Anda di halaman 1dari 11

Pasal 1320 KUH Perdata tentang Syarat

Sah Perjanjian

Renata Christha Auli, S.H.


Si Pokrol
05 Des, 2023Bacaan 10 Menit

PERTANYAAN
Izin bertanya, apa bunyi Pasal 1320 KUH Perdata? Mengatur tentang
apakah pasal tersebut?
DAFTAR ISI

 Pertanyaan
 Daftar Isi
 Intisari Jawaban
 Ulasan Lengkap
 Apa Bunyi Pasal 1320 Kuh Perdata?
 Klinik Terkait
 Syarat Sah Perjanjian
 Tags

INTISARI JAWABAN
ULASAN LENGKAP
Terima kasih atas pertanyaan Anda.

Seluruh informasi hukum yang ada di Klinik hukumonline.com disiapkan


semata – mata untuk tujuan pendidikan dan bersifat umum
(lihat Pernyataan Penyangkalan selengkapnya). Untuk mendapatkan nasihat
hukum spesifik terhadap kasus Anda, konsultasikan langsung
dengan Konsultan Mitra Justika .

Apa Bunyi Pasal 1320 KUH Perdata?

Pada dasarnya, Pasal 1320 KUH Perdata mengatur syarat sah perjanjian
yang berbunyi sebagai berikut:

KLINIK TERKAIT

Perbedaan MoU dan Perjanjian atau Kontrak

13 Okt 2023

Sahkah Perjanjian yang Dibuat oleh Narapidana?

25 Sep 2023

Apakah Terms and Conditions Termasuk Perjanjian Elektronik?

18 Sep 2023
4 Hal yang Harus Diperhatikan ketika Review Perjanjian

09 Agt 2023

Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat:

1. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;


2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. suatu pokok persoalan tertentu;
4. suatu sebab yang tidak terlarang.

Mengutip artikel Bagaimana Pembuatan Kontrak yang Benar Secara


Hukum?, syarat pertama dan kedua disebut sebagai syarat subjektif karena
menyangkut pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. Sementara syarat
ketiga dan keempat disebut sebagai syarat objektif karena menyangkut
objek perjanjian.

Belajar Hukum Secara Online dari Pengajar Berkompeten Dengan


Biaya TerjangkauMulai DariRp. 149.000Lihat Semua Kelas

Syarat subjektif merupakan suatu syarat yang apabila tidak terpenuhi dapat
mengakibatkan kontrak/perjanjian dapat dibatalkan, sedangkan syarat
objektif merupakan suatu syarat yang apabila tidak terpenuhi dapat
mengakibatkan kontrak/perjanjian batal demi hukum.[1]

Syarat Sah Perjanjian

Lalu, apa syarat sah perjanjian menurut Pasal 1320 KUH Perdata? Berikut
kami jelaskan satu per satu mengenai syarat keabsahan perjanjian.

1. Kesepakatan Para Pihak

Kesepakatan berarti telah adanya kehendak serta persetujuan dari kedua


belah pihak untuk membuat perjanjian. Sebagaimana yang dipertegas
dalam Pasal 1321 KUH Perdata, bahwa tidak ada suatu persetujuan pun
yang mempunyai kekuatan dalam hal diberikan karena kekhilafan atau
diperoleh dengan paksaan atau penipuan.

2. Kecakapan Para Pihak


Pasal 1330 KUH Perdata mengatur bahwa yang tak cakap untuk membuat
persetujuan adalah anak yang belum dewasa, orang yang ditaruh di bawah
pengampuan, dan perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang
ditentukan undang-undang dan pada umumnya semua orang yang oleh
undang-undang dilarang untuk membuat persetujuan tertentu.

Akan tetapi dalam perkembangannya, seorang istri dapat melakukan


perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam SEMA 3/1963 jo. Pasal 31 UU
Perkawinan.

3. Suatu Hal Tertentu/Pokok Persoalan Tertentu

Menurut Pasal 1234 KUH Perdata, yang dimaksud suatu hal tertentu dalam
syarat sah perjanjian adalah objek perjanjian yaitu prestasi, misalnya
memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu.

4. Sebab yang Halal/Tidak Terlarang

Berdasarkan Pasal 1337 KUH Perdata, suatu sebab adalah terlarang


apabila sebab tersebut dilarang oleh undang-undang atau apabila sebab
tersebut bertentangan dengan kesusilaan maupun ketertiban umum.

Selengkapnya Anda dapat membaca artikel Ini 4 Syarat Sah Perjanjian dan
Akibatnya Jika Tak Dipenuhi .

Perkaya riset hukum Anda dengan analisis hukum terbaru dwibahasa,


serta koleksi terjemahan peraturan yang terintegrasi dalam Hukumonline
Pro, pelajari lebih lanjut di sini.

Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.

Dasar Hukum:

1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ;


2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana
diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan;
3. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1963 tentang Gagasan
Menganggap Burgelijk Wetboek Tidak Sebagai Undang-undang.

Referensi:

Retna Gumanti. Syarat Sahnya Perjanjian (Ditinjau dari


KUHPerdata). Jurnal Pelangi Ilmu, Vol. 5, No. 1, 2012.
[1] Retna Gumanti. Syarat Sahnya Perjanjian (Ditinjau dari
KUHPerdata). Jurnal Pelangi Ilmu, Vol. 5, No. 1, 2012, hal. 4

Tags

Ini 4 Syarat Sah Perjanjian dan Akibatnya


Jika Tak Dipenuhi

Bernadetha Aurelia Oktavira, S.H.


Si Pokrol
11 Jul, 2022Bacaan 10 Menit
PERTANYAAN
Apa yang menjadi syarat-syarat sah perjanjian? Kemudian apa yang
menyebabkan perjanjian batal demi hukum atau perjanjian dapat
dibatalkan? Terima kasih.
DAFTAR ISI

 Pertanyaan
 Daftar Isi
 Intisari Jawaban
 Ulasan Lengkap
 Klinik Terkait
 Syarat Sah Perjanjian
 Akibat Hukum Tak Penuhi Syarat Sah Perjanjian
 Perjanjian Dapat Dibatalkan
 Perjanjian Batal Demi Hukum
 Tags
INTISARI JAWABAN
ULASAN LENGKAP
Terima kasih atas pertanyaan Anda.

Artikel di bawah ini adalah pemutakhiran dari artikel dengan


judul Pembatalan Perjanjian yang Batal demi Hukum yang dibuat Diana
Kusumasari, S.H., M.H. yang pertama kali dipublikasikan pada Senin, 8
Agustus 2011.

KLINIK TERKAIT

Catat! Begini Bunyi Sumpah Saksi di Pengadilan

07 Jul 2022

Minuta Akta Tak Ditandatangani Notaris, Ini Akibat Hukumnya

30 Jun 2022

Gugatan Kurang Pihak, Ini Akibat Hukumnya

29 Jun 2022

Sengketa yang Tak Dapat Diselesaikan Melalui Penyelesaian Sengketa


Alternatif

28 Jun 2022

Seluruh informasi hukum yang ada di Klinik hukumonline.com disiapkan


semata – mata untuk tujuan pendidikan dan bersifat umum
(lihat Pernyataan Penyangkalan selengkapnya). Untuk mendapatkan nasihat
hukum spesifik terhadap kasus Anda, konsultasikan langsung
dengan Konsultan Mitra Justika .

Syarat Sah Perjanjian

Menjawab pertanyaan Anda mengenai apa yang menjadi syarat-syarat sah


perjanjian? Anda harus ketahui terlebih dahulu isi Pasal 1320 KUH Perdata.
Apa sajakah 4 syarat sahnya perjanjian Pasal 1320 KUH Perdata?

Belajar Hukum Secara Online dari Pengajar Berkompeten Dengan


Biaya TerjangkauMulai DariRp. 149.000Lihat Semua Kelas

Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat;

1. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;


2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. suatu pokok persoalan tertentu;
4. suatu sebab yang tidak terlarang.

Berikut ini kami jelaskan satu per satu syarat perjanjian dapat dikatakan
sah:

1. Kesepakatan Para Pihak

Syarat perjanjian dinyatakan sah yang pertama adalah adanya


kesepakatan para pihak. Artinya harus ada persetujuan atau kesepakatan
para pihak yang membuat perjanjian. Tidak boleh ada paksaan atau
tekanan, melainkan perjanjian harus atas dasar kehendak sendiri.

Hal ini juga telah ditegaskan kembali dalam Pasal 1321 KUH Perdata:

Tiada suatu persetujuan pun mempunyai kekuatan jika diberikan karena


kekhilafan atau diperoleh dengan paksaan atau penipuan.

2. Kecakapan Para Pihak

Mengenai cakap tidaknya seseorang, perlu diketahui siapa saja yang


menurut hukum tidak cakap atau tidak punya kedudukan hukum untuk
membuat perjanjian, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1330 KUH
Perdata yaitu:

Yang tak cakap untuk membuat persetujuan adalah;


1. anak yang belum dewasa;
2. orang yang ditaruh di bawah pengampuan;
3. perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang ditentukan undang-undang
dan pada umumnya semua orang yang oleh undang-undang dilarang untuk
membuat persetujuan tertentu.

Akan tetapi dalam perkembangannya istri dapat melakukan perbuatan


hukum sebagaimana yang diatur dalam SEMA No. 3 Tahun 1963 jo. Pasal
31 UU Perkawinan.

Baca juga: Tak Setiap Lansia Diletakkan dalam Pengampuan

3. Suatu Hal Tertentu

Yang dimaksud suatu hal tertentu dalam syarat perjanjian agar dinyatakan
sah adalah objek perjanjian yaitu prestasi misalnya memberikan sesuatu,
berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu seperti yang disebutkan dalam
Pasal 1234 KUH Perdata.

Singkatnya, prestasi adalah apa yang jadi kewajiban debitur dan apa yang
jadi hak kreditur dalam suatu perjanjian.

4. Sebab yang Halal

KUH Perdata tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai sebab yang halal.
Adapun yang diatur adalah suatu sebab terlarang jika dilarang oleh
undang-undang, bertentangan dengan kesusilaan atau ketertiban umum.
Demikian yang disebutkan dalam Pasal 1337 KUH Perdata.

Akibat Hukum Tak Penuhi Syarat Sah Perjanjian

Dari keempat syarat sah perjanjian tersebut di atas, masing-masing terbagi


menjadi 2 jenis syarat perjanjian. Untuk lebih jelasnya, kami rangkum ke
dalam tabel sebagai berikut:

No. Syarat Sah Perjanjian Jenis


1.
Kesepakatan para pihak Syarat Subjektif

Kecakapan para pihak


2.
Suatu hal tertentu Syarat Objektif

Sebab yang halal


Syarat pertama dan kedua disebut syarat subjektif karena menyangkut
pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. Sementara syarat ketiga dan
keempat disebut syarat objektif karena menyangkut objek perjanjian.

Jika suatu perjanjian tidak memenuhi syarat subjektif (kesepakatan


dan/atau kecakapan), akibatnya perjanjian dapat dibatalkan. Sedangkan,
jika suatu perjanjian tidak memenuhi syarat objektif (suatu hal tertentu
dan/atau sebab yang halal), akibatnya perjanjian batal demi hukum. Guna
mempermudah pemahaman Anda, berikut perbedaan keduanya:

Perjanjian Dapat Dibatalkan

Perjanjian dapat dibatalkan atau voidable artinya salah satu pihak dapat
meminta pembatalan. Perjanjiannya sendiri tetap mengikat kedua belah
pihak, selama tidak dibatalkan (oleh hakim) atas permintaan pihak yang
berhak meminta pembatalan tadi (pihak yang tidak cakap atau pihak yang
tidak memberikan sepakatnya secara bebas atas kehendak sendiri).

Jadi secara singkat, perjanjian tidak serta merta batal demi hukum,
melainkan harus dimintakan pembatalan ke pengadilan.

Perjanjian dapat dibatalkan adalah akibat hukum dari tidak terpenuhinya


syarat subjektif (kesepakatan dan/atau kecakapan) sebagai syarat sah
perjanjian.

Perjanjian Batal Demi Hukum

Perjanjian batal demi hukum artinya adalah perjanjian batal, dari semula
tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu
perikatan. Batal demi hukum juga dikenal dengan sebutan null and void.

Perjanjian batal demi hukum adalah akibat hukum dari tidak terpenuhinya
syarat objektif (suatu hal tertentu dan/atau sebab yang halal) sebagai
syarat sah perjanjian.

Demikian jawaban dari kami tentang 4 syarat sah perjanjian, semoga


bermanfaat.

Dasar Hukum:

1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ;


2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana
diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan;
3. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1963 tentang Gagasan
Menganggap Burgelijk Wetboek Tidak Sebagai Undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai