Anda di halaman 1dari 28

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN

AQIDAH AKHLAK MELALUI METODE INDEX CARD MATCH PADA SISWA

KELAS VIIB DI MTS AL MA’SUM KECAMATAN MALAUSMA TAHUN

AJARAN 2019/2020

Disusun Oleh :

Erlandi

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSATUAN UMMAT ISLAM


(STAI-PUI) MAJALENGKA
TAHUN 2024
A. Judul

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN

AQIDAH AKHLAK MELALUI METODE INDEX CARD MATCH PADA SISWA

KELAS VIIB DI MTS AL MA’SUM KECAMATAN MALAUSMA TAHUN

AJARAN 2019/2020

B. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

dalam Yahya Ismail (2008:1) menyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa serta negara”.

Berdasarkan pernyataan tersebut, disimpulkan bahwa proses pendidikan harus

diimplementasikan dengan proses pembelajaran sebab dalam proses belajar itulah

terjadinya perubahan tingkah laku yang ditandai dengan perubahan pengetahuan yang

semula tidak tahu menjadi tahu, yang semula tidak mengerti menjadi mengerti. Sehingga,

pendidikan bukanlah kegiatan yang dilaksanakan secara sembarangan tetapi kegiatan

yang bertujuan karena dilakukan secara terencana sehingga segala sesuatu yang

dilakukan dalam kegiatan tersebut harus dilakukan secara terarah, terpadu dan

berkesinambungan. Namun, salah satu hal yang menjadi topik pembahasan dalam bidang

pendidikan adalah masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Artinya,

penyelenggaraan pendidikan di Indonesia belum mencapai hasil yang diinginkan.

Padahal, pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan

kualitas sumber daya manusia. Melalui penyelenggaraan pendidikan, diharapkan dapat

mencetak manusia yang memiliki kemampuan dalam melaksanakan perannya di masa

1
yang akan datang. Namun, berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan tersebut tergantung

bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik. Hal ini berarti, untuk menjadi

manusia yang berkualitas harus melalui proses pendidikan yang berkualitas pula.

Sedangkan, terdapat begitu banyak komponen yang dapat mempengaruhi kualitas

pendidikan itu sendiri.

Salah satu komponen yang selama ini sering di tuding sebagai pihak yang paling

bertanggung jawab terhadap kualitas pendidikan adalah guru. Sehingga, tidak

mengherankan apabila banyak pihak yang menaruh harapan besar terhadap guru dalam

meningkatkan kualitas pendidikan mengingat bahwa kualitas pendidikan sangat

menentukan mutu kehidupan bangsa.

Bagaimanapun idealnya kurikulum pendidikan, serta lengkapnya sarana dan

prasarana pendidikan tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam penerapannya

maka semuanya akan kurang bermakna. Wina Sanjaya (2010:49) berpendapat bahwa

“pendidikan merupakan suatu sistem yang satu sama lain saling berkaitan dan saling

berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai tujuan

yang telah ditetapkan”. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa untuk menjadi

seorang guru yang profesional bukanlah hal yang mudah dan tidak pula diperoleh dari

proses yang singkat. Hal tersebut karena, sampai dengan saat ini masih banyak guru yang

dinilai belum memiliki kompetensi yang disyaratkan.

Salah satu kompetensi guru yang disinyalir masih kurang adalah kompetensi

dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar, karena selama ini pembelajaran yang

dilaksanakan cenderung berpusat pada guru sehingga membuat siswa menjadi pasif.

Padahal guru sebagai fasilitator pembelajaran harus dapat melakukan sesuatu yang

kreatif agar dapat menciptakan keaktifan siswa dalam belajar, sehingga diharapkan dapat

terjadi peningkatan pada hasil belajarnya. Untuk itu, dalam proses pembelajaran guru
harus menciptakan suasana belajar yang kondusif agar siswa mampu memahami materi

pembelajaran dengan baik. Hal tersebut mengingat bahwa hahekat pembelajaran yang

merupakan upaya untuk mengarahkan siswa ke dalam proses belajar sehingga mereka

dapat memperoleh tujuan belajar sesuai yang diharapkan, dari yang tidak tahu menjadi

tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik

menjadi baik.

Salah satu upaya kreatif guru dalam proses pembelajaran adalah mencari

gagasan-gasasan baru atau ide-ide bau dengan mencoba bermacam-macam metode

pembelajaran dan mengupayakan pembuatan serta penggunaan alat peraga dalam proses

pembelajaran. Modal kreatif tersebut merupakan sebuah keharusan bagi guru agar dapat

membuat siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa yang aktif akan dapat terlihat

dari cara siswa mengikuti proses pembelajaran, seperti siswa aktif bertanya dan aktif

menjawab pertanyaan, serta dapat mengikuti jalannya proses pembelajaran dengan baik.

Dengan kreatifitas guru dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

diharapkan terciptanya kondisi belajar yang efektif dan efisien. Menurut Slameto

(2003:74) mengatakan bahwa “belajar yang efektif akan dapat membantu siswa dalam

meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan intruksional yang ingin

dicapai. Sedangkan belajar yang efisien akan dapat tercapai apabila menggunakan

strategi belajar yang tepat”. Dengan demikian, salah satu upaya dalam memperbaiki mutu

pembelajaran adalah dengan dilakukannya perubahan dalam kegiatan pembelajaran. Jika

sebelumnya kegiatan pembelajaran sekedar pemindahan pengetahuan yang berasal dari

guru kemudian disampaikan kepada siswa, maka saat ini guru harus memberikan

kesempatan kepada siswa untuk seaktif mungkin mencari pengetahuan serta membangun

pemahaman mereka sendiri secara mandiri namun tetap dalam bimbingan guru sebagai

fasilitator.
Dengan mengubah paradigma tersebut, maka akan tercipta pembelajaran yang

dapat membuat siswa aktif dalam kegiatan belajarnya sehingga dapat tercipta kondisi

pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan yang

dimilikinya. Dengan demikian, akan tercipta pembelajaran yang efektif dan efisien yang

akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Karena, dengan melalui peningkatan

kualitas pembelajaran itulah potensi siswa dapat tergali dengan baik sehingga dapat

menuju keberhasilan pendidikan.

Menurut Rusman (2012:212) menyatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif

merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam

orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen”. Dalam pembelajaran

kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka

harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru,

sehingga akan terjadi interaksi siswa yang lebih intensif. Sedangkan, metode Index Card

Match menurut Mel Silberman (2009:240) adalah “cara menyenangkan lagi aktif untuk

meninjau ulang materi pelajaran. Ia membolehkan peserta didik untuk berpasangan dan

memainkan kuis dengan kawan sekelas”. Dengan demikian, siswa tidak akan merasa

jenuh karena pembelajaran yang diharapkan membuat mereka tidak selalu duduk

ditempat duduknya melainkan dapat berinteraksi dan berdiskusi dengan temannya.

Mata pelajaran aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah adalah

salah satu mata pelajaran PAI yang membahas mengenai aqidah akhlak.

Aqidah Akhlak menekankan pada kemampuan memahami keimanan

dan keyakinan Islam sehingga memiliki keyakinan yang kokoh dan

mampu mempertahankan keyakinan atau keimanannya serta

menghayati dan mengamalkannya (SK Dirjen, 2013:52). Dalam hal ini


akhlak menekankan pada pembiasaan untuk menerapkan diri pada

akhlak terpuji (mahmudah) dan menjauhi serta menghindari diri dari

akhlak tercela (mazmumah) dalam kehidupan sehari-hari. Materi

tersebut sudah dipelajari siswa di Madrasah Ibtidaiyah maupun Sekolah

Dasar. Aqidah akhlak merupakan mata pelajaran yang terdiri dari dua

kata yaitu aqidah dan akhlak.

Ruang lingkup mata pelajaran aqidah akhlak tingkat Madrasah

Tsanawiyah mencakup materi tentang aqidah dan akhlak. Secara

substansial mata pelajaran aqidah akhlak memiliki kontribusi dalam

memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktekkan

aqidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan

akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan seharihari. Al-Akhlak al-

Karimah ini sangat penting untuk dipraktekkan dan

dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat

dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif

dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa

dan Negara Indonesia (SK Dirjen, 2013:52).

Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai guru di MTs Al Ma’sum Kecamatan

Malausma, prestasi belajar aqidah akhlak siswa kelas VIIB belum seperti yang

diharapkan. Rata-rata nilai kelas pada awal semester genap tahun pelajaran 2019/2020

adalah 63. Kenyataan ini menunjukkan masih rendahnya tingkat penguasaan siswa

terhadap materi aqidah akhlak yang ada. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor

diantaranya siswa sering bermalas-malasan dan bermain sendiri karena kurang tertarik

terhadap pengajaran yang disampaikan, strategi yang kurang tepat yang diterapkan oleh

guru juga bias menjadi penyebab, dalam pembelajaran guru menyampaikan materi
dengan monoton, memfungsikan siswa sebagai pendengar setia yang hanya meneriama

apa yang disampaikan oleh guru tanpa diberikan kesempatan untuk menyampaikan

pendapatnya. Selain itu juga bias disebabkan oleh kondisi lingkungan pembelajaran yang

kurang mendukung seperti sarana dan prasarana sekolah yang kurang memadai, dan juga

kondisi ekonomi orang tua yang rendah sehingga kurang memperhatikan pendidikan

anaknya.

Pada umumnya siswa hanya memfungsikan indera pendengaran saja

sehingga untuk memahami makna atau konsep abstrak yang terkandung pada

mata pelajaran aqidah akhlak siswa mengalami kesulitan. Siswa belajar

melalui mengingat-ingat fakta bukan melalui perbuatan. Selain itu terdapat

perbedaan yang cukup jauh dan mencolok antara siswa yang berkemampuan

tinggi dengan yang berkemampuan rendah dari segi nilai yang didapatkan,

sehingga guru kesulitan untuk memberikan materi pelajaran secara merata

kepada siswa.

Upaya pemecahan masalah yang akan peneliti lakukan yaitu melakukan strategi

pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match. Pembelajaran kooperatif merupakan

bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan

struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa

didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus

mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru, sehingga

akan terjadi interaksi siswa yang lebih intensif.

Menurut Ismail (2008:81) menyatakan bahwa “metode index card match adalah

metode yang dikembangkan untuk menjadikan siswa aktif mempertanyakan gagasan

orang lain dan gagasan diri sendiri dan seorang siswa memiliki kreatifitas maupun
menguasai keterampilan yang diperlihatkan untuk mencapai tujuan pembelajaran”

Sedangkan menurut Mel Silberman(2009:240) menyatakan bahwa

“pembelajaran Index Card Match (ICM) adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk

meninjau ulang materi pelajaran. Ia membolehkan peserta didik untuk berpasangan dan

memainkan kuis dengan kawan sekelas”.

Berdasarkan permasalahan pada latar belakang di atas, peneliti melakukan

Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Melalui Metode Index Card Match Pada Siswa

Kelas VIIB di MTs Al Ma’sum Kecamatan Malausma Tahun Ajaran 2019/2020“

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas, maka

dapat disampaikan perumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan metode Index Card Match Pada Siswa Kelas VIIB di MTs

Al Ma’sum Kecamatan Malausma Tahun Ajaran 2019/2020?

2. Bagaimana hasil belajar siswa mata pelajaran Aqidah Akhlak pada siswa kelas VIIB

di MTs Al Ma’sum Kecamatan Malausma Tahun Ajaran 2019/2020?

3. apakah penerapan Metode Index Card Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa

mata pelajaran Aqidah Akhlak pada siswa kelas VIIB di MTs Al Ma’sum

Kecamatan Malausma Tahun Ajaran 2019/2020?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini diantaranya:

1. Untuk mengetahui penggunaan metode Index Card Match Pada Siswa Kelas VIIB di

MTs Al Ma’sum Kecamatan Malausma Tahun Ajaran 2019/2020.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa mata pelajaran Aqidah Pada Siswa Kelas

VIIB di MTs Al Ma’sum Kecamatan Malausma Tahun Ajaran 2019/2020.


3. Untuk mengetahui penerapan Metode Index Card Match dalam meningkatkan hasil

belajar siswa mata pelajaran Aqidah Akhlak pada siswa kelas VIIB di MTs Al

Ma’sum Kecamatan Malausma Tahun Ajaran 2019/2020.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara

praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumbangan pemikiran dalam

mengoptimalkan Metode Index Card Match dalam proses belajar mengajar di

sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Siswa akan lebih aktif, kreatif, inovatif dan merasa senang dalam

pembelajaran menggunakan Metode Index Card Match.

b. Bagi Guru

Guru diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan Metode Index Card

Match dalam pembelajaran Aqidah Akhlak dengan memanfaatkan benda-benda

konkrit untuk pemahaman siswa dalam pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam perbaikan proses

pembelajaran para gurunya dengan menggunakan Metode Index Card Match.

d. Bagi peneliti

Menambah wawasan tentang pelaksanaan pembelajaran dengan Metode

Index Card Match.


F. Kajian Teori

1. Metode Pembelajaran Index Card Match

a. Pengertian Metode Pembelajaran Index Card Match

Metode berasal dari bahasa Latin meta yang berarti “melalui”, dan hodos

yang berarti “jalan ke” atau “cara ke”. Dalam bahasa Arab, metode disebut tariqoh

artinya “jalan”, ”cara”, ”sistem” atau “ketertiban” dalam mengerjakan sesuatu.

Sebagai suatu istilah, metode berarti suatu sistem atau cara yang mengatur suatu

cita-cita. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah “cara kerja yang

bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai apa yang telah

ditentukan.” Dengan kata lain metode adalah suatu cara yang sistematis untuk

mencapai tujuan tertentu.

Aktivitas yang menonjol dalam pengajaran ada pada siswa, namun

demikian bukanlah berarti peran guru terisihkan, melainkan bertindak sebagai

penyampai informasi, tetapi bertindak sebagai pengaruh dan pemberi fasilitas

untuk terjadinya proses belajar oleh karena itu metode yang digunakan oleh guru

dalam proses pembelajaran haruslah berorientasi pada keaktifan siswa, salah satu

metode yang bisa digunakan oleh guru untuk menciptakan keaktifan siswa adalah

metode index card match pembiasaan, stimulus atau rangsangan, keteladanan,

pemberian hukuman, ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, karya

wisata, drill sosiodrama, simulasi kerja lapangan, demonstrasi, kerja kelompok dan

lain-lain.

Menurut Ismail (2008:81) menyatakan bahwa “metode index card match


adalah metode yang dikembangkan untuk menjadikan siswa aktif mempertanyakan

gagasan orang lain dan gagasan diri sendiri dan seorang siswa memiliki kreatifitas

maupun menguasai keterampilan yang diperlihatkan untuk mencapai tujuan

pembelajaran”

Sedangkan menurut Mel Silberman(2009:240) menyatakan bahwa

“pembelajaran Index Card Match (ICM) adalah cara menyenangkan lagi aktif

untuk meninjau ulang materi pelajaran. Ia membolehkan peserta didik untuk

berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan sekelas”.

Dengan demikian dapat di simpulkan metode pembelajaran Index Card

Match adalah suatu cara pembelajaran aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran

dengan teknik mencari pasangan kartu indeks yang merupakan jawaban atau soal

sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan.

b. Tujuan metode index card match

Metode yang dipilih oleh pendidik tidak boleh bertentangan dengan tujuan

pembelajaran. Metode harus mendukung ke mana kegiatan interaksi edukatif

berproses guna mencapai tujuan. Tujuan pokok pembelajaran adalah

mengembangkan kemampuan anak secara individu agar bisa menyelesaikan segala

permasalahan yang dihadapinya.

Dipilihnya beberapa metode tertentu dalam suatu pembelajaran bertujuan

untuk memberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan dan kesuksesan

operasional pembelajaran. Sedangkan dalam konteks lain, metode dapat

merupakan data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu. Dalam

hal ini, metode bertujuan untuk lebih memudahkan proses dan hasil pembelajaran

sehingga apa yang telah direncanakan bisa diraih dengan sebaik dan semudah

mungkin.
Dari pemaparan di atas dapat dilihat bahwa pada intinya metode bertujuan

mengantarkan sebuah pembelajaran ke arah tujuan tertentu yang ideal dengan tepat

dan cepat sesuai yang diinginkan. Karenanya, terdapat suatu prinsip agar

pembelajaran dapat dilaksanakan dalam suasana menyenangkan, mengembirakan,

penuh dorongan dan motivasi sehingga materi pembelajaran itu menjadi lebih

mudah untuk diterima sehingga materi pembelajaran itu menjadi lebih mudah

untuk diterima peserta didik. Banyaknya metode yang ditawarkan oleh para ahli

sebagaimana dijumpai dalam buku-buku kependidikan lebih merupakan usaha

untuk mempermudah atau mencari jalan yang paling sesuai dengan perkembangan

jiwa peserta didik dalam menjalani sebuah pembelajaran.

Dengan demikian, jelaslah bahwa metode sangat berfungsi dalam

menyampaikan materi pembelajaran. Perlu juga menjadi pertimbangan bahwa

materi yang berkenaan dengan dimensi afektif dan psikomotor, dan ada materi

yang berkenaan dengan dimensi afektif, yang kesemuanya itu menghendaki

pendekatan metode yang berbeda-beda.

c. Langkah-langkah penerapan index card match

Metode ini adalah strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan

untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun, demikian

materi baru tetap bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan, peserta didik

diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga

ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.

Langkah-langkah dalam metode index card match menurut Hisyam Zaini

(2008:56) yaitu :

1) Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah peserta didik yang ada dalam kelas.

2) Bagi sejumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.


3) Tulislah pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada

setengah bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu

pertanyaan.

4) Pada separo kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang tadi

dibuat.

5) Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dengan jawaban.

6) Beri setiap peserta didik satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang

dilakukan berpasangan. Sebagian peserta didik akan mendapatkan soal dan

separoh yang lain akan mendapatkan jawaban.

7) Minta peserta didik untuk menemukan pasangan mereka. Jika sudah ada yang

menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk berdekatan. Terangkan juga

agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman

yang lain.

8) Setelah semua peserta didik menemukan pasangan dan duduk berdekatan soal

yang diperoleh dengan kertas kepada teman-teman yang lain. Selanjutnya soal

tersebut dijawab oleh pasangan-pasangan yang lain.

9) Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana

Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah

perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas

mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono

(2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi

tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya

pengajaran dari puncak proses belajar.

Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan

enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari

dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta,

peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.

2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal

yang dipelajari.

3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk

menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.

4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian

sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya

mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.

5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya

kemampuan menyusun suatu program.

6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal

berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan

evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan

menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPS
yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan

penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa

pada aspek kognitif adalah tes.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran

di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu

sendiri. Sugihartono, dkk. (2007: 76- 77), menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:

1) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.

Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.

2) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal

meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas,

peneliti menggunakan faktor eksternal berupa penggunaan metode index card

match. Pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif ini menuntut keterlibatan

siswa secara aktif dalam pembelajaran PAI.

3. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Mata pelajaran aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah adalah

salah satu mata pelajaran PAI yang membahas mengenai aqidah akhlak.

Aqidah Akhlak menekankan pada kemampuan memahami keimanan

dan keyakinan Islam sehingga memiliki keyakinan yang kokoh dan

mampu mempertahankan keyakinan atau keimanannya serta

menghayati dan mengamalkannya (SK Dirjen, 2013:52). Dalam hal ini


akhlak menekankan pada pembiasaan untuk menerapkan diri pada

akhlak terpuji (mahmudah) dan menjauhi serta menghindari diri dari

akhlak tercela (mazmumah) dalam kehidupan sehari-hari. Materi

tersebut sudah dipelajari siswa di Madrasah Ibtidaiyah maupun Sekolah

Dasar. Aqidah akhlak merupakan mata pelajaran yang terdiri dari dua

kata yaitu aqidah dan akhlak.

Menurut Ali Hamzah (2014:60) Aqidah menurut bahasa, barasal

dari kata ‫د‬IIII‫العق‬yang berarti ikatan, ‫ق‬IIII‫التوثي‬yang berarti kepercayaan atau

keyakinan yang kuat, ‫ام‬IIII‫االحك‬yang artinya mengokohkan dan ‫وة‬IIII‫ط بق‬IIII‫الرب‬

yang berarti mengikat dengan kuat. Sedangkan menurut istilah aqidah adalah iman

yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun

bagi orang yang menyakininya. Menurut Muhammad Daud Ali (2010:199) bahwa

“aqidah dihubungan dengan rukun iman yang menjadi asas sekaligus sangkutan atau

gantungan segala sesuatu dalam Islam dan juga menjadi titik tolak kegiatan seorang

muslim”.

Dalam kamus Al Munawwir bahwa aqidah adalah mengokohkan,

mengadakan, perjanjian, mempercayai, dan meyakini. Nur Hidayat (2015:24)

menyatakan bahwa “aqidah adalah hukum yang tidak menerima keraguan didalamnya

bagi orang yang meyakininya. Aqidah dalam agama maksudnya adalah keyakinan

tanpa perbuatan, seperti keyakinan tentang keberadaan Allah dan diutusnya para

Rasul”. Sedangkan Anwar (2010:43) berpendapat bahwa “aqidah merupakan

barometer bagi perbuatan, ucapan, dengan segala bentuk interaksi sesama manusia”.

Jadi aqidah merupakan iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit

pun bagi orang yang menyakininya terhadap apa yang telah Allah ciptakan dan

apabila
manusia telah menyakininya maka timbullah suatu perbuatan, ucapan,

dengan segala bentuk interaksi sesama manusia.

Asmaran (2002:01) menyatakan bahwa “akhlak berasal dari bahasa Arab

yaitu khuluq yang jamaknya akhlaq”. Menurut bahasa Akhlak secara etimologi kata

“akhlak” berasal dari kata bahasa Arab ‫َاْ خَالق‬jamak dari ُ ‫خًلق‬yang berarti perangai,

tabiat, adat dan istiadatnya. Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khilqun

atau khuluqun, yang secara etimologis berarti tabiat, budi pekerti, kebiasaan,

keperwiraan, kesatriaan, kejantanan, agama, dan kemarahan. Menurut istilah akhlak

adalah

kekuatan jiwa yang mendorong lahirnya perbuatan dengan mudah dan

spontan tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian.

Menurut Imam Al-Ghazali yang di kutip oleh Nur Hidayat (2015:140)

bahwa “akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul

perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan, pikiran

terlebih dahulu”.

Akhlak dalam lingkungan pendidikan adalah tingkah laku atau

etika yang diterapkan dalam proses pendidikan baik secara formal

ataupun non formal (Hamdani Bakran Adz Dzakiey, 2010:678). Jadi

akhlak merupakan tingkah laku atau etika yang diterapkan sehingga

menimbulkan suatu perbuatan-perbuatan yang baik terhadap manusia

lainnya.

Dari uraian diatas dapat simpulkan bahwa mata pelajaran aqidah

akhlak merupakan kemampuan memahami keimanan dan keyakinan

Islam dan tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang menyakininya
terhadap apa yang telah Allah ciptakan, sehingga menimbulkan suatu

perbuatan-perbuatan yang baik terhadap manusia lainnya.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori di atas, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

melalui metode index card match dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran

aqidah akhlak pada kelas VIIB di MTs Al Ma’sum Kecamatan Malausma tahun ajaran

2019/2020 .

H. Prosedur Penelitian

1. Setting Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di MTs Al Ma’sum yang

beralamat di Desa Cirmuncang Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka.

Alasan peneliti memilih tempat tersebut karena peneliti bekerja pada

tempat tersebut sehingga memudahkan perolehan data dan mempunyai waktu

peluang yang luas. Selain itu di MTs Al Ma’sum ini belum pernah dilakukan

penelitian yang serupa dengan penelitian ini.

b. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIB MTs Al Ma’sum

tahun pelajaran 2019/2020, dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa yang terdiri
dari 9 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki. Adapun daftar siswa kelas VIIB

MTs Al Ma’sum dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Daftar Nama Siswa Kelas VIIB MTs Al Ma’sum

No Nama Jenis Kelamin

1. ALFI AMAL ISKANDAR L

2. ANDRI L

3. ANTO HALIPA L

4. ARINI P

5. CECE MULYANA L

6. DADAN FAJAR S L

7. HERNI AMELIA P

8. JENY ANJANI P

9. M GUFRON HUSNI MUBAROK L

10. M NIZAR ABDILAH L

11. MILA RAHMAWATI P

12. MUHAMAD ABDUL ALI L

13. MUHAMAD IBADULOH L

14. MUHAMMAD ARIL A L

15. NINA P

16. NISHA APRILIA P

17. NURJAMAN ABDUL GOPAR L

18. RIAN L

19. RIKI SAEPUL HIDAYAT L

20. SAEPUL BAHRI L


21. SALWA ZAKIA L

22. SANDI L

23. SITI ANDITA RINCI SAPITRI P

24. TISA P

25. WULANSARI P

2. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

(PTK). Dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Research (Car) adalah

penelitian tindakan oleh guru dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran

yang terjadi dikelas dan dilakukan pada situasi alami secara berulang.

Menurut Wardhan dan Wihardit (2008:4) mengemukakan bahwa “Penelitian

tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya

sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai

guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat”. Demikian penelitian tindakan kelas

adalah suatu proses penelitian yang dilakukan secara terencana oleh guru atau colon

guru dengan tujuan memperbaiki mutu pembelajaran.

3. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, penelitian dilaksanakan dalam beberapa siklus dengan

setiap siklusnya terdiri dari perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan

(observation), serta refleksi (reflection). Penelitian akan berlanjut ke siklus berikutnya

jika pencapaian hasil dalam siklus sebelumnya belum sesuai dengan indikator

keberhasilan dalam penelitian ini. Siklus akan berakhir jika hasil yang diperoleh sudah

sesuai dengan indikator keberhasilan. Banyaknya siklus yang akan diambil tergantung
dari tercapainya indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan. Adapun penjelasan

untuk masing-masing tahap siklus adalah sebagai berikut:

Rancangan Penelitian Perencanaan Kemmis dan Mc Taggart

1. Perencanaan

Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di

mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap

menyusun rancangan ini, peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang

perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah

instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi

selama tindakan berlangsung.

2. Pelaksanaan Tindakan
Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan

implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu melakukan tindakan di kelas.


Jadi pada tahap kedua ini merupakan pelaksanaan dari apa yang sudah

direncanakan dalam rencana kegiatan harian. Perlu diperhatikan pada tahap kedua

ini, guru yang sekaligus peneliti dengan dibantu guru sentra hendaknya

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun

sebelumnya.

3. Pengamatan

Tahap ketiga yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh guru kelas

yang sekaligus sebagai peneliti dengan dibantu guru sentra. Pengamatan ini

dilakukan saat pelaksanaan kegiatan tindakan berlangsung. Pengamatan tidak bisa

dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan, jadi antara tindakan dan pengamatan

berlangsung dalam waktu yang sama.

4. Refleksi

Tahap keempat merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa

yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan

selesai. Refleksi ini bertujuan mengevaluasi pelaksanaan tindakan, menganalisis

faktor yang menghambat tercapainya indikator keberhasilan atau hal yang perlu

ditingkatkan pada siklus berikutnya. Tahap refleksi memperoleh suatu

kesimpulan yang digunakan untuk memperbaiki siklus berikutnya sehingga,

penelitian semakin dekat dengan keberhasilan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Udin Syaefudin Sa’ud (2007: 184) yang mengatakan bahwa “Ada

beberapa keterampilan yang harus dikuasai agar suatu penelitian dapat memberikan

hasil yang memuaskan, salah satunya ialah pemahaman mengenai observasi,

wawancara, dokumentasi, rekaman, foto, slide, dan video.”


Alat pengumpulan data yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu

menggunakan :

a. Observasi

Observasi suatu teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan

mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan

tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar. Menurut

Badriah (2012:114) menyatakan “Observasi merupakan teknik pengumpulan data

dengan cara mengamati setiap kejadian yang berlangsung dan mencatatnya dengan

alat observasi tentang hal-hal yang diamati”. Observasi digunakan untuk memantau

kegiatan guru dan siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar.

b. Dokumentasi

Dokumentasi kegiatan berupa gambar-gambar dan tulisan. Dokumentasi ini

menjadi salah satu data yang diperlukan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Dokumentasi ini dapat dijadikan suatu bukti bahwa pelaksanaan penelitian telah

dilakukan.

c. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui pemahaman belajar siswa yaitu dengan

menggunakan tes lisan yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus I dan II.

Adapun yang dimaksud dengan tes menurut Arifin, (2009: 118) adalah

“Merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan

kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan,

atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh siswa untuk

mengukur aspek perilaku siswa”.

5. Instrumen Penelitian
Menurut Udin Saefudin Sa’ud (2007:119) dalam penelitian diperlukan

instrumen-instrumen penelitian yang memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan

yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen penelitian, yaitu validitas dan reliabilitas.

Validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan

segi atau aspek yang diukur. Sedangkan reliabilitas berkenaan dengan tingkat

keajegan atau ketetapan hasil pengukuran.

Adapun kisi-kisi instrumen yang telah di susun peneliti adalah sebagai

berikut:

Kisi-Kisi Observasi Mengenai Aktivitas dalam Kegiatan Pembelajaran


Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Index Card Match

Aspek Yang No Item

Diobservasi Fokus Deskripsi Indikator

Pelaksanaan 1. Guru a) Efektifitas 1) Kegiatan Awal 1,2,3,4,5


6,7,8,9,
Metode pembagian 2) Kegiatan Inti 10,11,12
13, 14
pembelajaran waktu dalam

Index Card melaksanakan 3) Kegiatan Penutup

Match untuk pembelajaran.


meningkatkan b) Tahap-tahap 1) Menyiapkan 7

hasil belajar pelaksanaan perlengkapan untuk

siswa mata Index Card pembelajaran


10
pelajaran Match. 2) Membagi kartu ke
11
aqidah akhlak setiap siswa

3) Siswa dengan kartu 12

yang sama

berpasangan untuk

bertanya dan

menjawab pertanyaan

4) Membina peserta

didik.

c) Interaksi 1) Memberikan umpan 9

dengan siswa balik

2. Siswa a) Kerjasama 1) Antusias,keikutsertaan, 10,11,12

siswa dalam peserta didik dalam

belajar. pembelajaran.

b) Keaktifan 2) Siswa aktif dalam 1,2,3,4,5

siswa dalam mengikuti

belajar. pembelajaran.

c) Keberanian 3) Peserta didik berani 13,14,15

peserta didik. dan percaya diri dalam


belajar.

d) Tanggung 4) Tanggung jawab 6,7,8,9

jawab Peserta peserta didik dalam

didik. belajar.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif

kuantitatif. Deskriptif kuantitatif yaitu memaparkan hasil penelitian yang dilakukan.

Hasil yang diperoleh dalam perhitungan kuantitatif kemudian dideskripsikan secara

naratif.

Analisis data dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil

lembar observasi dan dokumentasi mengenai hasil pembelajaran mata pelajaran

aqidah akhlak melalui metode index card match. Analisis dilakukan pada setiap siklus

dengan teknik deskriptif persentase. Berikut ini rumus yang digunakan dalam analisis

data dengan teknik deskriptif persentase (Anas Sudijono, 2010:43):

f
P= X 100 %
N

Keterangan:
P = Angka persentase
f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Number of Cases (Jumlah frekuensi/ banyaknya individu)

∑ xi
P= X 100 %
N

Keterangan:
P = Angka persentase
∑ xi = Jumlah nilai yang diperoleh siswa
N = Jumlah maksimal nilai yang bisa diperoleh siswa

6. Indikator Keberhasilan
a. Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila memenuhi kriteria keberhasilan

sebesar 80% siswa sudah mencapai nilai KKM dengan nilai 70 menggunakan

penilaian dapat menjawab lembar tes yang dilaksanakan setelah pembelajaran

berlangsung.

b. Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila skor aktifitas guru mencapai nilai 85.

c. Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila skor aktifitas siswa mencapai nilai 85.

I. Agenda Kegiatan Penelitian

Berikut adalah agenda kegiatan penelitian tindakan kelas:

April Mei Juni Juli


No Nama Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan  
1
proposal

2 Seminar Proposal 

Peyusunan Skripsi           
3
dan bimbingan

Pelaksanaan  
4
Penelitian

Pendaftaran sidang
5 
munaqosyah

Sidang
6 
munaqosyah

Anda mungkin juga menyukai