KOTA MAKASSAR
PROPOSAL TESIS
Oleh:
NIM: 80200221100
PROGRAM PASCASARJANA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dari kata teladan yang berarti perbuatan yang patut ditiru dan dicontoh.
akhlak dengan menghargai ucapan, sikap dan perilaku sehingga dapat ditiru
dengan orang lain. Keteladanan dalam proses pendidikan merupakan metode yang
mental, spiritual, kepribadian dan perilaku seorang anak. Hal ini karena
keteladanan dalam pendidikan adalah contoh yang terbaik dalam pandangan anak
mengajar, melatif, menilai dan mengevaluasi peserta didik dalam jalur pendidikan
formal maupun non-formal. Tugas utama itu akan efekif jika guru memiliki
1
Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Edisi Revisi, Cet XV,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h.10.
1
2
kecakapan atau keterampilan yang memenuhi standard mutu dan norma etik
tertentu.
oleh seseorang yang memiliki profesi dengan menghargai ucapan, sikap dan
perilaku sehingga dapat ditiru orang lain ang dilakukan oleh pengajar kepada
peserta didik. Keteladanan guru adalah suatu perbuatan atau tingkah laku yang
baik, yang patut ditiru oleh peserta didik yang dilakukan oleh seorang guru di
dalam tugasnya sebagai pendidik, baik tutur kata ataupun perbuatannya yang
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik, baik di sekolah
Jadi dapat disimpulkan bahwa keteladanan guru itu gabungan dari kata
keteladanan dan guru. Keteladanan guru adalah hal-hal yang baik dari guru. Baik
itu perbuatan, ucapan dan tingkah laku yang patut ditiru dan dicontoh oleh peserta
didik. Keteladanan guru yang dimaksud di sini merulakan keteladanan yang baik
spiritual dan sikap sosial peserta didik dari pemberian contoh yang diberikan oleh
guru.
Guru berperan aktif dalam memberikan cerminan pada siswa baik dengan
model atau teladan, guru harus bisa menjaga diri dengan penuh amanah, arif dan
berkepribadian baik
kepribadian guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dijadikan teladan
bagi peserta didik. Peneliti melihat guru Pendidikan Agama Islam telah
3
Covid-19 selama 2 tahun vakum. Peneliti tertarik mengambil judul ini karena
keagamaan setelah kondisi sekolah pada saat itu berada pada masa pandemi
Covid-19.
Sejauh ini dalam observasi awal yang peneliti lakukan di dalam kelas
masih ada peserta didik yang kurang bersungguh-sungguh dalam berdoa, kurang
Agama Islam dalam membina perilaku keagamaan peserta didik. Alasan peneliti
IKIP.
B. Fokus Penelitian
pendampingan. Selanjutnya
dengan berwudhu
kegiatan pembelajaran,
diantaranya yaitu:
dan masyarakat.
C. Rumusan Masalah
sebagai berikut.
Makassar?
D. Kajian Pustaka
Pada bagian ini dilakukan pengkajian mengenai konsep dan teori yang digunakan
2
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.57
6
rangka membentuk akhlak siswa, baik dari segi perilaku, tutur sapa,
memiliki akhlak yang baik. Hal ini tampak dari kebiasaan positif siswa
guru PAI.
2. Skripsi oleh Nani Selvia yang berjudul “Pengaruh Keteladanan Guru PAI
3
Herlinda, Keteladanan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Akhlakul
Karimah Siswa di SMP Negeri 1 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa, h. 1.
7
Guru PAI.
4
Miftahol Ansyori,”Pembentukan Perilaku Keagamaan melalui Budaya Sekolah (Studi
Kasus pada SD Plus Nurul Hikmah Pemekasan dan MI Sirojut Tholibin 1 Pemekasan),
(Pascasarjana, UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2018), h. xii.
5
Miftakhul Khasanah, Pembentukan Perilaku Keagamaan Peserta Didik Boarding School
di SMA IT Abu Bakar Yogyakarta, (Skripsi, PAI UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta 2017), h. x
6
Muhammad Rozi, Pembinaan Perilaku Keagamaan Anak di Kelurahan Sukajaya
Kelurahan Sukarami Palembang, (Skripsi, PAI UIN Raden Fatah, Palembang, 2018), h.xii.
8
untuk taraf signifikan 1%, karena thitung lebih besar dari ttable maka
penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu akhlak dan perilaku religius
1. Tujuan Penelitian
Inpres Kampus IKIP. Adapun secara khusus yang menjadi tujuan penelitian ini
IKIP.
2. Kegunaan Penelitian
lain:
1. Kegunaan Teoritis
2. Keguunaan Praktis
keagamaan dengan baik benar dalam membina karakter religus peserta didik.
TINJAUAN TEORETIS
Perilaku keagamaan terdiri dari dua suku kata yaitu perilaku dan
menurut Peter Salim dan Yenny Salim perilaku adalah tanggapan atau reaksi
perbuatan yang terjadi akibat adanya rangsangan baik yang timbul dari dalam (diri
mengenai nilai dan moral melalui pelaksanaan terhadap 5 rukun Islam. Setelah
dilanju secara lebih mendalam dilakukan di rumah dan di sekolah bersama guru
dan ketaatan terhadap ajaran agama Islam yang ada dalam Al-Qur’an dan sunnah.8
anak akan menuiru apa yang anak lihat dan melihat apa yang dilakukan orang
dilingkungannya.
7
Abdul Aziz, Pembentukan Perilaku Keagamaan Anak, Jurnal Pemikiran dan Ilmu
KeIslaman, 1 (Maret, 2018), h. 201.
8
Amos Neolaka dan Grace Amialia A. Neolaka, Landasan Pendidikan: Dasar Pengenalan
Diri Sendiri Menuju Perubahan Hidup (Jakarta: Kencana, 2017), h. 429.
10
11
Ahli pendidikan melihat adanya peran sentral orang tua sebagai pemberi
dasar jiwa keagamaan pada anak. Pengenalan ajaran-ajaran agama kepada anak
sejak usia dini akan berpengaruh dalam membetuk kesadaran dan pengalaman
agama pada diri anak.9 Latihan dan pembiasaan yang diberikan orang tua kepada
anak sejak dini akan terus membekas diingatan seorang anak dan hal itu tentu
akan berpengaruh kepada kesadaran anak unuk melakukan apa yang baik dan
buruk, yang boleh dan yang tidak boleh, apa yang ada dalam ajaran agama dan
Untuk membentuk remaja menjadi pribadi yang dewasa, maka orang tua
harus memperhatukan siklus perkembangan individu, yang pada masa itu remaja
bisa mengalami perkembangan kea rah yang baik dan memiliki fisik yang sehatt.
anak.10
metode pendukungnya.
a. Pendekatan pengalaman
9
Jalaluddin, Psikologi Agama: Memahami Perilaku dengan Mengaplikasikan Prinsip-
prinsip Psikologi (Cet. XIX; Depok: Rajawali Pers, 2019), h.231.
10
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Cet.IV; Jakarta: Kalam Mulia, 2005),
h. 123-124.
11
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, h. 123-124.
12
peserta didik, maka peserta didik akan memiliki pengalaman dan kesan
agama akhirnya tercipta tingkah laku keagamaan itu sendiri didorong oleh
peserta didik yaitu dengan metode eksperimen, latihan, sosio drama dan
b. Pendekatan Pembiasaan
otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa
dipikirkan lagi.13 Pembiasaan ialah sebuah cara yang bisa dilakukan untuk
12
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, h. 156.
13
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, h. 125.
