Anda di halaman 1dari 14

REPLIK

Kejaksaan Negeri Barru

Di Barru

“Untuk Keadilan”

REPLIK
JAWABAN PENUNTUT UMUM

TERHADAP NOTA PEMBELAAN TIM PENASEHAT HUKUM

DALAM PERKARA PEMBUNUHAN DAN PENGGELAPAN

ATAS NAMA TERDAKWA

CHRISTIAN FANDI SAMBO, S. H., S. IK., M. H.

Hakim Ketua Dan Anggota Majelis Hakim Yang Kami Muliakan,

Panitera Pengganti Yang Kami Hormati,

Saudara Tim Penasehat Hukum Terdakwa Yang Kami Hormati,

Saudara Terdakwa Yang Kami Hormati,

Serta Peserta Sidang Pengadilan Yang Kami Muliakan

Pada hari yang penuh kedamaian ini marilah kita panjatkan puji syukur

kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat kasih dan perlindunganNya

kita sampai pada hari ini dengan keadaan sehat wal’afiat dapat melanjutkan

persidangan ini dalam rangka menemukan kebenaran yang sejati. Kami juga

mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah membantu kami dalam

mengungkap fakta-fakta yang sangat dibutuhkan untuk menegakkan nilai-nilai

keadilan.
Dalam bukunya “Dari Bismar Untuk Bismar”, Bismar Siregar pernah

mengatakan “jika supremasi hukum itu adalah pilihan utama untuk

meuwujudkan rasa keadilan masyarakat banyak (maslahat hukum), satu-satu

nya cara adalah mengedapankan sikap adil. Artinya harus selalu ada kesadaran

bahwa bersikuku dengan kebenaran sendiri (menganggap diri sebagai pihak

yang paling berhak menunjukan kebenaran) adalah sikap yang sangat tidak

adil. Karena hukum yang tidak mengutamakan kemasalahan umum tidak harus

dipatuhi. Bahkan harus dilawan”.

Selain itu, prinsip “equality before the law” memandang bahwa

persamaan dimata hukum mengisyaratkan bahwa hukum ditegakkan

setegak-tegaknya walaupun siapa pelakunya, dimana prinsip tersebut diakui

secara normatif yang dilakasanakan secara empiris.

Berangkat dari pendapat tersebut, maka kami berusaha kembali lagi

memberikan pemahaman dan tanggapan mengenai pembahasan unsur-unsur

yang ada dalam surat tuntutan kami agar kekeliruan dan keterbatasan penasihat

hukum terdakwa dapat diluruskan, serta membantu penasihat hukum terdakwa

untuk benar benar merasakan nilai-nilai keadilan dan dampak dari adanya tindak

penganiayaan yang menyebabkan kematian.

Bahwa majelis hakim telah memberikan kesempatan kepada kami selaku

penuntut umum untuk menyampaikan jawaban atas pembelaan tim penasihat

hukum terdakwa dalam upaya mempertahankan requesitoir atau tuntutan pidana

yang telah kami sampaikan. Kami penuntut umum menyampaikan terimakasih


kepada majelis hakim yang terhormat atas kesempatan yang diberikan dalam

menyampaikan jawaban ini. Kami berniat untuk meluruskan pemahaman

penasihat hukum terdakwa yang cenderung keliru dalam menginterprestasikan

pembahasan unsur didalam surat tuntutan kami. Sehingga kami mengkhwatirkan

terjadinya kesesatan dalam pemahaan surat tuntutan yang telah kami sampaikan

sebelumnya. Namun hal itu dapatlah kami maklumi sebagai keterbatasan

manusia yang sifatnya alamiah.

