Anda di halaman 1dari 4

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP

TAHUN AKADEMIK 2021


Mata Kuliah : Hukum Adm. Negara
Semester : II Dua)
SKS : 2 Sks
Media Ujian : Google Classroom
Sifat Ujian : Open Book
Dosen Pengampu : Rudiadi, SH., MH

PERNTANYAAN

1. Dalam ruang lingkup kajian hukum memiliki banyak aspek dan substansi
kajian yang menjadi lingkup kajian, sehingga terbagi atas beberapa bidang
kajian seperti Hukum Tatanegara, Hukum Adm. Negara, Hukum Pidana,
Hukum Perdata dan sebagainya. Namun, sejatinya semua bidang kajian
hukum tersebut memiliki keterkaitan dan tidak bisa berdiri sendiri.
Coba jelaskan hubungan dan keterkaitan antara kajian Hukum Adm. Negara
dengan Hukum Tatanegara serta Hukum Pidana ? …

2. Dalam aspek hubungan antar tingkat lembaga dalam pemerintahan salah


satunya adalah terkait hubungan tentang kebijakan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah. Namun permasalahan yang sering terjadi
dilapangan terkait hubungan kebijakan tersebut adalah Terjadinya tumpang
tindih kebijakan administrasi antara pusat dan daerah untuk penanganan
pengaturan suatu masalah. Menurut saudara bagaimana solusi menyelesaikan
permsalahan dalam lingkup administrasi Negara tersebut diatas ?

3. Dalam kajian Hukum Adm. Negara terdapat pembahasan tentang kewenangan


dan perbuatan hukum pemerintah yaitu kekebasan pemerintah dalam
membuat kebijakan administrasi Negara baik tindakan biasa maupun tindakan
hukum, tentunya berdsarkan delegasi dan perintah undang-undang.
a. Coba saudara jelaskan secara rinci maksud kebebasan bertindak
admnistrasi Negara diatas ? …
b. Jelaskan unsur-unsur apa saja yang harus terdapat dalam kebebasan
bertindak administrasi Negara ?...
c. Apa saja batasan-batasan dalam bertindak administrasi Negara agar tidak
terjadi penyalahan wewenang kekuasaan ? …
Nama : Nurgayah
NIM : 11920720592
Mata Kuliah : Hukum Adm. Negara
Semester : II Dua)
SKS : 2 Sks
Media Ujian : Google Classroom
Dosen Pengampu : Rudiadi, SH., MH

JAWABAN

1. A. Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Tata Negara


Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Tata Negara merupakan
disiplin ilmu yang memiliki keterkaitan yang sangat erat. Hal ini didasari
karena sama-sama memiliki objek kajian yakni Negara.
Ditinjau dari segi historis, sebelum abad ke 19 Hukum Administrasi
Negara menyatu masih menyatu dengan Hukum Tata Negara, setelah abad
ke 19 Hukum Admnistrasi Negara berdiri sendiri sebagai suatu displin ilmu
hukum tersendiri.
Hukum Tata Negara memberi tugas dan kekuasaan, jabatan pada
lembaga pemerintah. Tugas dan wewenang yang telah dirumuskan dan akan
dijalankan diatur oleh Hukum Admnistrasi Negara. Hukum Admnistrasi
Negara merupakan lanjutan atau terusan dari Hukum Tata Negara, dimana
jabatan, wewenang, tugas dan fungsi pada badan atau lembaga sebuah
Negara tersebut diatur oleh Hukum Admnistrasi Negara.
Walau demikian, kedua bidang hukum tersebut adalah bidang
hukum yang berbeda, namun tidak dapat dipisahkan secara tegas, karena
memiliki keterkaitan yang sangat erat. Dikutip dari pernyataan W. F. Prins
"Tidak mungkin menarik garis batas yang tegas antara kedua bidang ini
karena memiliki keterkaitan erat".

 Mr. Dr. Romeyn menyatakan bahwa Hukum Tata Negara menyinggung


dasar-dasar dari pada Negara.
 Hukum Administrasi Negara adalah mengenai pelaksanaan tekniknya,
dapat diartikan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah sejenis hukum
yang melaksanakan apa yang telah ditentukan oleh Hukum Tata Negara.
 Pokok bahasan Hukum Tata Negara adalah Negara dalam keadaan diam
(Strats in rust)
 Sedangkan Hukum Administrasi Negara adalah Negara dalam keadaan
bergerak (Staats ini beveging).
 Hukum Tata Negara menetapkan tugas, sedangkan Hukum Administrasi
Negara melaksanakan tugas itu yang telah ditentukan oleh Hukum Tata
Negara.

Jadi menurut saya, dapat disimpulkan hubungan antara Hukum


Administrasi Negara dengan Hukum Tata Negara sangatlah erat dan
saling melengkapi satu sama lain. Diibaratkan seperti, apabila salah satu
diantara keduanya tidak ada atau tidak berjalan sesuai dengan fungsinya
masing-masing, maka dapat dipastikan bahwa sebuah Negara itu akan
menjadi objek hukum yang pasif. Seperti dalam sebuah organisasi yang di
dalamnya terdiri atas ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara dan
anggota lainnya yang sudah ditetapkan wewenangnya (sebagai contoh dari
Hukum Tata Negara). Dimana setiap pemegang jabatan atau wewenang
memiliki tugas dan fungsinya masing-masing yang sudah diatur dan
ditentukan untuk dijalankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(sebagai contoh dari Hukum Admnistrasi Negara). Jika ada pemegang
jabatan atau wewenang yang tidak menjalankan tugasnya sebagaimana
mestinya, maka akan terjadi kontrakdiksi (ketidakseimbangan) terhadap
jalannya praktik kehidupan organisasi tersebut.

B. Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Hukum PIDANA


Menurut saya, hubungan hukum administrasi Negara dengan
hukum pidana terletak pada isi-isi pada hukum pidana yang berisikan
norma-norma yang penting bagi kehidupan masyarakat, sehingga
penegakan norma-norma tersebut tidak diserahkan pada pihak partikelir
(swasta) tetapi harus dilakukan oleh penguasa (negara).
 Utrecht mengatakan hubungan HAN dengan Hukum Pidana terlihat
dari segi penegakanya;
 Hukum pidana memberikan sanksi dalam penegakkan hukumnya, baik
atas pelanggaran kaidah hukum public yang ada, termasuk dalam HAN
 Maka dalam aturan HAN juga banyak menggunakan sanksi pidana.

2. Menurut pandangan saya untuk menyelesaikanpermasalahan ini ialah, dengan


adanya kebijakan otonomi daerah karna Otonomi daerah adalah hak,
wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundangundangan. Dan dari kebijakan Otonomi daerah
ini memiliki pencapaian tujuan ialah untuk penyerahan sebanyak mungkin
kewenangan pemerintah pusat dalam hubungan domestic kepada pemerintah
daerah. Kecuali untuk bidang politik luar negeri, pertahanan, keagamaan,
serta bidang keuangan dan moneter. Dalam konteks ini, pemerintah daerah
terbagi atas dua lingkup, yaitu daerah kabupaten, kota, dan propinsi.

3. a. Menurut Kamus Hukum, kebabasan atau direksi ialah kebebasan


mengambil keputusan dalam setiap situasi yang dihadapi menurut
pendapatnya sendiri. Sedangkan menurut Rancangan Undang-Undang
Administrasi Pemerintahan Draft bulan Juli 2008 didalam pasal 6 mengartikan
diskresi sebagai wewenang badan atau pejabat pemerintahan dan atau badan
hukum lainnya yang memungkinkan untuk melakukan pilihan dalam
mengambil tindakan hukum dan atau tindakan faktual dalam administrasi
pemerintahan.
Ada beberapa pakar hukum yang memberikan definisi tentang diskresi,
diantaranya: S. Prajudi Atmosudirjo (1994:82) yang mendefinisikan
diskresi, discretion (Inggris), discretionair(Perancis), freies ermessen (Jerman)
sebagai kebebasan bertindak atau mengambil keputusan dari para pejabat
administrasi Negara yang berwenang dan berwajib menurut pendapat sendiri.
Selanjutnya dijelaskan bahwa diskresi diperlukan sebagai pelengkap dari asas
legalitas, yaitu asas hukum yang menyatakan bahwa setiap tindakan hukum
yang menyatakan bahwa setiap tindak atau perbuatan administrasi Negara
harus berdasarkan ketentuan Undang-Undang.
d. unsur-unsur, yaitu :
1. warga Negara
2. Kekuasaan
3. Pemerintahan
4. Undang-undang
c. Batasan-batasan atau Rambu-rambu dalam penggunaan diskresi dan
pembuatan kebijakan pemerintah berdasarkan Hukum Administrasi Negara
adalah Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB), khususnya asas
larangan penyalahgunaan wewenang (detournement de pouvoir) dan asas
larangan sewenang-wenang (willekeur). Dengan kata lain, kebijakan
pemerintah akan dikategorikan sebagai kebijakan yang menyimpang jika
didalamnya ada unsur sewenang-wenang. Selain itu kebijakan dianggap
menyimpang jika bertentangan dengan kepentingan umum.
Rancangan Undang-Undang Administrasi Pemerintahan Draft bulan Juli
2008 dalam pasal 6 ayat (1) memberi batasan terhadap diskresi dengan
menyebutkan bahwa Pejabat pemerintahan dan atau badan hukum lainnya yang
menggunakan diskresi dalam mengambil keputusan wajib mempertimbangkan
tujuan diskresi itu sendiri, peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
diskresi dan asas-asas umum pemerintahan yang baik. Selanjutnya ayat (2) dan
ayat (3) menyebutkan bahwa penggunaan diskresi wajib dipertanggungjawabkan
kepada pejabat atasannya dan masyarakat yang dirugikan akibat keputusan
diskresi yang telah diambil serta dapat diuji melalui upaya administrative atau
gugatan di Peradilan Tata Usaha Negara. Ketentuan tersebut berarti bahwa
Rancangan Undang-Undang Administrasi Pemerintahan.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan kewenangan diskresi oleh
Badan/Pejabat administrasi pemerintahan hanya dapat dilakukan dalam hal
tertentu dimana peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak mengaturnya
atau karena peraturan yang ada yang mengatur tentang sesuatu hal tidak jelas
dan hal tersebut dilakukan dalam keadaan darurat/mendesak demi kepentingan
umum yang telah ditetapkan dalam suatu peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai