Perikatan terjadi ketika dua pihak atau lebih secara sukarela dan sah memasuki perjanjian
tertentu. Perjanjian ini dapat mencakup berbagai macam transaksi hukum, seperti jual beli,
sewa menyewa, pinjaman, perjanjian kerja, dan sebagainya. Hukum perikatan mengatur hak
dan kewajiban masing-masing pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut.
Hukum perikatan juga mengatur konsekuensi hukum jika salah satu pihak tidak memenuhi
kewajibannya sesuai dengan perjanjian. Ini melibatkan pemulihan kerugian, ganti rugi, dan
tindakan hukum lainnya yang dapat diambil oleh pihak yang dirugikan.
1. Hukum Kontrak
Kontrak merupakan salah satu bentuk perikatan yang paling umum. Dasar hukum
perikatan dalam hal ini adalah hukum kontrak yang mengatur pembentukan,
pelaksanaan, dan pemutusan kontrak antara pihak-pihak yang terlibat. Hukum kontrak
biasanya didasarkan pada prinsip kebebasan berkontrak dan kepastian hukum.
2. Kode Sipil
Beberapa negara, terutama yang mengadopsi sistem hukum berdasarkan Kode
Napoleon atau sistem hukum kontinental Eropa, memiliki peraturan yang diatur
dalam kode sipil atau kode perdata. Kode sipil ini mengatur perikatan dalam hal-hal
seperti perjanjian jual beli, sewa menyewa, pinjaman, dan lainnya.
3. Common Law
Negara-negara yang mengikuti sistem hukum common law, seperti Inggris, Amerika
Serikat, Kanada, dan Australia, didasarkan pada keputusan pengadilan sebelumnya
dan prinsip-prinsip hukum yang telah berkembang dari kasus ke kasus. Dasar hukum
perikatan dalam sistem ini adalah prinsip common law yang diinterpretasikan oleh
pengadilan.
4. Hukum Adat
Beberapa negara masih mengakui sistem hukum adat atau hukum tradisional yang
dijalankan oleh masyarakat adat mereka. Dasar hukum perikatan dalam hal ini terletak
pada adat istiadat dan praktik yang telah berlaku dalam masyarakat adat tersebut.
Berikut Unsur-unsur Hukum Perikatan
1. Kesepakatan (Consensus)
Kesepakatan atau persetujuan merupakan unsur penting dalam perikatan. Ini berarti
semua pihak yang terlibat dalam perikatan harus memiliki pemahaman yang sama
tentang isi dan tujuan perikatan tersebut. Kesepakatan dapat diekspresikan secara
tertulis maupun lisan, tergantung pada hukum yang berlaku dalam yurisdiksi tertentu.
5. Pertimbangan (Consideration)
Pertimbangan adalah suatu hal atau nilai yang diberikan oleh setiap pihak sebagai
imbalan atas perikatan yang mereka buat. Pertimbangan ini bisa berupa uang, barang,
jasa, atau sesuatu yang memiliki nilai ekonomi. Pertimbangan tersebut menunjukkan
bahwa ada imbalan atau keuntungan yang diharapkan oleh masing-masing pihak
sebagai hasil dari perikatan tersebut.
2. Pelaksanaan Paksa
Pihak yang dirugikan oleh wanprestasi dapat meminta pengadilan untuk
memerintahkan pelaksanaan paksa dari perjanjian. Artinya, pengadilan dapat
memerintahkan pihak yang melanggar untuk melaksanakan kewajibannya sesuai
dengan persyaratan perjanjian yang telah disepakati. Ini umumnya berlaku jika
pelaksanaan paksa dianggap lebih menguntungkan daripada gugatan ganti rugi.
3. Pembatalan Kontrak
Pihak yang dirugikan oleh wanprestasi dapat meminta pembatalan atau pembubaran
kontrak. Ini berarti bahwa perjanjian dinyatakan tidak berlaku dan para pihak
dibebaskan dari kewajiban yang belum terpenuhi. Pembatalan biasanya diberlakukan
jika wanprestasi cukup serius dan tidak dapat diperbaiki.
4. Pemulihan Kerugian
Pihak yang dirugikan oleh wanprestasi dapat mengambil tindakan untuk memulihkan
kerugian yang diderita. Misalnya, pihak yang dirugikan dapat mengambil alih barang
yang seharusnya diberikan oleh pihak yang melanggar, atau mengambil langkah-
langkah lain yang diperlukan untuk meminimalisir kerugian.