Anda di halaman 1dari 70

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai salah satu negara strategis di dunia yang menerapkan sistem
keuangan terbuka, sehingga sangat berkepentingan dalam menjaga keamanan dan
integritas sektor keuangannya. Indonesia terus berkomitmen membangun rezim anti-
pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme (APU-PPT). Hal ini terus
diupayakan tidak hanya karena komitmen sebagai anggota Financial Action Task Force on
Money Laundering (FATF), tetapi juga sebagai komitmen kolektif dunia untuk menjaga
stabilitas dan integritas sistem keuangan dan keamanan global serta untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dunia yang sehat dan berkelanjutan. Sehingga komitmen ini
diharapkan akan diikuti dengan keanggotaan penuh Indonesia dalam FATF agar dapat
berkontribusi semakin besar terhadap tatanan keuangan global yang lebih baik.

Terorisme adalah salah satu kejahatan transnasional yang mengancam keselamatan


manusia di seluruh belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Aspek pendanaan,
merupakan mata rantai penting di balik sebuah aksi terorisme yang dapat berpengaruh
secara signifikan dalam mendukung tercapainya tujuan para teroris untuk melakukan
aksinya. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, modus pendanaan
terorisme juga semakin berubah, bermula dari yang awalnya hanya menggunakan cara-
cara konvensional seperti penggalangan dana secara tunai, hingga saat ini telah
berkembang dengan penggunaan alat pembayaran virtual yang dapat digunakan oleh
seluruh pengguna internet di seluruh dunia, serta bermula dari yang awalnya
menggunakan cara-cara ilegal yang bersifat underground (tersembunyi atau rahasia),
hingga saat ini menggunakan lembaga berbadan hukum yang sah. Dalam merespon hal
ini, Pemerintah dan rakyat Indonesia berkomitmen untuk senantiasa aktif berperan dalam
setiap upaya pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme
(TPPT) melalui pendekatan follow the money (penanganan tindak pidana yang berfokus
kepada hasil kejahatan) dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan terkait
PEDOMAN KEBIJAKAN DAN PROSEDUR APU-PP
seperti Lembaga Penegak Hukum, Lembaga Pengawas dan Pengatur, dan Penyedia Jasa
Keuangan
POJK NO.8 TAHUN 2023
Dalam konteks Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal (PPSPM), meskipun di
Indonesia belum ditemukan secara langsung adanya ancaman PPSPM, namun sebagai
bagian dari rezim internasional, Indonesia turut berperan aktif dalam menjaga ketertiban
dunia, salah satunya yaitu mendukung penanggulangan terorisme yang berkaitan dengan
Mandiri Consulting
penggunaan senjata pemusnah massal. Potensi ancaman PPSPM di Indonesia berasal
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

dari adanya transaksi perdagangan yang dilakukan dengan negara-negara yang termasuk
ke dalam Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB). Selain itu,
potensi ancaman lain yang dapat muncul berasal dari rekening warga negara asing yang
berasal dari negara yang berisiko tinggi berdasarkan Resolusi DK PBB yang sudah tidak
tinggal atau bekerja di Indonesia, dan selanjutnya dilakukan penyalahgunaan oleh pihak
lain.

Dalam rangka melakukan penguatan pencegahan tindak pidana pencucian uang, tindak
pidana pendanaan terorisme, dan pendanaan proliferasi senjata pemusnah massal serta
untuk mewujudkan integritas di sektor jasa keuangan, PT BPR Mandiri Consulting
berkomitmen untuk mendukung regulasi yang sesuai dengan perkembangan prinsip
internasional yang mengatur mengenai penerapan program anti pencucian uang,
pencegahan pendanaan terorisme, dan pencegahan pendanaan proliferasi senjata
pemusnah massal. Untuk mewujudkan komitmen penerapan program anti pencucian
uang, pencegahan pendanaan terorisme, dan pencegahan pendanaan proliferasi senjata
pemusnah massal, maka diperlukan penyesuaian dengan perkembangan peraturan
perundang-undangan di Indonesia yang secara langsung maupun tidak langsung
berkaitan dengan penerapan program anti pencucian uang, pencegahan pendanaan
terorisme, dan pencegahan pendanaan proliferasi senjata pemusnah massal di sector jasa
keuangan.

Adanya globalisasi di sektor jasa keuangan yang diiringi dengan semakin berkembangnya
produk jasa keuangan termasuk pemasarannya (multi channel marketing), konglomerasi,
serta aktivitas dan teknologi industri jasa keuangan yang semakin kompleks baik dari sisi
produk, layanan, dan penggunaan teknologi informasi, berpotensi meningkatkan risiko
pemanfaatan industri jasa keuangan sebagai sarana Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme serta Proliferasi WMD, dengan berbagai modus operandinya yang
semakin beragam dan maju. Penyedia Jasa Keuangan (PJK), khususnya BPR, sangat
rentan untuk digunakan sebagai media pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme
serta Proliferasi WMD. PJK menyediakan banyak pilihan transaksi bagi pelaku pencucian
uang dan/atau pendanaan terorisme serta Proliferasi WMD dalam upaya melancarkan
tindak kejahatannya. Melalui berbagai pilihan transaksi tersebut seperti transaksi
penyimpanan dan pengiriman uang, perbankan menjadi pintu masuk harta kekayaan yang
merupakan hasil tindak pidana atau merupakan pendanaan kegiatan terorisme serta
Proliferasi WMD ke dalam sistem keuangan. Bagi pelaku pencucian uang, harta kekayaan
tersebut dapat ditarik kembali sebagai harta kekayaan yang seolah-olah sah dan tidak lagi
dapat dilacak asal usulnya. Sedangkan untuk pelaku pendanaan teroris, harta kekayaan
tersebut dapat digunakan untuk membiayai kegiatan terorisme serta Proliferasi WMD.
Page 1 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

Perkembangan inovasi dan teknologi yang cepat dan dinamis di sektor jasa keuangan,
perlu didorong implementasi pemanfaatan teknologi informasi di sektor jasa keuangan
dengan tetap memperhatikan aspek keamanan, kerahasiaan, serta mitigasi risiko dalam
pencegahan tindak pidana pencucian uang, tindak pidana pendanaan terorisme, dan
pendanaan proliferasi senjata pemusnah massal.

Menyikapi perkembangan sektor jasa keuangan yang kompleks dan dinamis sebagaimana
dimaksud diatas, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23/POJK.01/2019 tentang
Penerapan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa
Keuangan diperlukan penyempurnaan, sehingga perlu diganti dengan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 08/2023 tentang PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN
UANG, PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME, DAN PENCEGAHAN PENDANAAN
PROLIFERASI SENJATA PEMUSNAH MASSAL DI SEKTOR JASA KEUANGAN.

Page 2 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

BAB II
KETENTUAN UMUM

1. Penyedia Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat PJK adalah lembaga jasa
keuangan dan/atau pihak yang melakukan kegiatan usaha penghimpunan dana,
penyaluran dana, dan/atau pengelolaan dana di sector jasa keuangan.
2. Tindak Pidana Pencucian Uang yang selanjutnya disingkat TPPU adalah TPPU
sebagaimana dimaksud dalam undangundang mengenai pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang.
3. Tindak Pidana Pendanaan Terorisme yang selanjutnya disingkat TPPT adalah
TPPT sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pendanaan terorisme.
4. Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal yang selanjutnya disingkat
PPSPM adalah PPSPM sebagaimana diatur dalam peraturan mengenai pendanaan
proliferasi senjata pemusnah massal.
5. Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan
Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal yang selanjutnya disingkat
APU, PPT, dan PPPSPM adalah upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU,
TPPT, dan/atau PPSPM.
6. Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris yang selanjutnya disingkat
DTTOT adalah daftar nama terduga teroris dan organisasi teroris sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan mengenai pencegahan dan
pemberantasan TPPT
7. Daftar Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal yang selanjutnya
disingkat DPPSPM adalah daftar nama terduga pelaku PPSPM sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan mengenai pencegahan dan
pemberantasan PPSPM.
8. Pemblokiran adalah pemblokiran sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan mengenai pencegahan dan pemberantasan TPPU, TPPT, dan/atau
PPSPM.
9. Calon Nasabah adalah pihak yang akan menggunakan jasa PJK.
10. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa PJK.
11. Walk in Customer yang selanjutnya disingkat WIC adalah pihak yang
menggunakan jasa bank namun tidak memiliki rekening pada bank tersebut, tidak

Page 3 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

termasuk pihak yang mendapatkan perintah atau penugasan dari Nasabah untuk
melakukan transaksi atas kepentingan Nasabah.
12. Customer Due Diligence yang selanjutnya disingkat CDD adalah kegiatan berupa
identifikasi, verifikasi, dan pemantauan yang dilakukan oleh PJK untuk memastikan
transaksi sesuai dengan profil, karakteristik, dan/atau pola transaksi Calon Nasabah,
Nasabah, atau WIC.
13. Politically Exposed Person yang selanjutnya disingkat PEP adalah orang yang
diberi kewenangan untuk melakukan fungsi penting (prominent function), yang tidak
dimaksudkan untuk tingkatan menengah atau tingkatan lebih rendah.
14. Enhanced Due Diligence yang selanjutnya disingkat EDD adalah tindakan CDD
lebih mendalam yang dilakukan PJK terhadap Calon Nasabah, WIC, atau Nasabah,
yang berisiko tinggi termasuk PEP dan/atau dalam area berisiko tinggi.
15. Nasabah Berisiko Tinggi adalah Nasabah yang berdasarkan latar belakang,
identitas, riwayatnya, dan/atau hasil penilaian risiko yang dilakukan PJK memiliki risiko
tinggi melakukan kegiatan terkait TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM.
16. Negara Berisiko Tinggi adalah negara atau teritori yang potensial digunakan sebagai
tempat terjadinya atau sarana kejahatan atau tindak pidana asal, TPPU, TPPT,
dan/atau PPSPM.
17. Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah transaksi keuangan mencurigakan
terkait TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM
18. Transaksi Keuangan Tunai adalah transaksi keuangan tunai terkait TPPU, TPPT,
dan/atau PPSPM.
19. Direksi PJK atau Organ yang Setara dengan Direksi pada Badan Hukum PJK,
yang selanjutnya disebut Direksi adalah organ yang melakukan fungsi pengurusan
PJK untuk kepentingan PJK sesuai dengan maksud dan tujuan masing-masing PJK
serta mewakili PJK di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar, atau pemimpin kantor cabang dan pejabat satu tingkat di bawah
pemimpin kantor cabang bagi PJK yang berstatus sebagai kantor cabang dari PJK
yang berkedudukan di luar negeri.
20. Dewan Komisaris bagi PJK atau Organ yang Setara dengan Dewan Komisaris
pada Badan Hukum PJK, yang selanjutnya disebut Dewan Komisaris adalah
organ pada masing-masing PJK yang berperan untuk melakukan fungsi pengawasan
secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat
kepada Direksi, atau pihak yang ditunjuk untuk melaksanakan fungsi pengawasan
bagi PJK yang berstatus sebagai kantor cabang dari PJK yang berkedudukan di luar
negeri.
21. Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) adalah orang perseorangan yang berhak atas
dan/atau menerima manfaat tertentu yang berkaitan dengan rekening Nasabah,
Page 4 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

merupakan pemilik sebenarnya dari dana dan/atau efek yang ditempatkan pada PJK
(ultimately own account), mengendalikan transaksi Nasabah, memberikan kuasa
untuk melakukan transaksi, mengendalikan korporasi atau perikatan lainnya (legal
arrangement), dan/atau merupakan pengendali akhir dari transaksi yang dilakukan
melalui badan hukum atau berdasarkan suatu perjanjian.
22. Korporasi adalah perseroan perorangan, kumpulan orang, dan/atau kelompok yang
terorganisasi, baik yang merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.
23. Financial Action Task Force yang selanjutnya disingkat FATF adalah badan
internasional yang bertujuan untuk menetapkan standar internasional dalam
pencegahan dan pemberantasan TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM serta hal lain yang
mengancam integritas sistem keuangan internasional.
24. Rekomendasi FATF adalah rekomendasi yang dikeluarkan oleh FATF dan merupakan
standar pencegahan dan pemberantasan TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM
25. Correspondent Banking adalah kegiatan suatu bank (correspondent) dalam
menyediakan layanan jasa bagi bank lainnya (respondent) berdasarkan suatu
kesepakatan tertulis dalam memberikan jasa pembayaran dan jasa perbankan
lainnya.
26. Cross Border Correspondent Banking adalah Correspondent Banking dimana salah
satu kedudukan bank correspondent atau bank respondent berada di luar wilayah
Negara Republik Indonesia.
27. Transfer Dana adalah Transfer Dana sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
mengenai Transfer Dana.
28. Bank Pengirim adalah bank yang mengirimkan perintah Transfer Dana.
29. Bank Penerus adalah bank yang meneruskan perintah Transfer Dana dari Bank
Pengirim.
30. Bank Penerima adalah bank yang menerima perintah Transfer Dana.
31. Konglomerasi Keuangan adalah PJK yang berada dalam 1 (satu) grup atau
kelompok karena keterkaitan kepemilikan dan/atau pengendalian

Page 5 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

BAB III
STRUKTUR ORGANISASI TATA KELOLA DAN TATA KERJA
PT. BPR MANDIRI CONSULTING

Page 6 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM

PE AUDIT INTERN
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

PENAGIHAN
PENAGIHAN
KASUBAG

STAF
KABAG BISNIS

ACCOUNT
KASUBAG

OFFICER
KREDIT
DEWAN KOMISARIS

DIREKTUR UTAMA

KOORDINATOR
KANTOR KAS
RUPS

TELLER
STAF AKUNTING &
KEUANGAN
CUSTOMER
SERVICE
STAF ADMIN
DANA
OPERASIONAL/LPN
KABAG OPS/LPN

KASUBAG

ADMIN KREDIT
STAF LEGAL &
TELLER
DIREKTUR OPS/ MEMBAWAHKAN
FUNGSI KEPATUHAN

PELAPORAN
STAF IT &

SECURITY
STAF SDM &
UMUM

PRAMUBHAKTI
PE KEPATUHAN /MR/
APU-PPT

PJK wajib memiliki pengaturan Struktur Organisasi Tata Kelola (SOTK) sebagai bagian
dari manajemen kepatuhan penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM, termasuk
dengan melakukan penunjukan pejabat kepatuhan di tingkat manajemen. Sebagai bagian
dari pengaturan manajemen kepatuhan penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM,
Page 7 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

PJK wajib membentuk unit kerja khusus dan/atau menunjuk pejabat sebagai penanggung
jawab penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM, pada kantor pusat dan kantor
cabang. Penunjukan penanggung jawab penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM
sebagaimana dimaksud diatas, dilakukan sesuai dengan kebutuhan PJK berdasarkan
penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM, kegiatan skala usaha, kompleksitas
usaha, karakteristik usaha, dan/atau apabila terdapat peristiwa atau perkembangan besar
dalam manajemen dan operasional PJK.

BAB IV
MANAJEMEN KEPATUHAN PENERAPAN APU-PPT & PPPSPM

Page 8 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

PJK wajib memiliki pengaturan manajemen kepatuhan penerapan program APU, PPT, dan
PPPSPM, termasuk dengan melakukan penunjukan pejabat kepatuhan di tingkat
manajemen. Sebagai bagian dari pengaturan manajemen kepatuhan penerapan program
APU, PPT, dan PPPSPM, PJK wajib membentuk Unit Kerja Khusus (UKK) dan/atau
menunjuk pejabat sebagai penanggung jawab penerapan program APU, PPT, dan
PPPSPM, pada Kantor Pusat dan Kantor Cabang.

1. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN KEPATUHAN


1. Direksi
1. Mengusulkan kebijakan dan prosedur tertulis mengenai penerapan program
APU, PPT, dan PPPSPM kepada Dewan Komisaris
2. Memastikan penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM dilaksanakan sesuai
dengan kebijakan dan prosedur tertulis yang telah ditetapkan
3. Membentuk unit kerja khusus dan/atau menunjuk pejabat yang bertanggung
jawab terhadap penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM
4. Melakukan pengawasan atas kepatuhan unit kerja dalam menerapkan program
APU, PPT, dan PPPSPM
5. Memastikan bahwa kebijakan dan prosedur tertulis mengenai penerapan
program APU, PPT, dan PPPSPM sejalan dengan perubahan dan
pengembangan produk, jasa, dan teknologi di sektor jasa keuangan serta
sesuai dengan perkembangan modus TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM
6. Memastikan pejabat dan/atau pegawai, khususnya pegawai dari satuan kerja
terkait dan pegawai baru, telah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan
penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM sebanyak 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun
7. Memastikan adanya pembahasan terkait penerapan progam APU, PPT, dan
PPPSPM dalam rapat Direksi

2. Dewan Komisaris
1. Memastikan PJK memiliki kebijakan dan prosedur penerapan program APU,
PPT, dan PPPSPM
2. Memberikan persetujuan atas kebijakan dan prosedur penerapan program APU,
PPT, dan PPPSPM yang diusulkan oleh Direksi
3. Melakukan evaluasi atas kebijakan dan prosedur penerapan program APU, PPT,
dan PPPSPM
4. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan tanggung jawab Direksi terhadap
penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM

Page 9 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

5. Memastikan adanya pembahasan terkait penerapan progam APU, PPT, dan


PPPSPM dalam rapat Direksi dan Dewan Komisaris

2. STRUKTUR & PENANGGUNG JAWAB PENERAPAN PROGRAM APU-PPT DI


KANTOR PUSAT DAN KANTOR CABANG
1. Penerapan Program APU-PPT & P3SPM Kantor Pusat
a. Ketentuan Pembentukan Unit Kerja Khusus (UKK)
 Paling sedikit terdiri atas 1 (satu) orang pegawai yang bertindak sebagai
pimpinan dan 1 (satu) orang pegawai yang bertindak sebagai pelaksana;
 Pimpinan dan pelaksana pada unit kerja khusus tidak merangkap fungsi
lain;
 Pimpinan unit kerja khusus ditetapkan dan diangkat oleh Direksi;
 Berada di bawah koordinasi Direksi secara langsung dalam struktur
organisasi PJK;
 PJK wajib memastikan bahwa Unit Kerja Khusus (UKK) yang bertanggung
jawab atas penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM memiliki
kemampuan yang memadai dan memiliki kewenangan untuk mengakses
seluruh data Nasabah dan informasi lainnya yang terkait
 Bersifat independen dari fungsi lain

b. Ketentuan Penunjukan Pejabat Eksekutif Program APU-PPT & PPPSPM


 Pejabat yang ditunjuk ditetapkan sebagai bagian dari struktur organisasi
PJK dan bertanggung jawab kepada Direksi
 Penanggung jawab penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM berada
di bawah salah satu anggota Direksi yang membawahkan fungsi
kepatuhan.
 PJK wajib memastikan bahwa pejabat yang bertanggung jawab atas
penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM memiliki kemampuan yang
memadai dan memiliki kewenangan untuk mengakses seluruh data
Nasabah dan informasi lainnya yang terkait
 Bersifat independen dari fungsi lain.

Page 10 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

2. Penerapan Program APU-PPT & P3SPM Kantor Cabang

3. Tugas dan Tanggung Jawab UKK/Pejabat Eksekutif Program APU-PPT & PPPSPM :
a. Menganalisis secara berkala penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM terkait
dengan Nasabahnya, negara atau area geografis, produk, jasa, transaksi atau
jaringan distribusi (delivery channels), sebanyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;
b. Menyusun, melakukan pengkinian, serta mengusulkan kebijakan dan prosedur
penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM yang telah disusun untuk mengelola
dan memitigasi risiko berdasarkan penilaian risiko sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, untuk dimintakan pertimbangan Direksi;
c. Memastikan adanya sistem yang dapat mengidentifikasi, menganalisa, memantau
dan menyediakan laporan secara efektif mengenai profil, karakteristik, atau
kebiasaan pola transaksi yang dilakukan oleh Nasabah;
d. Memastikan bahwa kebijakan dan prosedur yang disusun sebagaimana dimaksud
dalam huruf b, telah sesuai dengan perubahan dan perkembangan yang meliputi
Page 11 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

antara lain produk, jasa, dan teknologi di sektor jasa keuangan, kegiatan, skala
usaha, kompleksitas usaha, karakteristik usaha, volume transaksi PJK, dan/atau
modus TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM;
e. Memastikan bahwa formulir yang berkaitan dengan Nasabah telah mengakomodasi
data yang diperlukan dalam penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM;
f. Memantau rekening Nasabah dan pelaksanaan transaksi Nasabah;
g. melakukan evaluasi terhadap hasil pemantauan dan analisis transaksi Nasabah
untuk memastikan ada atau tidak adanya Transaksi Keuangan Mencurigakan,
Transaksi Keuangan Tunai, dan/atau transaksi keuangan transfer dana dari dan ke
luar negeri;
h. Menatausahakan hasil pemantauan dan evaluasi;
i. Memastikan pengkinian data dan profil Nasabah serta data dan profil transaksi
Nasabah;
j. Memastikan bahwa kegiatan usaha yang berisiko tinggi terhadap TPPU, TPPT,
dan/atau PPSPM diidentifikasi secara efektif sesuai dengan kebijakan dan prosedur
PJK serta ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan ini;
k. Memastikan adanya mekanisme komunikasi yang baik dari setiap satuan kerja terkait
kepada unit kerja khusus atau pejabat yang bertanggung jawab terhadap penerapan
program APU, PPT, dan PPPSPM dengan menjaga kerahasiaan informasi dan
memperhatikan ketentuan anti tipping-off;
l. Melakukan pengawasan terkait penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM
terhadap satuan kerja terkait;
m. Memastikan adanya identifikasi area yang berisiko tinggi yang terkait dengan
penerapan program APU-PPT, dan PPPSPM dengan mengacu pada peraturan
perundang-undangan dan sumber informasi yang memadai;
n. Menerima, melakukan analisis, dan menyusun laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan dan/atau Transaksi Keuangan Tunai yang disampaikan oleh satuan
kerja;
o. Menyusun laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan, Transaksi Keuangan Tunai,
dan/atau transaksi keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri:
p. Memantau secara berkala dan memastikan tindak lanjut terhadap DTTOT dan
DPPSPM telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai
pencegahan dan pemberantasan TPPT dan peraturan mengenai pencegahan dan
pemberantasan PPSPM;
q. Memantau, menganalisis, dan merekomendasikan kebutuhan pelatihan tentang
penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM bagi pejabat dan/atau pegawai PJK;
r. Memastikan seluruh kegiatan untuk penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM
terlaksana dengan baik; dan
s. Melakukan tugas lain untuk penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM.

Page 12 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

4. Wewenang Penanggung Jawab Penerapan Program APU, PPT, dan PPPSPM


a. Memperoleh akses terhadap informasi yang dibutuhkan yang ada di seluruh unit
organisasi PJK;
b. Melakukan koordinasi dan pemantauan terhadap penerapan program APU, PPT, dan
PPPSPM oleh unit kerja terkait;
c. Mengusulkan pejabat dan/atau pegawai unit kerja terkait untuk membantu penerapan
program APU, PPT, dan PPPSPM;
d. Melaporkan Transaksi Keuangan Mencurigakan, Transaksi Keuangan Tunai, dan/atau
transaksi keuangan Transfer Dana dari dan ke luar negeri termasuk yang dilakukan
oleh Direksi, Dewan Komisaris, dan/atau pihak terafiliasi dengan Direksi atau Dewan
Komisaris, secara langsung kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan;
e. Melakukan kewenangan lain untuk penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM.

Penunjukan penanggung jawab penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM dilakukan sesuai
dengan kebutuhan PJK berdasarkan penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM, kegiatan
skala usaha, kompleksitas usaha, karakteristik usaha, dan/atau apabila terdapat peristiwa atau
perkembangan besar dalam manajemen dan operasional PJK.

PJK yang tidak menyesuaikan dengan ketentuan terbaru dan tidak menunjuk penanggung jawab
penerapan Program APU-PPT & P3SPM, dikenai sanksi administratif berupa:
1. Peringatan atau teguran tertulis yang disertai dengan perintah untuk melakukan tindakan
tertentu
2. Denda
3. Pembatasan kegiatan usaha tertentu
4. Penurunan penilaian faktor pembentuk nilai tingkat kesehatan
5. Pembekuan kegiatan usaha tertentu
6. Larangan sebagai pihak utama.

Otoritas Jasa Keuangan dapat mengumumkan pengenaan sanksi administratif dimaksud kepada
masyarakat.

Page 13 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

BAB V
IDENTIFIKASI DAN VERIFIKASI NASABAH

PJK wajib mengidentifikasi dan mengklasifikasikan Calon Nasabah, WIC, dan Nasabah ke
dalam kelompok Orang Perseorangan, Korporasi, atau Perikatan Lainnya (Legal
Arrangement).

1. Identifikasi - Permintaan Data & Informasi Calon Nasabah/nasabah


Klasifikasi Calon Nasabah/Nasabah
No
Orang Perseorangan Korporasi Perikatan Lainnya
1 Identitas Identitas Identitas
 Nama lengkap termasuk  Nama  Nama
nama alias (jika ada)
 Nomor dokumen identitas  Nomor izin dari instansi  Nomor izin dari instansi
berwenang termasuk izin, berwenang (jika ada)
jika ada
 Alamat tempat tinggal  Bidang usaha atau  Alamat kedudukan
sesuai dokumen identitas kegiatan
dan alamat tempat tinggal
lain (jika ada)
 Tempat dan tanggal lahir  Alamat Kedudukan  Bentuk perikatan (Legal
Arrangement)
 Kewarganegaraan  Tempat dan tanggal
pendirian
 Pekerjaan  Bentuk badan hukum atau
badan usaha
 Alamat dan nomor telepon
tempat kerja (jika ada)
 Jenis kelamin
 Status perkawinan
 Nama Gadis Ibu Kandung
2 Identitas Pemilik Manfaat Identitas Pemilik Manfaat Identitas Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner), jika ada (Beneficial Owner) (Beneficial Owner) apabila Calon
Nasabah memiliki Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner)
3 Sumber dana Sumber dana Sumber dana
4 Penghasilan rata-rata per
tahun dan/atau nilai
harta kekayaan (net worth);
5 Maksud dan tujuan hubungan Maksud dan tujuan hubungan Maksud dan tujuan hubungan
usaha atau transaksi yang usaha atau transaksi yang usaha atau transaksi yang akan
akan dilakukan Calon akan dilakukan Calon dilakukan Calon Nasabah
Nasabah Nasabah

Page 14 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

Klasifikasi Calon Nasabah/Nasabah


No
Orang Perseorangan Korporasi Perikatan Lainnya
6 Data dan informasi lainnya, Data dan informasi lainnya, Data dan informasi lainnya, jika
jika dibutuhkan jika dibutuhkan dibutuhkan

Calon Nasabah dan WIC


Lembaga Negara, Instansi Pemerintah,
No Korporasi Selain Yang Berbentuk
Lembaga Internasional, dan Perwakilan Negara
Perusahaan
Asing
1 Identitas Identitas
 Nama Nama
 Nomor Izin Dari Instansi Berwenang Alamat Kedudukan Lembaga
 Bidang usaha atau kegiatan
 Alamat kedudukan
 Tempat dan tanggal pendirian
 Bentuk badan hukum
2 Identitas Pemilik Manfaat (Beneficial Owner)
3 Sumber Dana
4 Maksud dan tujuan hubungan usaha Calon
Nasabah atau transaksi yang akan dilakukan
WIC
5 Data dan informasi lainnya, jika dibutuhkan

2. Identifikasi - Permintaan Data & Informasi WIC


Klasifikasi WIC (Transaksi > Rp.100 Juta)
No
Orang Perseorangan Korporasi Perikatan Lainnya
1 Identitas Identitas Identitas
 Nama lengkap termasuk  Nama  Nama
nama alias (jika ada)
 Nomor dokumen identitas  Nomor izin dari instansi  Nomor izin dari instansi
berwenang termasuk izin, berwenang (jika ada)
jika ada
 Alamat tempat tinggal  Bidang usaha atau  Alamat kedudukan
sesuai dokumen identitas kegiatan
dan alamat tempat tinggal
lain (jika ada)
 Tempat dan tanggal lahir  Alamat Kedudukan  Bentuk perikatan (Legal
Arrangement)
 Kewarganegaraan  Tempat dan tanggal
pendirian
 Pekerjaan  Bentuk badan hukum atau
badan usaha
 Alamat dan nomor telepon
tempat kerja (jika ada)
 Jenis kelamin

Page 15 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

Klasifikasi WIC (Transaksi > Rp.100 Juta)


No
Orang Perseorangan Korporasi Perikatan Lainnya
 Status perkawinan
 Nama Gadis Ibu Kandung
2 Identitas Pemilik Manfaat Identitas Pemilik Manfaat Identitas Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner), jika ada (Beneficial Owner) (Beneficial Owner) apabila Calon
Nasabah memiliki Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner)
3 Sumber dana Sumber dana Sumber dana
4 Penghasilan rata-rata per
tahun dan/atau nilai
harta kekayaan (net worth);
5 Maksud dan tujuan hubungan Maksud dan tujuan hubungan Maksud dan tujuan hubungan
usaha atau usaha atau usaha atau
transaksi yang akan dilakukan transaksi yang akan dilakukan transaksi yang akan dilakukan
Calon Nasabah Calon Nasabah Calon Nasabah
6 Informasi lain yang Data dan informasi lainnya, Data dan informasi lainnya, jika
memungkinkan PJK untuk jika dibutuhkan dibutuhkan
dapat mengetahui profil calon
Nasabah

Keterangan :
WIC orang perseorangan, Korporasi, maupun perikatan lainnya (Legal Arrangement)
yang melakukan transaksi paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau
nilai yang setara, baik yang dilakukan dalam 1 (satu) kali maupun beberapa kali
transaksi dalam 1 (satu) hari kerja.

Klasifikasi WIC (Transaksi ≤ Rp.100 Juta)


No
Orang Perseorangan Korporasi Perikatan Lainnya
1 Identitas Identitas Identitas
 Nama lengkap termasuk  Nama  Nama
nama alias (jika ada)
 Nomor dokumen identitas  Alamat Kedudukan  Alamat Kedudukan
 Alamat tempat tinggal
sesuai dokumen identitas
dan alamat tempat tinggal
lain (jika ada)
2 Identitas Pemilik Manfaat Identitas Pemilik Manfaat Identitas Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner), jika ada (Beneficial Owner) (Beneficial Owner) apabila Calon
Nasabah memiliki Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner)
3 Sumber dana Sumber dana Sumber dana
4 Penghasilan rata-rata per
tahun dan/atau nilai
harta kekayaan (net worth);
5 Maksud dan tujuan hubungan Maksud dan tujuan hubungan Maksud dan tujuan hubungan

Page 16 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

Klasifikasi WIC (Transaksi ≤ Rp.100 Juta)


No
Orang Perseorangan Korporasi Perikatan Lainnya
usaha atau usaha atau usaha atau
transaksi yang akan dilakukan transaksi yang akan dilakukan transaksi yang akan dilakukan
Calon Nasabah Calon Nasabah Calon Nasabah
6 Informasi lain yang Data dan informasi lainnya, Data dan informasi lainnya, jika
memungkinkan PJK untuk jika dibutuhkan dibutuhkan
dapat mengetahui profil calon
Nasabah

1. Identifikasi - Permintaan Dokumen Pendukung Calon Nasabah & WIC


PJK dalam mengidentifikasi Calon Nasabah dan WIC Orang Perseorangan, Calon
Nasabah dan WIC Korporasi berupa Perusahaan serta Calon Nasabah dan WIC
Korporasi berupa Bukan Perusahaan wajib didukung dengan dokumen identitas
perusahaan, dan untuk:
Calon Nasabah dan WIC
Korporasi (Perusahaan)
No Orang
Usaha Mikro dan Bukan Usaha Mikro Perseroan Perorangan
Perseorangan
Usaha Kecil dan Usaha Kecil
1 Bagi WNI 1. Kuasa kepada 1. Akta Pendirian/ 1. Nomor Induk
 KTP atau pihak yang ditunjuk AD Berusaha (NIB) yang
identitas mempunyai 2. Izin Usaha dari diterbitkan oleh
kependudukan wewenang instansi yang instansi yang
digital bertindak untuk berwenang berwenang
sebagaimana dan atas nama 3. Kartu NPWP bagi 2. Kuasa kepada pihak
dimaksud perusahaan dalam Nasabah yang yang ditunjuk
dalam melakukan diwajibkan untuk mempunyai
peraturan hubungan usaha memiliki NPWP wewenang bertindak
perundang- dengan PJK sesuai dengan untuk dan atas nama
undangan 2. Kartu NPWP bagi peraturan perseroan
mengenai data Nasabah yang perundang- perorangan dalam
kependudukan diwajibkan untuk undangan melakukan
memiliki NPWP 4. Laporan hubungan usaha
Bagi WNA sesuai dengan keuangan atau dengan PJK
 paspor yang peraturan deskripsi 3. Kartu NPWP bagi
disertai dengan perundang- kegiatan usaha Nasabah yang
dokumen undangan perusahaan diwajibkan untuk
keimigrasian 3. Surat izin tempat 5. Struktur memiliki NPWP
sesuai dengan usaha atau manajemen sesuai dengan
peraturan dokumen lain yang perusahaan peraturan
perundang- dipersyaratkan 6. Struktur perundang-
undangan oleh instansi yang kepemilikan undangan
mengenai berwenang perusahaan
keimigrasian 7. Dokumen
identitas anggota
Page 17 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

Calon Nasabah dan WIC


Korporasi (Perusahaan)
No Orang
Usaha Mikro dan Bukan Usaha Mikro Perseroan Perorangan
Perseorangan
Usaha Kecil dan Usaha Kecil
Direksi atau
Bagi Dispora pemegang kuasa
Indonesia dari anggota
 Masyarakat Direksi yang
Indonesia di berwenang
luar negeri mewakili
sebagaimana perusahaan
dimaksud untuk melakukan
dalam hubungan usaha
peraturan dengan PJK
perundang- 8. Kuasa kepada
undangan pihak yang
mengenai ditunjuk
masyarakat mempunyai
Indonesia di wewenang
luar negeri bertindak untuk
berupa paspor dan atas nama
dan kartu perusahaan
masyarakat dalam melakukan
indonesia di hubungan usaha
luar negeri dengan PJK
9. Surat izin tempat
usaha atau
dokumen lain
yang
dipersyaratkan
oleh instansi
yang berwenang

2 Spesimen tanda Spesimen tanda Spesimen tanda Spesimen tanda tangan


tangan orang tangan pihak yang tangan pihak yang pihak yang berwenang
perseorangan berwenang mewakili berwenang mewakili mewakili perseroan
perusahaan dalam perusahaan dalam perorangan dalam
melakukan hubungan melakukan melakukan hubungan
usaha dengan PJK hubungan usaha usaha dengan PJK
dengan PJK

Spesimen Tanda Spesimen Tanda Spesimen Tanda


Tangan (dapat Tangan (dapat Tangan (dapat
digantikan dengan digantikan dengan digantikan dengan tanda
tanda tangan tanda tangan tangan elektronik yang

Page 18 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

Calon Nasabah dan WIC


Korporasi (Perusahaan)
No Orang
Usaha Mikro dan Bukan Usaha Mikro Perseroan Perorangan
Perseorangan
Usaha Kecil dan Usaha Kecil
elektronik yang elektronik yang telah telah memenuhi
telah memenuhi memenuhi peraturan peraturan perundang-
peraturan perundang-undangan undangan mengenai
perundang- mengenai tanda tanda tangan elektronik
undangan tangan elektronik
mengenai tanda
tangan elektronik

PJK dalam mengidentifikasi Calon Nasabah dan WIC Korporasi berupa Bukan
Perusahaan serta Calon Nasabah dan WIC berupa lembaga negara, instansi
pemerintah, lembaga internasional, dan perwakilan negara asing, wajib didukung
dengan dokumen identitas perusahaan.

Calon Nasabah dan WIC


Korporasi Selain Yang Berbentuk Perusahaan
Lembaga Negara, Instansi
Korporasi
No Korporasi Perikatan Pemerintah, Lembaga
Selain
Berupa Lainnya (Legal Internasional, dan Perwakilan
Perusahaan
Yayasan Arrangement) Negara Asing
dan Yayasan
1 1. Izin 1. Bukti izin 1. Bukti Surat penunjukan bagi pihak yang
kegiatan dari Pendaftaran berwenang mewakili lembaga,
yayasan; instansi pada instansi instansi, atau perwakilan dalam
2. Deskripsi yang yang melakukan hubungan usaha
kegiatan berwenang berwenang dengan PJK
yayasan; 2. Nama 2. Nama
3. Struktur Korporasi Perikatan
dan nama 3. akta 3. Akta
pengurus pendirian Pendirian
yayasan; dan/atau dan/atau
dan anggaran AD/ART
4. Dokumen dasar dan 4. Dokumen
identitas anggaran Identitas
anggota rumah pihak yang
pengurus tangga; berwenang
atau dan mewakili
pemegang 4. dokumen perikatan
kuasa dari identitas lainnya (legal
anggota pihak yang arrangement)
pengurus berwenang dalam
yang mewakili melakukan
Page 19 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

berwenan Korporasi hubungan


g mewakili dalam usaha
yayasan melakukan dengan PJK
untuk hubungan
melakukan usaha
hubungan dengan
usaha PJK
dengan
PJK
2 Spesimen tanda tangan pihak yang
berwenang mewakili lembaga,
instansi, atau perwakilan dalam
melakukan hubungan usaha
dengan PJK
3 Spesimen tanda tangan diatas
dapat digantikan dengan tanda
tangan elektronik sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
mengenai tanda-tangan elektronik

2. Verifikasi Calon Nasabah dan WIC


a. PJK wajib melakukan verifikasi atas data, informasi, dan/atau dokumen
pendukung Calon Nasabah dan WIC berdasarkan dokumen dan/atau sumber
informasi lainnya yang dapat dipercaya dan independen serta memastikan
bahwa data tersebut merupakan data terkini.
b. PJK wajib melakukan verifikasi bahwa pihak yang bertindak untuk dan atas
nama Nasabah telah mendapatkan otorisasi dari Nasabah, dan melakukan
identifikasi dan verifikasi terhadap identitas dari pihak tersebut.
c. PJK dalam melakukan verifikasi wajib didasarkan pada risiko TPPU, TPPT,
dan/atau PPSPM yang telah diidentifikasi berdasarkan penilaian risiko yang
dilakukan oleh PJK dan memenuhi ketentuan dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan ini.
d. Dalam hal terdapat keraguan, PJK wajib meminta kepada Calon Nasabah dan
WIC untuk memberikan lebih dari 1 (satu) dokumen identitas yang dikeluarkan
oleh pihak yang berwenang, serta dapat disertai dengan melakukan
wawancara dengan Calon Nasabah dan WIC untuk memastikan kebenaran
identitas Calon Nasabah dan WIC.
e. PJK wajib menyelesaikan proses verifikasi identitas Calon Nasabah dan
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) sebelum membuka hubungan usaha
dengan Calon Nasabah atau sebelum melakukan transaksi dengan WIC.
Page 20 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

f. Dalam hal PJK telah menerapkan prosedur manajemen risiko, PJK dapat
melakukan hubungan usaha atau transaksi sebelum proses verifikasi selesai.
g. PJK dalam melakukan proses verifikasi sebelum proses verifikasi selesai
wajib diselesaikan sesegera mungkin paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak
terjadinya hubungan usaha Nasabah dengan PJK, dengan memperhatikan
risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM dapat dikelola secara efektif dan tidak
mengganggu kegiatan usaha secara normal.

BAB VI
IDENTIFIKASI DAN VERIFIKASI PEMILIK MANFAAT (BENEFICIAL OWNER)

PJK wajib memahami profil, maksud, dan tujuan hubungan usaha, dan transaksi yang
dilakukan Nasabah dan Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) melalui identifikasi dan
verifikasi yaitu :
1. PJK wajib memastikan Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC yang membuka hubungan
usaha atau melakukan transaksi bertindak untuk diri sendiri atau untuk kepentingan
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner).
2. Dalam hal Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC berbentuk orang perseorangan
bertindak untuk kepentingan Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), PJK wajib
melakukan CDD atau EDD terhadap Pemilik Manfaat (Beneficial Owner).
3. Dalam hal Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC berbentuk Korporasi atau perikatan
lainnya (legal arrangement), PJK wajib melakukan CDD atau EDD terhadap Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner) dari Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC dari Korporasi
atau perikatan lainnya (legal arrangement).
4. Dalam hal Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) tergolong sebagai PEP, PJK
menerapkan prosedur EDD. Dalam hal terdapat perbedaan tingkat risiko antara Calon
Nasabah, Nasabah, atau WIC dan Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), PJK wajib
melakukan CDD atau EDD yang didasarkan pada tingkat risiko yang lebih tinggi.

Identifikasi Pemilik Manfaat (Beneficial Owner)


Dalam hal Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC yang merupakan orang perseorangan
bukan merupakan Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) atau Calon Nasabah, Nasabah,
atau WIC yang merupakan orang perseorangan yang tidak memiliki penghasilan, PJK
wajib:
a. Menentukan Pemilik Manfaat (Beneficial Owner)

Page 21 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

b. Melakukan identifikasi dan verifikasi identitas Pemilik Manfaat (Beneficial Owner),


berdasarkan informasi atau data relevan yang diperoleh dari sumber yang dapat
dipercaya.

Bagi Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC yang merupakan Korporasi, PJK wajib
melakukan identifikasi dan verifikasi identitas Pemilik Manfaat (Beneficial Owner),
berdasarkan informasi atau data relevan yang diperoleh dari sumber yang dapat
dipercaya.

Identifikasi untuk mengetahui profil Pemilik Manfaat dilakukan melalui permintaan data
dan informasi yang paling kurang meliputi :
Klasifikasi Pemilik Manfaat (Beneficial Owner)
Pemilik Manfaat Pemilik Manfaat Pemilik Manfaat Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) dari (Beneficial Owner) (Beneficial Owner) (Beneficial Owner)
Calon Nasabah, dari Calon Nasabah, dari Calon Nasabah, dari Calon Nasabah,
No Nasabah atau WIC Nasabah atau WIC Nasabah atau WIC Nasabah atau WIC
orang perseorangan Korporasi perikatan lainnya perikatan lainnya
(natural person (legal arrangement) (legal arrangement)
berbentuk Trust dalam bentuk Selain
Trust
1 Nama lengkap termasuk Nama dan Bentuk
nama alias Badan Hukum atau
Badan Usaha
2 Nomor dokumen Nomor izin dari
identitas instansi berwenang

3 Alamat tempat tinggal Alamat kedudukan


sesuai dokumen
identitas dan alamat
tempat tinggal lain (jika
ada)
4 Tempat dan tanggal Tempat dan tanggal
lahir pendirian
5 Kewarganegaraan
6 Pekerjaan
7 Alamat dan nomor
telepon tempat kerja
(jika ada)
8 Jenis kelamin
9 Status perkawinan Bidang usaha atau
kegiatan
10 Identitas Pemilik - Identitas penitip Identitas orang
Manfaat (Beneficial harta (settlor) perseorangan (natural
Page 22 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

Klasifikasi Pemilik Manfaat (Beneficial Owner)


Pemilik Manfaat Pemilik Manfaat Pemilik Manfaat Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) dari (Beneficial Owner) (Beneficial Owner) (Beneficial Owner)
Calon Nasabah, dari Calon Nasabah, dari Calon Nasabah, dari Calon Nasabah,
No Nasabah atau WIC Nasabah atau WIC Nasabah atau WIC Nasabah atau WIC
orang perseorangan Korporasi perikatan lainnya perikatan lainnya
(natural person (legal arrangement) (legal arrangement)
berbentuk Trust dalam bentuk Selain
Trust
Owner) apabila Calon - Identitas penerima person) yang
Nasabah memiliki dan pengelola harta mempunyai posisi
Pemilik Manfaat (trustee) yang sama atau
(Beneficial Owner) - Identitas penjamin setara dengan pihak
(protector) (jika ada) dalam trust.
- Identitas penerima
manfaat
(beneficiary) atau
kelas penerima
manfaat (class of
beneficiary)
- orang perseorangan
(natural person)
yang
mengendalikan trust
11 Sumber dana Sumber dana
12 Penghasilan rata-rata
per tahun dan/atau nilai
harta kekayaan (net
worth)

13 Maksud dan tujuan


hubungan usaha atau
transaksi yang akan
dilakukan Calon
Nasabah.
14 Hubungan hukum Hubungan hukum
antara Calon Nasabah, antara Calon
Nasabah atau WIC Nasabah, Nasabah
dengan Pemilik Manfaat atau WIC dengan
(Beneficial Owner) yang Pemilik Manfaat
ditunjukkan dengan (Beneficial Owner)
surat penugasan, surat yang ditunjukkan
perjanjian, surat kuasa dengan surat
atau bentuk lainnya penugasan, surat
perjanjian, surat
Page 23 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

Klasifikasi Pemilik Manfaat (Beneficial Owner)


Pemilik Manfaat Pemilik Manfaat Pemilik Manfaat Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) dari (Beneficial Owner) (Beneficial Owner) (Beneficial Owner)
Calon Nasabah, dari Calon Nasabah, dari Calon Nasabah, dari Calon Nasabah,
No Nasabah atau WIC Nasabah atau WIC Nasabah atau WIC Nasabah atau WIC
orang perseorangan Korporasi perikatan lainnya perikatan lainnya
(natural person (legal arrangement) (legal arrangement)
berbentuk Trust dalam bentuk Selain
Trust
kuasa atau bentuk
lainnya
15 Dokumen dan/atau
informasi identitas
orang perseorangan
(natural person), jika
ada, yang menjadi
pemilik atau
pengendali akhir dari
Korporasi
16 Pernyataan dari Calon pernyataan dari Calon
Nasabah, Nasabah atau Nasabah, Nasabah
WIC mengenai atau WIC mengenai
kebenaran identitas kebenaran identitas
maupun sumber dana maupun sumber dana
dari Pemilik Manfaat dari Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) (Beneficial Owner)
17 pernyataan dari
Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner)
bahwa yang
bersangkutan adalah
pemilik sebenarnya
dari dana Calon
Nasabah, Nasabah,
WIC

Dokumen Pendukung Pemilik Manfaat (Beneficial Owner)

Page 24 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

Dokumen pendukung informasi untuk Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) calon nasabah,
nasabah atau WIC Perorangan (Natural Person) dan Korporasi paling sedikit meliputi :
Pemilik Manfaat Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) dari Calon Nasabah, Nasabah atau
(Beneficial WIC Korporasi
Owner) dari Calon
Nasabah,
No
Nasabah atau Usaha Mikro dan Bukan Usaha Mikro Perseroan Perorangan
WIC orang Usaha Kecil dan Usaha Kecil
perseorangan
(natural person
1 Dokumen Identitas Spesimen tanda tangan Laporan keuangan Akta pendirian/anggaran
dan kuasa kepada atau deskripsi dasar
pihak yang ditunjuk kegiatan usaha
mempunyai wewenang perusahaan
bertindak untuk dan
atas nama perusahaan
dalam melakukan
hubungan usaha
dengan PJK
2 Spesimen Tanda Kartu NPWP bagi Struktur manajemen Izin usaha dari instansi
Tangan Nasabah yang perusahaan yang berwenang
diwajibkan untuk
memiliki NPWP sesuai
dengan ketentuan
peraturan perundang-
undangan
Surat izin tempat usaha Struktur kepemilikan Spesimen tanda tangan
atau dokumen lain yang perusahaan dan kuasa kepada pihak
dipersyaratkan oleh yang ditunjuk mempunyai
instansi yang wewenang bertindak
berwenang untuk dan atas nama PJK
dalam melakukan
hubungan usaha dengan
PJK
Dokumen identitas
anggota Direksi atau
pemegang kuasa dari
anggota Direksi yang
berwenang mewakili
perusahaan untuk
melakukan hubungan
usaha

Page 25 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

Kewajiban penyampaian dokumen dan/atau informasi identitas pemilik atau pengendali


akhir Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) tidak berlaku bagi Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner) berupa:
a. Lembaga Negara atau Instansi Pemerintah
b. Perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Negara
c. Perusahaan publik atau emiten.

I. VERIFIKASI PEMILIK MANFAAT (BENEFICIAL OWNER)


Langkah-langkah verifikasi atas informasi dan dokumen pendukung Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) paling kurang meliputi :
1. Dalam hal PJK ragu mengenai apakah pihak yang menjadi pengendali melalui
kepemilikan adalah Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) atau dalam hal tidak ada
orang perseorangan yang memiliki pengendalian melalui kepemilikan, PJK wajib
melakukan identifikasi dan verifikasi atas identitas dari orang perseorangan (jika
ada) yang mengendalikan Korporasi atau legal arrangements melalui bentuk lain.
2. Dalam hal tidak ada orang perseorangan yang teridentifikasi sebagai Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner), PJK wajib melakukan identifikasi dan verifikasi atas
identitas dari orang perseorangan yang relevan yang memegang posisi sebagai
direksi atau yang dipersamakan dengan jabatan tersebut.
3. Dalam hal Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC merupakan PJK lain di dalam
negeri yang bertindak untuk dan atas nama Pemilik Manfaat (Beneficial Owner),
dokumen mengenai Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) dapat berupa pernyataan
tertulis dari Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC.
4. Dalam hal Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC merupakan PJK lain di luar negeri
yang menerapkan program APU, PPT, dan PPPSPM yang paling sedikit setara
dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang mewakili Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner), identifikasi dan verifikasi identitas Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner) dapat dilakukan melalui dokumen mengenai Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner) berupa pernyataan tertulis dari Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC bahwa
identitas Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) telah dilakukan verifikasi oleh Calon
Nasabah, Nasabah, atau WIC dimaksud.
5. Dalam hal penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM yang dilakukan oleh PJK
di luar negeri tidak setara dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, PJK wajib
melakukan identifikasi dan verifikasi identitas Pemilik Manfaat (Beneficial Owner)
Bagi Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC yang merupakan Korporasi, PJK wajib
melakukan identifikasi dan verifikasi identitas Pemilik Manfaat (Beneficial Owner),
berdasarkan informasi atau data relevan yang diperoleh dari sumber yang dapat
dipercaya.
Page 26 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

6. Dalam hal PJK meragukan atau tidak dapat meyakini identitas Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner), PJK wajib menolak untuk melakukan hubungan usaha atau
transaksi dengan Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC.

Page 27 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

BAB VII
PENOLAKAN TRANSAKSI DAN PENUTUPAN HUBUNGAN USAHA

1. Penolakan Transaksi dan Penutupan Hubungan Usaha


1. PJK dilarang membuka hubungan usaha atau memelihara rekening anonim atau
rekening yang menggunakan nama fiktif.

2. PJK dilarang membuka hubungan usaha dengan Calon Nasabah atau memelihara
rekening Nasabah, jika:
b. Calon Nasabah atau Nasabah menolak untuk mematuhi peraturan yang
terkait dengan penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM.
c. PJK meragukan kebenaran identitas dan kelengkapan dokumen Calon
Nasabah atau Nasabah.

3. PJK wajib menolak melakukan hubungan usaha dengan Calon Nasabah, menolak
transaksi dengan Nasabah atau WIC, dan/atau menutup hubungan usaha dengan
Nasabah dengan kriteria sebagai berikut :
a. Tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Pasal 25,
Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, dan Pasal 33 POJK NO.8/2023
b. Diketahui dan/atau patut diduga menggunakan dokumen palsu
c. Menyampaikan informasi yang diragukan kebenarannya
d. Berbentuk shell bank atau bank umum atau bank umum syariah yang
mengizinkan rekeningnya digunakan oleh shell bank
e. Memiliki sumber dana transaksi yang diketahui dan/atau patut diduga berasal
dari hasil tindak pidana
f. Terdapat dalam DTTOT dan/atau DPPSPM

Dalam hal dilakukan penutupan hubungan usaha sebagaimana dimaksud diatas,


PJK wajib memberitahukan secara tertulis kepada Nasabah mengenai penutupan
hubungan usaha tersebut.

4. Dalam hal terdapat penolakan hubungan usaha dengan Calon Nasabah dan/atau
penolakan transaksi dengan Nasabah atau WIC sebagaimana dimaksud pada
angka 1 diatas, PJK tetap wajib menyelesaikan proses identifikasi dan verifikasi
terhadap identitas Calon Nasabah, Nasabah, WIC, dan Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner).

Page 28 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

5. Dalam hal PJK menduga adanya transaksi keuangan termasuk percobaan


transaksi terkait dengan TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM, dan PJK meyakini bahwa
proses CDD akan melanggar ketentuan anti tipping-off, PJK wajib menghentikan
prosedur CDD dan melaporkan Transaksi Keuangan Mencurigakan tersebut
kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.

6. PJK wajib mendokumentasikan Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC yang


memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada angka 1.

7. PJK wajib melaporkan Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC sebagaimana


dimaksud pada angka 1 sebagai Transaksi Keuangan Mencurigakan kepada
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.

2. Penundaan Transaksi Dan Penghentian Sementara Transaksi


1. PJK dapat melakukan penundaan transaksi sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan mengenai pencegahan dan pemberantasan
TPPU.
2. Penundaan transaksi sebagaimana dimaksud pada angka 1, dilakukan dalam hal:
a. Nasabah atau WIC melakukan transaksi yang diketahui dan/atau patut diduga
menggunakan harta kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana
b. Nasabah diketahui dan/atau patut diduga memiliki rekening untuk menampung
harta kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana
c. Nasabah atau WIC diketahui dan/atau patut diduga menggunakan dokumen
palsu.
3. PJK wajib melakukan penundaan transaksi sesaat setelah menerima
perintah/permintaan penundaan transaksi dari Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan, penyidik, penuntut umum, atau hakim.
4. Penundaan transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3),
dilakukan paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak penundaan transaksi
dilakukan.
5. Pelaksanaan penundaan transaksi dimaksud dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan mengenai pencegahan dan pemberantasan
TPPU.
6. Dalam hal terdapat permintaan dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan, PJK wajib melakukan penghentian sementara untuk seluruh atau
sebagian transaksi.

Page 29 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

7. Penghentian sementara sebagaimana dimaksud diatas, dilaksanakan sesuai


dengan peraturan perundang-undangan mengenai pencegahan dan
pemberantasan TPPU.

BAB VIII
PENGELOLAAN RISIKO TPPU, TPPT, DAN/ATAU PPSPM YANG BERKELANJUTAN
TERHADAP NASABAH, NEGARA, PRODUK, DAN JASA SERTA JARINGAN
DISTRIBUSI

1. PJK wajib memiliki sistem manajemen risiko yang memadai untuk menentukan
apakah Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), atau WIC
termasuk kriteria berisiko tinggi.

2. PJK wajib mengidentifikasi dan melakukan penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau
PPSPM yang terkait dengan pengembangan produk dan praktik usaha baru, termasuk
mekanisme distribusi baru, dan penggunaan teknologi baru atau pengembangan
teknologi untuk produk baru maupun produk yang telah ada.

3. PJK wajib melakukan penilaian risiko sebagaimana dimaksud diatas sebelum produk,
praktik usaha, mekanisme distribusi, dan teknologi baru diluncurkan atau digunakan
dan PJK wajib melakukan tindakan yang memadai untuk mengelola dan memitigasi
risiko sebagaimana dimaksud diatas.

4. Kriteria berisiko tinggi dari Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner), atau WIC dapat dilihat dari:
a. Latar belakang atau profil Calon Nasabah, Nasabah, WIC, atau Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner)
b. Produk sektor jasa keuangan yang berisiko tinggi untuk digunakan sebagai sarana
TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM
c. Transaksi dengan pihak yang berasal dari Negara Berisiko Tinggi
d. Transaksi tidak sesuai dengan profil
e. Termasuk dalam kategori PEP
f. Bidang usaha Calon Nasabah, Nasabah, WIC, atau Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner) termasuk usaha berisiko tinggi
g. Negara atau teritori asal, domisili, atau dilakukannya transaksi Nasabah atau WIC
termasuk Negara Berisiko Tinggi
h. Transaksi yang dilakukan Nasabah atau WIC diduga terkait dengan tindak pidana
di sektor jasa keuangan, TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM.
Page 30 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

5. Dalam melakukan penerapan program APU dan PPT & P3SPM berbasis risiko (risk-
based approach), Bank paling sedikit melakukan kegiatan identifikasi risiko bawaan
(inherent risk), penetapan toleransi risiko, penyusunan langkah-langkah mitigasi dan
pengendalian risiko, evaluasi risiko residual (residual risk), penerapan pendekatan
berbasis risiko, serta peninjauan dan evaluasi pendekatan berbasis risiko yang telah
dimiliki.
a. Identifikasi Risiko Bawaan (Inherent Risk)
1. Bank harus mempertimbangkan kerentanan Bank sebagai sarana Pencucian
Uang dan/atau Pendanaan Terorisme serta Proliferasi WMD. Sebagai langkah
awal, Bank memahami kegiatan usaha Bank secara keseluruhan dengan
perspektif yang luas sehingga Bank dapat memprediksi risiko-risiko yang
mungkin terjadi.
2. Bank harus mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko
Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme serta Proliferasi WMD.
3. Faktor-faktor sebagaimana dimaksud pada angka 2), sebagai berikut:
a. Nasabah Bank harus mengategorikan Nasabah berdasarkan tingkat risiko
sesuai dengan karakteristik masing- masing Bank.

b. Negara atau Area Geografis


Bank harus mengidentifikasi tingkat risiko dengan memperhatikan antara
lain kedudukan kantor bank, domisili Nasabah bank, lokasi terjadinya
transaksi, dan wilayah tujuan transaksi serta lokasi sumber dana yang
masuk ke rekening Nasabah yang bersangkutan.

c. Produk, Jasa, atau Transaksi


Bank harus mengidentifikasi tingkat risiko terkait dengan produk dan jasa
yang ditawarkan, termasuk transaksi yang terjadi dengan Nasabah atau
WIC, antara lain produk dan jasa yang mudah dikonversikan menjadi kas
atau setara kas, atau yang dananya mudah dipindahkan dari satu wilayah
ke wilayah lainnya dengan maksud mengaburkan asal usul dana tersebut.

d. Jaringan Distribusi (Delivery Channels)


Jaringan Distribusi (Delivery Channels) merupakan sarana yang
digunakan Nasabah untuk memperoleh suatu produk atau jasa, maupun
untuk melakukan suatu transaksi. Beberapa jaringan distribusi dapat
meningkatkan risiko Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme
serta Proliferasi WMD karena beberapa jenis jaringan distribusi dapat
Page 31 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

digunakan untuk mengaburkan identitas sebenarnya dari Nasabah atau


Pemilik Manfaat (Beneficial Owner).

4. Beberapa contoh kriteria dari faktor dengan tingkat risiko tinggi, sebagai
berikut:
a. Nasabah, antara lain:
1) Nasabah yang melakukan hubungan usaha atau transaksi keuangan
yang tidak wajar atau tidak sesuai dengan profil Nasabah
2) Nasabah dengan frekuensi dan pergerakan dana antar Penyedia Jasa
Keuangan (PJK) di berbagai wilayah, tidak dapat dijelaskan secara
wajar
3) Nasabah Korporasi dengan struktur kepemilikan yang kompleks
sehingga sulit untuk dilakukan identifikasi terhadap Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner), pemilik akhir (ultimate owner), atau pengendali
akhir (ultimate controller) dari Korporasi
4) Nasabah yang mencari atau menerima produk atau jasa Bank yang
tidak sesuai dengan kebutuhan atau tidak memberikan keuntungan
bagi Nasabah tersebut
5) Nasabah berupa organisasi amal atau organisasi non-profit lainnya
yang tidak diatur dan diawasi oleh otoritas tertentu
6) Nasabah dengan kepemilikan rekening atau kontrak pada Bank yang
dalam melakukan hubungan usaha dengan Bank diwakili oleh profesi
penunjang seperti akuntan, advokat, atau profesi lainnya
7) Nasabah yang termasuk dalam kategori PEP, termasuk anggota
keluarga atau pihak yang terkait (close associates) dari PEP
8) Nasabah yang proses verifikasinya tidak melalui pertemuan langsung
(non face to face)
9) Nasabah yang menggunakan metode pembayaran yang tidak biasa
seperti kas atau setara kas antara lain sertifikat deposito (negotiable
certificate deposit) atau cek pelawat (traveller’s cheque); dan/atau
10) Nasabah yang memberikan informasi sangat minim.

b. Negara atau Area Geografis, antara lain:


1) Dana diterima dari atau dikirim ke negara atau yurisdiksi yang berisiko
tinggi; dan/atau
2) Nasabah memiliki hubungan yang signifikan dengan negara atau
yurisdiksi berisiko tinggi. Contoh negara atau area geografis yang
Page 32 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

memiliki tingkat risiko tinggi sebagaimana dimaksud dalam kriteria


risiko tinggi calon nasabah.

c. Produk, Jasa, atau Transaksi, antara lain:


1) Layanan Nasabah prima
2) Kartu kredit
3) Kustodian (custodian)
4) Safe deposit box
5) Kegiatan usaha penukaran valuta asing
6) Penitipan dengan pengelolaan (trust)
7) Letter of credit (L/C); dan/atau
8) Penerimaan pembayaran dengan jumlah yang signifikan dalam bentuk
tunai, wesel atau cek tunai.

d. Jaringan Distribusi (Delivery Channels) antara lain layanan perbankan


elektronik (electronic banking) seperti internet banking, mobile banking,
Short Message Service (SMS) banking, Electronic Data Capture (EDC),
dan Automated Teller Machine (ATM).

5. Faktor relevan lain yang dapat memberikan dampak pada risiko Pencucian
Uang dan/atau Pendanaan Terorisme serta Proliferasi WMD, antara lain:
a. Tren tipologi, metode, teknik dan skema Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme serta Pendanaan Proliferasi WMD
b. Model bisnis Bank, termasuk skala usaha, jumlah kantor cabang, dan
jumlah pegawai sebagai faktor risiko bawaan (inherent risk) dalam intern
Bank.

6. Penilaian Risiko
a. Bank melakukan identifikasi terhadap masing-masing faktor sebagaimana
dimaksud pada angka 4) dan 5), dengan mempertimbangkan
kemungkinan dan dampak terjadinya risiko Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme serta Pendanaan Proliferasi WMD
b. Bank harus menentukan tingkat risiko Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme serta Pendanaan Proliferasi WMD dengan
mempertimbangkan hasil identifikasi terhadap masing- masing faktor

Page 33 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

sebagaimana dimaksud dalam huruf a). Tingkat risiko dimaksud dapat


dibagi dalam 3 (tiga) kategori yaitu Rendah, Menengah, Dan Tinggi.
c. Ilustrasi penilaian risiko Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme
serta Pendanaan Proliferasi WMD adalah sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran dari Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini.

b. Penetapan Toleransi Risiko


Toleransi risiko merupakan tingkat risiko maksimum yang ditetapkan oleh Bank
dalam menjalankan aktivitas bisnisnya sesuai dengan tingkat risiko yang akan
diambil (risk appetite). Toleransi risiko merupakan komponen penting dari
manajemen risiko yang efektif.
Dalam menetapkan toleransi risiko, Bank perlu antara lain mempertimbangkan
kemampuannya dalam menghadapi ancaman terkait Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme serta Pendanaan Proliferasi WMD, seperti batasan jumlah
nasabah berisiko tinggi dan/atau karakteristik yang melekat pada produk berisiko
tinggi, yang dapat mempengaruhi risiko Bank secara keseluruhan sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai penerapan manajemen risiko bagi Bank.

c. Penyusunan Langkah-Langkah Mitigasi dan Pengendalian Risiko


1. Mitigasi risiko adalah penerapan pengendalian risiko untuk membatasi risiko
Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme serta Pendanaan Proliferasi
WMD yang telah diidentifikasi dalam melakukan penilaian risiko. Mitigasi risiko
akan membantu kegiatan usaha Bank tetap berada dalam toleransi risiko yang
telah ditetapkan.
2. Bank harus mengembangkan strategi mitigasi risiko secara tertulis (berupa
kebijakan dan prosedur untuk memitigasi risiko) dan menerapkannya pada
area atau hubungan usaha sesuai dengan tingkat risiko sebagaimana hasil
identifikasi.
3. Mitigasi dan pengendalian risiko didasarkan pada toleransi risiko dan tingkat
risiko yang diambil (risk appetite). Mitigasi dan pengendalian risiko harus
sepadan dengan risiko yang telah diidentifikasi oleh Bank.
4. Seluruh kegiatan usaha Bank harus memiliki langkah pengendalian risiko
sebagai langkah mitigasi terhadap seluruh faktor risiko yang telah
diidentifikasi dan sesuai dengan tingkat risiko pada area atau hubungan
usaha, yang dilanjutkan dengan proses pemantauan dan dokumentasi secara
memadai.

Page 34 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

d. Evaluasi atas Risiko Residual


1. Risiko residual merupakan risiko yang tersisa setelah penerapan
pengendalian dan mitigasi risiko. Bank perlu memperhatikan bahwa walaupun
Bank telah menerapkan mitigasi risiko dan manajemen risiko yang dilakukan
secara ketat, Bank tetap akan memiliki risiko residual yang harus dikelola
secara baik.
2. Risiko residual harus sesuai dengan toleransi risiko yang telah ditetapkan.
Bank harus memastikan bahwa risiko residual tidak lebih besar dari toleransi
risiko yang telah ditetapkan Bank. Dalam hal risiko residual lebih besar
daripada toleransi risiko, atau dalam hal pengendalian dan mitigasi risiko tidak
memadai, Bank harus kembali melakukan langkah-langkah mitigasi dan
pengendalian risiko, sebagaimana dimaksud dalam huruf c dan meningkatkan
level atau kuantitas dari langkah-langkah mitigasi yang telah ditetapkan.
3. Dengan adanya kegiatan evaluasi terhadap risiko residual, Bank harus dapat
menyesuaikan tingkat risiko yang dimiliki dengan risiko yang ditoleransi.

e. Penerapan Pendekatan Berbasis Risiko


1. Setelah Bank melakukan penilaian risiko, Bank harus menerapkan
pendekatan berbasis risiko terhadap kegiatan atau aktivitas usaha sehari-hari.
Namun demikian, proses identifikasi, verifikasi, dan pemantauan tetap
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
penerapan program APU dan PPT di sektor jasa keuangan.
2. Bank harus mendokumentasikan pendekatan berbasis risiko yang dimilikinya.
Kebijakan dan prosedur terkait pendekatan berbasis risiko harus
dikomunikasikan, dipahami, dan dipatuhi oleh semua pegawai, khususnya
pegawai yang melakukan identifikasi dan verifikasi, penatausahaan data dan
informasi Nasabah, serta pelaporan transaksi keuangan kepada otoritas
terkait. Pegawai yang bersangkutan harus mendapatkan informasi yang cukup
untuk memproses dan menyelesaikan transaksi keuangan termasuk untuk
mengidentifikasi dan mendokumentasikan Nasabah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai penerapan program APU dan PPT
di sektor jasa keuangan.
3. Dengan adanya penerapan pendekatan berbasis risiko, Bank harus dapat:
a. Memastikan bahwa penilaian risiko yang telah dilakukan menggambarkan
proses pendekatan berbasis risiko, dan juga langkah-langkah
pengendalian risiko yang diterapkan untuk mengurangi tingkat risiko
sesuai hasil identifikasi

Page 35 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

b. Melakukan pengkinian data, informasi dan dokumen pendukung terhadap


Nasabah dan Pemilik Manfaat (Beneficial Owner)
c. Melakukan pemantauan atas seluruh hubungan usaha yang dimiliki
d. Melakukan pemantauan yang lebih sering terhadap hubungan usaha
dengan risiko tinggi terkait Pencucian Uang dan/atau Pendanaan
Terorisme serta Pendanaan Proliferasi WMD
e. Menerapkan langkah-langkah yang memadai terhadap Nasabah berisiko
tinggi paling sedikit:

1) Melakukan pemantauan yang lebih sering; dan


2) Melakukan identifikasi yang lebih mendalam dan/atau mengkinikan
data Nasabah; dan/atau
f. Melibatkan pejabat senior dalam menangani kondisi yang berisiko tinggi,
termasuk pemberian persetujuan untuk melakukan hubungan usaha
dengan PEP.

f. Peninjauan dan Evaluasi Pendekatan Berbasis Risiko


1. Bank harus melakukan peninjauan terhadap penerapan pendekatan berbasis
risiko Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme serta Pendanaan
Proliferasi WMD yang paling sedikit meliputi:
a. Kebijakan dan prosedur
b. Penilaian risiko terkait Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme
serta Pendanaan Proliferasi WMD
c. Program pelatihan sumber daya manusia.

2. Dalam hal terdapat perubahan strategi bisnis terkait kegiatan usaha dan/atau
terdapat penambahan produk dan jasa baru, Bank harus melakukan
pengkinian kebijakan dan prosedur dalam rangka pengendalian risiko.
3. Peninjauan atas pendekatan berbasis risiko dapat membantu evaluasi
kebutuhan penyempurnaan kebijakan dan prosedur yang ada, atau
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur baru jika diperlukan.
4. Bank mendokumentasikan hasil peninjauan termasuk langkah-langkah
perbaikan dan tindak lanjut yang diperlukan.

6. PJK wajib mengelompokkan Calon Nasabah, Nasabah, WIC, dan Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) berdasarkan tingkat risiko terjadinya TPPU, TPPT, dan/atau
PPSPM dilakukan berdasarkan analisis yang paling kurang meliputi:
a. Identitas Nasabah
Page 36 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

b. Lokasi usaha bagi Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC berupa perusahaan
c. Profil Nasabah
d. Frekuensi transaksi
e. Kegiatan usaha
f. Struktur kepemilikan bagi Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC perusahaan
g. Produk, jasa, dan jaringan distribusi (delivery channels) yang digunakan oleh
Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC
h. Informasi lainnya yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat risiko Nasabah.

7. Pengelompokan profil risiko calon nasabah dapat dilakukan dengan


mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Identitas Nasabah
Contoh identitas Nasabah yang perlu dilakukan analisis antara lain sebagai
berikut:
1) Nasabah tidak memiliki dokumen identitas namun memiliki surat keterangan
dari aparat pemerintah setempat yang menerangkan bahwa yang
bersangkutan:
a. adalah warga setempat dan beralamat sesuai dengan informasi yang
diberikan kepada PJK BPR; dan/atau
b. Telah menetap dalam jangka waktu yang cukup lama.
2) Data/informasi identitas Nasabah sudah tidak sesuai.
3) Jangka waktu berlakunya dokumen identitas Nasabah sudah kadaluarsa,
namun tidak ada perubahan terhadap alamat tempat tinggal Nasabah
dimaksud yang telah diyakini kebenarannya oleh PJK BPR.
4) Dokumen pendukung identitas Nasabah khususnya dokumen perusahaan
tidak lengkap, misalnya ijin-ijin perusahaan, Anggaran Dasar/Anggaran
Rumah Tangga, Pemegang Kuasa atau Kewenangan bertindak mewakili
perusahaan.

2. Lokasi usaha bagi Nasabah perusahaan


Contoh lokasi usaha Nasabah yang perlu dilakukan analisis antara lain sebagai
berikut:
1) Lokasi usaha calon Nasabah berada di yurisdiksi yang ditetapkan berisiko
tinggi oleh lembaga atau badan internasional terhadap kondisi suatu
yurisdiksi.
2) Lokasi usaha Nasabah berada dalam wilayah rawan tingkat kejahatan
(kriminal) seperti kejahatan terhadap penyelundupan atau produk ilegal.
3) Lokasi usaha Nasabah berada di zona perdagangan bebas.
Page 37 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

3. Profil Nasabah
Contoh profil Nasabah yang perlu dilakukan analisis antara lain sebagai berikut:
1) Nasabah yang tidak memiliki penghasilan secara regular.
2) Tergolong sebagai PEP atau memiliki hubungan dengan PEP.
3) Pegawai instansi pemerintah, khususnya yang terkait dengan pelayanan
publik.
4) Aparat penegak hukum.
5) Orang-orang yang melakukan jenis-jenis kegiatan atau sektor usaha yang
rentan terhadap pencucian uang.
6) Pihak-pihak yang dicantumkan dalam daftar Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) atau daftar lainnya yang dikeluarkan oleh organisasi internasional
sebagai teroris, organisasi teroris ataupun organisasi yang melakukan
pendanaan atau melakukan penghimpunan dana untuk kegiatan terorisme
serta Pendanaan Proliferasi WMD.

4. Nilai Transaksi
Contoh nilai transaksi Nasabah yang perlu dilakukan analisis antara lain sebagai
berikut:
1) Pada saat pembukaan rekening, Nasabah melakukan transaksi dengan nilai
besar atau signifikan namun informasi mengenai sumber dana dan tujuan
transaksi tidak sesuai dengan profil ataupun tujuan pembukaan rekening.
2) Nasabah melakukan sejumlah transaksi dalam nilai kecil namun secara
akumulasi merupakan transaksi bernilai besar atau signifikan.
3) Transaksi tunai dalam jumlah besar.

5. Kegiatan Usaha Nasabah


Contoh kegiatan usaha Nasabah yang perlu dilakukan analisis antara lain sebagai
berikut:
1) Kegiatan usaha yang menyediakan jasa penukaran uang
2) Kegiatan usaha yang menyediakan jasa pengiriman uang
3) Kegiatan usaha yang berbasis uang tunai dan tidak sesuai dengan profil
nasabah seperti mini market, jasa pengelolaan parkir, rumah makan, Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), pedagang isi pulsa
4) Kegiatan usaha yang memberikan jasa pengurusan dokumen hukum
5) Kegiatan usaha yang melakukan perdagangan rumah, saham, perhiasan,
mobil atau aset lainnya
6) Kegiatan usaha yang memasarkan produknya melalui internet
Page 38 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

7) Perusahaan perdagangan ekspor/impor


8) Advokat, akuntan atau konsultan keuangan; atau
9) Kegiatan usaha multi level marketing.

6. Struktur kepemilikan bagi Nasabah perusahaan


Contoh struktur kepemilikan bagi Nasabah perusahaan yang perlu dilakukan
analisis antara lain sebagai berikut:
1) Struktur kepemilikan perusahaan yang kompleks sehingga akses untuk
mendapatkan informasi terbatas
2) Terdapat Beneficial Owner yang mengendalikan perusahaan; atau
3) Terdapat pemberitaan negatif dalam media massa mengenai Beneficial Owner
perusahaan dimaksud, sehingga mengakibatkan tingkat risiko perusahaan
menjadi tinggi.
7. Produk, jasa, dan jaringan distribusi (delivery channels) yang digunakan oleh
Nasabah
Contoh produk dan jasa untuk BPR adalah tabungan, deposito dan kredit
8. Informasi lainnya
Contoh informasi lainnya : nasabah PJK BPR menerima kiriman dana yang
berasal dari negara-negara yang belum menerapkan rekomendasi FATF secara
memadai.

8. Selain hal sebagaimana dimaksud diatas, PJK BPR dapat mengembangkan sendiri
metode untuk memperoleh profil risiko Nasabah sesuai dengan kebutuhan dan profil
risiko dari masing-masing PJK BPR.

Contoh Pengelompokan Profil Risiko Calon Nasabah


Profil Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi
Identitas Nasabah Menyerahkan lebih Data/informasi  Nasabah tidak
dari satu identitas identitas calon memiliki ID yang
yang masih berlaku Nasabah kadaluarsa, dikeluarkan oleh
dan berdomisili namun Nasabah pihak yang
sesuai dengan tetap kooperatif berwenang,
alamat dalam kartu melakukan updatin  Data/informasi
ID. identitas calon
Nasabah
diragukan,
misalnya kartu ID
tidak dikeluarkan
oleh pihak yang
Page 39 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

Profil Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi


berwenang, data
tidak benar, dll.
 Data/informasi
identitas tidak
sesuai dengan
domisili atau
Nasabah selalu
berpindah tempat
atau tidak dapat
dihubungi (misal
nomor telpon)
 Nasabah WNI yang
pada saat
pembukaan
rekening
menggunakan
alamat yang
wilayahnya berada
di luar wilayah
Indonesia.
Lokasi usaha bagi Lokasi usaha di Lokasi usaha di luar Lokasi usaha
Calon Nasabah, dalam kabupaten/ kabupaten/ kota Nasabah berada di
Nasabah, atau WIC kota yang sama atau dimana lokasi zona perdagangan
berupa perusahaan berbatasan dengan kabupaten/kota PJK bebas.
lokasi BPR berada.
kabupaten/kota
berada
Profil Nasabah Buruh Tani Pegawai Perusahaan  Pekerjaan ybs tidak
(Pekerjaan/Bidang tergolong berisiko
Usaha) tinggi, namun ybs
tergolong sebagai
PEP atau orang
yang digolongkan
berisiko tinggi
dengan
berpedoman pada
ketentuan PPATK.
 Pegawai dari
perusahaan yang
tergolong berisiko
Page 40 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

Profil Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi


tinggi.
Nilai Transaksi Nilai transaksi Peningkatan jumlah Transaksi tunai
rendah, misal transaksi tidak dalam jumlah besar,
dibawah Rp signifikan atau misal diatas
1.000.000 (satu juta signifikan namun Rp100.000.000,-
Rupiah) dan sesuai didukung dengan (seratus juta)
dengan profil dokumen yang dan/atau tidak sesuai
nasabah. memadai atau masih dengan profil
tergolong wajar atau nasabah.
masih sesuai dengan
profil nasabah.
Kegiatan Usaha Pedagang di pasar Pedagang valuta Kegiatan usaha yang
tradisional asing atau berbasis uang tunai
pengiriman uang seperti mini market,
jasa pengelolaan
parkir, rumah makan,
Stasiun Pengisian
Bahan Bakar
(SPBU), pedagang isi
pulsa
Struktur kepemilikan Tidak memiliki Informasi mengenai Perusahaan dengan
bagi Calon pengendali dan pemegang saham pemegang saham
Nasabah, Nasabah, komposisi pemegang tidak tersedia dalam atas unjuk
atau WIC saham tersedia data public
perusahaan dalam data public

Produk, jasa, dan Tabungan Deposito Kredit


jaringan distribusi
(delivery channels)
yang digunakan
oleh Calon
Nasabah, Nasabah,
atau WIC

Informasi Lainnya Tidak terdapat Memiliki usaha  Nasabah kredit


informasi negatif lain lainnya disamping yang barang
sebagai karyawan jaminannya atas
perusahaan nama pihak lain
(baik jaminan
tunai/jaminan
Page 41 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

Profil Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi


dalam bentuk
barang) yang tidak
memiliki hubungan
yang jelas
 Nasabah yang
memberikan kuasa
kepada pihak lain
untuk melakukan
penarikan pada
rekening Nasabah
setelah
permohonan
rekening disetujui

9. Identifikasi Risiko dan Penilaian Risiko dilakukan berdasarkan :


a. National Risk Assesment
b. Sectoral Risk Assesment
c. Individual Risk Assesment oleh PJK
Minimal mencakup 4 factor inherent risk :
1. Profil Nasabah
2. Jenis produk/jasa/layanan
3. Area geografis/wilayah
4. Metode Transaksi/Jaringan Distribusi

Wajib didokumentasikan dalam bentuk dokumen penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau
TPPSPM yang telah disusun secara individual oleh PJK (Individual Risk Assessment/IRA)

d. Format Penilaian Risiko Tindak Pidana Pencucian Uang, Tindak Pidana Pendanaan
Terorisme, Dan Tindak Pidana Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal
I. Pendahuluan :
1) Latar belakang
Pelaksanaan penilaian risiko TPPU/TPPT/PPSPM pada calon nasabah/WIC/BO
merupakan kebutuhan BPR/BPRS dalam upaya melakukan pemetaan risiko
yang ditindaklanjuti dengan langkah-langkah pencegahan dan pemberantasan
berupa penyempurnaan ketentuan serta perbaikan implementasi penerapan
program APU dan PPT, termasuk pula pelaksanaan pengawasan atas penerapan
program APU dan PPT tersebut. Dalam skala yang lebih mikro, penilaian risiko
Page 42 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

TPPU/TPPT/PPSPM di BPR/BPRS menjadi hal yang penting pula bagi


BPR/BPRS sebagai Pihak Pelapor, khususnya dalam menyusun skala prioritas
terkait pengalokasian sumber daya yang dimiliki pada area-area yang memiliki
tingkat risiko TPPU/TPPT/PPSPM lebih tinggi.

2) Tujuan

II. Landasan Teori


1) Metodologi
2) Kerangka Kerja
3) Pembatasan Ruang Lingkup

III. Profil PJK


Uraian mengenai gambaran umum PJK, baik dari sisi kelembagaan maupun
operasional

IV. Hasil Penilaian Risiko


1) Peta risiko/kriteria TPPU secara umum
a. Tindak Pidana Asal
b. Pekerjaan Nasabah Orang Perseorangan/Bentuk Nasabah Korporasi
c. Bidang Usaha Nasabah Korporasi
d. Area geografis (dapat berupa negara serta provinsi dan/atau kota/kabupaten
di Indonesia)
e. Produk/Jasa/Layanan
f. Metode transaksi

2) Peta Risiko/Kriteria Risiko TPPT secara umum


a. Pekerjaan Nasabah Orang Perseorangan/Bentuk Nasabah Korporasi
b. Bidang Usaha Nasabah Korporasi
c. Area Geografis (dapat berupa negara serta provinsi dan/atau kota/kabupaten
di Indonesia)
d. Produk/Jasa/Layanan
e. Metode Transaksi

3) Peta Risiko/Kriteria Risiko PPSPM secara umum


a. Pekerjaan Nasabah Orang Perseorangan/Bentuk Nasabah Korporasi
b. Bidang Usaha Nasabah Korporasi
c. Area geografis (dapat berupa negara serta provinsi dan/atau kota/kabupaten
di Indonesia)
d. Produk/Jasa/Layanan
e. Metode Transaksi

Page 43 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

4) Peta risiko seluruh nasabah


Pemetaan nasabah berdasarkan tingkat risikonya

5) Risiko Akhir setiap Kantor Cabang

6) Risiko Akhir PJK secara agregat


V. Mitigasi Risiko
Hal-hal yang telah dilakukan PJK dalam memitigasi risiko TPPU, TPPT, dan PPSPM

VI. Kesimpulan dan Tindak Lanjut


Ringkasan dari Hasil Penilaian Risiko serta Mitigasi Risiko yang akan dilakukan.

10. Politically Exposed Person (Pep) Dan Area Berisiko Tinggi


A. Prosedur terhadap PEP dan Area Berisiko Tinggi
1. PJK BPR wajib meneliti adanya calon Nasabah, Nasabah dan Beneficial
Owner yang memenuhi kriteria berisiko tinggi atau PEP.
2. Dalam hal calon Nasabah diketahui tergolong PEP maka PJK BPR wajib
melakukan EDD pada awal melakukan hubungan usaha dengan PJK BPR
3. Nasabah dan Beneficial Owner yang memenuhi kriteria berisiko tinggi atau
PEP dibuat dalam daftar tersendiri.
4. Kewajiban PJK BPR sebagaimana dimaksud pada angka 3 diberlakukan
pula terhadap Nasabah atau WIC yang menerima kiriman uang dari dan/atau
melakukan transaksi lainnya dengan pihak yang berasal dari negara berisiko
tinggi melalui rekening PJK BPR yang ada di Bank Umum dan/atau Unit
Usaha Syariah dalam negeri.
5. Dalam hal PJK BPR akan melakukan hubungan usaha dengan calon
Nasabah yang tergolong PEP, Direksi PJK BPR atau Pejabat Eksekutif
bertanggung jawab atas pelaksanaan hubungan usaha dengan calon
Nasabah tersebut.
6. Apabila terdapat transaksi atau hubungan usaha dengan Nasabah yang
terkait dengan negara yang belum memadai dalam melaksanakan
rekomendasi FATF, maka PJK BPR wajib mewaspadainya dan menetapkan
mitigasi risiko yang mungkin terjadi.
Page 44 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

7. Direksi atau Pejabat Eksekutif sebagaimana dimaksud pada angka 5


berwenang untuk:
a. Memberikan persetujuan atau penolakan terhadap calon Nasabah yang
tergolong berisiko tinggi atau PEP; dan
b. Membuat keputusan untuk meneruskan atau menghentikan hubungan
usaha dengan Nasabah atau Beneficial Owner yang tergolong PEP.

B. Penetapan PEP dan Kriteria Area Berisiko Tinggi


Dalam mengelompokkan Nasabah berdasarkan tingkat risikonya, PJK BPR
antara lain dapat berpedoman pada ketentuan PPATK yang mengatur mengenai
Pedoman Identifikasi Produk, Nasabah, Usaha, dan Negara Berisiko Tinggi Bagi
Penyedia Jasa Keuangan (selanjutnya disebut dengan Pedoman Identifikasi
PPATK).

Area berisiko tinggi dalam pedoman ini, selain mendasarkan pada Pedoman
Identifikasi PPATK juga referensi lainnya yang dikeluarkan oleh otoritas
berwenang atau yang telah menjadi kelaziman internasional (international best
practice).
1. Produk dan Jasa Berisiko Tinggi
Karakteristik dari high risk product dan high risk services adalah produk/jasa
yang ditawarkan kepada Nasabah yang mudah dikonversikan menjadi kas
atau setara kas, atau yang dananya mudah dipindah- pindahkan dari satu
yurisdiksi ke yurisdiksi lainnya dengan maksud mengaburkan asal usul dana
tersebut. Sebagai contoh:
a. Electronic Banking
b. Internet Banking
c. Pemindahan Dana
d. Pemberian Kredit/ Pembiayaan dan Pendanaan
e. Jual Beli Valuta Asing (Bank notes).

2. Nasabah Berisiko Tinggi


Salah satu Nasabah yang berisiko tinggi adalah PEP yaitu orang yang
mendapatkan kepercayaan untuk memiliki kewenangan publik diantaranya
adalah Penyelenggara Negara sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai Penyelenggara Negara,
dan/atau orang yang tercatat sebagai anggota partai politik yang memiliki
pengaruh terhadap kebijakan dan operasional partai politik. Peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang Penyelenggara Negara adalah:
Page 45 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

Ketentuan Definisi Keterangan


UU No.28 Tahun Pejabat Negara yang  Pejabat Negara pada
1999 menjalankan fungsi Lembaga Tertinggi
eksekutif, legislatif, atau Negara
yudikatif, dan pejabat  Pejabat Negara pada
lain yang fungsi dan Lembaga Tinggi
tugas pokoknya Negara
berkaitan dengan  Menteri
penyelenggaraan  Gubernur
negara sesuai dengan  Hakim
ketentuan peraturan
 Pejabat negara yang
perundang-undangan
lain sesuai dengan
yang berlaku.
ketentuan peraturan
perundang- undangan
yang berlaku, dan
 Pejabat lain yang
memiliki fungsi
strategis dalam
kaitannya dengan
penyelenggaraan
negara sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang- undangan
yang berlaku
SE/03/M.PAN/ Penyelenggara Negara  Pejabat eselon II dan
01/2005 tanggal 20 pejabat lain yang
Januari 2005 disamakan di
lingkungan Instansi
Pemerintah dan/atau
lembaga negara.
 Semua kepala Kantor
di lingkungan
Departemen
Keuangan
 Pengawas Bea dan
Cukai

Page 46 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

Ketentuan Definisi Keterangan


 Auditor
 Pejabat yang
mengeluarkan
perijinan
 Pejabat/Kepala Unit
Masyarakat
 Pejabat pembuat
regulasi

3. Usaha Berisiko Tinggi


Contoh usaha yang berisiko tinggi antara lain:
a. Pedagang Efek yang melakukan fungsi sebagai Perantara Efek (Nasabah
perusahaan)
b. Perusahaan Asuransi dan Broker Asuransi (Perusahaan)
c. Money Changer (Perusahaan)
d. Dana Pensiun dan Usaha Pendanaan (Perusahaan)
e. Tempat hiburan dan executive club
f. Jasa pengiriman uang
g. Jasa akuntan, pengacara dan notaris (Perusahaan/ Perorangan)
h. Jasa surveyor dan agen real estat (Perusahaan)
i. Pedagang logam mulia (Perusahaan/perorangan)
j. Usaha barang-barang antik, dealer mobil, kapal serta penjual
barang/barang mewah
k. Agen perjalanan
l. Milik pegawai BPR sendiri.

4. Transaksi Nasabah yang Terkait dengan Negara Lain yang Berisiko Tinggi.
Contoh negara yang berisiko tinggi antara lain:
a. Negara yang pelaksanaan rekomendasi FATF diidentifikasikan belum
memadai
b. Termasuk dalam daftar FATF statement
c. Diketahui secara luas sebagai tempat penghasil dan pusat perdagangan
narkoba
d. Dikenal secara luas menerapkan banking secrecy laws yang ketat
e. Dikenal sebagai tax haven antara lain berdasarkan data terkini dari
Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD).

Page 47 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

f. Dikenal memiliki tingkat korupsi yang tinggi. Informasi tersebut dapat


diperoleh antara lain dari publikasi Transparency International
g. Dianggap merupakan sumber kegiatan terorisme/Proliferasi WMD, seperti
yang diidentifikasikan oleh Office of Foreign Asset Control (OFAC); atau
h. Terkena sanksi PBB.
Sehubungan dengan area berisiko tinggi di atas, PJK BPR wajib meneliti adanya
Nasabah dan/atau Beneficial Owner yang memenuhi kriteria berisiko tinggi
tersebut dan mendokumentasikannya dalam daftar tersendiri.

BAB IX
PEMELIHARAAN DATA YANG AKURAT TERKAIT DENGAN TRANSAKSI,
PENATAUSAHAAN PROSES CDD, SERTA PENATAUSAHAAN KEBIJAKAN DAN
PROSEDUR

1. Pemeliharaan Data Yang Akurat


a. Melakukan pemeliharaan data, informasi, dan dokumen pendukung Calon
Nasabah untuk mengetahui profil Calon Nasabah
b. Melakukan verifikasi atas kebenaran serta kesesuaian data, informasi, dan
dokumen pendukung yang telah diberikan oleh Calon Nasabah
c. Melakukan verifikasi atas kebenaran serta kesesuaian profil pemberi data,
informasi, dan dokumen pendukung dengan profil Calon Nasabah untuk
memastikan bahwa pemberi data, informasi, dan dokumen merupakan Calon
Nasabah yang bersangkutan.
d. Verifikasi dari sumber yang dapat dipercaya meliputi antara lain:
 Dokumen, informasi, dan/atau data yang berasal dari
kementerian/lembaga/otoritas yang berwenang, contohnya kartu keluarga
yang diterbitkan oleh kementerian/lembaga yang menangani kependudukan

Page 48 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

dan pencatatan sipil, database berbayar, database Pemilik Manfaat (Beneficial


Owner) dari kementerian yang menangani hukum dan hak asasi manusia
 Dokumen, informasi, dan data dalam rangka keterbukaan informasi di pasar
modal dan/atau perusahaan publik, contohnya data dan informasi yang ada di
bursa efek terkait dengan kewajiban keterbukaan informasi emiten dan
perusahaan publik
 Dokumen, informasi dan/atau data yang berasal dari pihak ketiga yang
berdasarkan pengetahuan secara umum memiliki informasi dan/atau data
yang akurat, contohnya database yang berasal dari public domain yang
reputable dan bersifat independen dan/atau database pihak ketiga yang
berbayar.

Contoh Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC berbentuk orang perseorangan yang
tidak memiliki penghasilan antara lain ibu rumah tangga, pelajar, dan atau
mahasiswa yang mengaku tidak memiliki sumber penghasilan sama sekali.

e. PJK wajib menyimpan catatan dan dokumen mengenai seluruh proses identifikasi
Transaksi Keuangan Mencurigakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan

f. PJK wajib membuat dan menyimpan daftar Nasabah yang mendapat perlakuan
CDD sederhana.

2. Penatausahaan Proses CDD


PJK wajib melakukan Prosedur CDD pada saat:
a. Melakukan hubungan usaha dengan Calon Nasabah
b. Terdapat transaksi keuangan dengan mata uang rupiah dan/atau mata uang asing
yang nilainya paling sedikit atau setara dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
c. Terdapat transaksi Transfer Dana
d. Terdapat indikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan yang terkait dengan TPPU,
TPPT, dan/atau PPSPM
e. PJK meragukan kebenaran informasi yang diberikan oleh Calon Nasabah,
Nasabah, WIC, penerima kuasa, dan/atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner).

Dalam melakukan hubungan usaha dengan Calon Nasabah, PJK wajib:


1. Melakukan identifikasi dengan meminta data, informasi, dan dokumen pendukung
Calon Nasabah untuk mengetahui profil Calon Nasabah
Page 49 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

2. Melakukan verifikasi atas :


1) Kebenaran serta kesesuaian data, informasi, dan dokumen pendukung yang
telah diberikan oleh Calon Nasabah
2) Kebenaran serta kesesuaian profil pemberi data, informasi, dan dokumen
pendukung dengan profil Calon Nasabah untuk memastikan bahwa pemberi
data, informasi, dan dokumen merupakan Calon Nasabah yang bersangkutan.

PJK wajib melakukan verifikasi melalui mekanisme:


a. Pertemuan tatap muka secara langsung
Verifikasi melalui mekanisme pertemuan tatap muka secara langsung, wajib
dilakukan dengan cara pegawai PJK melakukan pertemuan tatap muka secara
langsung/fisik dengan Calon Nasabah

b. Pertemuan tatap muka secara elektronik


Verifikasi melalui mekanisme pertemuan tatap muka secara elektronik, wajib
dilakukan dengan cara pegawai PJK melakukan pertemuan tatap muka secara
real-time dan online dengan Calon Nasabah, dengan persyaratan :
1. Pegawai PJK menggunakan perangkat lunak dan perangkat keras milik PJK
atau menggunakan perangkat lunak dan perangkat keras milik pihak ketiga
2. Calon Nasabah menggunakan perangkat lunak dan perangkat keras milik PJK
atau perangkat lunak dan perangkat keras milik pihak ketiga, atau Calon
Nasabah menggunakan perangkat lunak milik PJK atau milik pihak ketiga,
yang diakses atau telah diunduh dan terpasang pada perangkat keras milik
Calon Nasabah.

c. Tidak tatap muka secara elektronik


1. PJK menggunakan perangkat lunak milik PJK atau milik pihak ketiga, dan
perangkat keras milik PJK atau milik pihak ketiga.

2. Calon Nasabah menggunakan perangkat lunak dan perangkat keras milik PJK
atau milik pihak ketiga, atau Calon Nasabah menggunakan perangkat lunak
milik PJK atau milik pihak ketiga yang diakses atau telah diunduh dan
terpasang melalui perangkat keras atau telah terpasang di perangkat keras
milik Calon Nasabah.

3. PJK memanfaatkan data kependudukan serta memperhatikan dan


menerapkan paling sedikit 2 (dua) faktor keaslian (authentication factor),
berupa :
Page 50 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

a. Sesuatu yang Menjadi Ciri Khas dari Calon Nasabah (something you
are)
Ciri-ciri fisik dan/atau data biometric yang bersifat bawaan dan unik bagi
setiap orang, antara lain wajah (facial recognition), pola sidik jari
(fingerprint), dan pola retina/iris mata (retinal pattern)

b. Sesuatu yang Calon Nasabah Miliki (something you have).


Dokumen identitas yang dimiliki oleh Calon Nasabah yaitu Kartu Tanda
Penduduk yang wajib disertai pula dengan hal lainnya, seperti one-time
password (OTP), tanda tangan digital (digital signature), atau bentuk lain
yang dapat dipersamakan.

c. Sesuatu yang Calon Nasabah Ketahui (something you know).


sesuatu yang bersifat rahasia dan hanya diketahui oleh Calon Nasabah
saja, seperti username, password, personal identification number (PIN),
atau bentuk lain yang dapat dipersamakan

PJK wajib bertanggung jawab atas hasil verifikasi melalui mekanisme pertemuan
tatap muka secara elektronik atau verifikasi melalui mekanisme tidak tatap muka
secara elektronik dengan memanfaatkan penggunaan perangkat lunak dan/atau
perangkat keras milik pihak ketiga serta bertanggung jawab menjaga kerahasiaan
data hasil verifikasi.

3. CDD Sederhana
1. PJK BPR dapat menerapkan prosedur CDD yang lebih sederhana terhadap
calon Nasabah atau transaksi yang tingkat risiko terjadinya pencucian uang atau
pendanaan terorisme serta Pendanaan Proliferasi WMD tergolong rendah dan
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Tujuan pembukaan rekening untuk pembayaran atau penerimaan gaji
b. Calon Nasabah berupa emiten atau perusahaan publik yang tunduk pada
ketentuan peraturan perundang-undangan tentang kewajiban untuk
mengungkapkan kinerjanya
c. Calon Nasabah perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh
pemerintah
d. Calon Nasabah merupakan Lembaga Negara atau Instansi Pemerintah
e. Tujuan pembukaan rekening terkait dengan program pemerintah dalam
rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dan/atau pengentasan
kemiskinan; dan/atau
Page 51 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

f. Calon Nasabah yang berdasarkan penilaian risiko terjadinya Pencucian


Uang dan/atau Pendanaan Terorisme serta Pendanaan Proliferasi WMD
tergolong rendah dan memenuhi kriteria Calon Nasabah dengan profil dan
karakteristik sederhana.

2. Data dan Informasi yang dibutuhkan oleh calon Nasabah yang mendapat
perlakukan CDD yang lebih sederhana adalah:

Klasifikasi Calon Nasabah

Calon Nasabah Lembaga


selain Calon Negara/
No
Nasabah Orang Pemerintah
Orang Perikatan
Korporasi Perseorangan
Perseorangan Lainnya
dan Korporasi
berupa
Perusahaan

1 Nama lengkap Nama Nama Nama Nama


termasuk Lembaga
nama alias
(jika ada)
2 Nomor
dokumen
identitas
3 Alamat tempat Alamat Alamat Alamat Alamat
tinggal sesuai kedudukan kedudukan kedudukan Kedudukan
dokumen
identitas dan
alamat tempat
tinggal lain
(jika ada)
4 Tempat dan
tanggal lahir

3. Informasi diatas wajib didukung dengan:


a. Dokumen Identitas Calon Nasabah orang perseorangan
b. Dokumen identitas perusahaan ditambah dengan spesimen tanda tangan
dan kuasa kepada pihak yang ditunjuk mempunyai wewenang bertindak
Page 52 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

untuk dan atas nama perusahaan, bagi Calon Nasabah Korporasi berupa
perusahaan yang tergolong usaha mikro dan usaha kecil yang telah
memenuhi ketentuan.
c. Dokumen identitas perusahaan dan dokumen identitas anggota Direksi atau
pemegang kuasa dari anggota Direksi yang berwenang mewakili
perusahaan, bagi Calon Nasabah Korporasi berupa perseroan perorangan
yang telah memenuhi ketentuan.
d. Dokumen lainnya sebagai pengganti dokumen identitas yang dapat
memberikan keyakinan kepada PJK tentang profil Calon Nasabah, dan
spesimen tanda tangan, bagi Calon Nasabah Korporasi di luar mikro dan
kecil dan Calon Nasabah yang tujuan pembukaan rekening terkait dengan
program pemerintah.

4. PJK dapat menerapkan prosedur CDD sederhana tersendiri sesuai dengan


penilaian risiko atas Calon Nasabah yang memenuhi ketentuan.
5. Dalam hal PJK menerapkan prosedur CDD sederhana tersendiri, PJK wajib
memberitahukan hal tersebut kepada OJK dimana pemberitahuan tersebut
meliputi informasi mengenai :
a. Kriteria identifikasi Nasabah dan transaksi berisiko rendah konsisten
dengan penilaian risiko yang dilakukan oleh PJK
b. Persyaratan CDD sederhana mampu mengelola tingkat ancaman
Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme serta Pendanaan
Proliferasi WMD terhadap Calon Nasabah dan transaksinya yang telah
diidentifikasi dengan tingkat risiko rendah terhadap Pencucian Uang
dan/atau Pendanaan Terorisme serta Pendanaan Proliferasi WMD
c. Persyaratan CDD sederhana tidak mencakup Nasabah yang berdasarkan
peraturan perundang- undangan dikategorikan sebagai Nasabah atau
transaksi yang berisiko tinggi
d. Waktu dimulainya penerapan prosedur CDD sederhana.
6. PJK wajib mengimplementasikan dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
prosedur CDD sederhana tersendiri
7. Prosedur CDD sederhana tidak berlaku apabila terdapat dugaan terjadi transaksi
Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme serta Pendanaan Proliferasi
WMD atau tingkat risikonya meningkat.
8. PJK wajib membuat dan menyimpan daftar Nasabah yang mendapat perlakuan
CDD sederhana.

Page 53 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

9. Dalam hal penggunaan rekening tidak sesuai dengan tujuan, maka PJK wajib
melakukan prosedur CDD secara lengkap terhadap Nasabah yang
bersangkutan.

4. CDD Pihak Ketiga


1. PJK dapat menggunakan hasil CDD yang telah dilakukan oleh pihak ketiga
terhadap Calon Nasabahnya yang telah menjadi Nasabah pada pihak ketiga
tersebut.
2. Pelaksanaan penggunaan hasil identifikasi dan verifikasi sebagaimana dimaksud
pada angka 1, tidak berlaku untuk hubungan outsourcing dan/atau keagenan
antara PJK dan pihak ketiga dimaksud.
3. Dalam hal PJK menggunakan hasil CDD pihak ketiga sebagaimana dimaksud
pada angka 1, PJK wajib:
a. Memahami maksud dan tujuan hubungan usaha calon nasabah
b. Mengidentifikasi dan memverifikasi Nasabah dan Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner).
4. Dalam hal PJK menggunakan hasil CDD yang telah dilakukan oleh pihak ketiga,
tanggung jawab CDD tetap berada pada PJK tersebut.
5. Dalam hal PJK menggunakan hasil CDD pihak ketiga:
a. PJK wajib memiliki kerja sama dengan pihak ketiga dalam bentuk
kesepakatan tertulis;
b. PJK wajib segera secara langsung mendapatkan informasi yang diperlukan
terkait dengan informasi dan hasil identifikasi dan verifikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 dan Pasal 33 POJK No.8/2023
c. PJK wajib mengambil langkah yang memadai untuk memastikan bahwa
pihak ketiga bersedia memenuhi permintaan informasi dan salinan dokumen
pendukung segera tanpa ada penundaan jika dibutuhkan oleh PJK dalam
penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM.
d. PJK wajib memastikan bahwa pihak ketiga merupakan lembaga keuangan,
penyedia barang dan/atau jasa, profesi tertentu, dan/atau entitas lain yang
wajib menerapkan penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM, termasuk
memiliki prosedur CDD dan penatausahaan dokumen, serta tunduk pada
pengaturan, pengawasan, dan pemantauan dari otoritas berwenang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
e. PJK wajib memperhatikan informasi terkait risiko negara tempat pihak ketiga
tersebut berasal.
6. Dalam hal pihak ketiga berkedudukan di Negara Berisiko Tinggi (High Risk
Countries), maka pihak ketiga tersebut wajib memenuhi kriteria:
Page 54 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

a. Berada dalam Konglomerasi Keuangan (financial group) yang sama dengan


PJK
b. Konglomerasi Keuangan tersebut telah menerapkan CDD, penatausahaan
dokumen, dan program APU, PPT, dan PPPSPM secara efektif sesuai
dengan Rekomendasi FATF
c. Konglomerasi Keuangan (financial group) tersebut diawasi oleh otoritas yang
berwenang.
7. Dalam hal PJK menggunakan hasil CDD yang dilakukan oleh pihak ketiga yang
merupakan Konglomerasi Keuangan (financial group) yang sama maka PJK atau
perusahaan induk harus mempertimbangkan persyaratan sebagaimana
dimaksud pada huruf (4) dan (5) dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Konglomerasi Keuangan menerapkan ketentuan CDD, penatausahaan
dokumen, dan program APU, PPT, dan PPPSPM sebagaimana diatur dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini
b. Terhadap implementasi atas CDD, penatausahaan dokumen, dan program
APU, PPT, dan PPPSPM dilakukan pengawasan Konglomerasi Keuangan
oleh otoritas yang berwenang
c. Terhadap Negara Berisiko Tinggi telah dilakukan mitigasi risiko secara
memadai oleh unit APU, PPT, dan PPPSPM berdasarkan kebijakan program
APU, PPT, dan PPPSPM di tingkat Konglomerasi Keuangan

5. Enhanced Due Dilligence (EDD)


Uji Tuntas Lanjut (Enhanced Due Diligence) terhadap Calon Nasabah, Nasabah, WIC,
dan/atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) yang Berisiko Tinggi
1) Bank harus melakukan kegiatan CDD yang lebih mendalam atau Enhanced Due
Diligence (EDD) terhadap kriteria Calon Nasabah, Nasabah, WIC, dan/atau
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) yang memenuhi kriteria berisiko tinggi.

2) Contoh EDD sebagaimana dimaksud pada angka 1) antara lain sebagai berikut:
a. Mencari informasi tambahan terkait Calon Nasabah, Nasabah, WIC, dan/atau
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) berisiko tinggi mengenai:
1) Pekerjaan, daftar kekayaan, atau informasi lain di pangkalan data
(database) yang dapat diakses oleh publik maupun melalui internet dan
memperbaharui data identitas Nasabah dan/atau Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner) yang berisiko tinggi secara berkala
2) Alasan dan tujuan hubungan usaha atau transaksi keuangan baik yang
akan atau telah dilakukan; dan
3) Sumber dana atau sumber kekayaan
Page 55 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

b. Meminta persetujuan dari pejabat senior untuk memulai atau meneruskan


hubungan usaha dengan Calon Nasabah, Nasabah, WIC, dan/atau Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner) yang berisiko tinggi; dan/atau
c. Melakukan pemantauan yang lebih ketat terhadap Nasabah, dan/atau Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner) yang berisiko tinggi, dengan menambah jumlah
dan waktu pemantauan, serta menyeleksi pola transaksi yang memerlukan
penelaahan lebih lanjut.
3) Dalam hal berdasarkan hasil EDD yang dilakukan terhadap Nasabah berisiko
tinggi yang melakukan transaksi tidak sesuai dengan profil Nasabah yang
bersangkutan namun diperoleh underlying atau alasan yang jelas atas transaksi
yang dilakukan, pemantauan terhadap transaksi tersebut dilakukan sesuai
prosedur yang berlaku. Dalam hal hasil EDD tidak diperoleh underlying atau
alasan yang jelas, transaksi tersebut harus dilaporkan dalam Laporan Transaksi
Keuangan Mencurigakan (LTKM) dan dilakukan pemantauan yang lebih ketat.

4) Sifat, kualitas, dan kuantitas informasi Nasabah dan/atau Pemilik Manfaat


(Beneficial Owner) berisiko tinggi yang diperoleh dari hasil EDD harus
memberikan gambaran mengenai tingkat risiko yang timbul dari hubungan usaha
yang terjadi.

5) Informasi yang diperoleh harus dapat diverifikasi dan memberikan keyakinan


terhadap profil Nasabah dan/atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) berisiko
tinggi sesungguhnya.

6. Penatausahaan Kebijakan dan Prosedur Penerapan APU-PPT & P3SPM


PJK wajib mengidentifikasi, menilai, dan memahami risiko tindak pidana Pencucian
Uang dan/atau tindak pidana Pendanaan Terorisme dan Proliferasi WMD terkait
dengan nasabah, negara atau area geografis, produk, jasa, transaksi atau jaringan
distribusi (delivery channels).

Dalam melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud diatas, PJK wajib untuk :


a. Mendokumentasikan penilaian risiko
b. Mempertimbangkan seluruh faktor risiko yang relevan sebelum menetapkan
tingkat keseluruhan risiko, serta tingkat dan jenis mitigasi risiko yang memadai
untuk diterapkan
c. Mengkinikan penilaian risiko secara berkala
d. Memiliki mekanisme yang memadai terkait penyediaan informasi penilaian risiko
kepada instansi yang berwenang.
Page 56 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

Penilaian risiko wajib mengacu pada penilaian risiko Indonesia terhadap tindak pidana
Pencucian Uang dan tindak pidana Pendanaan Terorisme/Proliferasi WMD secara
nasional (National Risk Assessment) dan secara sektoral (Sectoral Risk Assessment).

Kegiatan berupa identifikasi, verifikasi, dan pemantauan yang dilakukan PJK BPR
untuk memastikan bahwa transaksi dilakukan sesuai dengan profil pengguna jasa
bank merupakan kegiatan pelaksanaan prosedur Costumer Due Dilligence (CDD).
Dalam hal PJK BPR berhubungan dengan Nasabah yang tergolong berisiko tinggi
terhadap kemungkinan pencucian uang dan pendanaan terorisme dan Proliferasi
WMD, PJK BPR melakukan prosedur CDD yang lebih mendalam yang disebut dengan
Enhanced Due Diligence (EDD).

PJK wajib mengidentifikasi dan melakukan penilaian risiko tindak pidana Pencucian
Uang dan/atau tindak pidana Pendanaan Terorisme serta Pendanaan Proliferasi
Senjata Pemusnah Massal yang terkait dengan pengembangan produk dan praktik
usaha baru, termasuk mekanisme distribusi baru, dan penggunaan teknologi baru
atau pengembangan teknologi untuk produk baru maupun produk yang telah ada.

PJK wajib melakukan penilaian risiko sebelum produk, praktik usaha dan teknologi
diluncurkan atau digunakan dan wajib melakukan tindakan yang memadai untuk
mengelola dan memitigasi risiko terkait dengan pengembangan produk dan praktik
usaha baru dimaksud.

PJK wajib memiliki kebijakan, pengawasan, dan prosedur pengelolaan serta mitigasi
risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM yang mampu mengelola dan memitigasi risiko
yang telah diidentifikasi yang disetujui oleh Dewan Komisaris dan PJK wajib
memantau penerapan kebijakan, pengawasan, dan prosedur dan mengevaluasi
penerapannya. Dalam hal risiko yang lebih tinggi teridentifikasi, PJK wajib
menetapkan tindakan yang lebih mendalam untuk mengelola dan memitigasi risiko.
PJK wajib memiliki kebijakan dan prosedur untuk mengelola dan memitigasi risiko
TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM yang diidentifikasi sesuai dengan penilaian risiko.

Kebijakan dan Prosedur APU-PPT & P3SPM wajib dituangkan secara tertulis, dan
dapat disertai dengan diagram alur dan penjelasan dari setiap tahapan prosedur pada
diagram alur tersebut. Kebijakan dan prosedur penerapan program APU, PPT, dan
PPPSPM meliputi:
a. Identifikasi dan verifikasi Nasabah
Page 57 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

b. Identifikasi dan verifikasi Pemilik Manfaat (Beneficial Owner);


c. Penolakan transaksi dan penutupan hubungan usaha
d. Pengelolaan risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM yang berkelanjutan terhadap
Nasabah, negara, produk, dan jasa serta jaringan distribusi
e. Pemeliharaan data yang akurat terkait dengan transaksi, penatausahaan proses
CDD, serta penatausahaan kebijakan dan prosedur
f. Pengkinian dan pemantauan
g. Pelaporan kepada pejabat senior, Direksi, dan Dewan Komisaris terhadap
pelaksanaan kebijakan dan prosedur

PJK wajib melakukan reviu atas kebijakan dan prosedur tertulis yang telah dimiliki
sebanyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. Dalam hal sesuai dengan kebutuhan PJK
berdasarkan penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM, kegiatan, skala usaha,
kompleksitas usaha, karakteristik usaha, dan/atau peristiwa atau perkembangan besar
dalam manajemen dan operasional PJK, reviu sebagaimana dimaksud diatas dapat
dilakukan lebih dari 1 (satu) kali.

Dalam hal PJK perlu melakukan perubahan atas kebijakan dan prosedur yang telah
ada berdasarkan reviu yang telah dilakukan sebagaimana dimaksud, PJK wajib
menyusun perubahan kebijakan dan prosedur paling lama 6 (enam) bulan sejak hasil
reviu.

Kebijakan dan prosedur Penerapan APU-PPT & P3SPM, wajib mempertimbangkan


faktor teknologi informasi yang berpotensi disalahgunakan oleh pelaku TPPU, TPPT,
dan/atau PPSPM dan PJK wajib menerapkan kebijakan dan prosedur penerapan
program APU, PPT, dan PPPSPM secara konsisten dan berkesinambungan.

Page 58 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

BAB X
PENGKINIAN DAN PEMANTAUAN

1. PENGKINIAN
1. PJK wajib melakukan pengkinian, serta mengusulkan kebijakan dan prosedur
penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM yang telah disusun untuk mengelola
dan memitigasi risiko berdasarkan penilaian risiko.
2. PJK wajib mengidentifikasi, menilai, dan memahami risiko TPPU, TPPT, dan/atau
PPSPM terhadap Nasabah, negara atau area geografis, produk, jasa, transaksi
atau jaringan distribusi. Atas hal tersebut maka PJK wajib mengkinikan penilaian
risiko sebanyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
3. PJK wajib melakukan pengkinian data dan profil Nasabah serta data dan profil
transaksi Nasabah.
4. PJK wajib melakukan upaya pengkinian data, informasi, dan/atau dokumen
pendukung.
5. Pengkinian terhadap dokumen identitas antara lain dilakukan jika terdapat
transaksi keuangan yang memenuhi kriteria sebagai Transaksi Keuangan
Mencurigakan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan
mengenai pencegahan dan pemberantasan TPPU, peraturan perundang-
undangan mengenai pencegahan dan pemberantasan TPPT, dan/atau peraturan
mengenai pencegahan dan pemberantasan PPSPM. Dalam melakukan
pengkinian data, PJK memperhatikan materialitas dan tingkat risikonya, serta
dilakukan dalam waktu yang tepat melalui reviu terhadap profil dan transaksi
Nasabah, dengan mempertimbangkan waktu pelaksanaan CDD yang telah
dilakukan sebelumnya dan kecukupan data yang telah diperoleh.
6. Pengkinian data meliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Yang dimaksud
dengan “data kuantitatif” antara lain statistik jumlah Nasabah yang datanya telah
atau belum dikinikan dan yang dimaksud dengan “data kualitatif” antara lain
kendala, upaya yang telah dilakukan PJK serta kemajuan (progress) dari upaya
tersebut.
Page 59 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

7. Perubahan atas kebijakan dan prosedur, dan/atau laporan rencana pengkinian


data didasarkan antara lain perubahan kebijakan otoritas yang berwenang
8. PJK wajib mendokumentasikan upaya pengkinian data
9. Dalam melakukan pengkinian data, PJK wajib :
a. Melakukan pemantauan terhadap informasi dan dokumen Nasabah
b. Menyusun laporan rencana pengkinian data
Jumlah %
Jenis Nasabah Informasi yang akan dikinikan
CIF Pemenuhan
dan tingkat
No CIF yang Metode atau strategi CIF yang
risiko
akan % terhadap jumlah seluruh CIF telah
dikinikan dikinikan

I Nasabah Orang Perseorangan


a. Risiko 10 10,00% - No.KTP/NPWP Pengkinian data 100%
Tinggi dilakukan pada saat
Nasabah melakukan
hal-hal sebagai berikut :
,- Alamat Tempat Tinggal - Transaksi Bank
- Status - Perpanjangan Kredit
- Pekerjaan - Penggantian buku
tabungan
- Alamat Tempat Bekerja - Kunjungan ke
Nasabah
b. Resiko 20 20,00% - No.KTP/NPWP Pengkinian data 100%
Menengah ,- Alamat Tempat Tinggal dilakukan pada saat
- Status Nasabah melakukan
- Pekerjaan hal-hal sebagai berikut :
- Alamat Tempat Bekerja - Transaksi Bank
- Perpanjangan Kredit
- Penggantian buku
tabungan
- Kunjungan ke
Nasabah
c. Resiko 70 70,00% - No.KTP/NPWP Pengkinian data 100%
Rendah ,- Alamat Tempat Tinggal dilakukan pada saat
- Status Nasabah melakukan
- Pekerjaan hal-hal sebagai berikut :
- Alamat Tempat Bekerja - Transaksi Bank
- Perpanjangan Kredit
- Penggantian buku
tabungan
- Kunjungan ke
Nasabah

II Nasabah Korporasi
1. Non Usaha
Mikro &

Page 60 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

Jumlah %
Jenis Nasabah Informasi yang akan dikinikan
CIF Pemenuhan
dan tingkat
No CIF yang Metode atau strategi CIF yang
risiko
akan % terhadap jumlah seluruh CIF telah
dikinikan dikinikan

Kecil
a. Risiko
Tinggi
b. Resiko
Menengah
c. Resiko
Rendah

2. Usaha
Mikro &
Kecil
a. Risiko
Tinggi
b. Resiko
Menengah
c. Resiko
Rendah

3. PJK
a. Risiko
Tinggi
b. Resiko
Menengah
c. Resiko
Rendah

4. Yayasan
a. Risiko
Tinggi
b. Resiko
Menengah
c. Resiko
Rendah

III Lembaga Negara/Pemerintah


a. Risiko
Tinggi
b. Resiko
Menengah
c. Resiko
Rendah

c. Menyusun laporan realisasi pengkinian data.


Page 61 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

Jenis Nasabah dan tingkat Perkembangan


Upaya Yang
No risiko Targe Kendala
Realisasi Deviasi (%) Akan Dilakukan
t

I Nasabah Orang Perseorangan


a. Risiko Tinggi
b. Resiko Menengah
c. Resiko Rendah

II Nasabah Korporasi
1. Non Usaha Mikro & Kecil
a. Risiko Tinggi
b. Resiko Menengah
c. Resiko Rendah

2. Usaha Mikro & Kecil


a. Risiko Tinggi
b. Resiko Menengah
c. Resiko Rendah

3. PJK
a. Risiko Tinggi
b. Resiko Menengah
c. Resiko Rendah

4. Yayasan
a. Risiko Tinggi
b. Resiko Menengah
c. Resiko Rendah

III Lembaga Negara/Pemerintah


a. Risiko Tinggi
b. Resiko Menengah
c. Resiko Rendah

10. Laporan pemantauan terhadap informasi dan dokumen Nasabah wajib mendapat
persetujuan dari Direksi.

2. PEMANTAUAN
1. PJK wajib melakukan analisis terhadap seluruh transaksi yang tidak sesuai
dengan profil, karakteristik, dan/atau kebiasaan pola transaksi Nasabah.
2. PJK dapat meminta informasi kepada Nasabah tentang latar belakang dan tujuan
transaksi terhadap transaksi yang tidak sesuai dengan profil, karakteristik,
dan/atau kebiasaan pola transaksi Nasabah, dengan memperhatikan anti tipping-

Page 62 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

off sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai pencegahan dan


pemberantasan TPPU.
3. Dalam melaksanakan pemantauan, PJK wajib memiliki sistem yang dapat:
a. mengidentifikasi, menganalisis, memantau, dan menyediakan laporan secara
efektif mengenai profil, karakteristik, dan/atau kebiasaan pola transaksi yang
dilakukan oleh Nasabah
b. menelusuri setiap transaksi, apabila diperlukan, termasuk penelusuran atas
identitas Nasabah, bentuk transaksi, tanggal transaksi, jumlah dan denominasi
transaksi, serta sumber dana yang digunakan untuk transaksi.
4. Dalam hal informasi yang diminta oleh PJK kepada Nasabah tidak memberikan
penjelasan yang meyakinkan, PJK wajib melaporkan kepada Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan sebagai Transaksi Keuangan Mencurigakan.
5. PJK wajib melakukan pemantauan yang berkesinambungan terhadap hubungan
usaha/transaksi dengan:
a. Nasabah yang berasal dari Negara Berisiko Tinggi
b. PJK yang berkedudukan di Negara Berisiko Tinggi.
6. PJK wajib memelihara dan mengkinikan DTTOT dan/atau DPPSPM yang
disampaikan oleh Otoritas Jasa Keuangan melalui sistem yang disediakan oleh
Otoritas Jasa Keuangan.
7. PJK dilarang menyediakan, memberikan, atau meminjamkan dana kepada atau
untuk kepentingan orang atau Korporasi yang identitasnya tercantum dalam
DTTOT dan/atau DPPSPM.
8. PJK wajib melakukan:
a. Identifikasi dan memastikan kesesuaian identitas dan informasi lain mengenai
Nasabah dengan identitas dan informasi lain yang tercantum dalam DTTOT
dan/atau DPPSPM
b. Mitigasi risiko atas kemungkinan terjadinya false positive atau false negative,
sejak PJK menerima DTTOT dan DPPSPM
False Negatif :
Kesalahan tidak dilakukannya pemblokiran secara serta merta yang dilakukan
oleh penyelenggara menemukan adanya kesesuaian atas sebagian informasi
pengguna jasa yang berada dalam database penyelenggara dengan identitas
orang atau korporasi yang tercantum dalam DTTOT & DPPSPM.

Page 63 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

False Positif :
Kesalahan pelaksanaan pemblokiran secara serta merta yang dilakukan oleh
penyelenggara menemukan adanya kesesuaian sebagai informasi pengguna
jasa yang berada dalam database penyelenggara yang tercantum dalam
DTTOT & DPPSPM

9. Dalam hal terdapat kesesuaian identitas dan informasi lain terkait Nasabah atau
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) dengan identitas dan informasi lain yang
tercantum dalam DTTOT dan/atau DPPSPM, PJK wajib melakukan Pemblokiran
secara serta merta tanpa penundaan dan tanpa pemberitahuan sebelumnya
kepada Nasabah atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner).
10. Pemblokiran dilakukan terhadap dana yang dimiliki atau dikuasai, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang diperoleh dengan cara apapun dan dalam
hal apapun, oleh Nasabah atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), baik
sepenuhnya maupun secara bersama-sama dengan pihak lain.
11. Dalam hal terdapat kesesuaian identitas dan informasi lain terkait Calon Nasabah,
Nasabah, WIC, dan/atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) dengan identitas dan
informasi lain yang tercantum dalam DTTOT dan/atau DPPSPM, PJK wajib
melaporkannya sebagai laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan kepada
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.

Page 64 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

12. PJK yang melakukan Pemblokiran secara serta merta tanpa penundaan terkait
DTTOT, wajib:
a. membuat berita acara Pemblokiran secara serta merta tanpa penundaan
b. menyampaikan laporan Pemblokiran secara serta merta dimaksud dengan
melampirkan berita acara Pemblokiran secara serta merta tanpa penundaan
kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan tembusan kepada
Otoritas Jasa Keuangan.
13. PJK yang melakukan Pemblokiran secara serta merta tanpa penundaan terkait
DPPSPM, wajib :
a. Membuat berita acara Pemblokiran secara serta merta tanpa penundaan
b. Menyampaikan laporan Pemblokiran secara serta merta dimaksud dengan
melampirkan berita acara Pemblokiran secara serta merta tanpa penundaan
dimaksud kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan dengan
tembusan kepada Otoritas Jasa Keuangan.
14. Dalam hal tidak ditemukan kesesuaian identitas dan informasi lain terkait Nasabah
dengan identitas dan informasi lain yang tercantum dalam DTTOT, PJK wajib
membuat dan menyampaikan laporan nihil kepada Kepolisian Negara Republik
Indonesia dengan tembusan kepada Otoritas Jasa Keuangan.
15. Dalam hal tidak ditemukan kesesuaian identitas dan informasi lain terkait Nasabah
dengan identitas dan informasi lain yang tercantum dalam DPPSPM, PJK wajib
membuat dan menyampaikan laporan nihil kepada Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan dengan tembusan kepada Otoritas Jasa Keuangan.
16. PJK wajib mengidentifikasi, menilai, memahami, dan memitigasi risiko
penghindaran sanksi (sanction evasion) terkait DTTOT dan/atau DPPSPM yang
dilakukan oleh Calon Nasabah, Nasabah, WIC, dan/atau Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner).

3. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


Sistem informasi manajemen untuk mengidentifikasi transaksi keuangan yang
mencurigakan dengan menggunakan parameter yang disesuaikan secara berkala dan
memperhatikan kompleksitas usaha, volume transaksi, dan risiko yang dimiliki Bank.

Bank harus memiliki dan memelihara profil Nasabah secara terpadu (single CIF).
Informasi yang terdapat dalam single CIF meliputi seluruh produk dan jasa yang
digunakan oleh Nasabah pada suatu Bank yaitu antara lain tabungan, deposito, dan
kredit atau pembiayaan.

Page 65 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

Untuk rekening bersama (joint account), CIF dibuat atas masing- masing pihak
pemilik rekening bersama (joint account), misal:
1. Rekening bersama (joint account) atas nama A dan B, CIF yang dibuat adalah 2
(dua) CIF yaitu CIF atas nama A dan CIF atas nama B dengan menginformasikan
bahwa baik A maupun B memiliki rekening bersama (joint account).
2. Rekening bersama (joint account) atas nama A atau B, CIF yang dibuat adalah 2
(dua) CIF yaitu CIF atas nama A dan CIF atas nama B dengan menginformasikan
bahwa baik A maupun B memiliki rekening bersama (joint account).

Sistem Informasi Manajemen Pangkalan data (database) Daftar Teroris dan Daftar
Terduga Teroris dan Organisasi Teroris serta Daftar Pendanaan Proliferasi WMD :
1. Bank harus memelihara pangkalan data (database) DTTOT dan Daftar
Pendanaan Proliferasi WMD yang diterima dari Otoritas Jasa Keuangan dan
PPATK yang dikeluarkan oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
berdasarkan penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
2. PJK wajib memelihara daftar terduga teroris dan organisasi teroris, dan daftar
pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal
3. PJK wajib melakukan identifikasi dan memastikan secara berkala nama Nasabah
yang memiliki kesamaan nama dan informasi lain atas Nasabah dengan nama
dan informasi yang tercantum dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris
dan daftar pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal.
4. Dalam hal terdapat kemiripan nama Nasabah dengan nama yang tercantum
dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris, dan daftar pendanaan
Proliferasi Senjata Pemusnah Massal, PJK wajib memastikan kesesuaian identitas
Nasabah tersebut dengan informasi lain yang terkait.
5. Dalam hal terdapat kesamaan nama Nasabah dan kesamaan informasi lainnya
dengan nama yang tercantum dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris,
dan daftar pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal, PJK wajib segera
melakukan Pemblokiran secara serta merta (Freeze Without Delay)
6. Dalam hal PJK telah melakukan Pemblokiran secara serta merta terhadap
Nasabah yang tercantum dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris serta
Daftar Pendanaan Proliferasi WMD, PJK wajib melaporkannya sebagai laporan
Transaksi Keuangan Mencurigakan.
7. PJK dilarang menyediakan, memberikan, atau meminjamkan Dana kepada atau
untuk kepentingan orang atau Korporasi yang identitasnya tercantum dalam daftar
terduga teroris dan organisasi teroris dan daftar pendanaan Proliferasi Senjata
Pemusnah Massal.

Page 66 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

BAB XI
PELAPORAN KEPADA PEJABAT SENIOR, DIREKSI, DAN DEWAN KOMISARIS
TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN DAN PROSEDUR PENERAPAN PROGRAM
APU, PPT, DAN PPPSPM

Penanggung Jawab Penerapan APU-PPT & P3SPM wajib menyampaikan laporan kepada
Direksi dan Dewan KomisarisOtoritas Jasa mengenai:
a. Dokumen penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM yang telah disusun secara
individual setiap bulan.
b. Pengkinan atas dokumen penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM yang telah
disusun secara individual setiap bulan.
c. Laporan Identitas Profil Risiko Nasabah
d. Pengawasan Pelaksanaan Program APU-PPT dan PPPSPM (WIC yang ditolak
transaksinya)
e. Pengawasan Pelaksanaan Program APU-PPT dan PPPSPM ( Rincian Transaksi
Nasabah Mencurigakan dan Tidak Sesuai Profil)
f. Pengawasan Pelaksanaan Program APU-PPT dan PPPSPM ( Rincian Profil Nasabah
Beneficial Owner)
g. Pengawasan Pelaksanaan Program APU-PPT dan PPPSPM (Kemiripan Dengan
Daftar Teroris)
h. Pengawasan Pelaksanaan Program APU-PPT dan PPPSPM (Realisasi Pelatihan
APU-PPT dan PPPSPM kepada Karyawan)
i. Rincian Transaksi Nasabah Tidak Sesuai Profil
j. Pengawasan Pelaksanaan Program APU-PPT dan PPPSPM (Rincian Pengkajian
Transaksi Mencurigakan)

Page 67 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

k. Penanggung Jawab Penerapan Program APU-PPT& P3SPM wajib menyusun


kebijakan dan prosedur penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM untuk diusulkan
kepada Direksi yang selanjutnya meminta persetujuan dari Dewan Komisaris
l. Pelaporan High Risk Customer (HRC) kepada Direksi, Dan Dewan Komisaris secara
rutin setiap bulan oleh Penanggung Jawab Penerapan Program APU-PPT& P3SPM.
m. Penilaian kecukupan proses Penerapan program APU-PPT & P3SPM kepada Direksi
Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan oleh Penanggung Jawab Penerapan Program
APU-PPT& P3SPM.
n. Pelaporan Temuan Pemeriksaan oleh Audit Internal atas penerapan Program APU-
PPT & P3SPM kepada Direktur Utama dengan tembusan kepada Direksi Yang
Membawahkan Fungsi kepatuhan dan Dewan Komisaris.

BAB XII
PELAPORAN KEPADA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI
KEUANGAN

1. LAPORAN KEPADA OTORITAS JASA KEUANGAN


a. Dokumen penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM yang telah disusun
secara individual, untuk pertama kalinya paling lama 12 (dua belas) bulan sejak
diberlakukannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini
b. Pengkinan atas dokumen penilaian risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM yang
telah disusun secara individual yang disampaikan setiap tahun paling lambat
akhir bulan Juni
c. Kebijakan dan prosedur penerapan program APU, PPT, dan PPPSPM
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 paling lama 6 (enam) bulan sejak
diberlakukannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini
d. Laporan Rencana Pengkinian yang disampaikan setiap tahun paling lama akhir
bulan Desember sebelum periode pengkinian data
e. Laporan Realisasi Pengkinian Data yang disampaikan setiap tahun paling lama
akhir bulan Januari setelah periode pengkinian data berakhir
f. Tembusan laporan Pemblokiran secara serta merta dengan melampirkan berita
acara Pemblokiran secara serta merta, paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak PJK
menerima DTTOT dan DPPSPM dan tembusan laporan nihil paling lama 3 (tiga)
hari kerja sejak PJK menerima DTTOT dan DPPSPM.

Penyampaian laporan tersebut diatas wajib disampaikan kepada kepala satuan kerja
pengawasan melalui sistem elektronik yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa
Page 68 of 70
Pedoman Kebijakan dan Prosedur APU-PPT dan P3SPM
POJK No.8 Tahun 2023 Tanggal 14 Juni 2023
Revisi : 3 Tanggal : 12 Desember 2023

Keuangan. Dalam hal sistem elektronik belum tersedia atau mengalami gangguan,
PJK wajib menyampaikan dokumen secara fisik atau melalui surat elektronik ke
Otoritas Jasa Keuangan yang ditujukan kepada kepala satuan kerja pengawasan.

Dalam hal tanggal pelaporan jatuh pada hari libur, penyampaian laporan dilakukan
pada hari kerja berikutnya.Dalam hal terdapat perubahan atas kebijakan dan
prosedur, dan/atau laporan rencana pengkinian data, yang telah disampaikan
kepada Otoritas Jasa Keuangan, PJK wajib menyampaikan perubahan tersebut
paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak perubahan dilakukan.

2. LAPORAN KEPADA PPATK


a. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan, Transaksi Keuangan Tunai, dan
Laporan lain.
b. Laporan Pemblokiran secara serta merta dengan melampirkan berita acara
Pemblokiran secara serta merta terkait dengan DPPSPM kepada Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak
PJK menerima DPPSPM.
c. Laporan nihil terkait DPPSPM kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak PJK menerima DPPSPM
d. Laporan koreksi atas semua laporan tersebut sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan mengenai pencegahan dan pemberantasan
TPPU, TPPT, dan/atau peraturan mengenai PPSPM.

3. LAPORAN KEPADA KEPOLISIAN RI


a. PJK wajib menyampaikan laporan Pemblokiran secara serta merta yang dilampiri
dengan berita acara Pemblokiran secara serta merta terkait dengan DTTOT
kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia paling lama 3 (tiga) hari kerja
sejak PJK menerima DTTOT.
b. Laporan nihil terkait DTTOT kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia
paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak PJK menerima DTTOT.

Page 69 of 70

Anda mungkin juga menyukai