Anda di halaman 1dari 1

Istilah Hukum Adat berasal dari kata-kata Arab, Huk’m dan Adah.

Yang Huk’m
artinya suruhan atau ketentuan. Misalnya di dalam hukum islam ada lima macam suruhan
yang disebut «Al Ahkan al-khamsah» , yaitu Fardh , haram, larangan, mandub atau sunnah ,
makruh dan Jaiz, Mubah atau halal . . Adah atau adat artinya «kebiasaan», yaitu perilaku
masyarakat yang selalu terjadi. Jadi, «Hukum Adat» adalah « hukum kebiasaan».

Terjadinya hukum dimulai dari pribadi manusia yang diberi Tuhan akal pikiran dan perilaku.
Perilaku yang terus menerus dilakukan perorangan menimbulkan «kebiasaan pribadi».
Apabila kebiasaan pribadi itu ditiru orang lain maka ia juga akan menjadi kebiasaan orang
itu. Lambat laun diantara orang yang satu dan orang yang lain didalam kesatuanmasyarakat
ikut pula melakukan kebiasaan itu, maka lambat laun kebiasaan itu menjadi «adat» dari
masyarakat itu.

Kemudian istilah hukum adat ini jelas disebut didalam kitab hukum Safinatul Hukkam Fi
Takhlisil Khassam yang ditulis oleh Jalaluddin bin Syeh Muhammad Kamaludin anak Kadhi
Baginda Khatib Negeri Trussan atas perintah Sultan Alaidin Johan Syah . Didalam
mukaddimah kitab hukum acara tersebut dikatakan bahwa dalam memeriksa perkara maka
hakim harus memperhatikan hukum Syara, Hukum adat serta adat dan Resam.

Hukum Adat merupakan produk dari budaya yang mengandung substansi tentang nilai-nilai
budaya cipta, karsa, rasa, manusia. Dalam arti bahwa hukum adat lahir dari kesadaran atas
kebutuhan dan keinginan manusi untuk hidup secara adil dan beradab sebagai aktualisasi
peradaban manusia. Selain itu hukum adat juga merupakan produk sosial yaitu sebagai hasil
kerja bersama dan merupakan karya bersama secara bersama dari suatu masyarakat hukum
adat.

Anda mungkin juga menyukai