Anda di halaman 1dari 37

Kejaksaan Negeri Bandar Lampung

Di Kota Bandar Lampung

“ Untuk keadilan”

REPLIK
Nomor.Reg.perkara : PDM-12/Tjk/05/2021

TERDAKWA
ABIGHAIL
JAWABAN PENUNTUT UMUM

TERHADAP NOTA PEMBELAAN TIM PENASIHAT HUKUM


DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN
DAN PENCULIKAN DAN PEMERASAN
ATAS NAMA TERDAKWA

ABIGHAIL BIN NASIR UTOMO

Hakim Ketua Majelis dan Anggota Majelis Hakim yang kami muliakan,
Panitera Pengganti yang kami hormati,
Saudara Tim Penasehat Hukum yang kami hormati,
Saudara Terdakwa yang kami hormati,
Serta hadirin sidang yang kami muliakan

Pada hari yang penuh kedamaian ini marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat kasih dan perlindungan-Nya kita sampai pada
hari ini dengan keadaan sehat wal’afiat dapat melanjutkan persidangan ini dalam
rangka menemukan kebenaran yang sejati. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada para pihak yang telah membantu kami dalam mengungkap fakta-fakta yang
sangat dibutuhkan untuk menegakkan nilai-nilai keadilan.

Dalam bukunya “Dari Bismar Untuk Bismar”, Bismar Siregar pernah mengatakan
“jika supremasi hukum itu adalah pilihan utama untuk mewujudkan rasa keadilan
masyarakat banyak (maslahat hukum), satu satu nya cara adalah mengedepankan sikap
adil. Artinya harus selalu ada kesadaran bahwa bersikukuh dengan kebenaran sendiri
(menganggap diri sebagai pihak yang paling berhak menunjukan kebenaran) adalah
sikap yang sangat tidak adil. Karena hukum yang tidak mengutamakan kemaslahatan
umum tidak harus dipatuhi. Bahkan harus dilawan.

Berangkat dari pendapat tersebut, maka kami berusaha kembali lagi memberikan
pemahaman dan tanggapan mengenai pembahasan unsur-unsur yang ada dalam surat
tuntutan kami agar kekeliruan dan keterbatasan penasihat hukum terdakwa dapat
diluruskan, serta membantu penasihat hukum terdakwa untuk benar benar merasakan

1
nilai-nilai keadilan dan dampak dari adanya tindak penganiayaan yang menyebabkan
kematian.

lain itu, prinsip “equality before the law” memandang bahwa persamaan di mata
hukum mengisyaratkan bahwa hukum ditegakkan setegak tegaknya walaupun siapa
pelakunya, dimana prinsip tersebut diakui secara normatif yang dilaksanakan secara
empiris.

Bahwa majelis hakim telah memberikan kesempatan kepada kami selaku penuntut
umum untuk menyampaikan jawaban atas pembelaan tim penasihat hukum terdakwa
dalam upaya mempertahankan requisitoir atau tuntutan pidana yang telah kami
sampaikan. Kami penuntut umum menyampaikan terima kasih kepada majelis
hakim yang terhormat atas kesempatan yang diberikan dalam menyampaikan
jawaban ini. Kami berniat untuk meluruskan pemahaman penasihat hukum terdakwa
yang cenderung keliru dalam menginterpretasikan pembahasan unsur di dalam surat
tuntutan kami. Sehingga kami mengkhawatirkan terjadinya kesesatan dalam
pemahaman surat tuntutan yang telah kami sampaikan sebelumnya. Namun hal itu
dapatlah kami maklumi sebagai keterbatasan manusia yang sifatnya alamiah.

Sehubungan dengan hal tersebut izinkanlah kami selaku penuntut umum dalam perkara
terdakwa Abighail bin Nasir Utomo pada kesempatan ini, untuk mengajukan jawaban
terhadap pembelaan tim penasihat hukum terdakwa yang telah dibacakan di
persidangan pada hari Senin, 6 Januari 2022. Adapun jawaban ini kami susun dengan
sistematika sederhana agar dipahami sebagai berikut:

1. PENDAHULUAN

Majelis Hakim yang Terhormat,

Pada kesempatan ini izinkanlah kami menyampaikan sebuah pepatah dari Negara
Kincir (Belanda) mengenai kebenaran sebagai berikut:

“Lex Dura Sed Tamen Scripta” (Hukum itu kejam tetapi memang begitulah bunyinya).

Sebuah sajak dalam kisah ramayana berikut sepertinya tepat untuk dijadikan bahan
kontemplasi kita bersama dalam penegakan hukum perkara ini.

2
“Prihen temen dhrama duma ranang sarat saraga sang saduh sirekatutana tanah tan
kamapidonia tan yasa yasaki sang sajjana dharma raksaka.” Artinya: --------------------

“Utamakanlah kebenaran dengan sungguh-sungguh kepribadian orang budiman yang


patut ditiru bukan keinginan, bukan balas jasa yang menjadi tujuan kekuatan orang
yang berbuat baik adalah kebenaran dipegang teguh” (Kakawin Ramayana, Sargah
24.59)

Begitu pula sebuah ayat Alkitab berikut ini semoga menjadi renungan bagi kita semua
terutama bagi yang mulia majelis hakim dalam memutus perkara dan bagi tim penasihat
hukum dalam membela hak-hak hukum terdakwa sebagai berikut;

“Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan, janganlah engkau membela orang
kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-orang
besar, tetapi engkau harus mengadili orang sesamamu dengan benar” (Imamat 19 :
15)

Juga izinkanlah kami mengutip ayat dari kitab suci Al-Qur’an ini semoga menjadi
perenungan bagi kita semua sebagai penegak keadilan.

“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi
karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum
kerabat mu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatan (kebaikanya)” (QS An-Nisa: 135).

Berangkat dari pepatah dan perenungan tersebut, kami penuntut umum akan berusaha
untuk menyajikan kebenaran yang sebenar-benarnya untuk membuat terang perkara
ini. bahwa dalam proses pencarian kebenaran materiil dalam perkara ini, kami akan
mencoba melakukan pembahasan secara progresif sebagaimana diperkenalkan oleh
sang bengawan hukum Prof. Satjipto Rahardjo, S.H.

Mengutip pendapat dari Alm. Prof. Satjipto Rahardjo, S.H. dalam bukunya yang
berjudul “Hukum Progresif” (suatu pengenalan), menyatakan bahwa hukum progresif
adalah hukum yang membebaskan. “Hukum untuk Manusia”, dan oleh karena itu,
apabila terjadi hambatan-hambatan terhadap pencapaian maka dilakukan pembebasan-
pembebasan, baik dalam berilmu, berteori dan ber praktek. Perspektif hukum progresif

3
tidak bersifat riddle bound (Rbo), yang menggarap hukum semata-mata menggunakan
“rule and logic” atau “rechtdognaticheid”. dengan alur berpikir linier, marsinal, dan
deterministic. Bahwa paradigma hukum progresif akan senantiasa berfikir (rule
breaking). Dalam berpikir Rbt, kita harus berani untuk tidak selalu tunduk dan
mengikuti alur linier, marsinal, deterministic. Dan perlu disadari bahwa hukum
bukanlah institusi hukum yang absolut dan final, hukum selalu dalam proses menjadi
(law As Proses, Law Indemaking).

Bahwa hukum progresif sama sekali tidak bermaksud untuk mengesampingkan hukum
itu sendiri, namun kreativitas dalam memberi penafsiran dan membaca hukum secara
progresif dengan alat berfikir logika peraturan. Implementasi paradigma hukum
progresif secara nyata telah menempatkan hukum lebih terhormat dan fungsional
karena ia tampil sebagai humanus, dimana menempatkan kepentingan dan unsur
manusia di atas undang- undang.

Meskipun paradigma hukum progresif menempatkan manusia sebagai inti atau pusat
bekerjanya hukum dan berusaha melepaskan jeruji atau kerangkeng kekakuan hukum
dalam arti teks undang-undang, tidak berarti harus menafikkan hukum. Agar
paradigma hukum progresif tidak terjebak dalam absolutisme manusia, dalam arti
peniadaan rambu-rambu atau aturan hukum , konsep progresif haruslah berakar pada
sikap “menghargai hukum dan menempatkan hukum sebagai pijakan”, meskipun
“tidak absolut”.

Berangkat dari penjelasan dan teori diatas, maka dalam menguraikan unsur-unsur
perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa, kami penuntut umum akan melakukan
penelaahan secara komprehensif dengan mencoba berfikir rule breaking dan
menggandeng hukum progresif dalam membuktikan setiap unsur yang didakwakan.
Hal ini diharapkan dapat memenuhi rasa keadilan dan tidak menafikan kepentingan di
masyarakat. Selain itu, diharapkan kepada tim penasehat hukum terdakwa agar tidak
memandang perkara ini secara sepotong- sepotong tanpa melihat sisi perbuatan materiil
terdakwa yang mengancam dan telah menimbulkan duka yang cukup dalam di dalam
masyarakat.

Semoga hati kita semua disini terbuka untuk benar-benar menyadari arti kebenaran dan
tidak disesatkan kepada pihak-pihak yang ingin memutar balikkan fakta.

4
II. TANGGAPAN TERHADAP UNSUR

Majelis Hakim yang Mulia,

Adapun pembantahan unsur yang akan kami lakukan BUKANLAH Pasal perpasal
melainkan secara menyeluruh dan TIDAK akan melakukan pengulangan terhadap
unsur yang sama dalam tiap pasalnya. Kami, Penuntut Umum akan menanggapi
Pembelaan dari Tim Penasehat Hukum sebagai berikut:

Pasal 365 Ayat (2) ke- 1, 2 dan 4 KUHP

A. Unsur “Barang Siapa”

Dalam nota pembelaan Halaman 48, Tim Penasihat Hukum TERDAKWA menyatakan
bahwa;

Berdasarkan analisis yuridis, kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa tidak
sependapat dengan penunut umum dikarenakan bahwa berdasarkan keterangan semua
saksi tidak sepenuhnya menyetujui bahwa Terdakwa adalah orang yang didakwa
melakukan perbuatan sebagaimana yang tercantum dalam Surat Dakwaan Penuntut
Umum dan berdasarkan keterangan saksi dari Penasihat Hakum menyangkal jika
Terdakwa adalah orang yang melakukan perbuatan sebagaimana yang tercantum dalam
Surat Dakwaan Penuntut Umum. Menurut Pasal 1 butir 26 Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana menjelaskan:

"Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan


penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri"

Dengan demikian, kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa Abighail


menyatakan tidak sependapat dengan analisis Surat Tuntutan maka unsur “Barang
Siapa" tidak terpenuhi dan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

Kami TIDAK SEPENDAPAT dengan pembelaan Tim Penasihat Hukum


TERDAKWA dengan uraian sebagai berikut;

5
Barang siapa, adalah subjek hukum dimana subjek hukum yang dapat diminta
pertanggungjawaban menurut hukum pidana adalah Naturlijk person, yaitu manusia.

Menurut Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor: PDM-12/Tjk/05/2021


tanggal 30 Juni 1995, yang pada intinya menjelaskan unsur “Setiap Orang” sama
dengan kata “ BarangSiapa” yang mengacu kepada subjek hukum pelaku tindak
pidana yang dapat bertanggung jawab atas perbuatan atau tindakannya.

Dipertegas lagi oleh Suharto R.M. yang dikutip dari bukunya yang berjudul Hukum
Pidana Materiil, Unsur-Unsur Obyektif sebagai Dasar Dakwaan, halaman 38,
Tahun 2002 menjelaskan bahwa “Barang Siapa adalah orang atau subjek hukum yang
harus bertanggung jawab karena telah melakukan perbuatan pidana. Dimana unsur
tersebut dianggap terdapat pada setiap orang yang melakukan perbuatan yang
melanggar undang-undang.

Seseorang, dalam hal ini merupakan subjek hukum. Sudah menjadi pengertian umum
bahwa hukum merupakan suatu sistem tertentu dalam menjalankan pelaksanaan atas
serangkaian kekuasaan yang ada pada lembaga. Untuk menjalankan rangkaian
kekuasaan tersebut telah disebutkan dibutuhkannya suatu hukum, suatu hukum tersebut
juga membutuhkan subjek hukum, suatu hukum tersebut juga membutuhkan subjek
hukum sebagai suatu sarana dan prasarana atas terlaksananya hukum.

Subjek hukum atau recht subjek merupakan setiap orang yang memiliki kewenangan
dan mempunyai hak dan kewajiban yang nantinya akan menimbulkan wewenang
hukum atau rechtsbevoegdheid, sedangkan arti kata wewenang hukum tersebut adalah
subjek dari hak dan kewajiban. Subjek hukum merupakan segala sesuatu yang memiliki
hak/kewenangan melakukan perbuatan hukum serta cakap dalam masalah hukum.
Subjek hukum merupakan pendukung hak menurut kewenangan atau kekuasaan yang
nantinya akan menjadi pendukung sebuah hak. Dari penjabaran diatas, berikut ini
pengertian subjek hukum yang dikemukakan oleh beberapa ahli, meliputi:

- Prof. Subekti, menyebutkan bahwa subjek hukum merupakan pendukung dari


hak dan kewajiban yang ada.
- Riduan Syahrani, subjek hukum merupakan pembawa hak atau subjek di
dalam hukum.

6
- Prof. Sudikno, subjek hukum merupakan segala sesuatu yang mendapat hak
dan kewajiban dari hukum.
Bahwa unsur setiap orang tersebut ditujukan untuk menentukan agar tidak terjadi
kesalahan subjek hukum yang dituntut (error in persona) bahwasanya yang kami
maksud Terdakwa Abighail. adalah benar yang kami ajukan di dalam persidangan ini,
maka untuk mengetahui apakah Terdakwa merupakan orang atau subjek hukum yang
telah melakukan tindak pidana sebagaimana yang telah kami dakwakan.

Berdasarkan pengertian “Barang Siapa” tersebut di atas, dihubungkan dengan fakta


perbuatan Terdakwa yang terungkap di persidangan diperoleh fakta yuridis sebagai
berikut :
- Bahwa benar Terdakwa membenarkan seluruh identitasnya sebagaimana
diuraikan dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum dengan Nomor Register
Perkara : PDM-12/Tjk/05/2021 tertanggal 11 November 2021;
- Bahwa benar terdakwa menyatakan bahwa memahami seluruh isi Surat
Dakwaan yang didakwakan kepadanya;
- Bahwa benar Terdakwa diajukan di depan persidangan dalam keadaan sehat
jasmani dan rohani;
- Bahwa benar Terdakwa tidak mempunyai pekerjaan.

Bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut, Terdakwa dihadapkan pada persidangan ini


sebagai seseorang atau orang perorangan yang bernama Abighail, dengan identitas
secara lengkap sebagaimana telah diakui dan dibenarkan sesuai dengan Surat
Dakwaan, sehingga Terdakwa sebagai seseorang pendukung hak dan kewajiban
termasuk ke dalam pengertian “Barang Siapa” sebagaimana dimaksud dalam pasal a
quo.

Bahwa dengan memperhatikan maksud dari unsur “Barangsiapa” dihubungkan dengan


fakta yuridis sebagaimana diuraikan diatas, maka kami selaku penuntut umum
berpendapat bahwa unsur a quo telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut
hukum telah terpenuhi dalam diri Terdakwa Abighail.

B. Unsur “Mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian


kepunyaan orang lain”;

Dalam Nota pembelaan Tim Penasihat Hukum Halaman 50 Mengatakan bahwa:

7
Kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa tidak sependapat dengan penuntut umum
dikarenakan Terdakwa tidak ikut serta dalam pengambilan harta benda milik Steven
Saputra. Dibuktikan dengan adanya rekaman dashboard mobil milik Steven Saputra,
orang yang masuk kedalam mobil dan melakukan perampasan adalah RENALDI dan
DANI BERLAN.

Dengan demikian, kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa Abighail


menyatakan tidak sependapat dengan analisis Surat Tuntutan maka unsur “Mengambil
barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain” tidak
terpenuhi dan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

kami TIDAK SEPENDAPAT dengan pembelaan Tim Penasihat Hukum


TERDAKWA dengan fakta uraian sebagai berikut;

Pencurian adalah termasuk dalam delik formil (formeel delict), artinya perumusan
unsur-unsur pasal pencurian dititik beratkan pada perbuatan yang dilarang. Delik
pencurian tersebut dianggap telah selesai/terpenuhi dengan dilakukannya perbuatan
sebagaimana yang dimaksud dalam rumusan delik tersebut.

Bahwa berdasarkan fakta persidangan yang diperoleh dari alat bukti yang ada,
terungkap bahwa benar Terdakwa telah melakukan perbuatan merampas barang milik
orang lain pada tanggal 16 Juli 2021 sekiranya pada pukul 23.40 WIB di Jl. Soekarno
Hatta, Kabupaten Mesuji.

Bahwa barang yang telah terdakwa rampas atau ambil secara paksa yaitu :
- 1(satu) UNIT Mobil Toyota Alphard No. Pol : BE-805-SS, warna putih metalik,
Tahun pembuatan 2019
- Uang tunai sebesar Rp. 22.000.000 (dua puluh dua juta rupiah)
- 4 unit ponsel Samsung,
- 4 buah perhiasan 20 karat,
- 3 unit jam merek rolex silver,
- 3 unit tas merk Hermes dan Gucci
- serta barang berharga lainnya

Bahwa cara Terdakwa dan rekannya melakukan perampasan awalnya Terdakwa dan
rekannya melakukan modus bahwa Steven Saputra telah menyenggol mobil milik
mereka dengan memanfaatkan Nuscha Danya sebagai perempuan kemudian Steven

8
Saputra diminta untuk bertanggung jawab mengganti kerusakan. Namun, Terdakwa
dan rekannya langsung memukul Steven Saputra dan Ramona Nopera menggunakan
tongkat besi hingga tidak sadarkan diri.
C. Unsur “dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum”;

Dalam Nota Pembelaannya Tim Penasihat Hukum Halaman 51 mengatakan bahwa:

Ajaran sifat melawan hukum memiliki kedudukan yang penting dalam hukum pidana
di samping asas legalitas. Ajaran ini terdiri dari ajaran sifat melawan hukum yang
formal dan materiil. Ajaran sifat melawan hukum yang materiil dalam hukum pidana
Indonesia terdapat hukum tidak tertulis, yaitu hukum adat Meskipun demikian
pengakuan dan penerapan ajaran sifat melawan hukum materiil baru dilakukan pada
tahun 1965 dan implikasi yang lebih jauh adalah lolosnya para koruptor karena telah
membayar unsur kerugian negara dalam perkara korupsi. Dalam perkembangannya,
ajaran sifat melawan hukum ini kemudian diformalkan kedudukannya dalam
perundang-undangan seperti UU No. 31 Tahun 1999 dan Rancangan KUHP.

Dengan demikian, kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa Abighail


menyatakan tidak sependapat dengan analisis Surat Tuntutan maka unsur “dengan
maksud untuk dimiliki secara melawan hukum”tidak terpenuhi dan tidak terbukti
secara sah dan meyakinkan.

Kami TIDAK SEPENDAPAT dengan pembelaan Tim Penasihat Hukum Terdakwa


dengan fakta uraian sebagai berikut;

Dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum adalah perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh individu maupun kelompok yang bertujuan untuk
memperkaya diri sendiri ataupun korporasi.

Menurut Rosa Agustina (2003) dalam bukunya Perbuatan Melawan Hukum, Pasca
Sarjana FH UI merumuskan perbuatan melawan hukum harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut: pertama, perbuatan itu bertentangan dengan kewajiban hukum si
pelaku, kedua, perbuatan tersebut bertentangan dengan hak subjektif orang lain, ketiga
bertentangan dengan kesusilaan, keempat, bertentangan dengan kepatutan, ketelitian
dan kehati-hatian.

9
Adapun unsur-unsur dari perbuatan melawan hukum dalam hukum pidana adalah
perbuatan itu tegas dinyatakan melanggar undang undang, kemudian perbuatan itu juga
dilakukan tanpa kewenangan dan kekuasaan serta perbuatan yang melanggar asas-asas
umum dalam lapangan hukum. Sedangkan dalam hukum perdata unsur-unsur perbuatan
melawan hukum tersebut adalah adanya perbuatan, perbuatan tersebut melawan hukum,
adanya kesalahan dari pihak pelaku, adanya kerugian bagi korban dan adanya hubungan
kausal antara perbuatan dan kerugian.

Berdasarkan paham-paham sifat melawan hukum, doktrin membedakan perbuatan


melawan hukum atas:
1. Perbuatan melawan hukum formil, yaitu perbuatan melawan hukum apabila
perbuatan tersebut sudah diatur dalam undang-undang, Jadi sandarannya adalah
hukum yang tertulis;
2. Perbuatan melawan hukum materiil, yaitu terdapat mungkin suatu perbuatan
melawan hukum walaupun belum diatur dalam undang-undang. Sandarannya
asas umum yang terdapat di lapangan hukum.

Perbuatan yang dilakukan tersebut haruslah melawan hukum. Sejak tahun 1919, unsur
melawan hukum ini diartikan dalam arti yang seluas-luasnya, yakni meliputi hal-hal
dasar sebagai berikut:
Perbuatan yang melanggar undang-undang yang berlaku.
a. Yang melanggar hak orang lain yang dijamin oleh hukum, atau
b. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, atau
c. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan (goede zeden), atau
d. Perbuatan yang bertentangan dengan sikap yang baik dalam bermasyarakat
untuk memperhatikan kepentingan orang lain (indruist tegen de
zorgvuldigheind, welke in het maatschappelijik verkeer betaamt ten aanzien van
anders persoon of goed).

- Bahwa setelah merampas mobil STEVEN SAPUTRA dan seluruh harta


didalamnya ditanggal yang sama pada pagi pukul 04.00 WIB. TERDAKWA
ABIGHAIL, YULIUS PARLINDUNGAN, DANI BERLAN, MUSSAWIR,
RENALDI, DAFA RAZWA dan NUSCHA DANYA membawa AFIFAH
MAHARANI yang berada didalam mobil milik STEVEN SAPUTRA menuju
gudang milik RINO SENDIKO dengan membobol gudang tersebut tanpa
sepengetahuan RINO SENDIKO

10
- Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dengan demikian unsur dengan
maksud untuk dimiliki secara melawan hukum ini telah terpenuhi oleh
perbuatan Terdakwa

D. Unsur “yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau


ancaman kekerasan terhadap orang, dengan maksud dalam hal tertangkap
tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya,
atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri”;

Dalam Nota Pembelaannya Halaman 53 Tim Penasehat hukum menyatakan bahwa:

Berdasarkan analisis yuridis tersebut, kami selaku Tim Penasehat Hukum Terdakwa
tidak sependapat dengan Penuntut Umum dikarenakan bahwa berdasarkan keterangan
semua saksi tidak sepenuhnya menyetujui bahwa Terdakwa adalah orang yang didakwa
melakukan perbuatan sebagaimana yang tercantum dalam Surat Dakwaan Penuntut
Umum dan berdasarkan keterangan saksi dari Penasihat Hukum menyangkal jika
Terdakwa adalah orang yang melakukan perbuatan sebagaimana yang tercantum dalam
surat Dakwaan.

Dengan demikian, kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa Abighail


menyatakan tidak sependapat dengan analisis Surat Tuntutan maka unsur “yang
didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
terhadap orang, dengan maksud dalam hal tertangkap tangan, untuk
memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap
menguasai barang yang dicuri”tidak terpenuhi dan tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan.

Kami TIDAK SEPENDAPAT dengan pembelaan Tim Penasehat Hukum Terdakwa


dengan fakta uraian sebagai berikut;

Menurut R. Soesilo dalam bukunya Kitab Undang Undang Hukum Pidana serta
Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal (hal. 254), yang dimaksud dengan
kekerasan adalah termasuk di dalamnya mengikat orang yang punya rumah atau
menutup (menyekap korban) di dalam kamar. Kekerasan atau ancaman kekerasan
tersebut haruslah dilakukan terhadap orang dan bukan terhadap barang, yang dilakukan
sebelum, pada saat atau setelah pencurian tersebut dilakukan dengan maksud untuk
memudahkan pencurian tersebut. Jika tertangkap tangan, supaya ada kesempatan bagi

11
dirinya atau kawannya yang turut melakukan akan melarikan diri atau supaya barang
yang dicuri itu tetap berada di tangannya.

- Bahwa cara Terdakwa dan rekannya melakukan perampasan awalnya Sdr.


Nuscha Danya menuduh Steven Saputra telah menyenggol mobilnya dan
meminta Steven Saputra untuk bertanggung jawab kemudian setelah Steven
Saputra turun dari mobil, Terdakwa bersama rekannya menodongkan senjata
kepada Steven Saputra dan Ramona Nopera untuk menyerahkan harta
berharga miliknya.
- Bahwa pada saat itu juga TERDAKWA ABIGHAIL, YULIUS
PARLINDUNGAN, DANI BERLAN, MUSSAWIR, RENALDI, NUSCHA
DANYA yang melakukan penyamaran dan membawa senjata tajam, dan
tumpul, serta senapan api pistol yang disarankan oleh TERDAKWA
ABIGHAIL. TERDAKWA ABIGHAIL memberikan pukulan dengan
tongkat besi yang dipegang dan diarahkan pada kepala bagian belakang
STEVEN SAPUTRA dan menyebabkan STEVEN SAPUTRA jatuh
tersungkur dan tidak sadarkan diri sehingga dengan cepat TERDAKWA
ABIGHAIL langsung mengambil barang berharga berupa jam rolex milik
STEVEN SAPUTRA.
- Bahwa berdasarkan fakta persidangan terungkap bahwa terdakwa merampas
atau mengambil secara paksa mobil milik korban, Terdakwa bersama rekannya
menggunakan senjata tajam dan senjata tumpul yang telah disiapkan oleh
Terdakwa.
- Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas maka, dengan demikian unsur ini
telah terpenuhi oleh perbuatan Terdakwa;

Kami selaku Penuntut Umum tidak sependapat dengan Penasehat Hukum karena sesuai
dengan argument yang sudah dijelaskan diatas sudah memenuhi unsur “yang didahului,
disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang, dengan
maksud dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau
peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri”

E. Unsur “dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau


pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum atau dalam
kereta api atau trem yang sedang berjalan”;

12
Dalam Nota pembelaannya Tim Penasehat Hukum Halaman 54 mengatakan bahwa:

Kami selaku Tim Penasihat Hukum tidak sependapat dengan penuntut umum
dikarenakan bahwa aksi yang dilakukan pada waktu malam tersebut merupakan
rencana dari YULIUS PARLINDUNGAN, dan pada saat aksi tindak pidana tersebut
Terdakwa tidak ikut serta dalam melakukan aksi tersebut, dan bahwa yang membuat
dan memerintah NUSCHA DANYA untuk memulai modus mengendarai mobil untuk
membuntuti mobil milik STEVEN SAPUTRA yang membuat perselisihan antara
NUSCHA DANYA dengan STEVEN SAPUTRA adalah YULIUS
PARLINDUNGAN.
Dengan demikian, kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa Abighail menyatakan
tidak sependapat dengan analisis Surat Tuntutan maka unsur “dilakukan pada waktu
malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan
umum atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan”tidak terpenuhi dan
tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

Kami TIDAK SEPENDAPAT dengan pembelaan Tim Penasihat Hukum Terdakwa


dengan fakta uraian sebagai berikut;

Dilakukan pada waktu malam, artinya perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
terdakwa di rentang waktu setelah sore, senja, ataupun petang yakni mulai pukul 19.00
sampai 23.59.

Dalam sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup, artinya peristiwa yang dilakukan
terjadi di sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang terdapat rumahnya dan terdapat
jalan umum di sekitarnya.

- Bahwa pada tanggal 16 Juli 2021 malam pukul 23.40 WIB di Jl. Soekarno Hatta,
Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung TERDAKWA ABIGHAIL, YULIUS
PARLINDUNGAN, DANI BERLAN, MUSSAWIR, RENALDI, NUSCHA
DANYA melakukan aksinya di jalan yang sudah terlihat sangat sepi tanpa ada
pengendara lainnya. TERDAKWA ABIGHAIL menyarankan
(memerintahkan) NUSCHA DANYA memulai aksi modus mengendarai mobil
sembari membuntuti STEVEN SAPUTRA dan menyerempet mobil milik
STEVEN SAPUTRA dan terjadi perselisihan antara NUSCHA DANYA
dengan STEVEN SAPUTRA yang terekam melalui CCTV POLANTAS.

13
Kami selaku penuntut umum berpendapat Bahwa berdasarkan uraian diatas maka,
dengan demikian unsur dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau
pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum atau dalam kereta api atau trem
yang sedang berjalan telah terpenuhi oleh perbuatan Terdakwa.

F. Unsur “yang dilakukan dua orang atau lebih secara bersekutu”;

Dalam Nota Pembelaannya Tim Penasihat Hukum Halaman 55 mengatakan bahwa:

Kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa tidak sependapat dengan penuntut umum
dikarenakan penyamaran tersebut tidak dilakukan oleh Terdakwa melainkan dilakukan
oleh YULIUS PARLINDUNGAN, NUSCHA DANYA, DAFFA RAZWA, DANI
BERLAN, MUSSAWIR, dan RENALDI. Lalu senjata tajam, senjata tumpul serta
senapan pistol tersebut merupakan isi dari rencana yang dibuat oleh YULIUS
PARLINDUNGAN dan bukan inisiatif dari Terdakwa.

Dengan demikian, kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa Abighail menyatakan
tidak sependapat dengan analisis Surat Tuntutan maka unsur “Yang dilakukan dua
orang atau lebih secara bersekutu" tidak terpenuhi dan tidak terbukti secara sah
dan meyakinkan.
Kami TIDAK SEPENDAPAT dengan pembelaan Tim Penasehat Hukum Terdakwa
dengan fakta uraian sebagai berikut:

Dilakukan oleh dua orang atau lebih, artinya subjek yang melakukan perbuatan
melawan hukum berjumlah dua orang dan atau lebih.

Secara bersekutu, artinya dilakukan dengan cara menggabungkan diri dengan tujuan
mendapatkan apa yang diinginkan.

- Bahwa pada saat itu juga TERDAKWA ABIGHAIL, YULIUS


PARLINDUNGAN, DANI BERLAN, MUSSAWIR, RENALDI, NUSCHA
DANYA yang melakukan penyamaran dan membawa senjata tajam, dan
tumpul, serta senapan api pistol yang disarankan oleh TERDAKWA
ABIGHAIL. TERDAKWA ABIGHAIL memberikan pukulan dengan
tongkat besi yang dipegang dan diarahkan pada kepala bagian belakang

14
STEVEN SAPUTRA dan menyebabkan STEVEN SAPUTRA jatuh
tersungkur dan tidak sadarkan diri sehingga dengan cepat TERDAKWA
ABIGHAIL langsung mengambil barang berharga berupa jam rolex milik
STEVEN SAPUTRA.
- Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas maka dengan demikian unsur ini telah
telah terpenuhi oleh perbuatan Terdakwa;

G. Unsur “Jika terjadi luka-luka berat”

Dalam Nota Pembelaannya Tim Penasihat Hukum Halaman 55 mengatakan bahwa:

Kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa tidak sependapat dengan penuntut umum
dikarenakan bukan karena perbuatan Terdakwa yang mengakibatkan luka lebam pada
STEVEN SAPUTRA dan RAMONA NOPERA melainkan DAFA RAZWA lah yang
terus memukuli STEVEN SAPUTRA hingga menyebabkan STEVEN SAPUTRA
tidak sadarkan diri dan juga pada saat bersamaan RENALDI dan DANI BERLAN
yang masuk ke mobil milik STEVEN SAPUTRA dan langsung memukul RAMONA
NOPERA hingga tidak sadarkan diri dan mengakibatkan pendarahan pada rahim.

Dengan demikian, kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa Abighail


menyatakan tidak sependapat dengan analisis Surat Tuntutan maka unsur “Jika terjadi
luka-luka berat" tidak terpenuhi dan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

Kami TIDAK SEPENDAPAT dengan pembelaan Tim Penasihat Hukum Terdakwa


dengan fakta uraian sebagai berikut;

- Bahwa terdapat luka lebam di kepala Steven Saputra dan Ramona Nopera.
Terdapat juga pendarahan pada rahim Ramona Nopera yang diakibatkan oleh
pukulan benda tumpul yang dilakukan oleh Terdakwa dan rekannya hingga
mengakibatkan keguguran.
- Bahwa akibat perbuatan TERDAKWA sebagaimana yang telah diuraikan di
atas, menyebabkan korban STEVEN SAPUTRA tidak sadarkan diri
sebagaimana surat hasil Visum Et Repertum No. SS 20
05.20/VIII.A.21/VER/260/2021 pada tanggal 17 Juli 2021 yang ditandatangani
dan dibuat oleh dr. TIRTA CIPENG, SpF. Selaku dokter ahli forensik pada RS
Susah Hidup sebagai dokter pemeriksa yang hasil pemeriksaannya sebagai
berikut:

15
1. Kepala
a. Ditemukan tiga luka lebam yang fatal akibat benda tumpul di area kepala
STEVEN SAPUTRA di bagian belakang berdiameter 5 (lima) sentimeter yang
mengakibatkan STEVEN SAPUTRA tidak sadarkan diri.

Hasil pemeriksaan:
● Pada pemeriksaan luar ditemukan tiga luka lebam di bagian kepala belakang.
● Pada pemeriksaan dalam penyebab tidak sadarkan diri disebabkan hantaman
benda tumpul di daerah kepala belakang berdiameter 5 (lima) sentimeter yang
mengakibatkan tidak sadarkan diri.

Kesimpulan: Dari hasil pemeriksaan luar dijumpai tiga luka lebam dibagian
belakang kepala belakang dipemeriksaan luar.

Dari hasil pemeriksaan luar, disimpulkan:

1. Hantaman benda tumpul tersebut mengakibatkan korban tidak sadarkan diri.


Bahwa akibat perbuatan TERDAKWA sebagaimana yang telah diuraikan di atas,
menyebabkan korban RAMONA NOPERA tidak sadarkan diri dan mengalami
keguguran sebagaimana surat hasil Visum Et Repertum No. RN
06.21/VIII.B.22/VER/265/2021 pada tanggal 17 Juli 2021 yang ditandatangani dan
dibuat oleh dr.TIRTA CIPENG, SpF. dokter ahli forensik pada RS Susah Hidup
sebagai dokter pemeriksa yang hasil pemeriksaannya sebagai berikut:

1. Kepala
a. Ditemukan tiga luka lebam yang fatal akibat benda tumpul di area kepala
RAMONA NOPERA di bagian belakang berdiameter 5 (lima) sentimeter
yang mengakibatkan RAMONA NOPERA tidak sadarkan diri.
Hasil pemeriksaan:
● Pada pemeriksaan luar ditemukan tiga luka lebam di bagian kepala belakang.
● Pada pemeriksaan dalam penyebab tidak sadarkan diri disebabkan hantaman
benda tumpul di daerah kepala belakang berdiameter 5 (lima) sentimeter yang
mengakibatkan tidak sadarkan diri.

16
● Pada pemeriksaan dalam terjadi pendarahan di bagian rahim yang
menyebabkan korban mengalami keguguran akibat jatuhnya korban karena
pukulan yang mengakibatkannya tidak sadarkan diri.
• Kesimpulan: Dari hasil pemeriksaan luar dijumpai tiga luka lebam dibagian
belakang kepala belakang dipemeriksaan luar.
Dari hasil pemeriksaan dalam terjadi pendarahan di area rahim korban
Dari hasil pemeriksaan luar, disimpulkan:
1. Hantaman benda tumpul tersebut mengakibatkan korban tidak
sadarkan diri hingga mengalami keguguran.

Perbuatan TERDAKWA telah melanggar sebagaimana diatur dan


ditetapkan dalam pasal 365 ayat (2) ke-1, 2 dan 4 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana

- Bahwa oleh karena semua unsur pasal 365 ayat dan (2) Ke 1, 2 dan 4 yang
didakwakan kepada Terdakwa telah terpenuhi oleh perbuatan Terdakwa
maka, secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
pencurian dengan kekerasan dalam keadaan yang memberatkan;
- Bahwa dalam persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat
menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan pembenar dan
atau alasan pemaaf, maka Terdakwa harus mempertanggung jawabkan
perbuatannya;
- Bahwa oleh karena Terdakwa mampu bertanggung jawab, maka harus
dinyatakan bersalah dan dijatuhi;
- Bahwa dalam perkara ini Terdakwa telah dilakukan penangkapan dan masa
penahanan tersebut harus dikurangi seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;---
- Bahwa oleh karena Terdakwa ditahan dan penahanan terhadap Terdakwa
dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar Terdakwa tetap berada
dalam tahanan;
- Bahwa terhadap barang bukti yang diajukan di persidangan untuk selanjutnya
akan di pertimbangkan dalam amar putusan di bawah ini;
- Bahwa berdasarkan hal-hal yang telah dipertimbangkan di atas, Majelis Hakim
berpendapat bahwa pidana yang akan dijatuhkan sudah sesuai dan setimpal
dengan perbuatan Terdakwa, sehingga oleh karenanya dipandang tepat dan telah
memenuhi rasa keadilan;

17
Pasal 55 ayat (1) Ke- 1 tentang penyertaan

Dalam pembelaan, Tim penasihat Hukum Terdakwa menyatakan bahwa uraian


Tuntutan kami unsur “Barang siapa” tidaklah tepat sebagaimana yang disampaikan
oleh Tim Penasihat Hukum :

Berdasarkan analisis Yuridis penuntut umum pada surat Tuntutan, kami tidak
sependapat atas dalil- dalil yang dikemukakan. kami berpendapat Terdakwa tidak
memenuhi syarat Pemidanaan. maka daripada itu bagaimana bisa Penuntut umum
dapat menyimpulkan unsur pasal 55 ayat (1) kesatu pada Terdakwa, sedangkan unsur
lain yang dijelaskan dalam poin- poin analisis yuridis lainnya belum memenuhi unsur
rumusan delik. dengan demikian, unsur pasal 55 ayat (1) kesatu yang diuraikan oleh
penuntut umum tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

1. Unsur “Mereka yang melakukan “

Dalam Nota Pembelaannya Tim Penasihat Hukum Halaman 58 mengatakan bahwa:

Kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa tidak sependapat dengan penuntut umum
dikarenakan bahwa yang melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan
tersebut bukan Terdakwa melainkan adalah YULIUS PARLINDUNGAN, NUSCHA
DANYA, DANI BERLAN, MUSSAWIR, DAFFA RAZWA, RENALDI.

Dengan demikian, kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa Abighail


menyatakan tidak sependapat dengan analisis Surat Tuntutan maka unsur “Mereka
yang melakukan" tidak terpenuhi dan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

Kami TIDAK SEPENDAPAT dengan pembelaan Tim Penasihat Hukum Terdakwa


dengan fakta uraian sebagai berikut;

Mereka yang melakukan yang berarti orang yang melakukan sendiri suatu perbuatan
yang memenuhi semua unsur delik.

Menurut Memorie van Toelichting, yang harus dipandang sebagai daders itu bukan
saja mereka yang telah menggerakkan orang lain untuk melakukan tindak pidana,
melainkan juga mereka “yang telah menyuruh melakukan” dan mereka “yang telah
turut melakukan” suatu tindak pidana;

18
- Bahwa Yulius Parlindungan, Nuscha danya,Dani berlan, Mussawir, Daffa
Razwa , Renaldi telah bersama - sama melakukan tindak pidana pencurian
dengan kekerasan;
- Bahwa para pelaku telah mengambil barang-barang milik Steven Saputra dan
Ramona nopera berupa Para pelaku berupa 1 unit mobil Alphard, uang tunai
sebesar Rp. 22.000.000 (dua puluh dua juta rupiah), 4 unit ponsel Samsung, 4
buah perhiasan 20 karat, 3 unit jam merek rolex silver, 3 unit tas merk Hermes
dan Gucci;

Dengan demikian kami selaku penuntut umum meyakini bahwa unsur “Mereka yang
melakukan “ sudah terpenuhi terhadap Terdakwa Abighail dan para pelaku lainnya.

2. Unsur “Menyuruh melakukan”

Dalam Nota Pembelaannya Tim Penasihat Hukum Halaman 59 mengatakan bahwa:

Kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa tidak sependapat dengan penuntut umum
disebabkan bukan Terdakwa yang menyuruh YULIUS PARLINDUNGAN
melakukan tindak pidana penculikan dan kekerasan tersebut, bukan Terdakwa yang
menyuruh YULIUS PARLINDUNGAN mengajak teman-temannya untuk melakukan
tindak pidana penculikan dengan kekerasan, melainkan atas inisiatif dari YULIUS
PARLINDUNGAN itu sendiri.

Dengan demikian, kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa Abighail


menyatakan tidak sependapat dengan analisis Surat Tuntutan maka unsur “Menyuruh
melakukan" tidak terpenuhi dan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

Kami TIDAK SEPENDAPAT dengan pembelaan Tim Penasihat Hukum Terdakwa


dengan fakta uraian sebagai berikut;

Menyuruh melakukan berarti dimana seseorang menyuruh orang lain atau melalui
perantara orang lain untuk melakukan tindak pidana;

Menurut Wirjono Prodjodikoro, keadaan penyertaan berupa doenpleger ini terjadi


apabila ada seseorang yang menyuruh seseorang yang lainnya untuk melakukan tindak
pidana, tetapi oleh karena beberapa hal, seseorang yang disuruh tersebut tidak dapat
dikenai pidana. Jadi, seseorang yang disuruh itu seolah-olah menjadi alat berlaku yang
dikendalikan oleh seseorang yang menyuruh;

19
- Bahwa Terdakwa Abighail telah menyuruh Yulius Parlindungan untuk
melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan;
- Bahwa Terdakwa Abighail menyuruh Yulius Parlindungan mengajak
teman-teman nya untuk melakukan tindak pidana penculikan dengan
kekerasan.;

Kami selaku penuntut umum tidak sependapat dengan Penasihat Hukum karena sesuai
argumen tersebut yang menyuruh adalah terdakwa Abighail.

3. Unsur “Turut Serta Melakukan perbuatan”

Dalam Nota Pembelaannya Tim Penasihat Hukum Halaman 60 mengatakan bahwa:

Kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa tidak sependapat dengan penuntut umum
dikarenakan pada saat kesepakatan dibuat oleh Terdakwa dengan YULIUS
PARLINDUNGAN, Terdakwa hanya ingin memberikan efek jera tidak lebih, dan
tindak pidana.

Pencurian dan kekerasan tersebut merupakan rencana dari YULIUS


PARLINDUNGAN, kemudian yang mengajak DAFA RAZWA juga YULIUS
PARLINDUNGAN. Mereka melakukan perencanaaan kejahatan tersebut disaat jam
istirahat kantor DAFA RAZWA, di cafe Mutiara Jl. Panglima II, Bandar Lampung
dekat dengan perusahaan STEVEN SAPUTRA.

Dengan demikian, kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa Abighail menyatakan
tidak sependapat dengan analisis Surat Tuntutan maka unsur “Turut melakukan
perbuatan” tidak terpenuhi dan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.
Kami TIDAK SEPENDAPAT dengan pembelaan Tim Penasihat Hukum Terdakwa
dengan fakta uraian sebagai berikut:

Kami TIDAK SEPENDAPAT dengan pembelaan Tim Penasihat Hukum Terdakwa


dengan fakta uraian sebagai berikut;

Turut serta melakukan yang berarti setiap orang yang ikut dan dengan sengaja berbuat
dalam melakukan tindak pidana.

R. Soesilo dalam bukunya yang berjudul Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


(KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal menjelaskan

20
mengenai apa yang dimaksud dengan “orang yang turut serta melakukan”
(medepleger) dalam Pasal 55 KUHP. Menurut R. Soesilo, “turut serta melakukan”
dalam arti kata “bersama-sama melakukan”. Sedikit-dikitnya harus ada dua orang,
ialah orang yang melakukan (pleger) dan orang yang turut melakukan (medepleger)
peristiwa pidana.

- Bahwa Terdakwa Abighail dan Yulius parlindungan telah sepakat untuk


bekerja sama melakukan tindak pidana penculikan dengan kekerasan;
- Bahwa Terdakwa Abighail telah mengajak temannya Dafa Razwa dan juga
Yulius Parlindungan mengajak Dani Berlan, Mussawir, Renaldi, dan
Nuscha Danya untuk bersama- sama melakukan tindak pidana pencurian
dengan kekerasan yang dimana para pelaku mengambil barang;

Kami selaku Penuntut umum tidak sependapat dengan penasihat Hukum sesuai dengan
argumen diatas tindak pidana pencurian dengan kekerasan telah terlebih dahulu
disepakati oleh Terdakwa Abighail dan Yulius Parlindungan.

Pasal 328 KUHP

1. Unsur “Barang Siapa”

Dalam Nota Pembelaannya Tim Penasihat Hukum Halaman 62 mengatakan bahwa

Kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa tidak sependapat dengan Penuntut
umum dikarenakan bahwa berdasarkan keterangan semua saksi tidak sepenuhnya
menyetujui bahwa Terdakwa adalah orang yang didakwa melakukan perbuatan
sebagaimana yang tercantum dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum dan berdasarkan
keterangan saksi dari Penasihat Hukum menyangkal jika Terdakwa adalah orang yang
melakukan perbuatan sebagaimana yang tercantum dalam Surat Dakwaan Penuntut
Umum. Menurut Pasal 1 butir 26 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
menjelaskan:

"Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan


penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri"

Dengan demikian, kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa Abighail menyatakan
tidak sependapat dengan analisis Surat Tuntutan maka unsur “Barang Siapa" tidak
terpenuhi dan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

21
Kami TIDAK SEPENDAPAT dengan pembelaan Tim Penasihat Hukum Terdakwa
dengan fakta uraian sebagai berikut;

Bahwa Barang siapa, artinya setiap orang yang mampu mempertanggungjawabkan


perbuatannya secara pidana. Dalam perkara ini Barang siapa tersebut adalah
Terdakwa Abighail bin Nasir utomo yang identitas nya sebagaimana tercantum
dalam surat dakwaan penuntut umum.

Menurut Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor: 1399.K/Pid/1994 tanggal


30 Juni 1995, yang pada intinya menjelaskan unsur “Setiap Orang” sama dengan
kata “ BarangSiapa” yang mengacu kepada subjek hukum pelaku tindak pidana
yang dapat bertanggung jawab atas perbuatan atau tindakannya.

Dipertegas lagi oleh Suharto R.M. yang dikutip dari bukunya yang berjudul Hukum
Pidana Materiil, Unsur-Unsur Obyektif sebagai Dasar Dakwaan, halaman 38,
Tahun 2002 menjelaskan bahwa “Barang Siapa adalah orang atau subjek hukum
yang harus bertanggung jawab karena telah melakukan perbuatan pidana. Dimana
unsur tersebut dianggap terdapat pada setiap orang yang melakukan perbuatan yang
melanggar undang-undang.

Seseorang, dalam hal ini merupakan subjek hukum. Sudah menjadi pengertian umum
bahwa hukum merupakan suatu sistem tertentu dalam menjalankan pelaksanaan atas
serangkaian kekuasaan yang ada pada lembaga. Untuk menjalankan rangkaian
kekuasaan tersebut telah disebutkan dibutuhkannya suatu hukum, suatu hukum tersebut
juga membutuhkan subjek hukum, suatu hukum tersebut juga membutuhkan subjek
hukum sebagai suatu sarana dan prasarana atas terlaksananya hukum.

Subjek hukum atau recht subjek merupakan setiap orang yang memiliki kewenangan
dan mempunyai hak dan kewajiban yang nantinya akan menimbulkan wewenang
hukum atau rechtsbevoegdheid, sedangkan arti kata wewenang hukum tersebut adalah
subjek dari hak dan kewajiban.

Subjek hukum merupakan segala sesuatu yang memiliki hak/kewenangan melakukan


perbuatan hukum serta cakap dalam masalah hukum. Subjek hukum merupakan
pendukung hak menurut kewenangan atau kekuasaan yang nantinya akan menjadi
pendukung sebuah hak. Dari penjabaran di atas, berikut ini pengertian subjek hukum
yang dikemukakan oleh beberapa ahli, meliputi;

22
- Prof. Subekti, menyebutkan bahwa subjek hukum merupakan pendukung dari
hak dan kewajiban yang ada.
- Riduan Syahrani, subjek hukum merupakan pembawa hak atau subjek di
dalam hukum.
- Prof. Sudikno, subjek hukum merupakan segala sesuatu yang mendapat hak
dan kewajiban dari hukum.

Bahwa unsur setiap orang tersebut ditujukan untuk menentukan agar tidak terjadi
kesalahan subjek hukum yang dituntut (error in persona) bahwasanya yang kami
maksud Terdakwa Abighail. adalah benar yang kami ajukan di dalam persidangan ini,
maka untuk mengetahui apakah Terdakwa merupakan orang atau subjek hukum yang
telah melakukan tindak pidana sebagaimana yang telah kami dakwakan.

Berdasarkan pengertian “Barang Siapa” tersebut di atas, dihubungkan dengan fakta


perbuatan Terdakwa yang terungkap di persidangan diperoleh fakta yuridis sebagai
berikut :

- Bahwa benar Terdakwa membenarkan seluruh identitasnya sebagaimana


diuraikan dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum dengan Nomor Register
Perkara: PDM-12/Tjk/05/2021 Tertanggal 11 November 2021.
- Bahwa benar Terdakwa menyatakan memahami seluruh isi Surat Dakwaan
yang didakwakan kepadanya;
- Bahwa benar Terdakwa diajukan di depan persidangan dalam keadaan sehat
jasmani dan rohani;
- Bahwa benar Terdakwa tidak bekerja.

Bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut, Terdakwa dihadapkan pada persidangan ini


sebagai seseorang atau orang perorangan yang bernama Abighail, dengan identitas
secara lengkap sebagaimana telah diakui dan dibenarkan sesuai dengan Surat
Dakwaan, sehingga Terdakwa sebagai seseorang pendukung hak dan kewajiban
termasuk ke dalam pengertian “Barang Siapa” sebagaimana dimaksud dalam pasal a
quo.

Bahwa dengan memperhatikan maksud dari unsur “Barangsiapa” dihubungkan dengan


fakta yuridis sebagaimana diuraikan diatas, maka kami berkesimpulan unsur a quo
telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum telah terpenuhi dalam diri
Terdakwa Abighail:

23
2. Unsur “Membawa pergi seorang dari tempat kediamannya atau tempat
tinggalnya sementara dengan maksud untuk menempatkan orang itu
secara melawan hukum di bawah kekuasaannya atau kekuasaan orang
lain, atau untuk menempatkan dia dalam keadaan sengsara”

Dalam Nota Pembelaannya Tim Penasihat Hukum Halaman 64 mengatakan bahwa

Kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa tidak sependapat dengan penuntut umum
dikarenakan yang membawa AFIFAH MAHARANI ke gudang milik RINO
SENDIKO dan mengikat AFIFAH MAHARANI di kursi dengan keadaan mulut
dibekap bukan Terdakwa melainkan NUSCHA DANYA, DAFFA RAZWA,
MUSSAWIR, DANI BERLAN, RENALDI karena pada saat itu Terdakwa pergi ke
arah yang berlawanan ke arah Rumah Sakit untuk mengunjungi Anaknya yang sedang
sakit.

Dengan demikian, kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa Abighail


menyatakan tidak sependapat dengan analisis Surat Tuntutan maka unsur “Membawa
pergi seorang dari tempat kediamannya atau tempat tinggalnya sementara
dengan maksud untuk menempatkan orang itu secara melawan hukum di bawah
kekuasaannya atau kekuasaan orang lain, atau untuk menempatkan dia dalam
keadaan sengsara”tidak terpenuhi dan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

Kami TIDAK SEPENDAPAT dengan pembelaan Tim Penasihat Hukum Terdakwa


dengan fakta uraian sebagai berikut;

Kejahatan terhadap kemerdekaan orang adalah kejahatan yang berkenaan dengan hak
asasi manusia atau hak seseorang untuk bebas menggerakkan badan memenuhi
kepentingan dalam masyarakat. Dalam hal ini, terdapat pertentangan antara dua asas
yakni hak bergerak seseorang yang merupakan hak asasi manusia yang harus
dihormati di satu pihak dan kepentingan ketertiban umum di lain pihak yang harus
dipertahankan untuk orang banyak atau masyarakat dari perbuatan jahat tersangka.

Kejahatan atas tindak pidana terhadap kemerdekaan seseorang diperlukan penjatuhan


pidana sebagai suatu upaya yang dilandasi oleh hukum berupa konsekuensi yang
tidak menyenangkan atau suatu penderitaan akibat tindak pidana yang dilakukan.
Untuk menjaga agar peraturan-peraturan yang berjalan di masyarakat dapat
berlangsung dan diterima oleh seluruh lapisan masyarakat, maka aturan-aturan
hukum yang ada harus sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakat untuk

24
menjamin terciptanya rasa keadilan. Dengan demikian, hukum bertujuan menjamin
adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum harus berlandaskan keadilan
yaitu asas-asas keadilan dalam masyarakat.

- Bahwa benar berdasarkan alat bukti CCTV Polantas terdakwa Abigahil


telah membawa Afifah Maharani kegudang milik Rino sendiko;
- Bahwa benar berdasarkan keterangan saksi Yulius Parlindungan ,
Terdakwa Abighail bin Nasir Utomo telah mengikat Afifah Maharani di
kursi dengan keadaan mulut dibekap.

Kami selaku penuntut umum berpendapat bahwa berdasarkan fakta hukum yang
terungkap di persidangan, dapat disimpulkan bahwa Terdakwa Abighail telah
menculik Afifah Maharani dan juga membuat Afifah Maharani dalam keadaan
sengsara :

Pasal 55 KUHP

1. Unsur “Mereka yang melakukan “

Dalam Nota Pembelaannya Tim Penasihat Hukum Halaman 65 mengatakan bahwa:

Berdasarkan analisis Yuridis, kami Selaku Penasihat Hukum Terdakwa berpendapat


bahwa yang termasuk dalam unsur “mereka yang melakukan” adalah YULIUS
PARLINDUNGAN, NUSCHA DANYA, DANI BERLAN, MUSSAWIR, DAFFA
RAZWA, RENALDI.
Terdakwa ABIGHAIL tidak ikut serta dalam melakukan Tindak pidana penculikan
tersebut, dibuktikan dengan keterangan Saksi DARMONO yang menjelaskan bahwa
Terdakwa Abighail pergi kea rah yang berlawan dengan mereka yang membawa Afifah
Maharani ke Gudang.

Kami TIDAK SEPENDAPAT dengan pembelaan Tim Penasihat Hukum Terdakwa


dengan fakta uraian sebagai berikut:

Mereka yang melakukan yang berarti orang yang melakukan sendiri suatu perbuatan
yang memenuhi semua unsur delik.

Menurut Memorie van Toelichting, yang harus dipandang sebagai daders itu bukan
saja mereka yang telah menggerakkan orang lain untuk melakukan tindak pidana,
melainkan juga mereka “yang telah menyuruh melakukan” dan mereka “yang telah
turut melakukan” suatu tindak pidana.

25
- Bahwa Yulius Parlindungan, Nuscha danya, Dani berlan, Mussawir, Daffa
Razwa , Renaldi telah bersama - sama melakukan tindak pidana penculikan
terhadap Afifah Maharani;
- Bahwa para pelaku telah bersama-sama melakukan penyekapan dengan
menutup mulut dan mengikat Afifah Maharani;

Kami selaku Penuntut Umum berpendapat bahwa terdakwa Abighail ikut serta dalam
tindak pidana penculikan sesuai dengan argument diatas.

2. Unsur “Menyuruh melakukan”

Dalam Nota Pembelaannya Tim Penasihat Hukum Halaman 66 mengatakan bahwa

Berdasarkan analisis yuridis tersebut, kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa
tidak sependapat dengan dalil tersebut dikarenakan bukan Terdakwa yang melakukan
pemerasan, berdasarkan keterangan saksi SAMSIR ALAM pada saat pemerasan,
Terdakwa tidak berada digudang tempat pemerasan terjadi
Kami TIDAK SEPENDAPAT dengan pembelaan Tim Penasehat Hukum Terdakwa
dengan fakta uraian sebagai berikut;

Menyuruh melakukan berarti dimana seseorang menyuruh orang lain atau melalui
perantara orang lain untuk melakukan tindak pidana

Menurut Wirjono Prodjodikoro, keadaan penyertaan berupa menyuruh melakukan


(doenpleger) ini terjadi apabila ada seseorang yang menyuruh seseorang yang lainnya
untuk melakukan tindak pidana, tetapi oleh karena beberapa hal, seseorang yang
disuruh tersebut tidak dapat dikenai pidana. Jadi, seseorang yang disuruh itu seolah-
olah menjadi alat berlaku yang dikendalikan oleh seseorang yang menyuruh.

- Bahwa Terdakwa Abighail telah menyuruh Yulius Parlindungan untuk


melakukan tindak pidana penculikan;
- Bahwa Terdakwa Abighail menyuruh Yulius Parlindungan mengajak
teman-teman nya untuk melakukan tindak pidana penculikan;

Kami selaku penuntut umum berpendapat bahwa Terdakwa Abigahil telah menyuruh
Yulius Parlindungan dan para pelaku lainnya untuk melakukan tindak Pidana
penculikan.

3. Unsur “Turut Serta Melakukan perbuatan”

26
Dalam Nota Pembelaannya Tim Penasihat Hukum Halaman 67 mengatakan bahwa

Berdasarkan analisis Yuridis, kami Selaku Penasihat Hukum terdakwa berpendapat


bahwa yang termasuk dalam unsur “mereka yang melakukan” adalah YULIUS
PARLINDUNGAN, NUSCHA DANYA, DANI BERLAN, MUSSAWIR, DAFFA
RAZWA, RENALDI.
Terdakwa ABIGHAIL tidak ikut serta dalammelakukan Tindak pidana penculikan
tersebut, dibuktikan dengan keterangan saksi DARMONO yang menjelaskan bahwa
Terdakwa Abighail pergi kea rah yang berlawan dengan mereka yang membawa Afifah
Maharani ke Gudang.

Kami TIDAK SEPENDAPAT dengan pembelaan Tim Penasihat Hukum Terdakwa


dengan fakta uraian sebagai berikut:

Turut serta melakukan yang berarti setiap orang yang berniat dan sengaja untuk
mengikuti dan melakukan tindak pidana.

R. Soesilo dalam bukunya yang berjudul Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


(KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal menjelaskan
mengenai apa yang dimaksud dengan “orang yang turut serta melakukan”
(medepleger) dalam Pasal 55 KUHP. Menurut R. Soesilo, “turut serta melakukan”
dalam arti kata “bersama-sama melakukan”. Sedikit-dikitnya harus ada dua orang,
ialah orang yang melakukan (pleger) dan orang yang turut melakukan (medepleger)
peristiwa pidana.

- Bahwa Yulius Parlindungan, Nuscha Danya, Dani Berlan, Mussawir, Daffa


Razwa , Renaldi telah bersama - sama melakukan tindak pidana penculikan
terhadap Afifah Maharani;
- Bahwa para pelaku telah bersama-sama melakukan penyekapan dengan
menutup mulut dan mengikat Afifah Maharani;

Kami selaku penuntut umum berpendapat bahwa Terdakwa Abigahil dan para pelaku
lainnya telah ikut serta untuk melakukan tindak Pidana penculikan.

Pasal 368 Ayat (1) KUHP

1. Unsur “Barang Siapa”

Dalam Nota Pembelaannya Tim Penasihat Hukum Halaman 70 mengatakan bahwa

27
Kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa tidak sependapat dengan penuntut
umum dikarenakan bahwa berdasarkan keterangan semua saksi tidak sepenuhnya
menyetujui bahwa Terdakwa adalah orang yang didakwa melakukan perbuatan
sebagaimana yang tercantum dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum dan berdasarkan
keterangan saksi dari Penasihat Hukum menyangkal jika Terdakwa adalah orang yang
melakukan perbuatan sebagiman yang tercantum dalam Surat Dakwaan Penuntut
Umum. Menurut Pasal 1 butir 26 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
menjelaskan:

"Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan


penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri"

Dengan demikian, kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa Abighail


menyatakan tidak sependapat dengan analisis Surat Tuntutan maka unsur “Barang
Siapa" tidak terpenuhi dan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

Kami TIDAK SEPENDAPAT dengan pembelaan Tim Penasihat Hukum Terdakwa


dengan fakta uraian sebagai berikut;

Barang siapa adalah subjek hukum dimana subjek hukum yang dapat diminta
pertanggungjawaban menurut hukum pidana adalah Naturlijk person, yaitu manusia.

Menurut Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor: 1399.K/Pid/1994 tanggal


30 Juni 1995, yang pada intinya menjelaskan unsur “Setiap Orang” sama dengan kata
“ Barang Siapa” yang mengacu kepada subjek hukum pelaku tindak pidana yang
dapat bertanggung jawab atas perbuatan atau tindakannya.

Dipertegas lagi oleh Suharto R.M. yang yang dikutip dari bukunya yang berjudul
Hukum Pidana Materiil, Unsur-Unsur Obyektif sebagai Dasar Dakwaan, halaman
38, Tahun 2002 menjelaskan bahwa “Barang Siapa adalah orang atau subjek hukum
yang harus bertanggung jawab karena telah melakukan perbuatan pidana. Dimana
unsur tersebut dianggap terdapat pada setiap orang yang melakukan perbuatan yang
melanggar undang-undang.

Pada dasarnya makna dari unsur kata “Barang Siapa” pada Pasal 368 KUHP adalah
orang yang apabila orang tersebut terbukti memenuhi unsur Tindak Pidana yang
dituduhkan terhadap terdakwa. Jadi untuk membuktikan unsur “Barang Siapa” harus
dibuktikan dulu unsur lainnya:

28
Apabila unsur itu telah terpenuhi makna unsur “ Barang Siapa” menunjuk kepada
Terdakwa, tetapi sebaliknya apabila unsur - unsur yang yang lain tidak terpenuhi maka
unsur “ Barang Siapa” tidak terpenuhi pula.

Dari pengertian secara umum tersebut dapat kita pilah kembali unsur unsur, yaitu :

Seseorang, dalam hal ini merupakan subjek hukum. Sudah menjadi pengertian umum
bahwa hukum merupakan suatu sistem tertentu dalam menjalankan pelaksanaan atas
serangkaian kekuasaan yang ada pada lembaga. Untuk menjalankan rangkaian
kekuasaan tersebut telah disebutkan dibutuhkannya suatu hukum, suatu hukum tersebut
juga membutuhkan subjek hukum, suatu hukum tersebut juga membutuhkan subjek
hukum sebagai suatu sarana dan prasarana atas terlaksananya hukum.

Subjek hukum atau recht subjek merupakan setiap orang yang memiliki kewenangan
dan mempunyai hak dan kewajiban yang nantinya akan menimbulkan wewenang
hukum atau rechtsbevoegdheid, sedangkan arti kata wewenang hukum tersebut adalah
subjek dari hak dan kewajiban.

Subjek hukum merupakan segala sesuatu yang memiliki hak/kewenangan melakukan


perbuatan hukum serta cakap dalam masalah hukum. Subjek hukum merupakan
pendukung hak menurut kewenangan atau kekuasaan yang nantinya akan menjadi
pendukung sebuah hak. Dari penjabaran di atas, berikut ini pengertian subjek hukum
yang dikemukakan oleh beberapa ahli, meliputi:

- Prof. Subekti, menyebutkan bahwa subjek hukum merupakan pendukung dari


hak dan kewajiban yang ada.
- Riduan Syahrani, subjek hukum merupakan pembawa hak atau subjek di
dalam hukum.
- Prof. Sudikno, subjek hukum merupakan segala sesuatu yang mendapat hak
dan kewajiban dari hukum.

Dari pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa subjek hukum adalah
pemegang kekuasaan dari hak dan kewajiban yang berlaku menurut hukum. Dalam
hukum Indonesia, yang menjadi subjek hukum adalah manusia.

Bahwa unsur setiap orang tersebut ditujukan untuk menentukan agar tidak terjadi
kesalahan subjek hukum yang dituntut (error in persona) bahwasanya yang kami
maksud Terdakwa Abighail adalah benar yang kami ajukan di dalam persidangan ini,
maka untuk mengetahui apakah Terdakwa merupakan orang atau subjek hukum yang
telah melakukan tindak pidana sebagaimana yang telah kami dakwakan.

29
Berdasarkan pengertian “Barang Siapa” tersebut di atas, dihubungkan dengan fakta
perbuatan Terdakwa yang terungkap di persidangan diperoleh fakta yuridis sebagai
berikut :

- Bahwa benar Terdakwa membenarkan seluruh identitasnya sebagaimana diuraikan


dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum dengan Nomor Register Perkara: PDM-
12/Tjk/05/2021 tertanggal 11 November 2021;

- Bahwa benar Terdakwa menyatakan memahami seluruh isi Surat Dakwaan


yang didakwakan kepadanya;
- Bahwa benar Terdakwa diajukan di depan persidangan dalam keadaan sehat
jasmani dan rohani;
- Bahwa benar Terdakwa mantan karyawan perusahaan Green City Hotel.

Bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut, Terdakwa dihadapkan pada persidangan ini


sebagai seseorang atau orang perorangan yang bernama Abighail dengan identitas
secara lengkap sebagaimana telah diakui dan dibenarkan sesuai dengan Surat
Dakwaan, sehingga Terdakwa sebagai seseorang pendukung hak dan kewajiban
termasuk ke dalam pengertian “Barang Siapa” sebagaimana dimaksud dalam pasal a
quo.

Bahwa dengan memperhatikan maksud dari unsur “Barangsiapa” dihubungkan


dengan fakta yuridis sebagaimana diuraikan diatas, maka kami selaku penuntut umum
berpendapat bahwa unsur a quo telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut
hukum telah terpenuhi dalam diri Terdakwa Abighail.

2. Unsur “Melawan Hukum”

Dalam Nota Pembelaannya Tim Penasihat Hukum Halaman 71 mengatakan bahwa;

Berdasarkan analisis yuridis tersebut, kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa
tidak sependapat dengan dalil tersebut dikarenakan bukan Terdakwa yang melakukan
pemerasan, berdasarkan keterangan saksi SAMSIR ALAM pada saat pemerasan,
Terdakwa tidak berada digudang tempat pemerasan terjadi.

Dengan demikian, kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa Abighail


menyatakan tidak sependapat dengan analisis Surat Tuntutan maka unsur “Melawan
Hukum”tidak terpenuhi dan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

30
Kami TIDAK SEPENDAPAT dengan pembelaan Tim Penasihat Hukum Terdakwa
dengan fakta uraian sebagai berikut;

Melawan hukum, adalah perbuatan yang bertentangan dengan peraturan tertulis, tetapi
juga perbuatan yang tercela, karena bertentangan dengan rasa keadilan, atau norma-
norma kehidupan sosial dalam masyarakat.

Menurut Satochid Kartanegara, “melawan hukum” (wederrechtelijk) dalam hukum


pidana dibedakan menjadi;

1. Wederrechtelijk formil, yaitu apabila sesuatu perbuatan dilarang dan diancam


dengan hukuman oleh undang-undang.
2. Wederrechtelijk materiil, yaitu sesuatu perbuatan yang “mungkin” bersifat
wederrechtelijk, walaupun tidak dengan tegas dilarang dan diancam dengan
hukuman oleh undang-undang. Melainkan juga asas-asas umum yang terdapat
di dalam lapangan hukum (algemen beginsel).

Menurut Andi Hamzah dalam bukunya “Pengantar Dalam Hukum Pidana Indonesia”,
berpendapat bahwa “Melawan hukum” yang tercantum di dalam rumusan delik yang
menjadi bagian inti delik disebut sebagai “melawan hukum secara khusus” , sedangkan
“melawan hukum” sebagai unsur yang tidak disebut dalam rumusan delik tetapi
menjadi dasar untuk menjatuhkan pidana disebut sebagai “melawan hukum secara
umum”.

Berdasarkan pengertian “Melawan Hukum” tersebut di atas, dihubungkan dengan


fakta perbuatan Terdakwa yang terungkap di persidangan diperoleh fakta yuridis
sebagai berikut : - Bahwa benar Terdakwa membenarkan seluruh identitasnya
sebagaimana diuraikan dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum dengan Nomor Register
Perkara: PDM-12/Tjk/05/2021 tertanggal 11 November 2021;

- Bahwa benar Terdakwa menyatakan memahami seluruh isi Surat Dakwaan


yang didakwakan kepadanya;
- Bahwa benar Terdakwa diajukan di depan persidangan dalam keadaan sehat
jasmani dan rohani;
- Bahwa benar Terdakwa mantan karyawan perusahaan Green City Hotel.

Bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut, Terdakwa dihadapkan pada persidangan ini


sebagai seseorang atau orang perorangan yang bernama Abighail dengan identitas

31
secara lengkap sebagaimana telah diakui dan dibenarkan sesuai dengan Surat
Dakwaan, sehingga Terdakwa melakukan perbuatan melawan hukum ke dalam
pengertian “Melawan Hukum” sebagaimana dimaksud dalam pasal a quo.

- Bahwa pada tanggal 19 Juli 2021 Terdakwa Abighail telah melakukan


pemerasan terhadap Steven Saputra.

Bahwa dengan memperhatikan maksud dari unsur “Melawan Hukum” dihubungkan


dengan fakta yuridis sebagaimana diuraikan diatas, maka kami selaku penuntut umum
unsur a quo telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum telah terpenuhi
dalam diri Terdakwa Abighail.

3. Unsur “Hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain, memaksa orang
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan supaya orang itu memberikan
barang sesuatu.”

Dalam Nota Pembelaannya Tim Penasihat Hukum Halaman 72 mengatakan bahwa;

Kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa TIDAK SEPENDAPAT dengan dalil
tersebut dikarenakan Sesuai dengan keterangan Saksi SAMSIR ALAM mengatakan
bahwa Terdakwa tidak berada di gedung milik RINO SENDIKO pada saat pemerasan
terjadi.

Dengan demikian, kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa Abighail menyatakan
tidak sependapat dengan analisis Surat Tuntutan maka unsur “Hendak
menguntungkan diri sendiri atau orang lain, memaksa orang dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan supaya orang itu memberikan barang sesuatu.”tidak
terpenuhi dan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

Kami TIDAK SEPENDAPAT dengan pembelaan Tim Penasehat Hukum Terdakwa


dengan fakta uraian sebagai berikut;

Unsur ini bersifat alternatif yakni sebagai orang yang menguntungkan diri sendiri atau
orang lain, yang memaksa orang dengan kekerasan atau ancaman supaya orang
memberikan barang kepadanya atau orang lain.

Menguntungkan diri sendiri atau orang lain adalah menambah baik bagi dirinya sendiri
maupun bagi orang lain dari kekayaan semula.

Memaksa adalah melakukan tekanan pada orang, sehingga orang itu melakukan
sesuatu yang berlawanan dengan kehendaknya sendiri.

32
- Bahwa Terdakwa Abighail telah memaksa Steven Saputra untuk meminta
tebusan uang sebesar 2.000.000.000 sebagai tebusan Afifah Maharani.

Keterangan Ahli

Berdasarkan pengertian “Hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain,


memaksa orang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan supaya orang itu
memberikan barang yang dilakukan dua orang atau lebih” tersebut di atas, dihubungkan
dengan fakta perbuatan Terdakwa yang terungkap di persidangan diperoleh fakta
yuridis sebagai berikut : - Bahwa benar Terdakwa membenarkan seluruh identitasnya
sebagaimana diuraikan dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum dengan Nomor Register
Perkara: PDM-12/Tjk/05/2021 tertanggal 11 November 2021

- Bahwa benar Terdakwa menyatakan memahami seluruh isi Surat Dakwaan


yang didakwakan kepadanya;
- Bahwa benar Terdakwa diajukan di depan persidangan dalam keadaan sehat
jasmani dan rohani;
- Bahwa benar Terdakwa melakukan pemerasan via telepon terhadap korban.
- Bahwa benar Terdakwa menerima uang sebesar Rp1.000.000.000.

Bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut, Terdakwa dihadapkan pada persidangan ini


sebagai seseorang atau orang perorangan yang bernama Abighail dengan identitas
secara lengkap sebagaimana telah diakui dan dibenarkan sesuai dengan Surat
Dakwaan, sehingga Terdakwa melakukan perbuatan melawan hukum ke dalam
pengertian “Hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain, memaksa orang
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan supaya orang itu memberikan
barang yang dilakukan dua orang atau lebih” sebagaimana dimaksud dalam pasal
a quo.

Bahwa dengan memperhatikan maksud dari unsur “Hendak menguntungkan diri


sendiri atau orang lain, memaksa orang dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan supaya orang itu memberikan barang yang dilakukan dua orang atau
lebih” dihubungkan dengan fakta yuridis sebagaimana diuraikan diatas, maka kami
berkesimpulan unsur a quo telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum
telah terpenuhi dalam diri Terdakwa Abighail.

Berdasarkan pembuktian sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka Kami Jaksa
Penuntut Umum berkesimpulan dan berpendapat bahwa unsur-unsur dari pasal yang

33
didakwa kan dalam Dakwaan Kesatu telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut
hukum, maka Dakwaan Kesatu telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut
hukum.

Oleh karena Dakwaan Kesatu telah dapaqt dibuktikan secara sah dan meyakinkan maka
Dakwaan Kedua dan Ketiga tidak perlu Kami buktikan lagi.

III. PERMOHONAN

Majelis Hakim yang Terhormat,

Sdr. Tim Penasihat Hukum dan Saudara Terdakwa,

Sebelum kami mengakhiri dan menutup jawaban kami atas Pembelaan Tim Penasihat
Hukum Terdakwa Abighail bin Nasir Utomo kami selaku Penuntut Umum ingin
menghimbau kepada Tim Penasihat Hukum untuk tidak lagi mengelakan kebenaran
dan fakta yang sebenarnya sehingga tujuan mulia Tim Penasihat Hukum selaku aparat
penegak hukum untuk menegakkan keadilan setinggi-tingginya di Indonesia dapat
terwujud.

Pada akhirnya, perkenankanlah Kami selaku Penuntut Umum sesuai dengan fakta yang
diperoleh di persidangan memohon agar Majelis Hakim yang arif dan bijaksana
memutus :

1. Menolak pembelaan dari Tim Penasehat Hukum Terdakwa Abighail bin Nasir
Utomo pada tanggal 30 Desember 2021;
2. Mengabulkan sesuai dengan Tuntutan Kami selaku Penuntut Umum tertanggal
23 Desember 2021.
3. Memutus seadil-adilnya berdasarkan keadilan dengan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.

Namun apabila yang Mulia Majelis Hakim ingin memberikan putusan ataupun
pertimbangan lain atas jawaban yang telah kami ajukan ini, mohon diputuskan dengan
seadil-adilnya berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

IV PENUTUP

Majelis Hakim yang Mulia,

34
Tibalah kami pada akhir jawaban ini yang merupakan kesempatan terakhir bagi kami
untuk mengungkapkan fakta dan kebenaran dalam perkara ini. Sebelum kami menutup
jawaban ini, izinkanlah kami menyampaikan beberapa addendum yang kiranya dapat
dijadikan oleh yang Mulia Majelis Hakim dalam memberikan pertimbangan dan
putusan pada perkara ini. Selain itu, semoga addendum ini juga dapat menggugah hati
dan membuka mata dari Tim Penasehat Hukum Terdakwa dalam memandang dan
menjunjung tinggi nilai kebenaran.

Demikianlah jawaban Penuntut Umum terhadap pembelaan Tim Penasihat Hukum


Terdakwa ini kami sampaikan. Kami berharap, dengan adanya jawaban ini majelis
hakim tidak menyimpan keraguan dan kebimbangan dalam memutus perkara a quo.

Semoga Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tanjung Karang yang memeriksa dan
mengadili perkara a quo diberikan keteguhan hati dan iman untuk memutus perkara ini
dengan adil dan bijaksana dengan memperhatikan seluruh pemaparan yang telah kami
uraikan.

Bandar Lampung, 6 Januari 2022

JAKSA PENUNTUT UMUM

WAN SURYAWAN, S.H., M.H.


NIP 19820902 200512 1 001

FADHIL JAIDI, S.H., M.H.


NIP 19830103 200102 1 002

35
36

Anda mungkin juga menyukai