Anda di halaman 1dari 13

Asma Pada Kehamilan

Ika Suherlin
Pengertian
• Asma merupakan suatu penyakit gangguan
jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat
reversible, ditandai dengan adanya periode
bronkospasme, peningkatan respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
menyebabkan penyempitan jalan nafas (Yulianti
dan Rukiyah, 2010)
Prevalensi
• Prevalensi asma dipengaruhi oleh banyak status
atopi, faktor keturunan, serta faktor lingkungan. Di
Indonesia asma merupakan penyakit sepuluh
besar penyebab kesakitan dan kematian
• Data SKRT tahun 2002 menunjukkan asma,
bronkitis kronik, dan emfisema sebagai penyebab
kematian ke- 4 di Indonesia dengan nilai sebesar
5,6%. Pada tahun 2005 prevalensi asma di
Indonesia adalah sebesar 2,1% dan meningkat
secara bertahap di tahun-tahun berikutnya.
• Insidensi asma dalam kehamilan adalah sekitar
0,5-1% dari seluruh kehamilan, serangan asma
biasanya timbul pada usia kehamilan 24 hingga
36 minggu, jarang pada akhir kehamilan. Di
Indonesia prevalensi asma dalam kehamilan
adalah sekitar 3,7-4%. Hal tersebut membuat
asma menjadi salah satu permasalahan yang
biasa ditemukan dalam kehamilan
Ibu hamil mengidap asma
• https://www.youtube.com/watch?
v=_paA_PWmBXE
Patofisiologi dan Patogenesis
• Terdapat tipe alergi dan non-alergi, pada pasien
akan tetap dijumpai adanya inflamasi dan
hipereaktivitas saluran napas. Oleh karena itu,
paling tidak dikenal 2 jalur untuk mencapai
kedua keadaan tersebut, yaitu jalur imunologis
yang terutama di dominasi oleh immunoglobulin
E (IgE) dan jalur saraf otonom
• Pada jalur imunologis, masuknya alergen dalam tubuh akan diolah
oleh antigen presenting cells (APC) untuk selanjutnya dikomunikasikan
dengan sel T helper (Th). Sel Th akan memberikan instruksi melalui
interleukin atau sitokin agar sel-sel plasma membentuk IgE serta sel
radang lain seperti makrofag, epitel, eosinofil, neutrofil, trombosit, serta
limfosit untuk mengeluarkan mediator-mediator inflamasi.
• Mediator inflamasi seperti histamin, prostaglandin, leukotrin, platelet
activating factors, bradikinin, dan mediator inflamasi lainnya akan
mempengaruhi organ sasaran sehingga menyebabkan kontrasi otot
polos pada bronkus, peningkatan permeabilitas dinding vaskular,
infiltrasi sel-sel radang, edema saluran napas, sekresi mukus, dan
fibrosis sub epitel sehingga menimbulkan hipereaktivitas
saluran napas.
• Jalur non imunologis juga merangsang sistem
saraf otonom dengan hasil akhir berupa
inflamasi dan hipereaktivitas saluran napas
Jurnal Asma
1. Jurnal Respirasi Indonesia Asma Pada Kehamilan:
Mekanisme dan Implikasi Klinis
2. Respon Imun Pada Penderita Asma Selama Kehamilan
2. Pengaruh Kehamilan Terhadap Frekuensi Kekambuhan
Asmapada Ibu Hamil Trimester I, Ii Dan Iii Dengan
Riwayat Asma
3. Laporan Kasus Multigravida Hamil 35 Minggu dengan
Asma pada Kehamilan
https://drive.google.com/drive/folders/1ZIQ1r7Oa0Cq_
VoDMwO3gkkw8Oge4YrAM?usp=sharing
Pengobatan
• Pengobatan non farmakologik
Dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan,
menghindari faktor pencetus, pemberian cairan,
fisioterapi, dan pemberian O2 bila perlu.
• Pengobatan farmakologik
Obat-obatan: sama saja dengan obat-obat asma
pada masa tidak hamil aminofilin, efidrin, epinefrin,
dan kortikosteroid. Pemberian kortikosteroid harus
hati-hati pada kasus pre-eklampsia, karena obat ini
dapat menyebabkan retensi cairan dan kenaikan
tekanan darah. Juga harus tersedia tabung oksigen
untuk menghadapi status asmatikus.
• Lanjutan pengobatan farmakologik
Pada kasus kehamilan disertai penyakit asma
memerlukan ANC yang lebih intensif dengan
kolaborasi bersama dokter spesialis. Pemberian
asuhan kebidanan sendiri disesuaikan dengan
tingkatan penyakit asma yang dideritanya.
• Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai