Anda di halaman 1dari 3

UJIAN TENGAH SEMESTER 120

MATA KULIAH UMUM WAWASAN PENDIDIKAN

Nama : Abdullah Hutnianto


NIM : 1306623033
Hari/Tanggal : Kamis, 28 Maret 2024

1. Benar, setiap orang memiliki keunikan yang memerlukan pendekatan pendidikan yang
berbeda-beda. Variasi dalam aspek fisik, psikologis, intelektual, sosial, etika, dan estetika
memengaruhi cara mereka belajar dan berkembang. Oleh karena itu, penting untuk
memberikan pendidikan yang sesuai dengan tahap perkembangan individu agar mereka
dapat mencapai aspirasi dan tujuan mereka. Melalui pendekatan individual, perbedaan
antara siswa dapat diperhatikan dan keaktifan mereka dapat ditingkatkan. Pendekatan ini
harus fleksibel dan mempertimbangkan kebutuhan, pengalaman, serta lingkungan
masing-masing individu.

2. Pendidikan harus mengakomodasi aspek kebudayaan yang ada dalam lingkungan siswa
karena kebudayaan memainkan peran krusial dalam ranah pendidikan. Kebudayaan
mencakup pola-pola kehidupan yang diperkaya dengan nilai-nilai serta memiliki tujuan
yang terdefinisi. Dalam konteks pendidikan, kebudayaan berperan dalam menjaga dan
mewariskan nilai-nilai budaya kepada generasi mendatang. Pendidikan juga merupakan
upaya pembudayaan yang tak terpisahkan dari konteks kebudayaan. Tanpa kebudayaan,
pendidikan kehilangan substansi, sementara kebudayaan tanpa pendidikan menuju ke
arah kehancuran budaya itu sendiri. Dengan mempertimbangkan unsur kebudayaan,
pendidikan dapat membentuk identitas pribadi, membentuk kepribadian individu, dan
menjadi alat penting dalam menjaga keberlanjutan kebudayaan untuk generasi
selanjutnya.

3. Prinsip-prinsip pendidikan Ki Hajar Dewantara masih sesuai untuk diterapkan dalam


sistem pendidikan di Indonesia karena mencakup beragam aspek yang relevan dengan
kebutuhan dan karakteristik peserta didik di negara ini. Berikut adalah beberapa aspek
konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara yang masih relevan dan dapat diadopsi dalam
konteks pendidikan di Indonesia:
 Membentuk Karakter Yang Beriman Dan Bertaqwa : Sistem pendidikan di Indonesia
bertujuan untuk menghasilkan individu yang memiliki iman dan taqwa, sesuai dengan
nilai-nilai yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945. Konsep pendidikan Ki
Hajar Dewantara menekankan aspek moral dan etika yang penting untuk membentuk
karakter beriman dan bertaqwa pada peserta didik.
 Mengembangkan Potensi Dan Identitas Bangsa: Pendidikan nasional di Indonesia
bertujuan untuk mengembangkan potensi dan identitas nasional, dengan fokus pada
perkembangan peserta didik. Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara mencakup
pendidikan nasional yang relevan untuk membentuk individu yang memiliki tanggung
jawab dan kontribusi positif terhadap bangsa dan negara.
 Adaptasi Terhadap Kebutuhan Dan Karakteristik Peserta Didik: Konsep
pendidikan Ki Hajar Dewantara mengakui pentingnya memperhatikan kebutuhan dan
karakteristik peserta didik dalam proses pembelajaran. Hal ini memastikan pendidikan
yang efektif dan relevan bagi setiap individu.
 Penyesuaian Dengan Lingkungan Peserta Didik: Konsep pendidikan Ki Hajar
Dewantara menekankan perlunya pendidikan yang sesuai dengan lingkungan dan
kebutuhan peserta didik, yang membantu mereka memperoleh kemampuan yang
relevan dengan konteks mereka.
 Pentingnya Unsur Kebudayaan: Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara mengakui
peran penting unsur kebudayaan dalam pembentukan individu yang beriman dan
bertaqwa, serta berkontribusi positif kepada bangsa dan negara.
 Pendidikan Karakter: Aspek pendidikan karakter yang ditekankan dalam konsep Ki
Hajar Dewantara juga relevan untuk membantu peserta didik menjadi individu yang
bertanggung jawab dan berkontribusi positif kepada masyarakat.
 Kepentingan Pendidikan Nasional: Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara
memperhatikan pentingnya pendidikan nasional dalam membentuk individu yang
memiliki tanggung jawab dan kontribusi yang positif terhadap negara.

Dengan demikian, konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara tetap relevan dan layak
untuk diimplementasikan dalam sistem pendidikan di Indonesia karena mencakup
aspek-aspek yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik di negara
ini.

4. Prinsip-prinsip pendidikan dari Robert Mills Gagne masih diterapkan dalam proses
pendidikan di Indonesia karena meliputi berbagai aspek yang sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik peserta didik di negara ini. Berikut adalah beberapa aspek
konsep pendidikan Gagne yang tetap relevan dan dapat diterapkan dalam konteks
pendidikan di Indonesia:
1) Model Sembilan Peristiwa Pembelajaran Gagne: Model ini merupakan
serangkaian peristiwa yang didesain oleh pengajar untuk mengubah perilaku
peserta didik. Tahapan-tahapan ini meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan,
dan refleksi, yang dapat membantu pengembangan pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik peserta didik di Indonesia.
2) Teori Belajar Gagne: Teori ini menggambarkan proses perubahan perilaku
individu sebagai hasil dari pengolahan informasi baru dengan mempertimbangkan
pengalaman sebelumnya. Konsep ini relevan dalam mengembangkan pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik di Indonesia.
3) Penerapan Teori Belajar Gagne dalam Pembelajaran Matematika:
Penggunaan teori belajar Gagne dalam pengajaran matematika dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi dan memperkuat kemampuan matematika yang
relevan.
4) Penerapan Teori Belajar Gagne dengan Model Motivasi: Integrasi teori belajar
Gagne dengan model motivasi ARCS (Attention, Relevance, Confidence,
Satisfaction) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa di Indonesia.
5) Penerapan Teori Pemrosesan Informasi Gagne: Penggunaan teori pemrosesan
informasi Gagne dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SDI Al-Mubarok
Surabaya dapat memandu dan mendukung minat siswa dalam proses belajar.
Dengan demikian, konsep pendidikan Gagne tetap relevan dan dapat diadopsi dalam
pendidikan di Indonesia karena mencakup berbagai aspek yang sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik peserta didik di negara ini.
5. Ide Pendidikan Merdeka-Belajar Kampus-Merdeka yang dikembangkan oleh Mas
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat ini, yaitu Mas Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud) Joko Widodo, berlandaskan pada tiga konsep inti: Merdeka
Belajar, Kampus Merdeka, dan Desentralisasi Pengelolaan Universitas. Di bawah ini
adalah penjelasan singkat mengenai ketiga konsep tersebut:

1. Merdeka Belajar: Fokus dari konsep ini adalah memberikan mahasiswa


kebebasan untuk mengeksplorasi berbagai bidang yang menarik minat mereka,
sehingga mereka tidak terpaku pada satu bidang saja. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompetitif dan adaptif
terhadap perubahan yang cepat.

2. Kampus Merdeka: Konsep ini memastikan bahwa mahasiswa memiliki


kesempatan untuk mengeksplorasi potensi mereka secara luas guna meningkatkan
kualitas SDM yang dimiliki. Ini memungkinkan mahasiswa untuk belajar di bidang-
bidang lain dan memperluas jaringan sosial mereka.

3. Desentralisasi Pengelolaan Universitas: Konsep ini mendorong desentralisasi


pengelolaan universitas, yang menghasilkan organisasi yang lebih efisien dan
fleksibel. Hal ini bertujuan untuk merangsang inisiatif lokal dan memperkuat
keragaman antar departemen dan individu.

Konsep-konsep ini lebih dijelaskan oleh Mas Menteri Nadiem Makarim melalui
program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), yang memperkenalkan model
pembelajaran baru di mana mahasiswa dapat mengambil mata kuliah di luar
kurikulum mereka. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa
agar lebih siap menghadapi tantangan di dunia nyata.

Penerapan konsep-konsep ini telah berlangsung dalam pendidikan di Indonesia,


dengan sekitar 60 ribu mahasiswa dari seluruh negara telah mengikutinya. Hal ini
menunjukkan bahwa konsep-konsep tersebut telah berhasil membantu perkembangan
mahasiswa dan meningkatkan kualitas SDM di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai