Anda di halaman 1dari 114

MENTER!

KEUANGAN
REPUBLIK !NDONESIA

SALIN AN

KEPUTUSAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 940 /KMK.09/2017

TENTANG

KERANGKA KERJA PENERAPAN PENGENDALIANINTERN


DAN PEDOMAN PEMANTAUANPENGENDALIAN INTERN
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang a. bahwa sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 60


Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah, untuk mencapai pengelolaan keuangan
negara yang efektif, efisien, transparan, dan
akuntabel, menteri/pimpinan lembaga wajib
melakukan pengendalian atas penyelenggaraan
kegiatan pemerintahan dengan berpedoman pada
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah;
b. bahwa untuk mencapai pengelolaan keuangan
negara sebagaimana dimaksud dalam huruf a, telah
ditetapkan pedoman pengendalian intern di
lingkungan Kementerian Keuangan melalui
Keputusan Menteri Keuangan Nomor
152/KMK.09/2011 tentang Peningkatan Penerapan
Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian
Keuangan sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor
435/KMK.09/2012 dan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 32/KMK.09/2013 tentang
Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian Intern dan
Pedoman Teknis Pemantauan Pengendalian Intern di
Lingkungan Kementerian Keuangan;
c. bahwa untuk memperkuat pengendalian intern
tingkat unit kerja dan selaras dengan perkembangan
teknologi informasi serta dalam rangka simplifikasi
pengaturan pengendalian intern di lingkungan
Kementerian Keuangan perlu menyempurnakan
pedoman teknis pemantauan pengendalian intern di
lingkungan Kementerian Keuangan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c,
perlu menetapkan Keputusan Menteri Keuangan
tentang Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian
Intern dan Pedoman Pemantauan Pengendalian
Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan;
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 2 -

Mengingat 1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008


tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4890);
2. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang
Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 51);
3. Keputusan Presiden Nomor 83/P Tahun 2016;
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Keuangan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1926);
5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor
183/KMK.01/2013 tentang Kebijakan Strategis
Kementerian Keuangan Tahun 2012-2024;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG


KERANGKA KERJA PENERAPAN PENGENDALIAN
INTERN DAN PED OMAN PEMANTAUAN
PENGENDALIAN INTERN DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN.

PERTAMA Menetapkan kerangka kerja penerapan pengendalian


intern dan pedoman pemantauan pengendalian intern
di lingkungan Kementerian Keuangan.

KEDUA Kerangka kerja sebagaimana dimaksud dalam Diktum


PERTAMA digunakan se bagai acuan dalam
merancang, menerapkan, memantau, mengevaluasi,
dan melakukan perbaikan berkelanjutan atas
penerapan pengendalian intern pada seluruh unit
kerja di lingkungan Kementerian Keuangan,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan
Menteri ini.

KETIGA Penerapan kerangka kerja dalam pengendalian intern


sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA
dilakukan melalui Tiga Lini Pertahanan (Three Lines of
Defense) yang meliputi:
a. Lini Pertahanan Pertama (First Line), yang
dilaksanakan oleh manajemen unit kerja dan
seluruh pegawai unit kerja yang bersangkutan, di
tingkat unit eselon I, kantor wilayah, dan kantor
pelayanan di lingkungan Kementerian Keuangan;
~
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 3-

b. Lini Pertahanan Kedua (Second Line), yang


dijalankan oleh Unit Kepatuhan Internal (UKI) atau
unit kerja yang melaksanakan fungsi Unit
Kepatuhan Internal (UKI) di tingkat unit eselon I,
kantor wilayah, dan kantor pelayanan di
lingkungan Kementerian Keuangan; dan
c. Lini Pertahanan Ketiga (Third Line), yang dijalankan
oleh Inspektorat J enderal,
dengan skema se bagaimana tercan tum dalam
Lampiran I huruf D yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.

KEEMPAT Manajemen unit kerja, sebagaimana dimaksud dalam


Diktum KETIGA huruf a, memiliki tugas dan tanggung
jawab mencegah kesalahan, mendeteksi kecurangan,
serta mengidentifikasi kelemahan dan kerentanan
pengendalian dengan memperhatikan prinsip dan
kebijakan umum penerapan pengendalian intern
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I huruf B dan
huruf C yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan Menteri ini.

KELIMA Unit Kepatuhan Internal (UKI) atau unit kerja yang


melaksanakan fungsi Unit Kepatuhan Internal (UKI),
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA huruf
b, memiliki tugas dan tanggung jawab membantu
manajemen unit kerja dalam melaksanakan
pemantauan pengendalian intern, yang dalam
pelaksanaan tugas terdapat pada 3 (tiga) level
organisasi berikut:
a. tingkat unit Eselon I yang selanjutnya disebut UKI-
El bertugas membantu manajemen unit kerja
berkenaan dalam melaksanakan pemantauan
pengendalian intern pada tingkat eselon I;
b. tingkat wilayah yang selanjutnya disebut UKI-W
bertugas membantu manajemen unit kerja
berkenaan dalam melaksanakan pemantauan
pengendalian intern pada tingkat wilayah; dan
c. tingkat pelayanan atau operasional yang
selanjutnya disebut UKI-P bertugas membantu
manajemen unit kerja berkenaan dalam
melaksanakan pemantauan pengendalian intern
pada tingkat kantor pelayanan atau operasional;
yang rincian tugasnya sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II huruf C yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-4-
KEEN AM Inspektorat Jenderal, sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KETIGA huruf c, memiliki tugas dan tanggung
jawab melakukan:
a. pengembangan metodologi, perangkat, dan
mekanisme kerja seluruh unsur pengendalian
intern; dan
b. asistensi, monitoring, dan evaluasi dalam rangka
penerapan pengendalian intern pada unit eselon I di
lingkungan Kementerian Keuangan.

KETUJUH Koordinasi antara manajernen unit kerja, Unit


Kepatuhan Internal (UKI) atau unit kerja yang
melaksanakan fungsi Unit Kepatuhan Internal (UKI),
dan Inspektorat J enderal dalam penerapan
pengendalian intern di lingkungan Kementerian
Keuangan dilaksanakan dengan mekanisme
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II huruf D
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri ini.

KEDELAPAN Pedoman pemantauan pengendalian intern


se bagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA
terdiri atas:
a. pedoman teknis pemantauan pengendalian intern
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri ini; dan
b. pedoman teknis pemantauan penerapan kode etik
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri ini.

KESEMBILAN Pedoman teknis pemantauan pengendalian intern


se bagaimana dimaksud dalam Diktum KEDELAPAN
huruf a digunakan Unit Kepatuhan Internal (UKI) atau
unit kerja yang melaksanakan fungsi Unit Kepatuhan
Internal (UKI) sebagai alat untuk melakukan
pemantauan pengendalian intern dalam rangka
mencapai tujuan pemantauan pengendalian intern
sebagai berikut:
a. membantu pimpinan unit kerja untuk
meningkatkan penerapan pengendalian intern
dalam rangka pencapaian tujuan organisasi;
b. memastikan pengendalian utama dijalankan sesuai
dengan sistem, prosedur, dan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku; dan
c. memastikan kecukupan rancangan pengendalian
intern.
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 5-
KESEPULUH Pelaksanaan pemantauan pengendalian intern
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESEMBILAN
dilaksanakan melalui:
a. Evaluasi pengendalian intern tingkat entitas/unit
kerja ( entity leveQ yang terdiri atas kegiatan
evaluasi atas lingkungan pengendalian, penilaian
risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan
komunikasi, serta pemantauan, sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II huruf E yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri ini; dan
b. Pemantauan pengendalian intern tingkat aktivitas
(activity levels, yang terdiri atas:
1) kegiatan evaluasi kecukupan rancangan; dan
2) kegiatan pemantauan pengendalian utama yang
meliputi pengujian kepatuhan pengendalian
utama dan pengujian keakuratan pengendalian
utama,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II huruf F
dan huruf G yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.
KESEBELAS Dalam rangka mendukung pelaksanaan pemantauan
pengendalian intern tingkat aktivitas ( activity leueb
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESEPULUH
huruf b dilaksanakan juga pemantauan pengendalian
berbasis teknologi informasi dan komunikasi dalam
pengendalian intern, yang tata cara pemantauannya
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II huruf H
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri ini.
KEDUABELAS Hasil pemantauan pengendalian intern sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KESEMBILAN berupa suatu
kesimpulan yang terdiri atas:
a. Pengendalian intern efektif;
b. Pengendalian intern efektif dengan pengecualian;
a tau
c. Pengendalian intern mengandung kelemahan
material.
KETIGABELAS Pedoman teknis pemantauan penerapan kode etik
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDELAPAN
huruf b digunakan Unit Kepatuhan Internal (UKI) atau
unit kerja yang melaksanakan fungsi Unit Kepatuhan
Internal (UKI) sebagai alat untuk melakukan
pemantauan penerapan kode etik dalam rangka
mencapai tujuan pemantauan penerapan kode etik
se bagai beriku t:
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-6-
a. membantu pimpinan unit kerja dalam
meningkatkan penerapan kode etik di lingkungan
kerja dalam rangka pencapaian tujuan organisasi;
b. mendorong terwujudnya sikap, tingkah laku, dan
perbuatan pegawai Kementerian Keuangan yang
sesuai dengan kode etik; dan
c. mendeteksi dini adanya penurunan penerapan
nilai-nilai Kementerian Keuangan (early warning
system) yang hasilnya akan digunakan manajemen
unit kerja untuk memperbaiki dan meningkatkan
kinerja pegawai Kementerian Keuangan.

KEEMPATBELAS Mekanisme deteksi dini sebagaimana dimaksud dalam


Diktum KETIGABELAS huruf c dilaksanakan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III huruf D
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri ini.

KELIMABELAS Tugas dan tanggung jawab Unit Kepatuhan Internal


(UKI) atau unit kerja yang melaksanakan fungsi Unit
Kepatuhan Internal (UKI) dalam pelaksanaan
pemantauan penerapan kode etik di lingkungan
Kementerian Keuangan sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KETIGABELAS, tercantum dalam Lampiran III
huruf A yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan Menteri ini.

KEENAMBELAS Ruang lingkup dan tahapan pemantauan penerapan


kode etik di lingkungan Kementerian Keuangan yang
dilakukan Unit Kepatuhan Internal (UKI) atau unit
kerja yang melaksanakan fungsi Unit Kepatuhan
Internal (UKI) sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KETIGABELAS, tercantum dalam Lampiran III huruf B
dan huruf C yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.

KETUJUHBELAS Pegawai Kementerian Keuangan yang melaksanakan


tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KELIMA paling kurang harus memiliki
kualifikasi:
a. berintegritas dan memiliki kompetensi teknis yang
memadai; dan
b. mengikuti pendidikan dan pelatihan terkait teknis
pemantauan pengendalian intern dan proses bisnis
antara lain meliputi:
1) konsep dasar pengendalian intern;
2) perancangan dan pengembangan perangkat
pemantauan pengendalian intern;
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-7 -
3) mekanisme pelaksanaan tugas pemantauan
pengendalian intern;
4) simulasi pelaksanaan tugas pemantauan
pengendalian intern berdasarkan perangkat
yang telah disusun; dan
5) Standar Operasional Prosedur (SOP) proses
bisnis.

KEDELAPANBELAS Unit Kepatuhan Internal (UKI) atau unit kerja yang


melaksanakan fungsi Unit Kepatuhan Internal (UKI)
sebagai pelaksana pemantauan pengendalian intern
melaporkan hasil:
a. pemantauan pengendalian intern dengan mengacu
pada mekanisme dan format pelaporan
se bagaimana tercan tum dalam Lam piran II h uruf G
angka 7 huruf c angka 5); dan
b. pemantauan penerapan kode etik dengan mengacu
pada mekanisme dan format pelaporan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III huruf C
angka 3,
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri ini.

KESEMBILANBELAS Laporan hasil pemantauan pengendalian intern


se bagaimana dimaksud dalam Diktum
KEDELAPANBELAS digunakan oleh:
a. Pimpinan unit eselon I, untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan
penyelenggaraan pemerin tahan negara, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan;
dan
b. Inspektorat Jenderal, untuk menjadi bahan
pertimbangan dalam rangka melaksanakan
pengawasan intern sesuai peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai sistem
pengendalian intern pemerintah.

KEDUAPULUH Berdasarkan hasil pemantauan pengendalian intern


Unit Kepatuhan Internal (UKI) atau unit kerja yang
melaksanakan fungsi Unit Kepatuhan Internal (UKI)
sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KEDELAPANBELAS, masing-masing pimpinan unit
eselon I:
MENTER! KEUANGAN
REPUBLII{ INDONESIA

- 8-
a. menyusun pernyataan manajemen mengenai
efektivitas pengendalian intern sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II huruf I angka 8 dan
laporan penerapan pengendalian intern unit eselon
I, dengan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II huruf I angka 9; dan
b. menyampaikan laporan penerapan pengendalian
intern unit eselon I sebagaimana dimaksud pada
huruf a secara tahunan kepada Inspektur Jenderal.

KEDUAPULUHSATU Inspektur Jenderal menyusun laporan penerapan


pengendalian intern di lingkungan Kementerian
Keuangan berdasarkan hasil kompilasi atas laporan
hasil pemantauan pengendalian intern yang
disampaikan pimpinan unit Eselon I sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KEDUAPULUH dan
menyampaikan laporan penerapan pengendalian
intern di lingkungan Kementerian Keuangan kepada
Menteri Keuangan.

KEDUAPULUHDUA Pada saat Keputusan Menteri ini mulai berlaku:


a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor
152 / KMK. 09/2011 ten tang Peningkatan Penerapan
Pengendalian Intern Di Lingkungan Kementerian
Keuangan sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor
435 /KMK.09/2012 ten tang Perubahan Atas
Keputusan Menteri Keuangan Nomor
152/KMK.09/2011 Tentang Peningkatan Penerapan
Pengendalian Intern Di Lingkungan Kementerian
Keuangan; dan
b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor
32/KMK.09/2013 tentang Kerangka Kerja
Penerapan Pengendalian Intern Dan Pedoman
Teknis Pemantauan Pengendalian Intern Di
Lingkungan Kementerian Keuangan
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

KEDUAPULUH TIGA Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal


1 Januari 2018.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-9 -
Salinan Keputusan Menteri ini disampaikan kepada:
1. Wakil Menteri Keuangan; dan
2. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, para
Direktur J enderal, dan para Kepala Badan di
lingkungan Kementerian Keuangan.

Ditetapkan di Jakarta
padatangg~ 8 Desember 2017

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
SRI MULYANIINDRAWATI

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Umum

. " YUWONO .,r


~69'~r(-f{:'.121997031001
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 940 /KMK.09/2017
TENTANG
KERANGKA KERJA PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN
DAN PEDOMAN PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

KERANGKA KERJA PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN


DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

A. Pengertian Pengendalian Intern

Pengendalian Intern merupakan proses yang integral pada tindakan dan


kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan.

B. Prinsip Penerapan Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan

Prinsip penerapan pengendalian intern di lingkungan Kementerian Keuangan


meliputi:
1. menciptakan pengendalian intern yang mendukung pencapaian tujuan
orgarusasi;
2. mempertahankan pengendalian intern sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari proses organisasi dan dalam pengambilan keputusan
khususnya terkait perencanaan strategis;
3. menjalankan pengendalian intern secara sistematis, terstruktur, dan tepat
waktu;
4. melaksanakan pengendalian intern dengan mempertimbangkan
keseimbangan aspek biaya dan manfaat; dan
5. melaksanakan pengendalian intern dengan menjaga kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan perundang-undangan.

C. Kebijakan Umum Penerapan Pengendalian Intern di lingkungan Kementerian


Keuangan

Kebijakan umum penerapan pengendalian intern di lingkungan Kementerian


Keuangan meliputi:
1. masing-masing unit eselon I dalam menerapkan pengendalian intern harus
menyesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik unit masing-masing;
2. pimpinan unit eselon I harus menetapkan sistem, kebijakan, prosedur,
rencana kerja, dan menyelenggarakan pelatihan yang memadai dalam
penerapan pengendalian intern;
3. pimpinan unit eselon I harus menyediakan infrastruktur yang memadai,
antara lain pegawai, dana, sarana prasarana, sistem informasi dan
komunikasi, dan dokumentasi;
4. setiap level pimpinan unit eselon I memberikan teladan budaya
pengendalian intern yang kuat kepada seluruh pegawai di lingkungan unit
kerja masing-masing;
MENTERIKEUANGAN
REPUBLJK INDONESIA

-2 -
5. setiap unit eselon I melakukan evaluasi dan pengembangan berkelanjutan
dalam rangka peningkatan penerapan pengendalian intern;
6. setiap unit eselon I memberikan perhatian utama pada pembangunan unsur
lingkungan pengendalian yang kondusif serta pelaksanaan unsur kegiatan
pengendalian untuk mendukung pencapaian tujuan/ sasaran operasional,
pelaporan, dan ketaatan; dan
7. setiap unit eselon I menerapkan pengendalian intern pada berbagai level dan
area organisasi seperti pada level unit eselon I, unit eselon II, dan unit
eselon III, serta dapat pula diterapkan pada program, proyek, dan/ atau
kegiatan tertentu.

D. Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian Intern dengan Tiga Lini Pertahanan


(Three Lines of Defense)
Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian Intern dengan Tiga Lini Pertahanan
(Three Lines of Defense) dapat digambarkan sebagai berikut:

/
1-
Kebijakan
l Umum
[ _ Prinsip
~
Tiga Lini Pertahanan

• Unit operasional (manajemen) menerapkan


pengendalian intern sepanjang waktu.

• UKI membantu manajemen pada setiap level


organisasi dengan melakukan pemantauan
penerapan pengendalian intern.

/
• ltjen (internal audit) memberikan asurans dan

ASURANS / konsultasi penerapan pengendalian intern.


·· .. ltj~.!L .- ·- .·

Tujuan
Pengendalian Intern
"'--··---

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
SRI MULYANI INDRAWATI

Salinan sesuai dengan aslinya


Ke · o Umum
LAMP!RAN ll
KEPUTUSAN MENTER! KEUANGAN REPUBL!K !NDONES!A
NOMOR 940 /KMK.09/2017
TENTANG
KERANGKA KERJA PENERAPAN PENGENDAL!AN INTERN
DAN PEDOMAN PEMANTAUAN PENGENDAL!AN INTERN DI
L!NGKUNGAN KEMENTER!AN KEUANGAN

MENTER! f<EUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

PEDOMANPEMANTAUAN PENGENDALIAN
INTERN

A. Istilah

Istilah dalam pedoman ini yaitu sebagai berikut:


1. Pelaksana pemantauan pengendalian intern, yang selanjutnya disebut
pelaksana pemantauan, merupakan Unit Kepatuhan Internal (UKI) pada
masing-masing unit Eselon I yang ditunjuk atau memiliki tugas untuk
membantu manajemen dalam melaksanakan pemantauan pengendalian
intern.
2. Pemantauan pengendalian intern merupakan kegiatan 'yang dilaksanakan
oleh manajemen untuk menilai kualitas sistem pengendalian intern
sepanjang waktu.
3. Pemantauan berkelanjutan (on going monitoring) merupakan pemantauan
atas pengendalian intern yang melekat dalam aktivitas operasi normal suatu
entitas, yaitu meliputi aktivitas pengelolaan dan pengawasan rutin, dan
tindakan lainnya yang dilaksanakan pemilik pengendalian dalam rangka
pelaksanaan tugasnya. ·
4. Evaluasi terpisah (separate evaluation) merupakari penilaian atas mutu
kinerja pengendalian intern dengan. ruang lingkup dan frekuensi tertentu
berdasarkan pada penilaian risiko dan efektivitas prosedur pemantauan
berkelanjutan. Evaluasi terpisah dapat dilaksanakan oleh orang yang
terlatih clan terpisah dari operasi (auditor internal) atau orang dalam
organisasi yang sebagai bagian dari tugas rutinnya bertanggung jawab
untuk mengawasi proses atau memantau operasi pengendalian tertentu
(pelaksana pemantauan).
5. Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas/Unit Kerja (entity leuels, yang
selanjutnya disingkat EPITE, merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh
pelaksana pemantauan untuk menilai efektivitas pengendalian intern
tingkat entitas dalam menciptakan lingkungan yang mendukung efektivitas
pengendalian intern tingkat aktivitas.
6. Pemantauan Pengendalian Intern Tingkat Aktivitas (activity leueb, yang
selanjutnya disingkat PPITA, merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh
pelaksana pemantauan untuk menilai efektivitas pengendalian intern
terhadap pelaksanaan proses bisnis manajemen.
7. Pemantauan Pengendalian Utama, yang selanjutnya disingkat PPU,
merupakan kegiatan bagian dari PPITA yang dilaksanakan oleh pelaksana
pemantauan untuk memberikan keyakinan memadai bahwa suatu
pengendalian utama telah cukup dari sisi rancangannya dan efektif
pelaksanaannya.
8. Evaluasi Kecukupan Rancangan, yang selanjutnya disingkat EKR,
merupakan kegiatan bagian dari PPITA yang dilaksanakan oleh pelaksana
pemantauan untuk memberikan keyakinan memadai bahwa seluruh risiko
utama telah diidentifikasi dan pengendalian utama telah dirancang dengan
tepat sehingga pada saat dilaksanakan dapat mencegah dan/ atau
mendeteksi kesalahan.
MENTER! f<EUANGAN
REPU8LII< INDONESIA

-2-
9. Aktivitas pengendalian (control activities) merupakan kebijakan/prosedur
untuk memastikan bahwa arahan manajemen telah dilaksanakan pada
seluruh tingkatan dan fungsi dalam suatu entitas. Aktivitas pengendalian
dilaksanakan antara lain melalui: pemberian persetujuan iapprouols, otorisasi
( authorization), verifikasi ( verification), reviu atas kinerj a operasi ( review of
operating perfonnance), pengamanan aktiva ( security of asset), dan
pemisahan tugas ( segregation of duties).
10. Pengendalian utama (key controls merupakan pengendalian yang ketika
dievaluasi dapat memberikan kesimpulan tentang kemampuan keseluruhan
sistem pengendalian intern dalam rnencapai tujuan proses bisnis yang
ditetapkan. Pengendalian Utama sering memiliki satu atau dua karakteristik
se bagai beriku t:
a. kegagalan pengendalian tersebut akan mempengaruhi tujuan proses bisnis
dan tidak dapat dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian-
pengendalian yang lain; dan/ atau
b. pelaksanaan pengendalian tersebut akan mencegah atau mendeteksi
kegagalan sebelum kegagalan tersebut memiliki pengaruh material
terhadap tujuan proses bisnis.
11. Temuan merupakan pelanggaran dan/ atau penyimpangan terhadap
penerapan pengendalian intern, baik berupa tidak dijalankannya
pengendalian yang sudah ditetapkan, tidak diidentifikasinya risiko yang
signifikan, atau tidak dibuatnya suatu pengendalian yang diperlukan.
12. Manajemen merupakan pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,. dan
pengendalian dalam proses bisnis suatu unit kerja, termasuk di dalamnya
pelaksana pemantauan.
13. Pemilik pengendalian (control owner) merupakan pejabat pada tiap jenjang
unit kerja yang bertanggung jawab atas terlaksananya suatu pengendalian di
unit kerjanya, biasanya atasan langsung pelaksana pengendalian.
14. Pelaksana pengendalian (control operator) merupakan pegawai yang
ditugaskan untuk melaksanakan suatu pengendalian yang telah ditentukan
dalam operasi harian proses bisnis.
15. Atribut pengendalian merupakan karakteristik/ ciri khusus yang melekat
pada pengendalian atau bukti yang menunjukkan bahwa pengendalian telah
dilaksanakan, seperti berita acara rekonsiliasi, paraf, tanda tangan, dan
tanda centang (,/).
16. Pengambilan sampel atribut ( attribute sampling) merupakan metode
pengambilan sampel yang digunakan untuk meneliti sifat non angka dari
data, yang diantaranya digunakan dalam pengujian pengendalian. Fokus
perhatian pengujian pengendalian pada jejak-jejak pengendalian yang
terdapat pada data/ dokumen yang diuji, seperti paraf, tanda tangan, nomor
urut pracetak, bentuk formulir, dan sebagainya, yang juga bersifat non
angka.
1 7. Risiko atas pengendalian intern yang diterima (Acceptable Risk of Over-
reliance on Internal Controls, yang selanjutnya disebut ARO, merupakan risiko
pengambilan kesimpulan yang salah karena terlalu mengandalkan
pengendalian intern atau menetapkan risiko pengendalian terlalu rendah.
MENTER! l<EUANGAN
REPUBLII< INDONESIA

-3-
18. Tingkat deviasi (Deviation Rate), yang selanjutnya disebut DR, merupakan
tingkat penyimpangan dalam populasi.
· 19. Tingkat batas atas deviasi yang terhitung (Computed Upper Deviation Rate),
yang selanjutnya disebut CUDR, · merupakan estimasi penyimpangan
maksimum dalam populasi berdasarkan sampel yang dilakukan.
20. Tingkat deviasi populasi yang diperkirakan (Estimated Population Deviation
Rate), yang selanjutnya disebut EPDR, merupakan persentase penyimpangan
yang diperkirakan terjadi dalam populasi.
21. Tingkat deviasi yang dapat ditoleransi (Tolerable Deviation Rate), yang
selanjutnya disebut TDR, merupakan tingkat penyimpangan dalam populasi
yang dapat ditoleransi yang ditetapkan berdasarkan pertimbangan
materialitas yang dianggap mengganggu keandalan data.
22. Petugas kompeten yang cermat (Prudent Official) merupakan pejabat/pegawai
yang menguasai proses bisnis yang dipantau sehingga dapat memberikan
keyakinan yang memadai atas temuan-ternuan yang berkenaan dengan
proses bisnis tersebut.

B. Gambaran Umum Pemantauan

Gambaran umum seluruh proses pemantauan pengendalian intern yang


dilakukan oleh pelaksana pemantauan sebagai berikut:

Tingkat Unit· Kerja Tingkat Aktivitas


---------------------- --------------------------------------------------

UKI-E1

UKI-E1
UKl·W
UKl·P

---------------------- --------------------------------------------------
EPITE : Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas/Unit Kerja
EKR : Evaluasi l<ecukupan Rancangan
PPU : Pemantauan Pengendalian Utama
PPTIK : Pemantauan Pengendalian Berbasis Teknologi lnformasi dan Komunikasi
MENTER! l<EUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-4 -
C. Togas dan Tanggung Jawab

Togas dan tanggung jawab terkait dengan pelaksanaan pemantauan


pengendalian intern sebagai berikut:
1. Manajemen
a. Setiap pimpinan unit kerja wajib memberikan dukungan terhadap
pelaksanaan pemantauan pengendalian intern yang dilakukan oleh
pelaksana pemantauan.
b. Pimpinan kantor pelayanan/wilayah menyusun dan menandatangani
pernyataan manajemen mengenai efektivitas pengendalian intern
berdasarkan bahan-bahan yang terdapat dalam laporan pelaksana
pemantauan tingkat kantor pelayanan/wilayah dengan rincian:
1) Pimpinan kantor pelayanan menyusun dan menandatangani
pernyataan manajernen mengenai efektivitas pengendalian intern unit
kantor pelayanan bersangkutan; dan
2) Pimpinan kantor wilayah menyusun dan menandatangani pernyataan
manajemen mengenai efektivitas pengendalian intern unit kantor
wilayah dan tingkat kantor wilayah bersangkutan. ·
c. Pimpinan unit Eselon I menyusun dan menandatangani perriyataan
manajemen mengenai efektivitas pengendalian intern berdasarkan bahan-
bahan yang terdapat dalam laporan pelaksana pemantauan tingkat
Eselon I.
d. Penandatanganan pernyataan manajemen mengenai efektivitas
pengendalian intern dapat dilakukan oleh pejabat definitif maupun
pelaksana tugas atau pelaksana harian pejabat bersangkutan.
2. Pelaksana Pemantauan
a. Pelaksana pemantauan memiliki tugas dan tanggung jawab diantaranya
sebagai berikut:
1) mengidentifikasi risiko dan pengendalian utama;
2) mengembangkan perangkat pemantauan;
3) melaksanakan .pernantauan dan evaluasi atas pengendalian intern; ·
dan
4) mengusulkan perbaikan rancangan pengendalian intern berdasarkan
hasil pemantauan. ·
b. Tugas dan tanggung jawab spesifik di setiap level pelaksana pemantauan
sebagai berikut:
1) Unit Eselon I yang tidak memiliki unit vertikal:
UKI-El memiliki tugas dan tanggungjawab sebagai berikut:
a) menentukan proses bisnis dan kegiatan yang akan dipantau;
b) melaksanakan EKR atas risiko dan pengendalian;
c) memetakan rancangan pengendalian;
d) mengembangkan perangkat pemantauan;
e) menyusun rencana pemantauan tahunan;
f) menyusun jadwal dan kebutuhan sumber daya pemantauan;

. ~
MENTER! l<EUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 5-
g) melaksanakan EPITE;
h) melaksanakan PPITA;
i) melaksanakan pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi;
j) menyampaikan laporan kepada pimpinan unit Eselon I dan
Inspektorat J enderal.
2) Unit Eselon I yang memiliki unit vertikal:
a) UKI-El memiliki tugas dan tanggungjawab sebagai berikut:
(1) menentukan proses bisnis dan kegiatan yang akan dipantau;
(2) melaksanakan EKR atas risiko dan pengendalian;
(3) memetakan rancangan pengendalian;
(4) mengembangkan perangkat pemantauan;
(5) menyusun dan menyampaikan rencana pemantauan tahunan
kepada pelaksana pemantauan tingkat wilayah dan tingkat
kantor pelayanan;
(6) menyusun jadwal dan kebutuhan surnber daya pemantauan
kantor pusat;
(7) melaksanakan EPITE unit kerja kantor pusat; .
(8) melaksanakan PPITAunit kerja kantor pusat;
(9) melaksanakan pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi;
(10) mengoordinasikan proses bisnis pemantauan oleh pelaksana
pemantauan di bawahnya;
( 11) menyampaikan laporan kepada pimpinan unit Eselon I dan
Inspektorat Jenderal.
b) UKI-W memiliki tugas dan tanggungjawab sebagai berikut:
(1) menyusun jadwal dan kebutuhan sumber daya pemantauan
kantor wilayah;
(2) melaksanakan EPITE unit kerja kantor wilayah;
(3) melaksanakan PPITAunit kerja kantor wilayah;
(4) melaksanakan pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi;
(5) mengoordinasikan proses bisnispemantauan oleh pelaksana
pemantauan di bawahnya;
(6) menyampaikan laporan kepada kepala kantor wilayah dan
pelaksana pemantauan tingkat Eselon I.
c) UKI-P memiliki tugas dan tanggungjawab sebagai berikut:
(1) menyusun jadwal dan kebutuhan sumber daya pemantauan
kantor pelayanan;
(2) melaksanakan EPITE unit kerja kantor pelayanan;
(3) melaksanakan PPITA unit kerja kantor pelayanan;
(4) melaksanakan pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi;
(5) menyampaikan laporan kepada kepala kantor pelayanan dan
pelaksana pemantauan tingkat wilayah. ·
MENTER! l<EUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-6-
D. Hubungan Kerja Pelaksana Pemantauan dengan Inspektorat Jenderal

Hubungan kerja antara pelaksana pemantauan dengan Inspektorat Jenderal


diantaranya dilaksanakan melalui aktivitas sebagai berikut:
1. UKI-El dapat meminta masukan Inspektorat Jenderal dalam menyusun
rencana pemantauan tahunan;
2. UKI-El menyampaikan rencana pemantauan tahunan dan hasil peningkatan
kualitas pengendalian intern kepada Inspektorat Jenderal;
3. UKI-El membahas tindak lanjut temuan yang berindikasi kecurangan (fraud)
dengan Inspektorat J enderal;
4. Inspektorat Jenderal memberikan konsultasi pengembangan pemantauan
pengendalian intern di lingkungan Kementerian Keuangan;
5. Inspektorat Jenderal menggunakan rencana pemantauan tahunan dan hasil
pemantauan pelaksana pemantauan dalam menyusun perencanaan
pengawasan; dan
6. Inspektorat Jenderal melakukan kegiatan asurans terhadap pelaksanaan
pemantauan pengendalian intern.

E. Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas/Unit Kerja (EPITE)

1. EPITE dilakukan terhadap pengendalian-pengendalian yang mempunyai


pengaruh luas/menyebar ke seluruh kegiatan/proses dalam suatu
organisasi, yang dilaksanakan dengan tujuan, oleh, dan pada waktu
sebagaimana diatur berikut ini:
a. Tujuan
EPITE bertujuan untuk menentukan efektivitas pengendalian tingkat
entitas dalam menciptakan lingkungan yang mendukung efektivitas
pengendalian tingkat kegiatan / aktivitas, misalnya evaluasi terhadap:
1) perekrutan, pelatihan, dan promosi pegawai;
2) prosedur penilaian risiko organisasi;
3) pembagian tugas untuk mengurangi risiko kecurangan (fraud);
4) sistem informasi mengenai kinerja organisasi; dan
5) evaluasi berkala atas pengendalian intern.
b. Pelaksana clan Lingkup
Pelaksana evaluasi pengendalian intern tingkat entitas beserta lingkup
objek yang dievaluasi sebagai berikut:
1) UKI-P mengevaluasi pengendalian intern tingkat entitas unit kerja
kantor pelayanan.
2) UKI-W mengevaluasi pengendalian intern tingkat entitas unit kerja
kantor wilayah.
3) UKI-El mengevaluasi pengendalian intern tingkat entitas unit kerja
kantor pusat bagi unit Eselon I yang memiliki unit vertikal atau
mengevaluasi pengendalian intern tingkat entitas seluruh unit kerja
unit Eselon I bagi unit Eselon I yang tidak memiliki unit vertikal.
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-7-
c. Waktu dan Proses
Evaluasi pengendalian intern tingkat entitas dilakukan minimal sekali
dalam dua tahun atau apabila terdapat kondisi-kondisi yang dapat
mempengaruhi pengendalian intern tingkat entitas, seperti:
1) perubahan kepemimpinan;
2) perubahan proses bisnis yang strategis; dan/ atau
3) perubahan struktur organisasi.
2. Pelaksanaan Kegiatan EPITE
Langkah-langkah pelaksanaan EPITE sebagai berikut:
a. Menyusun Program Kerja
1) Program kerja EPITE harus mendefinisikan dengan jelas langkah-
langkah kerja pelaksanaan EPITE.
2) Program kerja EPITE dapat disusun pada saat awal tahun anggaran
maupun beberapa saat sebelum kegiatan EPITE direncanakan untuk
dilaksanakan.

PROGRAM KERJA EPITE

Unit Kerja ... [diisi nama satuan kerja yang dipantau]


Tanggal ... [diisi rencana waktu pelaksanaan EPITEJ

No. Langk.ah Kerja Rencana Keterangan


(1) (2) (3) (4)
1. Mengel om pokkan butir-butir EPITE
berdasarkan teknik yang akan digunakan,
misalnya kelompok butir-butir yang akan
dilakukan reviu dokumen, yang akan
dilakukan survey, dll;
2. Menyiapkan perangkat untuk melakukan
teknik evaluasi yang dipilih, misalnya
untuk reviu dokumen perlu ada daftar
dokumen yang diperlukan, untuk survei
perlu ada kuesioner vanz telah disiapkan;
3. Menentukan pihak yang akan dimintai
keterangan ataupun responden untuk
teknik- teknik yang memerlukan
keterangan pihak lain, misalnya untuk
survei perlu ditentukan apakah seluruh
pegawai dijadikan responden a tau
responden dipilih secara acak a tau
responden dipilih berdasarkan
pertimbangan terten tu;
4. Melaksanakan teknik evaluasi yang telah
ditentukan;
5. Melakukan pengolahan data yang
didapatkan dan menganalisisnya serta
menyimpulkan berdasarkan kriteria yang
ada, misalnya untuk kuesioner
menggunakan 5 skala likert dapat
ditetapkan kriteria 3,75 sebagai kriteria
minimal untuk dapat menyimpulkan
bahwa butir tersebut dilaksanakan;
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-8-
No. Langkah Kerja Rencana Keterangan
(1) (2) (3) (4)
6. Terhadap hasil pengolahan data a tau
informasi yang didapatkan masih belum
dapat disimpulkan, maka perlu dilakukan
teknik tambahan untuk memastikan
simpulannya;
7. Menuangkan hasil simpulan setiap butir
dalam kertas keria EPITE

Jakarta, ............. 20 ....


[Pimpinan Pelaksana
Pemantauan]
.
[Nama]
NIP[ .......................... ]

Keterangan:
(1) : diisi nomor urut;
(2): diisi langkah-langkah kerja EPITE. Langkah-langkah yang ada dalam
format dapat disesuaikan sesuai kebutuhan;
(3): diisi rencana waktu pelaksanaan;
(4): diisi keterangan yang diperlukan.

b. Melaksanakan Evaluasi.
Evaluasi dilakukan terhadap setiap faktor dari kelima unsur
pengendalian intern dengan menggunakan salah satu atau kombinasi
dari beberapa teknik yang bersifat saling melengkapi sesuai dengan
kebutuhan di lapangan sebagai berikut:
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 9-

1) Reviu Dokumen
Reviu dokumen dilakukan dengan mempelajari dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan pelaksanaan unsur-unsur pengendalian
intern, yang pelaksanaannya dituangkan dalam kertas kerja
pendukung reviu dokumen sebagaimana format berikut:

KERTAS KERJA PENDUKUNG REVIU DOKUMEN


DALAM RANGKA EPITE
[NAMA UNIT KERJA]

Disusun oleh/tanggal/paraf: .
Direviu oleh/tanggal/paraf: .

No. Butir EPITE Dokumen Validasi Kesimpulan


(1) (2) (3) (4) (5)

Informasi Tambahan: (a)

Keterangan:
(1) diisi nomor ur ut;
(2) diisi butir EPITE yang dievaluasi dengan reviu dokumen;
(3) diisi nama dokumen yang direviu;
(4) diisi pendapat evaluator apakah dokumen tersebut dapat diyakini
sebagai dokumen pendukung;
(5) diisi kesimpulan "ya" apabila diyakini dokumen mendukung
pernyataan butir EPITE dan diisi kesimpulan "tidak" apabila
diyakini dokumen tidak mendukung pernyataan butir EPITE
terse but;
(a) diisi informasi lain-lain yang relevan, misalnya adanya kesalahan
ketik dalam penomoran dokumen namun dapat diyakini bahwa
dokumen tersebut valid, dll.;

2) Wawancara
a) Wawancara dilakukan melalui diskusi dengan pegawai yang
bertanggung jawab terhadap rancangan atau implementasi
pengendalian dalam rangka mengumpulkan bukti merigenai
efektivitas pengendalian tingkat entitas.
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 10 -
b) Wawancara dapat menjadi sarana mengumpulkan informasi
kesesuaian pelaksanaan kebijakan dengan target yang
diharapkan. Pelaksanaan wawancara dituangkan dalam kertas
kerja pendukung wawancara sebagaimana format berikut:

KERTAS KERJA
WAWANCARAEPITE
[NAMA UNIT KERJA]

Disusun oleh/ tanggal/ paraf: ·············· ························


Direviu oleh/tanggal/paraf: ········································

No. Uraian Pertanyaan dan Jawaban


Wawancara dengan Responden (Pimpinan/Pegawai *)
1. Apakah kepada Saudara telah dilakukan sosialisasi yang memadai
ten tang kewajiban, larangan, dan sanksi dalam kode etik dan/atau
aturan perilaku lainnya, termasuk kepada pegawai baru?
Jawaban: ··················································································
2. Apakah pimpinan unit kerja Saudara memberi keteladanan dengan
menerapkan integritas dan nilai-nilai etika dan mendorong bawahan
untuk menerapkannya pula?
Jawaban: ··················································································
3. Apakah pimpinan unit kerja Saudara memberikan sanksi kepada
pegawai yang melanggar kode etik dan/atau aturan perilaku lainnya?
Jawaban: ··················································································
4. Apakah Saudara mengetahui kewajiban dan larangan serta sanksi
pelanggaran kode etik dan/atau aturan perilaku lainnya?
Jawaban: ··················································································
5. Apakah pimpinan unit kerja Saudara memiliki sikap yang selalu
mempertimbangkan risiko dalam pengambilan keputusan?
Jawaban: ··················································································
6. Apakah pimpinan unit kerja Saudara mendorong penerapan
pengendalian intern di unit kerjanya?
Jawaban: ··················································································
7. Apakah pimpinan unit kerja Saudara memiliki sikap yang positif dan
responsif terhadap pencapaian tujuan proses bisnis/organisasi?
Jawaban: ··················································································
8. Apakah pimpinan unit kerja Saudara memandang penting dan
menindaklanjuti hasil pengawasan aparat pengawas intern,
pengaduan, keluhan, dan pertanyaan dari pegawai dan masyarakat?
Jawaban: ··················································································
9. Apakah terdapat proses untuk memastikan bahwa pegawai yang
terpilih untuk menduduki suatu jabatan tel ah memiliki pengetahuan,
keahlian, dan kemampuan yang diperlukan?
Jawaban: ··················································································
10. Apakah unit kerja Saudara menyelenggarakan pelatihan dan
pembimbingan untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi
pegawai?
Jawaban: ··················································································
11. Apakah Saudara mengetahuidan melaksanakan tugas, wewenang dan
tanggung jawabnya?
Jawaban: ··················································································

12. Apakah wewenang yang diberikan kepada Saudara sud ah tepat dan
sesuai dengan tingkat tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian
tujuan unit kerja Saudara?
Jawaban: ··················································································
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 11 -
No. Uraian Pertanyaan dan Jawaban
13. Apakah Saudara mengetahui dan bertanggung jawab atas
pengendalian intern yang menjadi tanggung jawab Saudara?
Jawaban: .
14. Apakah menurut Saudara jumlah pejabat/pegawai dalam suatu unit
kerja Saudara telah sesuai dengan analisis beban kerja?
Jawaban: .

15. Apakah menurut Saudara kebijakan dan praktik pembinaan sumber


daya manusia pada unit kerja Saudara telah disosialisasikan dan
diperbaharui secara terus menerus?
Jawaban: .
16. Apakah pimpinan unit kerja Saudara memberikan panduan, penilaian,
dan pelatihan kepada pegawai untuk memastikan ketepatan
pelaksanaan pekerjaan, mengurangi kesalahpahaman, serta
mendorong berkurangnya tindakan petanggaran?
Jawaban: .
17. Apakah menuru t Saudara sudah dilaksanakan pemilihan diktat yang
mengacu pada pedoman pelaksanaan diktat berbasis kompentensi?
Jawaban: .
18. Apakah menurut Saudara sudah ada keterkaitan diktat yang
dilaksanakan dengan pembinaan karir dan kinerja pegawai?
Jawaban: .
19. Apakah rrrenurut Saudara pemberian sanksi telah dijalankan sesuai
dengan kebijakan dan prosedur yang berlaku?
Jawaban: .
20. Apakah menurut Saudara sasaran unit kerja Saudara telah
dikomunikasikan kepada seluruh pegawai?
Jawaban: .
21. Apakah menurut Saudara sudahtersedia mekanisme untuk
mengantisipasi, mengidentifikasi, dan bereaksi terhadap perubahan
yang dapat menghasilkan dampak besar dan menyebar pada unit kerja
Saudara?
Jawaban: .
22. Apakah menurut Saudara telah dilakukan perbandingan antara kinerja
yang direncanakan dengan kinerja yang dicapai setiap pegawai?
Jawaban: .
23. Apakah menurut Saudara laporan pencapaian kinerja telah
disampaikan tepat waktu kepada pimpinan?
Jawaban: .
24. Apakah menurut Saudara unit kerja Saudara telah rnelaksanakan
evaluasi atas pencapaian Indikator Kinerja Utama?
Jawaban: .
25. Apakah menurut Saudara sudah ada tindak lanjut atas perbedaan
capaian kinerja dengan kinerja yang direncanakan?
Jawaban: .
26. Apakah unit kerja Saudara telah memiliki mekanisme otorisasi dan
persetujuan iapprouals atas transaksi dan kejadian penting?
Jawaban: .
27. Apakah menurut Saudara informasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan proses bisnis telah tersedia secara tepat waktu, akurat
dan disampaikan kepada pihak yang tepat?
Jawaban: .
28. Apakah menurut Saudara informasi yang diperlukan bagi orang yang
tepat dalam rincian yang cukup dan tepat waktu?
Jawaban: .
29. Apakah menurut Saudara unit kerja Saudara mengelola,
mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi untuk
meningkatkan kegunaan dan kearidalan komunikasi informasi secara
terus menerus?
Jawaban: .
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 12 -
No. Uraian Pertanyaan dan Jawaban
30. Apakah menurut Saudara seluruh pegawai tel ah menggunakan
program/sistem informasi terkait dengan tugasnya?
Jawaban: ..................................................................................
31. Apakah Saudara sebagai end userpernah diminta masukan dalam
pengembangan, perbaikan, dan pengujian program/ sistem informasi?
Jawaban: ··················································································
32. Apakah menurut Saudara unit kerja Saudara menindaklanju ti saran
dan masukan dari pegawai terkait pengembangan, perbaikan, dan
pengujian program/sistem informasi?
Jawaban: ··················································································
33. Apakah menurut Saudara telah tersedia saluran komunikasi baik ke
atas maupun kepada seluruh bagian organisasi mengenai: ha! yang
tidak diharapkan terjadi dalam pelaksanaan tu gas beserta penyebab
dan usulan perbaikannya, informasi yang negatif, perilaku yang tidak
benar, atau penyimpangan?
Jawaban: ··················································································
34. Apakah menurut Saudara terdapat perlindungan bagi pegawai yang
menyampaikan informasi yang negatif, perilaku yang tidak benar, atau
penyimpangan?
Jawaban: ··················································································
35. Apakah menurut Saudara tel ah tersedia alat komunikasi efektif yang
menginformasikan hal-hal penting kepada seluruh pegawai?
Jawaban: ··················································································
36. Apakah menurut Saudara telah tersedia saluran komunikasi yang
terbuka dan efektif dengan masyarakat, rekanan, konsultan, dan
aparat pengawasan intern pemerintah serta kelompok lainnya yang
bisa memberikan masukan yang signifikan terhadap kualitas
pelayanan unit kerja Saudara?
Jawaban: ··················································································
37. Apakah menurut Saudara telah tersedia prosedur yang mewajibkan
pimpinan unit kerja Saudara untuk mereviu pelaksanaan
pengendalian?
Jawaban: ··················································································
38. Apakah menurut Saudaratelah tersedia prosedur yang dapat
mendeteksi adanya pengendalian yang diabaikan?
Jawaban: ··················································································
39. Apakah menu rut Saudara telahtersedia prosedur yang meyakinkan
bahwa tindakan perbaikan dilakukan tepat waktu ketika ditemukan
penyimpangan?
Jawaban: ··················································································
40. Apakah menurut Saudara sudah ada monitoring dan evaluasi tindak
lanjut permasalahan a tau kendala dalam pelaksanaan koordinasi
internal maupun eksternal?
Jawaban: ··················································································
41. Apakah menu rut Saudara telah dilaksanakan reviu atas pelaksanaan
pengendalian terutama pengendalian yang gaga! mencegah a tau
mendeteksi adanya masalah yang timbul?
Jawaban: ··················································································
42. Apakah menurut Saudara setiap pengabaian terse but telah mendapat
persetujuan dari pimpinan unit kerja Saudara?
Jawaban: ··················································································

Kesimpulan Hasil Wawancara


·············································································································
·············································································································
.............................................................................................................
..............................................................................................................

*) dicoret yang tidak sesuai


MENTER! KEUANGAN
REPUBLH< INOONESIA

- 13 -
3) Survei
a) Survei dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan
tertulis untuk mendapatkan tanggapan dari pegawai/pejabat
mengenai hal-hal yang terkait dengan lima unsur pengendalian
intern di dalam suatu unit kerja.
b) Survei tersebut dituangkan dalam bentuk kuesioner survei
sebagaimana format berikut:

FORMAT KUESIONER SURVEI


EVALUASIPENGENDALIAN INTERN TINGKAT ENTITAS/UNIT KERJA (EPITE)

INFORMASI RESPONDEN
UNIT KERJA : .................................................................
MASA KERJA DI UNIT KERJA : ..................................................................
MASA KERJA PIMPINAN UNIT : ..................................................................
Para Responden yang terhormat,
Partisipasi Bapak/lbu dalam survei ini sangat dihargai. Kuesioner ini adalah bagian
dari langkah evaluasi terhadap pengendalian intern tingkat entitas kantor Bapak/Ibu.
Secara umum kuesioner ini berkaitan dengan penerapan unsur-unsur pengendalian
intern yang mempunyai pengaruh luas/menyebar ke seluruh kegiatan/proses dalam
suatu organisasi. Bapak/Ibu tidak diminta mengisi identitas, sehingga kerahasiaan
jawaban terjamin.

STS: Sangat Tidak Setuju; TS: Tidak Setuju; R: Ragu-ragu; S: Setuju; SS: Sangat
Setuju

LINGKUNGANPENGENDALIAN
"Lingkungan pengendalian akan menentukan bagaimana unit Bapak/ !bu dikeIola dan
mempengaruhi kesadaran. akan pengendalian dari unit Bapak/Jbu. Lingkungan
penqendalian: merupakan dasar dari semua komponen pengendalian intern. Faktor-fakior
lingkungan pengendalian antara lain integritas, nilai-nilai etika, kompetensi, gaya dan
filosofi manajemen. Bapak/Ibu diminta untuk memberikan pendapat mengenai
lingkungan pengendalian di unit Bapak/ !bu secara objekiif."

NO PERNYATAAN STS TS R s SS
BUTIR
1 Pimpinan unit kerja saya selalu memberikan
teladan dalam nelaksanaan tuaas,
2 Pimpinan unit kerja saya selalu menjaga
intezritas dalam nelaksanaan tuaas.
3 Pimpinan unit kerja saya bertindak sesuai
denzan nilai-nilai Kementerian Keuanzan.
4 Pimpinan unit kerja saya mendorong
bawahan untuk meniaza intezritas.
5 Pimpinan unit kerja saya mendorong
bawahan untuk bertindak sesuai nilai-nilai
Kementerian Keu anaan.
6 Saya mengetahui kewajiban, larangan, dan
sanksi pelanggaran kode etik dan/ atau
aturan perilaku lainnva.
7 Saya memahami kewajiban, larangan, dan
sanksi pelanggaran kode etik dan/atau
aturan nerilaku lainnva.
8 Pimpinan unit kerja saya mempertimbangkan
risiko dalam pengambilan keputusan.
9 Pimpinan unit kerja saya bersikap positif
terhadap risiko.
10 Pimpinan unit kerja saya mendorong
implementasi pengendalian intern di
linakunzan keria sava.
11 Pimpinan unit kerja saya berperan aktif
dalam imnlementasi nenzendalian intern.
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 14 -
NO STS TS R s SS
PERNYATAAN
BUTIR
12 Pimpinan unit kerja saya selalu bersikap
positif dan responsif terhadap pencapaian
tu iuan keziatan I orzanisasi.
13 Pimpinan unit kerja saya selalu mendorong
pencapaian tuiuan keaiatan I oraanisasi.
14 Pimpinan unit kerja saya memandang penting
dan menindaklanjuti hasil pengawasan dari
Itien.
15 Pimpinan unit kerja saya memandang penting
dan menindaklanjuti pengaduan, keluhan,
dan nertanvaan dari nezawai.
16 Pimpinan unit kerja saya memandang penting
dan menindaklanjuti pengaduan, keluhan,
dan nertanvaan dari masvarakat.
17 Unit kerja saya memiliki proses untuk
memastikan bahwa pegawai yang terpilih
untuk menduduki suatu jabatan telah
memiliki pengetahuan, keahlian, dan
kemampuan yang diperlukan.
18 Unit kerja saya memiliki mekanisme yang
baik untuk memilih pegawai yang kompeten
dalam rangka menduduki suatu iabatan.
19 Unit kerja saya telah melaksanakan pelatihan
dan bimbingan untuk meningkatkan
kornpetensi pegawai,
20 Unit kerja saya telah mengikutsertakan
pegawai untuk mengikuti pelatihan dan
bimbingan.
21 Pimpinan dan seluruh pegawai pada unit
saya mengetahui tugas, wewenang dan
tanzzung [awabnya.
22 Pimpinan dan seluruh pegawai pada unit
saya memahami tugas, wewenang dan
tanzzunz jawabnya,
23 Pimpinan dan seluruh pegawai pada unit
saya melaksanakan tugas, wewenang dan
tanzguna iawabnva.
24 Di unit saya, wewenang diberikan sesuai
denzan tanagung jawab yang diemban.
25 Di unit saya, pegawai memiliki kewenangan
yang memadai untuk menjalankan tanggung
iawabnva.
26 Di unit saya, para pegawai mengetahui dan
bertanggungjawab atas pengendalian intern
vana meniadi tanazunz iawabnva.
27 Di unit saya, para pegawai bertanggung
jawab atas pengendalian intern yang menjadi
tanzguna iawabnva,
28 Di unit saya, pimpinan mengetahui
pengendalian intern yang menjadi tanggung
iawabnva.
29 Di unit saya, Pimpinan bertanggungjawab
atas pengendalain intern yang menjadi
tanggung jawab sava.
30 Jumlah pegawai di unit kerja saya telah
sesuai dengan beban keria vana dihadaoi.
31 Jumlah pejabat di unit kerja saya telah
sesuai dengan beban keria yang dihadaoi
32 Kebijakan pembinaan sumber daya manusia
oada unit kerja saya telah disosialisasikan.
33 Kebijakan pembinaan sumber daya manusia
pada unit kerja saya telah diperbaharui
secara terus menerus.
34 Kebijakan pembinaan sumber daya manusia
nada unit kerja sava telah dioraktikkan.
35 Pimpinan unit kerja memberikan panduan
kepada pegawai untuk memastikan ketepatan
pelaksanaan pekerjaan, mengurangi
kesalahpahaman, serta mendorong
berkuranznva tindakan pelanggaran.
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 15 -
NO PERNYATAAN STS TS R s SS
BUTIR
36 Pimpinan unit kerja memberikan penilaian
kepada pegawai untuk memastikan ketepatan
pelaksanaan pekerjaan, mengurangi
kesalahpahaman, serta mendorong
berkuranznva tindakan nelanzaaran.
37 Pimpinan unit kerja memberikan pelatihan
kepada pegawai untuk memastikan ketepatan
pelaksanaan pekerjaan, mengurangi
kesalahpahaman, serta mendorong
berkuranznva tindakan nelanaaaran.
38 Pemilihan diklat yang saya ikuti sesuai
dengan kebutuhan kompetensi organisasi
sava.
39 Diklat yang saya ikuti telah sesuai dengan
kebutuhan orzanisasi sava.
40 Pimpinan pada unit saya memberikan sanksi
kepada nezawai yang melanzaar ketentuan.

AKTIVITASPENGENDALIAN
"Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur untuk memastikan
dijalankannya arahan pimpinan. Aktivitas pengendalian memastikan hal yang
seharusnya dijalankan, dilakukan oleh para pegawai untuk memitigasi risiko agar tujuan
organisasi dapat tercapai. Bapak/ Ibu diminta untuk memberikan pendapat atas kegiatan
aktivitas pengendalian pada unit Bapak/ Ibu secara objektif."

NO PERNYATAAN STS TS R s SS
BUTIR
1 Unit kerja saya telah memiliki mekanisme
otorisasi dan persetujuan (approval) atas
transaksi dan keiadian pentina,
2 Unit kerja saya telah menjalankan
mekanisme otorisasi dan persetujuan
(approval) atas transaksi dan kejadian
pen ting.

KOMUNIKASI DAN INFORMASI


"Komunikasi dan. informasi dalam sebuah organisasi harus dilakukan secara tepat
waktu, terkini, akurat, dapat diakses oleh pihak: yang tepat,dan didukung dengan
komunikasi efektif Bapak/Ibu diminta untuk memberikan pendapat atas unsur
komunikasi&informasi pada unit Bapak/ Ibu secara objekiif."

NO PERNYATAAN STS TS R s SS
BUTIR
1 Informasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan kegiatan telah tersedia secara
tepat waktu.
2 Informasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan kegiatan telah tersedia secara
akurat.

3 Informasi yang diperlukan dalam


pelaksanaan kegiatan telah disampaikan
kepada pihak yang tepat.

4 Informasi yang diperlukan dalam


pelaksanaan kegiatan telah tersedia dalam
rincian yang cukup.
5 Pada unit kerja saya, telah digunakan
program/ sistem informasi terkait dengan
tugasnya.

6 Pada unit kerja saya, seluruh pegawai telah


memanfaatkan program/sistem informasi
terkait dengan tugasnya.

7 Pada unit kerja saya, pegawai sebagai end


user telah diminta masukan dalam
pengembangan, perbaikan, dan pengujian
program I sistem informasi.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 16 -
NO PERNYATAAN STS TS R s SS
BUT IR
8 Pada unit kerja saya, pegawai sebagai end
user memberikan masukan dalam
pengembangan, perbaikan, dan pengujian
program I sistem informasi.
9 Unit kerja terkait telah menindaklanjuti
saran dan masukan dari pegawai terkait
pengembangan, perbaikan, dan pengujian
nrozram I sistem informasi.
10 Unit kerja terkait telah memanfaatkan saran
dan masukan dari pegawai terkait
pengembangan, perbaikan, dan pengujian
nrozram Zsistem informasi.
11 Pada unit kerja saya terdapat saluran
komunikasi ke atas mengenai: hal yang tidak
diharapkan terjadi dalam pelaksanaan tugas,
informasi yang negatif, perilaku yang tidak
benar, atau oenvirnoane:an.
12 Pada unit kerja saya terdapat saluran
komunikasi kepada seluruh bagian organisasi
mengenai: hal yang tidak diharapkan terjadi
dalam pelaksanaan tugas, informasi yang
negatif, perilaku yang tidak benar, atau
penvimpangan
13 Pada unit kerja saya, terdapat perlindungan
bagi pegawai yang menyampaikan informasi
yang negatif, perilaku yang tidak benar, atau
penyimpangan.
14 Pada unit kerja saya, tidak terdapat
pembatasan bagi pegawai yang
menyampaikan informasi yang negatif,
perilaku yang tidak benar, atau
oenvimnane:an.
15 Pada unit kerja saya, terdapat alat
komunikasi efektif yang menginformasikan
hal-hal nentina keoada seluruh nezawai
16 Pada unit kerja saya, terdapat media
informasi efektif untuk menyampaikan hal-
hal nentina keoada seluruh pegawai
17 Pada unit kerja saya, terdapat saluran
komunikasi yang terbuka dan efektif dengan
masyarakat, rekanan, konsultan, dan aparat
pengawasan intern pemerintah serta
kelomook lainnva.
18 Pada unit kerja saya, terdapatjadwal
kegiatan komunikasi dan informasi dengan
nemanzku keoentine:an.

MONITORING
"Sistem. pengendalian intern yang baik hanis selalu dimonitor dari waktu ke waktu.
Monitoring dilakukan dengan cara pemantauan berkelanjutan(on-going monitoring) atau
dengan evaluasi terpisah: Bapak/ Ibu diminta memberikan pendapat mengenai kegiatan
monitoring pada unit Bapak/ Ibu secara objekiif,"

NO PERNYATAAN STS TS R s SS
BUTIR
1 Pada unit kerja saya, terdapat prosedur yang
dapat mendeteksi adanya pengendalian yang
diabaikan.
2 Pada unit kerja saya, terdapat sistem
peringatan dini atas kemungkinan adanya
oene:endalian vane: diabaikan.
3 Pada unit kerja saya, terdapat prosedur yang
meyakinkan bahwa tindakan perbaikan
dilakukan tepat waktu ketika ditemukan
penvimpangan.
4 Pada unit kerja saya, dijalankan prosedur
yang meyakinkan bahwa tindakan perbaikan
dilakukan tepat waktu ketika ditemukan
nenvimoane:an.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 17 -
NO PERNYATAAN STS TS R s SS
BUTIR
5 Pada unit kerja saya, terdapat monitoring
tindak lanjut permasalahan atau kendala
dalam pelaksanaan koordinasi internal
maupun eksternal.
6 Pada unit kerja saya, terdapat evaluasi tindak
lanjut permasalahan atau kendala dalam
pelaksanaan koordinasi internal maupun
eksternal.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 18 -
c) Hasil pelaksanaan survei dituangkan dalam kertas kerja
rekapitulasi survei EPITE sebagaimana format berikut:
KERTAS KERJA REKAPITULASI SURVEY
EVALUASI PENGENDALIAN INTERN TINGKAT ENTITAS/UNIT
KERJA (EPITE)
(NAMA UNIT KERJA]

Disusun oleh/tanggal/paraf: .
Direviu oleh/tanggal/paraf: .

LINGKUNGAN PENGENDALIAN
No. Nilai Simpulan
Rl R2 R3 dst. Jumlah Rata-rata (<4 = Tidak, ~4 = Ya)
Butir
1
2
3
4
5
.dst

PENILAIAN RISIKO
No. Nilai Simpulan
Rl R2 R3 dst. Jumlah Rata-rata (<4 = Tidak, ~4 = Ya]
Butir
1
2
3

AKTIVITAS PENGENDALIAN
No. Nilai Simpulan
Rl R2 R3 dst. Jumlah Rata-rata (<4 = Tidak, ~4 = Ya)
Butir
1
2

KOMUNIKASI DAN INFORMASI


No. Nilai Simpulan
Rl R2 R3 dst. Jumlah Rata-rata (<4 = Tidak, ~4 = Ya)
Butir
1

5
.dst

4) 0 bservasi
(a) Observasi dilakukan dengan mengamati secara cermat
pegawai/pejabat, kondisi lingkungan, dan pelaksanaan proses
bisnis di suatu unit kerja terkait dengan lima unsur pengendalian
intern. ~
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 19 -
(b) Pelaksanaan observasi dituangkan dalam kertas kerja pendukung
observasi sebagaimana format berikut:

TABEL OBSERVASI EPITE


[NAMA UNIT KERJA]

Disusun oleh/tanggal/paraf: .
Direviu oleh/tanggal/paraf: .

Hasil Kesimpulan
Tgl. No. Butir EPITE Keterangan
Observasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Apakah pimp in an unit kerja
tel ah memperhatikan
pemisahan tugas (segregation of
duties) untuk mengurangi risiko
terjadinya kecurangan atau
tindakan vanz tidak lavak?
Apakah unit kerja telah
mengatur pembatasan akses
atas a set dan aplikasi yang
dimiliki?
Apakah unit kerja telah
memiliki mekanisme otorisasi
dan persetujuan (approvaQ atas
transaksi dan kejadian penting?
Apakah pelaksanaan proses
bisnis telah didukung dengan
dokumentasi yang cukup dan
teoat waktu?
Apakah informasi yang
diperlukan bagi orang yang
tepat dalam rincian yang cukup
dan tepat waktu?
Apakah terdapat perlindungan
bagi pegawai yang
menyampaikan informasi yang
negatif, perilaku yang tidak
benar, atau penvimpangan?
Apakah ada alat komunikasi
efektif yang menginformasikan
hal-hal penting kepada seluruh
nezawai?
Apakah terdapat saluran
komunikasi yang terbuka dan
efektif dengan masyarakat,
rekanan, konsultan, dan aparat
pengawasan intern pemerintah
serta kelompok lainnya yang
bisa memberikan masukan
yang signifikan terhadap
kualitas pelavanan unit keria?

