Anda di halaman 1dari 12

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

NOTA PEMBELAAN
PERKARA PIDANA Nomor : 403/Pid.D/2022/PN.batam
ATAS NAMA TERDAKWA

Nama Lengkap : Widodo

Tempat Lahir : Sagulung, Batam

Umur/Tanggal lahir : 27, 17 Juni 1995

Kebangsaan : Indonesia

Tempat Tinggal : Jl. Ahmad yani No.33 Sagulung, Batam

Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh Harian Lepas

A. PENDAHULUAN

Majelis Hakim Yang Terhormat,


Saudari Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati, Sidang
Yang Mulia,

Sekarang tibalah saatnya bagi kami Penasihat Hukum Terdakwa Widodo bin Mu’in
untuk menyampaikan Nota Pembelaan (Pleidoi).

Sesuai dengan etika dan sopan santun persidangan di Pengadilan, maka


perkenankanlah kami untuk terlebih dahulu menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan kami kepada Yang Mulia Majelis Hakim yang telah memimpin jalannya proses
persidangan ini dengan cermat dan teliti serta berpegang pada prinsip keadilan.
Penghargaan yang sama kiranya patut juga kami sampaikan kepada Saudara Jaksa
Penuntut Umum yang dengan penuh dedikasi telah melaksanakan tugas dan kewajibannya
selama berlangsungnya persidangan perkara ini.
Majelis Hakim Yang Terhormat,
Saudari Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati, Sidang
Yang Mulia,

Siapa bilang hukum tidak dapat digunakan sebagai alat untuk menindas dan
menyengsarakan orang ? Hukum ibarat sebilah pisau yang dapat berguna untuk
kebaikan dan dapat juga menjadi alat yang ampuh untuk tujuan kejahatan. Di tangan
orang-orang baik, pisau hanya digunakan untuk tujuan-tujuan yang baik, sebaliknya di tangan
orang-orang jahat, pisau akan sangat efektif digunakan untuk tujuan-tujuan kejahatan.
Untuk memberikan gambaran mengenai hal ini, izinkan kami untuk terlebih dahulu
menyampaikan sebuah kisah yang berjudul ”Sandiwara Yang Tidak Diumumkan” yang kami
kutip dari sebuah karya sastra yang telah mendunia berjudul ”Max Havelaar” karya Multatuli.
Kisah ini adalah fragmen percakapan suasana persidangan antara para tokoh yang terdiri
dari : Hakim, Polisi, Lothario dan Barbertje. Berikut penggalan percakapan mereka :

Untuk memberikan gambaran mengenai hal ini, izinkan kami untuk terlebih dahulu
menyampaikan sebuah kisah yang berjudul ”Sandiwara Yang Tidak Diumumkan” yang kami
kutip dari sebuah karya sastra yang telah mendunia berjudul ”Max Havelaar” karya
Multatuli. Kisah ini adalah fragmen percakapan suasana persidangan antara para tokoh
yang terdiri dari : Hakim, Polisi, Lothario dan Barbertje. Berikut penggalan percakapan mereka :

Polisi : Tuan Hakim, itulah orang yang membunuh Barbertje.


Hakim : Ia harus digantung. Bagaimana ia melakukan itu?
Polisi : Dicincang-cincangnya, lalu digaraminya.
Hakim : Itu kesalahan besar ..... ia harus digantung.
Lothario :Tuan Hakim, saya tidak membunuh Barbertje, saya memberinyamakan,
pakaian dan saya urus dia baik-baik ..... saya punya saksi- saksi
yang bisa menerangkan, bahwa saya orang baik dan bukan
pembunuh .....
Hakim : Kau harus digantung .................... dosamu tambah besar karena
kesombanganmu. Tidak pantas seorang yang dituduh
bersalah, menganggap dirinya seorang yang baik.
Lothario : Tapi tuan Hakim ....., ada saksi-saksi yang bisa membuktikan itu;
dan karena saya dituduh membunuh …..
Hakim : Kau harus digantung. Kau telah mencincang-cincang Barbertje,
menggaraminya dan kau puas dengan dirimu sendiri ….. tiga
kesalahan besar. Siapa kau, hai perempuan?
Perempuan: Saya Barbertje …..
Lothario : Syukur Alhamdulillah ….. tuan hakim, tuan lihat, saya tidak
membunuhnya ! ...
Hakim : Hm .., ya…., begitu ….., tapi bagaimana tentang penggaraman ?...
Barbertje : Tidak tuan Hakim, dia tidak menggarami saya, sebaliknya, dia
banyak berjasa kepada saya ….. dia seorang manusia yang mulia!
Lothario : Tuan dengar, tuan hakim, katanya saya seorang yang baik.
Hakim : Hm ....., jadi, kesalahan ketiga masih tetap ada. Polisi, bawa orang itu
; dia harus digantung. Dia bersalah karena congkak.

Majelis Hakim Yang Terhormat,


Saudari Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati, Sidang
Yang Mulia,

Penggalan kisah yang dimuat dalam karya Multatuli yang terbit pertama kali pada
tahun 1860 tersebut adalah gambaran bagaimana hukum telah digunakan sebagai alat yang
ampuh untuk melakukan kejahatan, yaitu untuk menindas mereka yang lemah. Ini sekaligus
membuktikan bahwa perbedaan antara penegak hukum dan penjahat sebenarnya sangat tipis,
mungkin setipis rambut dibelah tujuh. Maksudnya dikala seorang Penegak Hukum
melaksanakan tugasnya dengan integritas profesional semata-mata untuk keadilan, maka
ia adalah seorang Penegak Hukum. Yang sebenarnya, tetapi tatkala seorang Penegak Hukum
melaksanakan hukum dengan sewenang-wenang, jauh dari tujuan keadilan, maka seketika itu
juga sang Penegak Hukum telah berganti baju menjadi seorang penjahat.

Majelis Hakim Yang Terhormat,


Saudari Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati, Sidang
Yang Mulia,

Kami memberi judul Pleidoi kami ”Meskipun Hukum Buta, Keadilan Dapat Melihat
Dalam Gelap”. Pemilihan judul tersebut kami buat karena ternyata apa yang dialami
Terdakwa Eki Nurhadi bin Abdul Rahim ternyata tidak jauh berbeda dengan penggalan kisah
di atas. Apa yang dialami Terdakwa Widodo bin Mu’in merupakan salah satu dari sekian
banyak fenomena penegakan hukum diskriminatif dan arogan aparat penegak hukum yang
kerap terjadi di negeri ini, yang akhirnya memakan korban orang lemah dan buta hukum.
Majelis Hakim Yang Terhormat,
Saudari Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati, Sidang
Yang Mulia,

Untuk menanggapi tuuntutan dari Jaksa Penuntut Umum, Pembelaan ini kami susun
dengan sistematika sebagai berikut :
A. PENDAHULUAN
B. SURAT DAKWAAN
C. FAKTA PERSIDANGAN
D. ANALISA ATAS FAKTA-FAKTA DAN BUKTI-BUKTI YANG TERUNGKAP DI PERSIDANGAN
E. KESIMPULAN

Majelis Hakim Yang Terhormat,


Saudari Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati, Sidang
Yang Mulia,

Teropong keadilan selalu dapat melihat dengan jelas, sisi-sisi gelap hukum. Oleh
karenanya teropong keadilan lah yang kami harapkan digunakan oleh Yang Mulia Majelis
Hakim dalam mengadili perkara Terdakwa WIDODO ini. Kita semua percaya bahwa lembaga
Kehakiman adalah lembaga yang independen, bukan lembaga yang mengabdi pada
kepentingan pihak- pihak tertentu. Harapan kami semoga dalam mengambil keputusannya
kelak, Yang Mulia Majelis Hakim dapat bertindak obyektif dan imparsial dengan tujuan semata-
mata untuk mengungkap kebenaran materil guna mewujudkan keadilan yang didasari oleh
kesadaran dan pertanggungjawaban iman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pembelaan ini dilandasi dengan sebuah harapan agar yang mulia Majelis Hakim
pemeriksa dan memutus perkara ini dengan bijaksana dan penuh kearifan, serta senantiasa
berkiblat pada rasa keadilan, hati nurani kemanusiaan dan tanggung jawab kepda Tuhan Yang
Maha Esa, sekiranya yang mulia Majelis Hakim berkenan untuk memberikan putusan terhadap
diri terdakwa, suatu putusan yang adil, arif dan bijaksana yang semata-mata didasarkan pada
keadilan yang hakiki, atas dasar mencari Ridho dari Allah SWT, semata.

Amin———————-3x————————-Ya Robbalalamin—————–
Sekiranya tidak berlebihan apa bila dipersidangan yang terhomat ini, sebagai salah satu
aparat penegak hukum yang selalu menjunjung tinggi keadilan “ fiat justitia ruat coelum”
(tegakkan keadilan meskipun langit akan runtuh) kami menyampaikan sebuah motto yang
harus kita junjung bersama :
“ LEBIH BAIK MEMBEBASKAN SERIBU ORANG YANG BERSALAH DARI PADA MENGHUKUM
SEORANG YANG TIDAK BERSALAH.

B. SURAT DAKWAAN

Majelis Hakim Yang Terhormat,


Saudari Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati, Sidang
Yang Mulia,

Bahwa sesuai dengan Surat Dakwaan No. Reg. Perkara : NO. REG. PERK : PDM/123/VI/PN.
Batam, tanggal 11 OKTOBER 2022, Rekan Penuntut Umum pada awal persidangan ini, dimana
Terdakwa WIDODO bin MU’IN telah didakwa dengan dakwaan tunggal, yaitu Pasal 286 dan
atau Pasal 338;

C. FAKTA – FAKTA YANG TERUNGKAP DI PERSIDANGAN

Majelis Hakim Yang Terhormat,


Saudari Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati, Sidang
Yang Mulia,

Dalam Nota Pembelaan ini kami sebenarnya tidak ingin menguraikan kembali
seluruh keterangan saksi-saksi yang telah diperiksa di persidangan secara rinci karena
kami percaya bahwa Panitera sidang pasti juga telah mencatat semuanya dengan baik dan
lengkap.

Sebelum kami, Penasihat Hukum Terdakwa, menyampaikan pokok-pokok dari Nota


Pembelaan, ada baiknya kami sampaikan resume keterangan saksi-saksi selama proses
persidangan berlangsung. Hal ini menjadi urgen, karena terdapat perbedaan yang signifikan
antara keterangan saksi di muka persidangan dengan yang diungkap oleh saudara Jaksa
Penuntut Umum dalam risalah tuntutannya. Selain itu, keterangan saksi di muka persidangan
merupakan alat bukti yang sah, dan keterangan saksi yang mempunyai nilai pembuktian ialah
keterangan yang sesuai dengan apa yang dijelaskan pada Pasal 1 angka 27 KUHAP, yaitu :
(a). yang saksi lihat sendiri, (b). saksi dengar sendiri dan (c). saksi alami sendiri serta (d).
menyebut alasan dari pengetahuannya.
Pada proses pemeriksaan Saksi dan Terdakwa dalam persidangan yang terhormat ini,
Rekan Jaksa Penuntut Umum telah menghadirkan sebanyak 2 (orang) orang saksi.

Majelis Hakim Yang Terhormat,


Saudari Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati, Sidang
Yang Mulia,

Dalam persidangan ini telah didengar keterangan saksi-saksi, dimana saksi tersebut
memberikan keterangan di bawah sumpah menurut agamanya masing-masing. Dengan
demikian keterangan saksi-saksi yang memberikan keterangan dibawah sumpah sesuai dengan
ketentuan pasal 160 ayat (3) KUHAP jo pasal 185 KUHAP adalah merupakan alat bukti yang sah.

1. KETERANGAN SAKSI-SAKSI
1.1 Saksi Herman Dzumafo
lahir di Batam,23 juli 1972, umur 50 tahun, jenis kelamin laki-laki, kewarganegaraan
Indonesia, alamat jalan Tentara pelajar No.32 Bogor, agama Islam, pekerjaan sebagai
pemilik perusahaan PT.Berkah Abadi Sentosa, pendidikan SMK.
Menerangkan sebagai berikut :
 Bahwa benar saksi dalam keadaan sehat jasmani dan rohani serta bersedia
memberikan keterangan dengan sebenarnya.
 Bahwa benar saksi bersedia memberikan keterangan dibawah sumpah.
 Bahwa benar saksi tidak memiliki hubungan pekerjaan dengan Terdakwa.
 Bahwa benar saksi merupakan lulusan SMK (Sekolah MenengahKejuruan)
 Bahwa Benar saksi adalah ayahanda dari Korban.
 Bahwa benar saksi melakukan pelaporan atas orang hilang kepada kepolisian.
1.2 Saksi Erwin Siraguguk
lahir di Batam, 17 mei 1982, umur 40 tahun, jjenis kelamin laki-laki,
kewarganegaraan Indonesia, alamat jalan Ahmad Yani No.33 Sgulung,Batam. Agama
Islam, pekerjaan buruh harian lepas, pendidikan SMK.
Menerangkan sebagai berikut :
 Bahwa benar saksi dalam keadaan sehat jasmani dan rohani serta bersedia
memberikan keterangan dengan sebenarnya.
 Bahwa benar saksi bersedia memberikan keterangan dibawah sumpah.
 Bahwa benar saksi tidak memiliki hubungan pekerjaan dengan Terdakwa.
 Bahwa benar saksi tidak memiliki hubungan pekerjaan dengan Korban.
 Bahwa benar saksi merupakan lulusan SMK (Sekolah MenengahKejuruan)
 Bahwa benar saksi adalah pemilik rumah disamping tempat penemuan
mayat Korban.
 Bahwa benar saksi mencium dan menemukan mayat Korban dengan kondisi
tewas dan tidak berbusana.
 Bahwa benar rumah kosong benar disamping rumah saksi.
 Bahwa benar saksi dan polisi menemukan busana Korban di dalam rumah
kosong tersebut juga.
2. KETERANGAN TERDAKWA
Pasal 189 ayat (1) KUHAP mengandung rumusan pengertian keterangan terdakwa
sebagai alat bukti yang berbunyi “Keterangan terdakwa adalah apa yang terdakwa
nyatakan disidang Pengadilan tentang perbuatan yang dilakukan atau yang ia ketahui
sendiri atau alami sendiri”, bahwa rumusan yang dapat dijadikan dasar penilaian
terhadap keterangan terdakwa adalah keterangan yang diantaranya berisi pernyataan
pengakuan terdakwa.
 Bahwa benar Terdakwa menerangkan bahwa telah melakukan tindak pidana
pemerkosaan disertai pembunuhan pada hari Senin 2 Agustus 2022 sekitar
pukul 17:00 di Jalan Ahmad Yani No.33 sagulun, Batam.
 Bahwa benar Terdakwa bertemu dengan korban pada sore hari di jalan.
 Bahwa benar Terdakwa mengungkapkan perasaannya kepada Korban pada saat
bertemu dengan Korban, namun Korban menolaknya, sehingga Terdakwa
Menjadi gelap mata.
 Bahwa benar saksi melakukan pemukulan hingga Korban tidak sadarkan diri
dan membawa Korban kesebuah rumah kosong disamping rumah Saksi II, dan
melakukan pemerkosaan dan pembunuhan Terhadap korban.8
 Bahwa keterangan Terdakwa sudah cukup serta keterangan yang Terdakwa
berikan adalah yang sebenarnya serta dapat terdakwa pertanggung jawabkan
kebenarannya.

Barang bukti yang diajukan dalam persidangan, yaitu berupa :

1. Berdasarkan surat laporan polisi No.Pol. : STPL/34/VI/2022/SIAGA, Tanggal 02


agustus 2022, telah melakukan pelapporan orang hilang atas Nama : Ani Handayani
Pekerjaan : pekerja swasta Umur : 25 Tahun Hilang sejak tanggal 02 agustus 2022
sampai dengan 05 agustus 2022, sejak sesaat sepulang kerja atas laporan orang tua
Bersangkutan.
2. Pakaian korban
3. Perhiasaan dan handphone seluler korban
4. Identitas korban Barang-barang bukti tersbut telah disita secara sah menurut
hukum dengan ini dapat dipergunakan untuk memperkuat pembuktian oleh Hakim
Majelis telah memperlihatkan barang bukti tersebut kepada Saksi-saksi dan
Terdakwa dan yang bersangkutan telah membenarkannya.
D. ANALISA ATAS FAKTA-FAKTA DAN BUKTI-BUKTI YANG TERUNGKAP DI
PERSIDANGAN
1. ANALISIS FAKTA – FAKTA

Bahwa Pasal 185 ayat (1) KUHAP telah mengatur bahwa keterangan saksi
sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan. Hal ini berarti
bahwa hanya keterangan-keterangan yang disampaikan di depan persidangan saja yang
sah sebagai alat bukti dan merupakan fakta hukum yang dapat digunakan oleh Hakim
sebagai pertimbangan putusannya;
Majelis Hakim Yang Terhormat,
Saudari Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati, Sidang
Yang Mulia,

Bahwa dari fakta-fakta yang di uraikan diatas, terungkap fakta-fakta sebagai


berikut :

- Bahwa benar Terdakwa pada hari Senin tanggal 2 Agustus 2022, bertemu dengan
Korban tidak dengan sengaja sesaat setelah Korban pulang dari kantornya sekitar
pukul 17:00 di Jalan Ahmad Yani No.33 sagulun, Batam.
- Bahwa benar Terdakwa mengungkapkan perasaannya kepada Korban pada saat
bertemu dengan Korban.
- Bahwa benar Korban menolak perasaan Terdakwa sehingga membuat Terdawa
menjadi gelap mata.
- Bahwa benar setelah itu Terdakwa melalukan pemukulan hingga Korban tidak
sadarkan diri dan membawa Korban kesebuah rumah kosong disamping rumah
Saksi II, dan melakukan pemerkosaan dan pembunuhan Terhadap korban.
- Bahwa terdakwa mengakui dan menyesali atas perbuatan yang dilakukannya.

2. ANALISIS YURIDIS UNSUR – UNSUR PASAL YANG DIDAKWAKAN

Majelis Hakim Yang Terhormat,


Saudari Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati, Sidang
Yang Mulia,

Bahwa sebagaimana tuntutan yang dibacakan pada hari Kamis tanggal 11


Oktober 2022 dalam persidangan terbuka untuk umum, saudara Jaksa Penuntut
Umum telah berkeyakinan apabila Terdakwa WIDODO bin MU’IN telah terbukti
telah melakukan Tindak Pidana tindak pidana Kejahatan terhadap Kesusilaan,
sebagaimana diatur dalam Pasal 286 dan atau Pasal 338 KUHP.

Bahwa Pasal 286 dan atau Pasal 338 Undang –undang Hukum pidana
merumuskan sebagai berikut : “Barang siapa bersetubuh dengan perempuan
yang bukan isterinya sedang diketahuinya bahwa perempuan itu pingsan atau
tidak berdaya,dihukum penjara selama--lamanya 9 tahun” dan atau “Barang
siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama 15 tahun.”
Bahwa apabila diperhatikan rumusan Pasal 286 dan atau Pasal 338 maka unsur-unsur
yang terdapat didalamnya adalah sebagai berikut :
- Unsur : Barang siapa
- Unsur : dengan sengaja merampas nyawa orang lain/ bersetubuh dengan perempuan yang
bukan istrinya sedang diketahui bahwa perempuan itu pingsan atau tidak berdaya

- Unsur : dengan maksud sengaja melawan hukum


Bahwa apabila dicermati Dakwaan Primer dari Jaksa Penuntut Umum dalam perkara ini adalah
mengenai : telah dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan memaksa seorang wanita
yang bukan istrinya bersetubuh. Dan atau dengan sengaja merampas nyawa orang lain.

Bahwa dalam proses pembuktian di pengadilan, seorang Terdakwa hanya dapat dinyatakan
bersalah apabila dapat dibuktikan terpenuhinya seluruh unsur-unsur dari pasal Undang-
Undang pidana yang didakwakan. Apabila salah satu saja unsur rumusan pasal dimaksud tidak
terpenuhi atau tidak terbukti, maka terdakwa harus dianggap tidak terbukti melakukan
perbuatan pidana/tindak pidana/delik yang didakwakan kepadanya, dengan kata lain terdakwa
harus dinyatakan tidak bersalah, dan harus dibebaskan dari dakwaan dimaksud, dengan
demikian uraian mengenai unsur-unsur pasal dalam dakwaan primair tersebut tidak perlu kami
uraikan.

Dan apabila Majelis Hakim Yang Terhormat berpendapat lain kami mohon putusan yang
seadil-adilnya (ex aquo et bono).

E. KESIMPULAN

Majelis Hakim Yang Mulia,


Rekan Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati, Serta
hadirin sekalian yang kami hormati.

Sampailah saatnya bagi kami, Penasihat Hukum Terdakwa untuk menyampaikan


permohonan kepada Majelis Hakim Yang Mulia, yang memeriksa dan mengadili
perkara ini. Akan tetapi sebelumnya perkenankanlah kami dengan segala kerendahan
hati menyampaikan di persidangan ini, bahwa Penegakan hukum secara benar dan
tanpa pandang bulu sangat dipengaruhi oleh para penegak hukumnya. Penegak hukum
itu sendiri diharapkan mempunyai dua kriteria, pertama ialah moralitas dan kedua
kemahiran dan ketrampilan hukum, yang didasarkan pada keilmuan, pengalaman,
penguasaan dan kemampuannya menghadapi dan menelaah perkara. Hal tersebut
tentu saja untuk mencapai tujuan hukum yaitu keadilan dan kepastian hukum.

Sebagai penutup Pledoi ini, pada tempatnya kami kemukakan kata Mantan Hakim
Agung BISMAR SIREGAR, SH, yang pernah mengatakan bahwa rasa keadilan itu jangan
dicari pada kitab undang-undang melainkan carilah pada hati nurani, karena pada
akhirnya Mahkamah yang paling tinggi adalah hati nurani. Untuk mengasah agar hati
nurani ini bisa membaca apa yang tersirat maka jalannya adalah senantiasa
berkomunikasi kepada yang menggerakkan hati nurani tersebut, yaitu Allah robbul
alamin. Sungguh sangat mendalam makna yang terkait dalam kata-kata tersebut,
sehingga BISMAR SIREGAR, SH. sebelum memutus perkara, pada malam harinya beliau
melakukan shalat tahajud memohon petunjuk dari Allah SWT.

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Maha Kuasa dan
Maha Adil, kami akhiri Nota Pembelaan ini, dengan suatu keyakinan, bahwa
Majelis Hakim yang mulia akan memberikan putusan berdasarkan hukum dan hati
nurani dengan menjunjung tinggi Hak Azasi Manusia dengan satu prinsip bahwa
hukum harus ditegakkan dan bukan sebagai alat kekuasaan dan atau kepentingan
politis penguasa dengan dalih apapun juga. Dan pada akhirnya kepada-Nya jualah
segala doa dan harapan kita pasrahkan.

Demikianlah nota pembelaan (pleidooi) ini kami sampaikan, semoga mendapat


perhatian dan pertimbangan yang seksama dari Majelis Hakim pemeriksa untuk
kemudian berkenan mengabulkannya.

Akhirnya rasa terima kasih kami haturkan kepada Majelis Hakim yang mulia dan
Sdr. Jaksa Penuntut Umum yang dengan tulus ikhlas mendengarkan serta memperhatikan
nota pembelaan ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan meridhoi hidup kita dan
senantiasa memberi petunjuk di jalan yang benar kepada kita semua, Amin.

KOTA BATAM,28 OKTOBER 2022


HORMAT KAMI,
PENASIHAT HUKUM TERDAKKWA
WIDODO BIN MU’IN

BIMO FEBRIYANTO, S.H.

Anda mungkin juga menyukai