13
Jika hal-hal kecil itu dibiasakan, maka bukan tidak mungkin untuk
sudah dilakukan secara berulang akan lebih mudah untuk diingat dan
14
Halid Hanafi, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Sleman: Penerbit Deepublish, 2019), h. 198
15
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), h. 110.
16
Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam: Fakta Teoretis-Filosofis & Aplikatif-Normatif (Cet.
II; Jakarta: Amzah, 2016), h. 143.
14
sering, dan juga kesabaran yang ekstra agar peserta didik terbiasa untuk
menyucikan diri dengan berwudhu. Wudhu adalah salah satu ibadah yang
peremajaan tubuh. Oleh karena itu, anakanak sangat tepat sekali untuk
memberi dan menerima, simpati dan antipasti, rasa setia kawan, saling berperilaku
17
Siti Naila Fauzia, Perilaku Keagamaan Islam Pada Anak Usia Dini, Jurnal Pendidikan
Usia Dini, 2 (November, 2015), h. 308-309.
15
dan bertutur kata yang baik dengan sesama teman, guru, orangtua, dan orang-
dan mengusai pula hafalan dan membaca ayat-ayat Al Qur’an (Juz Amma). Anak-
pada anak, dengan adanya kemandirian anak dapat memiliki keterampilan untuk
tahapan, yaitu:
Tahap ini dimulai pada anak berusia 3-6 tahun. Pada tahap ini pemahaman
anak tentang Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan 21 Ibid, 309. 19
emosi. Hal ini dikarenakan pemahaman konsep ketuhanan sesuai dengan tingkat
dipengaruhi oleh kehidupan fantasi hingga dalam menanggapi agama juga masih
menggunakan konsep fantasi itu. Kehidupan pada masa ini banyak dipengaruhi
oleh kehidupan fantasi hingga dalam menanggapi agama pun anak masih
menggunakan konsep fantasi yang diliputi oleh dongeng yang tidak masuk akal.
Contoh dari perkembangan pada tingkat dongeng ini adalah mencerikan kartun
dongeng yang bersifat mendidik ke arah yang bersifat untuk mengenal Tuhan
18
Siti Naila Fauzia, Perilaku Keagamaan Islam Pada Anak Usia Dini, Jurnal Pendidikan
Usia Dini, 2 (November, 2015), h. 309.
16
menceritakan kisah dongeng “si kembar upin dan ipin dalam cerita tersebut
terdapat kisah mendidik yang dapat memperkenalkan anak mengenai Tuhan serta
Tingkatan ini dimulai pada usis 7-12 tahun dan pada umumnya
anak pada usia ini telah pergi ke sekolah sehingga wawasan pengetahuan
berteman. Pada masa ini ide ketuhanan anak sudah mencerminkan konsep-
formalis. Berdasarkan hal itu maka pada masa ini anak-anak tertarik dan
senang pada Lembaga keagamaan yang mereka lihat dan dikelola oleh
memahaminya.20
Anak pada tingkat ini memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi
nilai-nilai agama kepada anak. Yaitu anak mulai punya minat, semua
19
Surawan dan Mazrur, Psikologi Perkembangan Agama: Sebuah Tahapan Perkembangan
Agama Manusia (Yogyakarta: K-Media, 2020), h. 28-29.
20
Surawan dan Mazrur, Psikologi Perkembangan Agama: Sebuah Tahapan Perkembangan
Agama Manusia (Yogyakarta: K-Media, 2020), h. 29-30.
17
dengan sifat suka meniru dalam hal yang baik. Seperti anak dicontohkan
untuk bertutur kata yang baik dan sopan santun kepada siapapun, anak
untuk membaca Al Qur’an, dan anak diajak untuk membantu teman yang
membutuhkan pertolongan.21
1. Metode Keteladanan
dasar dari “teladan” artinya perbuatan yang pantas menjadi contoh atau
ditiru.22 Secara etimologi setiap kata bahasa arab yang terbentuk dari
perbuatan atau hal yang dapat dicontoh oleh seseorang dari orang lain.23
Secara bahasa, metode berasal dari kata “method” yang berarti cara
“teladan” yang berarti sesuatu yang baik untuk ditiru atau dicontoh.
