tol
▪ Hypermarket, Supermarket, department store,
dan usaha sejenis
▪ Pengelola jasa perparkiran
▪ Stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU)
▪ Maskapai penerbangan
▪ Perusahaan pelayaran, angkutan sungai/danau
dan penyeberangan
▪ Lembaga pendidikan formal
▪ Operator telekomunikasi
▪ Pengelola rumah sakit
▪ Penyedia tenaga listrik
▪ Perusahaan daerah air minum atau yang sejenis;
▪ Organisasi-organisasi internasional yang
anggotanya adalah Negara, misalnya Perserikatan
Bangsa Bangsa, International Monetary Funds,
Asian Development Bank, dan World Bank
▪ Perwakilan negara asing

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 45


Gambaran Umum APU dan PPT

Alur pelaporan transaksi mencurigakan

Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (STR)

Cabang SKK-KP PPATK


Harus memastikan txn ybs : Review STR yang dikirim Paling lambat 3 hari kerja
▪ mengandung unsur yang Cabang sejak meyakini unsur
mencurigakan, atau mencurigakan
▪▪ terkait salah satu dari 26
tindak pidan

Yang terkait salah satu dari 26 Tindak Pidana :


1. Nsb menjadi tersangka/terdakwa TPPU di Media Masa
2. Nsb yg rekeningnya diblokir oleh penegak hukum/ instansi berwenang terkait
TPPU
3. Nsb yg mutasinya diminta oleh penegak hukum/ instansi berwenang krn menjadi
tersangka TPPU

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 46


Gambaran Umum APU dan PPT

Alur Pelaporan transaksi tunai

Kewajiban Penginputan data pelaku transaksi tunai pada BDS - IDS

Setiap transaksi (setoran/tarikan) tunai rupiah dengan nominal >= Rp. 100 Juta wajib diinput data pelaku pada BDS - IDS, sbb :

Pelaku transaksi Nasabah Pelaku Transaksi WIC


- Nama Nasabah - Nama WIC
- Jenis ID (5) - Jenis ID (1-4)
- Nomor Rekening - Nomor Identitas

Keterangan Jenis ID
1. KTP
2. SIM
3. Paspor
4. Nomor Ijin Usaha (untuk WIC Organisasi)
5. Nomor Rekening (untuk Nasabah perorangan dan Organisasi)

Proses Pelaporan Transaksi Tunai


Laporan Transaksi Keuangan Tunai Rp 500 Juta atau lebih yang wajib dilaporkan (CTR), berlaku ketentuan berikut :

Transaksi Setoran :
Untuk transaksi tunai terkait rekening Tabungan/Giro/Pembayaran Kartu Kredit
- Penerima dana dan penyetor nasabah -> terlapor secara otomatis oleh Kantor Pusat ke PPATK
- Penyetor WIC -> memunculkan Laporan WIC Pelaku transaksi tunai (R-5354) yang harus ditindaklanjuti oleh cabang

Transaksi Tarikan :
Untuk transaksi tunai terkait rekening Tabungan/Giro
- Rekening tertarik dan penarik nasabah -> terlaporkan secara otomatis oleh Kantor Pusat ke PPATK
- Penyetor WIC -> memuncukan Laporan WIC Pelaku transaksi tunai (R-5354) yang harus ditindaklanjuti oleh cabang

Transaksi Tunai Lainnya :


Untuk transaksi Kiriman Uang, Jual-beli Banknotes, TC, Bankdraft, Deposito, rekening valas -> Cabang wajib
melaporkan ke SKK melalui penginputan pada Aplikasi STIM - AML.

Tindak lanjut cabang atas Laporan WIC Pelaku Transaksi Tunai (R-5354) :
1. Siapkan dokumen transaksi WIC yang namanya muncu pada Laporan R- 5354
2. Lakukan inquiry pada BDS-IDS menu 7810 berdasarkan jenis ID dan Nomor Identitas
- Apabila data masih belum lengkap -> input data WIC sesuai dokumen transaksi WIC
- Apabila data sudah lengkap -> cocokkan data pada menu 7810 dengan d ata pada dokumen transaksi, lakukan
update apabila terdapat perubahan data

Catatan :
- R-5354 wajib ditindaklanjuti daam jangka waktu maksimal 3 hari kerja sejak diterima oleh cabang
- Penginputan data WIC harus dimonitor berdasarkan Laporan R-5354 oleh pejabat berwenang di cabang yaitu
KOC (untuk KCU) dan Kepala KCP (untuk KCP)
- Setiap transaksi tunai oleh WIC yang sudah muncul dalam Laporan R-5354 dan sudah ditindaklanjuti, tidak perlu
dilaporkan kembali melalui Aplikasi STIM-AML.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 47


Gambaran Umum APU dan PPT

Kerahasiaan Pelaporan
STR (Anti Tipping – off)

Kerahasiaan pelaporan transaksi


keuangan mencurigakan (anti tipping-off)

1. Anti Tipping-off adalah satu ketentuan dalam UU


Tindak Pidana Pencucian Uang yang melarang direksi,
pejabat atau pegawai bank memberitahukan kepada
nasabah atau orang lain, baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan cara apapun mengenai
laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan yang
sedang disusun atau telah disampaikan kepada PPATK.
2. Ketentuan mengenai larangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak berlaku untuk pemberian informasi
kepada Lembaga Pengawas dan Pengatur.

Pelaporan dan informasi mengenai Transaksi Keuangan


Mencurigakan baik dari Unit Kerja Kantor Pusat dan Kantor
Cabang kepada SKK-KP, maupun dari SKK-KP kepada PPATK
bersifat rahasia.

Tujuan anti tipping-off

Tujuan diberlakukannya ketentuan anti tipping–off adalah :

1. Untuk mencegah agar nasabah yang dilaporkan


mencurigakan, tidak mengalihkan dananya atau
melarikan diri sehingga mempersulit aparat penegak
hukum dalam melakukan pelacakan kasus tersebut.
2. Untuk menjaga efektifitas penyelidikan dan
penyidikan tindak pidana pencucian uang

Sanksi membocorkan
laporan transaksi mencurigakan (STR)
Bagi pelanggar anti tipping–off (membocorkan laporan
Transaksi Keuangan Mencurigakan/ STR) dapat dikenakan
sanksi berupa :

▪ Pidana Penjara
, Paling paling lama 5 (lima) tahun, dan
▪ Pidana Denda
, Paling paling banyak Rp 1 Milyar.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 48


Gambaran Umum APU dan PPT

Penatausahaan Dokumen
(Arsip)

Penatausahaan dokumen pendukung

Kantor Cabang atau unit kerja operasional di Kantor Pusat


harus menatausahakan (mengarsip) fotokopi dokumen
identitas (setelah dilakukan pencocokan dengan dokumen
asli) dan fotokopi dokumen pendukung yang dipersyaratkan,
yang mencakup:

Bank wajib menatausahakan data atau dokumen


dengan baik sebagai upaya untuk membantu pihak
yang berwenang dalam melakukan penyidikan
terhadap dana-dana yang diindikasikan berasal dari
hasil kejahatan atau membantu pelaksanaan tugas dari
otoritas berwenang. Dengan demikian, dokumen yang
dimiliki/disimpan Bank harus akurat dan lengkap,
sehingga mudah pencariannya jika diperlukan.

Jangka waktu penatausahaan dokumen adalah sebagai berikut :


▪▪ dokumen yang terkait dengan data Nasabah atau WIC dengan jangka waktu paling kurang 5 (lima)
tahun sejak:
▪▪ berakhirnya hubungan usaha dengan Nasabah; atau
▪▪ transaksi dilakukan dengan WIC.
▪▪ dokumen Nasabah atau WIC yang terkait dengan transaksi keuangan dengan jangka waktu
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Dokumen Perusahaan.

Dokumen yang ditatausahakan paling kurang mencakup :


▪ identitas Nasabah atau WIC; dan
▪ informasi transaksi yang antara lain meliputi jenis dan jumlah m ta uang yang digunakan, tanggal
perintah transaksi, asal dan tujuan transaksi, serta nomor rekening yang terkait dengan transaksi.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 49


Gambaran Umum APU dan PPT

Contoh Transaksi dan


BAB III Perilaku yang Mencurigakan

Transaksi keuangan mencurigakan dengan pola


transaksi tunai dalam jumlah besar

Berikut ini adalah contoh transaksi keuangan mencurigakan


dengan menggunakan pola transaksi tunai dalam jumlah
besar.

▪▪ Penukaran uang tunai berdenominasi kecil dalam jumlah


besar dengan uang tunai berdenominasi besar.
▪▪ Pembelian atau pembayaran atas mata uang asing dalam
jumlah yang besar dengan menggunakan cash settlement
walaupun nasabah memiliki rekening di bank.
▪▪ Penarikan sejumlah besar uang yang sering dilakukan
dengan menggunakan cek, termasuk traveler cheques.
▪▪ Penarikan sejumlah besar uang tunai yang sering dilakukan
yang tidak sesuai dengan aktivitas bisnis nasabah.

▪▪ Sejumlah uang tunai ditarik dari rekening yang semula


tidak aktif (dormant account) atau dari rekening yang
baru saja menerima kredit yang tak terduga dalam jumlah
besar dari luar negeri.
▪▪ Transaksi perusahaan, baik setoran maupun penarikan
dengan jumlah yang sangat besar dan di luar kewajaran,
yang biasanya dilakukan dengan operasi komersial yang
normal dari perusahaan, misalnya cek, LC, bill of exchange
namun dilakukan dengan uang tunai.
▪▪ Penyetoran uang tunai dengan cara menggunakan banyak
slip penyetoran dalam jumlah kecil, yang bila digabungkan
maka jumlahnya menjadi sangat besar.

▪▪ Penyetoran dalam bentuk tunai untuk penyelesaian


tagihan wesel, transfer atau instrumen pasar uang lainnya.
▪▪ Nasabah yang depositnya terdiri dari mata uang palsu dan
instrument tiruan.
▪▪ Penyetoran uang tunai dalam jumlah besar dengan
menggunakan ATM dimalam hari, untuk menghindari
hubungan langsung dengan bank.
▪▪ Nasabah membuat penyetoran uang tunai dalam jumlah
besar dan frekuensi yang tinggi, tetapi penarikan cek
atas rekening lebih banyak ditujukan untuk rekening
pihak ketika yang tidak erkait dengan bisnisnya.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 50


Gambaran Umum APU dan PPT

▪▪ Beberapa Nasabah datang ke bank secara bersamaan dan


menuju teller yang berbeda untuk melakukan penarikan
atau penyetoran dalam jumlah besar atau melakukan
transaksi penukaran uang asing.
▪▪ Terdapat penarikan secara tunai dalam jumlah yang besar
dan dalam waktu yang sama langsung disetorkan ke
rekening yang lain.
▪▪ Kegiatan pemecahan jumlah transaksi yang dilakukan
secara tunai menjadi jumlah yang lebih kecil (structuring)
untuk menghindari kewajiban pelaporan transaksi tunai.

Transaksi keuangan mencurigakan dengan


pola yang tidak rasional secara ekonomis

Berikut ini adalah contoh transaksi keuangan mencurigakan dengan menggunakan pola yang tidak rasional
secara ekonomis.

▪▪ Penarikan atau penyetoran dalam jumlah besar


▪▪ Hubungan nasabah dengan Bank dimana nasabah
dari rekening nasabah yang semula tidak aktif atau
memiliki banyak rekening pada bank yang sama,
dari rekening nasabah yang menerima setoran
dan sering melakukan transfer kepada beberapa
dalam jumlah besar dari luar negeri tanpa didukung
rekening yang dimiliki tersebut atau melakukan
dengan alasan yang memadai dan tidak terdapat
transfer dalam jumlah yang significant.
adanya keterkaitan antara nasabah dengan kegiatan
▪▪ Transaksi di mana dana yang baru saja disetorkan
usaha nasabah.
kemudian diambil kembali secara tiba-tiba kecuali
▪▪ Ketentuan bank garansi atau ganti rugi sebagai
apabila terdapat alasan yang jelas atas penarikan
jaminan untuk pinjaman antara pihak keti a yang
secara tiba-tiba tersebut.
tidak sesuai den an kondisi pasar.
▪▪ Transaksi yang tidak dapat direkonsiliasi dengan
▪▪ Back to back loans tanpa ada tujuan yang dapat
aktivitas yang biasa dilakukan oleh nasabah,
diidentifikasi dan dapat diterima secara hukum.
contohnya, penggunaan Letter of Credits dan
▪▪ Terdapat transaksi penyetoran uang tunai pada
metode pendanaan perdagangan lainnya yang
suatu bank yang pada saat yang sama langsung
memindahkan uang dari Negara satu ke Negara
dilakukan penarikan pada bank yang lokasinya
lainnya dimana perdagangan dimaksud tidak
berbeda.
konsisten dengan bisnis yang biasa dilakukan oleh
▪▪ Jumlah dan frekuensi transaksi di luar kebiasan
nasabah.
yang biasa dilakukan sebelumnya dan tidak sesuai
dengan sifat dan jenis industri (transaksi di luar
profil nasabah)

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 51


Gambaran Umum APU dan PPT

Transaksi keuangan mencurigakan dengan


pola transaksi transfer dana

Berikut ini adalah contoh transaksi keuangan mencurigakan


dengan menggunakan pola transaksi transfer dana.

▪▪ Transfer dana untuk dan dari pusat keuangan luar


negeri (offshore financial center) yang berisiko
tinggi tanpa alasan usaha yang jelas.

▪▪ Adanya transfer dana yang masuk ke dalam rekening


nasabah yang jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan
pendapatan atau penghasilan nasabah.

▪▪ Adanya transfer dana yang cukup besar secara tiba


tiba ke rekening nasabah yang tergolong rekening tidak
aktif.
▪▪ Penerimaan dana dalam beberapa tahap dengan
perbedaan jumlah yang signifikan antara penerimaan
yang pertama dengan penerimaan berikutnya.

▪▪ Adanya penerimaan transfer dana dalam beberapa


tahap dan setelah mencapai akumulasi jumlah
tertentu (dalam jumlah besar), ditransfer keluar secara
sekaligus.

▪▪ Adanya transaksi dana masuk dan dana keluar yang


jumlahnya sama atau hampir yang dilakukan dalam
waktu yang relatif singkat (waktu antara dana masuk
dan dana keluar).

▪▪ Penerimaan/pembayaran dana dalam kegiatan ekspor


impor yang tidak diser ai dokumen yang lengkap.
▪▪ Transfer dana dari atau ke pihak yang tergolong high
risk.
▪▪ Penerimaan/pembayaran dana dengan menggunakan
lebih dari 1 (satu) rekening baik atas nama yang sama
atau atas nama yang berbeda.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 52


Gambaran Umum APU dan PPT

Transaksi dengan menggunakan


rekening Bank
Berikut ini adalah contoh transaksi keuangan mencurigakan
dengan pola transaksi menggunakan rekening Bank.

▪▪ Pemeliharaan beberapa rekening atas nama pihak lain


yang tidak sesuai dengan jenis kegiatan usaha nasabah;
▪ Terdapat pemecahan transaksi melalui penyetoran secara
tunai dalam jumlah kecil ke dalam beberapa rekening
sehingga jumlah total penyetoran tersebut menjadi
sangat besar;
▪▪ Penyetoran dan atau penarikan dalam jumlah besar dari
rekening perorangan atau perusahaan yang tidak sesuai
atau tidak terkait dengan usaha nasabah;
▪ Pembayaran dari rekening nasabah yang dilakukan setelah
adanya penyetoran tunai kepada rekening dimaksud pada
hari yang sama atau pada hari yang berdekatan;
▪▪ Penarikan dalam jumlah besar dari rekening nasabah
yang semula tidak aktif atau dari rekening nasabah yang
menerima setoran dalam jumlah besar dari luar negeri;
▪▪ Pihak yang mewakili perusahaan selalu menghindar untuk
berhubungan dengan petugas Bank;

▪▪ Peningkatan yang besar atas penyetoran tunai atau


negotiable instruments oleh suatu perusahaan dengan
menggunakan rekening klien perusahaan, khususnya
apabila penyetoran tersebut langsung ditransfer di antara
rekening klien lainnya;
▪▪ Penolakan oleh nasabah untuk menyediakan tambahan
dokumen atau informasi penting, yang apabila diberikan
memungkinkan nasabah menjadi layak untuk memperoleh
fasilitas pemberian kredit atau jasa perbankan lainnya;
▪▪ Penolakan nasabah terhadap fasilitas perbankan yang
lazim diberikan, seperti penolakan untuk diberikan ting at
bunga yang lebih tin gi terhadap jumlah saldo tertentu;
▪ Pembayaran dengan cek kepada pihak ketita dalam
jumlah besar yang dilakukan oleh nasabah besar.
▪▪ Sebuah rekening dibuka atas nama pedagang valuta asing
yang menerima structured deposits.
▪ Rekening atas nama sebuah perusahaan offshore dengan
structured movement of funds.
▪▪ Penyetoran dana dengan menggunakan cek perusahaan
ke rekening pegawai yang dilakukan secara berkala.
▪▪ Transfer dana dari rekening perusahaan kepada rekening
pegawai atau sebaliknya.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 53


Gambaran Umum APU dan PPT

Transaksi transfer ke Luar Negeri


Berikut ini adalah contoh transaksi keuangan mencurigakan dengan pola transfer ke Luar Negeri.

▪▪ Pengenalan nasabah oleh kantor cabang di luar negeri, perusahaan afiliasi atau bank lain yang berada di negara
yang diketahui sebagai tempat produksi atau perdagangan narkotika;
▪ Penggunaan Letter of Credits (L/C) dan instrumen perdagangan internasional lain untuk memindahkan dana antar
negara dimana transaksi perdagangan tersebut tidak sejalan den an kegiatan usaha nasabah;
▪▪ Penerimaan atau pengiriman transfer oleh nasabah dalam jumlah besar ke atau dari negara yang diketahui merupakan
negara yang terkait dengan produksi, proses, dan atau pemasaran coba terlarang atau kegiatan terorisme;
▪ Penghimpunan saldo dalam jumlah besar yang tidak sesuai dengan karakteristik perputaran usaha nasabah yang
kemudian ditransfer ke negara lain;
▪▪ Permintaan travellers cheques, wesel dalam mata uang asing, atau negotiable instrument lainnya dengan frekuensi
tinggi;

▪▪ Pembayaran dengan menggunakan travellers cheques atau wesel dalam mata uang asing khususnya yang diterbitkan
oleh negara lain dengan frekuensi tinggi.
▪ Walk in Customer (seseorang yang tidak memiliki rekening di bank) tidak dapat memberikan penjelasan yang
memadai atas kegiatan transfer yang dilakukannya dalam jumlah besar ke luar negeri .
▪▪ Transfer yang dilakukan secara berulang-ulang atas sejumlah uang ke luar negeri dibarengi dengan instruksi untuk
membayar beneficiary dalam bentuk uang tunai.

▪▪ Peningkatan yang besar dalam penyetoran uang tunai oleh nasabah tanpa penjelasan yang memadai, terutama
apabila dana tersebut ditransfer kembali ke Luar Negeri dalam waktu yang singkat dengan tujuan transfer tidak
terkait dengan nasabah.
▪▪ Laporan keuangan yang disediakan tidak konsisten dengan turn over bisnis nasabah, dan selanjutnya ditransfer ke
rekening di luar negeri.
▪▪ Transaksi pengiriman uang yang dilakukan dari satu rekening ke rekening lainnya di luar negeri dan sebagai
penerima akhir adalah pengirim yang pertama kali melakukan transaksi baik keseluruhan maupun sebagian
(”U turn” transaction).

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 54


Gambaran Umum APU dan PPT

Transaksi yang berkaitan dengan investasi

Berikut ini adalah contoh transaksi keuangan mencurigakan


yang berkaitan dengan investasi.

▪▪ Pembelian surat berharga untuk disimpan di bank


sebagai kustodian yang seharusnya tidak layak apabila
memperhatikan reputasi atau kemampuan finansial
nasabah.
▪▪ Transaksi pinjaman dengan jaminan dana yang diblokir
(back-to-back deposit/loan transaction ) antara Bank
dengan anak perusahaan, perusahaan afiliasi, atau
institusi perbankan di negara lain yang dikenal sebagai
negara tempat lalu-lintas perdagangan narkotika;
▪▪ Permintaan nasabah untuk jasa pengelolaan investasi
dengan sumber dana investasi yang tidak jelas sumbernya
atau tidak konsisten dengan reputasi atas kemampuan
finansial nasabah.
▪▪ Transaksi surat berharga dalam bentuk uang tunai dalam
jumlah besar yang tidak sesuai dengan profil transaksi
atas.
▪▪ Pembelian dan penjualan surat berharga tanpa tujuan
yang jelas.
▪▪ Transfer jumlah besar atas surat berharga ke rekening
yang tidak memiliki keterkaitan.
▪ Transaksi dengan pihak lawan (counterparty) yang tidak
dikenal atau sifat, jumlah dan frekuensi transaksi yang
tidak lazim
▪ Investor yang diperkenalkan oleh pihak ketika (bank
atau perusahaan afiliasi, atau investor lain) dari negara
yang diketahui umum sebagai tempat produksi atau
perdagangan narkotika.

Transaksi yang berhubungan dengan pihak - pihak yang tidak dapat diidentifikasi

Berikut ini adalah contoh transaksi yang berhubungan dengan pihak-pihak yang tidak dapat
diidentifikasi, yang dapat dikategorikan mencurigakan.

▪ Pihak ketika yang tidak dikenali bank dan tidak memiliki hubungan dengan nasabah
menjanjikan atau menjaminkan tanpa adanya penjelasan yang memadai.
▪▪ Permintaan pembayaran dengan informasi yang tidak akurat tentang pihak yang meminta
informasi tersebut.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 55


Gambaran Umum APU dan PPT

Aktivitas yang dapat dikategorikan ilegal

Berikut ini adalah contoh mencurigakan terkait dengan aktivi as yang dapat dikategorikan
ilegal.

▪ Nasabah diberitakan oleh media massa sebagai seseorang yang diduga terlibat aktivitas
illegal atau tindak pidana.
▪ Rekening nasabah diblokir atas permintaan penegak hukum terkait dengan tindak
pidana/terorisme.
▪▪ Instruksi transfer dana masuk dari Negara tax haven atau Negara yang terkenal dengan
pendanaan terorisme.

Transaksi keuangan mencurigakan melalui


transaksi pinjam meminjam

Berikut ini adalah contoh transaksi keuangan mencurigakan melalui


transaksi pinjam meminjam.

▪ Pelunasan pinjaman bermasalah secara tidak terduga;


▪ Permintaan fasilitas pinjaman dengan agunan yang asal usulnya dari aset yang diagunkan
tidak jelas tau tidak sesuai den an reputasi dan kemampuan finansial nasabah
▪▪ Permintaan nasabah kepada Bank untuk memberikan fasilitas pendanaan dimana porsi
dana sendiri Nasabah dalam fasilitas dimaksud tidak jelas asal usulnya, khususnya apabila
terkait dengan properti

Transaksi keuangan mencurigakan yang


melibatkan karyawan Bank dan atau agen

Berikut ini adalah contoh transaksi keuangan mencurigakan yang melibatkan karyawan Bank
dan atau agen.

▪▪ Peningkatan kekayaan karyawan dan agen Bank dalam jumlah besar tanpa disertai penjelasan
yang memadai;
▪▪ Hubungan transaksi melalui agen yang tidak dilengkapi dengan informasi yang memadai
mengenai penerima akhir (ultimate beneficiary).

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 56


Gambaran Umum APU dan PPT

Tipe - tipe transaksi lainnya

Berikut ini adalah contoh transaksi keuangan mencurigakan dengan tip tipe t ansaksi lainnya.

▪ Pembelian atau penjualan sejumlah besar logam berharga oleh interim customer.
▪ Pembelian cek bank dalam skala besar oleh interim customer.
▪ Perluasan atau peningkatan penggunaaan fasilitas penyetoran/tabungan yang tidak diikuti dengan aktivitas bisnis
atau personal nasabah yang meningkat.
▪ Aktivitas rekening tidak setara dengan profile nasabah (misal: umum , pekerjaan, pendapatan).
▪ Nasabah sering mengubah alamat dan tanda tangan.
▪ Sejumlah besar dana diterima, dan tiba-tiba digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh fasilitas perbankan.

▪▪ Seseorang yang baru berusia sekita 17-26 tahun membuka rekening dan melakukan penarikan atau transfer dana
dalam waktu yang singkat, yang dapat diindikasikan sebagai pendanaan teroris.
▪▪ Nasabah menerima dana dari organisasi keagamaan atau amal dan memanfaatkan dananya untuk pembelian
asset atau mentransfer dana dimaksud keluar dalam waktu yang relatif pendek
▪▪ Nasabah atau WIC yang bersikeras tidak mau memberikan informasi dan dokumen yang dipersyaratkan atau hanya
mau memberikan informasi yang minim, dan atau memberikan informasi yang tidak sesuai dengan dokumen
pendukung.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 57


Gambaran Umum APU dan PPT

Transaksi yang terkait dengan


perilaku nasabah atau pelaku transaksi
Berikut ini adalah contoh transaksi yang terkait dengan
perilaku nasabah atau pelaku transaksi yang dapat
dikategorikan mencurigakan.

▪▪ Menggunakan banyak nama untuk melakukan transaksi


yang serupa.
▪ Transaksi tidak konsisten dengan profil nasabah
▪ Banyak transaksi yang serupa yang dilakukan pada hari
yang sama di lokasi yang berbeda.
▪▪ Transfer uang dengan jumlah yang banyak dari individu
kepada bisnis yang diluar dari kebiasaan.
▪ Pihak ketiga hadir dalam keseluruhan transaksi namun
tidak berpartisipasi dalam transaksi aktual.
▪ Nasabah bersikeras/memaksa agar transaksi dilakukan
dengan cepat.
▪▪ Transaksi dilakukan melalui telepon atau faksimili atau
internet (non face to face).
▪▪ Transfer dana dalam jumlah yang banyak ke atau dari luar
negeri dengan instruksi untuk pembayaran dalam bentuk
tunai.

Perilaku yang mencurigakan

Berikut ini adalah contoh perilaku nasabah yang


mencurigakan :

▪▪ Aspek psikologis dari nasabah pada saat melakukan


transaksi dengan petugas bank (gugup, tergesa-gesa,
tidak percaya diri, dan lain-lain.)
▪ Nasabah/calon nasabah menggunakan dokumentasi
identifikasi yang diragukan kebenarannya atau diduga
palsu.
▪▪ Nasabah/calon nasabah menolak untuk memberikan
informasi yang disyaratkan tanpa alasan yang jelas.
▪▪ Nasabah atau kuasanya mencoba mempengaruhi petugas
bank untuk tidak mencatat setiap laporan yang berkaitan
dengan transaksi atau bahkan tidak menyimpan setiap
laporan transaksi.
▪▪ Nasabah tidak bersedia memberikan informasi tentang
transaksi yang dilakukannya pada saat petugas melakukan
klarifikasi/konfirmasi
▪ Nasabah membuka rekening hanya untuk jangka pendek.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 58


Gambaran Umum APU dan PPT

LAMPIRAN
Tabel 1 : Informasi Calon Nasabah / Benefical Owner yang Wajib Diminta

Perorangan Perusahaan Yayasan Perkumpulan Lembaga Negara /


(termasuk bank) Pemerintah, Lembaga
Internasional, Perwakilan
Asing
a Nama lengkap Nama perusahaan Nama yayasan/ perkumpulan Nama
termasuk alias.
b Nomor dokumen Nomor izin usaha dari Nomor izin bidang kegiatan/ Alamat kedudukan
identitas instansi yang usaha (termasuk bidang
berwenang kegiatan/ usaha) atau
tujuan yayasan atau nomor
bukti pendaftaran pada
instansi yang berwenang,
c Alamat tempat Alamat kedudukan Alamat kedudukan
tinggal yg tercantum
pada kartu identitas
d Alamat tempat Tempat dan tanggal Tempat dan tanggal
tinggal terkini pendirian pendirian
termasuk no. telp.
apabila ada
e Tempat dan tanggal Bentuk badan hukum Bentuk badan hukum
lahir (apabila berbadan hukum)
f Kewarganegaraan Identi as Beneficial Identitas Beneficial Owner
Owner apabila ada apabila ada
g Sumber dana/ Sumber dana Sumber dana
sumber penghasilan
h Jenis kelamin Maksud dan tujuan Maksud dan tujuan hubungan
hubungan usaha usaha
i Status perkawinan Informasi lain yang Informasi lain yang
diperlukan mis. diperlukan
keterangan mengenai
pelanggan utamanya
j Identitas Beneficial
Owner apabila ada
k Pekerjaan (nama
perusahaan/ institusi,
alamat perusahaan/
institusi, dan jabatan)
l Perkiraan nilai
transaksi dlm 1 thn
m Maksud dan tujuan
hubungan usaha
n NPWP *)
o Informasi lain
*)
▪ Nomor NPWP wajib diberlakukan terhadap Calon Nasabah atau Nasabah yang berdasarkan undang-
undang yang berlaku wajib memiliki NPWP dan telah memiliki NPWP. Dalam hal calon Nasabah/Nasabah
merupakan pihak yang berdasarkan Undang-Undang tidak wajib memiliki NPWP seperti ibu rumah tangga,
pelajar/mahasiswa, maka nomor NPWP yang digunakan adalah nomor NPWP dari Beneficial Owner alon
Nasabah/ Nasabah tersebut antara lain suami dan orangtua dari calon Nasabah/ Nasabah.
▪▪ Bagi Calon Nasabah Perorangan yang belum memiliki NPWP, wajib diminta surat pernyataan yang
menyatakan belum memiliki NPWP dan berkomitmen akan segera menyampaikan setelah memiliki NPWP.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 59


Gambaran Umum APU dan PPT

Tabel 2 : Informasi Walk In Customer (WIC) yang Wajib Diminta

WIC yang melakukan transaksi sebesar WIC yang melakukan transaksi


Rp 100 juta atau lebih di bawah Rp 100 juta
Perorangan Perusahaan Perorangan Perusahaan
a Nama lengkap Nama perusahaan Nama lengkap Nama perusahaan
termasuk alias. termasuk alias.
b Nomor dokumen Nomor izin usaha Nomor dokumen Alamat kedudukan
identitas dari instansi yang identitas
berwenang
c Alamat tempat tinggal Alamat kedudukan Alamat tempat tinggal yang
yang tercantum pada tercantum pada kartu identitas.
kartu identitas
d Alamat tempat tig gal Tempat dan tanggal Catatan :
terkini termasuk no. pendirian Dibuktikan dengan
telephon apa bila ada dokumen identitas asli
e Tempat dan tanggal Bentuk badan hukum
lahir
f Kewarganegaraan Identitas Beneficial
Owner apabila ada
g Pekerjaan Sumber dana
h Jenis kelamin Maksud dan tujuan
hubungan usaha
i Status perkawinan Informasi lain yang
diperlukan
j Identitas Beneficial
Owner apabila ada
k Sumber dana
l Perkiraan nilai transaksi
dalam 1 tahun
m Sumber penghasilan
n Maksud dan tujuan
hubungan usaha
o NPWP *)
p Informasi lain

*)
Bagi W I C dengan nilai transaksi Rp 100 juta atau lebih yang belum memiliki NPWP, wajib diminta surat
pernyataan yang menyatakan belum memiliki NPWP.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 60


Gambaran Umum APU dan PPT

Tabel 3 : Dokumen Pendukung Calon Nasabah Perorangan dan Perusahaan

Perorangan Perusahaan Perorangan


(selain Bank) (berupa Bank)
a Dokumen identitas Akte Pendirian dan/atau Anggaran Dasar Specimen tanda tangan anggota Direksi yang
berwenang mewakili perusahaan atau yang
diberikan kuasa untuk melakukan transaksi
dengan bank
b Spesimen tanda tangan Dokumen identitas anggota Direksi yang
berwenang mewakili perusahaan atau
pihak yang diberi kuasa untuk melakukan
hubungan usaha dengan Bank
e Specimen tanda tangan anggota Direksi yang
berwenang mewakili perusahaan atau yang
diberikan kuasa untuk melakukan transaksi
dengan bank
d Kartu NPWP bagi Nasabah yang diwajibkan
untuk memiliki NPWP sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
e Surat Izin Tempat Usaha (SITU) atau
dokumen lain yang dipersyaratkan oleh
instansi yang berwenang
f Deskripsi kegiatan usaha perusahaan
g Struktur manajemen perusahaan
h Struktur kepemilikan perusahaan

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 61


Gambaran Umum APU dan PPT

Tabel 4 : Dokumen Pendukung Calon Nasabah selain Perorangan dan

Yayasan Perkumpulan Lembaga Negara/ Pemerintah,


lembaga internasional, perwakilan asing
a Dokumen identitas Pihak yang berwenang mewakili Surat penunjukan bagi pihak-pihak yang
anggota pengurus yang perkumpulan dalam melakukan hubungan berwenang mewakili lembaga atau perwakilan
berwenang mewakili usaha dengan Bank dalam melakukan hubungan usaha dengan
yayasan untuk Bank
melakukan hubungan
usaha dengan Bank
b Deskripsi kegiatan Nama penyelenggara Spesimen tandatangan
yayasan perkumpulan

e Struktur pengurus Spesimen tandatangan


yayasan
d Spesimen tandatangan

Tabel 5 : Dokumen Pendukung Beneficial Owner

BO dari Nasabah BO dari Nasabah BO dari Nasabah berupa Bank


Perorangan Perusahaan/Yayasan Bank lain di Bank lain di luar
/Perkumpulan dalam negeri negeri *)
b hubungan hukum antara dokumen dan/atau pernyataan tertulis dari pernyataan tertulis dari
calon Nasabah atau WIC informasi identitas pemilik Bank di dalam negeri bahwa Bank di luar negeri bahwa
dengan Beneficial Owner atau pengendali akhir identi as Beneficial Owner identitas Beneficial Owner
yang ditunjukkan dengan perusahaan, yayasan,atau telah dilakukan verifikasi telah dilakukan verifikasi
surat penugasan, surat perkumpulan oleh Bank lain di dalam oleh Bank di luar negeri
perjanjian, surat kuasa negeri tersebut tersebut
atau bentuk lainnya
e pernyataan dari calon pernyataan dari calon
Nasabah atau WIC mengenai Nasabah atau WIC mengenai
kebenaran identitas maupun kebenaran identitas maupun
sumber dana dari Beneficial sumber dana dari Beneficial
Owner Owner

*)
Bank lain di luar negeri yang dimaksud adalah Bank lain di luar negeri yang menerapkan Program APU
dan PPT yang paling kurang setara dengan ketentuan Bank Indonesia.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 62


Gambaran Umum APU dan PPT

Tabel 6: KARTU PEMANTAUAN USAHA PENGKINIAN DATA YANG BELUM BERHASIL


No. No. Nama Usaha Usaha Usaha Hasil
Customer Nasabah ke-1 ke-2 ke-3 Akhir
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Keterangan :
1. Nomor urut
2. Nomor CIN nasabah yang akan dikinikan
3. Nama nasabah
4. Usaha yang dilakukan oleh cabang, misalnya telepon/surat tanggal berapa, dititipkan ke Account Officer
(AO) dll, beserta hasilnya.
5. Sama dengan (4)
6. Sama dengan (4)
7. Hasil akhir atas usaha yang dilakukan oleh cabang, misalnya berhasil dikinikan atau belum berhasil dikinikan,
beserta tanggalnya.

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 63


Gambaran Umum APU dan PPT

Lembar Jawaban CSO


Tingkat Risiko Nasabah /Risk Based Approach (hanya untuk pihak Bank) No.1

Informasi tambahan (Enhanced Due Dilligence) > khusus Hasil Akhir risiko : Tinggi

Tingkat Risiko Nasabah /Risk Based Approach (hanya untuk pihak Bank) No.2

Informasi tambahan (Enhanced Due Dilligence) > khusus Hasil Akhir risiko: Tinggi

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 64


Gambaran Umum APU dan PPT

Tingkat Risiko Nasabah /Risk Based Approach (hanya untuk pihak Bank) No.3

Informasi tambahan (Enhanced Due Dilligence) > khusus Hasil Akhir risiko : Tinggi

Tingkat Risiko Nasabah /Risk Based Approach (hanya untuk pihak Bank) No.4

Informasi tambahan (Enhanced Due Dilligence) > khusus Hasil Akhir risiko: Tinggi

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 65


Gambaran Umum APU dan PPT

Lembar Jawaban Teller


No.1

No.2

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 66


Gambaran Umum APU dan PPT

No.3

No.4

INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 67


PT. Bank Central Asia, Tbk
Divisi Pengembangan dan Pembelajaran
Wisma Asia 2 Lt. 12A
Jl. Brigjen Katamso Katamso No. 1
Jakarta 11420

Anda mungkin juga menyukai