Negara Prancis saat ini (terkenal dengan istilah Republik Kelima) merupakan
sebuah negara Republik dan berbentuk negara kesatuan. Prancis menganut sistem
pemerintahan semi presidensiil. Hal tersebut dikarenakan dalam menjalankan roda
pemerintahan, Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan dibantu oleh
seorang Perdana Menteri. Hal ini berbeda dengan sistem pemerintahan yang
presidensiil secara murni dimana Presiden hanya menjalankan pemerintahan seorang
diri dengan hanya dibantu kabinet.
Untuk urusan legislative, Prancis menggunakan sistem parlemen 2 pintu
(bikameral) yang terdiri dari National Assembly (sidang Nasional) dan Senat Tidak
Berpendapat (Perliament Sovereignity). Dalam menjalankan sistem pemerintahan di
prancis, kabinet yang anggotanya terdiri dari dewan-dewan menteri berada dibawah
kepemimpinan Perdana Menteri. Sedangkan Presiden bersama dengan Sidang
Nasional dan Parliement Sovereignity akan mengangkat Dewan Konstitusi. Dewan
Konstitusi ini anggotanya terdiri dari 9 orang yang tugas utamanya adalah mengawasi
ketertiban dalam proses pemilihan presiden dan parlemen serta mengawasi
pelaksanaan referendum. Konstitusi yang dianut oleh Negara Prancis adalah konstitusi
tertulis. Namun bila dibandingkan dengan negara-negara yang lain, konstitusi Prancis
ini lebih regid (lebih kaku).
Republik Prancis adalah sebuah republik semi-presidensial uniter dengan tradisi
demokratis yang kuat. Konstitusi Republik Kelima disetujui melalui referendum tanggal
28 September 1958. Sehingga memperkuat kewenangan eksekutif dengan parlemen.
Parlemen Prancis adalah sebuah badan legislatif bikameral yang terdiri dari Majelis
Nasional (Assemble Nationale) dan Senat. Kekuasaan legislatif Senat terbatas; dalam
penentangan antara kedua pihak, Majelis Nasional memiliki perkataan terakhir, kecuali
untuk hukum konstitusional dan lois organiques (hukum yang disediakan langsung oleh
konstitusi) dalam beberapa hal. Pemerintah memiliki pengaruh kuat dalam
pembentukan agenda Parlemen.
Parlement franais adalah cabang legislatif dan deliberatif (parlemen
Pemerintah Prancis). Sistem parlementer di Prancis adalah bikameral, dan Parlemen
terdiri dari "Majelis Tinggi(chambre haute), merupakan Senat Prancis (Snat) "Majelis
Rendah" (chambre
basse), merupakan
Majelis
Nasional
Prancis (Assemble
nationale) tempat berbeda yaitu Palais du Luxemboruguntuk Senat danPalais Bourbon
untuk Majelis Nasional.
Prancis menggunakan sebuah sistem hukum sipil; yang berarti, hukum berasal
terutama dari peraturan tertulis; hakim tidak membuat hukum, tapi mengartikannya
(meskipun jumlah penerjemahan hakim dalam beberapa hal menjadikannya sama
dengan hukum kasus). Prinsip dasar peraturan hukum tercantum dalam Kode
Napoleon. Dalam perjanjian dengan prinsip Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga
Negara hukum seharusnya hanya mlarang aksi yang merugikan masyarakat. Seperti
Guy Canivet, presiden pertama Mahkamah Kasasi, menulis mengenai pengelolaan
penjara: Kebebasan adalah peraturan, dan larangannya adalan pengecualian; larangan
kebebasan apapun harus dibuat oleh Hukum dan harus mengikuti prinsip kewajiban
dan perbandingan.
Hukum Prancis terbagi menjadi dua bagian utama: hukum pribadi dan hukum
umum. Hukum pribadi meliputi, biasanya, hukum sipil dan hukum kriminal. Hukum
umum meliputi, hukum administratif dan hukum konstitusional. Tetapi, dalam praktik,
hukum Prancis terdiri dari tiga bagian utama: hukum sipil; hukum kriminal dan hukum
administratif.
Prancis tidak mengakui hukum agama, ataupun pengakuan keyakinan religius
atau moralitas sebagai motivasi untuk penetapan larangan. Sebagai konsekuensi,
Prancis tidak lagi memiliki hukum pengumpatan atau hukum sodomi (terakhir dihapus
tahun 1791). Tetapi "serangan terhadap kesusilaan umum" (contraires aux bonnes
murs) atau perusak perdamaian (trouble l'ordre public) telah digunakan untuk
menekan kembali ekspresi publik atas homoseksualitas atau prostitusi jalanan.
Hukum hanya dapat digunakan pada masa depan dan bukan masa lalu
(hukum ex post facto dilarang) dan harus dilaksanakan, hukum harus secara resmi
diterbitkan dalam Journal Officiel de la Rpublique Franaise.
http://febrypratiwi.blogspot.com/2013/10/sistem-pemerintahan-negara-perancis_7170.html
dan Perdana Menteri) yang bahkan bisa memenangkan pengadopsian sebuah RUU tanpa melakukan pemungutan
suara secara aktual. Di atas telah dijelaskan pula bahwasannya Presiden (dalam situasi tertentu) bisa membubarkan
Majelis Nasional bahkan sebelum masa fungsi dari Majelis ini berakhir namun terlepas dari kekuasaan Presiden
tersebut, Majelis Nasional juga memiliki otoritas untuk menjatuhkan pemerintahan legal jika suara mayoritas absolut
dari total anggota Majelis memutuskan untuk bertindak demikian.
1.1.3. Lembaga Yudikatif
Sistem Yudikatif Perancis terdiri dari dua cabang, dimana pada masing-masing cabang terdapat semacam hierarki
mahkamah agung. Cabang yang pertama (pengadilan Administratif) mengurusi masalah yang berkaitan dengan
peraturan pemerintah atau sengketa antar lembaga-lembaga publik. Cabang yang kedua (pengadilan umum)
mengurusi kasus-kasus sipil dan kriminalitas warga Perancis. Dalam pengadilan umum atau pengadilan yudisial
terdapat dua jenis pengadilan. Yaitu pengadilan sipil dan pengadilan kasus kriminalitas. Pengadilan sipil bertugas
untuk menangani kasus antar perseorangan atau perseorangan dengan korporasi. Sedangkan pengadilan kriminal
menangani kasus pelanggaran ringan dan atau kasus pembunuhan.
1.2.
Sistem Politik
Sistem politik Prancis menganut sistem dwi partai yang saling bertentangan satu sama lain. Partai sayap kanan yang
dikenal dengan Partai Persatuan untuk Gerakan Rakyat melawan partai sayap kiri yang dikenal dengan Partai Sosialis
Perancis. Dalam perjalanannya, partai dari sayap kanan yakni Partai Persatuan untuk Gerakan Rakyat mempunyai
Peran dominant di Perancis.
http://yudhistirahi2009.wordpress.com/2012/06/28/sistem-pemerintahan-dan-sistem-politik-perancis/