Anda di halaman 1dari 4

Nama : Bimo febriyanto

Nim : 042341702
Jurusan :Ilmu hukum
Matkul :Hukum Perjanjian

Tugas 1
Kasus Posisi:

Sudarsono adalah seorang pengusaha yang terkenal di bidang pembuatan Pupuk dan Obat Pertanian.
Pada suatu hari Sudarsono melaksanakan suatu kerjasama dengan Kelompok Tani RIWAYA dalam
pengadaan pupuk untuk penanaman singkong sebanyak 3.000/Ton dengan Jumlah uang sebesar Rp.300
juta Perjanjian tersebut memiliki klausul bahwa pembayaran awal sebesar 70% dan sisanya dibagi hasil,
apabila gagal panen Kelompok Tani RIWAYA tetap melunasi kurang dari pembayaran pupuk tersebut.
Sebagai jaminannya adalah lahan yang digunakan untuk menanam singkong tersebut. Namun dalam
pelaksanaanya Kelompok Tani RIWAYA tidak membayar kekurangan tersebut. Perjanian tersebut dibuat
oleh kedua belah pihak dan disaksikan oleh Kepala Desa dan Aparatnya. 

Berdasarkan kasus tersebut jawablah soal dibawah ini dengan jelas, mudah dimengerti, rinci dan
dasar hukumnya.

1. Coba saudara analisis apa saja yang termasuk objek dalam perjanjian tersebut dan sebutkan dasar
hukumnya?

2. Uraikan secara rinci unsur-unsur dan syarat yang harus dipenuhi oleh Kelompok Tani RIWAYA dan
Sudarsono agar kerjasama tersebut dapat berjalan dengan baik?

3. Seandainya singkong gagal panen hal apa yang harus dilakukan oleh kedua belah pihak, agar tidak
melanggar isi perjanjian yang sudah dibuat?

Jawab :

1. Mengacu pada Pasal 1338 KUH Perdata mengatur mengenai asas kebebasan berkontrak yang
berbunyi:

Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku bagi undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.

Dengan kata lain semua perjanjian apapun yang dibuat secara sah berlaku oleh undang-undang
oleh mereka yang mebuatnya. Adapun salah satu dari syarat sah terjadinya Perjanjian adalah
adanya objek, yang dimana dalam kasus diatas yang menjadi objek adalah pengadaan pupuk
untuk penanaman singkong sebanyak 3.000/Ton dengan Jumlah uang sebesar Rp.300 juta
Perjanjian tersebut memiliki klausul bahwa pembayaran awal sebesar 70% dan sisanya dibagi
hasil.
Mengapa demikian mengacu pada Pasal 1320 KUH Perdata mengatur 4 syarat sah perjanjian
antara lain :1. Kesepakatan para pihak, 2. Kecakapan para pihak, 3. Objek perjanjian, 4. Sebab
yang halal. Dan jelas dalam Pasal tersebut dikatan bahwa objek perjanjian Suatu perjanjian
harus memiliki objek yang jelas. Objek tersebut tidak hanya berupa barang dalam bentuk fisik,
namun juga dapat berupa jasa yang dapat ditentukan jenisnya. 

2. Dari pernyataan diatas sudah disebutkan bahwasannya Pasal 1320 KUH Perdata mengatur 4
syarat sah perjanjian antara lain :

- Kesepakatan para pihak, Dalam membuat suatu surat perjanjian, Anda harus mencapai
kesepakatan para pihak atas hal-hal yang diperjanjikan. Kesepakatan yang dimaksud di sini
adalah kesepakatan tersebut lahir dari kehendak para pihak tanpa ada unsur kekhilafan,
paksaan, ataupun penipuan. 
- Kecakapan para pihak, istilah kecakapan yang dimaksud dalam hal ini berarti wewenang
para pihak untuk membuat perjanjian. KUHPerdata menentukan bahwa setiap orang
dinyatakan cakap untuk membuat perjanjian, kecuali jika menurut undang-undang
dinyatakan tidak cakap. Menurut Pasal 1330 KUHPerdata, orang-orang yang dinyatakan
tidak cakap adalah mereka yang:

Belum dewasa, berarti mereka yang belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum
menikah. Sebagai contoh, seorang anak yang baru berusia 8 tahun tidak dapat membuat
perjanjian untuk dirinya sendiri.
Berada di bawah pengampuan, seseorang dianggap berada di bawah pengampuan apabila
ia sudah dewasa, namun karena keadaan mental atau pikirannya yang dianggap kurang
sempurna, maka dipersamakan dengan orang yang belum dewasa. Berdasarkan Pasal 433
KUHPerdata, seseorang dianggap berada di bawah pengampuan apabila orang tersebut
dalam keadaan sakit jiwa, memiliki daya pikir yang rendah, serta orang yang tidak mampu
mengatur keuangannya sehingga menyebabkan keborosan yang berlebih.
Lalu bagaimana jika Anda melakukan transaksi dengan PT atau badan hukum lainnya?
Kecakapan yang dimaksud tidak terbatas pada individu, melainkan juga meliputi wewenang
seseorang dalam menandatangani perjanjian. Misalnya jika Anda melakukan transaksi
dengan PT, maka orang yang berwenang untuk menandatangani perjanjian untuk dan atas
nama PT adalah direktur dari PT tersebut, sesuai dengan anggaran dasarnya. Apabila
direktur berhalangan untuk menandatangani perjanjian, maka direktur dapat memberikan
kuasa kepada manajer atau salah satu timnya untuk menandatangani perjanjian tersebut.
- Objek perjanjian, Objek tersebut tidak hanya berupa barang dalam bentuk fisik, namun juga
dapat berupa jasa yang dapat ditentukan jenisnya. 
- Sebab yang halal, Sebab yang halal berhubungan dengan isi perjanjian itu sendiri, di mana
perjanjian tersebut dibuat berdasarkan tujuan yang tidak bertentangan dengan hukum yang
berlaku. Perjanjian yang dibuat berdasarkan sebab yang tidak benar atau dilarang membuat
perjanjian tersebut menjadi tidak sah.

Sebab yang tidak halal adalah sebab dilarang oleh Undang-Undang, berlawanan dengan
norma kesusilaan, atau ketertiban umum. Nilai-nilai kesusilaan dan ketertiban umum sendiri
ditentukan berdasarkan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat di mana perjanjian tersebut
dibuat. Contoh dari perjanjian yang sebabnya tidak halal adalah ketika seseorang melakukan
perjanjian untuk membunuh orang lain. Hal ini dikarenakan membunuh orang lain dilarang
oleh Undang-Undang, sehingga perjanjian tersebut menjadi tidak sah.

Jika keempat syarat tersebut dipenuhi besar kemungkinan kerjasama yang dilakukan oleh
kelompok tani RIWAYA dan Sudarsono akan berjalan dengan baik dan lancar.

3. Berdasarkan hal di atas bahwa suatu persetujuan sudah cukup membuktikan bahwa
telah terjadi hubungan keperdataan, dimana suatu perikatan telah timbul yang
diakibatkan suatu perbuatan hukum (rechtshandeling)antara satu orang atau lebih
sebagaimana diatur dalam Pasal 1313 dan Pasal 1314 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (“KUHPer”) yang menyatakan:

Pasal 1313

Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan
diri terhadap satu orang lain atau lebih.
 
Pasal 1313
Suatu persetujuan diadakan dengan cuma-cuma atau dengan memberatkan. Suatu
persetujuan cuma-cuma adalah suatu persetujuan, bahwa pihak yang satu akan
memberikan suatu keuntungan kepada pihak yang lain tanpa menerima
imbalan. Suatu persetujuan memberatkan adalah suatu persetujuan yang
mewajibkan tiap pihak untuk memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu.

Maka dari itu untuk menghindari kedua belah pihak melanggar isi perjanjian
sebaiknya perjanjian dibuat Tertulis. Sebab apapun jenis dari perjanjian bersifat
mengikat , namun ketika salah satu pihak melanggar sebalah pihak perjanjian yang
dibuat secara tertulis dapat menjadi bahan untuk mengajukan gugatan sebagai
bentuk wanprestasi.

Anda mungkin juga menyukai