Kalimat uswatun hasanah terdiri dari dua kata yaitu uswatun dan hasanah.
anak meliputi moral, spiritual dan sosial. Dalam hal ini pendidikan adalah
contoh yang terbaik dalam pandangan anak, karena segala tindakan, sopan
santunnya, cara berpakaian dan tutur katanya akan selalu diperhatikan oleh
meniru, tidak saja yang baik akan tetapi yang jelekpun bisa ditiru.
belajar mengajar.
25
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2014), h. 93.
19
psikologis pelajar memang senang meniru, tidak saja yang baik, tetapi
لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرسُوْ ِل هللاِ َأس َْوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا هَّللا َ َو ْاليَوْ َم اَأْل ِخ َر َو َذ َك َر هَّللا َ َكثِيرًا
Terjemahannya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.27
Dari ayat di atas memberikan penjelasan kepada kita bahwa
Allah swt.28
26
Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: Rosdakarya, 2011), h. 135
27
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Cordoba Internasional,
2018), h. 418.
28
Abdullah Bin Muhammad Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’I,
2010), h. 40.
20
bahwa dirinya berada dalam perasaan yang sama dengan kelompok lain
guru.
memperlihatkan sikap sedih, murung, tegang, tentu hal itu juga yang
29
Marzuki dan Pratiwi Istifany Haq, Penanaman Nilai-Nilai Karakter Religius Dan
Karakter Kebangsaan Di Madrasah Tsanawiyah, Jurnal Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Yogyakarta, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun VIII, Nomor 1, April 2018
21
peserta didik yang tidak jauh berbeda. Seorang pendidik yang memiliki
sifat kasar dan keras, akan mendorong para peserta didiknya menjadi anak
yang takut, minder dan pemarah. Dan sifat itulah yang akan mereka bawa
menjadi teladan yang baik dan mendidik sesuai dengan norma-norma agar
sehari-hari.
spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Jadi, guru sebagai seorang
pembimbing yang baik, guru harus bisa mengarahkan peserta didik kearah
yang baik dan tidak membiarkan peserta didik melakukan perbuatan yang
tidak baik.
Disini guru adalah sebagai penasehat bagi peserta didiknya, baik bagi
masalah. Karena guru di sini berfungsi sebagai penasehat yang baik dalam
30
Desmita, Psikologi Perkembangan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), h. 206
31
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, cet. 08, 2009), h. 40-41
22
Guru harus memberi contoh yang baik dan teladan yang indah di mata
anak didik sehingga anak senang untuk mencontoh tingkah lakunya. Dia
harus berjiwa halus, sopan serta berjiwa tasammuh (luas dada) murah hati
dan terpuji.33
ك اِ َّن ٰذلِكَ ِم ْن ع َْز ِم †ِ ْي اَقِ ِم الص َّٰلوةَ َوْأ ُمرْ بِ ْال َم ْعرُو
َ َف َوا ْنهَ ع َِن ْال ُم ْن َك ِر َواصْ بِرْ ع َٰلى َمٓا ا
َ ۗ َصاب َّ َٰيبُن
ااْل ُ ُموْ ِ†ر
Terjemahannya:
Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang
makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara
yang penting. (QS. Luqman : 17).
c. Keteladanan dalam tawadhu. Bahwa bersikap rendah hati pada orang lain
adalah memiliki rasa hormat kepada orang lain dengan ikhlas. Seperti halnya
orang lain, menjaga perasaan orang lain, tidak merendahkan martabat orang
32
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2012), h. 129
33
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, cet. 5, 2010), h.
94
23
lain dihadapan banyak orang dan bisa menempatkan dengan baik perilakunya
menghormatinya dan tidak marah. Tidak lupa memberi salam dahulu pada saat
bertemu dengan para sahabat. Akhlak yang ada pada diri Rasulullah tersebut
Salah satu contoh nyatanya seorang guru dapat mengajarkan sikap tawadhu
pada diri anak didik, seperti guru mengajarkan anak untuk selalu mengucapkan
kepada orang yang lebih tua baik itu orangtua maupun guru. Namun sebelum
seorang guru mengajarkan pada anak didiknya, alangkah baiknya guru lebih
mempengaruhi anak didiknya untuk meniru hal-hal yang baik pada diri seorang
dipelajarinya di sekolah
34
Taklimudin dan Febri Saputra, Metode Keteladanan Pendidikan Islam dalam Perspektif
Al Qur’an, Belajea: Jurnal Pendidikan Islam, 1 (2018), h. 16
24
6) Mendorong guru untuk selalu berbuat baik karena akan dicontoh oleh
siswanya
1) Jika figur yang mereka contoh tidak baik, maka mereka cenderung untuk
seorang guru harus berhati-hati dalam bertutur kata dan bertingkah laku.
Tutur kata dan tingkah laku yang tidak tepat pada tempatnya akan
berakibat buruk pada tumbuh kembang peserta didik. Karena mereka dapat
meniru tutur kata dan tingkah laku guru tanpa memperhitungkan benar
atau salah.36
berkembang secara luas. Guru disebut pendidik profesional karena guru itu
telah menjadi peran pengganti orang tua di sekolah untuk mendidik anak.37
didik, untuk itulah guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas berusaha
35
Armei Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: CIputat Pers,
2002), h.123.
36
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasinya Secara Terpadu
Dilingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi & Masyarakat (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2014), h. 134
37
Jamil suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi Dan
Kompetensi Guru (Yogyakarta: Ar – ruzz Media, 2014), h. 23
25
dalam melaksanakan aktivitas secara efektif dan efisien, serta tepat guna.39
yang ditiru dan digugu. Pendidik adalah salah satu yang dapat memberikan
membimbing peserta didik dengan ilmu yang baik. Guru selain sebagai
patut untuk ditiru untuk anak didik supaya mereka dapat berkembang baik
38
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Rajawali Pers: 2014)
h. 12
39
Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator (Semarang: Rasail Media Group, 2007), h.3
26
fisik, mental, dan memiliki perilaku dan akhlak yang baik sesuai dengan
ajaran Islam. Keteladanan tidak bisa lepas dalam dunia pendidikan, karena
ibadah, agama, akhlak, dan lain-lain. Sungguh tercela bagi seorang guru
membedakan satu sama lain, karena anak didik dapat mengetahui dengan
cepat terhadap perlakuan yang tidak adil. Dengan begitu seorang guru
harus terbiasa untuk memperhatikan semua anak didiknya, tidak boleh ada
rasa pilih kasih, seperti guru lebih memberikan perhatian kepada anak
yang lebih pandai. Hal demikian merupakan sikap yang tidak adil terhadap
2) Bersikap sabar
guru, karena profesi guru dalam mendidik anak tidak dapat ditunjukan dan
kemudian. Seorang guru juga harus sabar dalam menghadapi watak yang
berbedabeda dari setiap anak didiknya, maka tentu saja setiap anak pasti
mempunyai kemauan yang berbeda pula. Oleh karena itu, sikap sabar
sangat penting dan harus selalu ditanamkan pada diri seorang guru dalam
Sebagai seorang guru sifat terpenting yang harus dimiliki oleh guru
adalah kasih sayang terhadap anak didiknya. Ketika anak didik merasa
4) Sikap berwibawa
maksudnya adalah apa yang dituturkan oleg guru baik itu berupa perintah,
dan dipatuhi, dengan begitu semua anak didik memiliki rasa hormat dan
segan kepada guru. Sikap kewibawaan yang dimiliki guru bukan semata-
mata untuk ditakuti oleh anak didik namun untuk menjaga kehormatan
seorang guru.
Hal yang sangat penting untuk dijaga oleh seorang guru adalah
digugu dan ditiru, maksudnya guru itu sebagai panutan dan teladan bagi
anak didiknya, maka seorang guru harus senantiasa menjadi teladan yang
baik.
terhadap agama.
seseorang meliputi.
1. Faktor Intern
a) Faktor hereditas
konatif.
40
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2014), h. 95-97.
29
b) Tingkat usia
dengan keagamaan seseorang. Hal ini dapat dilihat jelas melalui adanya
seseorang berdasarkan tingkat usianya yang dibuat oleh para ahli jiwa di
c) Kepribadian
d) Kondisi kejiwaan
dengan kepribadian.
2. Faktor ekstern
a) Lingkungan keluarga
Kehidupan keluarga juga menjadi fase awal dari proses pembentukan jiwa
dalam pandangan islam telah disadari sejak lama. Oleh karena itu kedua
30
b) Lingkungan masyarakat
keagamaan seseorang.
BAB III
METODOLOGI PENELTIAN
1. Jenis Penelitian
kualitatif. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus (lapangan)
penelitian studi kasus lapangan adalah suatu penelitian yang dilakukan secara
tertentu.41
2. Lokasi Penelitian
Sekolah Dasar (SD). Penelitian ini dilaksanakan di SD Inpres Kampus IKIP Kota
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan berarti cara pandang atau paradigma dalam suatu ilmu yang
dari kesadaran, atau cara memahami suatu objek atau peristiwa dengan
41
Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif, untuk Psikologi dan Pendidikan
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 167
42
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Cet, IX; Jakarta: Rajagfindo Persada, 2004), h. 28
43
Stephen W Littlejohn, Theoriesof Human Communication, 7th ed. (USA:Thomson
Learning Academic Resource Center, 2002), h. 184
30
31
hubungan antara proses yang terjadi dalam kesadaran dengan obyek yang
2. Pendekatan pedagogis
pelajaran dan dengan satu perkataan yang disebut juga pendidikan. Dalam
3. Pendekatan psikologis
ini, yang menarik bagi peneliti adalah keadaan jiwa manusia dalam
C. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana asal data penelitian itu diperoleh.
pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang
merespon atau menjawab pertanyaan baik tertulis maupun lisan. Sumber data
dalam penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data yaitu data primer dan
32
data sekunder.44
1. Data primer adalah data yang diperoleh dari responden yang erat
kaitannya dengan masalah yang akan diteliti yaitu pendidik dan peserta
2. Data sekunder adalah sumber data yang tidak secara langsung dari
penelitian.
1. Observasi
gejala yang tampak pada objek penelitian.45 Objek yang diteliti yaitu pendidik dan
peserta didik.
2. Wawancara
data secara lisan. Hal ini harus dilakukan secara mendalam agar mendapatkan data
yang valid dan detail.46 Peneliti melakukan wawancara langsung kepada pendidik
3. Dokumentasi
44
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: PT. Pustaka baru), h. 32
45
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, h. 31
46
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, h. 33
33
E. Instrumen Penelitian
setelah fokus penelitian sudah jelas. Hal ini diharapkan agar dapat melengkapi
ini.
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses analisis yang dilakukan dengan memilih data
yang utama, fokus pada data-data yang penting, kemudian mencari tema dan
polanya.48 Menurut Miles dan Huberman, reduksi kata merupakan bentuk analisis
47
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Cet. III (Bandung: Alfabeta, 2020), h. 103.
48
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, h. 134
34
yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sampai bisa ditarik kesimpulan dan
diverifikasi. 49
dapat dijadikan sebagai data temuan yang akan peneliti sajikan untuk dianalisis
sebelum menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi. Sehingga, pada proses ini
peneliti memilah data yang peneliti dapatkan saat mengumpulkan data di lokasi
2. Penyajian Data
Setelah data yang ditemukan pada reduksi data, selanjutnya peneliti harus
menyajikan data tersebut. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel,
Dalam hal ini, peneliti menyajikan data ke dalam bentuk yang mudah
dipahami seperti membuat catatan mengenai poin-poin utama dari data yang
3. Penarikan Kesimpulan
49
Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif (Sukabumi: Jejak
Publisher, 2018), h. 103.
50
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, h. 137
35
peneliti berdasarkan penemuan literatur dan terkadang juga berdasarkan dari data
sejak awal, namun bisa juga tidak menjawab karena masalah yang ada pada
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang jika peneliti
telah berada di lapangan.52 Menarik kesimpulan adalah langkah akhir dan paling
sebelumnya. Meskipun hasil bacaan dan jawaban dari rumusan masalah tersebut
dapat berubah seiring dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti saat
berada di lapangan. Sehingga kesimpulan yang diambil oleh peneliti harus diuji
kebenarannya agar hasil yang didapatkan bisa sesuai dengan kondisi sebenarnya
1. Ketekunan Pengamatan
Dalam hal ini, peneliti harus melakukan penelitian secara tekun dan
data secara lebih rinci dan akurat.53 Meningkatkan ketekunan juga dapat
51
Mayang Sari Lubis, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Deepublish, 2018), h. 45.
52
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, h. 142
53
Mayang Sari Lubis, Metodologi Penelitian, h. 45-46.
36
referensi dan hasil penelitian terkait apa yang sedang ia teliti. Hal ini guna untuk
apakah data yang ia peroleh itu benar dan dapat dipercaya atau tidak.54
terus-menerus dapat membantu peneliti untuk menemukan data secara lebih rinci
dan akurat, sehingga dapat digunakan sebagai penentu bahwa data yang
didapatkan itu benar karena penelitian ini berkaitan dengan perilaku, peneliti tidak
berpatokan pada hasil penelitian awal yang bisa saja perilaku peserta didik
juga bisa menemukan ide-ide baru yang dapat digunakan untuk menemukan solusi
terhadap data yang didapatkan dari sumber sebelumnya, apakah data tersebut
memang benar adanya, ataukah ada data yang dirahasiakan kepada peneliti.
Sehingga, apabila terjadi perbedaan dari data yang lama dengan yang baru,
peneliti dapat melakukan pengamatan secara lebih mendalam dan lebih luas, agar
yang akan dikumpulkan harus sesuai dan lengkap sehingga membutuhkan waktu
pengamatan agar peneliti mendapatkan hasil yang sesuai dengan data di lapangan
3. Triangulasi
dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian, terdapat triangulasi
yang berbeda untuk mengetahui apakah data yang diberikan oleh sumber A sama
56
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, h. 191
38
DAFTAR PUSTAKA
Kencana.
Surabaya.
Arief, Armei. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:
Ciputat Pers.
Arifin, Muzayyin. 2010. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara,
cet. 5.
Fauzia, Siti Naila. 2015, Perilaku Keagamaan Islam Pada Anak Usia Dini. Jurnal
Hanafi, Halid. dkk. 2019 Ilmu Pendidikan Islam. Sleman: Penerbit Deepublish.
39
RajaGrafindo Persada.
Kabupaten Gowa.
Pers.
Internasional .
Minarti, Sri. 2016. Ilmu Pendidikan Islam: Fakta Teoretis-Filosofis & Aplikatif-
Nata, Abudin. 2004. Metodologi Studi Islam. (Cet, IX; Jakarta: Rajagfindo
Persada.
Mulia.
Fatah, Palembang.
Syaikh, Abdullah Bin Muhammad Alu. 2010. Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Pustaka
Imam Syafi’I.
Taufik, Imam. 2010. Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Ganeca Exact