Anda di halaman 1dari 6

Rahadyan Nitibasmalah

1906385014

Asas Hukum Dagang A (Kurikulum 2013)

Syarat Sahnya Business Contract

Kontrak adalah suatu perjanjian antara dua orang atau lebih yang saling mengikatkan
diri dan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu, yang dapat dipaksakan untuk
dilakukan oleh lembaga hukum, yang biasanya disebut sebagai lembaga peradilan 1. Kontrak
adalah lembaga hukum yang menjadi dasar bagi semua hubungan bisnis, termasuk
perdagangan. Suatu kontrak terdiri dari unsur-unsur di dalamnya seperti janji (promise),
persetujuan (agreement), kewajiban timbal balik (mutual obligation), dan kewajiban yang
dapat dilaksanakan mekanisme perangkat hukum (legally enforceable). 2

Kontrak yang memenuhi syarat-syarat yang diatur oleh undang-undang akan dianggap
suatu kontrak yang sah. Kontrak yang diakui secara sah oleh hukum akan memiliki
konsekuensi hukum (legally concluded contract). 3 Hal-hal mengenai persyaratan dari sahnya
suatu kontrak diatur pada Bagian 2 BAB II Buku Ketiga KUHPerdata yang mencakup “Syarat-
syarat yang diperlukan untuk sahnya suatu perjanjian”, yang tercantum pada Pasal 1320 hingga
Pasal 1337. Syarat-syarat yang terdapat dalam pasal-pasal tersebut bersifat subjektif dan
objektif. Syarat yang bersifat subjektif terkait dengan orang-orang atau pihak yang membuat
kontrak, kemudian syarat yang bersifat objektif berkaitan dengan objek hukum yang
diperjanjikan oleh orang-orang atau pihak yang membuat kontrak.

Apabila syarat subjektif tidak terpenuhi, kontrak dapat dibatalkan oleh salah satu pihak
atau oleh pihak yang tidak cakap. Jika salah satu pihak tidak melakukan pembatalan kontrak
telah dibuat tersebut tetap sah. Apabila syarat objektif tidak terpenuhi, maka kontrak tersebut
batal demi hukum (null and void). 4

1
Agus Sardjono dkk, Pengantar Hukum Dagang, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 8.
2
Ibid, hlm. 5.
3
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT Citra Aditya Bak�, Bandung, 2000, hlm. 228.
4
Arfiana Novera dan Meria Utama, Dasar-dasar Hukum Kontrak dan Arbitrase, Tunggal Mandiri Publishing,
2014, hlm. 26.
Dimulai dengan syarat subjektif, yaitu kemampuan kontrak atau kemampuan untuk
mencapai kesepakatan (contractual capacity or the ability to agree). Adanya persetujuan di
antara para pihak yang terikat dalam kontrak adalah salah satu hal yang paling penting dalam
kontrak. Oleh karena itu, persetujuan Bersama (mutual assent) menjadi persyaratan utamanya.
Tiada kesepakatan tanpa persetujuan Bersama (without mutual assent there can be no
agreement). 5 Menurut ketentuan Pasal 1320 Ayat (1) KUHPerdata, para pihak dalam suatu
kontrak harus menyetujui semua hal yang disepakati dan benar-benar bermaksud untuk
mengikatkan diri dalam hubungan hak dan kewajiban yang ditetapkan dalam perjanjian yang
dibuat sebelum kontrak. 6

Kesepakatan mencakup semua keinginan pihak yang satu dan pihak yang lainnya. Oleh
karena itu, pihak-pihak dalam kontrak harus memiliki kehendak yang bebas untuk mengikatkan
diri, dan kehendak ini harus dinyatakan langsung atau tidak langsung. 7 Reizel dkk menyatakan
bahwa mengindikasikan adanya pertukaran “consideration” adalah salah satu ciri umum
sebuah penawaran. Karena kontrak merupakan kesepakatan timbal balik, tidak seperti hibah,
yang hanya merupakan penyerahan hak kebendaan dalam sistem Anglo Saxon, sehingga
pertimbangan adalah unsur yang harus ada di dalam kontrak. 8

Selain itu, sepakat berarti bahwa kedua belah pihak memiliki kebebasan tanpa tekanan
yang dapat mengganggu kebebasan mereka. Kesepakatan tidak boleh mengandung kekhilafan,
paksaan, atau penipuan. Ada kemungkinan bahwa suatu kesepakatan tidak memenuhi
persyaratan apapun, baik subjek maupun objek, jika para pihak yang saling berjanji tidak benar-
benar dimaksudkan untuk membuat perjanjian itu, maka terjadi kesalahan yang menyangkut
subjek. 9 Contoh kesalahan yang berkaitan dengan masalah ini adalah Ketika A membutuhkan
jasa servis elektronik untuk memperbaiki komputernya yang rusak, lalu ia memanggil B, yang
dia kira dapat membantunya. Namun, B tidak dapat memperbaiki komputernya karena
kemampuan B hanya untuk memperbaiki Air Conditioner. Sebaliknya, B mengira bahwa A
telah menyadari bahwa dirinya hanya menawarkan jasa perbaikan Air Conditioner.

