Version 25.09.2014
DAFTAR ISI
Lampiran 59
Pengantar
Kewajiban Mengikuti
Pelatihan APU dan PPT
Sesuai SE BI No. 15/21/DPNP tanggal 14 Juni 2013, Bab XIII :
TINDAK PIDANA
PENCUCIAN UANG
Menurut UU PP - TPPU, yang dimaksud (definisi) pencucian Menurut UU PP - TP Pendanaan Terorisme, yang dimaksud
uang adalah: (definisi Pendanaan terorisme adalah segala perbuatan
dalam rangka menyediakan, mengumpulkan, memberikan
Perbuatan dalam hal : menempatkan, mentransfer, atau meminjamkan Dana, baik secara langsung mapupun
mengalihkan, mengubah bentuk, membayarkan, tidak langsung, dengan maksud untuk digunakan dan/atau
membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, yang diketahui akan digunakan untuk melakukan kegiatan
menitipkan, menukarkan, membawa ke Luar Negeri, terorisme, organisasi teroris, atau teroris.
atau perbuatan lainnya atas Harta Kekayaan yang
diketahui atau patut diduga merupakan Hasil Tindak Tujuan tindak pidana pendanaan terorisme adalah
Pidana dengan maksud untuk menyembunyikan atau membantu kegiatan terorisme, baik dengan harta
menyamarkan asal-usul Harta Kekayaan sehingga seolah- kekayaan yang dihasilkan dari suatu tindak pidana
olah menjadi Harta Kekayaan yang sah. maupun dari harta kekayaan yang diperoleh secara sah.
Dari definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
upaya untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Pendanaan terorisme pada dasarnya merupakan jenis
dana yang diperoleh dari tindak pidana dikenal dengan tindak pidana yang berbeda dari TPPU. Namun demikian,
sebutan pencucian uang (money laundering). keduanya mengandung unsur kesamaan yaitu menggunakan
jasa keuangan sebagai sarana atau sasaran untuk melakukan
Umumnya pelaku kejahatan menggunakan sistem suatu tindak pidana
perbankan untuk menyembunyikan asal-usul dana yang
berasal dari tindak pidana dan mengubahnya menjadi
harta kekayaan yang seolah-olah berasal dari kegiatan
yang sah, dengan harapan sulit dilacak oleh para penegak
hukum.
Tindakan Pencegahan
▪ Korupsi
▪ Penyuapan
▪ Kepabeanan
▪ Cukai
▪ Penyelundupan tenaga kerja
▪ Penyelundupan imigran
▪ Di bidang perbankan
▪ Di bidang pasar modal
▪ Di bidang perasuransian
▪ Narkotika
▪ Psikotropika
▪ Perdagangan orang
▪ Perdagangan senjata gelap
▪ Penculikan
▪ Terorisme
▪ Pencurian
▪ Penggelapan
▪ Penipuan
▪ Pemalsuan Uang
▪ Perjudian
▪ Prostitusi
▪ Di bidang perpajakan
▪ Di bidang kehutanan
▪ Di bidang lingkungan hidup
▪ Di bidang kelautan dan perikanan; atau
▪ Tindak pidana lainnya yang diancam dengan pidana
penjara 4 (empat ) tahun atau lebih
Catatan Penting
Apabila ada :
- Informasi bahwa Nasabah telah berstatus tersangka/terdakwa salah 1 dari 26 tindak pidana di atas
(Indormasi dapat bersumber dari media massa, surat dari kepolisian, dll)
- permintaan blokir rekening dari penegak hukum/instansi terkait dengan alasan blokir salah 1 dari
26 tindak pidana di atas.
- Terdapat laporan Penipuan dari nasabah dengan hasil investigasi identitas rekening terlapor fiktif
- Maka cabang wajib melaporkan ke Satuan Kerja Kepatuhan - Kantor Pusat (SKK - KP) dengan
membuat Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan melalui aplikasi STIM-AML.
Risiko
Apabila tidak melaporkan ke SKK-KP, maka cabang dapat dikenakan sanksi denda oleh Bank
Indonesia sebesar Rp 50 juta.
Pasal 3
Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer,
mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,
menghibahkan, menitip an, membawa ke luar
negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan
mata uang atau surat berharga atau perbuatan
lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau
patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan
tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal
usul Harta Kekayaan dipidana karena tindak pidana
pencucian uang dengan pidana penjara paling lama
20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Pasal 4
Setiap Orang yang menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan,
pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang
sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya
atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana
karena tin ak pidana pencucian uang dengan pidana
penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
Pasal 5
Setiap Orang yang menerima atau menguasai
penempatan, pentransferan, pembayaran,
hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau
menggunakan Harta Kekayaan yang diketahuinya
atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
Pasal 10
Setiap orang yang berada di dalam atau di luar
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
turut serta melakukan percobaan, pembantuan, atau
Permufakatan Jahat untuk melakukan tindak pidana
pencucian uang dipidana dengan pidana yang sama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, 4, dan 5.
PENERAPAN PROGRAM
BAB II APU dan PPT
Pengantar
Bank wajib mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah penyalahgunaan pengembangan teknologi dalam
skema pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme.
Untuk mencegah bank digunakan sebagai sarana tindak pidana pendanaan terorisme, maka bank perlu menerapkan
program Anti encucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme secara memadai.
Pengertian
Lima Pilar Program APU dan PPT Pilar 2 : Kebijakan dan Prosedur
Penerimaan Nasabah
Bank dilarang untuk membuka atau memelihara rekening anonim atau rekening
yang menggunakan nama fiktif.
CDD merupakan kegiatan berupa identitasi, verifikasi dan pemantauan yang wajib dilakukan bank untuk
mengetahui profil nasabah, dengan cara:
▪ Pertemuan langsung (face to face) dengan calon nasabah untuk memastikan nasabah tidaklanjuti.
▪ Meminta bukti identitas dan dokumen pendukung dengan lengkap untuk memastikan kebenaran informasi.
▪ Meminta informasi calon nasabah secara lengkap untuk mendapatkan profil /karakteristik calon nasabah.
▪ Verifikasi dan identitas dokumen pendukung dengan teliti.
▪ Menggunakan pendekatan bedasarkan risiko (Risk Based Approach / RBA) dalam pengelompokan nasabah.
Pertemuan langsung
(face to face)
Pertemuan langsung (face to face) dengan calon nasabah :
Permintaan Informasi
Untuk calon Nasabah perusahaan, dokumen identitas yang wajib diminta adalah :
▪ akte pendirian dan/atau anggaran dasar perusahaan. Untuk perusahaan yang berbadan hukum asing, maka
dokumen identitas yang dimaksudkan adalah dokumen lainnya yang sejenis dengan akte pendirian dan/atau
anggaran dasar sesuai dengan peraturan otoritas di negara tempat kedudukan perusahaan tersebut; dan
▪▪ izin usaha atau izin lainnya dari instansi berwenang. Misal : ijin dari Bank Indonesia bagi Pedagang Valuta Asing
atau Kegiatan Usaha Pengiriman Uang; ijin dari Departemen Kehutanan bagi kegiatan usaha di bidang perkayuan/
kehutanan.
Catatan :
Disamping dokumen identitas, Bank
wajib memperoleh dokumen pendukung lainnya
(dapat dilihat pada Lampiran dalam Pedoman
Program APU dan PPT yang ada di Cabang).
Pengertian FATCA Merupakan peraturan pemerintahA merika yang mengatur mengenai kewajiban para
lembaga jasa keuangan untuk memberikan data keuangan kepada Internal Revenue Service
(IRS)mengenai rekening milik nasabah Wajib FATCA di masing-masing institusi
Tujuan Menanggulangi penghindaran pajak yang dilakukan atas investasi secara langsung maupun
tidak, melalui institusi/lembaga jasa keuangan di luar AmerikaSerikat.
Mengapa Pemerintah Indonesia telah sepakat dengan Pemerintah Amerika Serikat terkait Intergovermental
Harus Agreement (IGA ) sejak Mei 2014 untuk penerapan FATCA di Indonesia
Patuh ?
Pelaksanaan • Cabang : Mengindentifikasi apakah Nasabah termasuk kriteria Wajib FATCA atau tidak, dengan
FATCA di cara meminta Nasabah mengisi Form FATCA pada pembukaan rekening
BCA • Kantor Pusat : Menyampaikan data keuangan mengenai rekening milik Nasabah wajib FATCA
keInternal Revenue Service (IRS) melalui otoritas yang ditunjuk di Indonesia.
Pelaksanaan
di cabang
Bagaimana Nasabah termasuk Kriteria Nasabah Wajib FATCA apabila menjawab ‘YA’ pada salah satu
menentukan pertanyaan yang tertera pada Form FATCA
Nasabah
wajib
FATCA/tidak
INTERNAL USE ONLY © Copyright Divisi Pembelajaran dan Pengembangan 2014 13.1
Gambaran Umum APU dan PPT
• Untuk nasabah perorangan, identitas calon Nasabah / Walk in Customer (WIC) harus dapat dibuktikan
dengan keberadaan dokumen-dokumen pendukung pada saat pertemuan langsung (face to face) dengan
calon nasabah pada awal melakukan hubungan usaha;
Catatan :
▪ Foto diri pada dokumen identitas harus cocok dengan wajah calon Nasabah/WIC.
▪ Dalam hal terdapat keraguan terhadap dokumen identitas, calon nasabah wajib dimintakan
lebih dari satu dokumen identitas yang dikeluarkan oleh pihak berwenang atau dokumen
lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan.
▪▪ Apabila diperlukan dapat melakukan wawancara dengan calon nasabah atau melakukan
pengecekan silang untuk meneliti dan meyakini keabsahan dan kebenaran informasi
yang diberikan oleh calon nasabah.
• Untuk nasabah perusahaan, dokumen identitas • Untuk nasabah yayasan / perkumpulan, dokumen
yang wajib diverifikasi antara lain : identitas yang wajib diverififasi adalah ijin bidang
kegiatan/ tujuan yayasan, atau surat telah terdaftar
▪▪ Akte pendirian dan/atau anggaran dasar perusahaan; sebagai perkumpulan.
dan Ijin usaha lainnya dari instansi berwenang
(misal: ijin Kegiatan Usaha Pengiriman Uang
(KUPU) atau ijin Pedagang Valuta Asing (PVA) dari • Dalam hal dokumen pendukung masih dalam
Bank Indoensia, atau ijin Hak Pengusahaan Hutan proses pengurusan, nasabah wajib melengkapi
dari Depart. Kehutanan, dll. dokumen dimaksud setelah dilakukannya hubungan
usaha, dalam waktu paling lambat :
Dokumen NPWP
▪▪ Dokumen pendukung bagi NPWP adalah kartu NPWP, Surat Pemberitahuan Pajak (SPT), atau dokumen lainnya
yang mencantumkan NPWP dan nama pemilik NPWP.
▪▪ Dalam hal Calon Nasabah atau Nasabah merupakan pihak yang berdasarkan undang-undang tidak wajib memiliki
NPWP seperti ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan, pelajar atau mahasiswa, maka NPWP yang
digunakan adalah NPWP dari Beneficial Owner Calon Nasabah atau Nasabah tersebut antara lain suami dan
orangtua dari Calon Nasabah atau Nasabah.
▪ Dalam hal Calon Nasabah perorangan berdasarkan undang-undang diwajibkan memiliki NPWP namun
belum memilikinya, maka Bank meminta surat pernyataan dari Calon Nasabah yang menjelaskan bahwa
yang bersangkutan belum memiliki NPWP dan berkomitmenakan segera menyampaikan setelah memiliki NPWP.
Pengelompokan Nasabah
berdasarkan Risiko (RBA)
Apabila terdapat ketidaksesuaian antara transaksi/profil nasabah dengan tingkat risiko yang telah
ditetapkan, maka bank harus menyesuaikan tingkat risiko nasabah dengan cara :
▪▪ menerapkan prosedur CDD bagi nasabah yang tergolong berisiko rendah atau sedang, sesuai dengan penetapan
tingkat risiko yang baru.
▪ menerapkan prosedur EDD bagi nasabah yang tergolong berisiko tinggi (NRT termasuk PEP).
Catatan :
Nasabah Risiko Tinggi yang tergolong PEP termasuk
keluarganya (anak, menantu, istri / suami, orangtua
/mertua, cucu), perusahaan yang dimiliki PEP dan Bidang usaha berisiko tinggi (high risk business), yaitu
pihak-pihak yang berhubungan dekat dengan PEP bidang usaha yang potensial digunakan sebagai sarana
apabila diketahui. pencucian uang / pendanaan terorisme, seperti
Resiko
Rendah Sedang Tinggi
Item
Indenti as Nasabah Perorangan Perorangan Perorangan
WNI : WNI : WNI :
▪▪ Menyerahkan 2 ▪ Menyerahkan 1 identitas ▪ Identitas diragukan
identitas, atau WNA : kebenarannya.
▪ Ada referensi dari ▪ Passport (Non NRT) dan WNA :
Nasabah BCA yang ada KITAS /KITAP ▪ Passport calon nasabah
dikenal baik. berasal dari Negara Risiko
Tinggi (NRT)
Kegiatan Usaha Tidak punya usaha Kegiatan usahanya tidak Kegiatan usaha tergolong
tergolong sebagai usaha risiko sebagai usaha risiko
Tinggi tinggi (NRT)
Lokasi Usaha ▪▪ Tidak punya usaha Lokasi usaha jauh/sulit Lokasi usaha berada di
▪▪ Lokasi usaha dekat / dipantau oleh Bank negara yang tergolong
mudah dipantau oleh risiko tinggi (NRT)
Bank
Jumlah Transaksi Setoran Awal : Setoran Awal : Setoran Awal :
Setoran Awal Non Tunai / Debet Rekening Secara Tunai < Rp100 juta Secara Tunai ≥ Rp100 juta
(tidak ada fisik uang tuna
Struktur Kepemilikan ▪▪ Milik pemerintah ▪▪ Informasi mengenai Memiliki Pengendali Akhir yang
(khusus untuk (pusat/ daerah) pemegang saham tidak termasuk dalam kriteria Risiko
Badan Usaha) ▪▪ Komposisi pemegang tersedia dalam data publik. Tinggi dari PEP
saham tersedia dalam ▪▪ Perusahaan Tbk dan
data publik (Tbk) memiliki Pengendali Akhir
dan tidak memiliki (ultimate beneficial owner)
Pengendali Akhir.
Informasi Lainnya Tidak terdapat informasi Pegawai/ karyawan yang ▪▪ Termasuk kategori NRT
negati . memiliki usaha lain atau PEP.
(usahanya tidak termasuk ▪▪ Anggota keluarga dari PEP
usaha risiko tinggi). (Politically Exposed Person)
▪ Pihak terkait PEP.
Catatan :
Pengendali adalah yang memiliki saham perusahaan baik langsung maupun tidak langsung
sebesar 25 % atau lebih dan mempunyai hak suara.
Contoh 1 : Tingkat Risiko Nasabah /Risk Based Approach (hanya untuk pihak Bank)
Rekening : Perorangan
}
Item Rendah Sedang Tinggi Hasil Akhir
Identitas Nasabah : Disertai x
dengan KTP dan SIM
Kegiatan Usaha : x
TIdak memiliki usaha
Lokasi Usaha : x
Tidak ada lokasi usaha :
Jumlah Transaksi Setoran Awal : x Rendah
Debet rekening Rp 1 juta,-
Struktur Kepemilikan : -
Not Aplicable
Informasi Lainya : x
Tidak ada informasi negati
Contoh 2 : Tingkat Risiko Nasabah /Risk Based Approach (hanya untuk pihak Bank)
Rekening : Perorangan
Contoh 3 : Tingkat Risiko Nasabah /Risk Based Approach (hanya untuk pihak Bank)
Rekening : Perorangan
Informasi Tambahan (Enhanced Due Diligence ) --> Khusus Hasil Akhir Risiko : Tinggi
( ) ( )
Contoh 4 : Tingkat Risiko Nasabah /Risk Based Approach (hanya untuk pihak Bank)
Rekening : Perusahaan
Informasi Tambahan (Enhanced Due Diligence ) --> Khusus Hasil Akhir Risiko : Tinggi
Untuk KCP yang berada satu kota dengan KCU Untuk KCP yang berbeda kota dengan KCU
Penolakan Pembukaan
Rekening / Transaksi
Bank wajib menolak untuk membuka rekening calon Nasabah dan atau menolak melaksanakan transaksi
dengan Nasabah/Walk in Customer (termasuk Beneficial Owner), dalam hal calon Nasabah /Nasabah/ Walk in
Customer :
1. Tidak memenuhi kelengkapan informasi, bukti-bukti identitas dan dokumen-dokumen pendukung lainnya;
2. Diketahui dan/atau patut diduga menggunakan dokumen palsu, yaitu dokumen identitas (KTP, SIM, Paspor) dan/atau
dokumen lainnya, yang tidak erda ar pada instansi yang berwenang atau tidak dapat diverifikasi kebenarannya;
3. Memberikan informasi yang diragukan kebenarannya; atau
4. Memiliki sumber dana transaksi yang diketahui dan/atau patut diduga berasal dari hasil tindak pidana
5. Berbentuk shell banks atau calon nasabah merupakan bank yang mengizinkan rekeningnya digunakan oleh shell
banks
Catatan :
▪ Shell bank adalah bank yang tidak mempunyai
kehadiran secara fisik di negara tempat bank
tersebut didirikan dan mempunyai ijin, dan tidak
berafiliasi dengan kelompok usaha jasa
keuangan yang menjadi subyek pengawasan
terkonsolidasi yang efektif.
▪▪ Bank wajib mendokumentasikan calon nasabah
atau WIC yang memenuhi kriteria penolakan di
atas dalam daftar tersendiri.
▪ Bank wajib melaporkan sebagai Transaksi
Keuangan Mencurigakan apabila transaksinya
dinilai tidak wajar/mencurigakan.
Bank wajib menolak transaksi, membatalkan transaksi, dan/atau menutup hubungan usaha dengan pihak yang
telah menjadi nasabah (existing customers), apabila : Nasabah termasuk dalam kriteria yang wajib ditolak oleh bank
(sebagaimana ketentuan di samping).
Pengkinian data
Catatan :
▪ Pengkinian data wajib dilakukan oleh user ID CSO
▪ User ID SPV tidak boleh melakukan pengkinian data.
Setiap usaha yang telah dilakukan oleh cabang dalam melakukan pengkinian data nasabah tetapi
belum berhasil mengkinikan data nasabah karena nasabah tidak dapat dihubungi, maka cabang harus
mendokumentasikan usaha tersebut di dalam Kartu Pemantauan Usaha Pengkinian Data yang Belum
Berhasil (Lampiran Tabel 6).
Kartu Pemantauan Usaha ini harus dimonitor oleh Kepala Operasi Cabang untuk KCU dan Kepala KCP untuk
KCP, dan tetap disimpan di cabang, tidak perlu dikirimkan ke SKK - KP, sebagai bukti bahwa cabang tetap
konsisten dalam melakukan pengkinian data.
Catatan :
Detil penentuan CIN yang dipertahankan dan hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam proses penggabungan CIN ganda
dapat dilihat Panduan Kerja Customer Service - Produk Dana.
Pemantauan Nasabah
Diduga Terorisme
Catatan :
Tindak lanjut cabang terhadap database Teroris
SKK - KP akan menginformasikan ke cabang pemilik Cabang yang menerima informasi dari SKK-KP terkait
rekening apabila ada nasabah yang datanya diduga mirip teroris.
dengan database Teroris, maka :
Beneficial Owner
Nasabah perorangan yang termasuk sebagai Apabila Beneficial Owner berupa lembaga
pengendali adalah apabila memiliki kepentingan atas pemerintah atau perusahaan yang terdaftar di bursa
suatu transaksi yang dilakukan. efek (listing), maka kewajiban penyampaian
dokumen dan/atau identitas pengendali akhir
dikecualikan atau tidak berlaku. Dalam hal ini
Dokumen identitas pemilik atau pengendali akhir
termasuk terhadap nasabah perusahaan yang
dapat berupa surat pernyataan atau dokumen
merupakan anak perusahaan (subsidiary) dari
lainnya yang memuat informasi mengenai identitas
perusahaan yang terdaftar di bursa efek (listing),
pemilik atau pengendali akhir.
dimana kepemilikan perusahaan induk adalah
mayoritas.
Permintaan Informasi
Walk In Customer (WIC)
Permintaan informasi WIC yang
bertransaksi Rp 100 juta atau lebih
Untuk transaksi yang bernilai Rp 100 juta atau lebih
atau yang setara (dalam valas), yang dilakukan oleh Non
Nasabah (Walk in Customer/WIC) berlaku hal berikut :
▪▪ Untuk Setoran (baik terkait rekening BCA maupun
tidak terkait rekening BCA) , maka penyetor WIC wajib
memberi informasi ”sumber dana” dan”tujuan transaksi”,
serta mengisi ”data lengkap” WIC menggunakan
Formulir Data Pelaku Transaksi Rp 100 juta atau lebih
dan fotokopi identitas penyetor, serta dokumen
pendukung lainnya (antara lain dokumen terkait NPWP)
Langkah Tindakan
1 Terima Bukti Setoran/Slip Transaksi dan uang tunai
(bila transaksi dengan tunai) dari Non Nasabah (Walk-
in Customer / WIC).
2 Periksa kelengkapan dan kebenaran pengisian Bukti
Setoran/Slip Transaksi sesuai dengan transaksi yang
diinginkan oleh Non Nasabah / WIC.
3 Periksa keaslian uang dan hitung kebenaran jumlah
uang (bila transaksi tunai).
4 ▪ Pastikan informasi sumber dana dan tujuan
transaksi sudah diisi lengkap
▪ minta bukti identtas asli penyetor untuk di fotokopi
▪ minta penyetor untuk mengisi dengan lengkap
Formulir Data Pelaku Transaksi Rp 100 juta
atau lebih
Catatan :
Bank wajib menolak melaksanakan transaksi,
apabila :
▪▪ WIC tidak mau mengisi ormulir Data Pelaku
Transaksi Rp 100 juta atau lebih; atau
▪▪ identi as WIC diragukan kebenarannya
Langkah Tindakan
1 Terima Bukti Setoran/ Formulir Transaksi dan uang
tunai (bila transaksi dengan tunai) dari Walk in
Customer/WIC
2 Periksa kelengkapan dan kebenaran pengisian Bukti
Setoran/ Formulir Transaksi.
3 Periksa keaslian uang dan hitung kebenaran jumlah
uang (untuk transaksi tunai).
4 ▪▪ Apabila penyetor/pelaku transaksi adalah Walk in
Customer (WIC) Perorangan, maka :
1. minta bukti identitas asli dari WIC,
2. dan cocokkan dengan informasi yang tertulis pada
Bukti Setoran/ Formulir Transaksi.
▪▪ Apabila penyetor/pelaku transaksi adalah Walk
in Customer (WIC) Perusahaan, pastikan nama
perusahaan dan alamat kedudukan sudah terisi
lengkap
Catatan :
Bank wajib menolak melaksanakan transaksi WIC,
apabila
▪ WIC tidak mau memberikan informasi /
menunjukkan dokumen identitas, atau
▪ Identitas diragukan kebenarannya.
Catatan :
Informasi Data WIC dapat dilihat pada Tabel 2 (lampiran).
Contoh Pengisian
Bukti Setoran
*) Karena ≥ Rp 100juta, WIC wajib mengisi Form Data Pelaku Transaksi Rp 100 juta atau Lebih – Perusahaan dan kopi
identitas. Informasi sumber dana dan tujuan transaksi wajib diisi.
Contoh 6: Walk In Customer Perusahaan melakukan transaksi Rp 100 juta atau lebih
*) Karena ≥ Rp 100juta, WIC wajib mengisi Form Data Pelaku Transaksi Rp 100 juta atau Lebih – Perusahaan dan kopi
identitas. Informasi sumber dana dan tujuan transaksi wajib diisi.
Transfer Dana
Pengantar
Dalam kegiatan transfer dana, Bank perlu melakukan hal - hal berikut :
1.1. Bank Pengirim wajib memperoleh informasi dan melakukan identitasi serta
verifikasi terhadap Nasabah/WIC pengirim dan/atau Nasabah/WIC penerima, paling
kurang meliputi
1.3. Seluruh kegiatan transfer dana wajib didokumentasikan sesuai ketentuan yang berlaku.
2.2. Meneruskan pesan dan perintah transfer dana yang diterima dari Bank Pengirim.
2.3. Seluruh informasi yang diterima dari Bank Pengirim, sebagai pihak yang pertama kali
mengeluarkan perintah transfer dana, wajib didokumentasikan sesuai ketentuan yang berlaku.
3.2. Seluruh informasi yang diterima dari Bank Pengirim, sebagai pihak yang pertama kali
mengeluarkan perintah transfer dana, wajib didokumentasikan sesuai ketentuan yang berlaku.
3.3. Dalam hal Bank Penerima menerima perintah transfer dari Bank Pengirim di dalam
wilayah Indonesia yang tidak dilengkapi dengan informasi sebagaimana dimaksud pada bagian
1 butir 1.1 di atas,namun hanya dilengkapi dengan informasi nomor rekening Nasabah
Pengirim atau nomor referensi transaksi Nasabah/WIC Pengirim, maka Bank Penerima dapat
meminta secara tertulis informasi yang dibutuhkan kepada Bank Pengirim.
Catatan :
Ketentuan mengenai prosedur transfer dana tidak berlaku
bagi :
▪ Transfer dana yang menggunakan kartu debet, kartu ATM
maupun kartu kredit.
▪▪ Transfer dana yang dilakukan antar penyedia jasa
keuangan dan untuk kepentingan penyedia jasa
keuangan dimaksud, seperti transfer dana yang dilakukan
oleh Nasabah perusahaan berupa perusahaan sekuritas
untuk tujuan kegiatan sekuritas Nasabah dimaksud.
Kewajiban Pelaporan
ke PPATK
Jenis laporan yang wajib disampaikan Bank kepada Pusat No Jenis Laporan Jangka Waktu
Pelapor dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) adalah : 1 Laporan Transaksi Keuangan 3 (tiga) hari kerja sejak
- Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM)/ Mencurigakan termasuk mengetahui unsur yang
Suspicious Transaction Report (STR) transaksi yang diduga terkait mencurigakan
dengan kegiatan/pendanaan
- Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT)/ Cash
terorisme
Transaction Report (CTR) 2 Laporan Transaksi Keuangan 14 hari kerja sejak
- Laporan Transaksi Transfer Dana dari dan ke Luar Negeri Tunai Rp 500 juta atau lebih tanggal transaksi
(LTKL)/International Fund Transfer Instruction (IFTI) Catatan :
Dari Cabang ke KP
Catatan : maksimal 3 Hari kerja
- LTKL/IFTI wajib dilaporakan untuk seluruh jumlah transaksi 3 Laporan Transaksi Transfer 14 hari kerja sejak
- Pelaporan LTKL/IFTI ke PPATK dikoordinaksikan langsung Dana dari/dan ke Luar Negeri tanggal transaksi
oleh SKK - KP
Catatan :
Kantor Cabang / Unit Kerja Operasional di Kantor Pusat
harus segera melaporkan kepada SKK - KP apabila
transaksi nasabah diyakini mengandung salah satu
unsur mencurigakan. Selanjutnya SKK akan melaporkan
kepada PPATK.
Sesuai peraturan Kepala PPATK, berikut adalah pihak-pihak Yang dimaksud dengan transaksi keuangan tunai yang
yang dilaporkan dalam pelaporan transaksi keuangan tunai wajib dilaporkan ke PPATK adalah Transaksi Keuangan
ke PPATK : Tunai (ada fisik uang tunai kertas /logam) paling sedikit Rp
500 juta atau dalam mata uang asing yang setara, yang
Untuk transaksi setoran, yang dilaporkan adalah : dilakukan dalam 1 kali atau beberapa kali transaksi dalam
▪▪ Penerima dana, dan 1 hari kerja.
▪▪ Penyetor/pengirim dana
Pengecualian laporan
Transaksi Keuangan Tunai
Transaksi keuangan tunai yang dikecualikan dari kewajiban
pelaporan, adalah :
Setiap transaksi (setoran/tarikan) tunai rupiah dengan nominal >= Rp. 100 Juta wajib diinput data pelaku pada BDS - IDS, sbb :
Keterangan Jenis ID
1. KTP
2. SIM
3. Paspor
4. Nomor Ijin Usaha (untuk WIC Organisasi)
5. Nomor Rekening (untuk Nasabah perorangan dan Organisasi)
Transaksi Setoran :
Untuk transaksi tunai terkait rekening Tabungan/Giro/Pembayaran Kartu Kredit
- Penerima dana dan penyetor nasabah -> terlapor secara otomatis oleh Kantor Pusat ke PPATK
- Penyetor WIC -> memunculkan Laporan WIC Pelaku transaksi tunai (R-5354) yang harus ditindaklanjuti oleh cabang
Transaksi Tarikan :
Untuk transaksi tunai terkait rekening Tabungan/Giro
- Rekening tertarik dan penarik nasabah -> terlaporkan secara otomatis oleh Kantor Pusat ke PPATK
- Penyetor WIC -> memuncukan Laporan WIC Pelaku transaksi tunai (R-5354) yang harus ditindaklanjuti oleh cabang
Tindak lanjut cabang atas Laporan WIC Pelaku Transaksi Tunai (R-5354) :
1. Siapkan dokumen transaksi WIC yang namanya muncu pada Laporan R- 5354
2. Lakukan inquiry pada BDS-IDS menu 7810 berdasarkan jenis ID dan Nomor Identitas
- Apabila data masih belum lengkap -> input data WIC sesuai dokumen transaksi WIC
- Apabila data sudah lengkap -> cocokkan data pada menu 7810 dengan d ata pada dokumen transaksi, lakukan
update apabila terdapat perubahan data
Catatan :
- R-5354 wajib ditindaklanjuti daam jangka waktu maksimal 3 hari kerja sejak diterima oleh cabang
- Penginputan data WIC harus dimonitor berdasarkan Laporan R-5354 oleh pejabat berwenang di cabang yaitu
KOC (untuk KCU) dan Kepala KCP (untuk KCP)
- Setiap transaksi tunai oleh WIC yang sudah muncul dalam Laporan R-5354 dan sudah ditindaklanjuti, tidak perlu
dilaporkan kembali melalui Aplikasi STIM-AML.
Kerahasiaan Pelaporan
STR (Anti Tipping – off)
Sanksi membocorkan
laporan transaksi mencurigakan (STR)
Bagi pelanggar anti tipping–off (membocorkan laporan
Transaksi Keuangan Mencurigakan/ STR) dapat dikenakan
sanksi berupa :
▪ Pidana Penjara
, Paling paling lama 5 (lima) tahun, dan
▪ Pidana Denda
, Paling paling banyak Rp 1 Milyar.
Penatausahaan Dokumen
(Arsip)
Berikut ini adalah contoh transaksi keuangan mencurigakan dengan menggunakan pola yang tidak rasional
secara ekonomis.
▪▪ Pengenalan nasabah oleh kantor cabang di luar negeri, perusahaan afiliasi atau bank lain yang berada di negara
yang diketahui sebagai tempat produksi atau perdagangan narkotika;
▪ Penggunaan Letter of Credits (L/C) dan instrumen perdagangan internasional lain untuk memindahkan dana antar
negara dimana transaksi perdagangan tersebut tidak sejalan den an kegiatan usaha nasabah;
▪▪ Penerimaan atau pengiriman transfer oleh nasabah dalam jumlah besar ke atau dari negara yang diketahui merupakan
negara yang terkait dengan produksi, proses, dan atau pemasaran coba terlarang atau kegiatan terorisme;
▪ Penghimpunan saldo dalam jumlah besar yang tidak sesuai dengan karakteristik perputaran usaha nasabah yang
kemudian ditransfer ke negara lain;
▪▪ Permintaan travellers cheques, wesel dalam mata uang asing, atau negotiable instrument lainnya dengan frekuensi
tinggi;
▪▪ Pembayaran dengan menggunakan travellers cheques atau wesel dalam mata uang asing khususnya yang diterbitkan
oleh negara lain dengan frekuensi tinggi.
▪ Walk in Customer (seseorang yang tidak memiliki rekening di bank) tidak dapat memberikan penjelasan yang
memadai atas kegiatan transfer yang dilakukannya dalam jumlah besar ke luar negeri .
▪▪ Transfer yang dilakukan secara berulang-ulang atas sejumlah uang ke luar negeri dibarengi dengan instruksi untuk
membayar beneficiary dalam bentuk uang tunai.
▪▪ Peningkatan yang besar dalam penyetoran uang tunai oleh nasabah tanpa penjelasan yang memadai, terutama
apabila dana tersebut ditransfer kembali ke Luar Negeri dalam waktu yang singkat dengan tujuan transfer tidak
terkait dengan nasabah.
▪▪ Laporan keuangan yang disediakan tidak konsisten dengan turn over bisnis nasabah, dan selanjutnya ditransfer ke
rekening di luar negeri.
▪▪ Transaksi pengiriman uang yang dilakukan dari satu rekening ke rekening lainnya di luar negeri dan sebagai
penerima akhir adalah pengirim yang pertama kali melakukan transaksi baik keseluruhan maupun sebagian
(”U turn” transaction).
Transaksi yang berhubungan dengan pihak - pihak yang tidak dapat diidentifikasi
Berikut ini adalah contoh transaksi yang berhubungan dengan pihak-pihak yang tidak dapat
diidentifikasi, yang dapat dikategorikan mencurigakan.
▪ Pihak ketika yang tidak dikenali bank dan tidak memiliki hubungan dengan nasabah
menjanjikan atau menjaminkan tanpa adanya penjelasan yang memadai.
▪▪ Permintaan pembayaran dengan informasi yang tidak akurat tentang pihak yang meminta
informasi tersebut.
Berikut ini adalah contoh mencurigakan terkait dengan aktivi as yang dapat dikategorikan
ilegal.
▪ Nasabah diberitakan oleh media massa sebagai seseorang yang diduga terlibat aktivitas
illegal atau tindak pidana.
▪ Rekening nasabah diblokir atas permintaan penegak hukum terkait dengan tindak
pidana/terorisme.
▪▪ Instruksi transfer dana masuk dari Negara tax haven atau Negara yang terkenal dengan
pendanaan terorisme.
Berikut ini adalah contoh transaksi keuangan mencurigakan yang melibatkan karyawan Bank
dan atau agen.
▪▪ Peningkatan kekayaan karyawan dan agen Bank dalam jumlah besar tanpa disertai penjelasan
yang memadai;
▪▪ Hubungan transaksi melalui agen yang tidak dilengkapi dengan informasi yang memadai
mengenai penerima akhir (ultimate beneficiary).
Berikut ini adalah contoh transaksi keuangan mencurigakan dengan tip tipe t ansaksi lainnya.
▪ Pembelian atau penjualan sejumlah besar logam berharga oleh interim customer.
▪ Pembelian cek bank dalam skala besar oleh interim customer.
▪ Perluasan atau peningkatan penggunaaan fasilitas penyetoran/tabungan yang tidak diikuti dengan aktivitas bisnis
atau personal nasabah yang meningkat.
▪ Aktivitas rekening tidak setara dengan profile nasabah (misal: umum , pekerjaan, pendapatan).
▪ Nasabah sering mengubah alamat dan tanda tangan.
▪ Sejumlah besar dana diterima, dan tiba-tiba digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh fasilitas perbankan.
▪▪ Seseorang yang baru berusia sekita 17-26 tahun membuka rekening dan melakukan penarikan atau transfer dana
dalam waktu yang singkat, yang dapat diindikasikan sebagai pendanaan teroris.
▪▪ Nasabah menerima dana dari organisasi keagamaan atau amal dan memanfaatkan dananya untuk pembelian
asset atau mentransfer dana dimaksud keluar dalam waktu yang relatif pendek
▪▪ Nasabah atau WIC yang bersikeras tidak mau memberikan informasi dan dokumen yang dipersyaratkan atau hanya
mau memberikan informasi yang minim, dan atau memberikan informasi yang tidak sesuai dengan dokumen
pendukung.
LAMPIRAN
Tabel 1 : Informasi Calon Nasabah / Benefical Owner yang Wajib Diminta
*)
Bagi W I C dengan nilai transaksi Rp 100 juta atau lebih yang belum memiliki NPWP, wajib diminta surat
pernyataan yang menyatakan belum memiliki NPWP.
*)
Bank lain di luar negeri yang dimaksud adalah Bank lain di luar negeri yang menerapkan Program APU
dan PPT yang paling kurang setara dengan ketentuan Bank Indonesia.
Keterangan :
1. Nomor urut
2. Nomor CIN nasabah yang akan dikinikan
3. Nama nasabah
4. Usaha yang dilakukan oleh cabang, misalnya telepon/surat tanggal berapa, dititipkan ke Account Officer
(AO) dll, beserta hasilnya.
5. Sama dengan (4)
6. Sama dengan (4)
7. Hasil akhir atas usaha yang dilakukan oleh cabang, misalnya berhasil dikinikan atau belum berhasil dikinikan,
beserta tanggalnya.
Informasi tambahan (Enhanced Due Dilligence) > khusus Hasil Akhir risiko : Tinggi
Tingkat Risiko Nasabah /Risk Based Approach (hanya untuk pihak Bank) No.2
Informasi tambahan (Enhanced Due Dilligence) > khusus Hasil Akhir risiko: Tinggi
Tingkat Risiko Nasabah /Risk Based Approach (hanya untuk pihak Bank) No.3
Informasi tambahan (Enhanced Due Dilligence) > khusus Hasil Akhir risiko : Tinggi
Tingkat Risiko Nasabah /Risk Based Approach (hanya untuk pihak Bank) No.4
Informasi tambahan (Enhanced Due Dilligence) > khusus Hasil Akhir risiko: Tinggi
No.2
No.3
No.4