Anda di halaman 1dari 2

ESSAY

Hukum Kontrak Perusahan Dagang

Pada dasarnya suatu kontrak merupakan dokumen tertulis yang memuat keinginan-
keinginan para pihak untuk tujuan tertentu dan bagaimana pihaknya diuntungkan,
dilindungi/dibatasi tanggung jawab.

Perjanjian diatur dalam pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata),
yaitu “suatu perbuatan yang mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
lain atau lebih”. Berbeda dengan perikatan yang merupakan suatu hubungan hukum, perjanjian
merupakan suatu perbuatan hukum. Perbuatan hukum itulah yang menimbulkan adanya hubungan
hukum perikatan, sehingga dapat dikatakan bahwa perjanjian merupakan sumber perikatan.

Disamping perjanjian kita mengenal pula istilah kontrak. Secara gramatikal, istilah kontrak
berasal dari bahasa Inggris, contract. Baik perjanjian maupun kontrak mengandung pengertian
yang sama, yaitu suatu perbuatan hukum untuk saling mengikatkan para pihak kedalam suatu
hubungan hukum perikatan. Istilah kontrak lebih sering digunakan dalam praktek bisnis. Karena
jarang sekali orang menjalankan bisnis mereka secara asal-asalan, maka kontrak-kontrak bisnis
biasanya dibuat secara tertulis, sehingga kontrak dapat juga disebut sebagai perjanjian yang dibuat
secara tertulis

Yang dimaksud dengan kontrak adalah suatu kesepakatan yang diperjanjikan (promissory
agreement) diantara 2 (dua) atau lebih pihak yang dapat menimbulkan, memodifikasi, atau
menghilangkan hubungan hukum. (Black, Henry Campbell, 1968: 394). Selanjutnya, ada juga
yang memberikan peengertian kepada kontrak adalah sebagai suatu perjanjian atau serangkaian
perjanjian dimana hukum memberikan ganti rugi terhadap wanprestasi dari kontrak tersebut, dan
oleh hukum, pelaksanaan dari kontrak tersebut diangga merupakan suatu tugas yang harus
dilaksanakan. Dan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Pasal 1313), maka suatu
kontrak diartikan sebagai suatu perbuatan dimana 1 (satu) orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap 1 (satu) orang lain atau lebih.

Sebagaimana umumnya, perjanjian merupakan suatu lembaga hukum yang berdasarkan


asas kebebasan berkontrak dimana para pihak bebas untuk menentukan bentuk dan isi jenis
perjanjian yang mereka buat. Perjanjian dianggap sah dan mengikat secara penuh bagi para pihak
yang membuatnya sejauh tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum yang berlaku, tidak
melanggar kesusilaan dan ketertiban umum. Perjanjian dianggap sah dan mengikat secara penuh
bagi para pihak yang membuatnya sejauh tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum yang
berlaku. Mengenai batalnya perjanjian yaitu suatu perjanjian dibuat dengan tidak memenuhi syarat
pasal 1320 KUH Perdata, bisa berakibat kepada batalnya perjanjian. Suatu perjanjian dapat
dibatalkan berdasarkan berbagai alasan, antara lain: prestasi, kesepakatan para pihak atau
wanprestasi.

Berdasarkan pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, terdapat 4 syarat suatu
perjanjian dinyatakan sah secara hukum, apabila adanya kesepakatan untuk mengikatkan diri
bahwa semua pihak menyetujui materi yang diperjanjikan tidak ada paksaan atau dibawah tekanan,
para pihak mampu membuat suatu perjanjian kata mampu dalam hal ini adalah bahwa para pihak
telah dewasa, tidak dibawah pengawasan karena prerilaku yang tidak stabil dan bukan orang-orang
yang dalam undang-undang dilarang membuat suatu perjanjian tertentu, ada hal yang diperjanjikan
perjanjian yang dilakukan menyangkut obyek/hal yang jelas, dilakukan atas sebab yang halal
adalah bahwa perjanjian dilakukan dengan itikad baik bukan ditujukan untuk suatu kejahatan.

Anda mungkin juga menyukai