5
Daniel V. Davidson et all, Comprehensive Business law, Principles and Case’s, Kent Publishing Company, 1987,
hlm. 155.
6
Agus Sardjono dkk, Pengantar Hukum Dagang, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 13
7
Arfiana Novera dan Meria Utama, Dasar-dasar Hukum Kontrak dan Arbitrase, Tunggal Mandiri Publishing,
2014, hlm. 27
8
Agus Sardjono dkk, Pengantar Hukum Dagang, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 14
9
Ibid, hlm. 14.
Kekhilafan terkait permasalahan dapat terjadi apabila objek perjanjian itu sebenarnya
tidak sesuai dengan maksud para pihak. Kekhilafan ini terjadi karena unsur ketidaksengajaan
atau Tindakan yang tidak diinginkan. Contoh kekhilafan yang berhubungan dengan objek
adalah A ingin membeli tas bermerek di pasar, kemudian ia membelinya Kembali dari B tanpa
mengetahui bahwa tas tersebut sebenarnya adalah tas bekas. Sebaliknya, B menganggap A
sudah mengetahui bahwa tas tersebut adalah tas bekas dan menerimanya karena A tidak
menanyakan lebih lanjut tentang tas tersebut.

Paksaan terjadi apabila para pihak menyetujui apa yang telah disepakati karena adanya
ancaman (duress). Kendala tersebut dapat berupa kendala fisik dan kendala psikis atau
psikologis. Ancaman tersebut harus bertentangan dengan hukum, seperti ancaman
pembunuhan, penculikan, dan lain-lain. Apabila ancaman itu menyangkut sesuatu yang
diperbolehkan menurut undang-undang atau tidak melawan hukum, misalnya ancaman
penuntutan penyitaan ketika digugat ke pengadilan, maka perbuatan itu tidak dianggap sebagai
paksaan. 10 Contoh pemaksaan fisik adalah ketika salah satu pihak membawa senjata dan
memaksa pihak lain untuk menandatangani kontrak, sedangkan contoh pemaksaan psikis atau
psikologis adalah ketika salah satu pihak diancam akan dirusak reputasinya jika tidak mau
menandatangani kontrak.

Penipuan terjadi jika salah satu pihak dengan sengaja memberikan informasi palsu yang
disertai dengan penipuan atau pernyataan keliru tentang hal-hal yang telah disepakati. Apabila
pihak lain menyetujuinya karena adanya penipuan tersebut, maka dikatakan perjanjian itu
dibuat karena adanya unsur penipuan. 11 Berbeda dengan kesalahan yang tidak disengaja,
penipuan ini berasal dari kemauan salah satu pihak. Contoh penipuan adalah Ketika A membeli
sepasang perhiasan emas dari B, kemudian B mengklaim bahwa perhiasan emas yang dijualnya
adalah emas asli, padahal sebenarnya perhiasan tersebut adalah logam biasa.

Agar suatu kontrak dapat dinyatakan mengikat (legally binding) dan dapat dilaksanakan
secara hukum (legally enforceable), syarat subjektif berikutnya adalah kemampuan untuk
menyetujui (contractual capacity atau the ability to agree). Yang dimaksud dengan contractual
capacity adalah bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam suatu kontrak diharuskan memiliki
kemampuan untuk memahami tindakan mereka dan kemampuan untuk melakukan suatu hal. 12

10
Ibid, hlm. 15.
11
Ibid, hlm. 15.
12
Ibid, hlm. 15.
Para pihak dalam perjanjian atau kontrak haruslah orang dewasa atau bukan anak di
bawah umur, sedangkan KUHPerdata mendefinsikan sudah dewasa adalah orang telah berumur
21 tahun ke atas atau telah menikah, kemudian UU Perkawinan mengatur atasan usia dewasa
bagi seseorang yaitu 18 tahun. Seorang pemain sepak bola cilik yang mengadakan kontrak
dengan akademi klub sepak bola harus diwakilkan atau didampingi oleh orang tuanya sebagai
walinya, karena menurut undang-undang pemain sepak bola cilik tersebut masih di bawah
umur dan dianggap belum cakap. Dengan alasan tersebut, maka orang tua sebagai walinya
berhak mengambil tindakan hukum atas nama pemain sepak bola cilik tersebut.

Selain faktor usia, kecakapan juga dinilai berdasarkan faktor kesehatan mental. Oleh
karena itu, diperlukan tes untuk mengetahui apakah seseorang dapat dikatakan kompeten
secara mental (mentally competent) atau tidak. Berkenaan dengan itu, KUHPerdata dalam Pasal
1330 Ayat 2 mengatur secara berbeda, pada pasal tersebut dinyatakan bahwa orang yang tidak
cakap adalah orang yang ditaruh atau berada di bawah pengampuan. Ketentuan ini mempunyai
kelemahan karena penentuan seseorang dalam perwalian atau tidak tergantung pada ada atau
tidaknya keputusan hakim tentang hal itu. 13 Dengan kata lain, tidak semua orang yang
menderita gangguan mental berada di bawah pengampuan. Misalnya, seseorang yang
menderita gangguan jiwa akibat beban kerja harus dianggap tidak cakap meskipun tidak ada
Keputusan pengadilan yang menegaskan bahwa ia ditempatkan di bawah pengampuan.

Kecakapan juga ditentukan oleh kewenangan yang diberikan oleh undang-undang.


Direktur perseroan terbatas adalah subjek atau orang yang diberi wewenang berdasarkan UU
Perseroan Terbatas untuk mewakili suatu perseroan terbatas dalam melakukan perbuatan
hukum. Ketentuan seperti ini berarti tidak ada orang lain selain Direktur PT yang berwenang
melakukan perbuatan hukum atas nama PT yang bersangkutan. Luasnya kekuasaan atau
kompetensi direktur suatu Perusahaan ditentukan oleh ketentuan dalam hukum perusahaan.
Apabila seorang direksi suatu perusahaan berbuat di luar kewenangan yang diberikan
kepadanya oleh undang-undang atau anggaran dasar perusahaan yang bersangkutan, maka
dapat dikatakan bahwa ia berbuat melampaui kewenangannya (ultra vires). 14

Contoh lainnya adalag seorang debitur yang pailit, sehingga orang tersebut tidak cakap
untuk melakukan perbuatan hokum, sebab dalam undang-undang disebutkan bahwa putusan
yang menyatakan pailit mengubah status hokum seseorang sehingga menjadikan orang tersebut

13
Ibid, hlm. 16.
14
Ibid, hlm. 17.
tidak cakap atau mampu melakukan perbuatan hukum, menguasai, dan mengurus harta
kekayaannya, oleh sebab itu yang berwenang untuk mengurus segala harta kekayannya adalah
kurator.

Selanjutnta dalam persyaratan mengenai sahnya suatu kontrak juga terdapat syarat yang
menyangkut objek atau syarat objektif. Syarat objektif yang pertama, yaitu objek perjanjian
atau kontrak merupakan suatu objek yang dapat diperjualbelikan dengan bebas menurut
ketentuan Pasal 1332 KUHPerdata. Hal ini menyangkut kebendaan yang berupa benda
berwujud dan hak tidak berwujud yang dapat ditentukan. Yang menjadi objek dalam kontrak
harus dirumuskan dengan jelas (clearly identified), misalnya dalam kontrak jual beli harus
dicantumkan dengan jelas jenis barang, warna barang, dan jumlah barang. Contohnya seorang
penjual barang antic harus memberikan informasi secara detail kepada pembelinya mengenai
jenis barangnya, yaitu barang pajangan keramik berbentuk vas, berwarna cokelat, dan terdiri 2
buah.

Syarat objektif selanjutnya adalah bahwa hal atau objek dalam perjanjian tersebut tidak
dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan, dan tidak melanggar
ketertiban umum sebagaimana diatur dalam Pasal 1337 KUHPerdata. Syarat ini sering disebut
“sebab yang halal” dalam literatur dan juga tercantum dalam Pasal 1320 butir ke-4
KUHPerdata. Contoh kontrak yang melanggar hukum adalah penjualan narkotika yang
dilarang oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Contoh kontrak yang
bertentangan dengan kesusilaan misalnya seseorang menyuruh orang lain untuk
menandatangani kontrak atau dokumen palsu tanpa sepengetahuan mereka atau dengan
memberikan informasi yang salah. Contoh dari kontrak yang melanggar ketertiban umum
adalah sebuah kontrak di mana seseorang menjual atau membeli barang yang diketahui dicuri,
hal ini bertentangan dengan ketertiban umum karena mendorong tindakan criminal seperti
pencurian.

Anda mungkin juga menyukai