Anda di halaman 1dari 3

Advokat merupakan profesi yang ditugaskan untuk memperjuangkan hak-hak

seseorang atau badan hukum dalam proses peradilan, sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat serta Pasal 24
Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945." "Sebagai penegak hukum, Advokat harus memiliki
komitmen yang kuat terhadap kebebasan, kemandirian, dan tanggung jawabnya dalam
menangani kasus yang dihadapinya." "Advokat harus memenuhi standar-standar profesi
yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat,
serta berkomitmen untuk selalu memperjuangkan keadilan dan menegakkan hukum di
masyarakat."

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, Advokat


diakui sebagai penegak hukum yang memiliki status yang sama dengan hakim dan jaksa
dalam menjalankan tugasnya menegakkan hukum dan keadilan. Keberadaan profesi
Advokat sangat penting dalam proses hukum di berbagai bidang, seperti pidana,
perdata, tata usaha negara, dan tata negara.

Untuk memerangi tindak pidana korupsi, terutama praktek mafia di dunia peradilan,
Advokat memiliki peran penting dalam memutuskan jaringan praktik mafia peradilan
yang terjadi. Dijalankan atau tidaknya peran tersebut bergantung pada profesi Advokat
dan organisasi profesi Advokat yang telah diakui kemerdekaan dan kebebasannya oleh
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Selain itu, profesi Advokat
yang memiliki kemandirian dan kebebasan harus diikuti oleh tanggung jawab yang
diterima oleh setiap Advokat dan organisasi profesi yang menaunginya. Aturan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat memberikan
panduan agar profesi Advokat dijalankan sesuai dengan tujuan untuk menegakkan
hukum dan keadilan. Salah satu hal yang dapat dengan mudah dilihat adalah dari
sumpah atau janji Advokat yang dilakukan sebelum mulai menjalani profesi. Sumpah
tersebut pada hakikatnya adalah janji dari seorang yang akan menjadi Advokat, kepada
Tuhan, diri sendiri, dan masyarakat. Jika setiap Advokat tidak hanya mengucapkannya
sebagai formalitas, tetapi juga harus menghayati, mematuhi, dan menjalankannya, maka
penegakan hukum akan selalu meningkat ke arah yang lebih baik. Kekuasaan kehakiman
akan benar-benar dapat menegakkan hukum dan keadilan.

Untuk mewujudkan profesi Advokat sebagai penegak hukum dan keadilan, peran
Organisasi Advokat sangat penting. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat telah mengatur tentang pengawasan, tindakan terhadap pelanggaran, dan
pemberhentian Advokat yang pelaksanaannya dijalan oleh Organisasi Advokat.
Ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat yaitu
menentukan bahwa Advokat dapat dikenai tindakan dengan alasan:
1. Mengabaikan atau menelantarkan kepentingan kliennya;
2. Berbuat atau bertingkah laku yang tidak patut terhadap lawan atau rekan
seprofesinya;
3. Bersikap, bertingkah laku, bertutur kata, atau mengeluarkan pernyataan yang
menunjukkan sikap tidak hormat terhadap hukum, peraturan perundang-undangan,
atau pengadilan;
4. Berbuat hal-hal yang bertentangan dengan kewajiban, kehormatan, atau harkat
dan martabat profesinya;
5. Melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan dan atau
perbuatan tercela
6. Melanggar sumpah/janji Advokat dan/atau kode etik profesi Advokat

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003, Advokat diakui sebagai profesi


yang merupakan penegak hukum yang bebas dan mandiri serta dilindungi oleh hukum
dan peraturan yang berlaku. Tugas utama seorang Advokat adalah memberikan bantuan
hukum kepada kliennya dalam menyelesaikan masalah hukum yang dihadapi, serta
berperan sebagai lembaga penegak hukum di luar pemerintahan.
Profesi Advokat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem peradilan
pidana terpadu. Mereka bertanggung jawab untuk memperjuangkan hak-hak asasi
manusia dan penegakan keadilan serta mempromosikan demokrasi. Dengan
independensi dan profesionalisme yang dimilikinya, Advokat dapat memainkan peran
yang signifikan dalam memperjuangkan keadilan bagi semua orang, terutama bagi
mereka yang miskin dan tidak mampu. Oleh karena itu, peranan Advokat dalam sistem
peradilan pidana terpadu sangat penting dan tidak dapat dipandang sebelah mata.
Selain itu, advokat juga bertanggung jawab untuk menjadi perwakilan kliennya
dalam proses peradilan di pengadilan dan memberikan pertimbangan hukum yang tepat
untuk memperjuangkan hak-hak kliennya. Advokat harus memiliki integritas yang tinggi
dan memahami prinsip-prinsip keadilan agar dapat memberikan jasa yang terbaik
kepada kliennya. Tanpa advokat, sistem peradilan tidak akan berjalan dengan baik dan
hak asasi manusia tidak akan terlindungi dengan baik. Oleh karena itu, advokat
memegang peran yang sangat penting dalam mewujudkan sistem peradilan yang adil di
masyarakat.
Seorang Advokat harus memegang teguh kode etik Advokat sebagai standar moral
dan profesional dalam praktik hukum mereka. Namun, meskipun demikian, masih ada
Advokat yang melanggar kode etik tersebut di lapangan. Penerapan kode etik dalam
profesi hukum sangat penting karena merupakan salah satu cara untuk menjaga tingkat
moral profesi Advokat dan menjelaskan fungsi kode etik tersebut dalam masyarakat
dalam mengatur penerapan hukum yang adil dan jujur.
Meskipun dianggap sebagai profesi yang luhur dan mulia, namun ternyata tingkah
laku sebagian Advokat sering jauh dari kesan tersebut. Beberapa contoh kejadian yang
membuat masyarakat meragukan sifat mulia dan terhormat serta kode etik Advokat
adalah seperti seorang pengacara yang ditangkap oleh petugas komisi pemberantasan
korupsi karena terlibat dalam upaya menyuap Ketua Mahkamah Agung, seorang
pengacara lain yang tertangkap saat menyerahkan uang suap kepada hakim Pengadilan
Tinggi Tata Usaha Negara, dan Advokat senior OC Kaligis yang ditangkap karena
melakukan penyuapan. Hal-hal seperti ini membuat masyarakat meragukan kepercayaan
terhadap profesi Advokat.
Jika dilihat dari segi hukum Islam, Advokat tidak terdapat dalam ajaran Islam.
Namun, jika dilihat dari fungsinya, ahli hukum menyamakan posisi Advokat dengan
pemberi jasa bantuan hukum seperti hakam, mufti, dan mushalih-alih. Ketiga pemberi
bantuan hukum tersebut memiliki fungsi yang hampir sama dengan Advokat, yaitu
sebagai lembaga penegak hukum diluar pemerintah yang bertugas memberikan jasa
hukum kepada masyarakat.
Walaupun institusi Advokat belum dikenal di kalangan masyarakat Arab pra Islam,
ada praktek yang berlaku pada saat itu ketika terjadi sengketa di antara mereka, yaitu
dengan menunjuk atau memberikan kekuasaan kepada seorang pembicara atau juru
debat yang disebut hajij atau hijaj untuk membela kepentingan yang memberikan kuasa
atau perwakilan (al-muwakkil).
Dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa’ ayat 58, Allah memerintahkan untuk dapat
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan untuk dapat
menetapkan sebuah hukum dengan seadil-adilnya.
َ ‫اس َأ ْن تَحْ ُك ُموا ِب ْال َع ْد ِل ۚ ِإ َّن هَّللا َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم بِ ِه ۗ ِإ َّن هَّللا‬ ِ ‫ِإ َّن هَّللا َ يَْأ ُم ُر ُك ْم َأ ْن تَُؤ ُّدوا اَأْل َمانَا‬
ِ َّ‫ت ِإلَ ٰى َأ ْهلِهَا َوِإ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ الن‬
ِ َ‫َكانَ َس ِميعًا ب‬
‫صيرًا‬
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaikbaiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat. (QS An-Nisa‟ : 58)
Berdasarkan uraian di atas, penulis terdorong untuk melakukan kajian ilmiah lebih
lanjut dengan menyusun skripsi yang berjudul “IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO
18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT DALAM MENANGANI KLIEN YANG TERLIBAT
DALAM KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI : ANALISIS KEDUDUKAN DAN
PERTANGGUNGJAWABAN ADVOKAT PERSPEKTIF FIQIH SIYASAH” . Dengan demikian,
diharapkan skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai