PENDAHULUAN
Indonesia sebagai salah satu negara strategis di dunia yang menerapkan sistem
keuangan terbuka, sehingga sangat berkepentingan dalam menjaga keamanan dan
integritas sektor keuangannya. Indonesia terus berkomitmen membangun rezim anti-
pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme (APU-PPT). Hal ini terus
diupayakan tidak hanya karena komitmen sebagai anggota Financial Action Task Force on
Money Laundering (FATF), tetapi juga sebagai komitmen kolektif dunia untuk menjaga
stabilitas dan integritas sistem keuangan dan keamanan global serta untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dunia yang sehat dan berkelanjutan. Sehingga komitmen ini
diharapkan akan diikuti dengan keanggotaan penuh Indonesia dalam FATF agar dapat
berkontribusi semakin besar terhadap tatanan keuangan global yang lebih baik.
dari adanya transaksi perdagangan yang dilakukan dengan negara-negara yang termasuk
ke dalam Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB). Selain itu,
potensi ancaman lain yang dapat muncul berasal dari rekening warga negara asing yang
berasal dari negara yang berisiko tinggi berdasarkan Resolusi DK PBB yang sudah tidak
tinggal atau bekerja di Indonesia, dan selanjutnya dilakukan penyalahgunaan oleh pihak
lain.
Dalam rangka melakukan penguatan pencegahan tindak pidana pencucian uang, tindak
pidana pendanaan terorisme, dan pendanaan proliferasi senjata pemusnah massal serta
untuk mewujudkan integritas di sektor jasa keuangan, PT BPR Mandiri Consulting
berkomitmen untuk mendukung regulasi yang sesuai dengan perkembangan prinsip
internasional yang mengatur mengenai penerapan program anti pencucian uang,
pencegahan pendanaan terorisme, dan pencegahan pendanaan proliferasi senjata
pemusnah massal. Untuk mewujudkan komitmen penerapan program anti pencucian
uang, pencegahan pendanaan terorisme, dan pencegahan pendanaan proliferasi senjata
pemusnah massal, maka diperlukan penyesuaian dengan perkembangan peraturan
perundang-undangan di Indonesia yang secara langsung maupun tidak langsung
berkaitan dengan penerapan program anti pencucian uang, pencegahan pendanaan
terorisme, dan pencegahan pendanaan proliferasi senjata pemusnah massal di sector jasa
keuangan.
Adanya globalisasi di sektor jasa keuangan yang diiringi dengan semakin berkembangnya
produk jasa keuangan termasuk pemasarannya (multi channel marketing), konglomerasi,
serta aktivitas dan teknologi industri jasa keuangan yang semakin kompleks baik dari sisi
produk, layanan, dan penggunaan teknologi informasi, berpotensi meningkatkan risiko
pemanfaatan industri jasa keuangan sebagai sarana Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme serta Proliferasi WMD, dengan berbagai modus operandinya yang
semakin beragam dan maju. Penyedia Jasa Keuangan (PJK), khususnya BPR, sangat
rentan untuk digunakan sebagai media pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme
serta Proliferasi WMD. PJK menyediakan banyak pilihan transaksi bagi pelaku pencucian
uang dan/atau pendanaan terorisme serta Proliferasi WMD dalam upaya melancarkan
tindak kejahatannya. Melalui berbagai pilihan transaksi tersebut seperti transaksi
penyimpanan dan pengiriman uang, perbankan menjadi pintu masuk harta kekayaan yang
merupakan hasil tindak pidana atau merupakan pendanaan kegiatan terorisme serta
Proliferasi WMD ke dalam sistem keuangan. Bagi pelaku pencucian uang, harta kekayaan
tersebut dapat ditarik kembali sebagai harta kekayaan yang seolah-olah sah dan tidak lagi
dapat dilacak asal usulnya. Sedangkan untuk pelaku pendanaan teroris, harta kekayaan
tersebut dapat digunakan untuk membiayai kegiatan terorisme serta Proliferasi WMD.
Page 1 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
Perkembangan inovasi dan teknologi yang cepat dan dinamis di sektor jasa keuangan,
perlu didorong implementasi pemanfaatan teknologi informasi di sektor jasa keuangan
dengan tetap memperhatikan aspek keamanan, kerahasiaan, serta mitigasi risiko dalam
pencegahan tindak pidana pencucian uang, tindak pidana pendanaan terorisme, dan
pendanaan proliferasi senjata pemusnah massal.
Menyikapi perkembangan sektor jasa keuangan yang kompleks dan dinamis sebagaimana
dimaksud diatas, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23/POJK.01/2019 tentang
Penerapan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa
Keuangan diperlukan penyempurnaan, sehingga perlu diganti dengan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 08/2023 tentang PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN
UANG, PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME, DAN PENCEGAHAN PENDANAAN
PROLIFERASI SENJATA PEMUSNAH MASSAL DI SEKTOR JASA KEUANGAN.
Page 2 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
BAB II
KETENTUAN UMUM
1. Penyedia Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat PJK adalah lembaga jasa
keuangan dan/atau pihak yang melakukan kegiatan usaha penghimpunan dana,
penyaluran dana, dan/atau pengelolaan dana di sector jasa keuangan.
2. Tindak Pidana Pencucian Uang yang selanjutnya disingkat TPPU adalah TPPU
sebagaimana dimaksud dalam undangundang mengenai pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang.
3. Tindak Pidana Pendanaan Terorisme yang selanjutnya disingkat TPPT adalah
TPPT sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pendanaan terorisme.
4. Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal yang selanjutnya disingkat
PPSPM adalah PPSPM sebagaimana diatur dalam peraturan mengenai pendanaan
proliferasi senjata pemusnah massal.
5. Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan
Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal yang selanjutnya disingkat
APU, PPT, dan PPPSPM adalah upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU,
TPPT, dan/atau PPSPM.
6. Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris yang selanjutnya disingkat
DTTOT adalah daftar nama terduga teroris dan organisasi teroris sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan mengenai pencegahan dan
pemberantasan TPPT
7. Daftar Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal yang selanjutnya
disingkat DPPSPM adalah daftar nama terduga pelaku PPSPM sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan mengenai pencegahan dan
pemberantasan PPSPM.
8. Pemblokiran adalah pemblokiran sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan mengenai pencegahan dan pemberantasan TPPU, TPPT, dan/atau
PPSPM.
9. Calon Nasabah adalah pihak yang akan menggunakan jasa PJK.
10. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa PJK.
11. Walk in Customer yang selanjutnya disingkat WIC adalah pihak yang
menggunakan jasa bank namun tidak memiliki rekening pada bank tersebut, tidak
Page 3 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
termasuk pihak yang mendapatkan perintah atau penugasan dari Nasabah untuk
melakukan transaksi atas kepentingan Nasabah.
12. Customer Due Diligence yang selanjutnya disingkat CDD adalah kegiatan berupa
identifikasi, verifikasi, dan pemantauan yang dilakukan oleh PJK untuk memastikan
transaksi sesuai dengan profil, karakteristik, dan/atau pola transaksi Calon Nasabah,
Nasabah, atau WIC.
13. Politically Exposed Person yang selanjutnya disingkat PEP adalah orang yang
diberi kewenangan untuk melakukan fungsi penting (prominent function), yang tidak
dimaksudkan untuk tingkatan menengah atau tingkatan lebih rendah.
14. Enhanced Due Diligence yang selanjutnya disingkat EDD adalah tindakan CDD
lebih mendalam yang dilakukan PJK terhadap Calon Nasabah, WIC, atau Nasabah,
yang berisiko tinggi termasuk PEP dan/atau dalam area berisiko tinggi.
15. Nasabah Berisiko Tinggi adalah Nasabah yang berdasarkan latar belakang,
identitas, riwayatnya, dan/atau hasil penilaian risiko yang dilakukan PJK memiliki risiko
tinggi melakukan kegiatan terkait TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM.
16. Negara Berisiko Tinggi adalah negara atau teritori yang potensial digunakan sebagai
tempat terjadinya atau sarana kejahatan atau tindak pidana asal, TPPU, TPPT,
dan/atau PPSPM.
17. Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah transaksi keuangan mencurigakan
terkait TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM
18. Transaksi Keuangan Tunai adalah transaksi keuangan tunai terkait TPPU, TPPT,
dan/atau PPSPM.
19. Direksi PJK atau Organ yang Setara dengan Direksi pada Badan Hukum PJK,
yang selanjutnya disebut Direksi adalah organ yang melakukan fungsi pengurusan
PJK untuk kepentingan PJK sesuai dengan maksud dan tujuan masing-masing PJK
serta mewakili PJK di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar, atau pemimpin kantor cabang dan pejabat satu tingkat di bawah
pemimpin kantor cabang bagi PJK yang berstatus sebagai kantor cabang dari PJK
yang berkedudukan di luar negeri.
20. Dewan Komisaris bagi PJK atau Organ yang Setara dengan Dewan Komisaris
pada Badan Hukum PJK, yang selanjutnya disebut Dewan Komisaris adalah
organ pada masing-masing PJK yang berperan untuk melakukan fungsi pengawasan
secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat
kepada Direksi, atau pihak yang ditunjuk untuk melaksanakan fungsi pengawasan
bagi PJK yang berstatus sebagai kantor cabang dari PJK yang berkedudukan di luar
negeri.
21. Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) adalah orang perseorangan yang berhak atas
dan/atau menerima manfaat tertentu yang berkaitan dengan rekening Nasabah,
Page 4 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
merupakan pemilik sebenarnya dari dana dan/atau efek yang ditempatkan pada PJK
(ultimately own account), mengendalikan transaksi Nasabah, memberikan kuasa
untuk melakukan transaksi, mengendalikan korporasi atau perikatan lainnya (legal
arrangement), dan/atau merupakan pengendali akhir dari transaksi yang dilakukan
melalui badan hukum atau berdasarkan suatu perjanjian.
22. Korporasi adalah perseroan perorangan, kumpulan orang, dan/atau kelompok yang
terorganisasi, baik yang merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.
23. Financial Action Task Force yang selanjutnya disingkat FATF adalah badan
internasional yang bertujuan untuk menetapkan standar internasional dalam
pencegahan dan pemberantasan TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM serta hal lain yang
mengancam integritas sistem keuangan internasional.
24. Rekomendasi FATF adalah rekomendasi yang dikeluarkan oleh FATF dan merupakan
standar pencegahan dan pemberantasan TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM
25. Correspondent Banking adalah kegiatan suatu bank (correspondent) dalam
menyediakan layanan jasa bagi bank lainnya (respondent) berdasarkan suatu
kesepakatan tertulis dalam memberikan jasa pembayaran dan jasa perbankan
lainnya.
26. Cross Border Correspondent Banking adalah Correspondent Banking dimana salah
satu kedudukan bank correspondent atau bank respondent berada di luar wilayah
Negara Republik Indonesia.
27. Transfer Dana adalah Transfer Dana sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
mengenai Transfer Dana.
28. Bank Pengirim adalah bank yang mengirimkan perintah Transfer Dana.
29. Bank Penerus adalah bank yang meneruskan perintah Transfer Dana dari Bank
Pengirim.
30. Bank Penerima adalah bank yang menerima perintah Transfer Dana.
31. Konglomerasi Keuangan adalah PJK yang berada dalam 1 (satu) grup atau
kelompok karena keterkaitan kepemilikan dan/atau pengendalian
Page 5 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
BAB III
STRUKTUR ORGANISASI TATA KELOLA DAN TATA KERJA
PT. BPR MANDIRI CONSULTING
Page 6 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
PE AUDIT INTERN
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
PENAGIHAN
PENAGIHAN
KASUBAG
STAF
KABAG BISNIS
ACCOUNT
KASUBAG
OFFICER
KREDIT
DEWAN KOMISARIS
DIREKTUR UTAMA
KOORDINATOR
KANTOR KAS
RUPS
TELLER
STAF AKUNTING &
KEUANGAN
CUSTOMER
SERVICE
STAF ADMIN
DANA
OPERASIONAL/LPN
KABAG OPS/LPN
KASUBAG
ADMIN KREDIT
STAF LEGAL &
TELLER
DIREKTUR OPS/ MEMBAWAHKAN
FUNGSI KEPATUHAN
PELAPORAN
STAF IT &
SECURITY
STAF SDM &
UMUM
PRAMUBHAKTI
PE KEPATUHAN /MR/
APU-PPT
PJK wajib memiliki pengaturan Struktur Organisasi Tata Kelola (SOTK) sebagai bagian
dari manajemen kepatuhan penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM, termasuk
dengan melakukan penunjukan pejabat kepatuhan di tingkat manajemen. Sebagai bagian
dari pengaturan manajemen kepatuhan penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM,
Page 7 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
PJK wajib membentuk unit kerja khusus dan/atau menunjuk pejabat sebagai penanggung
jawab penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM, pada kantor pusat dan kantor
cabang. Penunjukan penanggung jawab penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM
sebagaimana dimaksud diatas, dilakukan sesuai dengan kebutuhan PJK berdasarkan
penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM, kegiatan skala usaha, kompleksitas
usaha, karakteristik usaha, dan/atau apabila terdapat peristiwa atau perkembangan besar
dalam manajemen dan operasional PJK.
BAB IV
MANAJEMEN KEPATUHAN PENERAPAN APU-PPT & PPPSPM
Page 8 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
PJK wajib memiliki pengaturan manajemen kepatuhan penerapan program APU, PPT, dan
PPPSPM, termasuk dengan melakukan penunjukan pejabat kepatuhan di tingkat
manajemen. Sebagai bagian dari pengaturan manajemen kepatuhan penerapan program
APU, PPT, dan PPPSPM, PJK wajib membentuk Unit Kerja Khusus (UKK) dan/atau
menunjuk pejabat sebagai penanggung jawab penerapan program APU, PPT, dan
PPPSPM, pada Kantor Pusat dan Kantor Cabang.
2. Dewan Komisaris
1. Memastikan PJK memiliki kebijakan dan prosedur penerapan program APU,
PPT, dan PPPSPM
2. Memberikan persetujuan atas kebijakan dan prosedur penerapan program APU,
PPT, dan PPPSPM yang diusulkan oleh Direksi
3. Melakukan evaluasi atas kebijakan dan prosedur penerapan program APU, PPT,
dan PPPSPM
4. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan tanggung jawab Direksi terhadap
penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM
Page 9 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
Page 10 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
3. Tugas dan Tanggung Jawab UKK/Pejabat Eksekutif Program APU-PPT & PPPSPM :
a. Menganalisis secara berkala penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM terkait
dengan Nasabahnya, negara atau area geografis, produk, jasa, transaksi atau
jaringan distribusi (delivery channels), sebanyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;
b. Menyusun, melakukan pengkinian, serta mengusulkan kebijakan dan prosedur
penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM yang telah disusun untuk mengelola
dan memitigasi risiko berdasarkan penilaian risiko sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, untuk dimintakan pertimbangan Direksi;
c. Memastikan adanya sistem yang dapat mengidentifikasi, menganalisa, memantau
dan menyediakan laporan secara efektif mengenai profil, karakteristik, atau
kebiasaan pola transaksi yang dilakukan oleh Nasabah;
d. Memastikan bahwa kebijakan dan prosedur yang disusun sebagaimana dimaksud
dalam huruf b, telah sesuai dengan perubahan dan perkembangan yang meliputi
Page 11 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
antara lain produk, jasa, dan teknologi di sektor jasa keuangan, kegiatan, skala
usaha, kompleksitas usaha, karakteristik usaha, volume transaksi PJK, dan/atau
modus TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM;
e. Memastikan bahwa formulir yang berkaitan dengan Nasabah telah mengakomodasi
data yang diperlukan dalam penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM;
f. Memantau rekening Nasabah dan pelaksanaan transaksi Nasabah;
g. melakukan evaluasi terhadap hasil pemantauan dan analisis transaksi Nasabah
untuk memastikan ada atau tidak adanya Transaksi Keuangan Mencurigakan,
Transaksi Keuangan Tunai, dan/atau transaksi keuangan transfer dana dari dan ke
luar negeri;
h. Menatausahakan hasil pemantauan dan evaluasi;
i. Memastikan pengkinian data dan profil Nasabah serta data dan profil transaksi
Nasabah;
j. Memastikan bahwa kegiatan usaha yang berisiko tinggi terhadap TPPU, TPPT,
dan/atau PPSPM diidentifikasi secara efektif sesuai dengan kebijakan dan prosedur
PJK serta ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan ini;
k. Memastikan adanya mekanisme komunikasi yang baik dari setiap satuan kerja terkait
kepada unit kerja khusus atau pejabat yang bertanggung jawab terhadap penerapan
program APU, PPT, dan PPPSPM dengan menjaga kerahasiaan informasi dan
memperhatikan ketentuan anti tipping-off;
l. Melakukan pengawasan terkait penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM
terhadap satuan kerja terkait;
m. Memastikan adanya identifikasi area yang berisiko tinggi yang terkait dengan
penerapan program APU-PPT, dan PPPSPM dengan mengacu pada peraturan
perundang-undangan dan sumber informasi yang memadai;
n. Menerima, melakukan analisis, dan menyusun laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan dan/atau Transaksi Keuangan Tunai yang disampaikan oleh satuan
kerja;
o. Menyusun laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan, Transaksi Keuangan Tunai,
dan/atau transaksi keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri:
p. Memantau secara berkala dan memastikan tindak lanjut terhadap DTTOT dan
DPPSPM telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai
pencegahan dan pemberantasan TPPT dan peraturan mengenai pencegahan dan
pemberantasan PPSPM;
q. Memantau, menganalisis, dan merekomendasikan kebutuhan pelatihan tentang
penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM bagi pejabat dan/atau pegawai PJK;
r. Memastikan seluruh kegiatan untuk penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM
terlaksana dengan baik; dan
s. Melakukan tugas lain untuk penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM.
Page 12 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
Penunjukan penanggung jawab penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM dilakukan sesuai
dengan kebutuhan PJK berdasarkan penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM, kegiatan
skala usaha, kompleksitas usaha, karakteristik usaha, dan/atau apabila terdapat peristiwa atau
perkembangan besar dalam manajemen dan operasional PJK.
PJK yang tidak menyesuaikan dengan ketentuan terbaru dan tidak menunjuk penanggung jawab
penerapan Program APU-PPT & P3SPM, dikenai sanksi administratif berupa:
1. Peringatan atau teguran tertulis yang disertai dengan perintah untuk melakukan tindakan
tertentu
2. Denda
3. Pembatasan kegiatan usaha tertentu
4. Penurunan penilaian faktor pembentuk nilai tingkat kesehatan
5. Pembekuan kegiatan usaha tertentu
6. Larangan sebagai pihak utama.
Otoritas Jasa Keuangan dapat mengumumkan pengenaan sanksi administratif dimaksud kepada
masyarakat.
Page 13 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
BAB V
IDENTIFIKASI DAN VERIFIKASI NASABAH
PJK wajib mengidentifikasi dan mengklasifikasikan Calon Nasabah, WIC, dan Nasabah ke
dalam kelompok Orang Perseorangan, Korporasi, atau Perikatan Lainnya (Legal
Arrangement).
Page 14 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
Page 15 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
Keterangan :
WIC orang perseorangan, Korporasi, maupun perikatan lainnya (Legal Arrangement)
yang melakukan transaksi paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau
nilai yang setara, baik yang dilakukan dalam 1 (satu) kali maupun beberapa kali
transaksi dalam 1 (satu) hari kerja.
Page 16 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
Page 18 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
PJK dalam mengidentifikasi Calon Nasabah dan WIC Korporasi berupa Bukan
Perusahaan serta Calon Nasabah dan WIC berupa lembaga negara, instansi
pemerintah, lembaga internasional, dan perwakilan negara asing, wajib didukung
dengan dokumen identitas perusahaan.
f. Dalam hal PJK telah menerapkan prosedur manajemen risiko, PJK dapat
melakukan hubungan usaha atau transaksi sebelum proses verifikasi selesai.
g. PJK dalam melakukan proses verifikasi sebelum proses verifikasi selesai
wajib diselesaikan sesegera mungkin paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak
terjadinya hubungan usaha Nasabah dengan PJK, dengan memperhatikan
risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM dapat dikelola secara efektif dan tidak
mengganggu kegiatan usaha secara normal.
BAB VI
IDENTIFIKASI DAN VERIFIKASI PEMILIK MANFAAT (BENEFICIAL OWNER)
PJK wajib memahami profil, maksud, dan tujuan hubungan usaha, dan transaksi yang
dilakukan Nasabah dan Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) melalui identifikasi dan
verifikasi yaitu :
1. PJK wajib memastikan Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC yang membuka hubungan
usaha atau melakukan transaksi bertindak untuk diri sendiri atau untuk kepentingan
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner).
2. Dalam hal Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC berbentuk orang perseorangan
bertindak untuk kepentingan Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), PJK wajib
melakukan CDD atau EDD terhadap Pemilik Manfaat (Beneficial Owner).
3. Dalam hal Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC berbentuk Korporasi atau perikatan
lainnya (legal arrangement), PJK wajib melakukan CDD atau EDD terhadap Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner) dari Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC dari Korporasi
atau perikatan lainnya (legal arrangement).
4. Dalam hal Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) tergolong sebagai PEP, PJK
menerapkan prosedur EDD. Dalam hal terdapat perbedaan tingkat risiko antara Calon
Nasabah, Nasabah, atau WIC dan Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), PJK wajib
melakukan CDD atau EDD yang didasarkan pada tingkat risiko yang lebih tinggi.
Page 21 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
Bagi Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC yang merupakan Korporasi, PJK wajib
melakukan identifikasi dan verifikasi identitas Pemilik Manfaat (Beneficial Owner),
berdasarkan informasi atau data relevan yang diperoleh dari sumber yang dapat
dipercaya.
Identifikasi untuk mengetahui profil Pemilik Manfaat dilakukan melalui permintaan data
dan informasi yang paling kurang meliputi :
Klasifikasi Pemilik Manfaat (Beneficial Owner)
Pemilik Manfaat Pemilik Manfaat Pemilik Manfaat Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) dari (Beneficial Owner) (Beneficial Owner) (Beneficial Owner)
Calon Nasabah, dari Calon Nasabah, dari Calon Nasabah, dari Calon Nasabah,
No Nasabah atau WIC Nasabah atau WIC Nasabah atau WIC Nasabah atau WIC
orang perseorangan Korporasi perikatan lainnya perikatan lainnya
(natural person (legal arrangement) (legal arrangement)
berbentuk Trust dalam bentuk Selain
Trust
1 Nama lengkap termasuk Nama dan Bentuk
nama alias Badan Hukum atau
Badan Usaha
2 Nomor dokumen Nomor izin dari
identitas instansi berwenang
Page 24 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
Dokumen pendukung informasi untuk Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) calon nasabah,
nasabah atau WIC Perorangan (Natural Person) dan Korporasi paling sedikit meliputi :
Pemilik Manfaat Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) dari Calon Nasabah, Nasabah atau
(Beneficial WIC Korporasi
Owner) dari Calon
Nasabah,
No
Nasabah atau Usaha Mikro dan Bukan Usaha Mikro Perseroan Perorangan
WIC orang Usaha Kecil dan Usaha Kecil
perseorangan
(natural person
1 Dokumen Identitas Spesimen tanda tangan Laporan keuangan Akta pendirian/anggaran
dan kuasa kepada atau deskripsi dasar
pihak yang ditunjuk kegiatan usaha
mempunyai wewenang perusahaan
bertindak untuk dan
atas nama perusahaan
dalam melakukan
hubungan usaha
dengan PJK
2 Spesimen Tanda Kartu NPWP bagi Struktur manajemen Izin usaha dari instansi
Tangan Nasabah yang perusahaan yang berwenang
diwajibkan untuk
memiliki NPWP sesuai
dengan ketentuan
peraturan perundang-
undangan
Surat izin tempat usaha Struktur kepemilikan Spesimen tanda tangan
atau dokumen lain yang perusahaan dan kuasa kepada pihak
dipersyaratkan oleh yang ditunjuk mempunyai
instansi yang wewenang bertindak
berwenang untuk dan atas nama PJK
dalam melakukan
hubungan usaha dengan
PJK
Dokumen identitas
anggota Direksi atau
pemegang kuasa dari
anggota Direksi yang
berwenang mewakili
perusahaan untuk
melakukan hubungan
usaha
Page 25 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
6. Dalam hal PJK meragukan atau tidak dapat meyakini identitas Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner), PJK wajib menolak untuk melakukan hubungan usaha atau
transaksi dengan Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC.
Page 27 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
BAB VII
PENOLAKAN TRANSAKSI DAN PENUTUPAN HUBUNGAN USAHA
2. PJK dilarang membuka hubungan usaha dengan Calon Nasabah atau memelihara
rekening Nasabah, jika:
b. Calon Nasabah atau Nasabah menolak untuk mematuhi peraturan yang
terkait dengan penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM.
c. PJK meragukan kebenaran identitas dan kelengkapan dokumen Calon
Nasabah atau Nasabah.
3. PJK wajib menolak melakukan hubungan usaha dengan Calon Nasabah, menolak
transaksi dengan Nasabah atau WIC, dan/atau menutup hubungan usaha dengan
Nasabah dengan kriteria sebagai berikut :
a. Tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Pasal 25,
Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, dan Pasal 33 POJK NO.8/2023
b. Diketahui dan/atau patut diduga menggunakan dokumen palsu
c. Menyampaikan informasi yang diragukan kebenarannya
d. Berbentuk shell bank atau bank umum atau bank umum syariah yang
mengizinkan rekeningnya digunakan oleh shell bank
e. Memiliki sumber dana transaksi yang diketahui dan/atau patut diduga berasal
dari hasil tindak pidana
f. Terdapat dalam DTTOT dan/atau DPPSPM
4. Dalam hal terdapat penolakan hubungan usaha dengan Calon Nasabah dan/atau
penolakan transaksi dengan Nasabah atau WIC sebagaimana dimaksud pada
angka 1 diatas, PJK tetap wajib menyelesaikan proses identifikasi dan verifikasi
terhadap identitas Calon Nasabah, Nasabah, WIC, dan Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner).
Page 28 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
Page 29 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
BAB VIII
PENGELOLAAN RISIKO TPPU, TPPT, DAN/ATAU PPSPM YANG BERKELANJUTAN
TERHADAP NASABAH, NEGARA, PRODUK, DAN JASA SERTA JARINGAN
DISTRIBUSI
1. PJK wajib memiliki sistem manajemen risiko yang memadai untuk menentukan
apakah Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), atau WIC
termasuk kriteria berisiko tinggi.
2. PJK wajib mengidentifikasi dan melakukan penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau
PPSPM yang terkait dengan pengembangan produk dan praktik usaha baru, termasuk
mekanisme distribusi baru, dan penggunaan teknologi baru atau pengembangan
teknologi untuk produk baru maupun produk yang telah ada.
3. PJK wajib melakukan penilaian risiko sebagaimana dimaksud diatas sebelum produk,
praktik usaha, mekanisme distribusi, dan teknologi baru diluncurkan atau digunakan
dan PJK wajib melakukan tindakan yang memadai untuk mengelola dan memitigasi
risiko sebagaimana dimaksud diatas.
4. Kriteria berisiko tinggi dari Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner), atau WIC dapat dilihat dari:
a. Latar belakang atau profil Calon Nasabah, Nasabah, WIC, atau Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner)
b. Produk sektor jasa keuangan yang berisiko tinggi untuk digunakan sebagai sarana
TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM
c. Transaksi dengan pihak yang berasal dari Negara Berisiko Tinggi
d. Transaksi tidak sesuai dengan profil
e. Termasuk dalam kategori PEP
f. Bidang usaha Calon Nasabah, Nasabah, WIC, atau Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner) termasuk usaha berisiko tinggi
g. Negara atau teritori asal, domisili, atau dilakukannya transaksi Nasabah atau WIC
termasuk Negara Berisiko Tinggi
h. Transaksi yang dilakukan Nasabah atau WIC diduga terkait dengan tindak pidana
di sektor jasa keuangan, TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM.
Page 30 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
5. Dalam melakukan penerapan program APU dan PPT & P3SPM berbasis risiko (risk-
based approach), Bank paling sedikit melakukan kegiatan identifikasi risiko bawaan
(inherent risk), penetapan toleransi risiko, penyusunan langkah-langkah mitigasi dan
pengendalian risiko, evaluasi risiko residual (residual risk), penerapan pendekatan
berbasis risiko, serta peninjauan dan evaluasi pendekatan berbasis risiko yang telah
dimiliki.
a. Identifikasi Risiko Bawaan (Inherent Risk)
1. Bank harus mempertimbangkan kerentanan Bank sebagai sarana Pencucian
Uang dan/atau Pendanaan Terorisme serta Proliferasi WMD. Sebagai langkah
awal, Bank memahami kegiatan usaha Bank secara keseluruhan dengan
perspektif yang luas sehingga Bank dapat memprediksi risiko-risiko yang
mungkin terjadi.
2. Bank harus mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko
Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme serta Proliferasi WMD.
3. Faktor-faktor sebagaimana dimaksud pada angka 2), sebagai berikut:
a. Nasabah Bank harus mengategorikan Nasabah berdasarkan tingkat risiko
sesuai dengan karakteristik masing- masing Bank.
4. Beberapa contoh kriteria dari faktor dengan tingkat risiko tinggi, sebagai
berikut:
a. Nasabah, antara lain:
1) Nasabah yang melakukan hubungan usaha atau transaksi keuangan
yang tidak wajar atau tidak sesuai dengan profil Nasabah
2) Nasabah dengan frekuensi dan pergerakan dana antar Penyedia Jasa
Keuangan (PJK) di berbagai wilayah, tidak dapat dijelaskan secara
wajar
3) Nasabah Korporasi dengan struktur kepemilikan yang kompleks
sehingga sulit untuk dilakukan identifikasi terhadap Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner), pemilik akhir (ultimate owner), atau pengendali
akhir (ultimate controller) dari Korporasi
4) Nasabah yang mencari atau menerima produk atau jasa Bank yang
tidak sesuai dengan kebutuhan atau tidak memberikan keuntungan
bagi Nasabah tersebut
5) Nasabah berupa organisasi amal atau organisasi non-profit lainnya
yang tidak diatur dan diawasi oleh otoritas tertentu
6) Nasabah dengan kepemilikan rekening atau kontrak pada Bank yang
dalam melakukan hubungan usaha dengan Bank diwakili oleh profesi
penunjang seperti akuntan, advokat, atau profesi lainnya
7) Nasabah yang termasuk dalam kategori PEP, termasuk anggota
keluarga atau pihak yang terkait (close associates) dari PEP
8) Nasabah yang proses verifikasinya tidak melalui pertemuan langsung
(non face to face)
9) Nasabah yang menggunakan metode pembayaran yang tidak biasa
seperti kas atau setara kas antara lain sertifikat deposito (negotiable
certificate deposit) atau cek pelawat (traveller’s cheque); dan/atau
10) Nasabah yang memberikan informasi sangat minim.
5. Faktor relevan lain yang dapat memberikan dampak pada risiko Pencucian
Uang dan/atau Pendanaan Terorisme serta Proliferasi WMD, antara lain:
a. Tren tipologi, metode, teknik dan skema Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme serta Pendanaan Proliferasi WMD
b. Model bisnis Bank, termasuk skala usaha, jumlah kantor cabang, dan
jumlah pegawai sebagai faktor risiko bawaan (inherent risk) dalam intern
Bank.
6. Penilaian Risiko
a. Bank melakukan identifikasi terhadap masing-masing faktor sebagaimana
dimaksud pada angka 4) dan 5), dengan mempertimbangkan
kemungkinan dan dampak terjadinya risiko Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme serta Pendanaan Proliferasi WMD
b. Bank harus menentukan tingkat risiko Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme serta Pendanaan Proliferasi WMD dengan
mempertimbangkan hasil identifikasi terhadap masing- masing faktor
Page 33 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
Page 34 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
Page 35 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
2. Dalam hal terdapat perubahan strategi bisnis terkait kegiatan usaha dan/atau
terdapat penambahan produk dan jasa baru, Bank harus melakukan
pengkinian kebijakan dan prosedur dalam rangka pengendalian risiko.
3. Peninjauan atas pendekatan berbasis risiko dapat membantu evaluasi
kebutuhan penyempurnaan kebijakan dan prosedur yang ada, atau
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur baru jika diperlukan.
4. Bank mendokumentasikan hasil peninjauan termasuk langkah-langkah
perbaikan dan tindak lanjut yang diperlukan.
6. PJK wajib mengelompokkan Calon Nasabah, Nasabah, WIC, dan Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) berdasarkan tingkat risiko terjadinya TPPU, TPPT, dan/atau
PPSPM dilakukan berdasarkan analisis yang paling kurang meliputi:
a. Identitas Nasabah
Page 36 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
b. Lokasi usaha bagi Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC berupa perusahaan
c. Profil Nasabah
d. Frekuensi transaksi
e. Kegiatan usaha
f. Struktur kepemilikan bagi Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC perusahaan
g. Produk, jasa, dan jaringan distribusi (delivery channels) yang digunakan oleh
Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC
h. Informasi lainnya yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat risiko Nasabah.
3. Profil Nasabah
Contoh profil Nasabah yang perlu dilakukan analisis antara lain sebagai berikut:
1) Nasabah yang tidak memiliki penghasilan secara regular.
2) Tergolong sebagai PEP atau memiliki hubungan dengan PEP.
3) Pegawai instansi pemerintah, khususnya yang terkait dengan pelayanan
publik.
4) Aparat penegak hukum.
5) Orang-orang yang melakukan jenis-jenis kegiatan atau sektor usaha yang
rentan terhadap pencucian uang.
6) Pihak-pihak yang dicantumkan dalam daftar Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) atau daftar lainnya yang dikeluarkan oleh organisasi internasional
sebagai teroris, organisasi teroris ataupun organisasi yang melakukan
pendanaan atau melakukan penghimpunan dana untuk kegiatan terorisme
serta Pendanaan Proliferasi WMD.
4. Nilai Transaksi
Contoh nilai transaksi Nasabah yang perlu dilakukan analisis antara lain sebagai
berikut:
1) Pada saat pembukaan rekening, Nasabah melakukan transaksi dengan nilai
besar atau signifikan namun informasi mengenai sumber dana dan tujuan
transaksi tidak sesuai dengan profil ataupun tujuan pembukaan rekening.
2) Nasabah melakukan sejumlah transaksi dalam nilai kecil namun secara
akumulasi merupakan transaksi bernilai besar atau signifikan.
3) Transaksi tunai dalam jumlah besar.
8. Selain hal sebagaimana dimaksud diatas, PJK BPR dapat mengembangkan sendiri
metode untuk memperoleh profil risiko Nasabah sesuai dengan kebutuhan dan profil
risiko dari masing-masing PJK BPR.
Wajib didokumentasikan dalam bentuk dokumen penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau
TPPSPM yang telah disusun secara individual oleh PJK (Individual Risk Assessment/IRA)
d. Format Penilaian Risiko Tindak Pidana Pencucian Uang, Tindak Pidana Pendanaan
Terorisme, Dan Tindak Pidana Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal
I. Pendahuluan :
1) Latar belakang
Pelaksanaan penilaian risiko TPPU/TPPT/PPSPM pada calon nasabah/WIC/BO
merupakan kebutuhan BPR/BPRS dalam upaya melakukan pemetaan risiko
yang ditindaklanjuti dengan langkah-langkah pencegahan dan pemberantasan
berupa penyempurnaan ketentuan serta perbaikan implementasi penerapan
program APU dan PPT, termasuk pula pelaksanaan pengawasan atas penerapan
program APU dan PPT tersebut. Dalam skala yang lebih mikro, penilaian risiko
Page 42 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
2) Tujuan
Page 43 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
Area berisiko tinggi dalam pedoman ini, selain mendasarkan pada Pedoman
Identifikasi PPATK juga referensi lainnya yang dikeluarkan oleh otoritas
berwenang atau yang telah menjadi kelaziman internasional (international best
practice).
1. Produk dan Jasa Berisiko Tinggi
Karakteristik dari high risk product dan high risk services adalah produk/jasa
yang ditawarkan kepada Nasabah yang mudah dikonversikan menjadi kas
atau setara kas, atau yang dananya mudah dipindah- pindahkan dari satu
yurisdiksi ke yurisdiksi lainnya dengan maksud mengaburkan asal usul dana
tersebut. Sebagai contoh:
a. Electronic Banking
b. Internet Banking
c. Pemindahan Dana
d. Pemberian Kredit/ Pembiayaan dan Pendanaan
e. Jual Beli Valuta Asing (Bank notes).
Page 46 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
4. Transaksi Nasabah yang Terkait dengan Negara Lain yang Berisiko Tinggi.
Contoh negara yang berisiko tinggi antara lain:
a. Negara yang pelaksanaan rekomendasi FATF diidentifikasikan belum
memadai
b. Termasuk dalam daftar FATF statement
c. Diketahui secara luas sebagai tempat penghasil dan pusat perdagangan
narkoba
d. Dikenal secara luas menerapkan banking secrecy laws yang ketat
e. Dikenal sebagai tax haven antara lain berdasarkan data terkini dari
Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD).
Page 47 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
BAB IX
PEMELIHARAAN DATA YANG AKURAT TERKAIT DENGAN TRANSAKSI,
PENATAUSAHAAN PROSES CDD, SERTA PENATAUSAHAAN KEBIJAKAN DAN
PROSEDUR
Page 48 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
Contoh Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC berbentuk orang perseorangan yang
tidak memiliki penghasilan antara lain ibu rumah tangga, pelajar, dan atau
mahasiswa yang mengaku tidak memiliki sumber penghasilan sama sekali.
e. PJK wajib menyimpan catatan dan dokumen mengenai seluruh proses identifikasi
Transaksi Keuangan Mencurigakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
f. PJK wajib membuat dan menyimpan daftar Nasabah yang mendapat perlakuan
CDD sederhana.
2. Calon Nasabah menggunakan perangkat lunak dan perangkat keras milik PJK
atau milik pihak ketiga, atau Calon Nasabah menggunakan perangkat lunak
milik PJK atau milik pihak ketiga yang diakses atau telah diunduh dan
terpasang melalui perangkat keras atau telah terpasang di perangkat keras
milik Calon Nasabah.
a. Sesuatu yang Menjadi Ciri Khas dari Calon Nasabah (something you
are)
Ciri-ciri fisik dan/atau data biometric yang bersifat bawaan dan unik bagi
setiap orang, antara lain wajah (facial recognition), pola sidik jari
(fingerprint), dan pola retina/iris mata (retinal pattern)
PJK wajib bertanggung jawab atas hasil verifikasi melalui mekanisme pertemuan
tatap muka secara elektronik atau verifikasi melalui mekanisme tidak tatap muka
secara elektronik dengan memanfaatkan penggunaan perangkat lunak dan/atau
perangkat keras milik pihak ketiga serta bertanggung jawab menjaga kerahasiaan
data hasil verifikasi.
3. CDD Sederhana
1. PJK BPR dapat menerapkan prosedur CDD yang lebih sederhana terhadap
calon Nasabah atau transaksi yang tingkat risiko terjadinya pencucian uang atau
pendanaan terorisme serta Pendanaan Proliferasi WMD tergolong rendah dan
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Tujuan pembukaan rekening untuk pembayaran atau penerimaan gaji
b. Calon Nasabah berupa emiten atau perusahaan publik yang tunduk pada
ketentuan peraturan perundang-undangan tentang kewajiban untuk
mengungkapkan kinerjanya
c. Calon Nasabah perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh
pemerintah
d. Calon Nasabah merupakan Lembaga Negara atau Instansi Pemerintah
e. Tujuan pembukaan rekening terkait dengan program pemerintah dalam
rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dan/atau pengentasan
kemiskinan; dan/atau
Page 51 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
2. Data dan Informasi yang dibutuhkan oleh calon Nasabah yang mendapat
perlakukan CDD yang lebih sederhana adalah:
untuk dan atas nama perusahaan, bagi Calon Nasabah Korporasi berupa
perusahaan yang tergolong usaha mikro dan usaha kecil yang telah
memenuhi ketentuan.
c. Dokumen identitas perusahaan dan dokumen identitas anggota Direksi atau
pemegang kuasa dari anggota Direksi yang berwenang mewakili
perusahaan, bagi Calon Nasabah Korporasi berupa perseroan perorangan
yang telah memenuhi ketentuan.
d. Dokumen lainnya sebagai pengganti dokumen identitas yang dapat
memberikan keyakinan kepada PJK tentang profil Calon Nasabah, dan
spesimen tanda tangan, bagi Calon Nasabah Korporasi di luar mikro dan
kecil dan Calon Nasabah yang tujuan pembukaan rekening terkait dengan
program pemerintah.
Page 53 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
9. Dalam hal penggunaan rekening tidak sesuai dengan tujuan, maka PJK wajib
melakukan prosedur CDD secara lengkap terhadap Nasabah yang
bersangkutan.
2) Contoh EDD sebagaimana dimaksud pada angka 1) antara lain sebagai berikut:
a. Mencari informasi tambahan terkait Calon Nasabah, Nasabah, WIC, dan/atau
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) berisiko tinggi mengenai:
1) Pekerjaan, daftar kekayaan, atau informasi lain di pangkalan data
(database) yang dapat diakses oleh publik maupun melalui internet dan
memperbaharui data identitas Nasabah dan/atau Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) yang berisiko tinggi secara berkala
2) Alasan dan tujuan hubungan usaha atau transaksi keuangan baik yang
akan atau telah dilakukan; dan
3) Sumber dana atau sumber kekayaan
Page 55 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
Penilaian risiko wajib mengacu pada penilaian risiko Indonesia terhadap tindak pidana
Pencucian Uang dan tindak pidana Pendanaan Terorisme/Proliferasi WMD secara
nasional (National Risk Assessment) dan secara sektoral (Sectoral Risk Assessment).
Kegiatan berupa identifikasi, verifikasi, dan pemantauan yang dilakukan PJK BPR
untuk memastikan bahwa transaksi dilakukan sesuai dengan profil pengguna jasa
bank merupakan kegiatan pelaksanaan prosedur Costumer Due Dilligence (CDD).
Dalam hal PJK BPR berhubungan dengan Nasabah yang tergolong berisiko tinggi
terhadap kemungkinan pencucian uang dan pendanaan terorisme dan Proliferasi
WMD, PJK BPR melakukan prosedur CDD yang lebih mendalam yang disebut dengan
Enhanced Due Diligence (EDD).
PJK wajib mengidentifikasi dan melakukan penilaian risiko tindak pidana Pencucian
Uang dan/atau tindak pidana Pendanaan Terorisme serta Pendanaan Proliferasi
Senjata Pemusnah Massal yang terkait dengan pengembangan produk dan praktik
usaha baru, termasuk mekanisme distribusi baru, dan penggunaan teknologi baru
atau pengembangan teknologi untuk produk baru maupun produk yang telah ada.
PJK wajib melakukan penilaian risiko sebelum produk, praktik usaha dan teknologi
diluncurkan atau digunakan dan wajib melakukan tindakan yang memadai untuk
mengelola dan memitigasi risiko terkait dengan pengembangan produk dan praktik
usaha baru dimaksud.
PJK wajib memiliki kebijakan, pengawasan, dan prosedur pengelolaan serta mitigasi
risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM yang mampu mengelola dan memitigasi risiko
yang telah diidentifikasi yang disetujui oleh Dewan Komisaris dan PJK wajib
memantau penerapan kebijakan, pengawasan, dan prosedur dan mengevaluasi
penerapannya. Dalam hal risiko yang lebih tinggi teridentifikasi, PJK wajib
menetapkan tindakan yang lebih mendalam untuk mengelola dan memitigasi risiko.
PJK wajib memiliki kebijakan dan prosedur untuk mengelola dan memitigasi risiko
TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM yang diidentifikasi sesuai dengan penilaian risiko.
Kebijakan dan Prosedur APU-PPT & P3SPM wajib dituangkan secara tertulis, dan
dapat disertai dengan diagram alur dan penjelasan dari setiap tahapan prosedur pada
diagram alur tersebut. Kebijakan dan prosedur penerapan program APU, PPT, dan
PPPSPM meliputi:
a. Identifikasi dan verifikasi Nasabah
Page 57 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
PJK wajib melakukan reviu atas kebijakan dan prosedur tertulis yang telah dimiliki
sebanyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. Dalam hal sesuai dengan kebutuhan PJK
berdasarkan penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM, kegiatan, skala usaha,
kompleksitas usaha, karakteristik usaha, dan/atau peristiwa atau perkembangan besar
dalam manajemen dan operasional PJK, reviu sebagaimana dimaksud diatas dapat
dilakukan lebih dari 1 (satu) kali.
Dalam hal PJK perlu melakukan perubahan atas kebijakan dan prosedur yang telah
ada berdasarkan reviu yang telah dilakukan sebagaimana dimaksud, PJK wajib
menyusun perubahan kebijakan dan prosedur paling lama 6 (enam) bulan sejak hasil
reviu.
Page 58 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
BAB X
PENGKINIAN DAN PEMANTAUAN
1. PENGKINIAN
1. PJK wajib melakukan pengkinian, serta mengusulkan kebijakan dan prosedur
penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM yang telah disusun untuk mengelola
dan memitigasi risiko berdasarkan penilaian risiko.
2. PJK wajib mengidentifikasi, menilai, dan memahami risiko TPPU, TPPT, dan/atau
PPSPM terhadap Nasabah, negara atau area geografis, produk, jasa, transaksi
atau jaringan distribusi. Atas hal tersebut maka PJK wajib mengkinikan penilaian
risiko sebanyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
3. PJK wajib melakukan pengkinian data dan profil Nasabah serta data dan profil
transaksi Nasabah.
4. PJK wajib melakukan upaya pengkinian data, informasi, dan/atau dokumen
pendukung.
5. Pengkinian terhadap dokumen identitas antara lain dilakukan jika terdapat
transaksi keuangan yang memenuhi kriteria sebagai Transaksi Keuangan
Mencurigakan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan
mengenai pencegahan dan pemberantasan TPPU, peraturan perundang-
undangan mengenai pencegahan dan pemberantasan TPPT, dan/atau peraturan
mengenai pencegahan dan pemberantasan PPSPM. Dalam melakukan
pengkinian data, PJK memperhatikan materialitas dan tingkat risikonya, serta
dilakukan dalam waktu yang tepat melalui reviu terhadap profil dan transaksi
Nasabah, dengan mempertimbangkan waktu pelaksanaan CDD yang telah
dilakukan sebelumnya dan kecukupan data yang telah diperoleh.
6. Pengkinian data meliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Yang dimaksud
dengan “data kuantitatif” antara lain statistik jumlah Nasabah yang datanya telah
atau belum dikinikan dan yang dimaksud dengan “data kualitatif” antara lain
kendala, upaya yang telah dilakukan PJK serta kemajuan (progress) dari upaya
tersebut.
Page 59 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
II Nasabah Korporasi
1. Non Usaha
Mikro &
Page 60 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
Jumlah %
Jenis Nasabah Informasi yang akan dikinikan
CIF Pemenuhan
dan tingkat
No CIF yang Metode atau strategi CIF yang
risiko
akan % terhadap jumlah seluruh CIF telah
dikinikan dikinikan
Kecil
a. Risiko
Tinggi
b. Resiko
Menengah
c. Resiko
Rendah
2. Usaha
Mikro &
Kecil
a. Risiko
Tinggi
b. Resiko
Menengah
c. Resiko
Rendah
3. PJK
a. Risiko
Tinggi
b. Resiko
Menengah
c. Resiko
Rendah
4. Yayasan
a. Risiko
Tinggi
b. Resiko
Menengah
c. Resiko
Rendah
II Nasabah Korporasi
1. Non Usaha Mikro & Kecil
a. Risiko Tinggi
b. Resiko Menengah
c. Resiko Rendah
3. PJK
a. Risiko Tinggi
b. Resiko Menengah
c. Resiko Rendah
4. Yayasan
a. Risiko Tinggi
b. Resiko Menengah
c. Resiko Rendah
10. Laporan pemantauan terhadap informasi dan dokumen Nasabah wajib mendapat
persetujuan dari Direksi.
2. PEMANTAUAN
1. PJK wajib melakukan analisis terhadap seluruh transaksi yang tidak sesuai
dengan profil, karakteristik, dan/atau kebiasaan pola transaksi Nasabah.
2. PJK dapat meminta informasi kepada Nasabah tentang latar belakang dan tujuan
transaksi terhadap transaksi yang tidak sesuai dengan profil, karakteristik,
dan/atau kebiasaan pola transaksi Nasabah, dengan memperhatikan anti tipping-
Page 62 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
Page 63 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
False Positif :
Kesalahan pelaksanaan pemblokiran secara serta merta yang dilakukan oleh
penyelenggara menemukan adanya kesesuaian sebagai informasi pengguna
jasa yang berada dalam database penyelenggara yang tercantum dalam
DTTOT & DPPSPM
9. Dalam hal terdapat kesesuaian identitas dan informasi lain terkait Nasabah atau
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) dengan identitas dan informasi lain yang
tercantum dalam DTTOT dan/atau DPPSPM, PJK wajib melakukan Pemblokiran
secara serta merta tanpa penundaan dan tanpa pemberitahuan sebelumnya
kepada Nasabah atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner).
10. Pemblokiran dilakukan terhadap dana yang dimiliki atau dikuasai, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang diperoleh dengan cara apapun dan dalam
hal apapun, oleh Nasabah atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), baik
sepenuhnya maupun secara bersama-sama dengan pihak lain.
11. Dalam hal terdapat kesesuaian identitas dan informasi lain terkait Calon Nasabah,
Nasabah, WIC, dan/atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) dengan identitas dan
informasi lain yang tercantum dalam DTTOT dan/atau DPPSPM, PJK wajib
melaporkannya sebagai laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan kepada
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.
Page 64 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
12. PJK yang melakukan Pemblokiran secara serta merta tanpa penundaan terkait
DTTOT, wajib:
a. membuat berita acara Pemblokiran secara serta merta tanpa penundaan
b. menyampaikan laporan Pemblokiran secara serta merta dimaksud dengan
melampirkan berita acara Pemblokiran secara serta merta tanpa penundaan
kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan tembusan kepada
Otoritas Jasa Keuangan.
13. PJK yang melakukan Pemblokiran secara serta merta tanpa penundaan terkait
DPPSPM, wajib :
a. Membuat berita acara Pemblokiran secara serta merta tanpa penundaan
b. Menyampaikan laporan Pemblokiran secara serta merta dimaksud dengan
melampirkan berita acara Pemblokiran secara serta merta tanpa penundaan
dimaksud kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan dengan
tembusan kepada Otoritas Jasa Keuangan.
14. Dalam hal tidak ditemukan kesesuaian identitas dan informasi lain terkait Nasabah
dengan identitas dan informasi lain yang tercantum dalam DTTOT, PJK wajib
membuat dan menyampaikan laporan nihil kepada Kepolisian Negara Republik
Indonesia dengan tembusan kepada Otoritas Jasa Keuangan.
15. Dalam hal tidak ditemukan kesesuaian identitas dan informasi lain terkait Nasabah
dengan identitas dan informasi lain yang tercantum dalam DPPSPM, PJK wajib
membuat dan menyampaikan laporan nihil kepada Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan dengan tembusan kepada Otoritas Jasa Keuangan.
16. PJK wajib mengidentifikasi, menilai, memahami, dan memitigasi risiko
penghindaran sanksi (sanction evasion) terkait DTTOT dan/atau DPPSPM yang
dilakukan oleh Calon Nasabah, Nasabah, WIC, dan/atau Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner).
Bank harus memiliki dan memelihara profil Nasabah secara terpadu (single CIF).
Informasi yang terdapat dalam single CIF meliputi seluruh produk dan jasa yang
digunakan oleh Nasabah pada suatu Bank yaitu antara lain tabungan, deposito, dan
kredit atau pembiayaan.
Page 65 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
Untuk rekening bersama (joint account), CIF dibuat atas masing- masing pihak
pemilik rekening bersama (joint account), misal:
1. Rekening bersama (joint account) atas nama A dan B, CIF yang dibuat adalah 2
(dua) CIF yaitu CIF atas nama A dan CIF atas nama B dengan menginformasikan
bahwa baik A maupun B memiliki rekening bersama (joint account).
2. Rekening bersama (joint account) atas nama A atau B, CIF yang dibuat adalah 2
(dua) CIF yaitu CIF atas nama A dan CIF atas nama B dengan menginformasikan
bahwa baik A maupun B memiliki rekening bersama (joint account).
Sistem Informasi Manajemen Pangkalan data (database) Daftar Teroris dan Daftar
Terduga Teroris dan Organisasi Teroris serta Daftar Pendanaan Proliferasi WMD :
1. Bank harus memelihara pangkalan data (database) DTTOT dan Daftar
Pendanaan Proliferasi WMD yang diterima dari Otoritas Jasa Keuangan dan
PPATK yang dikeluarkan oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
berdasarkan penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
2. PJK wajib memelihara daftar terduga teroris dan organisasi teroris, dan daftar
pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal
3. PJK wajib melakukan identifikasi dan memastikan secara berkala nama Nasabah
yang memiliki kesamaan nama dan informasi lain atas Nasabah dengan nama
dan informasi yang tercantum dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris
dan daftar pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal.
4. Dalam hal terdapat kemiripan nama Nasabah dengan nama yang tercantum
dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris, dan daftar pendanaan
Proliferasi Senjata Pemusnah Massal, PJK wajib memastikan kesesuaian identitas
Nasabah tersebut dengan informasi lain yang terkait.
5. Dalam hal terdapat kesamaan nama Nasabah dan kesamaan informasi lainnya
dengan nama yang tercantum dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris,
dan daftar pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal, PJK wajib segera
melakukan Pemblokiran secara serta merta (Freeze Without Delay)
6. Dalam hal PJK telah melakukan Pemblokiran secara serta merta terhadap
Nasabah yang tercantum dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris serta
Daftar Pendanaan Proliferasi WMD, PJK wajib melaporkannya sebagai laporan
Transaksi Keuangan Mencurigakan.
7. PJK dilarang menyediakan, memberikan, atau meminjamkan Dana kepada atau
untuk kepentingan orang atau Korporasi yang identitasnya tercantum dalam daftar
terduga teroris dan organisasi teroris dan daftar pendanaan Proliferasi Senjata
Pemusnah Massal.
Page 66 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
BAB XI
PELAPORAN KEPADA PEJABAT SENIOR, DIREKSI, DAN DEWAN KOMISARIS
TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN DAN PROSEDUR PENERAPAN PROGRAM
APU, PPT, DAN PPPSPM
Penanggung Jawab Penerapan APU-PPT & P3SPM wajib menyampaikan laporan kepada
Direksi dan Dewan KomisarisOtoritas Jasa mengenai:
a. Dokumen penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM yang telah disusun secara
individual setiap bulan.
b. Pengkinan atas dokumen penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM yang telah
disusun secara individual setiap bulan.
c. Laporan Identitas Profil Risiko Nasabah
d. Pengawasan Pelaksanaan Program APU-PPT dan PPPSPM (WIC yang ditolak
transaksinya)
e. Pengawasan Pelaksanaan Program APU-PPT dan PPPSPM ( Rincian Transaksi
Nasabah Mencurigakan dan Tidak Sesuai Profil)
f. Pengawasan Pelaksanaan Program APU-PPT dan PPPSPM ( Rincian Profil Nasabah
Beneficial Owner)
g. Pengawasan Pelaksanaan Program APU-PPT dan PPPSPM (Kemiripan Dengan
Daftar Teroris)
h. Pengawasan Pelaksanaan Program APU-PPT dan PPPSPM (Realisasi Pelatihan
APU-PPT dan PPPSPM kepada Karyawan)
i. Rincian Transaksi Nasabah Tidak Sesuai Profil
j. Pengawasan Pelaksanaan Program APU-PPT dan PPPSPM (Rincian Pengkajian
Transaksi Mencurigakan)
Page 67 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
BAB XII
PELAPORAN KEPADA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI
KEUANGAN
Penyampaian laporan tersebut diatas wajib disampaikan kepada kepala satuan kerja
pengawasan melalui sistem elektronik yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa
Page 68 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023
Keuangan. Dalam hal sistem elektronik belum tersedia atau mengalami gangguan,
PJK wajib menyampaikan dokumen secara fisik atau melalui surat elektronik ke
Otoritas Jasa Keuangan yang ditujukan kepada kepala satuan kerja pengawasan.
Dalam hal tanggal pelaporan jatuh pada hari libur, penyampaian laporan dilakukan
pada hari kerja berikutnya.Dalam hal terdapat perubahan atas kebijakan dan
prosedur, dan/atau laporan rencana pengkinian data, yang telah disampaikan
kepada Otoritas Jasa Keuangan, PJK wajib menyampaikan perubahan tersebut
paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak perubahan dilakukan.
Page 69 of 70