Keterangan:
(1) diisi tanggal pelaksanaan observasi;
(2) diisi nomor urut butir-butir EPITE yang diobservasi pada tanggal tersebut;
(3) diisi butir-butir EPITE yang diobservasi pada tanggal tersebut. Urutan butir-
butir EPITE bisa acak sesuai pelaksanaan observasi;
(4) diisi hasil-hasil pelaksanaan observasi. Misalnya untuk "Apakah ada alat
komunikasi efektif yang menginformasikan hal-hal penting kepada seluruh
pegawai?", hasilnya dapat berupa: alat komunikasi majalah/bulletin intern,
chat groups, mailing list, dll. ;
(5) diisi keterangan atas isian Kolom (4) tersebut yang perlu dijelaskan (optionaQ;
(6) diisi kesimpulan "ya" apabila mendukung adanya butir EPITE tersebut dan
"tidak" apabila tidak mendukung adanya butir EPITE tersebut.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 20 -
c. Penyusunan Hasil Evaluasi
1) hasil evaluasi akan diperoleh nilai sementara pengendalian
intern tingkat entitas, temuan, dan rekomendasi untuk perbaikan.
2) Nilai tersebut diperoleh dari persentase total skor terhadap jumlah
faktor yang dievaluasi dengan rentang 0% (nol per seratus) s.d. 100%
(seratus per seratus).
3) Hasil pelaksanaan EPITE dituangkan sebagaimana format berikut:
TABEL HASIL
EVALUASI PENGENDALIAN INTERN TINGKAT ENTITAS

UNIT KERJA :
WAKTUUJI :

Hasil Evaluasi
Faktor-faktor yang Dievaluasi Reviu Simpulan
Wawancara Survei Observasi Skor"
(Tingkat Entitas) Dokumen
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
A. LlNGKUNGANPENGENDALIAN
..
1 Intcgritas, nilai ctika, dan pcrilaku etis

a. Apakah telah dilakukan sosialisasi


yang memadai tentang kewajiban,
larangan, dan sanksi dalam kode ' '
etik dan/ a tau a tu ran perilaku I

lainnya, termasuk kepada pegawai


baru?
b. Apakah pimpinan unit kerja
memberi keteladanan dengan
menerapkan integritas dan nilai- I! II
nilai etika dan mendorong I:
bawahan untuk menerapkannya
pula?
c. Apakah pimpinan unit kerja
memberikan sanksi kepada
pegawai yang melanggar kode etik
dan/atau aturan perilaku lainnya?

d. Apakah pegawai mengetahui


kewajiban dan larangan serta
sanksi pelanggaran kode etik 11
dan/atau aturan perilaku lainnya?

2 Kesadaran pimpinan unit kerja atas


pengendalian dan gaya operasi yang
dimiliki oleh pimpinan unit keria
a. Apakah pimpinan unit kerja
memiliki sikap yang selalu
mempertimbangkan risiko dalam
pengambilan keputusan?

b. Apakah pimpinan unit kerja


mendorong penerapan
pengendalian intern di unit 1,
kerjanya?

c. Apakah pimpinan unit kerja


merniliki sikap yang positif dan
responsif terhadap pencapaian ii
tujuan kegiatan/ organisasi?

d. Apakah pimpinan unit kerja


memandang penting dan
menindaklanjuti hasil pengawasan
aparat pengawas intern, '
pengaduan, keluhan, dan "
pertanyaan dari pegawai dan
masvarakat?
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 21 -

Hasil Evaluasi
Faktor-faktor yang Dievaluasi Reviu Skor*
Wawancara Survei Observasi Simpulan
(Tingkat Entitas) Dokumen
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
3 Komitmen terhadap kompetensi

a. Apakah terdapat proses untuk


memastikan bahwa pegawai yang
terpilih untuk menduduki suatu
jabatan telah memiliki
pengetahuan, keahlian, dan
'
kemampuan yang diperlukan?
b. Apakah unit kerja
menyelenggarakan pelatihan dan
pembimbingan untuk I
mempertahankan dan
meningkatkan kompetensi
oeeawai?
4 Struktur organisasi serta penetapan
wewenang dan tanggung jawab

a. Apakah pimpinan dan pegawai


mengetahui dan melaksanakan
tugas, wewenang dan tanggung Ii

jawabnya?

b. Apakah wewenang diberikan


kepada pegawai yang tepat sesuai
dengan tingkat tanggung jawabnya
dalam rangka pencapaian tujuan
unit keria?
c. Apakah pimpinan dan pegawai
mengetahui dan bertanggung
jawab atas pengendalian intern
yang menjadi tanggung jawabnya?

d. Apakah jumlah pejabat/pegawai


dalam suatu unit kerja telah sesuai
dengan analisis beban kerja?
5 Kebijakan dan praktik yang berkaitan
dengan SDM

a. Apakah kebijakan dan praktik


pembinaan sumber daya manusia
pad a unit kerja tel ah II
clisosialisasikan dan diperbaharui
secara terus menerus?
b. Apakah pimpinan unit kerja
memberikan panduan, penilaian,
dan pelatihan kepada pegawai
untuk memastikan ketepatan I
pelaksanaan pekerjaan, ii
mengurangi kesalahpahaman,
Ii
serta menclorong berkurangnya II
tindakan oelanaaaran?
c. Apakah sudah dilaksanakan
pemilihan diklat yang mengacu Ii,
Ii
pada pedoman pelaksanaan diklat
berbasis kompentensi?

d. Apakah sudah ada keterkaitan


diklat yang dilaksanakan dengan
Ii
pembinaan karir dan kinerja
pegawai?

e. Apakah pemberian sanksi telah


dijalankan sesuai dengan
kebijakan dan prosedur yang
berlaku
B. PENILAIAN RISIKO

1 Sasaran unit kerja telah disusun dan


dikomunikasikan

Apakah sasaran unit kerja telah


dikomunikasikan kepada seluruh
pegawai?
2 Telah dilakukan penilaian risiko yang
meliputi perkiraan signifikansi dari
11
suatu risiko, penilaian kemungkinan
Ii
teriadinva, dan penanganannva
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 22 -
Hasil Evaluasi
Faktor-faktor yang Dievaluasi Reviu Observasi Skar* Simpulan
Wawancara Survei
(Tingkat Entitas) Dokumen
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
a. Apakah unit kerja telah
mengidentifikasi risiko dalam
pencapaian tujuan?
b. Apakah unit kerja telah
menganalisis dan mengevaluasi
risiko dalam pencapaian tujuan?
c. Apakah unit kerja telah melakukan
penanganan risiko dalam
pencapaian tujuan?
3 Adanya mekanisme untuk
mcngantisipasi, mengidentifikasi, dan 11
bereaksi terhadap perubahan yang
1, I
I 1,
dapat mcnghasilkan dampak besar dan
menvebar pada unit keria
a. Apakah ada mekanisme untuk
mengantisipasi, mengidentifikasi,
dan bereaksi terhadap peru bahan Ii
yang dapat menghasilkan dampak "I!
besar dan menyebar pada unit
kerja?
c. AKTIVITASPENGENDALIAN

1 Identifikasi tcrhadap perbedaan antara


kinerja yang dicapai dcngan kinerja 1, 1,
;,
yang direncanakan scrta II
mengkomunikasikan perbedaan Ii ii
;, '
1,
I,
tcrscbut kepada tingkat pimpinan yang II
tepat

a. Apakah telah dilakukan


perbandingan antara kinerja yang
direncanakan dengan kinerja yang
dicapai setiap pegawai?

b. Apakah laporan pencapaian kinerja


telah disampaikan tepat waktu
kepada pimpinan ?
2 Evaluasi atas perbedaan capaian
kinerja dan pelaksanaan tindakan
oerbaikan yang tepat serta teoat waktu
a. Apakah unit kerja telah
melaksanakan evaluasi atas
pencapaian Indikator Kinerja
Utama?
b. Apakah ada tindak lanjut atas
perbedaan capaian kinerja dengan
kinerja yang direncanakan?
3 Adanya pemisahan atau pembagian
tugas kepada pihak yang berbeda
untuk mengurangi risiko kecurangan
atau tindakan yang tidak lavak
a. Apakah pimpinan unit kerja telah
memperhatikan pemisahan tugas
(segregation of duties) untuk
mengurangi risiko terjadinya
1·.

1,
II II

kecurangan atau tindakan yang


tidak layak?
4 Pembatasan akses terhadap dokumen,
catatan, asset, data, dan aplikasi

a. Apakah unit kerja telah mengatur


pembatasan akses atas aset dan
aplikasi yang dimiliki?
5 Adanya mekanisme otorisasi dan
persetujuan tcrhadap transaksi dan
kejadian penting
a. Apakah unit kerja telah memiliki
mekanisme otorisasi dan
persetujuan (approval) atas
transaksi dan kejadian penting?

6 Dokumentasi yang baik atas kegiatan

a. I Apakah pelaksanaan kegiatan telah


didukung dengan dokumentasi
- - II
yang cukup dan tepat waktu? .
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INOONESIA

- 23 -

Hasil Evaluasi
Faktor-faktor yang Dievaluasi Reviu Skor* Simpulan
Wawancara Survei Observasi
(Tingkat Entitas) Dokumen
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
D. INFORMASI DAN KOMUNIKASI

1 Sistem menyediakan informasi yang


dibutuhkan oleh unit kerja terkait baik
I
informasi yang berasal dari dalam dan 'I
luar unit kerja secara akurat

a. Apakah informasi yang diperlukan


dalam pelaksanaan kegiatan telah
tersedia secara tepat waktu, akurat
dan disampaikan kepada pihak 11
yang tepat?

2 Informasi tersedia bagi orang yang


tepat dalam rincian yang cukup dan
tepat waktu
a. Apakah informasi yang diperlukan
bagi orang yang tepat dalam
rincian yang cukup dan tepat
waktu?
3 Sistem informasi dikembangkan atau
diperbaiki dengan berdasar pada
rencana stratee:is unit keria
a. Apakah unit kerja mengelola,
mengembangkan, dan
memperbarui sistem informasi I
untuk meningkatkan kegunaan I
dan keandalan komunikasi
informasi secara terus menerus?
4 Unit kerja memastikan dan mengawasi
keterlibatan pengguna dalam
pengembangan, perbaikan, dan
nen ujian pro11:ram/sistem informasi
a. Apakah seluruh pegawai telah
menggunakan program/sistem
informasi terkait dengan tugasnya? 1,

b. Apakah pegawai sebagai end user


telah diminta masukan dalam
pengembangan, perbaikan, dan
pengujian program/ sistem
informasi?
c. Apakah unit kerja menindaklanjuti
saran dan masukan dari pegawai
terkait pengembangan, perbaikan, ii
dan pengujian program/ sistem I
informasi?

5 Telah disusun rencana pemulihan


pusat data utama apabila terjadi
bencana
a. Apakah data yang penting dalam
sistem informasi di-back-up secara
rutin?
6 Terdapat komunikasi yang efektif
mengenai tugas dan tanggung jawab
pengendalian yang dimiliki oleh
masinf!-masinl! pihak
a. Apakah terdapat saluran
komunikasi baik ke atas rnaupun
kepada seluruh bagian organisasi
mengenai: hal yang tidak
diharapkan terjadi dalam
pelaksanaan tugas beserta
penyebab dan usulan
perbaikannya, informasi yang
negatif, perilaku yang tidak benar,
atau penvimpangan?
MENTER! KEUANGAN
REPUBLlt< INDONESIA

- 24 -

Hasil Evaluasi
Faktor-faktor yang Dievaluasi Reviu Wawancara Survei Observasi Skor* Simpulan
(Tingkat Entitas) Dokumen
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
7 Terdapat saluran komunikasi untuk
melaporkan adanya dugaan
pelanggaran/ketidaktepatan dan I II II
informasi negatif

a. Apakah terdapat perlindungan bagi


pegawai yang menyampaikan
informasi yang negatif, perilaku
yang tidak benar, atau
penyimpangan?
b. Apakah ada alat komunikasi efektif
yang menginformasikan hal-hal
penting kepada seluruh pegawai?

..
8 Adanya respon yang tepat waktu
terhadap komunikasi yang diterima 1, 1,
dari pengguna, rekanan, dan pihak
ekstcrnal lainnya
a. Apakah terdapat saluran
komunikasi yang terbuka dan
efektif dengan masyarakat,
rekanan, konsultan, dan aparat
pengawasan intern pemerintah
serta kelompok lainnya yang bisa
memberikan masukan yang
signifikan terhadap kualitas
pelayanan unit kerja?
b. Apakah ada strategi pelaksanaan
dan jadwal kegiatan komunikasi
dan informasi? (workplan, jadwal II
detil setiap tahun)

E. PEMANTAUAN

1 Terdapat mekanisme reviu atas


pelaksanaan aktivitas pengendalian

a. Apakah terdapat prosedur yang


mewajibkan pimpinan unit kerja
untuk mereviu pelaksanaan ii ' I

pengendalian?

2 Telah diambil tindakan perbaikan


terhadap kesalahan atau sebagai
tanggapan atas rekomendasi dan saran I•
pcrbaikan bae:i unit keria 1, .
a. Apakah terdapat prosedur yang
dapat mendeteksi adanya
pengendalian yang diabaikan?
b. Apakah terdapat prosedur yang
meyakinkan bahwa tindakan
perbaikan dilakukan tepat waktu :1
ketika ditemukan penyimpangan?

c. Apakah ada monitoring dan


evaluasi tindak lanjut
permasalahan atau kendala dalam II I

pelaksanaan koordinasi internal


maupun eksternal?
3 Terdapat prosedur untuk mendctcksi
adanya pengendalian intern yang
diabaikan
a. Apakah telah dilaksanakan reviu
atas pelaksanaan pengendalian
terutama pengendalian yang gaga!
mencegah atau mendeteksi adanya
masalah yang timbul? Ii

b. Apakah setiap pengabaian tersebut


telah mendapat persetujuan dari :1
pimpinan unit kerja?
II
II
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 25 -
Total Skor (a)

Jumlah faktor yang dievaluasi (b)

Nilai Sementara Pengendalian Intern Tingkat Entitas (c)

Hasil dari Kesimpulan Pemantauan Penerapan Kode Etik (d)

Nilai Akhir Pengendalian Intern Tingkat Entitas (e)

Kesirnpulan EPITE (f)

.................. , ................... 20 ...


(Pimpinan Pelaksana Pemantauanj

................................................
NIP ..........................................

.
Keterangan:
dalam hal terdapat faktor-faktor yang tidak relevan maka kolom skor diisi "N/ A"
(a) : diisi total skor seluruh faktor yang dievaluasi atau diisi "N/ A" jika menggunakan hasil penilaian lain;
(b) : diisi jumlah faktor yang dievaluasi atau diisi "N/ A" jika menggunakan hasil penilaian lain;
(cl : diisi persentase total skor seluruh faktor yang dievaluasi (a) terhadap jumlah faktor yang dievaluasi (b) atau hasil penilaian lain;
(d) : diisi hasil dari kesimpulan pemantauan penerapan kode etik;
(e) : diisi nilai akhir EPITE ((c) - (di);
(f) : diisi kesimpulan akhir EPITE:
- "Rendah", apabila (e) kurang dari 34%;
- "Sedang", apabila (e) sebesar 34% s.d 63%; atau
- "Tinggi", apabila (e) lebih dari 63%.

4) Hasil Penilaian Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan (PIPK)


dapat digunakan tanpa dilakukan konversi.
5) Hasil Penilaian Maturitas SPIP dapat digunakan dengan dilakukan
konversi sebagai berikut:

Nilai akhir yang diperoleh ( 1 s.d. 5) x 100%


Nilai maksimal (5)

Nilai yang kurang optimal dalam metode penilaian maturitas SPIP


pada setiap Fokus Penilaian yaitu nilai O (nol) s.d. 2 (dua) dinyatakan
sebagai temuan EPITE.
6) Hasil penilaian lain yang substansinya dapat dipersamakan dengan
EPITE dilakukan konversi dengan metode yang selaras sebagaimana
tercantum pada angka 5).
3. Penguatan Pengendalian Intern Tingkat Entitas melalui Pemantauan
Penerapan Kode Etik
a. Penerapan kode etik merupakan bagian dari unsur lingkungan
pengendalian yang memiliki pengaruh luas (pervasive) dan bagian dari
pengendalian intern tingkat entitas yang penting dalam organisasi
Kementerian Keuangan, yang juga berperan dalam menciptakan tata
kelola yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
b. Pemantauan penerapan kode etik perlu dilakukan dalam rangka
menjaga keberhasilan penerapan kode etik dan penguatan pengendalian
intern tingkat entitas. ~
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INOONESIA

- 26 -
c. Pemantauan kode etik dilaksanakan minimal satu kali dalam setahun
yang tata caranya diatur dalam Pedoman Teknis Pemantauan Penerapan
Kode Etik.
d. Hasil yang diharapkan dapat dicapai dari kegiatan pemantauan
penerapan kode etik yaitu terwujudnya sikap, tingkah laku, dan
perbuatan pegawai yang sesuai dengan kode etik sehingga pengendalian
intern tingkat entitas akan semakin kuat terutama pada unsur
lingkungan pengendalian dimana kode etik merupakan salah satu
komponen penyusunnya.
e. Keberhasilan penerapan kode etik dapat diwakili paling tidak dengan 2
(dua) kriteria yaitu:
1) Lebih dari 75% (tujuh puluh lima per seratus) pegawai telah
menjalankan seluruh kode etik yang ditetapkan; dan
2) Tidak ada pelanggaran kode etik yang berdampak kecurangan (fraud)
atau yang berdampak non kecurangan (fraud) dengan pengaruh
signifikan.
4. Penarikan Kesimpulan Akhir EPITE
a. Hasil pemantauan penerapan kode etik mempunyai dampak yang besar
terhadap keberhasilan penerapan pengendalian intern pada suatu unit
kerja sehingga sangat berpengaruh terhadap penentuan nilai EPITE
akhir.
b. Hasil negatif dari kesimpulan pemantauan penerapan kode etik akan
mengurangi nilai EPITE Sementara dan menghasilkan nilai EPITE akhir
dengan rumus:
Nilai EPITE Sementara - Hasil dari Kesimpulan Pemantauan Penerapan Kode Etik
= Nilai EPITE Akhir

c. Nilai EPITE Sementara pada tahun X dapat dijadikan nilai EPITE


Sementara tahun X dan nilai EPITE Sementara tahun X+ 1.
d. Hasil negatif dari kesimpulan pemantauan penerapan kode etik mengacu
pada kriteria yang terdapat dalam angka 3 huruf e, dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Jika kedua target tidak tercapai seluruhnya atau tidak dilaksanakan
pemantauan kode etik sama sekali, maka nilai pengurangnya 30%
(tiga puluh per seratus);
2) Jika hanya target 1 (satu) yang tercapai, maka- nilai pengurangnya
20% (dua puluh per seratus);
3) Jika hanya target 2 (dua) yang tercapai, maka nilai pengurangnya
10% (sepuluh per seratus);
4) Jika seluruh target tercapai, maka tidak ada nilai pengurang.
MENTERI l<EUANGAN
REPUBLH< INDONESIA

- 27 -
e. Nilai EPITE akhir dikategorikan ke dalam tiga tingkatan kesimpulan
EPITE sebagai berikut:
1) rendah, apabila nilai EPITE akhir kurang dari 34% (tiga puluh em pat
per seratus);
2) sedang, apabila nilai EPITE akhir 34% (tiga puluh empat per seratus)
s.d 63% (enam puluh tiga per seratus); dan
3) tinggi, apabila nilai EPITE akhir lebih dari 63% (enam puluh tiga per
seratus).
f. Nilai EPITE akhir tersebut disampaikan kepada kepala kantor dengan
tembusan UKI di tingkat atasnya dilampiri dengan Nilai EPITE Sementara
melalui suatu surat pengantar yang ditandatangani oleh pimpinan UKI
terkait.
g. Kesimpulan EPITE tersebut menunjukkan tingkat penerapan
pengendalian intern tingkat entitas dan digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk menentukan besaran sampel pemantauan
pengendalian utama yang dilakukan secara sampling, sebagai berikut:
1) Semakin tinggi hasil evaluasi pengendalian intern tingkat entitas,
semakin kecil sampel yang perlu diambil pada PPU.
2) Apabila dalam suatu tahun tertentu tidak dilakukan evaluasi
pengendalian tingkat entitas maka penentuan sampel PPU periode
tersebut menggunakan hasil evaluasi pada tahun sebelumnya.
h. Contoh penerapan penentuan besaran sampel peinantauan pengendalian
utama yang dilakukan secara · sampling misalnya dalam pengujian
keandalan pengendalian utama.
1. Apabila terdapat faktor EPITE yang mendapat nilai O (nol), maka ·perlu
dirumuskan temuan dan rekomendasinya.
J· Temuan EPITE akan dipertimbangkan dalam penyusunan kesimpulan
efektivitas pengendalian intern secara keseluruhan yang menguraikan
kondisi pelanggaran dan/ atau penyimpangan terhadap penerapan
pengendalian intern, akibat, dan penyebabnya.
k. Rekomendasi menguraikan saran-saran perbaikan dan rencana aksi yang
diperlukan. ·

F. Perencanaan Pemantauan Pengendalian Intern Tingkat Aktivitas (PPITA)

Perencanaan PPITAdilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:


1. Pemilihan proses bisnis dan kegiatan yang akan dipantau
a. Dengan pertimbangan keterbatasan sumber daya, proses bisnis dan
kegiatan yang akan dipantau dipilih berdasarkan faktor risiko sebagai
berikut:
1) keterkaitannya dengan pencapaian sasaran strategis yang tercantum
dalam rencana strategis/ roadmap unit Eselon · I/Kementerian
Keuangan;
MENTERIKEUANGAN
REPUBLII< INOONESIA

- 28 -
2) proses bisnis yang menjadi perhatian masyarakat/ pimpinan
termasuk hasil pengawasan oleh aparat pengawasan internal
maupun eksternal;
3) proses bisnis yang berpengaruh langsung terhadap citra
Kementerian Keuangan; dan
4) hasil penilaian risiko dari proses manajemen risiko terutama terkait
dengan risiko kecurangan {fraud).
b. Pemilihan proses bisnis yang akan dipantau dikoordinasikan oleh
pelaksana pemantauan tingkat Eselon I.
c. Hasil pemilihan proses bisnis tersebut selanjutnya akan menjadi dasar
pelaksanaan PPITA.
2. Pemetaan Rancangan Pengendalian
a. Pemetaan rancangan pengendalian dikoordinasikan oleh UKI-E 1 dengan
melibatkan perwakilan unit operasional atau pelaksana pemantauan di
bawahnya.
b. Pemetaan rancangan pengendalian dilakukan untuk memahami proses
bisnis, mengidentifikasi risiko utama clan rancangan pengendaliannya,
serta menentukan pengendalian utama dari proses bisnis yang akan
dipantau.
c. Dalam rangka memahami rancangan pengendalian suatu proses bisnis
perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pemahaman Proses Bisnis
a) Pemahaman proses bisnis sangat diperlukan agar pelaksana
pemantauan memperoleh gambaran yang jelas mengenai urutan
proses, penanggung jawab, waktu pelaksanaan, clan keluaran
yang dihasilkan dari suatu proses bisnis, yang diperoleh dengan
cara-cara sebagai berikut:
(1) mereviu dan memahami kebijakan, prosedur, clan
dokumentasi terkait sistem informasi;
(2) melaksanakan wawancara atau tanya jawab dengan personel
yang terlibat dalam proses;
(3) melaksanakan observasi cara menjalankan suatu aktivitas
untuk mengetahui kesesuaian antara dokumen kebijakan clan
prosedur dengan kondisi sesungguhnya;
(4) melaksanakan observasi pada saat transaksi dimasukkan
(input) dalam sistem atau aplikasi; clan
(5) menelusuri proses secara menyeluruh dari awal sampai akhir
(end-to-end), mulai dari suatu transaksi diinisiasi, dicatat,
diotorisasi, diolah, clan dilaporkan.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLII< INDONESIA

- 29 -
b) Hasil pemahaman diwujudkan dalam bentuk pemetaan proses
bisnis.
c) Tahapan proses bisnis yang ada pada Standard Operational
Procedures (SOP) dan/ atau peraturan/kebijakan tertulis lainnya
dikelompokkan dalam suatu kelompok proses bisnis berdasarkan
pertimbangan kesamaan tujuan pengendalian dan
signifikansinya dengan tujuan utama proses bisnis, agar tidak
terjadi identifikasi risiko utama dan pengendalian yang
berlebihan.
2) Identifikasi Risiko Utama
a) Tiap proses bisnis utama yang telah dipetakan sebelumnya
diidentifikasi titik-titik potensi kesalahan dalam alur proses yang
dapat menghambat/ menggagalkan pencapaian tujuan proses
bisnis.
b) Identifikasi dilakukan dengan mengajukan pertanyaan risiko
utama pada proses bisnis utama tersebut, yang mungkin dapat
berupa kekeliruan (errors) atau pelanggaran yang disengaja
(irregularities).
c) Proses identifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf b tersebut
juga dapat dibantu dengan menentukan terlebih dahulu tujuan
pengendalian ( control objective) setiap kegiatan utama
dalamproses bisnis misalnya kelengkapan, keabsahan, atau
akurasi dokumen.
d) Perumusan risiko utama sebaiknya mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
(1) Kegagalan atau tidak dijalankannya pengendalian serta
kendala sumber daya bukan merupakan risiko utama;
(2) Mengacu pada kegiatan utama dalamproses bisnis yang
memiliki keluaran utama agar tidak terjadi identifikasi
pengendalian berlebihan (over controls dan terlalu mengada-
ada; dan
(3) Kesalahan yang dilakukan oleh pihak di luar unit yang
melaksanakan proses bisnis bukanlah risiko utama, tetapi
respon yang tidak tepat oleh unit yang melaksanakan proses
bisnis atas kesalahan pihak luar tersebut dapat menjadi
risiko utama.
3) Identifikasi Pengendalian
a) Tahapan ini dilaksanakan dengan mengidentifikasi pengendalian
yang ditetapkan untuk mencegah atau mendeteksi risiko utama.
b) Pengendalian yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada huruf
a) merupakan pengendalian yang telah ditetapkan dalam
SOP /peraturan/kebijakan tertulis lainnya.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 30 -
4) Penentuan Pengendalian Utama
a) Pengendalian yang telah teridentifikasi perlu ditentukan mana
yang utama (key controls karena pelaksanaan pemantauan
dihadapkan pada keterbatasan sumber daya sehingga perlu
difokuskan pada hal yang lebih memberikan nilai tambah bagi
organrsasr.
b) Pengendalian utama merupakan pengendalian yang ketika
dievaluasi dapat memberikan kesimpulan tentang kemampuan
keseluruhan sistem pengendalian intern dalam mencapai tujuan
proses bisnis yang ditetapkan.
c) Suatu pengendalian dapat dikategorikan sebagai pengendalian
utama apabila memiliki 1 (satu) atau 2 (dua) karakteristik sebagai
berikut:
(1) kegagalan pengendalian akan mempengaruhi tujuan proses
bisnis dan tidak dapat dideteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian-pengendalian yang lain; dan/ atau
(2) pelaksanaan pengendalian akan mencegah atau mendeteksi
kegagalan sebelum kegagalan tersebut memiliki pengaruh
material terhadap tujuan proses bisnis.
3. Evaluasi Kecukupan Rancangan
a. Proses bisnis yang terdiri dari kumpulan kegiatan utama yang telah
dipetakan perlu dievaluasi kecukupan rancangannya.
b. Rancangan pengendalian pada suatu proses bisnis dinyatakan cukup
apabila seluruh kegiatan utama dinyatakan memadai rancangan
pengendaliannya (seluruh risiko utama telah dilengkapi dengan
pengendalian utama).
c. Apabila terdapat kegiatan utama yang dinyatakan tidak memadai
rancangan pengendaliannya (terdapat risiko utama yang tidak dilengkapi
pengendalian utama), maka proses bisnis tersebut dinyatakan tidak
cukup rancangan pengendaliannya dan direkomendasikan penambahan
pengendalian utama yang belum tersedia ke dalam
SOP/ peraturan/kebijakan tertulis lainnya.
d. Proses bisnis yang rancangan pengendaliannya telah cukup dapat dipilih
untuk dilakukan pemantauan, sedangkan proses bisnis yang rancangan
pengendaliannya tidak cukup sebaiknya tidak dilakukan pemantauan
sebelum pengendalian internnya diperbaiki.
4. Penyusunan Tab el Rancangan Pengendalian (TRP)
a. Penyusunan Tabel Rancangan Pengendalian meliputi hasil akhir proses
pemetaan rancangan pengendalian dan Evaluasi Kecukupan Rancangan.
b. Hasil pemetaan rancangan pengendalian berupa pemahaman atas
proses bisnis, identifikasi risiko utama, identifikasi pengendalian, dan
penentuan pengendalian utama dituangkan ke dalam Tabel Rancangan
Pengendalian Kolom (1) sampai dengan Kolom (9).
MENTER! KEUANGAN
REPUBLII< INOONESIA

- 31 -
c. Hasil penilaian kecukupan rancangan pengendalian atas kegiatan utama
dituangkan dalam Kolom (10), sedangkan kesimpulan Evaluasi
Kecukupan Rancangan baik cukup maupun tidak cukup dituangkan
dalam Isian "Kesimpulan EKR".
d. Untuk rancangan pengendalian yang tidak cukup, perlu dituangkan
pula rekomendasi perbaikannya.
e. Tabel Rancangan Pengendalian disusun dengan format sebagai berikut:

TABEL RANCANGAN PENGENDAL!AN

Unit : *>
Proses Bisnis : •1

Pengendalian Utama/
Kegiatan Risiko Tujuan Jenis Pelaksana Dokumen Memadai
No yang Tidak
Uta ma* Utama Pengendalian Pengendalian Pengendalian Pendukung /Tidak
Ditetapkan Utama
Memadai

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10}

*>Sumber: Tabel 1 Format Pemetaan dan Analisis Proses Bisnis (Peraturan Menteri Keuangan mengenai proses bisnis}

Kesimpulan EKR: Cukup/Tidak Cukup

Keterangan:
(1) diisi nomor urut;
(2) diisi nama kegiatan utama yang terdapat dalam Tabel 1 Format Pemetaan dan Analisis Proses Bisnis atau
berdasarkan pemahaman alas proses bisnis yang ada;
(3) diisi dengan kemungkinan kegagalan untuk mencapai tujuan pengendalian yang utama;
(4) diisi tujuan dilaksanakannya proses bisnis utama misalnya kelengkapan, keabsahan, atau akurasi
dokumen, dan lain-lain.
Untuk proses bisnis pelaporan keuangan maka tujuan pengendalian diganti menjadi asersi berupa:
Complete, Existence,Valuation, Rights, atau Disclosure.;
(5) diisi dengan pengendalian yang telah ditetapkan dalam SOP/peraturan/kebijakan tertulis lainnya;
(6) diisi dengan jenis pengendalian "Manuaf', "application contro[', atau "IT Dependent Manual (!TOM}";
(7) diisi pelaksana pengendalian bila manual dan diisi otomasi bila pengendalian dilakukan oleh aplikasi;
(8) diisi dengan dokumen yang terkait misalnya dokumen keluaran yang ada dalam Tabel 1 Format
Pemetaan dan Analisis Proses Bisnis sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai
proses bisnis;
(9) diisi "utama" atau "tidak utama" berdasarkan penentuan atas pengendalian yang diuraikan pada kolom
(5);
(10} diisi "mernadai" atau "tidak memadai" dari hasil evaluasi kecukupan rancangan masing-rnasing risiko
utama yang ada.

5. Penetapan Jumlah Sampel


a. Pengujian atribut dalam pemantauan pengendalian utama dapat
dilakukan secara sensus ataupun sampling dengan terlebih dahulu
ditetapkan perkiraan jumlah populasi dalam satu tahun.
1) Dalam hal perkiraan jumlah populasi sampai dengan 99 (sembilan
puluh sembilan) dalam setahun maka pengujian atribut dilakukan
secara sensus.
2) Dalam hal perkiraan jumlah populasi berkisar 100 (seratus) sampai
dengan 499 (empat ratus sembilan puluh sembilan) dalam setahun
maka pengujian atribut dapat dilakukan secara sensus ataupun
sampling sesuai dengan pertimbangan pelaksana pemantauan.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 32 -
3)Dalam hal perkiraan jumlah populasi 500 (lima ratus) atau lebih
dalam setahun maka pengujian atribut dilakukan secara sampling.
b. Perkiraan jumlah populasi dimaksud berdasarkan data jumlah populasi
tahun sebelumnya atau prediksi tahun berjalan.
c. Dalam hal pengujian atribut dilakukan secara sampling maka perlu
ditetapkan jumlah sampel.
d. Jumlah sampel ditetapkan dengan menggunakan asumsi:
1) TDR sebesar 5% (lima per seratus);
2) (satu per seratus) bila
tingkat penyimpangan populasi diperkirakan rendah, EPDR sebesar
2,5% (dua koma lima per seratus) bila tingkat penyimpangan
populasi diperkirakan sedang, EPDR sebesar 3,5% (tiga koma lima
per seratus) bila tingkat penyimpangan populasi diperkirakan cukup
tinggi, dan EPDR ditetapkan 4% (empat per seratus) bila tingkat
penyimpangan populasi diperkirakan tinggi.
3) ARO ditetapkan sebesar 5% (lima per seratus) apabila nilai EPITE
akhir rendah atau sedang dan ARO ditetapkan sebesar 10% (sepuluh
per seratus) apabila nilai EPITE akhir tinggi.
e. Dengan asumsi sebagaimana tercantum pada huruf d dan mengacu
pada perhitungan statistik penetapan ukuran sampel untuk pengujian
atribut, maka terdapat delapan kemungkinan sebagaimana tercantum
pada tabel berikut:

TABEL PENETAPAN JUMLAH SAMPEL*

Jumlah Sampel yang


No. TDR ARO EPDR
Diambil
1 5% 10% 1% 77
2 5% 5% 1% 93
3 5% 10% 2,5% 158
4 5% 5% 2,5% 234
5 5% 10% 3,5% 400
6 5% 5% 3,5% 624
7 5% 10% 4% 873
8 5% 5% 4% 1.348
"disuaun berdasarkan Tabel 1 Statistical Sample Sizes for Atttibute Sampling 5% Risk of Ouerreliance dan Tabel 2
Statistical Sample Sizes for Atttibute Sampling 10% Risk of Ouerreliance

f. Penentuan EPDR ditentukan berdasarkan pemahaman atas populasi.


1) Dalam hal pelaksana pemantauan tidak memiliki pemahaman yang
cukup atas populasi, EPDR diasumsikan sebesar 2,5% (dua koma
lima per seratus).
2) Dalam rangka keseragaman, UKI-El dapat menetapkan EPDR untuk
seluruh UKI di lingkungannya.
g. Bila unit kerja belum memiliki nilai EPITE maka EPITE diasumsikan
sedang atau rendah dan ARO ditetapkan sebesar 5% (lima per seratus).
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 33 -
h. Dalam hal jumlah populasi kurang dari 500 (lima ratus) dan
menggunakan sampling, dilakukan penyesuaian jumlah sampel dengan
faktor koreksi sebesar "'1{1 - (n/N)}, misalnya populasi 400 (empat ratus)
unit, bila n sebelum koreksi sebesar 77 (tujuh puluh tujuh) maka n
definitif = n"'1{1 - (n/N)} = 77"'1{1 - (77 / 400)} = 69, dengan keterangan:
n: jumlah sampel
N: jumlah populasi
1. Setelah jumlah sampel dapat ditentukan untuk pemantauan
menggunakan sampling, maka penentuan jumlah sampel untuk setiap
bulannya ditentukan berdasarkan pertimbangan pelaksana
pemantauan, misalnya apabila jumlah sampel yang diperlukan untuk
suatu pengendalian utama sebanyak 77 (tujuh puluh tujuh) dalam
setahun, maka pelaksana pemantauan dapat menentukan rencana
bahwa pada bulan Januari diambil lima sampel, Februari tujuh sampel,
Maret lima sampel, April lima sampel, Mei lima sampel, Juni lima
sampel, Juli lima sampel, Agustus lima sampel, September lima sampel,
Oktober sepuluh sampel, November sepuluh sampel, dan Desember
sepuluh sampel. tJ--
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 34 -
J. Penetapan jumlah sampel dituangkan ke dalam kertas kerja sebagai
berikut:

KERTAS KERJA PENETAPAN SAMPEL


[NAMA UNIT ESELON I)

Disusun oleh/tanggal/paraf: .
Direviu oleh/ tanggal/ paraf: ..

TDR = 5% (lima per seratus)


ARO= .... (a)
Proses Perkiraan Sensus/ Jumlah
No. EPDR
Bisnis Ponulasi Sampling Sampel
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Keterangan

(a) diisi 10% (sepuluh per seratus) apabila EPITE dikategorikan Tinggi (>63%),
diisi 5% (lima per seratus) apabila EPITE dikategorikan Rendah sampai
dengan Sedang (0 s.d. 63%);
(1) diisi nomor urut;
(2) diisi nama proses bisnis yang dipantau atau dapat dirinci menjadi per
kegiatan utama hingga per pengendalian utama;
(3) diisi perkiraan populasi yang didasarkan atas data tahun lalu, prediksi
tahun berjalan, clan atau pertimbangan profesional;
(4) diisi EPDR yang telah ditentukan oleh unit Eselon I: 1 % (satu per seratus),
2,5% (dua koma lima per seratus), 3,5% (tiga koma lima per seratus), atau
4% (empat per seratus); jika dilakukan sensus maka kolom ini tidak harus
diisi.
(5) diisi "sensus" atau "sampling"
(6) diisi jumlah yang terdapat pada kolom (3) jika kolom (5) diisi "sensus", atau
jika kolom (5) diisi "sampling" maka diisi jumlah sampel dengan mengikuti
ketentuan sebagai berikut:
77 sampel jika ARO = 10%; EPDR = 1 %;
93 sampel jika ARO =5%; EPDR = 1 %;
158 sampeljika ARO= 10%; EPDR = 2,5%;
234 sampel jika ARO = 5%; EPDR = 2,5%;
400 sampel jika ARO = 10%; EPDR =3,5%;
624 sampel jika ARO= 5%; EPDR = 3,5%;
873 sampel jika ARO = 10%; EPDR = 4%;
1348 sampeljika ARO= 5%; EPDR = 4%;
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 35 -
6. Penyusunan Perangkat Pemantauan
Perangkat pemantauan yang harus disiapkan sebagai berikut:
a. Tabel Pemantauan Pengendalian Utama (TPPU)
1) TPPU digunakan untuk mengidentifikasi atribut pengendalian utama
suatu proses bisnis serta merumuskan kriteria kepatuhan dan
metode pengumpulan data dalam rangka pengujian atas
pengendalian tersebut, dengan format sebagai berikut:

TABEL PEMANTAUAN PENGENDALIANUTAMA (TPPU)

Nama Proses Bisnis: .


Atribut
Atribut Utama Kriteria
Pengendalian Utama Atribut Sensus/
No. Pengendalian Lain (AL) Kepatuhan Sampling
Utama Lainnya
(AUP) (AUL)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Keterangan:
(1) diisi nomor unik pengendalian utama;
(2) diisi pengendalian utama yang ada untuk mencegah atau mendeteksi risiko utama
sebagaimana ditetapkan dalam kolom (9) Tabel Rancangan Pengendalian (TRP);
(3) diisi karakteristik/ciri khusus utama yang melekat pada pengendalian atau bukti
yang menunjukkan bahwa pengendalian telah dilaksanakan;
(4) diisi karakteristik/ciri khusus utama atas sesuatu yang ingin dikendalikan,
misalnya realisasi anggaran untuk mengendalikan realisasi tidak melebihi pagu
anggaran, atau tanggal untuk mengendalikan tidak terjadinya keterlambatan;
(5) diisi karakteristik/ciri khusus yang melekat pada pengendalian yang bukan atribut
utama pengendalian, dan dapat dipertimbangkan atribut lain yang diperlukan yang
tidak dapat dikategorikan ke dalam kolom (3) dan kolom (4);
(6) diisi dengan kriteria kepatuhan yang bisa terdiri dari beberapa kemungkinan yaitu:
1) patuh bila AUP saja terpenuhi, 2) AUP dan AUL terpenuhi, 3) AUP dan AL
terpenuhi, atau 4) AUP, AUL, dan AL terpenuhi;
(7) diisi dengan "Sensus" atau "Sampling77", "Sampling93", "Samplingl58",
"Sampling234", "Sampling400", "Sampling624" "Sampling873" "sampling1348"
sesuai dengan hasil penetapan jumlah data yang sesuai.
*catatan: kolom 4 dan 5 bersifat non-mandatory, boleh dikosongkan.

2) Penentuan atribut pengendalian sangat mempengaruhi kesimpulan


hasil pemantauan.
a) Apabila atribut suatu pengendalian telah ada maka patut diyakini
bahwa pengendalian telah benar-benar dilaksanakan.
b) Pelaksana pemantauan harus cermat dan memiliki keyakinan
bahwa atribut pengendalian yang ditentukan benar-benar
merupakan kriteria dilaksanakannya pengendalian utama.
c) Bila dipandang perlu atribut yang lain maka dapat ditambahkan
atribut utama lainnya maupun atribut lainnya.
3) Pengujian dilakukan terhadap pengendalian yang telah dijalankan
tanpa memperhatikan tingkat penyelesaian tahapan proses bisnis
secara keseluruhan, tetapi jika seluruh kegiatan utama suatu proses
bisnis diselesaikan dalam waktu relatif cepat maka sampel dapat
diambil dari proses bisnis yang telah selesai prosesnya.
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 36 -
4) UKI-El dapat menetapkan kriteria kepatuhan untuk seluruh UKI di
lingkungannya.
b. Daftar Uji Pengendalian Utama (DUPU)
DUPU merupakan kertas kerja pengujian untuk meyakini
dilaksanakannya pengendalian utama, namun dapat pula untuk
meyakini pengujian atribut lain yang penting menurut manajernen
seperti tanggal dan lain-lain, dengan format sebagai berikut:
DAF"l'AR UJI PENGENDALIAN UTAMA (DUPU)

Nama Proses Bisnis : .


Nomor Pengendalian Utama: ..
Uraian Peneendalian Utama: ... ...... ............ . .... ............ . .........

Nomor Nomor Atribut Reperfonnance


Atribut Utama Atribut
Pengendalian Dokumen Utama Ket. Kesimpulan
Tgl Pengendalian Lainnya /Obseivasi
Utama /Sampel Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Keterangan:
( 1) diisi tanggal pengujian pengendalian utama.
(2) diisi nomor pengendalian utama;
(3) diisi nomor dokumen yang dijadikan sampel, misalnya nomor BAST, nomor surat, dan lain-lain;
(4) diisi tanda centang (:./) apabila terdapat Atribut Utama Pengendalian atau tanda silang (x) apabila tidak
terdapat Atribut Utama Pengendalian;
(SJ diisi atribut utama lainnya misalnya tanggal dalam hal untuk menguji keterlambatan;
(6) diisi atribut lainnya yang ada, boleh lebih dari satu atribut;
(7) diisi catatan alas hasil pengujian yang memerlukan penjelasan khusus, misalnya: indikasi kecurangan (fraud)
karena paraf diduga palsu, atribut pengendalian ada namun sebenarnya pengendalian tidak dilaksanakan,
penggunaan atribut pengendalian selain yang sudah ada di SOP/peraturan, dan lain-lain;
(8) diisi kesimpulan "patuh' atau "tidak patuh' alas pengujian sesuai dengan kriteria kepatuhan yang terdapat
dalam kolom (6) TPPUdengan catatan tidak ada keterangan yang menegasikannya;
(9) diisi "akurat" atau "tidak akurat" berdasarkan hasil reperfonnance atau hasil observasi pengendalian utama
(bila dilakukan).
MENTER! KEUANGAN
REPUBUK INDONESIA

- 37 -

c. Tabel Observasi Pengendalian Utama (TOPU)


TOPU merupakan kertas kerja pelaksanaan observasi pengendalian
utama untuk meyakini bahwa pengendalian telah dilaksanakan dengan
cara dan oleh orang yang tepat, dengan format sebagai berikut:

TABEL OBSERVASI PENGENDALIAN UTAMA (TOPU)


[UNIT KERJAJ

Disusun oleh/tanggal/paraf: .
Direviu oleh/tanggal/paraf : .

Nama Proses bisnis

Pengendalian Cara sudah Dilakukan oleh Simpulan/


No. Tgl. Dijalankan? Keterangan
Utama tepat? orang yg tepat?

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Keterangan
(1) : diisi nomor urut;
(2) : diisi tanggal;
(3) : diisi nama pengendalian utama;
(4) : diisi tanda centang (i) apabila berdasarkan hasil observasi, pengendalian utama
dijalankan dan tanda silang (x) apabila pengendalian utama tidak dijalankan;
(5) : diisi tanda centang (i) apabila pengendalian utama dijalankan dengan cara yang sesuai
dengan rancangan pengendaliannya dan tanda silang (x) apabila pengendalian utama
tidak dijalankan sesuai rancangannya;
(6) : diisi tanda centang (i) apabila pengendalian utama dijalankan dengan cara yang sesuai
dengan rancangan pengendaliannya dan tanda silang (x) apabila pengendalian utama
tidak dijalankan sesuai rancangannya;
(7) : diisi simpulan observasi atau temuan jika ada.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 38 -
d. Tabel Reperformance Pengendalian Utama (TRPU)
TRPU digunakan untuk menuangkan hasil pelaksanaan reperformance
agar dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa suatu
pengendalian telah dijalankan sesuai rancangan, dengan format sebagai
berikut:

TABEL REPERFORMANCE PENGENDALIAN UTAMA


[UNIT KERJA]

Disusun oleh/tanggal/paraf: .
Direviu oleh / tanggal/ paraf:

Proses bisnis
Berkas ... [diisi nama berkas dan nomor berkas keluaran (bila ada)
yang dilakukan reperformance]
Aspek yang Dinilai
Nomor Pengendalian Kesimpulan
No. melalui Kondisi
Utama yang terkait Reperformance
Repertormance
(1) (2) (3) (4) (5)

Keterangan:
(1) diisi dengan nomor urut aspek yang dinilai atas pengendalian utama yang
menjadi objek reperfonnance;
(2) diisi dengan uraian aspek penilaian untuk meyakinkan bahwa suatu
pengendalian utama telah dilaksanakan sesuai rancangannya; misalnya:
jika aspek yang dinilai adalah kelengkapan dokumen, maka selain
mencamtumkan frase "kelengkapan dokumen" disebutkan juga dokumen-
dokumen apa saja yang harus ada dalam pelaksanaan suatu pengendalian
utama sebagai "kriteria";
jika aspek yang dinilai adalah kebenaran perhitungan, maka selain
mencamtumkan frase "kebenaran perhitungan" disebutkan juga nilai
perhitungan menurut pelaksana pemantauan sebagai "kriteria".
Pelaksana pemantauan menyusun aspek penilaian untuk setiap
pengendalian utama sesuai dengan karakteristik dari setiap pengendalian
utama.
(3) diisi dengan uraian kondisi sesuai dengan uraian aspek yang dinilai pada
kolom (2); sebagai contoh:
apabila aspek yang dinilai adalah kelengkapan dokumen dimana harus ada
dokumen A, B, C, dan D, maka di kolom (3) diisi dengan dokumen yang
benar-benar ada berdasarkan hasil reperfonnance oleh pelaksana
pemantauan, misalnya hanya A, B, dan D;
apabila aspek yang dinilai adalah kebenaran perhitungan, maka di kolom (3)
dicantumkan nilai yang tertera pada dokumen yang merupakan output
pengendalian oleh pemilik/pelaksana pengendalian;
untuk memperjelas dapat diuraikan kriteria sebelumnya dan perbedaan
dengan kondisi yang ada.
(4) diisi nomor pengendalian utama terkait untuk masing-masing proses bisnis;

(5) diisi dengan kata "Akurat" apabila kolom (3) sama dengan kolom (2)
dan "Tidak Akurat" apabila kolom (3) berbeda dengan kolom (2).
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 39 -
7. Penyusunan Rencana Pemantauan Tahunan (RPT)
a. UKI-El menyusun Rencana Pemantauan Tahunan (RPT) seluruh unit
yang berada dalam lingkungannya yang berisi rencana EPITE dan PPITA
paling lambat tanggal 15 Desember tahun sebelum dilaksanakan
kegiatan pemantauan sebagaimana format berikut:
RE:'iCANAPE11Al\'TAUANTA:aUNAN
?E~lANTAUAN?ENGENDA:.!AN!NTERi'i
[Name unit Es slcn IJ
TAi-iUN ...

3... Eveus.si Peng~ndalia.."'l intern Tingket Entits.s (E?ITEj


Butir-butir E?[TE yang Walctu
No. Teknik Evaluesi Peleksana Pemantausn
disvaluasi Pelsksanaan
..
(1) (2) (31 [41 (SJ

b. ?PrTA ;
Unit Jumlsh Palakssna Fr~kuensi Persngka.tyg
Narna Proses Peng£nd!!lisn
No. Pslsksana Pemantauan P€mantauan Digunaka.n
bisnis. Utama
Proses Bisnis
(lj (21 (3) [41 (5} (6j (7J

J akas-ta, -· ·-- 20 .
[Pimpinen Unit Esalcn llj

{Namaj
Nl?f j
;
--·--f ·Kftte:ra....;:gan:- · -- . ---
·· f
, a, E'..-~s.fUasiPenge2idslia.nIntern iingkai!.ntitas (E'?ITEJ · · · ... •H •• ·v • ~--·

1~:fftillit~ttt~;~i!fti=~~i~~E~:rr:-
! ; '. !:.pesifik n~"Tl·~ p~gs.wai yang rnelaks anakan E\"elu!l.Si;
; "b:··pe.TilsntS.,ia..~?En°gEnd.ilisnTrit.::nlTingk~t-Ak-tn--itii-f??fTAl.. -·-·
··· : .. (tl : ··:· dlisi nomer unit;· .. ·· · .. ·· · · · ··-·-·-···- ····
- -·-···-· ·-·-·- - -
f
~
, ¥> ••
(~( : ! d.iiii nama proses bisnis yarrg dipa.."J.ts.u se su ai ~·ang C.it~t9.pk9.n: rlel~-n
l3f .. : ··r· diisi fian:if~:unit p~[s.._\csana preses bisnis ya..."lg dipentau·: ·-
·'R?i;
.. .. ..
~- .. -} ....
~ ··.(·:-~-
.. ·r· (4(·: ·r diisi jumla'h p';ng~!1dsli.a..~·u·tama .9.t,95 proses his"nis"ya?l,g-d.ipa..~ts.u: .
-r ...... [St"': ; diis'i'llamS:-P1=:Liksa."l..~-p·e:ms.."'ltaUl!ll7rms~.1nya.:-·p---=rs1:sm"9.p!:msntsU&1"ti."lgkat-wil~-ah-·ats.U-·;
l '. ! spes-ifik neme. p';gaw.ei yang malsks anakan evelu eai- ; __ .: ...... _
··- -(6(·,·-r· diist u·al-..'iu-i:luefaanake.~13.p-em,mtauan·~missl.",;·a:han,m;-mm;,;guan, -au,,mfag_,....ian~- a.fau··: :
• · : bu lanen se su ai derigan ys.""lg ditetapks.."1 dslam R?T; ~ l
- -~··----·-l71·-: ·-~ .. diiSi" PenmgJ:.81 p·~.mantsuan"fS.ng-d!giirieJ.fs..~;-n:u:s:ilnJ.·S.:DUPU~-·1a..ff~I-1<eperjorma.n&i,-·au~--·--~-
.. ·--·i
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 40 -

b. Dokumen RPT diterbitkan oleh Pimpinan Unit Eselon II yang


membawahi unit kepatuhan internal pada masing-masing Eselon I.
c. Sebelum RPT ditetapkan, UKI-El meminta masukan atas RPT ke
Inspektorat Jenderal c.q. Inspektorat mitra UKI terkait, yang apabila
dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak menerima permintaan
tersebut Inspektorat Jenderal tidak memberikan respon terkait RPT
tersebut, maka Inspektorat Jenderal dianggap tidak memberikan
masukan dan RPT dapat segera ditetapkan.
d. Setelah RPT ditetapkan, UKI-El menyampaikan RPT tersebut kepada:
1) UKI-P, UKI-W, dan Inspektorat Jenderal bagi unit eselon I yang
memiliki unit vertikal; atau
2) Inspektorat Jenderal bagi unit eselon I yang tidak memiliki unit
vertikal.
e. Dalam hal terdapat perubahan dalam tahun berjalan yang
mempengaruhi pemantauan, UKI-El dapat melakukan perubahan RPT
yang sesuai dengan kondisi.
2. Penyusunan Jadwal dan Sumber Daya
a. Berdasarkan RPT yang telah ditetapkan, pelaksana pemantauan di
semua tingkatan menyusun jadwal pelaksanaan pemantauan untuk unit
kerjanya masing-masing, yang juga dilengkapi dengan perencanaan
sumber daya untuk melaksanakan pemantauan.
b. Pelaksanaan pemantauan dilaksanakan oleh pejabat/pegawai dengan
membentuk tim kerja yang penentuan jumlahnya memperhatikan be ban
kerja pemantauan, misalnya jumlah personel yang ditugaskan untuk
memantau suatu proses bisnis yang kompleks (memiliki banyak
pemantauan pengendalian utama) sebaiknya lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah personel yang ditugaskan untuk memantau suatu proses
bisnis yang relatif lebih sederhana. V-
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 41 -
c. Jadwal pelaksanaan pemantauan yang telah dilengkapi dengan alokasi
sumber daya ini selanjutnya disampaikan kepada pimpinan unit kerja
dengan format sebagai berikut:

JADWAL PEMANTAUAN DAN PENGGUNAANSUMBER DAYA


PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN
[Nama unit]
TAHUN ...

a. Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas (EPITE)


Pejabat/ Pegawai
Unsur-unsur Metode Tanggal
No. yang Melaksanakan
Pengendalian Evaluasi Evaluasi
Pemantauan
(1) (2) (3) (4) (5)

b. Pemantauan Pengendalian Intern Tingkat Aktivitas (PPITA)


Jumlah Pejabat/ Pegawai
Nama Proses Tanggal/ Peri ode
No. Pengendalian yang Melaksanakan
bisnis Pemantauan
Utama Pemantauan
(1) (2) (3) (4) (5)

Jakarta, 20 .
[Pimpinan Pelaksana Pemantauan]

[Nama]
NIP[ ]

Keterangan:
a. Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas (EPITE)
( 1) diisi nomor uru t;
(2) diisi unsur-unsur pengendalian;
(3) diisi metode evaluasi;
(4) diisi rencana tanggal pelaksanaan evaluasi;
(5) diisi nama pejabat/pegawai yang ditugaskan untuk melaksanakan
evaluasi.
b. Pemantauan Pengendalian Intern Tingkat Aktivitas (PPITA)
( 1) diisi nomor uru t;
(2) diisi nama proses bisnis yang dipantau sesuai yang ditetapkan
dalam RPT;
(3) diisi jumlah pengendalian utama atas proses bisnis yang di pan tau;
(4) diisi rencana tanggal pelaksanaan pemantauan;
(5) diisi nama pejabat/pegawai yang ditugaskan untuk melaksanakan
pemantauan.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 42 -
d. Dalam hal terdapat perubahan RPT ataupun ada kondisi yang harus
direspon dan memerlukan penyesuaian penyusunan jadwal dan sumber
daya, dapat dilakukan perubahan jadwal dan sumber daya sebagaimana
yang diperlukan.

G. Pelaksanaan Pemantauan Pengendalian Intern Tingkat Aktivitas (PPITA)


1. Pelaksanaan PPITA dilakukan melalui Pemantauan Pengendalian Utama
(PPU) yang terdiri atas pengujian kepatuhan pengendalian utama dan
pengujian keakuratan pengendalian utama.
2. Pengendalian utama dapat dilakukan secara manual, otomasi oleh aplikasi
( application controls, serta kombinasi antara manual dan otomasi oleh
aplikasi (Information Technology Dependent Manual/ITDM).
3. PPITAyang diatur dalam huruf G. hanya terkait pengendalian utama secara
manual baik yang terdapat dalam pengendalian manual maupun ITDM,
sedangkan untuk pengendalian yang dilakukan secara otomasi baik yang
terdapat dalam application control maupun ITDM diatur dalam huruf H.
4. Pemantauan pengendalian utama dilaksanakan melalui pengujian atas
keberadaan atribut pengendalian utama, dengan ketentuan:
a. Apabila pada saat dilakukan pengujian atribut telah nyata ada maka
patut diyakini bahwa pengendalian dengan atribut tersebut telah
dilaksanakan.
b. Apabila atribut pengendalian tidak ada maka patut diduga pengendalian
bersangkutan tidak/belum dijalankan, namun untuk dapat meyakinkan
diri bahwa atribut pengendalian telah mewakili aktivitas pengendalian
dilakukan reperformance dan/ atau observasi bila dipandang perlu
sewaktu-waktu.
c. Dalam hal dilakukan secara sampling memerlukan sampel untuk
pengujiannya sebagaimana penetapan sampel pada huruf F angka 5.
5. Tujuan
Pemantauan pengendalian utama bertujuan untuk memastikan bahwa
pengendalian utama dijalankan sesuai dengan sistem, prosedur, dan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
6. Pelaksana dan Lingkup
Pelaksana pemantauan pengendalian utama beserta lingkup objek yang
dipantau sebagai berikut:
a. UKI-P memantau pelaksanaan pengendalian utama pad a unit kerja
kantor pelayanan.
b. UKI-W memantau pelaksanaan pengendalian utama pad a unit kerja
kantor wilayah.
c. UKI-El memantau pelaksanaan pengendalian utama pada unit kerja
kantor pusat bagi unit Eselon I yang memiliki unit vertikal a tau
memantau pelaksanaan pengendalian utama pada seluruh unit kerja
unit Eselon I bagi unit Eselon I yang tidak memiliki unit vertikal.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INOONESIA

- 43 -
7. Waktu Pelaksanaan dan Proses
a. Pengujian kepatuhan pengendalian utama dilaksanakan secara periodik
misalnya harian, mingguan, bulanan, setiap tanggal tertentu, atau suatu
periode tertentu lainnya.
b. Pengujian kesesuaian dilaksanakan seiring dengan pengujian kepatuhan
pengendalian utama setiap bulan.
c. Tahapan pemantauan pengendalian utama sebagai berikut:
1) Persiapan Pengujian
Persiapan pcngujian dilakukan dengan menyiapkan rencana
permintaan dokumen yang menjadi sampel kepada pelaksana
pengendalian dan menyiapkan semua perangkat yang diperlukan
dalam pelaksanaan pengujian, yang untuk memudahkan
pengambilan data, pelaksana pemantauan dapat menginformasikan
jumlah sampelnya.
2) Pelaksanaan Pengujian Kepatuhan Pengendalian Utama
Pelaksanaan pengujian secara umum berpedoman pada TPPU
dengan melakukan pengujian atribut menggunakan DUPU yang
pengisiannya perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Apabila suatu pengendalian utama mempunyai lebih dari satu
atribut pengendalian, maka satu atribut ditentukan sebagai
Atribut Utama Pengendalian, satu atribut berikutnya ditentukan
sebagai Atribut Utama Lainnya, dan/ atau Atribut Lainnya yang
dapat terdiri dari beberapa atribut.
b) Keberadaan Atribut Utama Pengendalian menentukan kepatuhan
pengendalian sedangkan Atribut Utama Lain dan Atribut Lainnya
dapat menentukan kepatuhan pengendalian atau tidak.
c) Apabila suatu atribut pengendalian tidak ada tetapi diganti
dengan atribut lain yang lebih tepat menurut pemilik dan
pelaksana pengendalian serta pelaksana pemantauan, maka
pemantau memberikan tanda [n/ a] yang berarti atribut dimaksud
tidak dapat diuji tetapi tidak mempengaruhi kepatuhan dan
memberikan keterangan bahwa terdapat atribut yang lain (bukan
Atribut Lainnya) yang menggantikan atribut yang diuji.
d) Adanya atribut lain yang menggantikan atribut yang diuji
tersebut dilaporkan dalam Laporan Hasil Pengujian Pengendalian
Utama (LHPPU) kepada Kepala Kantor dan Laporan Akhir
Triwulanan kepada pimpinan pelaksana pemantauan tingkat di
atasnya.
e) Hasil dari pelaksanaan pengujian kepatuhan pengendalian utama
berupa tingkat kepatuhan pengendalian utama dan jumlah
ketidakpatuhan.
MENTER! l~EUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 44 -
3) Pelaksanaan Pengujian Keakuratan Pengendalian Utama
Pengujian keakuratan pengendalian utama dilakukan untuk
meyakinkan bahwa kepatuhan pengendalian utama (keberadaan
atribut pengendalian) membuktikan bahwa aktivitas pengendalian
telah dilaksanakan secara akurat dengan menggunakan beberapa
teknik sebagai berikut:
a) Pelaksanaan ulang suatu pengendalian (reperformance).
( 1) Reperf ormance dapat dilakukan dengan melaksanakan ulang
reviu atas kertas kerja untuk memastikan bahwa semua
aspek yang seharusnya direviu sudah direviu dan
memastikan kebenaran angka-angka dan perhitungan dalam
kertas kerja.
(2) Jenis pengendalian yang dapat dilakukan reperformance
antara lain: reviu atasan langsung, pengecekan kelengkapan
dokumen, verifikasi angka, pembandingan suatu data dengan
data lainnya, dan rekonsiliasi.
(3) Sebelum melaksanakan reperformance, pelaksana
pemantauan harus menetapkan terlebih dahulu tujuan
dilakukannya reperformance, misalnya:
(a) memastikan bahwa pengendalian telah dilaksanakan atas
semua aspek yang seharusnya dicakup;
(b) memastikan kebenaran angka-angka atau perhitungan
yang disajikan dalam suatu dokumen yang merupakan
output suatu pengendalian; dan
(c) memastikan bahwa pengendalian berupa verifikasi
kelengkapan dokumen telah didukung dengan bukti yang
memadai ( dokumen yang dinyatakan ada dalam checklist
verifikasi kelengkapan dokumen memang benar-benar
ada).
(4) Pelaksanaan reperformance disusun sesuai format tabel
sebagaimana tercantum dalam huruf F angka 6 huruf d.
b) 0 bservasi
( 1) Dalam hal tidak dapat dilakukan reperformance, pelaksana
pemantauan dapat melakukan observasi yaitu melihat secara
cermat pelaksanaan suatu proses bisnis secara langsung dan
menyeluruh ( end-to-end) terutama atas pelaksanaan
pengendalian yang sifatnya berkala, seperti perhitungan fisik
persediaan dan rekonsiliasi realisasi belanja.
(2) Observasi dapat dilaksanakan langsung maupun melalui
sarana observasi seperti kamera pengawas (CCTV).
(3) Apabila terdapat perbedaan antara SOP dengan pelaksanaan
pengendalian, perlu diidentifikasi penyebab perbedaan dan
dievaluasi dampaknya.
(4) Dalam melaksanakan observasi, pelaksana pemantauan
harus berhati-hati terhadap adanya kemungkinan bahwa
pegawai akan bekerja lebih baik apabila mereka mengetahui
bahwa mereka sedang diobservasi. r
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 45 -
(5) Pelaksanaan observasi pengendalian utama dituangkan
dalam kertas kerja berupa Tabel Observasi Pengendalian
Utama (TOPU) sebagaimana tercantum dalam huruf F angka
6 huruf c.
4) Penentuan Efektivitas Pengendalian Utama
Dari pelaksanaan pengujian kepatuhan dan pengujian keakuratan
atas pengendalian utama dapat ditentukan efektivitas pengendalian
utama dengan kriteria sebagai berikut:
a) Dalam hal pengujian dilaksanakan secara sensus, pengendalian
utama dinyatakan efektif bila penyimpangannya lebih kecil dari
atau sama dengan 5% (lima per seratus) perkiraan populasi
setahun dan dinyatakan tidak efektif bila penyimpangannya lebih
besar dari 5% (lima per seratus) perkiraan populasi setahun.
b) Dalam hal pengujian dilaksanakan secara sampling, pengendalian
utama dinyatakan efektif bila CUDR lebih kecil dari atau sama
dengan 5% (lima per seratus) dan dinyatakan tidak efektif bila
CUDR melebihi 5% (lima per seratus).
c) Besarnya CUDR dalam bentuk persentase dapat ditunjukkan
dengan jumlah penyimpangan tertentu sesuai dengan jumlah
sampel yang diambil.
d) Dalam hal CUDR lebih kecil dari atau sama dengan 5% (lima per
seratus) sehingga pengendalian utama dinyatakan efektif
sebagaimana huruf b), jumlah penyimpangan yang
diperkenankan merujuk pada tabel berikut:
Tabel Penyimpangan yang Diperkenankan
dalam Pengujian secara Sampling

Jumlah Penyimpangan yang


Jumlah Sampel
Diperkenankan
77 1
93 1
158 4
234 6
400 14
624 22
873 35
1.348 54

e) Informasi mengenai efektivitas pengendalian utama bisa


didapatkan secara terus menerus dalam pelaksanaan
pemantauan pengendalian utama sehingga dapat dijadikan "early
warning system" ketika jumlah penyimpangan melebihi jumlah
yang diperkenankan (pengendalian utama menjadi tidak efektif)
dan dapat dilaporkan dalam Laporan Temuan Segera.
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 46 -
f) Pengendalian utama yang tidak efektif dinyatakan sebagai
temuan.
5) Pelaporan
a) Temuan
(1) Temuan hasil pemantauan pengendalian utama perlu
disampaikan kepada pihak-pihak yang tepat dan memiliki
wewenang untuk melaksanakan langkah perbaikan.
(2) Setiap temuan perlu diberikan rekomendasi yang dapat
mengeliminasi/meminimalkan penyebab utama terjadinya
temuan.
(3) Rekomendasi harus menyebutkan dengan jelas pihak yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan tindak lanjut.
(4) Dalam mengidentifikasi pihak yang bertanggung jawab perlu
memperhatikan tingkat kewenangan pihak tersebut untuk
melaksanakan tindak lanjut sesuai yang diharapkan,
misalnya suatu temuan yang terjadi di kantor pelayanan,
rekomendasinya bisa saja lebih tepat ditujukan kepada
kantor pusat apabila tindak lanjutnya menyangkut
pembuatan keputusan yang bersifat strategis atau
perubahan kebijakan organisasi.
(5) Temuan hasil pemantauan pengendalian utama
disampaikan dalam lampiran Laporan Hasil Pengujian
Pengendalian Utama (LHPPU).
b) Tindak Lanjut
(1) Setiap pejabat/ pegawai yang menerima rekomendasi wajib
melaksanakan tindak lanjut dan menyampaikan
perkembangan pelaksanaan tindak lanjut tersebut kepada
pelaksana pemantauan di unit kerjanya.
(2) Pelaksana pemantauan perlu memantau dan membahas
tindak lanjut rekomendasi yang belum tuntas dengan
pemilik pengendalian secara periodik setiap kali akan
menyusun laporan dan menyampaikan rekapitulasi
perkembangannya kepada pelaksana pemantauan di atasnya
setiap akhir triwulan.
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 47 -
(3) Tindak lanjut atas temuan dipantau dengan menggunakan
format sebagai berikut:
KERTAS KERJA EVALUASI
TINDAK LANJUT TEMUAN
(UNIT KERJAJ

Tindak Status
Ref. Nomor Temuan Rekomendasi Tindak Ket.
No Dokumen Lanjut
Lanjut
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Nama Proses Bisnis : .............. (a)

1.

2.

3.

Nama Proses Bisnis : .............. (a)

1.

2.

3.

............. 20 ...
[Pimpinan Pelaksana Pemantauan]

[Nama]
NIP[ ]

Keterangan:
(1) diisi nomor urut;
(2) diisi nomor referensi dokurnen yang dijadikan sampel;
(3) diisi uraian temuan yang diperoleh dari hasil pengujian pengendalian utama;
(4) diisi uraian rekomendasi yang diberikan oleh pelaksana pemantau kepada pemilik
pengendalian;
(5) diisi uraian tindak lanjut yang telah dilakukan oleh pemilik pengendalian
berdasarkan rekomendasi yang diberikan;
(6) diisi status tindak lanjut yang telah dilakukan oleh pemilik pengendalian ("T" bila
tuntas dan "BT" bila belum tuntas);
(7) diisi informasi tambahan (opsiona);
(a) diisi nama proses bisnis yang menjadi objek pemantauan;

c) Jenis Laporan Pemantauan Pengendalian Utama


(1) Laporan Hasil Pengujian Pengendalian Utama (LHPPU)
(a) LHPPU merupakan laporan mengenai tingkat kepatuhan
dan efektivitas pengendalian utama suatu proses bisnis
sampai dengan periode tertentu, misalnya LHPPU bulan
ketiga merupakan laporan yang berisi kompilasi hasil
pemantauan pengendalian utama dari periode 1 Januari
s.d. 31 Maret.
(b) LHPPU disusun berdasarkan DUPU, TOPU, dan TRPU
serta disampaikan secara periodik minimal sekali dalam
sebulan, yang periodisasi penyampaian LHPPU-nya
ditetapkan oleh masing-masing unit Eselon I bersamaan
dengan penetapan RPT.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 48 -
(c) Khusus untuk LHPPU bulan Desember, LHPPU disusun
berdasarkan DUPU, TOPU, dan TRPU periode tanggal 1
s.d. 20 Desember.
(d) LHPPU ditandatangani oleh pimpinan pelaksana
pemantauan tingkat kantor pelayanan/wilayah/Eselon I
dan disampaikan kepada kepala kantor pelayanan/kantor
wilayah/unit Eselon II di tingkat pusat dalam waktu
empat hari kerja setelah akhir periode pelaporan.
(e) Sistematika LHPPU mengacu pada format berikut:

LAPORAN HASIL PENGUJIAN PENGENDALIAN UTAMA


[UNIT KERJA]
PERIODE ... S.D .... TAHUN 20 ...

Tingkat Penyimpangan Jumlah


Nomor Populasi Sampel Kepatuhan Penyimpangan
No pengendalian s.d. saat s.d. saat Jumlah Jumlah yang Efektivitas
(%)
utama ini ini Ketidakpatuhan Ketidakakuratan Total Diperkenankan
s.d. saat ini
s.d. saat ini s.d. saat ini
(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)=(6)+(7) (9) (10)

Nama proses bisnis: ...... (a)

1.

2.
Rata-rata kepatuhan tingkat
(b)
proses bisnis
Nama proses bisnis: ......

1.

2.
Rata-rata kepatuhan tingkat
[b]
nroses bisnis
Kriteria Efektivitas (kolom (10)): Total Penyimpangan (kolom (8)) lebih kecil dari atau sama denganjumlah penyimpangan yang
diperkenankan (kolom (9))

lnformasi tambahan: ...................................................... ................................................................................... (c)

............ , 20 .
(Pimpinan Pelaksana PemantauanJ

(Nama)
NIP[ )

Keterangan:
(I) diisi nomor urut;
(2) diisi nomor pengendalian utama masing-masing proses bisnis;
(3) diisijumlah populasi yang ada selama periode pelaporan untuk setiap pengendalian utama (bila tidak terdapat
informasi dapat diisi dengan N/ A);;
(4) diisi jumlah sampel yang diambil selama periode pelaporan untuk setiap pengendalian utama
(5) diisi hasil {(kolom (4)-kolom (5)) dibagi dengan kolom (4)) dalam persentase;
(6) diisijumlah sampel yang dinyatakan tidak patuh berdasarkan hasil pengujian atribut pengendalian utama;
(7) diisijumlah ketidakakuratan yang dihasilkan dari "Reperformance" atau "Observasi";
(8) diisi hasil penjumlahan kolom (6) dengan kolom (7);
(9) diisi jumlah penyimpangan yang diperkenankan selaras dengan jumlah sampel sebagaimana diatur dalam Tabel
Penyimpangan yang Diperkenankan dalam Pengujian secara Sampling apabila pengujian dilakukan secara sampling,
diisi 5% dari perkiraan populasi yang terdapat pada Kertas Kerja Penetapan Sampel apabila pengujian dilakukan secara
sensus;
(10) diisi "Efektif" apabila Total Penyimpangan (kolom (8)) lebih kecil atau sama dengan jumlah penyimpangan yang
diperkenankan (kolom (9)), diisi "Tidak Efektif" apabila Total Penyimpangan (kolom (8)) lebih besar dari jumlah
penyimpangan yang diperkenankan (kolom (9));
(a) diisi nama proses bisnis yang menjadi objek pemantauan pengendalian utama;
(b) diisi rata-rata dari kolom (5);
(c) diisi penjelasan ringkas mengenai temuan, rekomendasi, tindak lanjut, atau hal lain yang dianggap perlu untuk
menjadi perhatian penerima laporan, misalnya: rekomendasi yang lama tidak ditindaklanjuti, adanya penggunaan
atribut pengendalian selain yang ada di SOP/peraturan lainnya, perkembangan penyelesaian temuan segera dan
temuan berindikasi kecuran an raud.
MENTERIKElJANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 49 -

LAMPIRAN LAPORAN HASIL PENGUJIAN PENGENDALIAN UTAMA

Ref. Status Tindak


No Nomor Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Lanjut
Dokumen

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Nama Proses Bisnis : .............. (a)

1.

2.

3.

Nama Proses Bisnis : .............. (a)

1.

2.

3.

Keterangan:
(1) diisi nomor urut;
(2) diisi nomor referensi dokumen yang dijadikan sampel;
(3) diisi uraian temuan yang diperoleh dari hasil pengujian pengendalian utama;
(4) diisi uraian rekomendasi yang diberikan oleh pelaksana pemantau kepada pemilik pengendalian;
(SJ diisi uraian tindak lanjut yang telah dilakukan oleh pemilik pengendalian berdasarkan rekomendasi yang diberikan;
(6) diisi status tindak lanjut yang telah dilakukan oleh pemilik pengendalian ("T" bila tuntas dan "BT" bila belum tuntas);
{a) diisi nama proses bisnis yang menjadi objek pemantauan;

(2) Laporan Temuan Segera (LTS)


(a) LTS merupakan laporan mengenai temuan yang perlu
segera ditindaklanjuti karena ada pengendalian utama
yang sering tidak dilaksanakan dan berpengaruh tinggi
terhadap strategi/ aktivitas operasi dan/ atau terhadap
kepentingan para pemangku kepentingan (stakeholders).
(b) Terdapat 3 (tiga) kriteria utama temuan bersifat segera
yakni:
1. suatu pengendalian sering tidak dilaksanakan;

11. berpengaruh tinggi terhadap strategi/ aktivitas operasi


dan/ atau terhadap kepentingan para pemangku
kepentingan (stakeholders); dan
111. perlu segera ditindaklanjuti untuk mencegah kegagalan
yang lebih luas karena pengendaliannya tidak efektif
implementasinya.
2) Penentuan frekuensi (tingkat kekerapan pengendalian
tidak dilaksanakan) dan pengaruh (dampak tidak
dijalankannya pengendalian) minimal sehingga suatu
temuan harus dilaporkan sebagai temuan segera
merupakan kebijakan dari masing-masing unit Eselon I.

~
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 50 -
3) Kriteria "frekuensi" dapat berupa tingkat kepatuhan
pelaksanaan pengendalian utama sedangkan kriteria
"pengaruh" dapat berupa jumlah kerugian yang dapat
ditimbulkan, lingkup dampak yang ditimbulkan,
melibatkan jumlah dana yang signifikan, melibatkan
risiko yang tinggi, menjadi perhatian pimpinan atau
masyarakat, dan lain-lain.
4) Pelaksana pemantauan tingkat Eselon I diharapkan dapat
menentukan frekuensi dan pengaruh minimal untuk
setiap jenis proses bisnis yang termasuk dalam temuan
segera.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 51 -
5) LTS disampaikan 1 (satu) hari kerja setelah ditemukan
temuan yang bersifat segera dengan format sebagai
berikut:

LAPORAN TEMUAN SEGERA


PROSES BISNIS [nama proses bisnis yang dipantau]
PADA [nama unit yang dipantau]
NOMOR .
TANGGAL: .
[JUD UL TEMUAN]

GAMBARAN UMUM PROSES BISNIS

(Uraian singkat proses proses bisnis yang dipantau [jika dipandang


cukup, hanya perlu menyajikan kelompok tahapan proses bisnis),
pengendalian utama yang terkait dengan temuan segera]

TEMUAN
Kondisi

[Uraian rinci fakta yang terjadi dengan disertai bukti yang relevan
dan memadai]

Kriteria

[Uraian kriteria yang digunakan (yang seharusnya terjadi), yaitu


dapat berupa Standard Operating Procedures/peraturan/kebijakan
tertulis lainnya]

Sebab

[Uraian penyebab terjadinya kondisi (temuan) yang diperoleh dari


observasi, wawancara atau teknik lainnya]

Aki bat

[Uraian dampak yang ditimbulkan atau dapat ditimbulkan oleh


temuan. Dampak yang ditimbulkan harus relevan, objektif, dan
didukung dengan data-data]

Upaya yang telah dilakukan (bila ada)

[Uraian upaya-upaya yang telah dilakukan pemilik atau pelaksana


pengendalian untuk menghilangkan penyebab temuan dan/ atau
untuk meminimalisir dampak temuan]

Jakarta, 20 .
(Pimpinan Pelaksana Pemantauan]

[Nama]
NIP[ ]

Lampiran

[Disajikan bukti-bukti, data-data, dan berkas-berkas lain yang


terkait dengan temuanl
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 52 -

6) Untuk unit Eselon I yang tidak memiliki unit vertikal, LTS


disampaikan kepada pimpinan unit Eselon II, atau
berdasarkan pertimbangan pelaksana pemantauan dapat
disampaikan juga kepada pimpinan unit Eselon I.
7) Untuk unit Eselon I yang memiliki unit vertikal, LTS
disampaikan kepada kepala kantor terkait, atau
berdasarkan pertimbangan pelaksana pemantauan dapat
disampaikan juga kepada kepala kanwil/pimpinan UKI-El
dengan tembusan pimpinan UKI di tingkat atasnya.
8) Pertimbangan pelaksana pemantauan untuk
menyampaikan LTS ke tingkatan yang lebih tinggi terkait
dengan kewenangan penyelesaian atas temuan yang perlu
segera ditindaklanjuti tersebut.
(3) Laporan Temuan Berindikasi Kecurangan/ Fraud (LTBF)
(a) LTBF merupakan laporan mengenai adanya indikasi
kecurangan (fraud) yang dilakukan secara sengaja oleh
orang-orang intern Kementerian Keuangan dengan
maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi
dan/ atau kelompoknya dan merugikan organisasi,
misalnya hasil pencocokan antara barang yang diterima
dengan kontrak oleh Panitia Penerima Barang, Pelaksana
dan Kepala Subbagian Umum dinyatakan sesuai
meskipun sebenarnya berbeda, tanggal Surat Perintah
Membayar (SPM) atau Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D) lebih awal dibandingkan tanggal Berita Acara
Serah Terima (BAST) pekerjaan, adanya tanda tangan atau
paraf pejabat/pegawai pada suatu dokumen pada tanggal
tertentu padahal yang bersangkutan sedang dinas ke luar
kota pada tanggal tersebut. ~
MENTER! l<EUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 53 -
(b) LTBF disampaikan satu hari kerja setelah ditemukannya
temuan berindikasi kecurangan/ fraud dan disusun sesuai
sebagai berikut:

LAPORAN TEMUAN BERINDIKASI KECURANGAN/ FRAUD


PROSES BISNIS [nama proses bisnis yang dipantau]
PADA [nama unit yang dipantau]
NOMOR .
TANGGAL: .
[JUDUL TEMUAN)

GAMBARANUMUM PROSES BISNIS

[Uraian singkat proses proses bisnis yang dipantau [jika dipandang


cukup, hanya perlu menyajikan kelompok tahapan proses bisnis),
pengendalian utama yang terkait dengan temuan berindikasi
kecurangan (fraud)]

TEMUAN
Kondisi

[Uraian rinci fakta yang terjadi dengan disertai bukti yang relevan
dan memadai]

Kriteria

[Uraian kriteria yang digunakan (yang seharusnya terjadi), yaitu


dapat berupa Standard Operating Procedures/ peraturan/kebijakan
tertulis lainnya]

Sebab

[Uraian penyebab terjadinya kondisi (temuan) yang diperoleh dari


observasi, wawancara atau teknik lainnya]

Akibat

[Uraian dampak yang ditimbulkan atau dapat ditimbulkan oleh


temuan. Dampak yang ditimbulkan harus relevan, objektif, dan
didukung dengan data-data]

Upaya yang telah dilakukan (bila ada)

[Uraian upaya-upaya yang telah dilakukan pemilik atau pelaksana


pengendalian untuk menghilangkan penyebab temuan dan/ atau
untuk meminimalisir dampak temuan]

Jakarta, . . . . . . . . . . . . . 20 ....
[Pimpinan Pelaksana Pemantauan]

[Nama]
NIP[ ]

Lampiran

[Disajikan bukti-bukti, data-data, dan berkas-berkas lain yang


terkait dengan temuan]
MENTER! l~EUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 54 -
(c) Untuk unit Eselon I yang tidak memiliki unit vertikal,
LTBF disampaikan kepada pimpinan unit Eselon I dan
Inspektur Jenderal.
(d) Untuk unit Eselon I yang memiliki unit vertikal, LTBF
disampaikan kepada pimpinan unit Eselon I, pimpinan
pelaksana pemantauan tingkat Eselon I, dan Inspektur
Jenderal.
( 4) La poran Akhir Triwulanan (LAT)
(a) UKI-W menyusun LAT Tingkat Wilayah berdasarkan
kompilasi LHPPU unit kerja kantor wilayah dan kantor
pelayanan di bawahnya untuk periode yang berakhir s.d.
31 Maret, 31 Juli, 30 September, dan 20 Desember sesuai
format berikut:
LAPORAN AKHIR TRIWULAN ...
PEMANTAUAN PENGENDALIAN UTAMATINGKAT WILAYAH
KANTOR WILAYAH [nama unit]
PERIODE .... - ..... 20 ..

Rata-rata
Nama Kantor Kantor Jumlah
Kantor Tingkat
No. Proses Pelayanan Pelayanan unit yang
Wilayah Kepatuhan Per
Bisnis efektif
Proses bisnis
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Infonnasi tambahan:

·······················································································································(a)

Jakarta, 20 .
[Pirnpinan Pelaksana Pemantauan]

[Nama]
NIP[ ]

Keterangan:
(1) diisi nomor urut;
(2) diisi nama proses bisnis yang dipantau;
(3) diisi rata-rata tingkat kepatuhan proses bisnis unit kerja kantor wilayah;
(4) diisi rata-rata tingkat kepatuhan proses bisnis pada kantor pelayanan ;
(5) diisi rata-rata tingkat kepatuhan proses bisnis pada kantor pelayanan ;
(6) diisi rata-rata tingkat kepatuhan per proses bisnis tingkat wilayah (rata-rata
kolom (3) s.d. (6));
(7) diisi jumlah seluruh unit kerja vertikal di bawah kantor wilayah termasuk
kantor wilayah yang memperoleh hasil pemantauan "efektif" pada proses
bisnis yang bersangkutan;
(a) diisi hal-hal lain yang penting untuk disampaikan kepada UK! satu tingkat
di atas.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 55 -
(b) UKI-El menyusun LAT Tingkat Eselon I berdasarkan
kompilasi LHPPU unit kerja kantor pusat untuk periode
yang berakhir s.d. 31 Maret, 31 Juli, 30 September, dan
20 Desember dan seluruh LAT Tingkat Wilayah pada
periode berkenaan sesuai format berikut:
LAPORAN AKHIR TRI WU LAN ...
PEMANTAUAN PENGENDALIAN UTAMATINGKAT ESELON I
[Nama unit Eselon I]
PERI ODE .... - ..... 20 ..

Nama Kantor Kantor Rata-rata Tingkat Jumlah


Kantor
No. Proses Wilayah Wilayah Kepatuhan Per unit yang
Pusat
Bisnis Proses bisnis efektif
(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Informasi tambahan:

·······················································································································(a)

Jakarta, 20 .
[Pimpinan Pelaksana Pemantauan]

[Nama]
NIP( [

Keterangan:
(1) diisi nomor urut;
(2) diisi nama proses bisnis yang dipantau;
(3) diisi rata-rata tingkat kepatuhan proses bisnis unit kerja kantor pusat;
(4) diisi rata-rata tingkat kepatuhan proses bisnis tingkat wilayah ;
(5) diisi rata-rata tingkat kepatuhan proses bisnis tingkat wilayah ;
(6) diisi rata-rata tingkat kepatuhan proses bisnis tingkat wilayah ;
(7) diisi rata-rata tingkat kepatuhan per proses bisnis tingkat Eselon I (rata-rata
kolom (3) s.d. (6);
(8) diisi jumlah seluruh unit kerja vertikal di bawah kantor pusat termasuk
kantor pusat yang memperoleh hasil pemantauan "efektif" pada proses bisnis
yang bersangkutan;
(a) diisi hal-hal Iain yang penting untuk disampaikan kepada UK! satu tingkat di
atas.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 56 -

d) Sistematika Pelaporan Unit Eselon I yang tidak Memiliki Unit


Vertikal
(1) Sistematika pelaporan unit Eselon I yang tidak memiliki unit
vertikal, sebagai berikut:
SISTEMAT!KA PELAPORAN
UNIT ES ELON I YANG TlDAK MEMILIKI UNIT VERTIKAL

Penyusun Batas Akhir


No Nama Laporan Isi Laporan Penerima Laporan
Laporan Peiaporan

1 Laporan Hasil Peiaksana HasiI Pimpinan unit Empat hari


Pengujian pemantauan pengujian Eselon II terkait kerja setelah
Pengendalian tingkat pengendalian akhir periode
Uta ma Eselon I utama
Pimpinan unit
Eselon I (untuk
LHPPU periode
yang berakhir s.d.
31 Maret, 31 Juli,
30 September, dan
20 Desember)

Inspektur Jenderal
(untuk LHPPU
periode yang
berakhir s.d. 31
Juli, dan 20
Desemberl
2 Laporan Pelaksana Temuan yang Pimpinan unit Satu hari
Temuan Segera pemantauan bersifat segera Eselon II, dan kerja setelah
tingkat untuk berdasarkan ditemukan
Eselon I dilaporkan pertimbangan temuan
pelaksana segera
pemantauan dapat
dikirim ke
pimpinan unit
Eselon I

3 Laporan Pelaksana Temuan yang Pimpinan unit Satu hari


Temuan yang pemantauan berindikasi Eselon I dan kerja setelah
Berindikasi tingkat kecurangan Inspektur Jenderal ditemukan
Kecurangan Eselon I (fraud) temuan yang
(kecurangan berindikasi
(fraud) kecurangan
(fraud)

(2) Inspektorat Jenderal memiliki hak akses atas seluruh laporan


di atas dan dapat meminta laporan sewaktu-waktu.
MENTER! KEUANGAN
REPUBLII< INDONESIA

- 57 -

e) Sistematika Pelaporan Unit Eselon I yang Memiliki Unit Vertikal


(1) Sistematika pelaporan unit Eselon I yang memiliki unit
vertikal, sebagai berikut:
SISTEMATIKA PELAPORAN
UNIT ESELON I YANG MEMILIKI UNIT VERTIKAL

Penyusun Penerima Batas Akhir


No Nama Laporan Isi Laporan
Laporan Laporan Peiaporan

A Laporan HasiI Pemantauan


1 Laporan HasiI Peiaksana Hasil Kepala kantor Empat hari
Pengujian pemantauan pengujian pelayanan kerja setelah
Pengendalian tingkat kantor pengendalian akhir periode
Utama pelayanan utama pada
unit kerja Kepaia kantor
kantor wilayah (untuk
pelayanan LHPPU periode
yang berakhir
s.d. 31 Maret,
31 Juli, 30
September,
dan 20
Desember)
Pelaksana Hasil Kepala kantor
pemantauan pengujian wilayah
tingkat wilayah pengendalian
utama pada Pimpinan unit
unit kerja Eselon II
kantor wilayah kantor pusat
(untuk LHPPU
periode yang
berakhir s.d.
31 Maret, 31
Juli, 30
September,
dan 20
Desemberl
Pelaksana Hasil Pimpinan unit
pemantauan pengujian Eseion ll
tingkat Eselon pengendalian kantor pusat
I utama pada
unit kerja
kantor pusat

2 Laporan Peiaksana Temuan pada Kepala kantor Satu hari kerja


Temuan pemantauan unit kerja pelayanan, dan setelah
Segera tingkat kantor kantor berdasarkan ditemukan
pelayanan pelayanan pertimbangan temuan segera
yang bersifat pelaksana
segera untuk pemantauan
dilaporkan dapat dikirim
ke:
1. kepala
kantor
wilayah,
dengan
tembusan
pimpinan
pelaksana
pemantauan
tingkat
wilayah;
dan/atau
2. pimpinan
unit Eselon l
dengan
tembusan
pimpinan
pelaksana
pemantauan
tingkat Eselon
I
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 58 -

Penyusun Penerima Batas Akhir


No Nama Laporan Isi Laporan
Laporan Laporan Pelaporan

Pelaksana Temuan pada Kepala kantor


pemantauan unit kerja wilayah, dan
tingkat wilayah kantor wilayah berdasarkan
yang bersifat pertim bangan
segera untuk pelaksana
dilaporkan pemantauan
dapat dikirim
ke pimpinan
unit Eselon I
dengan
tembusan
pelaksana
pemantauan
tingkat Eselon
I

Pelaksana Temuan pada Pimpinan unit


pemantauan unit kerja Eselon II, dan
tingkat Eselon kantor pusat berdasarkan
I yang bersifat pertimbangan
segera untuk pelaksana
dilaporkan pemantauan
dapat dikirim
ke pimpinan
unit Eselon I.

3 Laporan Pelaksana Temuan yang Pimpinan unit Satu hari kerja


Temuan yang pemantauan berindikasi Eselon I; setelah
berindikasi tingkat kantor kecurangan pelaksana ditemukan
Kecurangan pelayanan (fraud)pada pemantauan temuan yang
(kecurangan unit kerja tingkat Eselon berindikasi
(fraud) kantor I; dan kecurangan
pelayanan Inspektur (fraud)
Jenderal.

Pelaksana Temuan yang Pimpinan unit


pemantauan berindikasi Eselon I;
tingkat wilayah kecurangan pelaksana
(fraud) pada pemantauan
unit kerja tingkat Eselon
kantor wilayah I; dan
Inspektur
Jenderal.
Pelaksana Temuan yang Pimpinan unit
pemantauan berindikasi Eselon I; dan
tingkat Eselon kecurangan Inspektur
I (fraud) pada Jenderal.
unit kerja
kantor pusat

8 Laporan Akhir Triwulanan Tingkat Wilayah dan Eselon I

1 Laporan Akhir Pelaksana Kompilasi hasil Pimpi nan Sepuluh hari


Triwulan I pemantauan pengujian pelaksana kerja setelah
Tingkat tingkat wilayah pengendalian pemantauan akhir triwulan I
Wilayah utama pada tingkat Eselon
unit kerja I dengan
kantor wilayah tembusan
dan kantor kepala kantor
pelayanan wilayah
yang berada di
bawahnya
sampai dengan
akhir periode
triwulan I (1
Januari s.d. 31
Maret)

2 Laporan Akhir Pelaksana Kompilasi hasil Pimpinan unit Lima belas hari
Triwulan I pemantauan pengujian Eselon I kerja setelah
Tingkat Eselon tingkat Eselon pengendalian akhir triwulan I
I I utama pada
unit kerja
kantor pusat
dan seluruh
tingkat wilayah
samoai denzan
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 59 -
Penyusun Penerima Batas Akhir
No Nama Laporan lsi Laporan
Laporan Lapo ran Pelaporan

akhir periode
triwulan I (1
Januari s.d. 31
Maretl
3 Laporan Akhir Pelaksana Kompilasi hasil Pimpinan Sepuluh hari
Triwulan II pemantauan pengujian pelaksana kerja setelah
Tingkat tingkat wilayah pengendalian pemantauan akhir triwulan
Wilayah utama pada tingkat Eselon II
unit kerja I dengan
kantor wilayah tembusan
dan kantor kepala kantor
pelayanan wilayah
yang berada di
bawahnya
sampai dengan
akhir periode
triwulan II (1
Januari s.d. 30
Juni)

4 Laporan Akhir Pelaksana Kompilasi hasil Pimpinan unit Lima belas hari
Triwulan II pemantauan pengujian Eselon I dan kerja setelah
Tingkat Eselon tingkat Eselon pengendalian lnspektur akhir triwulan
I I utama pada Jenderal II
unit kerja
kantor pusat
dan seluruh
tingkat wilayah
sampai dengan
akhir periode
triwulan II (I
Januari s.d. 30
Juni)

5 Laporan Akhir Pelaksana Kompilasi hasil Pimpi nan Sepuluh hari


Triwulan Ill pemantauan pengujian pelaksana kerja setelah
Tingkat tingkat wilayah pengendalian pemantauan akhir triwulan
Wilayah utama pada tingkat Eselon Ill
unit kerja I dengan
kantor wilayah tembusan
dan kantor kepala kantor
pelayanan wilayah
yang berada di
bawahnya
sampai dengan
akhir periode
triwulan Ill (1
Januari s.d. 30
September)

6 Laporan Akhir Pelaksana Kompilasi hasil Pimpinan unit Lima belas hari
Triwu Ian Ill pemantauan pengujian Eselon I kerja setelah
Tingkat Eselon tingkat Eselon pengendalian akhir triwulan
I I utama pada III
unit kerja
kantor pusat
dan seluruh
tingkat wilayah
sampai dengan
akhir periode
triwulan Ill (1
Januari s.d. 30
September)

7 Laporan Akhir Pelaksana Kompilasi hasil Pim pin an Sepuluh hari


Triwulan IV pemantauan pengujian pelaksana kerja setelah
Tingkat tingkat wilayah pengendalian pemantauan akhir triwulan
Wilayah utama pada tingkat Eselon IV
unit kerja 1 dengan
kantor wilayah tembusan
dan kantor kepala kantor
pelayanan wilayah
yang berada di
bawahnya
sampai dengan
akhir periode
triwulan IV (1
Januari s.d. 20
Desember)
MENTERIKEUANGAN
REPUBLH< INDONESIA

- 60 -
Penyusun Penerima Batas Akhir
No Nama Laporan lsi Laporan
Laporan Laporan Pelaporan

8 Laporan Akhir Pelaksana Kompilasi hasil Pimpinan unit Lima belas hari
Triwulan IV pemantauan pengujian Eselon I dan kerja setelah
Tingkat Eselon tingkat Eselon pengendalian lnspektur akhir triwulan
I I utama pada Jenderal IV
unit kerja
kantor pusat
dan seluruh
tingkat wilayah
sampai dengan
akhir periode
triwulan IV (1
Januari s.d. 20
Desember)

(2) Inspektorat Jenderal dan UKI-El memiliki hak akses atas


seluruh laporan di atas dan dapat meminta laporan sewaktu-
waktu.

H. Pemantauan Pengendalian Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi


(PPTIK)

1. PPTIK dilakukan dalam bentuk pemantauan berkelanjutan yang merupakan


pemantauan atas pengendalian utama berbasis teknologi informasi.
2. PPTIK dilakukan oleh pelaksana pemantauan yang menguasai pengujian
pengendalian utama berbasis teknologi informasi atau dengan
didampingi/ disupervisi oleh pihak yang menguasai pengujian pengendalian
utama berbasis teknologi informasi.
3. PPTIK memiliki pendekatan yang berbeda dengan pemantauan dalam
lingkungan proses manual, yaitu pendekatan pengendalian atas proses
(process controls yang biasanya menjadi tugas lini pertama, meskipun dapat
juga memantau aktivitas pengendalian atas suatu proses bisnis yang
terdapat dalam suatu aplikasi.
4. Objek PPTIK dapat berupa kriteria tertentu yang memerlukan pemantauan
meskipun dapat juga berupa aktivitas pengendalian atas suatu proses
bisnis.
5. PPTIK didukung oleh suatu tools aplikasi yang tertanam/melekat
(embedded), menampung transaksi-transaksi yang sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan, dalam suatu sistem teknologi informasi yang
dipantau sehingga memerlukan dukungan dari pengelola TIK pada masing-
masing unit.
6. Tujuan pemantauan berkelanjutan untuk memastikan pengecualian-
pengecualian yang diproses dalam suatu sistem aplikasi komputer
memenuhi persyaratannya sehingga yang memenuhi persyaratan dapat
diteruskan prosesnya dan yang tidak memenuhi persyaratan dapat
dihentikan prosesnya atau dibatalkan.
7. Pelaksana dan Lingkup
Pelaksana PPTIKbeserta lingkup objek yang dipantau sebagai berikut:
a. UKI-P memantau karakteristik (pengecualian) dalam proses sistem
aplikasi komputer pada unit kerja kantor pelayanan.
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 61 -
b. UKI-W memantau karakteristik (pengecualian) dalam proses sistem
aplikasi komputer pada unit kerja kantor wilayah.
c. UKI-El memantau karakteristik (pengecualian) dalam proses sistem
aplikasi komputer pada unit kerja kantor pusat bagi unit Eselon I yang
memiliki unit vertikal atau memantau karakteristik (pengecualian) dalam
proses sistem aplikasi komputer pada seluruh unit kerja unit Eselon I
bagi unit Eselon I yang tidak memiliki unit vertikal.
8. Waktu Pelaksanaan dan Proses
a. PPTIK dapat dilaksanakan secara harian, mingguan, bulanan, setiap
tanggal tertentu, suatu periode tertentu lainnya, atau setiap diketahui
adanya data baru pengecualian yang dipantau.
b. Pelaksana pemantauan perlu terampil menggunakan aplikasi yang
tertanam/melekat yang ada dalam sistem aplikasi komputer terkait agar
diperoleh data/informasi yang diperlukan secara lengkap, cepat, dan
tepat.
c. Tahapan PPTIK sebagai berikut:
1) Penyiapan Aplikasi yang Tertanam/Melekat
a) Aplikasi yang tertanam/melekat merupakan syarat utama dapat
dijalankannya PPTIK sehingga memerlukan penyiapan oleh unit
pengembang teknologi informasi di lingkungan unit Eselon I
terkait.
b) Aplikasi yang tertanam/melekat tersebut mengumpulkan data
yang memiliki karakteristik yang telah ditentukan sesuai
kebutuhan.
c) Dalam aplikasi yang tertanam/melekat tersebut perlu disediakan
menu untuk pelaksana pemantauan yang dapat memberikan
suatu penilaian atas transaksi (finansial maupun non finansial)
yang masuk dalam kriteria:
(1) apakah bisa terus diproses karena memenuhi persyaratan
(transaksi wajar);
(2) harus dibatalkan karena tidak memenuhi persyaratan
(transaksi dibatalkan); a tau
(3) diteruskan tetapi dengan catatan disampaikan kepada
manajemen berupa hal-hal yang dianalisis oleh pelaksana
pemantauan (transaksi dengan ca ta tan).
d) Pelaksana pemantauan memahami proses bisnis dan
menentukan karakteristik (pengecualian) tertentu yang tidak bisa
diotomasi oleh teknologi informasi atau bila diotomasi akan
menimbulkan biaya yang lebih besar dari manfaatnya sehingga
lebih efisien bila dilakukan pemantauan atas pengecualian
tersebut, misalnya pada dasarnya saldo kas tidak boleh minus
tetapi karena kondisi tertentu maka saldo kas dapat minus tetapi
apakah minusnya merupakan suatu kondisi yang dapat
dibenarkan atau tidak dapat dibenarkan perlu analisis tersendiri.

~
MENTER! f~EUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 62 -
e) Pengendalian atas proses yang dilakukan oleh pelaksana
pemantauan harus dipilih yang memiliki nilai strategis, yang bila
dilakukan oleh lini pertama akan menyita waktu yang
mempengaruhi kinerja mereka dalam memprosesnya, dan/ atau
yang dapat menimbulkan biaya yang lebih besar dibandingkan
manfaatnya agar tidak tumpang tindih dengan tugas lini pertama
f) Dalam hal aplikasi yang tertanam/melekat tersebut mampu
memberikan informasi mengenai aktivitas yang dilakukan oleh
pelaksana pengendalian yang terlibat dalam sistem tersebut,
dapat pula dilakukan analisis terhadap aktivitas pelaksana
pengendalian dengan melihat kecepatan pemrosesan dokumen
yang dicatat oleh aplikasi sehingga hal-hal yang menunjukkan
ketidaknormalan seperti kecepatan pemrosesan dokumen yang
sangat cepat atau kecepatan pemrosesan dokumen yang sangat
lambat dapat dilanjutkan dengan konfirmasi terhadap apa yang
sedang terjadi.
g) Prosedur / SOP proses bisnis terkait perlu disesuaikan dengan
keberadaan PPTIK agar menjadi bagian di dalam prosedur/SOP
setelah terbangun aplikasi yang tertanam/ melekat.
2) Pelaksanaan PPTIK
a) Pelaksana pemantauan membuka aplikasi, menganalisis data
pengecualian atau kecepatan pemrosesan yang tidak normal, dan
melakukan tindakan yang sesuai dengan hasil analisis setelah
aplikasi yang tertanam/ melekat siap digunakan sesuai waktu
yang ditentukan.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 63 -
b) Hasil pemantauan dituangkan dalam kertas kerja berikut:

KERTAS KERJA PEMANTAUAN PENGENDALIAN BERBASIS


TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (PPTIK)
[UNIT KERJA]

Disusun oleh/tanggal/paraf
Direviu oleh/tanggal/paraf

Nama Proses Bisnis


Jumlah Transaksi
Transaksi
No. Karakteristik Transaksi dengan
Dibatalkan
Wajar Cata tan
Ill (2) (3) (4) (5)

Kesimpulan: (a)

Keterangan:
( 1) diisi nomor uru t;
(2) diisi kriteria yang telah ditentukan pada aplikasi yang
tertanam / meleka t;
(3) diisi jumlah transaksi wajar; ·
(4) diisi nomor/referensi transaksi yang harus dibatalkan karena tidak
memenuhi syarat. Dalam hal jumlah transaksi yang dibatalkan
banyak, cukup disebutkan nomor/referensi transaksi pertama
diikuti dengan kata "terlarnpir daftar transaksi yang dibatalkan"
(5) diisi nomor/referensi transaksi yang harus diteruskan tetapi dengan
catatan disampaikan kepada manajamen berupa hal-hal yang
dianalisis oleh pelaksana pemantauan. Dalam hal jumlah transaksi
dengan catatan banyak, cukup disebutkan nomor/referensi
transaksi pertama diikuti dengan kata "terlarnpir daftar transaksi
dengan catatan"
(a) diisi simpulan atas keberadaan transaksi yang dibatalkan dan
transaksi dengan catatan, misalnya terkait sebab hal tersebut terjadi

c] Dalam hal kertas kerja PPTIK sebagaimana huruf b) tidak sesuai


dengan kondisi pelaksanaan pengendalian berbasis teknologi
informasi dan komunikasi, pelaksana pemantauan dapat
melakukan modifikasi kertas kerja sesuai kebutuhan.
3) Pelaporan PPTIK
Pelaksanaan pemantauan berkelanjutan dilaporkan setiap bulannya.
Laporan berisi:
a) Transaksi yang harus dibatalkan karena tidak memenuhi
persyaratan;
b) Transaksi yang diteruskan tetapi dengan catatan disampaikan
kepada manajemen; ~
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 64 -
c) Transaksi yang bisa terus diproses karena memenuhi
persyaratan.

LAPORAN PEMANTAUAN PENGENDALIAN


BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (PPTIK)
[UNIT KERJAJ
PERIODE ... S.D .... TAHUN 20 ...

Kami telah melaksanakan Pemantauan Pengendalian Berbasis


Teknologi Informasi dan Komunikasi (PPTIK) pada [diisi nama unit kerja).
Pemantauan dilakukan atas [diisi jumlah proses bisnis] proses bisnis
dengan rincian terlampir.
H asi·1 PPTIK a d a 1a h se b agar en ut:
Jumlah Jumlah Jumlah
No. Karakteristik Transaksi Transaksi Transaksi Simpulan
Dibatalkan denzan Catatan Waiar
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Proses Bisnis:

Demikian kami sampaikan, untuk menjadi perhatian pimpinan


kantor.

Jakarta, 20 .
[Pimpinan Pelaksana Pemantauan]

[Nama]
NIP[ ]

Keterangan
(1) diisi nomor urut:
(2) diisi kriteria yang telah ditentukan pada aplikasi yang
tertanam/ melekat;
(3) diisi jumlah transaksi yang harus dibatalkan karena tidak
memenuhi syarat;
(4) diisi jumlah transaksi yang harus diteruskan tetapi dengan catatan
disampaikan kepada manajamen berupa hal-hal yang dianalisis
oleh pelaksana pemantauan;
(5) diisi jumlah transaksi yang dapat diteruskan;
(6) diisi simpulan

I. Kesimpulan Efektivitas Pengendalian Intern

1. Kesimpulan efektivitas pengendalian intern dapat dijadikan dasar bagi


manajemen dalam membuat pernyataan manajemen mengenai efektivitas
pengendalian intern secara berjenjang dari tingkat kantor pelayanan sampai
dengan tingkat Eselon I.
2. Penyusunan kesimpulan didasarkan minimal pada hasil analisis temuan
yang berasal dari EPITE dan PPITA.
3. Dalam hal PPTI telah dilaksanakan, maka temuan yang dihasilkan dari PPTI
pun dimasukkan dalam pertimbangan.
4. Temuan dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu:
MENTER! KEUANGAN
REPUBLII<. INDONESIA

- 65 -
a. Defisiensi rancangan (design deficiency) berupa rancangan yang tidak
memadai yang dihasilkan dari evaluasi kecukupan rancangan, meliputi:
1) suatu pengendalian yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan
pengendalian tidak ada; atau
2) suatu kebijakan atau prosedur pengendalian yang ditetapkan tidak
dirancang secara tepat untuk memastikan bahwa tujuan
pengendalian akan tercapai.
b. Defisiensi pelaksanaan ( operating deficiency) berupa pengendalian utama
yang tidak efektif yang dihasilkan dari pengujian keandalan
pengendalian utama dan pengujian kesesuaian hasil pengendalian
utama, meliputi:
1) suatu pengendalian yang telah dirancang secara memadai tetapi
tidak sesuai hasilnya dengan yang diharapkan; atau
2) pegawai yang melaksanakan prosedur pengendalian tidak memiliki
otoritas atau kualifikasi untuk melaksanakan pengendalian tersebut
secara efektif.
5. Langkah-langkah pokok penyusunan kesimpulan efektivitas pengendalian
se bagai beriku t:
a. Mengevaluasi dan menentukan tingkatan temuan.
1) Temuan perlu dievaluasi berdasarkan empat faktor pertimbangan
yaitu:
Fl Dampak potensialnya (Bila tidak signifikan=O; signifikan=l,
material=2)
F2 Pengendalian pengganti lain ( compensating controls (Bila tidak
ada =2; bila ada namun hanya mengurangi dampak = 1, bila
ada dan dapat menggantikan=O)
F3 Evaluasi tambahan (Bila menyatakan jarang terjadi=O,
menyatakan sering terjadi=4)
F4 Pendapat seorang Prudent Official (Bila tidak signifikan=O,
signifikan=4, material=9)
2) Hasil evaluasi temuan berupa tingkatan temuan sebagai berikut:
a) Defisiensi yang berdampak rendah iinconsequentials, yaitu suatu
temuan, atau kombinasi dari beberapa temuan dalam suatu
proses bisnis yang sama, yang pengaruhnya tidak material
terhadap pelaksanaan proses bisnis dan pencapaian tujuan
proses bisnis.
b) Defisiensi signifikan (significant deficiency), yaitu suatu temuan,
atau kombinasi dari beberapa temuan dalam suatu proses bisnis
yang sama, yang berpengaruh cukup material terhadap
pelaksanaan proses bisnis dan pencapaian tujuan proses bisnis.

~
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 66 -
c) Kelemahan material (material weakness), yaitu suatu temuan,
atau kombinasi dari beberapa defisiensi signifikan dalam suatu
proses bisnis yang sama, yang berpengaruh material terhadap
pelaksanaan proses bisnis dan pencapaian tujuan proses bisnis.
3) Langkah-langkah evaluasi temuan yang dilakukan pelaksana
pemantauan sebagai berikut:
a) menganalisis dampak potensial temuan, apakah tidak signifikan,
signifikan, atau material, dan menuliskan hasilnya dalam suatu
kertas kerja analisis;
b) mengevaluasi dan menguji apakah ada pengendalian pengganti
sehingga dapat disimpulkan: ada pengendalian pengganti yang
dapat menggantikan, ada pengendalian pengganti namun hanya
mengurangi dampak, atau tidak ada pengendalian pengganti, dan
menuliskan hasilnya dalam suatu kertas kerja evaluasi dan
pengujian;
c) melaksanakan evaluasi tambahan yang dapat meyakinkan
kemungkinan keterjadian temuan apakah jarang atau sering, dan
menuliskan hasilnya dalam suatu kertas kerja evaluasi
tambahan; dan
MENTERIKEUANGAN
REPUBLII< INDONESIA

- 67 -
d) menunjuk seorang Prudent Official yang menguasai proses bisnis
dan meminta pendapatnya secara tertulis terkait temuan
tersebut. Pendapat Prudent Official tersebut dapat disampaikan
sebagaimana format sebagai berikut:

PERNY AT AAN PRUDENT OFFICIAL


ATAS TEMUAN PENGENDALIAN INTERN

Saya memiliki kompetensi pemahaman proses bisnis [nama


proses bisnis] yang dapat dibuktikan melalui rekam jejak dan saya
menyatakan sampai dengan saat ini integritas belum terciderai yang
dapat dibuktikan melalui rekam jejak. Berkenaan dengan temuan
pada proses bisnis:
1. Temuan [nama temuan] pada proses bisnis [nama proses bisnis];
2. dst;
yang disampaikan kepada saya untuk saya berikan penilaian, dengan
ini saya memberikan penilaian berdasarkan kompetensi dan integritas
yang saya miliki bahwa:
Nama Proses
No. Nama Temuan Penilaian
Bisnis
(1) (2) (3) (4)
1. oinconsequential
osignificant deficiency
omaterial weakness
2.
dst.
Demikian saya sampaikan penilaian atas temuan-temuan
tersebut berdasarkan pertimbangan professional yang saya miliki dan
penuh tanggungjawab.

Jakarta, 20 .
Yang menyatakan,

[NamaPrudent Officials
NIP[ ]

Keterangan:
(1) diisi nomor urut;
(2) diisi nama temuan;
(3) diisi nama proses bisnis;
(4) diisi dengan memberikan tanda centang "-../" pada kotak pilihan;

(1) Mekanisme penentuan Prudent Official secara umum sebagai


berikut:
(a) Pengenalan kemampuan/pengetahuan para pegawai
yang terlibat dalam suatu proses bisnis;
(b) Pengajuan para pegawai yang dipandang paling mampu/
mengetahui masing-masing proses bisnis sebagai
Prudent Official kepada Kepala kantor dengan tembusan
kepada UKI di tingkat atasnya. ~
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INOONESIA

- 68 -
(c] Penetapan Prudent Official setiap proses bisnis yang
diajukan tersebut oleh kepala kantor, yang bila dalam
waktu 90 hari kerja kepala kantor tidak menetapkan
Prudent Official yang diusulkan, dianggap usulan
tersebut disetujui.
(d) Penelaahan atas penetapan Prudent Official oleh UKI di
tingkat atasnya dan dalam hal tidak sependapat maka
UKI di tingkat atasnya tersebut dapat mengajukan
perubahan Prudent Official yang menjadi dasar kepala
kantor untuk merevisi penetapan Prudent Official.
(2) Mekanisme penentuan Prudent Official secara khusus dapat
dilakukan oleh unit Eselon I dengan pengaturan tersendiri
apabila terdapat pertimbangan lain sesuai kebutuhan
organisasi. Prudent Official pada dasarnya satu orang namun
unit Eselon I dapat menetapkan lain.
4) Format kertas kerja yang digunakan dalam evaluasi temuan:
a) Format evaluasi temuan unit kerja:

Evaluasi Temuan Unit Kerja


[Nama Kantor Pelayanan/Kantor Wilayah/Kantor Pusat]

Faktor Pertimbangan Tingkatan


Temuan Total
Temuan
Fl F2 F3 F4
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Keterangan Faktor Pertimbangan:


Fl Dampak potensialnya (Bila tidak signifikan=O; signifikan=l,
material weakness=2)
F2 Pengendalian pengganti lain (Bila tidak ada=2; bila ada namun
hanya mengurangi dampak =1, bila ada dan dapat
menggantikan=O)
F3 Evaluasi tambahan (Bila menyatakan jarang terjadi=O, menyatakan
sering terjadi=2)
F4 Pendapat seorang Prudent Official (Bila tidak signifikan=O,
signifikan=4, material=9)
Keterangan tabel:
(1) diisi deskripsi temuan;
(2) diisi O bila dampak potensial tidak signifikan, diisi 1 bila dampak
potensial signifikan, diisi 2 bila dampak potensial material.
(3) diisi O bila ada pengendalian pengganti lain dan dapat
menggantikan, diisi 1 bila ada namun hanya mengurangi dampak,
diisi 2 bila tidak ada.
(4) diisi O bila ada evaluasi tambahan bahwa hal itu jarang terjadi,
diisi 2 bila evaluasi tambahan menyatakan hal itu sering terjadi.
(5) diisi O bila seorang Prudent Official menyatakan tidak signifikan,
diisi 4 bila seorang Prudent Official menyatakan signifikan, diisi 9
bila seorang Prudent Official menyatakan material.
(6) diisi total penjumlahan Fl s.d. F4
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 69 -
(7) diisi dengan tingkatan temuan yaitu:
Inconsequential bila nilai pada kolom (6) adalahO s.d. <4
Significant deficiency bila nilai pada kolom (6) adalah4 s.d.<9
Material Weakness bila nilai pada kolom (6) adalah 9 s.d. 15

b) Format evaluasi temuan kompilasi pada tingkat wilayah dan


Eselon I:

Evaluasi Temuan Kompilasi Tingkat Wilayah/Eselon I


[Nama Kantor Wilayah/Eselon I]

Kesimpulan menurut
Uraian Kantor Kantor Kantor Rata-rata pemantau tingkat
Temuan ... ... . .. wilayah/ Eselon I

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Keterangan:
(1) diisideskripsi temuan;
(2) s.d. (4) diisidengan total yang terdapat dalam Evaluasi Temuan
Unit Kerja kolom (6)
(5) diisinilai rata-rata kolom (2) s.d. (4);
(6) diisidengan tingkatan temuan yaitu:
Inconsequential bila nilai pada kolom (6) adalahO s.d. <4
Significant deficiency bila nilai pada kolom (6) adalah4
s.d.<9
Material Weakness bila nilai pada kolom (6) adalah 9 s.d.
15

b. Merumuskan kesimpulan efektivitas pengendalian intern.


1) Kesimpulan efektivitas pengendalian intern secara keseluruhan
dikategorikan sebagai berikut:
a) Pengendalian intern efektif apabila tidak ada defisiensi signifikan
dan kelemahan material.
b) Pengendalian intern efektif dengan pengecualian apabila terdapat
satu atau lebih defisiensi signifikan yang apabila digabungkan
tidak mengakibatkan kelemahan material.
c) Pengendalian intern mengandung kelemahan material apabila
terdapat satu atau lebih kelemahan material atau terdapat
gabungan defisiensi signifikan yang mengakibatkan kelemahan
material.
2) Perumusan kesimpulan tersebut dilakukan dengan
mempertimbangkan tindak lanjut atas defisiensi signifikan dan/ atau
kelemahan material, yaitu apabila pada saat merumuskan
kesimpulan, pelaksana pemantauan memperoleh informasi yang
meyakinkan bahwa defisiensi signifikan dan/ atau kelemahan
material telah selesai ditindaklanjuti maka hal tersebut harus
dipertimbangkan dalam perumusan kesimpulan.
MENTERI f<EUANGAN
REPUBLH< INDONESIA

- 70 -
6. Pelaksanaan langkah-langkah pokok penyusunan kesimpulan efektivitas
pengendalian dilakukan secara berjenjang sebagai berikut:
a. Unit Eselon I Memiliki Unit Vertikal
1) Pelaksana Pemantauan Tingkat Kantor Pelayanan:
a) Menganalisis seluruh temuan hasil evaluasi pengendalian intern
tingkat entitas dan pemantauan pengendalian intern tingkat
aktivitas unit kerja kantor pelayanan.
b) Menentukan tingkatan defisiensi pelaksanaan unit kerja kantor
pelayanan.
c) Menyimpulkan efektivitas pengendalian intern tingkat kantor
pelayanan.
2) Pelaksana Pemantauan Tingkat Wilayah:
a) Menganalisis seluruh temuan hasil evaluasi pengendalian intern
tingkat entitas dan pemantauan pengendalian intern tingkat
aktivitas unit kerja kantor wilayah.
b) Menentukan tingkatan defisiensi pelaksanaan unit kerja kantor
wilayah.
c) Menyimpulkan efektivitas pengendalian intern unit kerja kantor
wilayah.
d) Mengompilasi hasil pemantauan seluruh kantor pelayanan dan
unit kerja kantor wilayah.
e) Menentukan tingkatan defisiensi pelaksanaan dari hasil
kompilasi.
f) Menyimpulkan efektivitas pengendalian intern tingkat wilayah.
3) Pelaksana Pemantauan Tingkat Eselon I:
a) Menganalisis seluruh temuan dari hasil evaluasi pengendalian
intern tingkat entitas dan pemantauan pengendalian intern
tingkat aktivitas unit kerja kantor pusat.
b) Menentukan tingkatan defisiensi pelaksanaan unit kerja kantor
pusat.
c) Menyimpulkan efektivitas pengendalian intern unit kerja kantor
pus at.
d) Mengompilasi hasil pemantauan tingkat wilayah dan kantor
pusat.
e) Menentukan tingkatan defisiensi pelaksanaan dari hasil
kompilasi.
f) Menganalisis temuan evaluasi kecukupan rancangan.
g) Menentukan temuan yang merupakan defisiensi rancangan.
h) Menentukan tingkatan defisiensi rancangan.
i) Menyimpulkan efektivitas pengendalian intern tingkat Eselon I.
MENTER! l<EUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 71 -
b. Unit Eselon I tidak Memiliki Unit Vertikal
Pelaksana Pemantauan Tingkat Eselon I:
1) Menganalisis seluruh temuan dari basil evaluasi pengendalian intern
tingkat entitas clan pemantauan pengendalian intern tingkat aktivitas
unit kerja Eselon I.
2) Menentukan tingkatan defisiensi pelaksanaan unit kerja Eselon I.
3) Menganalisis temuan evaluasi kecukupan rancangan.
4) Menentukan temuan yang merupakan defisiensi rancangan.
5) Menentukan tingkatan defisiensi rancangan
6) Menyimpulkan efektivitas pengendalian intern tingkat Eselon I.
7. Penyusunan laporan efektivitas pengendalian intern.
a. Pelaksana pemantauan menyusun laporan efektivitas pengendalian intern
clan menyampaikannya kepada pimpinan unit kerja dan pimpinan
pelaksana pemantauan di atasnya.
b. Sebelum disampaikan, laporan tersebut perlu dikomunikasikan terlebih
dahulu dengan unit kerja yang dipantau untuk mendapatkan tanggapan
dan konfirmasi.
c. Laporan efektivitas pengendalian intern ditandatangani oleh pimpinan
pelaksana perriantauan.
d. Jenis laporan yang disusun untuk unit Eselon I yang memiliki unit
vertikal sebagai berikut:
Batas Akhir
No. Jenis Laporan Pembuat Lingkup
Lanoran*
1. Laporan efektivitas Pelaksana Unit kerja kantor 31 Desember
pengendalian intern pemantauan pelayanan
unit kerja kantor kantor pelayanan
pelayanan
2. Laporan efektivitas Pelaksana Unit kerja kantor 31 Desember
pengendalian intern pemantauan wilayah
unit kerja kantor tingkat wilayah
wilavah
3. Laporan efektivitas Pelaksana Unit kerja kantor 10 Januari
pengendalian intern pemantauan wilayah dan Tahun
tingkat wilayah tingkat wilayah kantor pelayanan Berikutnya
· di bawahnva
4. Laporan efektivitas Pelaksana Unit kerja kantor 31 Desember
pengendalian intern pemantauan pusat Eselon I
unit kerja kantor tingkat Eselon I
pusat Eselon I
5. Laporan efektivitas Pelaksana Unit kerja kantor 14 Januari
pengendalian intern pernantauan pusat Eselon I Tahun
tingkat Eselon I tingkat Eselon I dan kantor Berikutnya
wilayah di
bawahnva
* Bila tanggal tersebut libur maka batas akhir laporan adalah han kerja pertama sesudah
tanggal tersebut.

e. Jenis laporan yang disusun untuk unit Eselon I yang tidak memiliki unit
vertikal berupa Laporan basil efektivitas pengendalian intern tingkat
Eselon I yang dibuat oleh pelaksana pemantauan tingkat Eselon I
berdasarkan basil pemantauan seluruh unit kerja Eselon I.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 72 -
f. Laporan efektivitas pengendalian intern disusun dengan mengacu pada
format berikut sesuai dengan jenis kesimpulannya.
1) Format laporan efektivitas pengendalian intern pada unit kerja
kantor pelayanan yang berisi kesimpulan efektif dan format
lampirannya:

LAPORAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN UNIT KERJA


[Nama kantor pelayanan]

Kami telah melaksanakan pengujian efektivitas pengendalian intern unit


kerja pada [diisi nama kantor pelayanan). Pemantauan dilakukan atas [diisi
jumlah proses bisnis] proses bisnis dengan rincian terlampir. Pengembangan dan
pelaksanaan pengendalian intern sepenuhnya merupakan tanggung jawab
manajemen.
Sistem pengendalian intern, meskipun dirancang dan dilaksanakan
dengan baik, tetap memiliki keterbatasan sehingga kemungkinan kesalahan
karena kekeliruan atau ketidakberesan dapat terjadi dan tidak terdeteksi. Oleh karena
itu, meskipun dinyatakan efektif, pengendalian tersebut hanya dapat
memberikan keyakinan yang memadai mengenai efektivitas dan efisiensi proses
bisnis, keandalan pelaporan keuangan, keamanan aset negara dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan pemantauan tersebut, kami menyimpulkan bahwa pada
tanggal [diisi tanggal pelaporan], pengendalian intern atas proses bisnis
dimaksud adalah efektif.

Jakarta, 20 .
[Pimpinan Pelaksana Pemantauan]

[Nama)
NIP[ ]

Lampiran
Laporan Efektivitas Pengendalian Intern

Daftar Proses bisnis yang Dipantau


l. Penyelenggaraan Pengendalian Intern Tingkat Entitas
2.
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 73 -

2) Format laporan efektivitas pengendalian intern pada unit kerja


kan tor wilayah yang berisi kesimpulan efektif dan format
lampirannya:

LAPORAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN UNIT KERJA


[Nama kantor wilayah]

Kami telah melaksanakan pengujian efektivitas pengendalian intern unit


kerja pada [diisi nama kantor wilayah]. Pemantauan dildakukan atas [diisi
jumlah proses bisnis] proses bisnis dengan rincian terlampir. Pengembangan dan
pelaksanaan pengendalian intern sepenuhnya merupakan tanggung jawab
manajemen.
Sistem pengendalian intern, meskipun dirancang dan dilaksanakan
dengan baik, tetap memiliki keterbatasan sehingga kemungkinan kesalahan
karena kekeliruan atau ketidakberesan dapat terjadi dan tidak terdeteksi. Oleh karena
itu, meskipun dinyatakan efektif, pengendalian tersebut hanya dapat
memberikan keyakinan yang memadai mengenai efektivitas dan efisiensi proses
bisnis, keandalan pelaporan keuangan, keamanan aset negara dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan pemantauan tersebut, kami menyimpulkan bahwa pada
tanggal [diisi tanggal pelaporan], pengendalian intern atas proses bisnis
dimaksud adalah efektif.

Jakarta, 20 .
[Pimpinan Pelaksana Pemantauan]

[Nama]
NIP[ ]

Lampiran
Laporan Efektivitas Pengendalian Intern

Daftar Proses bisnis yang Dipantau


Penyelenggaraan Pengendalian Intern Tingkat Entitas
1. .
2 .
MENTER! l<EUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 74 -

3) Laporan efektivitas pengendalian intern tingkat wilayah yang berisi


kesimpulan efektif dan format lampirannya:

LAPORAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN TINGKAT WILAYAH


[Nama kantor wilayah]

Kami telah melaksanakan efektivitas pengendalian intern seluruh kantor


pelayanan dan unit kerja di lingkungan (diisi nama kantor wilayah]. Pemantauan
dilakukan atas (diisi jumlah proses bisnis] proses bisnis dengan rincian
terlampir. Pengembangan dan pelaksanaan pengendalian intern sepenuhnya
merupakan tanggung jawab manajemen.
Sistem pengendalian intern, meskipun dirancang dan dilaksanakan
dengan baik, tetap memiliki keterbatasan sehingga kemungkinan kesalahan
karena kekeliruan atau ketidakberesan dapat terjadi dan tidak terdeteksi. Oleh karena
itu, meskipun dinyatakan efektif, pengendalian tersebut hanya dapat
memberikan keyakinan yang memadai mengenai efektivitas dan efisiensi proses
bisnis, keandalan pelaporan keuangan, keamanan aset negara dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan pemantauan tersebut, kami menyimpulkan bahwa pada
tanggal [diisi tanggal pelaporan], pengendalian intern atas proses bisnis
dimaksud adalah efektif.

Jakarta, 20 .
[Pimpinan Pelaksana Pemantauan]

(Nama]
NIP( ]

Lampiran
Laporan Efektivitas Pengendalian Intern

Daftar Proses bisnis yang Dipantau


1. Penyelenggaraan Pengendalian Intern Tingkat Entitas
2.
MENTERIKEUANGAN
REPUBUK INOONESIA

- 75 -

4) Format laporan efektivitas pengendalian intern pada unit kerja


kantor pusat Eselon I yang berisi kesimpulan efektif dan format
lampirannya:

LAPORAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN UNIT KERJA KANTOR PUSAT


[Nama unit Eselon I]

Kami telah melaksanakan pengujian efektivitas pengendalian intern unit


kerja kantor pusat pada [diisi nama unit Eselon I]. Pemantauan dilakukan atas
[diisi jumlah proses bisnis] proses bisnis dengan rincian terlampir.
Pengembangan dan pelaksanaan pengendalian intern sepenuhnya merupakan
tanggung jawab manajemen.
Sistem pengendalian intern, meskipun dirancang dan dilaksanakan
dengan baik, tetap memiliki keterbatasan sehingga kemungkinan kesalahan
karena kekeliruan atau ketidakberesan dapat terjadi dan tidak terdeteksi. Oleh karena
itu, meskipun dinyatakan efektif, pengendalian tersebut hanya dapat
memberikan keyakinan yang memadai mengenai efektivitas dan efisiensi proses
bisnis, keandalan pelaporan keuangan, keamanan aset negara dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan pemantauan tersebut, kami menyimpulkan bahwa pada
tanggal [diisi tanggal pelaporan], pengendalian intern atas proses bisnis
dimaksud adalah efektif.

Jakarta, 20 .
[Pimpinan Pelaksana Pemantauan]

[Nama]
NIP[ ]

Lampiran
Laporan Efektivitas Pengendalian Intern

Daftar Proses bisnis yang Dipantau


Penyelenggaraan Pengendalian Intern Tingkat Entitas
1. .
2 .
MENTERIKEUANGAN
REPUBLII< INDONESIA

- 76 -

5) Format laporan efektivitas pengendalian intern tingkat Eselon I yang


berisi kesimpulan efektif dan format lampirannya:

LAPORAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN TINGKAT ESELON I


[Nama unit Eselon I]

Kami telah melaksanakan pengujian efektivitas pengendalian intern pada


seluruh unit kerja di lingkungan [diisi nama unit Eselon I]. Pemantauan
dilakukan atas [diisi jumlah proses bisnis] proses bisnis dengan rincian
terlampir. Pengembangan dan pelaksanaan pengendalian intern sepenuhnya
merupakan tanggung jawab manajemen.
Sistem pengendalian intern, meskipun dirancang dan dilaksanakan
dengan baik, tetap memiliki keterbatasan sehingga kemungkinan kesalahan
karena kekeliruan atau ketidakberesan dapat terjadi dan tidak terdeteksi. Oleh karena
itu, meskipun dinyatakan efektif, pengendalian tersebut hanya dapat
memberikan keyakinan yang memadai mengenai efektivitas dan efisiensi proses
bisnis, keandalan pelaporan keuangan, keamanan aset negara dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan pemantauan tersebut, kami menyimpulkan bahwa pada
tanggal [diisi tanggal pelaporan], pengendalian intern atas proses bisnis
dimaksud adalah efektif.

Jakarta, 20 .
[Pimpinan Pelaksana Pemantauan]

[Nama]
NIP[ ]

Lampiran
Laporan Efektivitas Pengendalian Intern

Daftar Proses bisnis yang Dipantau


1. Penyelenggaraan Pengendalian Intern Tingkat Entitas
2 .....
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 77 -

6) Format laporan efektivitas pengendalian intern tingkat Eselon I yang


berisi kesimpulan efektif dengan pengecualian dan format
lampirannya (untuk kantor pelayanan dan kantor wilayah
menyesuaikan):

LAPORAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN TINGKAT ESELON I


[Nama unit Eselon I]

Kami telah melaksanakan pengujian efektivitas pengendalian intern pada


seluruh unit kerja di lingkungan [diisi nama unit Eselon I]. Pemantauan
dilakukan atas [diisi jumlah proses bisnis] proses bisnis dengan rincian
terlampir. Pengembangan dan pelaksanaan pengendalian intern sepenuhnya
merupakan tanggung jawab manajemen.
Sistem pengendalian intern, meskipun dirancang dan dilaksanakan
dengan baik, tetap memiliki keterbatasan sehingga kemungkinan kesalahan
karena kekeliruan atau ketidakberesan dapat terjadi dan tidak terdeteksi. Oleh karena
itu, meskipun dinyatakan efektif, pengendalian tersebut hanya dapat
memberikan keyakinan yang memadai mengenai efektivitas dan efisiensi proses
bisnis, keandalan pelaporan keuangan, keamanan aset negara dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan pemantauan tersebut, kami menyimpulkan bahwa pada
tanggal [diisi tanggal pelaporan], pengendalian intern atas proses bisnis
dimaksud adalah efektif kecuali untuk [diisi ringkasan defisiensi signifikan].
(Rincian lengkap terlampir).

Jakarta, 20 .
[Pimpinan Pelaksana Pemantauan]

[Nama]
NIP[ ]

Lampiran
Laporan Efektivitas Pengendalian Intern

Daftar Proses bisnis yang Dipantau


1. Penyelenggaraan Pengendalian Intern Tingkat Entitas
2.

Daftar Defisiensi Signifikan


No. Temuan Rekomendasi

(1) (2) (3)


Nama Proses bisnis: (a)
1
2
3

Keterangan:
(1) : diisi nomor urut;
(2) : diisi uraian kondisi, sebab, dan akibat (bila dapat diidentifikasi);
(3) : diisi hal-hal yang direkomendasikan;
(a) : diisi nama proses bisnis terkait.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 78 -
7) Format laporan efektivitas pengendalian intern tingkat Eselon I yang
berisi kesimpulan mengandung kelemahan material dan format
lampirannya (untuk kantor pelayanan dan kantor wilayah
menyesuaikan):
LAPORAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN TINGKAT ESELON I
[Nama unit Eselon I]
Kami telah melaksanakan pengujian efektivitas pengendalian intern pada
seluruh unit kerja di lingkungan [diisi nama unit Eselon I]. Pemantauan
dilakukan atas [diisi jumlah proses bisnis] proses bisnis dengan rincian
terlampir. Pengembangan dan pelaksanaan pengendalian intern sepenuhnya
merupakan tanggung jawab manajemen.
Sistem pengendalian intern, meskipun dirancang dan dilaksanakan
dengan baik, tetap memiliki keterbatasan sehingga kemungkinan kesalahan
karena kekeliruan atau ketidakberesan dapat terjadi dan tidak terdeteksi. Oleh
karena itu, meskipun dinyatakan efektif, pengendalian tersebut hanya dapat
memberikan keyakinan yang memadai mengenai efektivitas dan efisiensi proses
bisnis, keandalan pelaporan keuangan, keamanan aset negara dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan pemantauan tersebut, kami menyimpulkan bahwa pada
tanggal [diisi tanggal pelaporan], pengendalian intern atas proses bisnis
dimaksud mengandung kelemahan material dan/atau defisiensi signifikan yaitu
(diisi ringkasan kelemahan material, kumpulan defisiensi signifikan yang
menjadi kelemahan material, dan/atau ringkasan defisiensi signifikan].
(Rincian lengkap terlampir).
Selain hal-hal tersebut di atas, pengendalian lainnya telah berjalan secara
efektif.

Jakarta, 20 .
[Pimpinan Pelaksana Pemantauan]

[Nama]
NIP( ]

Lampiran
Laporan Efektivitas Pengendalian Intern

Daftar Proses bisnis yang Dipantau


1. Penyelenggaraan Pengendalian Intern Tingkat Entitas
2.

Daftar Kelemahan Material dan/atau Defisiensi Signifikan


No. Temuan I Rekomendasi
(1) (2) I (3l
Nama Proses bisnis: (a)
A. Kelemahan material
1 l
2 I
B. Defisiensi signifikan
1 I
2 l
Keterangan:
(1) diisi nomor urut;
(2) diisi uraian kondisi, sebab, dan akibat (bila dapat diidentifikasi);
(3) diisi hal-hal yang direkomendasikan;
(a) diisi nama proses bisnis terkait;
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 79 -

8. Pernyataan Manajemen mengenai Efektivitas Pengendalian Intern


a. Manajemen bertanggung jawab untuk membangun dan melaksanakan
pengendalian intern yang memadai dengan bentuk pertanggungjawaban
membuat pernyataan mengenai efektivitas pengendalian intern dengan
mempertimbangkan laporan efektivitas pengendalian intern yang
disampaikan oleh pelaksana pemantauan.
b. Pernyataan paling lambat dibuat pada tanggal 15 Januari tahun
berikutnya, yang bila pada tanggal 15 Januari libur pernyataan
manajemen paling lambat dibuat pada hari kerja pertama sesudah hari
libur tersebut.
c. Pernyataan manajemen dibuat secara berjenjang dari pimpinan kantor
pelayanan/ operasional sampai dengan pimpinan Eselon I, sebagaimana
tabel berikut:
No. Pernyataan Pembuat Dasar Pertimbangan
1. Pernyataan Pimpinan Laporan efektivitas
. .
manajernen mengenai kantor pengendalian intern unit
efektivitas pelayanan kerja kantor pelayanan
pengendalian intern
kantor pelayanan
2. Pernyataan Pimpinan Laporan efektivitas
. .
manaj emen mengenai kan tor wilayah pengendalian intern unit
efektivitas kerja kantor wilayah
pengendalian unit
keria kantor wilayah
3. Pernyataan Pimpinan Laporan efektivitas
. .
manajernen mengenai kantor wilayah pengendalian in tern
efektivitas tingkat wilayah
pengendalian intern
tingkat wilayah

4. Pernyataan Pim pi nan unit Laporan efektivitas


. .
mariajemen mengena; Eselon I pengendalian intern unit
efektivitas kerja kantor pusat
pengendalian intern Eselon I
unit kerja kantor
pusat Eselon I
5. Pernyataan Pimpinan unit Laporan efektivitas
. .
manajemen mengenai Eselon I pengendalian intern
efektivitas tingkat Eselon I
pengendalian intern
tingkat Eselon I

d. Jenis pernyataan yang dibuat manajemen sebagai berikut:


1) Pengendalian in tern efektif.
2) Pengendalian intern efektif dengan pengecualian.
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 80 -
3) Pengendalian intern mengandung kelemahan material.
e. Pernyataan manajemen mengenai efektivitas pengendalian intern
mengacu pada format berikut sesuai kondisi.
1) Format Pernyataan manajemen mengenai efektivitas pengendalian
intern unit kerja kantor pelayanan bahwa pengendalian intern efektif
dan format lampirannya:

PERNYATAANMANAJEMEN
MENGENAI EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN UNIT KERJA
[Nama kantor pelayanan]

Manajemen [diisi nama kantor pelayanan] bertanggung jawab untuk


mengembangkan dan melaksanakan pengendalian intern secara memadai pada
unit kerja Kantor Pelayanan. Pengendalian intern adalah proses yang integral
pada tindakan dan proses bisnis yang dilakukan secara terus menerus oleh
pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui proses bisnis yang efektif dan efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
Sistem pengendalian intern, meskipun dirancang dan dilaksanakan
dengan baik, tetap memiliki keterbatasan sehingga kemungkinan kesalahan
karena kekeliruan atau ketidakberesan dapat terjadi dan tidak terdeteksi. Oleh
karena itu, meskipun dinyatakan efektif, pengendalian tersebut hanya dapat
memberikan keyakinan yang memadai mengenai efektivitas dan efisiensi proses
bisnis, keandalan pelaporan keuangan, keamanan aset negara dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
Manajemen [diisi nama kantor pelayanan] telah melakukan penilaian
efektivitas pengendalian intern atas [diisi jumlah proses bisnis) proses bisnis
dengan rincian terlampir. Dalam melakukan penilaian dimaksud, manajemen
menggunakan kriteria pengendalian intern berdasarkan PP Nomor 60 tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Berdasarkan penilaian
tersebut, manajemen menyimpulkan bahwa pada tanggal [diisi tanggal
pelaporan], pengendalian intern atas proses bisnis dimaksud adalah efektif.

Jakarta, 20 .
Kepala Kantor,

[Nama)
NIP[ )

Lampiran
Pernyataan Manajemen Mengenai Efektivitas Pengendalian Intern

Daftar Proses bisnis yang Dipantau:


1. Penyelenggaraan Pengendalian Intern Tingkat Entitas
2.
3.
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 81 -
2) Format Pernyataan manajemen mengenai efektivitas pengendalian
intern unit kerja kantor wilayah bahwa pengendalian intern efektif
dan format lampirannya:

PERNYATAAN MANAJEMEN
MENGENAI EFEKTIVITASPENGENDALIAN INTERNUNIT KERJA
[Nama kantor wilayah]
Manajemen (diisi nama kantor wilayah] bertanggung jawab untuk
mengembangkan dan melaksanakan pengendalian intern secara memadai pada
unit kerja Kantor Wilayah. Pengendalian intern adalah proses yang integral pada
tindakan dan proses bisnis yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan
dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya
tujuan organisasi melalui proses bisnis yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan.
Sistem pengendalian intern, meskipun dirancang dan dilaksanakan
dengan baik, tetap memiliki keterbatasan sehingga kemungkinan kesalahan
karena kekeliruan atau ketidakberesan dapat terjadi dan tidak terdeteksi. Oleh
karena itu, meskipun dinyatakan efektif, pengendalian tersebut hanya dapat
memberikan keyakinan yang memadai mengenai efektivitas dan efisiensi proses
bisnis, keandalan pelaporan keuangan, keamanan aset negara dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
Manajemen [diisi nama kantor wilayah] telah melakukan penilaian
efektivitas pengendalian intern atas [diisi jumlah proses bisnis] proses bisnis
dengan rincian terlampir. Dalam melakukan penilaian dimaksud, manajemen
menggunakan kriteria pengendalian intern berdasarkan PP Nomor 60 tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Berdasarkan penilaian
tersebut, manajemen menyimpulkan bahwa pada tanggal [diisi tanggal
pelaporan], pengendalian intern atas proses bisnis dimaksud adalah efektif.

Jakarta, ....... 20 ...


Kepala Kantor,

[Nama]
NIP[ ]

Lampiran
Pernyataan Manajemen Mengenai Efektivitas Pengendalian Intern

Daftar Proses bisnis yang Dipantau:


1. Penyelenggaraan Pengendalian Intern Tingkat Entitas
2.
3.
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 82 -

3) Format Pernyataan manajemen mengenai efektivitas pengendalian


intern tingkat wilayah bahwa pengendalian intern efektif efektif dan
format lampirannya:

PERNYATAAN MANAJEMEN
MENGENAI EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN TINGKAT WILAYAH
[Nama kantor wilayah]

Manajemen [diisi nama kantor wilayah] bertanggung jawab untuk


mengembangkan dan melaksanakan pengendalian intern secara memadai pada
seluruh kantor pelayanan dan unit kerja di lingkungan Kantor Wilayah.
Pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan proses bisnis
yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
proses bisnis yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan.
Sistem pengendalian intern, meskipun dirancang dan dilaksanakan
dengan baik, tetap memiliki keterbatasan sehingga kemungkinan kesalahan
karena kekeliruan atau ketidakberesan dapat terjadi dan tidak terdeteksi. Oleh
karena itu, meskipun dinyatakan efektif, pengendalian tersebut hanya dapat
memberikan keyakinan yang memadai mengenai efektivitas dan efisiensi proses
bisnis, keandalan pelaporan keuangan, keamanan aset negara dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
Manajemen [diisi nama kantor wilayah] telah melakukan penilaian
efektivitas pengendalian intern atas [diisi jumlah proses bisnis] proses bisnis
dengan rincian terlampir. Dalam melakukan penilaian dimaksud, manajemen
menggunakan kriteria pengendalian intern berdasarkan PP Nomor 60 tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Berdasarkan penilaian
tersebut, manajemen menyimpulkan bahwa pada tanggal [diisi tanggal
pelaporan], pengendalian intern atas proses bisnis dimaksud adalah efektif.

Jakarta, 20 .
Kepala Kantor,

[Nama]
NIP[ ]

Lampiran
Pernyataan Manajemen Mengenai Efektivitas Pengendalian Intern

Daftar Proses bisnis yang Dipantau:


1. Penyelenggaraan Pengendalian Intern Tingkat Entitas
2.
3.
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 83 -

4) Format Pernyataan manajemen mengenai efektivitas pengendalian


intern unit kerja kantor pusat Eselon I bahwa pengendalian intern
efektif efektif dan format lampirannya:

PERNYATAAN MANAJEMEN
MENGENAIEFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNUNIT KERJA KANTOR
PUSAT
[Nama unit Eselon I]

Manajemen (diisi nama unit Eselon I] bertanggung jawab untuk


mengembangkan dan melaksanakan pengendalian intern secara memadai pada
unit kerja kantor pusat (diisi nama unit Eselon I]. Pengendalian intern adalah
proses yang integral pada tindakan dan proses bisnis yang dilakukan secara
terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui proses bisnis
yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Sistem pengendalian intern, meskipun dirancang dan dilaksanakan
dengan baik, tetap memiliki keterbatasan sehingga kemungkinan kesalahan
karena kekeliruan atau ketidakberesan dapat terjadi dan tidak terdeteksi. Oleh
karena itu, meskipun dinyatakan efektif, pengendalian tersebut hanya dapat
memberikan keyakinan yang memadai mengenai efektivitas dan efisiensi proses
bisnis, keandalan pelaporan keuangan, keamanan aset negara dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
Manajemen (diisi nama unit Eselon I] telah melakukan penilaian
efektivitas pengendalian intern atas [diisi jumlah proses bisnis] proses bisnis
dengan rincian terlampir. Dalam melakukan penilaian dimaksud, manajemen
menggunakan kriteria pengendalian intern berdasarkan PP Nomor 60 tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Berdasarkan penilaian
tersebut, manajemen menyimpulkan bahwa pada tanggal (diisi tanggal
pelaporan], pengendalian intern atas proses bisnis dimaksud adalah efektif.

Jakarta, 20 .
Kepala Kantor,

[Nama]
NIP[ ]

Lampiran
Pernyataan Manajemen Mengenai Efektivitas Pengendalian Intern

Daftar Proses bisnis yang Dipantau:


1. Penyelenggaraan Pengendalian Intern Tingkat Entitas
2.
3.
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INOONESIA

- 84 -

5) Format Pernyataan manajemen mengenai efektivitas pengendalian


intern tingkat Eselon I bahwa pengendalian intern efektif efektif dan
format lampirannya:

PERNYATAAN MANAJEMEN
MENGENAI EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN TINGKATESELON I
[Narna unit Eselon I]

Manajemen (diisi nama unit Eselon I] bertanggung jawab untuk


mengembangkan dan melaksanakan pengendalian intern secara memadai pada
seluruh unit kerja di lingkungan (diisi nama unit Eselon I]. Pengendalian intern
adalah proses yang integral pada tindakan dan proses bisnis yang dilakukan
secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui proses bisnis
yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Sistem pengendalian intern, meskipun dirancang dan dilaksanakan
dengan baik, tetap memiliki keterbatasan sehingga kemungkinan kesalahan
karena kekeliruan atau ketidakberesan dapat terjadi dan tidak terdeteksi. Oleh
karena itu, meskipun dinyatakan efektif, pengendalian tersebut hanya dapat
memberikan keyakinan yang memadai mengenai efektivitas dan efisiensi proses
bisnis, keandalan pelaporan keuangan, keamanan aset negara dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
Manajemen (diisi nama unit Eselon I] telah melakukan penilaian
efektivitas pengendalian intern atas [diisi jumlah proses bisnis] proses bisnis
dengan rincian terlampir. Dalam melakukan penilaian dimaksud, manajemen
menggunakan kriteria pengendalian intern berdasarkan PP Nomor 60 tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Berdasarkan penilaian
tersebut, manajemen menyimpulkan bahwa pada tanggal [diisi tanggal
pelaporan], pengendalian intern atas proses bisnis dimaksud adalah efektif.

Jakarta, 20 .
[Pimpinan Unit Eselon I]

[Nama]
NIP[ ]

Lampiran
Pernyataan Manajemen Mengenai Efektivitas Pengendalian Intern

Daftar Proses bisnis yang Dipantau


1. Penyelenggaraan Pengendalian Intern Tingkat Entitas
2.
3.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 85 -

6) Format Pernyataan manajemen mengenai efektivitas pengendalian


intern tingkat Eselon I bahwa pengendalian intern efektif dengan
pengecualian efektif dan format lampirannya (untuk kantor
pelayanan dan kantor wilayah menyesuaikan):

PERNYATAAN MANAJEMEN
MENGENAI EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN TINGKAT ESELON I
[Nama unit Eselon I]

Manajemen [diisi nama unit Eselon I] bertanggung jawab untuk


mengembangkan dan melaksanakan pengendalian intern secara memadai pada
seluruh unit kerja di lingkungan [diisi nama unit Eselon I]. Pengendalian intern
adalah proses yang integral pada tindakan dan proses bisnis yang dilakukan
secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui proses bisnis
yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Sistem pengendalian intern, meskipun dirancang dan dilaksanakan
dengan baik, tetap memiliki keterbatasan sehingga kemungkinan kesalahan
karena kekeliruan atau ketidakberesan dapat terjadi dan tidak terdeteksi. Oleh
karena itu, meskipun dinyatakan efektif, pengendalian tersebut hanya dapat
memberikan keyakinan yang memadai mengenai efektivitas dan efisiensi proses
bisnis, keandalan pelaporan keuangan, keamanan aset negara dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
Manajemen [diisi nama unit Eselon I] telah melakukan penilaian
efektivitas pengendalian intern atas [diisi jumlah proses bisnis] proses bisnis
dengan rincian terlampir. Dalam melakukan penilaian dimaksud, manajemen
menggunakan kriteria pengendalian intern berdasarkan PP Nomor 60 tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Berdasarkan penilaian
tersebut, manajemen menyimpulkan bahwa pada tanggal [diisi tanggal
pelaporan], pengendalian intern atas proses bisnis dimaksud adalah efektif
kecuali untuk [diisi ringkasan defisiensi signifikan].(Rincian lengkap terlampir).

Jakarta, 20 .
[Pimpinan Unit Eselon I]

[Nama]
NIP[ ]

Lampi ran
Pernyataan manajemen mengenai efektivitas Pengendalian Intern
Daftar Proses bisnis yang Dipantau
1. Penyelenggaraan Pengendalian Intern Tingkat Entitas
2.
3.
Daftar Defisiensi Signifikan:
Proses bisnis: [nama proses bisnis]
l.
2.
3.
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 86 -

7) Format Pernyataan manajernen mengenai efektivitas pengendalian


intern tingkat Eselon I bahwa pengendalian intern mengandung
kelemahan material efektif dan format lampirannya (untuk kantor
pelayanan dan kantor wilayah menyesuaikan):

PERNYATAAN MANAJEMEN
MENGENAI EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN TINGKAT ESELON I
[Nama unit Eselon I]

Manajemen [diisi nama unit Eselon I] bertanggung jawab untuk


mengembangkan dan melaksanakan pengendalian intern secara memadai pada
seluruh unit kerja di lingkungan [diisi nama unit Eselon I]. Pengendalian intern
adalah proses yang integral pada tindakan dan proses bisnis yang dilakukan
secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui proses bisnis
yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Sistem pengendalian intern, meskipun dirancang dan dilaksanakan
dengan baik, tetap memiliki keterbatasan sehingga kemungkinan kesalahan
karena kekeliruan atau ketidakberesan dapat terjadi dan tidak terdeteksi. Oleh
karena itu, meskipun dinyatakan efektif, pengendalian tersebut hanya dapat
memberikan keyakinan yang memadai mengenai efektivitas dan efisiensi proses
bisnis, keandalan pelaporan keuangan, keamanan aset negara dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
Manajemen [diisi nama unit Eselon I] telah melakukan penilaian
efektivitas pengendalian intern atas [diisi jumlah proses bisnis] proses bisnis
dengan rincian terlampir. Dalam melakukan penilaian dimaksud, manajemen
menggunakan kriteria pengendalian intern berdasarkan PP Nomor 60 tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Berdasarkan penilaian
tersebut, manajemen menyimpulkan bahwa pada tanggal [diisi tanggal
pelaporan], pengendalian intern atas proses bisnis dimaksud mengandung
kelemahan material dan/atau defisiensi signifikan yaitu [diisi ringkasan
kelemahan material, kumpulan defisiensi signifikan yang menjadi kelemahan
material, dan/atau ringkasan defisiensi signifikan]. (Rincian lengkap terlampir).
Selain hal-hal tersebut di atas, pengendalian lainnya telah berjalan secara
efektif.

Jakarta, 20 .
[Pimpinan Unit Eselon I)

[Nama]
NIP[ ]
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 87 -

Lampiran
Pernyataan manajemen mengenai efektivitas Pengendalian Intern

Daftar Proses bisnis yang Dipantau


1. Penyelenggaraan Pengendalian Intern Tingkat Entitas
2.
3.

Daftar Kelemahan Material dan/atau Defisiensi Signifikan


Proses bisnis: [nama proses bisnis]
1.
2.
3.

9. Laporan Penerapan Pengendalian Intern Unit Eselon I


Format Laporan Penerapan Pengendalian Intern Unit Eselon I mengacu pada
format berikut ini:

A. PENGENDALIAN INTERN TINGKAT ENTITAS/UNIT KERJA


1. Gambaran umum
2. Pelaksanaan kode etik
3. Hasil Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas/Unit Kerja (EPITE)
4. Permasalahan yang dihadapi dan upaya yang dilakukan
B. PENGENDALIANINTERN TINGKAT AKTIVITAS
1. Gambaran umum
2. Hasil Pemantauan Pengendalian Intern Tingkat Aktivitas (PPITA)
a. Informasi terkait kegiatan yang dipantau pada unit Eselon I terkait (sampai
dengan unit vertikal) meliputi: jumlah dan nama kegiatan, pertimbangan
pemilihan kegiatan, dsb.
b. Ringkasan hasil pelaksanaan PPITA meliputi: tingkat kepatuhan setiap
kegiatan yang dipantau, ternuan, dsb.
c. Hal-ha! lain yang perlu dicantumkan.
3. Permasalahan yang dihadapi dan upaya yang dilakukan
C. PEMANTAUAN PEMANFAATANTEKNOLOGI INFORMASI (PPTI)
1. Gambaran umum pemanfaatan teknologi informasi terkait proses bisnis inti.
2. Hasil Pemantauan Pemanfaatan Teknologi Informasi (PPTI).
3. Permasalahan yang dihadapi dan upaya yang dilakukan.
D. EFEKTJVITAS PENGENDALIAN INTERN KESELURUHAN
1. Jumlah temuan yang dipertimbangkan dalam kesimpulan efektivitas
pengendalian intern tingkat Eselon I.
2. Ringkasan hasil efektivitas pengendalian intern tingkat Eselon I.
3. Hal-hal lain yang perlu dicantumkan.
E. HAL-HAL LAIN YANG PERLU MENJADI PERHATIAN.

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
SRI MULYANI INDRAWATI

Kernen terian
LAMPIRAN Ill
KEPUTUSAN MENTER! KEUANGAN REPUBL!K INDONESIA
NOMOR 940 /KMK.09/2017
TENTANG
KERANGKA KERJA PENERAPAN PENGENDAL!AN INTERN
DAN PEDOMAN PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN DI
L!NGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

MENTER! KEUANGAN
REPUBLII<: INDONESIA

PEDOMANPEMANTAUAN
PENERAPANKODE ETIK

A. Tugas dan Tanggung J awab

1. Tugas
Tugas terkait dengan pelaksanaan pemantauan penerapan kode etik di
lingkungan Kementerian Keuangan sebagai berikut:
a. Pimpinan Unit Kerja
1) melakukan internalisasi penerapan kode etik pada unit di
lingkungan kerjanya secara berkala;
2) memberikan contoh penerapan kode etik pada unit di lingkungan
kerjanya dalam berperilaku sehari-hari;
3) melakukan pengawasan penerapan kode etik terhadap pegawai di
unitnya;
4) memberikan dukungan terhadap pemantauan penerapan kode etik
kepada Unit Kepatuhan Internal (UKI)di lingkungan kerjanya;
5) memanfaatkan dan menindaklanjuti hasil pemantauan penerapan
kode etik dalam rangka meningkatkan pengendalian intern di
lingkungan kerjanya;
6) memberikan sanksi moral atau tindakan pembimbingan dengan
bijak terhadap pelanggar kode etik melalui atasan langsung pegawai
yang bersangkutan.
b. Pelaksana Pemantauan
1) memberikan contoh penerapan kode etik pada unit eselon I di
lingkungan kerjanya dalam berperilaku sehari-hari;
2) menyusun rencana kerja pemantauan penerapan kode etik,
termasuk memilih objek pemantauan dan menentukan jadwal
pelaksanaan pemantauan, serta menentukan penggunaan
metode/perangkat pemantauan penerapan kode etik;
3) melaksanakan pemantauan penerapan kode etik pada unit eselon I
masing-masing dengan menggunakan perangkat pemantauan
sebagaimana diatur dalam pedoman ini, namun tidak menutup
kemungkinan bahwa perangkat pemantauan dapat dikembangkan
berdasarkan kondisi pada saat pelaksanaan pemantauan;
4) menyusun dan menyampaikan laporan kepada manajemen atau unit
kerja yang dipantau dengan tembusan kepada pimpinan UKI; dan
5) melakukan evaluasi terhadap pemantauan penerapan kode etik yang
telah dilakukan pada masing-masing unit eselon I.
2. Tanggungjawab
a. Tanggung jawab pemantauan penerapan kode etik merupakan tanggung
jawab UKI pada unit kerja terkait.
b. UKI E-1 dapat melakukan pemantauan atas penerapan kode etik di
lingkungan kantor wilayah dan kantor pelayanan, dan UKI-W dapat
melakukan pemantauan atas penerapan kode etik di lingkungan kantor
pelayanan. ~
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-2-
B. Ruang Lingkup

1. Ruang lingkup pemantauan penerapan kode etik di lingkungan Kementerian


Keuangan dilakukan:
a. terhadap seluruh pegawai Kementerian Keuangan; dan
b. atas penerapan sikap, tingkah laku, dan perbuatan pegawai berdasarkan
kode etik yang telah ditetapkan di lingkungan Kementerian Keuangan.
2. Pegawai Kementerian Keuangan wajib bersikap dan berpedoman pada etika
yang diatur dalam bentuk kewajiban dan larangan dalam melaksanakan
tugas kedinasan dan kehidupan sehari-hari.
3. Kewajiban dan larangan tersebut dituangkan dalam keputusan pimpinan
unit eselon I mengenai kode etik yang paling kurang memuat ketentuan
sebagai berikut:
a. etika dalam bernegara, yaitu etika Pegawai Kementerian Keuangan
dalam kehidupan bernegara dan menjalankan tugas kedinasan dengan
prinsip menghindari pertentangan kepentingan (conflict of interest);
b. etika dalam berorganisasi, yaitu etika Pegawai Kementerian Keuangan
dalam berhubungan dengan organisasi Kementerian Keuangan dan
organisasi lain di luar Kementerian Keuangan;
c. etika dalam bermasyarakat, yaitu etika Pegawai Kementerian Keuangan
dalam berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya;
d. etika terhadap diri sendiri, yaitu etika Pegawai Kementerian Keuangan
dalam berpikir, berkata, berperilaku, dan bertindak; dan
e. etika terhadap sesama Pegawai Kementerian Keuangan, yaitu etika
dalam berhubungan diantara Pegawai Kementerian Keuangan.
Etika tersebut dapat merupakan bagian dari disiplin Pegawai Kementerian
Keuangan.

C. Tahapan Kegiatan Pemantauan

Untuk dapat melaksanakan pemantauan dengan baik, pelaksana pemantauan


harus melaksanakan tahapan kegiatan sebagai berikut:
1. Perencanaan, yang meliputi:
a. Pemilihan Objek Pemantauan
1) Pemilihan objek pemantauan yaitu pegawai atau kelompok pegawai
yang akan dipantau penerapan kode etiknya, ditentukan
berdasarkan pertimbangan pelaksana pemantauan, seperti adanya
pengaduan/keluhan dari pihak terkait atau meningkatnya risiko
suatu pekerjaan yang dapat disebabkan oleh perubahan proses
bisnis dan/ atau interaksi dengan pihak ketiga.
2) Pemilihan objek pemantauan dilakukan pada akhir tahun sebelum
tahun pelaksanaan pemantauan sebagai bahan perencanaan
pemantauan dan dapat diperbaiki pada tahun berjalan bila terdapat
kejadian signifikan yang mempengaruhi pertimbangannya.
3) Objek pemantauan terbagi menjadi namun tidak terbatas pada:
a) pegawai yang berada di lingkungan kantor sendiri;
b) pegawai yang bertugas di kantor pihak lain terkait.
MENTER! l<EUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 3-

4) Pemantauan yang dilakukan terhadap pegawai yang bertugas di


kantor pihak lain terkait dilakukan paling lambat 20 (dua puluh) hari
kerja setelah pegawai tersebut kembali ke kantor sendiri.
b. Penentuan Metode Pemantauan
1) Metode pemantauan ditentukan berdasarkan sumber informasi yang
dapat berupa pengaduan ataupun sumber lainnya.
2) Metode-metode yang dapat digunakan berupa survei, observasi,
surveillance, inspeksi mendadak, Facilitated Team Meeting (FTM), dan
pemantauan bentuk lainnya sesuai kebutuhan.
c. Penyusunan Program Kerja
1) Program kerja yang disusun mencakup objek pemantauan, tujuan,
sumber informasi, jadwal pelaksanaan, metode, perangkat yang
digunakan, dan pelaksana pemantauannya.
2) Program kerja dapat diperbaiki pada tahun berjalan bila terdapat
kejadian signifikan yang mempengaruhinya.
3) Format program kerja pemantauan penerapan kode etik sebagai
berikut:

PROGRAM KERJA PEMANTAUAN PENERAPAN KODE ETIK


[UNIT KERJA] [TAHUN]

Jadwal
No. Objek Tujuan Sumber Metode Perangkat Pelaksana
Pelaksanaan
(11 12) (3] (4) (5) (61 (71 (81
1.
2.
dst

Keterangan:
(1) diisi nomor urut;
(2) diisi obyek pemantauan misalnya Seksi MSKI dll.;
(3) diisi tujuan pemantauan misalnya untuk memastikan penerapan "etika
berorganisasi" pada Seksi MSKl;
(4) diisi sumber informasi diperolehnya dugaan adanya pelanggaran "etika
berorganisasi";
(5) diisijadwal pelaksanaan pemantauan penerapan kode etik;
(6) diisi metode pemantauan seperti "observasi", "wawancara", dll.;
(7) diisi perangkat yang diperlukan seperti checklist perilaku, kamera, voice recorder
dll.;
(8) diisi pelaksana pemantauan.

d. Perancangan Perangkat Pemantauan


Perangkat pemantauan dirancang sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan program kerja yang telah disusun dan dapat berupa
checklist perilaku, kuesioner, surat konfirmasi, panduan FTM, serta
perangkat pendukung seperti tape recorder dan kamera.
2. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan pemantauan penerapan kode etik pada masing-masing unit
eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan dilakukan paling sedikit
satu kali dalam satu tahun, dengan salah satu atau kombinasi metode
dan perangkat sebagaimana berikut: ~
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 4 -

1) Survei
a) Survei dilakukan untuk mengumpulkan data primer, yaitu sikap,
tingkah laku, dan perbuatan berdasarkan kode etik yang
diterapkan oleh pejabat/pegawai Kementerian Keuangan yang
sedang bertugas di kantor pihak lain terkait.
b) Perangkat yang digunakan merupakan kuesioner yang berisi
pertanyaan-pertanyaan minimal seputar kode etik
pejabat/pegawai Kementerian Keuangan yang dipantau.
c) Pelaksana pemantauan memastikan bahwa kuesioner tepat
sasaran baik dari sisi waktu maupun responden.
d) Survei dilaksanakan paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja
setelah pegawai yang menjadi objek pemantauan selesai
bertugas.
e) Subjek yang dipilih sebagai responden merupakan orang-orang
yang dalam kesehariannya berinteraksi langsung dengan pegawai
yang dipantau selama masa penugasan, termasuk juga pimpinan
unit di tempat pegawai yang dipantau tersebut bertugas.
f) Apabila hasil kuesioner menunjukkan hal-hal yang bersifat
negatif, pelaksana pemantauan melakukan wawancara kepada
responden terkait untuk mengetahui lebih dalam mengenai
gambaran perilaku yang dianggap negatif oleh responden agar
tidak terjadi salah persepsi dalam pengisian kuesioner yang
dapat berakibat menimbulkan fitnah atau mendapatkan
informasi lain yang dapat mengkonfirmasi hasil kuesioner
terse but.
g) Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara tersebut, pelaksana
pemantauan wajib meminta tanggapan kepada atasan langsung
dari pegawai yang dipantau terkait sikap, tingkah laku, dan
perbuatan yang dinilai oleh responden se bagai pelanggaran kode
etik.
h) Data atau informasi yang didapatkan dari pengisian kuesioner,
wawancara, dan tanggapan dituangkan dalam kertas kerja
pemantauan untuk diolah lebih lanjut menjadi laporan.
MENTER! f<:EUANGAN
REPUBLIK INOONESIA
-5 -
i) Format Lembar Kuesioner sebagai berikut:
LEMBAR KUESIONER PEMANTAUAN PENERAPAN KODE ETIK

Yth. Bapak/Ibu,
Dalam rangka meningkatkan kepatuhan terhadap pelaksanaan Kode Etik Pegawai [diisi
unit eselon I), kami mohon Bapak/lbu untuk mengisi lembar evaluasi ini secara lengkap
dan objektif.
Atas kerjasama Bapak/Ibu, kami mengucapkan terima kasih.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Unit/Pegawai yang Dipantau
Pelayanan / Pen ugasan
Tanggal Pelayanan/Penugasan

Nomor Penugasan (optiona~

Mohon diisi dengan memberikan tanda ".../" sesuai dengan penilaian Bapak/Ibu pada
kolom yang tersedia di setiap pertanyaan.
Kolom keterangan dapat diisi dengan intensitas kewajiban dan larangan yang dilakukan
oleh pegawai [Nama Unit] selama melaksanakan tugas.

Kewajiban dan Larangan

Kadang- Tidak
No. Uraian* Ya Tidak· Tahu Ket.
kadang
1. Apakah pegawai [Nama Unit] selama
nenuaasan:
Berkata-kata oositil.
Bertutur kata secara sop an dan
rnenaindahkan etika komunikasi.
Tidak menzurnnat,
Tidak memfitnah nezawai lain.
2. Apakah pegawai [Nama Unit]
selama penugasan berpakaian rapi
dan sooan?
3. Apakah pegawai [Nama Unit]
mengenakan pakaian sesuai dengan
aturanyang ditetapkan untuk
Iinzkuriaan Kementerian Keuangan?
4. Apakah pegawai [Nama Unit]
berpenampilan sewaiarnva?
5. Apakah pegawai [Nama Unit] selama
penugasan menjaga kebersihan diri
dan temoat keria?
6 dst.
..
*urruan adalah sesuai dengan 1s1 kewajiban dan larangan yang terdapat pada kode etik
masing-masing unit.

Kolom dibawah diisi saran, harapan, atau informasi lainnya yang perlu disampaikan atas
pelaksanaan tugas tim yang bersangkutan atau pelaksanaan tugas dan fungsi [Nama
Unit] Kementerian Keuangan secara keseluruhan.

Informasi Lain:
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
j) Format Kertas Kerja Survei sebagai berikut:

KERTAS KERJA SURVEI

Disusun oleh/tanggal/paraf: (a)


Direviu oleh/tanggal/paraf: (b)

Nomor Dokumen Kuesioner


No. Rata-
1 2 3 4 5 6 7 dst. Jumlah Kesimpulan
rata
(1) (2) (3) (4) (5)

*Keterangan:
. Kesimpulan diisi "Patuh" jika rata-rata > 1, diisi "Kurang Patuh" jika rata-rata >O s.d. 1,
diisi "Tidak Patuh" jika rata-rata = 0

Hasil Wawancara Uika ada): (c)

Tanggapan [jika ada]: (cl)

Keterangan:
(a) cliisi nama penyusun, tanggal penyusunan, clan paraf penyusun;
(b) cliisi nama pereviu, tanggal penyusunan, clan paraf pereviu;
(c) cliisi basil wawancara terhaclap responclen tertentu [jika ada);
(cl) cliisi tanggapan responclen atas hasil kegiatan wawancara terkait (jika
ada):
(1) cliisi nomor urut;
(2) cliisi jawaban responclen atas pertanyaan yang bersangkutan, dengan
ketentuan:
"Ya" = 2; "Kadang-kadang" = 1; "Tidak" = O; "Tidak Tahu" = N/ A. N/ A
ticlak cliperbitungkan clalam rekapitulasi sehingga ticlak mempengaruhi
rata-rata
(3) cliisi hasil penjumlaban clari kolom (2);
(4) cliisi basil pembagian antara jumlah pacla kolom (3) clengan total
responclen;
(5) cliisi kesimpulan clengan ketentuan:
"Patuh" jika rata-rata > 1, diisi "Kurang Patuh" jika rata-rata >O s.d. 1, diisi "Tidak
Patuh" jika rata-rata = 0.

2) Observasi
a) Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan
secara intensif untuk mendapatkan gambaran nyata suatu objek
pemantauan yang dilakukan terhadap pegawai yang berada di
lingkungan kantor bersangkutan.
b) Observasi dilakukan minimal selama satu hari kerja untuk
mendapatkan hasil pandangan yang lebih objektif dan sedapat
mungkin tanpa disadari oleh objek pemantauan.
c) Observasi dapat dilaksanakan secara langsung maupun
memanfaatkan peralatan seperti closed-circuit television (cctv)
dan/ atau peralatan lainnya.
d) Pelaksana pemantauan menuangkan isi laporan observasi yang
akan disampaikan kepada pimpinan unit dengan memberikan
gambaran sikap, tingkah laku, dan perbuatan menyimpang
terkait kode etik yang paling sering dilakukan oleh pegawai agar
pimpinan/ atasan langsung menjalankan peran supervisinya.
MENTERII\EUANGAN
REPUBLII<. INDONESIA
-7 -
e) Format Lembar Observasi sebagai berikut:

LEMBAR OBSERVASI

Unit Kerja ................................. (a)


Pemantau ································· (b)
Periocle Pemantauan ................................. (c)

Lokasi Pemantauan ................................. (cl)

Disusun oleh/tanggal/paraf: (e)


Direviu oleh/tanggal/paraf: (f)

Jumlah Pegawai
No. Uraian Kewajibandan Larangan yang Melakukan Keterangan
Pelanzzaran
(1) (2) (3) (4)

"Lembar Observasi ini dapat ditambah dengan lampiran nama-nama pegawai


yang melakukan pelanggaran

Keterangan:
(a) cliisi nama unit kerja;
(b) cliisi nama pegawai clan NIP
(c) diisi periocle dengan format ..... s.d ...... /Bulan/Tahun
(cl) cliisi lokasi clilaksanakannya pemantauan
(e) diisi nama penyusun, tanggal penyusunan, clan paraf penyusun;
(f) cliisi nama pereviu, tanggal penyusunan, clan paraf pereviu;
(1) Diisi nomor urut;
(2) Diisi uraian kewajiban clan larangan yang terdapat pada unit kerja
masing-masing;
(3) Diisi jumlah pegawai yang melakukan pelanggaran terhaclap kewajiban
clan larangan yang ada;
(4) Diisi konclisi pelanggaran yang terjacli.

3) Pengawasan Diam-diam (Surveillance)


a) Surveillance merupakan kegiatan pemantauan kepatuhan
terhadap kode etik pegawai yang dilakukan secara diam-diam
tanpa pemberitahuan sama sekali kepada objek yang dipantau.
Metode ini dilakukan terhadap pegawai yang diduga secara
sengaja dan terus-menerus melakukan pelanggaran kode etik,
meskipun telah dilakukan teguran dan/ atau pembinaan oleh
atasan langsungnya.
b) Surveillance dapat digunakan oleh pelaksana pemantauan
apabila menerima pengaduan/keluhan, baik dari atasan
langsung maupun dari rekan sejawat ataupun pihak lain terkait,
ataupun bila terdapat informasi yang diperoleh dari observasi
atau hasil survei. Metode ini dapat digunakan atas inisiatif
pimpinan UKI yang bersifat proaktif. V--
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 8-

c] Tahapan surveilance:
(1) Persiapan:
(a) menyiapkan dokumen yang diperlukan, antara lain surat
tugas dan perangkat pemantauan yang telah dibuat oleh
pimpinan unit;
(b) menyiapkan peralatan yang dibutuhkan seperti: voice
recorder, kamera, alat tulis, dan lain-lain.
(2) Pelaksanaan:
(a) mendatangi unit kerja terkait yang akan dipantau secara
diam-diam tanpa pemberitahuan sama sekali;
(b) melakukan pemantauan sesuai dengan perangkat yang
telah disusun;
(c) mengumpulkan data, dokumen, dan/ atau informasi;
(d) mengolah data, dokumen, dan/ atau informasi yang telah
diperoleh.
(3) Pelaporan:
(a) menyiapkan bahan penyusunan laporan;
(b) menyusun laporan dan rekomendasi pemantauan;
(c) menyampaikan laporan dan rekomendasi kepada pihak
terkait.
d) Format Lembar Surveillance sebagai berikut:

LEMBAR SURVEILLANCE

Unit Kerja ····························· (a)


Pemantau ............................. (b)
Waktu Pemantauan ......................••..... (c)
Lokasi Pemantauan ····························· (d)

Disusun oleh/tanggal/paraf: (e)


Direviu oleh/tanggal/paraf: (f]

No. Nama/NIP Pegawai ·Basil Surveillance Bukti Pendukung

(1) (2) (3) (4)

I REKOMENDASI: (g)

Keterangan:
(a) diisi nama unit kerja;
(b) diisi nama pegawai dan NIP;
(c) diisi waktu pelaksanaan surveillance dengan format Tanggal/Bulan/Tahun;
(d) diisi lokasi dilaksanakannya surveillance;
(e) diisi nama penyusun, tanggal penyusunan, dan paraf penyusun;
(f) diisi nama pereviu, tanggal penyusunan, dan paraf pereviu;
(g) diisi rekomendasi yang diberikan atas hasil surveillance;
(1) diisi nomor urut;
(2) diisi nama dan NIP pegawai sebagai objek surveillance;
(3) diisi kondisi yang terjadi yang didapat dari kegiatan surveillance;
(4) diisi daftar bukti pendukung.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLII\ INDONESIA

-9-

4) Inspeksi Mendadak
a) Inspeksi mendadak dilakukan untuk melihat secara langsung
dan spontan atas penerapan kode etik pegawai di lokasi-lokasi
sebagai berikut namun tidak terbatas pada:
(1) lingkungan kantor sendiri; dan
(2) kantor pihak lain terkait.
b) Sidak hanya dapat digunakan oleh pelaksana pemantauan
apabila mendapat arahan langsung dari pimpinan unit eselon I
masing-masing atau pimpinan satker atau pimpinan UKI E-1
pada waktu-waktu tertentu yang dinilai berisiko terjadinya
pelanggaran penerapan kode etik, misalnya menjelang libur hari
raya atau pada hari kerja yang diapit dengan hari libur.
c) Format Lembar Inspeksi Mendadak sebagai berikut:

LEMBARINSPEKSIMENDADAK

Unit Kerja ............................. (a)


Pemantau ............................. (b)
Waktu Pemantauan .............••.............. (c)
Lokasi Pemantauan ····························· (d)

Disusun oleh/tanggal/paraf: (e)


Direviu oleh/tanggal/paraf: (f)

No. Nama/NIP Pegawai Keterangan Paraf/Inisial Saksi

rn (2) (31 14)

Keterangan:
(a) diisi nama unit kerja;
(b) diisi nama pegawai dan NIP;
(c) diisi waktu pelaksanaan inspeksi mendadak dengan format
Tanggal/Bulan/Tahun;
(d) diisi lokasi dilaksanakannya inspeksi mendadak;
(e) diisi nama penyusun, tanggal penyusunan, dan paraf penyusun;
(f) diisi nama pereviu, tanggal penyusunan, dan paraf pereviu;
(1) diisi nomor urut;
(2) diisi nama dan NIP pegawai sebagai objek inspeksi mendadak;
(3) diisi kondisi yang terjadi yang didapat dari kegiatan inspeksi mendadak;
(4) diisi paraf atau inisial dari saksi atas kondisi yang didapat dari inspeksi
mendadak.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 10 -

5) Facilitated Team Meeting (FTM)


a) Metode FTM dilakukan dengan cara mengundang stakeholder
atau pihak yang berkepentingan yang memiliki informasi terkait
dengan pelayanan dan/ atau sikap, tingkah laku, dan perbuatan
Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta
pergaulan hidup sehari-hari yang berhubungan dengan
stakeholder terse but.
b) Format Lembar Facilitated Team Meeting (FTM)sebagai berikut:

LEMBAR FACILITATED TEAM MEETING (FTM)

Unit Kerja ····························· (a)


Waktu Pelaksanaan ····························· (b)
Lokasi ····························· (c)
Topik Diskusi ····························· (d)

Disusun oleh/tanggal/paraf: (e)


Direviu oleh/tanggal/paraf: (f)

Nama/NIP Pegawai yang Tanda


No. Unit Kerja
Hadir Tangan
(1) (2) (3) (4)
1.
2.
dst.

I SIMPULAN, (g)

Keterangan:
(a) diisi nama unit kerja;
(b) diisi waktu pelaksanaan Facilitated Team Meeting (FTM) dengan format
Tanggal/ Bulan/Tahun;
€ diisi lokasi dilaksanakannya Facilitated Team Meeting (FTM);
(d) Diisi opic yang menjadi tema bahasan pada Facilitated Team Meeting
(FTM);
(e) diisi nama penyusun, tanggal penyusunan, dan paraf penyusun;
(f) diisi nama pereviu, tanggal penyusunan, dan paraf pereviu;
(g) diisi simpulan yang diperoleh dari pelaksanaan Facilitated Team Meeting
(FTM);
( 1) diisi nomor uru t;
(2) diisi nama dan NIP pegawai yang menjadi peserta Facilitated Team Meeting
(FTM);
(3) diisi tanda tangan peserta Facilitated Team Meeting (FTM);
(4) diisi unit kerja asal peserta Facilitated Team Meeting (FTM).

6) Pemantauan Bentuk lainnya


a) Pemantauan bentuk lain dilaksanakan terhadap objek
pemantauan sesuai instruksi dan kebijakan masing-masing
pimpinan unit eselon I yang dilaksanakan apabila sudah terdapat
rencana kegiatan terkait penerapan kode etik seperti penilaian
tingkat kepatuhan penerapan kode etik dan disiplin, dan I,
pekan/bulan kode etik. 1
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 11 -

b) Pemantauan bentuk lain perlu dilakukan dengan tahapan-


tahapan yang terencana, misalnya untuk tahapan pekan/bulan
kode etik dilaksanakan sebagaimana contoh berikut:
Contoh tahapan pemantauan bentuk lain atas pelaksanaan
pekan/bulan kode etik pegawai:
1) Persiapan:
(a) menjadwalkan pekan/bulan kode etik;
(b) menentukan poin kode etik yang akan dipantau;
(c) menyiapkan peralatan yang dibutuhkan seperti: voice
recorder, kamera, alat tulis, dan lain-lain.
2) Pelaksanaan:
Pelaksanaan pekan/bulan kode etik dapat diinisiasi oleh
manajemen maupun UKI:
(a) mengumumkan kepada seluruh pegawai;
(b) mengumpulkan data dan/ atau informasi terkait
pelaksanaan poin kode etik yang dipantau;
(c) mengidentifikasi pelanggaran atas kode etik yang
dilakukan oleh pegawai;
(d) melakukan audiensi dengan pegawai yang diduga
melakukan pelanggaran tersebut dan menggali informasi
penyebabnya dan menentukan rekomendasi sanksi kode
etik.
3) Pelaporan:
(a) menyiapkan bahan penyusunan laporan;
(b) menyusun laporan dan rekomendasi pemantauan;
(c) menyampaikan laporan dan rekomendasi kepada pihak
terkait.

c) Dalam menuangkan 1s1 laporan pemantauan bentuk lain,


pelaksana pemantauan cukup menginformasikan kepada
pimpinan unit bahwa penerapan kegiatan pemantauan tersebut
didokumentasikan/ diadministrasikan dengan baik, dengan
mengacu pada contoh lembar pemantauan bentuk lain.
MENTERll<EUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 12 -

d) Format Lembar Pelaksanaan Pekan/Bulan Kode Etik sebagai


berikut:

LEMBAR PELAKSANAAN PEKAN/BULAN KODE ETIK

Unit Kerja ............................. (a)


Pemantau ............................. (b)
Waktu Pemantauan ..................•.......... (c)
Lokasi Pemantauan ............................. (d)

Disusun oleh/tanggal/paraf: (e)


Direviu oleh/tanggal/paraf: (f)

No Nama/NIP Pegawai Unit Kerja Etika yang Dilanggar

(1) (2) (3) (4)

I REKOMENDASL (g)

Keterangan
(a) diisi nama unit kerja;
(b) diisi Nama dan NIP;
(c) diisi waktu pelaksanaan Pekan/Bulan Kode Etik dengan format
Tanggal/Bulan/Tahun;
(d) diisi lokasi dilaksanakannya Pekan/Bulan Kode Etik;
(e) diisi nama penyusun, tanggal penyusunan, dan paraf penyusun;
(f) diisi nama pereviu , tanggal penyusunan, dan paraf pereviu;
(g) Diisi rekomendasi yang akan diberikan terhadap pelanggaran yang
terjadi;
(1) diisi nomor urut;
(2) diisi nama dan NIP pegawai yang melanggar kode etik;
(3) diisi unit kerja asal pegawai yang melanggar kode etik;
(4) diisi kode etik yang dilanggar oleh pegawai bersangkutan.

b. Dalam hal dipandang pelaksanaan pemantauan lebih efektif bila


dilakukan oleh UKI pada satu tingkat di atasnya, maka unit eselon I
dapat mengatur hal tersebut.
3. Pelaporan
a. Penelaahan Hasil Pemantauan
1) Pelaksana pemantauan menelaah hasil pemantauan yang
sebelumnya telah dituangkan dalam kertas kerja dengan
mempertimbangkan validitas data, misalnya data yang diperoleh dari
hasil observasi hanya dapat dikatakan valid bila proses
pengamatannya dilakukan tanpa disadari oleh objek pemantauan.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 13 -

2) Penelaahan hasil pemantauan dituangkan dalam kertas kerja


simpulan pemantauan penerapan kode etik dengan format sebagai
berikut:

KERTAS KERJA SIMPULAN HASIL


PEMANTAUAN PENERAPAN KODE ETIK

Pelanggaran Kode Etik


No. Teknik Pemantauan
Jumlah Pegawai Simpulan
(1) (2) (3) (4)
1. Survei
2. Observasi
3. Pengawasan Diam-diam
Surveillance
4. Inspeksi Mendadak
5. Facilitated Team Meeting
FTM
6. Pemantauan Bentuk
lainn a
Total (a)
Jumlah Pegawai Seluruhnya (b)
Persentase Pegawai yang
(c)
Melan ar Kode Etik
Persentase Pegawai yang
(d)
Menjalankan Kode Etik

Keterangan:
(1) diisi nomor urut;
(2) diisi teknik pemantauan yang digunakan;
(3) diisi jumlah pegawai yang melanggar kode etik. Dalam hal seorang pegawai
terbukti melanggar kode etik berdasarkan lebih dari satu teknik pemantauan,
maka yang bersangkutan dihitung satu kali saja yaitu dimasukkan pada teknik
pemantauan yang paling atas;
(4) diisi simpulan yang diperoleh dari tiap teknik pemantauan yang digunakan,
terutama simpulan terkait ada/tidaknya pelanggaran kode etik yang
berdampak kecurangan (fraud) atau yang berdampak non kecurangan (fraud)
dengan pengaruh signifikan;
(a) diisi jumlah total pegawai yang melanggar kode etik;
(b) diisi jumlah seluruh pegawai yang terdapat pada unit kerja terkait;
(c) diisi persentase pegawai yang melanggar kode etik yaitu perbandingan antara
(a) dan (b);
(d) diisi persentase pegawai yang menjalankan kode etik dengan rumus 100%
dikurangi persentase pada huruf (c);

b. Penyusunan dan Penyampaian Laporan Hasil Pemantauan


1) Pelaksana pemantauan wajib menyusun laporan hasil pemantauan
pada saat tugas pemantauan berakhir yang ditandatangani oleh
pimpinan UKI.
2) Pelaksana pemantauan wajib menyampaikan laporan hasil
pemantauan penerapan kode etik segera setelah laporan selesai,
selambat-lambatnya lima hari kerja setelah tugas pemantauan
dilakukan kepada manajemen atau unit yang dipantau dan
ditembuskan kepada pimpinan unit kerja.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 14 -

3) Laporan hasil pemantauan disusun dalam bentuk bab dan


setidaknya memuat:
(a) Sampul (Cover) judul, yaitu berisi judul utama dan subjudul.
Judul utama memuat uraian ringkas tema pemantauan dan
nama unit/kegiatan yang dipantau, sedangkan subjudul
menjelaskan topik dari simpulan hasil penugasan pemantauan
yang paling penting untuk disampaikan kepada pemimpin dan
stakeholder dengan menggunakan bahasa yang santun. Antara
judul utama dan subjudul dipisahkan dengan tanda titik dua (:).
(b) Daftar Isi
(c) Ringkasan Hasil Pemantauan, yaitu berisi hasil pemantauan
secara ringkas yang meliputi simpulan dan rekomendasi (jika
ada).
(d) Dasar hukum, yaitu berisi dasar kewenangan Unit Kepatuhan
Internal melakukan penugasan dan surat tugas beserta susunan
tim.
(e) Tujuan Pemantauan, yaitu berisi pernyataan mengenai apa yang
akan dicapai dari pemantauan yang dilakukan. Tujuan
pemantauan harus dipertimbangkan secara hati-hati, dinyatakan
secara jelas, dan sesuai dengan metode pemantauan yang
dilaksanakan.
(f) Ruang Lingkup Pemantauan, yaitu berisi batasan pemantauan
yang memuat bidang/kegiatan yang dilakukan pemantauan,
lokasi, sampel, dan periode waktu pemantauan.
(g) Metode pemantauan, yaitu berisi penjelasan mengenai
pendekatan yang digunakan dalam penugasan pemantauan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
(h) Gambaran umum, yaitu berisi uraian tentang latar belakang dan
kegiatan yang menjadi tema pemantauan dan isu-isu/hal-hal
penting yang terkait di dalamnya dengan tujuan untuk
memahami kegiatan yang menjadi sasaran pemantauan,
termasuk fakta-fakta, statistik, serta istilah yang digunakan.
(i) Uraian hasil pemantauan, yaitu berisi uraian secara jelas
simpulan serta saran tindakan perbaikan yang disampaikan
kepada pihak yang dipantau dan tanggapan atas saran tersebut.
Setiap simpulan diberi judul simpulan dan sedapat mungkin
didukung dengan data kuantitas, gambar dalam bentuk tabel,
diagram, matriks, foto, flowchart, dan lain-lain. Penyajian
simpulan meliputi fakta/kejadian, ketentuan yang
mengatur /kriteria yang disepakati/ best practices/ standar /
rencana/ norma yang telah ditetapkan, penyebab, dan dampak
yang ditimbulkan serta rekomendasi. Rekomendasi berisi
langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan.
U) Hal-hal Lain yang Perlu Diungkapkan (jika ada), tergantung
situasi dan kondisi yang ada di lapangan yang perlu mendapat
perhatian dari pimpinan terkait etika dalam berorganisasi.
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 15 -

(k) Lampiran (jika ada), dapat berupa tabel ketaatan etika dalam
berorganisasi pada setiap subbagian/ seksi dan/ atau diagram
untuk memperjelas, dan lain-lain yang diperlukan.
4. Evaluasi
a. Pelaksana pemantauan melakukan evaluasi atas pelaksanaan
pemantauan penerapan kode etik. Evaluasi tersebut dilakukan dengan
membandingkan rencana dengan realisasinya, pemanfaatan hasil
pemantauan, aksi dan reaksi pegawai yang dipantau terhadap
pelaksanaan maupun hasil pemantauan, serta hal-hal yang terjadi
dalam pelaksanaan pemantauan yang perlu mendapat perhatian.
b. Pelaksana pemantauan wajib melakukan evaluasi terhadap unitnya
sendiri untuk melihat seberapa besar peran dan dukungan UKI dalam
peningkatan penerapan kode etik. Evaluasi dilakukan dengan melihat
seberapa sering UKI melakukan sosialisasi dan apakah setiap pegawai
sudah mengetahui dan memahami tentang penerapan kode etik pada
unit eselon I masing-masing.
c. Pengetahuan dan pemahaman mengenai penerapan kode etik harus
terus menerus dibangun agar kesadaran pegawai dalam menerapkan
kode etik tumbuh dengan sendirinya, bukan karena merasa dipantau.
d. Pelaksana pemantauan juga wajib mengevaluasi dirinya sendiri dengan
melihat seberapa baik contoh yang ditunjukkan oleh pelaksana
pemantauan dalam menerapkan kode etik pada unit eselon I masing-
masmg.
e. Evaluasi dilaksanakan minimal satu kali dalam satu tahun dengan salah
satu atau kombinasi dari metode survei dan FTM.

D. Pengimplementasian Sistem Pendeteksian Dini (Early Warning System) terkait


Peningkatan Kinerja (Energizing Tools)

1. Sistem pendeteksian dini telah dibangun pada saat pengimplementasian


pemantauan pengendalian utama yang dilakukan secara periodik dengan
pengujian keandalan dan efektivitas yang dilakukan secara terus menerus
sejak awal tahun hingga akhir tahun.
2. Dalam hal ketidakpatuhan maksimal (yang diperkenankan) telah terjadi
pada awal atau pertengahan tahun, maka hal tersebut dapat dijadikan
sistem pendeteksian dini yang harus ditindaklanjuti dengan upaya-upaya
untuk peningkatan kinerja.
Contoh:
Suatu proses bisnis terpilih dilakukan pemantauan pengendalian utama.
Dengan ARO 10%, EPDR 2,5%, dan TDR 5% maka ditetapkan sampel sebesar
158 dengan ketidakpatuhan yang diperkenankan maksimal sebanyak 4 sampel.
Pada akhir bulan Juni ketidakpatuhan yang telah terjadi sudah mencapai 4
sampel. Meskipun pengendalian intern atas proses bisnis tersebut masih
digolongkan andal, namun mengingat masih ada 6 bulan sampai dengan akhir
tahun maka sangat berisiko akan jatuh pada ketidakandalan dan
ketidakefektivan pengendalian intern tersebut bila terjadi lagi ketidakpatuhan
setelah bulan Juni. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembaharuan semangat
kerja setelah dilakukan pendalaman atas implementasi Nilai-Nilai Kementerian
Keuangan dan/ atau kode etik.
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK JNDONESIA

- 16 -

3. Untuk mendalami penurunan implementasi Nilai-Nilai Kementerian


Keuangan yang indikatornya diperoleh dari ketidakpatuhan pengendalian
utama, dilakukan pemantauan kode etik yang difokuskan pada etika-etika
yang terkait dengan Nilai-Nilai Kementerian Keuangan. Hasil pendalaman
tersebut akan memberikan pemahaman atas hal-hal yang harus
diperbaharui sehingga dapat meningkatkan kinerja.

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
SRI MULYANI INDRAWATI

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Umum

Anda mungkin juga menyukai