Sehubungan dengan hal tersebut ijinkanlah kami selaku penuntut umum dalam

perkara terdakwa CHRISTIAN FANDI SAMBO, S. H., S. IK., M. H. pada

kesempatan ini, untuk mengajukan jawaban terhadap pembelaan tim penasihat

hukum terdakwa yang telah dibacakan dipersidangan pada hari Rabu tanggal 19

Februari 2020. Adapun jawaban ini kami susun dengan sistematika sederhana agar

dipahami sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Majelis Hakim yang Terhormat,

Pada kesempatan ini ijinkanlah kami menyampaikan sebuah pepatah dari

Negara Kincir (Belanda) mengenai kebenaran sebagai berikut : “All is de

leugen nog zo snel, de waarheid achterhaalt haar wel” (Secepat-

cepatnya kebohongan berlari, kebenaran akan tetap terungkap)


Sebuah sajak dalam kisah ramayana berikut sepertinya tepat untuk dijadikan

bahan konteplasi kita bersama dalam penegakan hukum perakara ini. “Prihen

temen dhrama duma ranang saratsaraga sang saduh

sirekatutanatanah tan kamapidonia tan yasa yasaki sang sajjana

dharma raksaka” (utamakanlah kebenaran dengan sungguh-sungguh

kepribadian orang budiman yang patut ditirubukan keinginan, bukan balas

jasa yang menjadi tujuankekuatan orang yang berbuat baik adalah kebenaran

dipegang teguh) (kakawin ramayana, sargah 24.59).

Begitu pula sebuah ayat Alkitab berikut ini semoga menjadi perenungan

bagi kita semua terutama bagi yang mulia majelis hakim dalam memutus perkara

dan bagi tim penasihat hukum dalam membela hak-hak hukum

terdakwa sebagai berikut: “janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan,

janganlah engkau membela or ang kecil dengan tidak sewajarnya dan

janganlah engkau terpengaruh oleh orang-rang besar, tetapi engkaui harus

mengadili orang sesama mu dengan benar” (Imamat 19 : 15)

Berangkat dari pepatah dan perenungan tersebut, kami penuntut umum

akan berusaha untuk menyajikan kebenaran yang sebenar-benarnya untuk

membuat terang perkara ini. bahwa dalam proses pencarian kebenaran meateril

dalam perkara ini, kami akan mencoba melakukan pembahasan secara progresif

sebagaimana diperkenalkan oleh sang bengawan hukum Prof. Satjipto Rahardjo,

S.H.
Mengutip pendapat dari Alm. Prof. Satjipto Rahardjo, S.H. dalam bukunya

yang berjudul “Hukum Progresif” (suatu pengenalan), menyatakan bahwa hukum

progresif adalah hukum yang membebaskan. “Hukum untuk Manusia”, dan oleh

karena itu, apabila terjadi hambatan-hambatan terhadap pencapaian maka

dilakukan pembebasan-pembebasan, baik dalam berilmu, berteori dan berpraktek.

Perspektif hukum progresif tidak bersifat ridle bound (Rbo), yang menggarap

hukum semata-mata menggunakan “ rule and logic” atau “rechtdognaticheid”.

dengan alur berpikir linier, marsinal, dan deterministic. Bahwa paradigma hukum

progresif akan senantiasa berpikir (rule breaking). Dalam berpikir Rbt, kita harus

berani untuk tidak selalu tunduk dan mengikuti alur linier, marsinal, deterministic.

Dan perlu disadari bahwa hukum bukanlah institusi hukum yang absolut dan final,

hukum selalu dalam proses menjadi (law As Proses, Law Indemaking).

Bahwa hukum progresif sama sekali tidak bermaksut untuk

mengesampingkan hukum itu sendiri, namun kereatifitas dalam memberi

penafsiran dan membaca hukum secara progresif dengan alat berpikir logika

peraturan. Implementasi paradigme hukum progresif secara nyata telah

menempatkan hukum lebih terhormat dan fungsional karena ia tampil sebagai

humanus, dimana menempatkan kepentingan dan unsur manusia diatas undang-

undang.

Meskipun paradigma hukum progresif menempatkan manusia sebagai inti

atau pusat bekerjanya hukum dan berusaha melepaskan jeruji atau kerangkeng

kekakuan hukum dalam arti teks undang-undang, tidak berarti harus menafikkan
hukum. Agar paradigma hukum progresif tidak terjebak dalam absolutisme

manusia, dalam arti peniadaan rambu-rambu atau aturan hukum , konsep

progresif haruslah berakar pada sikap “menghargai hukum dan menempatkan

hukum sebagai pijakan”, meskipun “tidak absolut”.

Berangkat dari penjelasan dan teori diatas, maka dalam menguraikan unsur-

unsur perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa, kami penuntut umum akan

melakukan penelaahan secara komprehensif dengan mencoba berfikir rule

breaking dan menggandeng hukum progresif dalam membuktikan setiap unsur

yang didakwakan. Hal ini diharapkan dapat memenuhi rasa keadilan dan tidak

menafikkan kepentingan dimasyarakat. Selain itu, diharapkan kepada tim

penasehat hukum terdakwa agar tidak memandang perkara ini secara sepotong-

sepotong tanpa melihat sisi perbuatan materiil terdakwa yang mengancam dan

telah menimbulkan duka yang cukup dalam didalam masyarakat.

Semoga hati kita semua disini terbuka untuk benar-benar menyadari arti

kebenaran dan tidak disesatkan kepada pihak-pihak yang ingin memutar balikkan

fakta.

II. TANGGAPAN TERHADAP UNSUR

Majelis Hakim yang Mulia,

Adapun pembantahan unsur yang akan kami lakukan BUKANLAH Pasal-

perpasal melainkan secara menyeluruh dan TIDAK akan melakukan pengulangan


terhadap unsur yang sama dalam tiap pasalnya. Kami, Penuntut Umum akan

menanggapi Pembelaan dari Tim Penasehat Hukum sebagai berikut:

A. UNSUR “DENGAN SENGAJA”

Dalam Pembelaannya, Tim Penasehat Hukum Terdakwa menyatakan

bahwa uraian Tuntutan mengenai Unsur “Kesengajaan” Kesengajaan

dalam hukum pidana adalah merupakan bagian dari kesalahan.

Kesengajaan pelaku mempunyai hubungan kejiwaan yang lebih erat

terhadap suatu tindakan (yang terlarang) dibanding dengan kealpaan

(culpa). Karenanya ancaman pidana pada suatu delik jauh lebih berat,

apabila adanya kesenggajaan daripada dengan kealpaan.

Kami TIDAK SEPENDAPAT dengan pembelaan Tim Penasehat

Hukum Terdakwa dengan uraian sebagai berikut :

- Melihat pengertian yang disebutkan dalam Oxford Advanced

Learner's Dictionary, kita ketahui bahwa kesengajaan adalah

keinginan, kehendak atau kemauan seseorang untuk melakukan

sesuatu. Jika dihubungkan dengan tindak pidana maka, maka dalam

melakukan suatu tindak pidana haruslah ada unsur-unsur yang

menyebabkan tindakan tersebut dikatakan kesengajaan melakukan

suatu tindak pidana. Adapun unsur-unsur tersebut, yaitu : harus ada

kehendak, keinginan, atau kemauan pada diri seseorang untuk


melakukan tindak pidana terhadap orang lain, yang merugikan

orang tersebut.

- Berhubung dengan keadaan batin orang yang berbuat dengan

sengaja, yang berisi menghendaki dan mengetahui itu, maka dalam

ilmu pengetahuan hukum pidana dapat disimpulkan bahwa : 1)

Menurut Teori Kehendak (Wilstheorie), Inti kesengajaan adalah

kehendak untuk mewujudkan unsur-unsur delik dalam rumusan

undang-undang (Simons Zevenbergen). 2) Teori

Pengetahuan/Membayangkan (Voorstelling-Theorie) Sengaja berarti

membayangkan akan akibat timbulnya akibat perbuatannya, orang

tak bisa menghendaki akibat, melainkan hanya dapat

membayangkan. Teori ini menitikberatkan pada apa yang diketahui

atau yang dibayangkan di pelaku ialah apa yang akan terjadi pada

waktu ia akan berbuat.

Dengan demikian, unsur “Dengan sengaja” dalam Tuntutan

telah terpenuhi.

B. UNSUR “DENGAN MELAWAN HUKUM MEMILIKI BARANG

SESUATU KEPUNYAAN ORANG LAIN”

Dalam pembelannya, Tim Penasehat Hukum mengatakan bahwa terdakwa

melakukan penggelapan tersebut karena terdakwa terpaksa melakukan


untuk membayar hutang. namun tidak dapat dibuktikan bahwa terdakwa

melakukan hal tersebut dalam keadaan terpaksa.

Kami TIDAK SEPENDAPAT dengan pembelaan Tim Penasehat

Hukum Terdakwa dengan uraian sebagai berikut :

- Bahwa terdakwa sudah sering meminjam motor milik korban ketika

berangkat kuliah.

- Bahwa terdakwa pada saat ini meminjam motor korban untuk pulang

kerumah saudaranya, dengan alasan sudah malam dan tidak ada

kendaraan

- Bahwa setelah meinjam motor, terdakwa tidak


segera

mengembalikan motor itu. Tetapi selalu beralasan, bahkan sempat

menghindar dari korban.

- Dan pada akhirnya motor tersebut dijual kepada seseorang, yang

diketahui oleh teman kosan dari korban.

Dengan demikian Unsur “Adanya Pencurian Dengan

Kekerasan” dalam Dakwaan telah terpenuhi.

I. PERMOHONAN
Majelis Hakim yang Terhormat,

Berdasarkan uraian-uraian diatas, ijinkanlah kami Penuntut Umum untuk

mengajukan permohonan sebagai berikut :

1. MENOLAK pembelaan dari Tim Penasehat Hukum Terdakwa

CHRISTIAN FANDI SAMBO, S. H., S. IK., M. H. pada 19 Februari

2023.

2. Mengabulkan surat tuntutan Penuntut Umum tertanggal 10 Februari

2023 untuk seluruhnya.

Namun apabila yang Mulia Majelis Hakim ingin memberikan putusan

ataupun pertimbangan lain atas jawaban yang telah kami ajukan ini, mohon

diputuskan dengan seadil-adilnya berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

II. PENUTUP

Majelis Hakim yang Mulia,

Tibalah kami pada akhir jawaban ini yang merupakan kesempatan terakhir

bagi kami yang disediakan oleh Undang-Undang untuk mengungkapkan fakta dan

kebenaran dalam perkara ini. Sebelum kami menutup jawaban ini, ijinkalah kami

menyampaikan beberapa addendum yang kiranya dapat dijadikan oleh yang

Mulia Majelis Hakim dalam memberikan pertimbangan dan putusan pada perkara

ini. Selain itu, semoga addendum ini juga dapat menggugah hati dan membuka
mata dari Tim Penasehat Hukum Terdakwa dalam memandang dan menjunjung

tinggi nilai kebenaran.

“Buah terbaik dari keadilan adalah ketentraman.” (epicurius)


“Jujurlah meskipun kejujuran itu membawa kita keneraka didunia. Tidak ada

nada keadilan bisa ditegakkan selama kita masih acuh terhadap hukum yang

masih ada dan mementingkan kepentingan pribadi.”

“Meskipun bisa mengelak dari hukuman, orang melarikan diri tidak mungkin

bisa hidup tenang, karena mereka selalu dikejar ketakutan akan masa yang

akan datang maupun masa kini.” (epicurius).

Demikianlah jawaban Penuntut Umum terhadap pembelaan Tim Penasehat

Hukum Terdakwa ini kami sampaikan. Kami berharap, dengan adanya jawaban

ini majelis hakim tidak menyimpan keraguan dan kebimbangan dalam memutus

perkara aquo.

Semoga Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Pencurian dengan

kekerasan pada Pengadilan Negeri Barru yang memeriksa dan mengadili perkara

aquo diberikan keteguhan hati dan iman untuk memutus perkara ini dengan adil

dan bijaksana dengan memperhatikan seluruh pemaparan yang telah kami

uraikan.
Barru, 24 Februari 2023

JAKSA PENUNTUT UMUM

Pengadilan Negeri Barru


Jln. Sultan Hasanuddin No. 1,Coppo, Kabupaten Barru.

Anda mungkin juga menyukai