Anda di halaman 1dari 12

PERIKATAN

ANDI ESSE JUMRIANI. S.H.,M.H


Konsep Dasar Perikatan:

 Definisi Perikatan: Perikatan adalah suatu


hubungan hukum yang timbul akibat
perjanjian antara dua pihak atau lebih.
 Hubungan Antara Perikatan dan Perjanjian:
Perikatan sering kali lahir dari perjanjian.
Perikatan dapat muncul secara langsung (ex
contractu) atau secara tidak langsung (ex
delicto) akibat perbuatan melanggar hukum
Unsur-unsur Perikatan:
 Kesepakatan: Adanya kesepakatan antara para
pihak yang diikuti oleh kemauan untuk
mengikatkan diri.
 Kemampuan untuk Membuat Perikatan: Para
pihak harus memenuhi syarat-syarat hukum
tertentu untuk bisa membuat perikatan.
 Suatu Hal yang Halal: Objek perikatan harus
sah secara hukum.
 Bentuk yang Sesuai dengan Hukum: Beberapa
perikatan mungkin memerlukan bentuk tertentu
agar sah.
Jenis-jenis Perikatan:
 Perikatan dengan Akibat Segera (Perikatan
Wajar): Akibat perikatan terjadi secara
langsung.
 Perikatan dengan Akibat Tertangguh
(Perikatan Pada Umumnya): Akibat perikatan
tidak langsung terjadi.
 Perikatan Kondisional: Terkait dengan
terpenuhinya suatu syarat tertentu.
 Perikatan Absolute dan Relatif: Tergantung
pada hubungan para pihak
Pembentukan Perikatan:
 Penawaran dan Penerimaan: Pembentukan
perikatan dimulai dari adanya tawaran (offer)
dan penerimaan (acceptance).
 Integrasi (Consensus): Para pihak harus
sepakat secara mutual mengenai isi perjanjian.
 Kekuatan Mengikat (Obligatoire): Para pihak
harus memiliki kemampuan hukum untuk
membuat perjanjian.
Pembentukan Perikatan:

 Penawaran dan Penerimaan: Pembentukan


perikatan dimulai dari adanya tawaran (offer)
dan penerimaan (acceptance).
 Integrasi (Consensus): Para pihak harus
sepakat secara mutual mengenai isi perjanjian.
 Kekuatan Mengikat (Obligatoire): Para pihak
harus memiliki kemampuan hukum untuk
membuat perjanjian.
Akibat Hukum dari Perikatan:

 Hak dan Kewajiban Para Pihak: Perikatan


menciptakan hak dan kewajiban bagi setiap
pihak yang terlibat.
 Pemutusan Perikatan: Kondisi-kondisi di
mana perikatan dapat dibatalkan atau diakhiri.
Perikatan Menurut Hukum Indonesia:

 Perikatan Menurut KUHPerdata: Rujukan


utama untuk hukum perikatan di Indonesia.
 Prinsip-prinsip Hukum Perikatan:
Kesepakatan, itikad baik, kebiasaan, dan asas-
asas hukum perikatan lainnya.
Sumber-sumber Perikatan
1. Undang-Undang:
 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata): adalah sumber utama
yang mengatur perikatan di Indonesia. Banyak pasal dalam KUHPerdata yang
mengatur tentang pembentukan, pelaksanaan, dan pemutusan perikatan.
2. Putusan Pengadilan:
 Putusan Pengadilan:
 Putusan pengadilan dapat menjadi sumber hukum perikatan yang memberikan
interpretasi dan aplikasi hukum terkait dengan perikatan dalam kasus-kasus
tertentu.
3. Doktrin Hukum:
 Pandangan Para Ahli Hukum:
 Karya-karya dan pandangan para ahli hukum, baik dalam bentuk buku, artikel,
atau tulisan ilmiah lainnya, dapat menjadi sumber pemahaman tentang aspek-
aspek tertentu dalam hukum perikatan.
4. Ketentuan Kontrak:
 Perjanjian (Kontrak):
 Dokumen perjanjian atau kontrak antara pihak-pihak yang terlibat dalam perikatan
adalah sumber hukum yang menguraikan hak dan kewajiban masing-masing pihak
5. Kebiasaan dan Tata Cara:
 Kebiasaan Hukum (Consuetudo):
 Beberapa perikatan dapat dipengaruhi oleh kebiasaan atau tata cara yang lazim di
masyarakat. Konsuetudo dapat menjadi sumber hukum yang diakui oleh
pengadilan.
6. Peraturan Pemerintah:
 Peraturan Pemerintah:
 Terkadang, pemerintah dapat mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan
dengan jenis-jenis perikatan tertentu, seperti peraturan mengenai perikatan dalam
bidang tertentu seperti perdagangan, ketenagakerjaan, atau keuangan.
7. Prinsip Hukum:
 Prinsip-Prinsip Hukum Umum:
 Prinsip-prinsip umum hukum perikatan, seperti itikad baik, konsensualisme,
kebebasan berkontrak, dan keabsahan obyek perjanjian, dapat dianggap sebagai
sumber hukum yang memandu penafsiran dan aplikasi hukum perikatan.
8. Norma Agama:
 Norma Agama:
 Untuk beberapa jenis perikatan, norma-norma agama dapat menjadi sumber
hukum yang memengaruhi pembentukan dan pelaksanaan perikatan.
9. Peraturan Organisasi:
 Peraturan Perusahaan atau Organisasi:
 Bagi perikatan yang melibatkan entitas bisnis atau organisasi, peraturan internal
atau peraturan perusahaan juga dapat menjadi sumber hukum yang mengatur
perikatan.
Hak dalam Perikatan
 Hak atas Pelaksanaan:
 Para pihak yang terlibat dalam perikatan memiliki hak untuk menuntut pelaksanaan
perikatan sesuai dengan ketentuan yang disepakati.
 Hak atas Ganti Rugi:
 Jika salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya, pihak yang dirugikan memiliki
hak untuk mendapatkan ganti rugi.
 Hak untuk Menahan Pembayaran:
 Pihak yang sudah memenuhi kewajibannya memiliki hak untuk menahan pembayaran
atau pelaksanaan perikatan sampai pihak lain memenuhi kewajibannya.
 Hak atas Pemutusan Perikatan:
 Dalam beberapa kasus, pihak yang dirugikan mungkin memiliki hak untuk
memutuskan perikatan jika pihak lain tidak memenuhi kewajibannya.
 Hak atas Hak Tanggungan (Jaminan):
 Beberapa perikatan mungkin melibatkan jaminan atau hak tanggungan tertentu, seperti
jaminan keamanan atau jaminan kualitas.
 Hak Intelektual:
 Jika perikatan melibatkan karya intelektual, pihak yang menciptakan karya tersebut
memiliki hak kekayaan intelektual seperti hak cipta atau hak paten
Kewajiban dalam Perikatan:
 Kewajiban untuk Melaksanakan:
 Para pihak memiliki kewajiban utama untuk melaksanakan perikatan sesuai
dengan syarat-syarat yang disepakati.
 Kewajiban untuk Menepati Waktu:
 Pihak yang memiliki kewajiban untuk melakukan sesuatu dalam perikatan harus
melakukannya dalam waktu yang telah ditetapkan atau dalam waktu yang wajar.
 Kewajiban untuk Memberikan Informasi:
 Para pihak mungkin memiliki kewajiban untuk memberikan informasi yang
relevan satu sama lain terkait dengan pelaksanaan perikatan.
 Kewajiban untuk Membayar:
 Jika perikatan melibatkan pertukaran nilai ekonomi, pihak yang menerima barang
atau jasa memiliki kewajiban untuk membayar.
 Kewajiban untuk Tidak Melanggar:
 Para pihak memiliki kewajiban untuk tidak melakukan tindakan yang dapat
merugikan pihak lain atau melanggar ketentuan perikatan.
 Kewajiban untuk Menjamin Kepastian Hukum:
 Pihak yang membuat perikatan memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa
perikatan tersebut memenuhi persyaratan hukum dan dapat dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai