Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KELOMPOK 1

MATA KULIAH : HUKUM DAN ETIKA BISNIS

ASPEK HUKUM PERJANJIAN


DALAM AKTIVITAS BISNIS

DOSEN PENGAMPU : DR. MIMELIENTESA IRMAN, S.E., M.


AK., AK
ANGGOTA KELOMPOK :

1. Abadi (2261101198)
2. Bambang Irawan (2261101264)
3. Dewi Silvia (2261101212)
4. Sari Ningsih (2261101199)
5. Mega Lestari (2261101154)
6. Budi Hartati (2261101193)
7. Watri Juita (226110122
8. Jasnida (2261101247)
PENGENALAN HUKUM
PERJANJIAN
Hukum perjanjian dalam bisnis merujuk pada serangkaian
aturan dan prinsip hukum yang mengatur pembentukan,
pelaksanaan, dan penyelesaian perjanjian bisnis antara pihak-
pihak yang terlibat.

Perjanjian bisnis itu merupakan suatu bentuk kontrak yang


melibatkan kesepakatan antara dua pihak atau lebih untuk
menciptakan hubungan hukum yang spesifik dan menetapkan
hak serta kewajiban masing-masing pihak.
PENGERTIAN PERJANJIAN
Pengertian perjanjian sebagaimana terdapat dalam Pasal
1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan
bahwa :

suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dimana satu


orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
atau lebih.
DEFINISI PERJANJIAN MENURUT PARA
AHLI
 Menurut Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro "Perjanjian adalah kesepakatan
antara dua orang atau lebih yang berisi ketentuan-ketentuan untuk
menciptakan, memindahkan, atau membatalkan hak dan kewajiban."

 Prof. Satjipto Rahardjo: "Perjanjian adalah suatu peristiwa hukum yang


dihasilkan oleh kesepakatan kehendak dua pihak atau lebih, yang
dikehendaki untuk menciptakan, mengubah, atau membatalkan suatu
hubungan hukum."

 Prof. Dr. H. Mohammad Subekti, S.H.: "Perjanjian adalah suatu kesepakatan


antara dua orang atau lebih yang mengandung unsur membuat, memelihara,
atau memutuskan hubungan hukum tertentu."
PERJANJIAN DALAM
BISNIS Perjanjian dalam konteks bisnis adalah
kesepakatan antara pihak-pihak yang
memiliki niat hukum untuk membuat
hubungan hukum yang tertentu.

Ini bisa mencakup pembelian atau


penjualan barang, penyediaan atau
penerimaan layanan, kemitraan, dan
sebagainya.
JENIS JENIS PERJANJIAN DALAM BISNIS

01 02 03
Perjanjian Pembelian Perjanjian Penjualan Perjanjian Kemitraan
(Purchase Agreement) (Sales Agreement) (Partnership Agreement)

04 05 06
Perjanjian Lisensi (License Perjanjian Karyawan Perjanjian Layanan
Agreement) (Employment Agreement) (Service Agreement)
Sambungan

JENIS JENIS PERJANJIAN DALAM BISNIS


07 08 09
Perjanjian Sewa Perjanjian Pinjaman Perjanjian Distribusi
(Lease Agreement) (Loan Agreement) (Distribution Agreement)

10 11 12

Perjanjian Perjanjian
Pengembangan Perjanjian Pemborongan
(Development Kerahasiaan (Non- (Construction
Agreement) Disclosure Agreement)
Agreement - NDA)
TUJUAN PERJANJIAN
 Membuat Kewajiban dan Hak yang Jelas
 Mengatur Ketentuan Bisnis
 Melindungi Kepentingan Pihak
 Menghindari Sengketa
 Membentuk Dasar Hukum
 Memberikan Keamanan dan Kepastian
 Memfasilitasi Pembiayaan dan Investasi
 Mendorong Kerjasama
 Memberikan Kedudukan Hukum yang Jelas
 Mengatur Hak Kekayaan Intelektual
ASAS ASAS HUKUM PERJANJIAN
 Asas kebebasan berkontrak
 Asas Konsensualisme (concen- sualism)
 Asas Kepastian Hukum (pactasunt servanda)
 Asas Itikad Baik (good faith)
 Asas Kepribadian (personality)
ELEMEN ELEMEN YANG ADA
DALAM PERJANJIAN
 Pihak-pihak yang Terlibat
 Obyek Perjanjian
 Pertimbangan (Consideration)
 Kesepakatan (Agreement)
 Niat Hukum (Legal Intent)
 Ketentuan-ketentuan dan Syarat-syarat
 Kesesuaian dengan Hukum
 Ketidakberatan Bebas (Free Consent)
 Keabsahan dan Kepatuhan Hukum
 Ketentuan Pengakhiran (Termination Clause)
 Penyelesaian sengketa
ASPEK PENTING ISI PERJANJIAN
 Identitas pihak yang terlibat: Nama, alamat, dan informasi kontak
pihak-pihak yang terlibat.

 Deskripsi kesepakatan: Rincian mengenai hak dan kewajiban masing-


masing pihak.

 Kondisi pembayaran: Mekanisme pembayaran, batas waktu, dan jumlah


yang harus dibayarkan.

 Klausa pengakhiran: Syarat dan kondisi yang mengatur pengakhiran


perjanjian.

 Klausa penyelesaian sengketa: Mekanisme yang akan digunakan untuk


menyelesaikan sengketa, seperti mediasi atau arbitrase.
PERTIMBANGAN DALAM MEMBUAT
PERJANJIAN

 Tujuan Bisnis  Ketentuan Pengakhiran dan Sengketa


 Pihak-pihak yang Terlibat  Ketentuan Pengembangan atau
 Obyek Perjanjian Perubahan
 Risiko dan Tanggung Jawab  Peluang Keberlanjutan
 Ketentuan-ketentuan Penting
 Hukum dan Yurisdiksi yang berlaku
 Pajak dan Kepatuhan Hukum
 Kondisi Ekonomi dan Pasar
 Konsultasi dengan Ahli Hukum
 Negosiasi dan Fleksibilitas
SYARAT SAH PERJANJIAN
Pasal 1320 KUH-Perdata mengatur bahwa untuk
sahnya perjanjian, diperlukan empat syarat yaitu :

 Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya


 Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
 Suatu hal tertentu
 Suatu sebab yang halal
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK YANG
TERLIBAT

HAK PIHAK KEWAJIBAN PIHAK


 Kewajiban untuk Memenuhi Kesepakatan
 Hak untuk Meminta Pemenuhan
 Kewajiban untuk Menyediakan Informasi
Kewajiban
 Kewajiban untuk Menjaga Kerahasiaan
 Hak Kepemilikan
 Kewajiban untuk Membayar
 Hak untuk Mengakhiri Perjanjian
 Kewajiban untuk Tidak Melanggar Hukum
 Hak Memperoleh Ganti Rugi
 Hak untuk Mendapatkan Informasi
PELAKSANAAN PERJANJIAN

EKSEKUSI PEMBAYARAN
KESEPAKATAN
PELAPORAN
PEMENUHAN DAN
KEWAJIBAN EVALUASI
PENYELESAIAN SENGKETA

NEGOSIASI PENGADILAN

MEDIASI KLAUSUL
PENYELESAIAN
ARBITRASE SENGKETA
BERIKUT CONTOH KASUS-KASUS
PELANGGARAN HUKUM PERDATA

1. Kasus Pertambangan Freeport


Kasus pelanggaran hukum perdata yang pertama ini terjadi pada tahun 2006, PT
Freeport Indonesia, anak perusahaan dari Freeport-McMoRan, perusahaan
tambang asal Amerika Serikat, terlibat dalam sengketa dengan pemerintah
Indonesia terkait perjanjian kontrak tambang yang mengatur pengelolaan
tambang emas dan tembaga di Papua.

Sengketa ini melibatkan permasalahan terkait pembagian keuntungan, lingkungan


hidup, dan kewajiban perusahaan dalam menjalankan operasinya. Kasus ini
merupakan contoh pelanggaran hukum perdata internasional yang melibatkan
perusahaan asing dan pemerintah Indonesia.
2. Kasus Garuda Indonesia
vs. Rolls-Royce
Kasus pelanggaran hukum perdata yang kedua ini
terjadi pada tahun 2015, Garuda Indonesia, maskapai
penerbangan nasional Indonesia, mengajukan gugatan
terhadap Rolls-Royce, perusahaan manufaktur mesin
pesawat asal Inggris.

Garuda Indonesia mengklaim bahwa Rolls-Royce telah


melakukan praktik monopoli dalam penjualan suku
cadang mesin pesawat. Gugatan ini melibatkan
pelanggaran hukum persaingan internasional dan hak
konsumen.
3. Kasus PT Jamsostek vs.
Perusahaan Asuransi Asing
Kasus pelanggaran hukum perdata yang ketiga ini terjadi
pada tahun 2012, PT Jamsostek, perusahaan asuransi
sosial di Indonesia, terlibat dalam sengketa dengan
perusahaan asuransi asing terkait klaim ganti rugi bagi
pekerja yang mengalami kecelakaan kerja.
Sengketa ini melibatkan pertanyaan mengenai yurisdiksi,
kewajiban asuransi, dan penyelesaian sengketa perdata
internasional.
4. Kasus Samsung vs. Apple
Kasus pelanggaran hukum perdata yang satu ini terjadi pada
tahun 2012, Samsung, perusahaan elektronik Korea Selatan,
dan Apple, perusahaan teknologi Amerika Serikat, terlibat
dalam serangkaian gugatan paten di berbagai negara,
termasuk Amerika Serikat, Jerman, dan Australia.

Kedua perusahaan saling menuduh melanggar paten dalam


desain dan teknologi produk mereka. Kasus ini merupakan
contoh pelanggaran hukum perdata internasional dalam
konteks pelanggaran hak kekayaan intelektual antara
perusahaan multinasional.
KESIMPULAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai