Anda di halaman 1dari 52

PEDOMAN

PELAKSANAAN KURIKULUM
SISTEM MU’ALLIMIEN

Pondok Pesantren
Madinatunnajah Kota Cirebon
Jawa Barat
2023

Jl. Cirebon Permai III No. 370 Dukuh Semar RT. 006 RW. 003 Kel. Kecapi Kec.
Harjamukti Kota Cirebon 45142 Jawa Barat
PEDOMAN PENDIDIKAN
TMI MADINATUNNAJAH
KOTA CIREBON
Pondok Pesantren
Madinatunnajah Kota
Cirebon Jawa Barat

Disusun Oleh
Koordinator Akademik TMI
MADINATUNNAJAH KOTA CIREBON
Cetakan 1: Mei 2023

Diterbitkan oleh
BLKK Madinatunnajah Kota Cirebon

1
SEKAPUR SIRIH

Puji syukur keharibaan Allah swt, yang telah memberikan


segala karunianya kepada kita, sehingga kita bisa
menyelesaikan perampungan Buku Pedoman Pendidikan di TMI
Madinatunnajah Kota Cirebon ini, semoga buku ini bermanfaat.
Buku Pedoman Pendidikan di TMI Madinatunnajah Kota
Cirebon ini, merupakan buah pikiran almarhum KH.
Muhammad Abdul Mujieb Asmuni, S.Pd.I, saat beliau menjadi
Direktur TMI MADINATUNNAJAH KOTA CIREBON, dengan
beberapa pembenahan disesuaikan dengan kondisi dan inovasi
yang telah ada paska kepemimpinan beliau. Namun, yang pasti
pedoman umum ini tidak bergeser dari ruh TMI sejak awal
berdirinya.
Besar harapan kami, pedoman ini menjadi acuan dasar
bagi seluruh civitas akademika di TMI Madinatunnajah Kota
Cirebon, baik dalam pengambilan keputusan, atau pelaksanaan
harian dalam mencapai apa yang telah diharapkan bersama.
Setidaknya, seperti yang telah disampaikan oleh KH.
Muhammad Abdul Mujieb Asmuni, S.Pd.I dalam pengantar
buku ini. Selain itu, buku ini diharapkan menjadi media
silaturrahim dalam penyebarluasan informasi sistem pendidikan
yang dikembangkan di lingkungan TMI Madinatunnajah Kota
Cirebon
Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam perampungan buku pedoman ini.
Serta, kami mohon masukan kontruktif dari seluruh pihak
terhadap pedoman ini. Karena kami sadar bahwa ini belum
sempurna, guna perbaikan dikemudian hari.

Kota Cirebon, Mei 2023

Koordinator Akademik
TMI Madinatunnajah
Kota Cirebon

2
PENGANTAR

Sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam tingkat


menengah yang lahir, tumbuh dan berkembang di Indonesia,
serta memiliki visi, misi, orientasi dan cirri-ciri khusus yang
berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan formal lainnya,
Tarbiyatul Mu’allimein al- Islamiyah Pondok Pesantren
Madinatunnajah (selanjutnya disebut dengan “TMI
Madinatunnajah Kota Cirebon”) dalam melaksanakan kegiatan
sehari-hari, harus tetap berpijak di atas nilai- nilai dasar kehidupan
yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits (Islami),Ijma, Qiyas
serta berpedoman pada budaya dan konsensus-konsesnsus
bangsa yang telah disepakati bersama (Indonesia), berjalan di
dalam bingkai norma-norma pendidikan (Tarbawi), serta
mengacu pada jiwa, tradisi, dan misi khusus pondok pesantren
yang telah ditetapkan sejak awal berdirinya (Ma’hadi).
Alhamdulilah, dalam rangka menjabarkan keempat filosofi
tersebut pada tataran operasional, kami telah menyampaikan
sekaligus menerbitkan sebuah booklet tentang Pola Umum
Pendidikan (PUP) Sistem Mu’allimien yang mencakup tiga masalah
pokok, yaitu: Landasan Institusional (Mabadi’ Ma’hadiyah) yang
berisi nilai-nilai dasar, visi misi, orientasi dan falsafah pendidikan,
Kurikulum Pendidikan (Manahij Tarbawiyah) yang berisi materi
atau program pendidikan, proses transformasi, tujuan
pendidikan, dan upaya pengembangan kurikulum, serta
Kualifikasi Input dan Output yang berisi syarat-syarat
penerimaan calon santri dan profil alumni yang diharapkan.
Kemudian, untuk membantu para Guru Penanggung
Jawab Pendidikan (untuk tidak menyebut Tenaga Pendidik) di
TMI Madinatunnajah Kota Cirebon dalam melaksanakan PUP
tersebut, maka dengan ini kami sampaikan “Pedoman Dasar”
Pelaksanaan PUP Sistem Mu’allimien, agar bisa dijadikan rujukan
atau sumber acuan bagi para guru, dalam melaksankan tugas
ibadah dan pengabdiannya masing-masing dengan baik, benar
dan proporsional. Pedoman Dasar ini sengaja kami buat
berjenjang - kelak perkelas, tahun pertahun-agar perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasinya bisa lebih fokus dan terarah,
3
sehingga upaya-upaya peningkatan dan pengembangannya pun
bisa berlangsung lebih konkret dan efektif.
Tentu saja, sebagai sebuah konsep buatan manusia, Pola
Umum dan Pedoman Dasar ini banyak mengandung kelemahan
dan kekurangan ; baik secara substansial maupun
instrumental. Karenanya, kepada semua pihak tetap kami
harapkan masukan- masukan lebih lanjut Tetapi yang lebih
penting, kepada para penanggung jawab pelaksana pendidikan ,
diharapkan untuk mampu melahirkan gagasan-gagasan inovatif
yang lebih konstruktif dan produiktif, dalam melaksanakannya
ini di lapangan, sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi. Karena pada hakekatnya tidak ada satupun konsep
atau sistem buatan manusia di dunia ini, yang bisa disebut “paling
baik” untuk semua situasi dan kondisi, yang ada adalah sistem yang
“paling tepat” untuk situasi dan kondisi tertentu.
Sekali lagi, kreativitas dan kemampuan improvisasi para guru
dalam melaksanakan Pola Umum dan Pedoman Dasar ini
sangatlah diperlukan. Selamat Beribadah, Selamat Belajar, dan
Selamat Bekerja dengan Ikhlas, Cerdas, dan Tangkas. Semoga
Allah SWT dan malaikat-malaikatNya senantiasa mendampingi,
membimbing dan membantu kita dalam melaksanakan tugas
suci ini sehari-hari. Amien.

Kota Cirebon, Mei 2023


Direktur/Mudir Ma’had

KH. M. Abdul Mujieb Asmuni, S.Pd.I

4
DAFTAR ISI

Sekapur Sirih --
2 Pengantar --
3 Daftar Isi -- 5
BAB I : SPESIFIKASI KELEMBAGAAN
TARBIYATUL MU’ALLIMEIN AL-ISLAMIYAH
(TMI) MADINATUNNAJAH KOTA CIREBON
-- 7
A. Status Kepemilikan -- 7
B. Jenjang Pendidikan dan Masa Belajar -- 7
C. Kurikulum Pendidikan -- 7
D. Tahun Ajaran, Jam Efektif dan Masa Liburan -- 8
BAB II : PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS I (SATU) -- 9
A. Syarat-syarat Minimal
Untuk Diterima di Kelas I
TMI Madinatunnajah Kota
Cirebon -- 9
B. Arah Pendidikan dan Pengajaran di Kelas I -- 9
C. Petunjuk-petunjuk Umum untuk Kelas I -- 11
D. Kelas I (Satu) Intensif -- 14
BAB III : PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS II (DUA) -- 15
A. Syarat-syarat Minimal Untuk di Kelas II --
B. Arah Pendidikan dan Pengajaran di Kelas II –
C. Petunjuk-petunjuk Umum untuk Guru Kelas II –
BAB IV : PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS III (TIGA) –
A. Syarat-syarat Minimal untuk Duduk di Kelas III --
B. Arah Pendidikan dan Pengajaran di Kelas III –
C. Petunjuk-petunjuk Umum untuk Kelas III –
D. Kelas III (Tiga) Intensif –
BAB V : PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS IV (EMPAT) –
A. Syarat-syarat Minimal untuk Duduk di Kelas IV --
B. Arah Pendidikan dan Pengajaran di Kelas IV –
C. Petunjuk Umum untuk Para Guru Kelas IV –

5
BAB VI : PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS V (LIMA) –
A. Syarat-syarat Minimal untuk Duduk di Kelas V --
B. Arah Pendidkan dan Pengajaran di Kelas V –
C. Petunjuk Umum untuk Guru-guru Kelas V –
D. Bagaimana Membimbing
Kelompok-kelompok Siswa Kelas V_

BAB VI : PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS VI (ENAM) –


A. Syarat-syarat Minimal untuk Duduk di Kelas VI --
B. Arah Pendidikan dan Pengajaran di Kelas VI --
C. Petunjuk-petunjuk Umum untuk Guru-guru Kelas VI
--
BAB VII : TATA TERTIB KEGIATAN
BELAJAR MENGAJAR (KBM) –
A. Kewajiban-kewajiban --
B. Larangan-larangan --
C. Anjuran-anjuran --
D. Sanksi --

6
BAB I
SPESIFIKASI KELEMBAGAAN
TARBIYATUL MU’ALLIMEIN AL-ISLAMIYAH (TMI)
MADINATUNNAJAH
KOTA CIREBON

A. Status Kepemilikan
TMI Madinatunnajah Kota Cirebon adalah lembaga
pendidikan Islam yang dikelola oleh Yayasan
Madinatunnajah Kota Cirebon, yang merupakan Badan
Hukum dengan Akte Notaris SALEH BAFADA, SH. MH., No
12 Tanggal: 09 Oktober 2006 dan telah terdaftar di
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum
tanggal 01 Desember 2006.
Seluruh aset dan kekayaan Yayasan Madinatunnajah
Kota Cirebon telah diwakafkan kepada seluruh umat Islam
secara resmi, pada tanggal 11 April 2006. Jadi seluruh
tanah, bangunan dan sarana pendidikan di TMI
Madinatunnajah Kota Cirebon berstatus sebagai “Wakaf”
milik umat yang dikelola secara kolektif oleh Nadhir Wakaf,
yaitu Majlis Kiyai Pondok Pesantren Madinatunnajah Kota
Cirebon.

B. Jenjang Pendidikan dan Masa Belajar


TMI Madinatunnajah Kota Cirebon adalah lembaga
pendidikan Islam tingkat menengah yang berbasis dan
berbentuk “Pondok Pesantren” dengan masa belajar:
- 6 tahun untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
- 3 tahun untuk SLTP/Madrasah Tsanawiyah
- 3 tahun untuk SLTA/Madrasah Aliyah

C. Kurikulum Pendidikan
Kurikulum Pendidikan di TMI Madinatunnajah Kota
Cirebon sering disebut sebagai “Kurikulum Hidup dan
Kehidupan” karena berlangsung di mana saja sepanjang hari dan
malam, serta dikemas dalam bentuk program pendidikan
yang integral dan kompehensif, dibawah bimbingan,
7
pengawasan dan evaluasi dari para Penanggung Jawab
Pelaksana Pendidikan (Kiyai, Nyai, dan Guru-guru yang
dibantu oleh Santri- santri Senior).

D. Tahun Ajaran, Jam Efektif dan Masa Liburan


Sebagai lembaga pendidikan yang berbasis pesantren,
maka tahun ajaran baru di TMI Madinatunnajah Kota
Cirebon dimulai pada bulan Syawwal dan berakhir pada
bulan Sya’ban setiap tahun, dengan sistem semester.
Jam efektif belajar selama satu tahun ajaran (termasuk
4 kali ujian yaitu: Ujian Mid-Semester I, Ujian Akhir
Semester I, Ujian Mid Semester II, dan Ujian Akhir Semester
II) berlangsung sebanyak 44 minggu yang terbagi menjadi 2
semester; masing-masing 22 minggu).
Masa liburan dalam satu tahun ajaran berlangsung
sebanyak 2 kali, yaitu pada bulan Rabi’ul Awal (untuk libur
pendek tengah semester selama 2 minggu), dan pada bulan
Ramadlan (untuk liburan panjang akhir semester selama 6
minggu).

8
BAB II
PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS I (SATU)

A. Syarat-syarat Minimal Untuk Diterima di Kelas I TMI


Madinatunnajah Kota Cirebon
Di samping syarat-syarat Khuluqiyah/Mental yang
harus dimiliki oleh setiap siswa kelas I TMI Madinatunnajah
Kota Cirebon, maka seorang calon santri bisa diterima di Kelas
I, apabila telah memenuhi syarat-syarat akademik berikut:
1. Lancar, baik, benar dan fasih membaca Al-Qur'an.
2. Bisa menulis Arab dengan lancar, benar, dan terang.
3. Bisa menjalankan Ibadah sehari-hari dengan baik dan
benar.
4. Tamat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (Lulus dalam
Ujian Akhir) dengan kriteria sebagai berikut:
- Bisa berbahasa Indonesia (lisan dan tulisan)
- Menguasai Dasar-dasar Ilmu Berhitung (Matematika)
- Menguasai Dasar-dasar Ilmu Sosial (Sejarah, Geografi
dll.)
Apabila salah satu dari keempat syarat tersebut tidak
terpenuhi, rasanya berat atau sulit, bahkan tidak mungkin
bagi Guru untuk mencetak murid yang benar-benar ber-
kualitas.

B. Arah Pendidikan dan Pengajaran di Kelas I


1. Semua bentuk Pendidikan dan Pengajaran di kelas I TMI
Madinatunnajah Kota Cirebon dimaksudkan untuk
meletakkan dasar atau pondasi yang kuat dan kokoh bagi
ke- hidupan para santri dalam segala aspeknya:
- Dasar untuk hidup sebagai Muslim dan Mukmin yang
Shaleh dan Taqwa.
- Dasar dari segala macam Ilmu Pengetahuan dan
Keterampilan yang akan di- pelajari di kelas-kelas
selanjutnya.
- Dasar untuk mengembangkan diri, agar bisa hidup
berarti dan berguna bagi agama dan masyarakat luas.
2. Seluruh pelajaran di kelas I, tanpa kecuali, harus
9
diarahkan pada penanaman FALSAFAH HIDUP yang kuat
dan bisa mewarnai kehidupan para santri, baik bagi
mereka yang akan melanjutkan studinya di TMI
Madinatunnajah Kota Cirebon, ataupun bagi mereka yang
pindah ke Lembaga Pendidikan lain atau mau pulang ke
masyarakat.
3. Semua pelajaran di kelas I harus benar-benar masak dan
kuat, harus dikuasai sepenuhnya oleh murid (Malakah: ‫ة‬
‫م ل‬²), sehingga benar-benar menjadi milik santri dan
sekaligus diyakini kebenarannya. Tidak boleh diajarkan
secara sambil lalu saja. Tidak boleh setengah-setengah.
Murid tidak boleh sekedar "pernah mendengar, pernah
tahu, pernah belajar" dan lain-lainnya.
Salah satu Prinsip Pendidikan di TMI Madinatunnajah Kota
Cirebon adalah: TAK ADA ISTILAH GAGAL DALAM
BELAJAR. SEMUANYA HARUS BERHASIL! Artinya:
Sekalipun seorang santri hanya sempat belajar sampai di
kelas I (satu tahun saja) ia belajar di TMI, kemudian
terpaksa berhenti atau keluar, tetapi selama itu ia harus
sudah dibekali dengan:
- Dasar-dasar Aqidah yang benar dan kokoh
- Dasar-dasar Syari'ah yang benar.
- Dasar-dasar Akhlaq Karimah atau Mental yang baik
- Dasar Motivasi yang kuat untuk hidup berkembang
dan bermanfaat di tengah-tengah masyarakat.
Dan untuk itu semua, tidak ada cara lain kecuali dengan
memasakkan semua pelajaran yang diajarkan di Kelas I.

“Kelas I yang masak lebih baik


dari kelas II, III, atau IV yang tidak
masak”

10
C. Petunjuk-petunjuk Umum untuk Kelas I
Sebelum melangkah lebih jauh, para Guru di kelas I TMI
Madinatunnajah Kota Cirebon harus memperhatikan hal-hal di
bawah ini :
1. Seluruh Guru harus menyadari bahwa semua pelajaran di
kelas I, tanpa kecuali, penting dan harus dipentingkan.
Semuanya mempunyai kedudukan yang strategis untuk
tujuan penanaman DASAR-DASAR KEHIDUPAN para
santri. Tidak boleh dibeda-bedakan!
2. Dalam berbagai kesempatan para Guru harus bisa
meyakinkan murid-muridnya tentang penting dan
strategisnya pelajaran-pelajaran di kelas I, sehingga tak
seorang pun di antara mereka menganggap remeh atau
menganggap kurang penting terhadap suatu pelajaran.
Ingat, anggapan seperti ini, kalau dibiarkan, tidak saja
membahayakan murid yang bersangkutan, tapi juga bagi
murid-murid yang lain!!!
3. Seluruh Guru kelas I harus selalu menyadari - kapan dan
di mana saja - bahwa dirinya sedang menggarap pekerjaan
yang paling penting dan paling menentukan dalam
kehidupan murid-muridnya, sebab kerja pembinaan lebih
lanjut sangat ditentukan oleh hasil kerja pembinaan di
kelas I ini. Dengan demikian, para Guru akan selalu
berhati-hati, penuh persiapan dan perhitungan, tidak
gegabah, dan selalu aktif dalam melaksanakan tugasnya
sehari-hari; di luar maupun di dalam kelas.
4. Dalam mengajarkan suatu ilmu apapun, seorang Guru
harus memperhatikan hal- hal berikut:
a. Pelajaran harus dimulai dari yang paling mendasar, dari
tingkat yang paling rendah, dari yang paling permulaan.
Urutan pelajaran harus tertib, tidak meloncat-loncat.
Ingat, jangan silau dengan anak yang:
- Nampaknya sudah bisa atau sok bisa.
- Nampaknya sudah besar dan banyak pengalaman.

11
- Nampaknya sudah pernah belajar, pernah
tahu ...... dll. Semuanya harus dianggap sama,
harus siap diplonco, atau dimudakan kembali.
b. Pelajaran apapun yang diajarkan harus beanr-benar
dikuasai oleh murid secara perorangan, bukan secara
kelompok. Jangan mudah terkecoh dengan jawaban
bersama ( ‫ الجمعى‬ş‫ )جوا‬jangan buru-buru melangkah
kepada pelajaran berikutnya, sebelum benar-benar
yakin bahwa seluruh murid sudah menguasai pelajaran
yang telah diajarkan !. Yang penting masaknya pelajaran,
bukan banyaknya !
c. Pelajaran yang sudah diajarkan harus selalu diulang-
ulang, ditanyakan, dipakai dan sering-sering disebut
dalam pembicaraan/keterangan.
d. Harus selalu dihubung-hubungkan dengan pelajaran
baru, sehingga benar- benar "malakah"
e. Khusus untuk pelajaran hafalan, seperti: Tafsir, Hadits dan
Mahfudhat….. setiap murid harus mendapat bagian
untuk menghafal di depan Guru. Jika waktu meng-hafal
tidak cukup di dalam kelas, bisa digunakan waktu-
waktu lain di luar kelas, seperti sore hari, malam hari
ataupun pagi hari. Ingat, murid harus ditagih dan
dituntut.
f. Dalam mengulangi pelajaran, Guru tidak boleh bosan
atau dihinggapi rasa bosan. Selain itu guru harus
berusaha untuk menghilangkan kejenuhan dari murid-
muridnya. Tempuhlah segala cara yang
memungkinkan, dengan memperbanyak variasi,
sehingga kebosanan tidak menggerogoti anda dan
murid-murid anda! Ingat, kebosanan adalah penyakit
yang sangat berbahaya bagi murid, apalagi Guru !!!
"BELAJAR MUWAJJAH" untuk murid-murid kelas I
harus diadakan sejak awal tahun di bawah
pengawasan para Wali Kelas dan Fasilitator Kelas.
Belajar Mu-wajjah ini bisa digunakan antara lain
untuk:
- Mengawasi sekaligus memperbaiki 'cara belajar' murid.
12
- Membantu murid dalam menghadapi kesulitan belajar.
- Mematangkan pelajaran-pelajaran yang belum
matang di pagi hari oleh siapapun Guru yang
berminat.
- Membicarakan dan memecahkan masalah-masalah
kelas yang timbul.
g. Seluruh Guru, khusunya Guru-guru kelas I, lebih
khusus lagi para wali kelas I, harus benar-benar
"Masyghulun bi talamidzihi" (‫ نب فسه‬S‫)مشغو‬. Sebagian besar
waktu, tenaga dan pikirannya harus disediakan untuk
kepentingan murid-muridnya. Jangan sampai terlalu
sibuk dengan urusan-urusan lain yang tidak berkaitan
langsung dengan kepentingan murid, apalagi sampai
"Masyghulun bi nafsihi" Karena itu, para Wali Kelas I,
khususnya, tidak boleh merangkap tugas-tugas lain
yang berat-berat! Ingat, ini pekerjaan dasar yang
menentukan! Jika di Kelas I kurang matang, maka di kelas-
kelas selanjutnya….. bahkan sampai menjadi Guru, tetap
akan mengecewakan.
h. Para Guru, Khususnya para Wali Kelas, harus pandai-
pandai memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada
murid-muridnya, sehingga sesuai dengan kebutuhan
mereka dan tidak bertentangan dengan kehendak
jiwanya;
- Adakan pengamatan yang seksama setiap saat
- Manfaatkan seluruh fasilitator yang ada di kalangan
murid
- Bacalah setiap indikator dan pekalah terhadap setiap
gejala
- Jangan sampai salah duga dan salah persepsi
- Tingkatkan kemampuan diri dalam segala hal

“Ingat Anda Sedang Menggarap


Pekerjaan
Yang Paling Menentukan Dalam
Kehidupan Santri”

13
D.Kelas I (Satu) Intensif

1. Pada hakikatnya Syarat Minimal, Arah Pelajaran dan Cara


mengajarkan pelajaran- pelajaran di kelas I (Satu) Intensif
khususnya pada semester/pertengahan tahun pertama
hampir serupa dengan Kelas I biasa.
2. Bahkan beberapa hal harus mendapat penekanan yang lebih
kuat, mengingat usia murid yang relatif lebih dewasa dan
kondisi mental mereka yang sudah lebih banyak diwarnai
oleh warna-warna lain di luar Pondok.
3. Usaha untuk memudakan kembali jiwa murid harus
dilakukan lebih intensif dari pada Kelas I biasa. Tetapi cara
pendekatan dan pemberian bimbingan harus disesuaikan
dengan usia dan tingkat perkembangan mental mereka.
Jangan dianggap anak kecil !!!
4. Walaupun jumlah jam pelajaran dalam satu minggu tidak
sebanyak dua kali jumlah jam pelajaran di kelas I biasa,
tetapi pelajaran harus berjalan dua kali lebih cepat dari
pelajaran di kelas I biasa.
Karena itu seluruh Guru di kelas I Intensif harus
mematangkan seluruh mata pe- lajaran, dengan berbagai cara
yang memungkinkan:
- Porsi waktu untuk belajar di luar kelas harus lebih banyak
dari pada murid-murid kelas I biasa.
- Usahakan agar murid kelas Intensif tidak terlalu banyak
meninggalkan kelas, kecuali untuk kepentingan yang
benar-benar mendesak.
- Ciptakan iklim belajar yang kondusif bagi seluruh murid
kelas Intensif, baik di dalam Kelas maupun di luar kelas.
5. Di kelas Intensif biasanya banyak murid yang sudah pernah
mengalami belajar kitab yang besar-besar, bahkan mungkin
ada yang sudah pernah belajar di Perguruan Tinggi. Guru tidak
boleh terlalu silau dengan murid-murid seperti ini.
Bersikaplah penuh bijaksana, dan tetaplah konsisten dengan
arah pelajaran dan metode peng-ajaran yang telah ditetapkan,
khususnya untuk murid-murid di Kelas permulaan. Ingat,
14
kita mempunyai sistem dan metode sendiri.

15
6. Dalam masa 3 (tiga) bulan, murid-murid kelas I Intensif harus
sudah bisa atau dipaksa untuk bisa berbicara berbahasa
Arab dalam pergaulan mereka sehari-hari, sebab setelah
semester pertama seluruh pelajaran dalam Kelompok Ilmu
Pengetahuan Bahasa Arab harus sudah memakai pengantar
Bahasa Arab.
7. Pada semester kedua seluruh pelajaran di kelas I Intensif
sama dengan pelajaran di Kelas II. Guru harus menyadari hal
ini dan berusaha mempergunakan pelbagai cara yang
memungkinkan untuk mencapai target dan kuantitas yang
telah ditentukan.

16
BAB III
PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS II
(DUA)
A. Syarat-syarat Minimal Untuk di Kelas II
Seorang santri kelas I TMI ataupun yang berasal dari
lembaga lain, baru bisa diterima di kelas II, paling tidak
apabila telah memenuhi syarat-syarat akademik sebagai
berikut:
1. Memiliki Dasar Pengetahuan Agama yang kuat, dengan
kriteria sebagai berikut:
a. Mengetahui Dasar-dasar 'AQO'ID KHOMSIEN serta dalil-
dalilnya.
b. Menguasai dan Lulus dengan baik Ujian S.K.I.A. untuk
kelas I.
c. Hafal di luar kepala beberapa Ayat dan Hadist pilihan,
serta mengerti artinya kata per-kata.
d. Mengetahui Sejarah Hidup Nabi Muhammad
saw.
2. Menguasai Pengetahuan Dasar Bahasa Arab (
‫نطق‬¹ ‫وكت‬¹‫)بة‬
3. Mengerti beberapa kata dasar Bahasa Inggris serta bisa
menggunakannya untuk menjawab soal dan bercakap-
cakap sederhana.
4. Mengetahui Istilah-istilah dasar Bahasa Indonesia dan
dapat membuat karangan- karangan sederhana yang
berupa artikel singkat, surat atau pidato.
5. Mengerti Dasar-dasar Pengetahuan Umum lainnya, seperti:
a. Dasar-dasar Ilmu Eksakta (Matematika/Hitung dan IPA)
b. Dasar-dasar Pengetahuan Sosial (Sejarah,
PMP, Geografi) Untuk itu, dipergunakan
kriteria seperti siswa kelas I SMP/MTs.

B. Arah Pendidikan dan Pengajaran di Kelas II


1. Semua bentuk Pendidikan dan Pengajaran di kelas II TMI
Madinatunnajah Kota Cirebon dimaksudkan untuk
PERLUASAN DAN PENGEEMBANGAN dari segala dasar
yang telah diberikan di kelas I:
- Pengembangan Dasar-dasar Aqidah, Syariah dan Akhlaq
17
- Pengembangan Dasar-dasar Mental yang telah
ditanamkan di kelas I
- Pengembangan Dasar-dasar pengetahuan yang telah
diajarkan di kelas I, khusus-nya Pengetahuan Bahasa
Arab.
- Pengembangan Dasar-dsar Keterampilan untuk hidup
bermasyarakat
2. Karena itu, hampir seluruh pelajaran di kelas II sama atau
tak jauh berbeda dengan pelajaran di kelas I. Bahkan ada
beberapa materi pelajaran yang merupakan pengulangan
dari materi pelajaran yang telah diajarkan di kelas I,
seperti: Pelajaran Tauhid, Fiqih, Tajwid dll.
3. Pelajaran-pelajaran Nahwu, Shorrof Tarjamah, Muthala'ah
dll….. kendati mungkin nampak baru, tetapi pada
hakikatnya merupakan pengembangan dan perluasan
dari pelajaran 'AROBIYAH yang telah diajarkan di kelas I.
4. Pelajaran-pelajaran di kelas II harus selalu
berkesinambungan dengan pelajaran- pelajaran di kelas I.
Tidak boleh berdiri sendiri, apalagi bertentangan !
5. Walaupun begitu, pelajaran-pelajaran di kelas II tetap
diarahkan pada usaha pengem- bangan dan perluasan,
sehingga menuntut adanya METODE KHUSUS yang ber-
beda dengan kelas I; baik menyangkut Proses Belajar
Mengajar maupuan yang ber-hubungan dengan cara
membimbing murid-murid, di dalam kelas maupun di luar
kelas.

“Perhatikan dan Pelajari Kembali Cara


Mengajarkan
Setiap Materi di Kelas II!

18
C. Petunjuk-petunjuk Umum untuk Guru Kelas II
1. Untuk maksud Perluasan dan Pengembangan, maka
seluruh mata pelajaran dalam Bidang Studi Ilmu
Pengetahuan Agama dan Bahasa Arab di kelas II harus
disampai-kan dan diterangkan dengan Bahasa Arab:
- Guru harus berusaha menggunakan Bahasa Arab yang
baik dan benar, dengan senantiasa memperhatikan
tingkat kemampuan murid-muridnya.
- Jangan mudah-mudah menggunakan Bahasa
Indonesia, kalau tidak karena ter-paksa sekali. Itu pun
boleh dilakukan dengan cara menyebutnya secara
selintas saja, dan lebih dulu meminta ma'af kepada
murid.
- Murid harus dipaksa dan dilatih sebanyak-banyaknya
untuk menjawab pertanyaan dan menerangkan
pelajaran dengan Bahasa Arab yang baik dan benar.
2. Pelajaran Nahwu dan Shorrof di Kelas II merupakan
pelajaran permulaan tentang kaidah-kaidah dalam Tata
Bahasa Arab, sehingga bagi murid kelas II pelajaran ini
merupakan DASAR bagi pelajaran-pelajaran berikutnya.
3. Karena itu, para guru harus menyadari fungsi pelajaran-
pelajaran ini. bagi murid Kelas II. Perhatikan dan pelajari
kembali PEDOMAN KHUSUS untuk mengajarkan
Pengetahuan-pengetahuan Dasar, Seperti yang berlaku di
kelas I.
4. Demikian pula dengan pelajaran-pelajaran yang lain,
seperti Insya', Muthala'ah, Tarjamah dan Tamrinul
Lughoh. Walaupun pada hakikatnya sudah diajarkan
pada pelajaran 'AROBIYAH di kelas I, tetapi di kelas II
diajarkan secara terpisah, materi per-materi, sehingga
memerlukan perhatian khusus terhadap CARA
MENGAJARKAN-NYA. Untuk itu, setiap Guru mata
pelajaran tersebut harus benar-benar memperhatikan
Metode Mengajar yang sesuai dan benar.
5. Di Kelas I, para murid harus sudah mulai dipaksa untuk
berlatih menerangkan apa-apa yang telah mereka ketahui
dengan ungkapan-ungkapan yang sederhana dan jelas,
19
baik dengan Bahasa Arab (untuk Pengetahuan Agama dan
Pengetahuan Bahasa Arab) maupun dengan Bahasa
Indonesia (untuk Pengetahuan Umum lainnya). Di
samping paham sendiri, murid harus bisa juga
memahamkan orang lain.
6. Oleh sebab itu, pelajaran Insya' dan Mengarang (Bahasa
Indonesia) harus men- dapat perhatian yang sungguh-
sungguh. Adakan latihan yang teratur dan kontinu!

Jangan malas mengoreksi ! Tapi ingat, sesuaikan


dengan tingkat kemampuan dan perkembangan murid

20
BAB IV
PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS III (TIGA)
A. Syarat-syarat Minimal untuk Duduk di Kelas III
Untuk memperoleh hasil yang memuaskan, maka santri
yang akan duduk di Kelas tiga paling tidak harus memenuhi
syarat-syarat akademik sebagai berikut:
1. Menguasai Dasar-dasar Pengetahuan Agama (Tauhid,
Fiqih, Tafsir, Hadits, Tarikh Islam) serta bisa
menerangkannya dengan Bahasa Arab yang baik.
2. Menguasai dan lulus dengan baik ujian S.K.I.A. untuk
kelas II.
3. Mampu membuat karangan-karangan sederhana dalam
Bahasa Arab, berupa artikel singkat surat-surat dan
pidato sederhana.
4. Menguasai Dasar-dasar Qowa'idil Lughoh Al-Arobiyah:
a. Mengetahui kedudukan kata dalam kalimat
b. Mengerti beberapa difenisi dalam Ilmu Nahwu dan
Shorrof serta bisa memberi contoh yang jelas dalam
kalimat
c. Bisa dan lancar dalam melakukan Qiyas Shorfi
d. Mengerti Wazan, Bina', dan asal kata-kata Bahasa Arab
5. Memiliki kemampuan berbahasa Inggris sederhana
(reading, writting, listening dan conversation)
6. Menguasai istilah-istilah umum dalam Bahasa Indonesia
dan bisa membuat karangan sederhana dalam Bahasa
Indonesia
7. Menguasai lebih jauh dasar-dasar pengetahuan umum
lainnya, dengan kriteria se- perti murid-murid kelas II
SMP/Madrasah Tsanawiyah.

B. Arah Pendidikan dan Pengajaran di Kelas III


1. Segala bentuk Pendidikan dan Pengajaran di kelas III TMI
dimaksudkan untuk:
a. Peningkatan dan Pematangan dari segala dasar yang
telah ditanamkan di kelas I sampai kelas II.
b. Penuntasan dari segala Pengetahuan dan Keterampilan
yang diberikan di tingkat menengah pertama
(Tsanawiyah).
21
c. Langkah Awal dan Persiapan untuk memasuki babak
baru dalam kehidupan santri di kelas IV (Tigkat
Menengah Atas/Aliyah).
2. Karena itu, di samping merupakan lanjutan dari segala
pelajaran terdahulu, maka di kelas III mulai juga
diajarkan beberapa Pengetahuan Pengantar baru, seperti
Peng-antar Ilmu Tarbiyah dan Pengantar Ilmu Ushul
Fiqih.
3. Pelajaran Grammar di kelas III merupakan pelajaran
permulaan tentang tata Bahasa Inggris, berarti merupakan
dasar bagi pelajaran-pelajaran berikutnya.
4. Jika di kelas I dan kelas II lebih banyak dituntut untuk
menghafalkan pelajaran se-cara terus-menerus sehingga
matang di luar kepala, maka di kelas III ini mereka mulai
dilatih untuk mengkaji sebagian ilmu dengan cara yang
lebih bersifat analistis dan argumentatif.
Perhatikan pelajaran-pelajaran berikut ini:
- Tauhid: Pembahasan dalil-dalil Aqlinya sudah lebih
meluas dan mendetail
- Fiqih: Sudah mulai dibahas dalil-dalilnya
- Ushul Fiqih: Merupakan Pembahasan/pengenalan
awal tentang pro-ses yang dipakai dalam Istimbatul
Ahkam
- Hadits: Merupakan pelajaran tentang Isthimbatul
Ahkam
- Tarbiyah: Merupakan pengenalan awal tentang Ilmu
Pendidikan
- Insya': Sudah banyak berbentuk 9‫ صفى‬dan ‫تح‬²‫ي‬²‫ى‬
dari pada se-kedar tarjamahan dari Bahasa Indonesia
ke Bahasa Arab
- Sejarah/Tarikh Islam: Murid sudah mulai dilatih
untuk menganalisis suatu peristiwa, dari pada sekedar
menghafal nama-nama dan tahun-tahun
- Dan lain-lain pelajaran yang arahnya sudah mulai
ditekankan pada analisis masa-lah, daripada sekedar
menghafal.

22
5. Semua ini dimaksudkan sebagai persiapan untuk
memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut di kelas IV
(Tingkat Aliyah), yang merupakan BABAK BARU atau
MABADI' dari pelbagai bekal untuk menjadi 'Ulama atau
Pemimpin ; baik bekal mental, penge-tahuan ataupun
keterampilan.

C. Petunjuk-petunjuk Umum untuk Kelas III


1. Sesuai dengan pelajaran di kelas III, maka para Guru di
kelas ini harus memiliki wawasan yang lebih luas dan
persiapan yang memadai, terutama dalam rangka
membawa murid-muridnya ke arah pola pikir yang agak
analistis dan sistematis.
2. Pola "Textbook Thinking" harus sudah mulai ditinggalkan
sedikit demi sedikit. Para Guru harus mempunyai maroji'
atau referensi yang luas dan komprehensif agar bisa
memuaskan murid-muridnya dan terhindar dari
kejenuhan. Tetapi dalam memilih materi pelajaran harus
memperhatikan tingkat perkembangan dan kemampuan
murid-muridnya serta metode yang paling sesuai untuk
mereka, dengan tetap mem-beri kesempatan seluas
mungkin kepada mereka untuk tumbuh dan berkembang
sendiri.
3. Namun. dalam pada itu, para Guru kelas III harus tetap
banyak menuntut kepada murid untuk menghafalkan,
pelajaran yang harus mereka hafalkan seperti Surat/Ayat
atau Hadits tertentu, bait-bait mahfudzat, Idiom-
idom/Uslub-uslub pilihan (dalam Bahasa Arab
dan Bahasa Inggris) dan lain-lainnya.
4. Bagaimanapun, metode hafalan masih akan terus sangat
efektif untuk membantu pengembangan murid-murid !!!
5. Untuk menciptakan iklim kondusif bagi murid-murid
kelas III dalam meningkatkan pola pikir mereka, para
Guru harus lebih mengintensifkan peranan kelompok-
kelompok belajar di kalangan murid-murid, terutama
untuk mendiskusikan pelajaran yang baru mereka terima
di dalam kelas. Kemampuan abstraksi dan kreasi serta
aktualisasi diri di tengah-tengah orang banyak harus
23
semakin ditingkatkan dengan berbagai cara yang
memungkinkan !

24
6. Pokoknya, setiap Guru kelas III harus selalu menyadari
bahwa kelas ini adalah Tahun Terakhir dari Periode
Persiapan atau Tahun Terakhir dari Tingkat Menengah
Pertama. Karena itu segala persiapan untuk memasuki
jenjang berikutnya yang merupakan BABAK BARU, pada
tahun ini, harus benar-benar matang, mapan dan
malakah (‫مل‬²‫)ة‬.
“Ingat! Kesuksesan Hidup Tidak Hanya
Ditentukan
Oleh Kemampuan Otak /Daya Pikir”

D.Kelas III (Tiga) Intensif

1. Pada hakikatnya syarat-syarat minimal, Arah Pelajaran dan


Cara Mengajar di kelas III Ekstensif hampir serupa atau tidak
jauh berbeda dengan di kelas III biasa. Hanya saja ada
beberapa hal yang harus mendapat perhatian khusus dari
para Guru.
2. Seperti halnya di kelas I Ekstensif, beberapa Mata Pelajaran
Umum di kelas ini sengaja tidak diajarkan, untuk menambah
jam pelajaran pada Bidang Studi Ilmu Penge-tahuan Agama
dan Pengetahuan Bahasa Arab.
3. Pelajaran di kelas ini harus berjalan dua kali lebih cepat dari
pada pelajaran di kelas III biasa, walaupun mungkin jumlah
jam yang tersedia tidak dua kali lebih banyak dari pada di
kelas biasa. Karena itu, Para Guru-guru di kelas Ekstensif
harus bekerja lebih keras untuk mematangakan pelajarannya,
dengan pelbagai cara yang memungkin-kan, terutama
tambahan porsi pengajaran dan bimbingan di luar kelas.
Perhatikan cara mengajar dan membimbing siswa kelas I
Ekstensif yang sudah diterangkan sebelum ini
!!!
4. Setiap Guru kelas III Ekstensif harus selalu menyadari bahwa
para murid di kelas ini sedang melewati dua periode sangat
penting dalam kehidupan mereka, yaitu:
a. Masa-masa penyelesaian akhir dari periode belajar mereka di
Tingkat Menengah Pertama (Tingkat Tsanawiyah), di mana
25
segala dasar Pengetahuan harus sudah dimatangkan
benar-benar, yaitu pada Semester Pertama.
b. Masa-masa permulaan memasuki Babak Baru dari periode
belajar mereka di Tingkat Menengah Atas (Tingkat Aliyah),
di mana mereka sudah mulai dibekali dengan bekal-bekal
dasar Kepemimpinan dan Ke-Ulamaan, yaitu pada semester
kedua.
5. Menghadapi kedua periode yang berbeda tersebut, tentu saja
para Guru harus benar- benar bersikap arif dan bijaksana,
dengan senantiasa berorientasi pada arah dan tujuan
pendidikan dan pengajaran pada masing-masing periode.
Persiapan dan kesiapan Guru dalam memberikan pengajaran
dan bimbingan kepada murid dalam kedua periode tersebut
tidak bisa disamakan atau dipukul sama rata begitu saja.
6. Para siswa kelas III Ekstensif harus diusahakan untuk menjadi
Proto-Type bagi siswa- siswa yang lain dalam hal semangat
belajar yang tinggi, cara belajar yang benar dan ethos kerja
yang bisa dibanggakan.

26
BAB V
PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS IV
(EMPAT)
A. Syarat-syarat Minimal untuk Duduk di Kelas IV
Di samping syarat-syarat khuluqiyah yang lazim dimiliki
oleh siswa kelas IV, maka para siswa yang akan duduk di
kelas IV, paling tidak harus memenuhi syarat- syarat
akademik sebagai berikut:
1. Matang dalam penguasaan dasar-dasar Pengetahuan
Agama dan bisa menerangkan- nya dengan Bahasa Arab
yang benar (Tauhid, Fiqih, Ushul Fiqih, Tafsir, Hadits).
2. Menguasai dan Lulus SKIA untuk Kelas III.
3. Menguasai dasar-dasar Qowaidul Lughah al-Arabiyah dan
bisa mengembangkan- nya, baik Ilmu Nahwu maupun Ilmu
Shorrof.
4. Bisa membuat karangan-karangan singkat dalam Bahasa
Arab (Artikel, Surat dan Pidato singkat).
5. Menguasai dasar-dasar Pengetahuan Bahasa Inggris (Writting,
Reading, Listening dan Conversatiom), dan mengerti dasar-
dasar Tata Bahasa Inggris.
6. Menguasai Istilah-istilah Bahasa Indonesia dan bisa
membuat karangan singkat (artikel, surat, pidato,
reportase dan lain-lain), serta mengerti dasar-dasar
Penge- tahuan Umum lainnya, atas dasar pengkajian yang
sedikit analistis dan sistematis.
7. Untuk Syarat Nomor 6 ukurannya adalah Kelas III
SMP/MTs.

B. Arah Pendidikan dan Pengajaran di Kelas IV


1. Kelas IV di TMI berarti BABAK BARU bagi santri dalam
jenjang pendidikan me- reka, yaitu suatu jenjang
pendidikan Tingkat Menengah atas (Marhalah Aliyah)
2. Arah Pendidikan dan Pengajaran di kelas IV merupakan
MABADI' atau Pengantar/ Permulaan/ Dasar dari segala
bekal para santri untuk menjadi pemimpin atau ulama'.
Karena itu, di kelas IV para santri harus sudah mulai
dikenalkan dengan proses Latihan Kepemimpinan
27
langsung atau proses pengkajian Ilmu Pengetahuan
secara Ilmiyah, sesuai dengan
bakat/minat/kecendrungan masing-masing.
3. Walaupun begitu para Guru harus menyadari bahwa
Pengajaran dan Pendidikan di TMI tetap merupakan satu
kesatuan (Totalitas) yang saling berkaitan dan
berkesinambungan sejak kelas I sampai kelas VI.
4. Bakat/minat/kecendrungan setiap santri pada akhir
kelas IVharus sudah mulai ter-pantau, sehingga bisa
diberi bimbingan yang lebih terarah, terutama setelah
mereka duduk di kelas V.
5. Bakat/minat/kecendrungan tersebut secara umum
bisa dibagi menjadi dua kelompok:
a. Minat Keilmuan dan pemikiran yang mengarah pada
terciptanya para Pemikir, dan Kaum Intelektual.
b. Minat Kepemimpian dan Kewiraswastaan yang
mengarah pada terciptanya para Praktisi,
Wiraswastawan, Informal Leader atau Pekerja Sosial
Lainnya.

C. Petunjuk Umum untuk Para Guru Kelas IV


1. Walaupun beberapa materi di kelas IV merupakan
kelanjutan dari kelas III, tetapi para Guru harus menyadari
bahwa kelas ini adalah BABAK BARU dari jenjang
pendidikan Tingkat Menengah Atas. Karena itu suasana
dan proses belajar mengajar harus di-ciptakan serba
baru, sehingga tidak timbul rasa jenuh:
- Suasana, iklim dan semangat belajar yang baru
- Sistem dan metode belajar yang baru
- Sistem dan metode mengajar yang baru
- Cara memberikan bimbingan dan
penyuluhan yang baru….. dan
seterusnya…..
2. Menganggap murid sebagai teman dewasa harus sudah
mulai dilaksanakan sungguh- sungguh di kelas ini. Para
murid harus selalu diberi motivasi, didorong, dibiasakan
bahkan kalau perlu dipaksa untuk:
28
- Mencari sendiri
- Memecahkan masalahnya sendiri
- Tumbuh dan berkembang sendiri....dan seterusnya…..
- Berilah mereka kesempatan seluas mungkin untuk
belajar mandiri!!!
3. Sejak awal tahun para murid harus sudah disadarkan
pada fungsi dan kedudukan mereka di Kelas IV, yaitu
sebagai calon ulama dan pemimpin yang harus memiliki
bekal yang cukup untuk menghadapi masyarakat. Karena
itu kepada mereka harus sudah ditanamkan dan
kesediaan untuk berkorban dan berjasa kepada orang lain
dalam kehidupan mereka sehari-hari..
4. Di kelas IV ada beberapa pelajaran baru, yaitu Qowaid
Fiqhiyah (sebagai pedang Pelajaran Ushul Fiqih),
Balaghah, Sejarah Pendidikan, dan Kosmografi Mereka
juga mulai dikenalkan secara sepintas kepada Dunia
Tasawuf, melalui Pengajian Kitab at-Turost. Semuanya
dimaksudkan sebagai penunjang bagi bekal-bekal
ke'Ulamaan dan Kepemimpinan mereka.
5. Untuk memberikan bimbingan yang lebih terarah dan tepat
guna, maka Guru - khusus-nya Wali kelas IV- harus
berusaha dengan pelbagai cara yang memungkinkan
untuk mengetahui potensi-potensi yang dimiliki oleh
setiap siswa; baik potensi keilmuan dan pemikiran
maupun potensi kepemimpinan dan kerja-kerja praktisi.
6. Para Guru kelas IV harus pandai membuat improvisasi dan
varisi-variasi baru dalam Proses Belajar Mengajar,
sehingga tidak timbul kejenuhan di kalangan murid-
murid . Ciptakan iklim kompetitif yang sehat antar siswa,
tapi jangan lupakan prinsip-prinsip Takaful, Tadlomun,
Tasamuh dan Ta'awun 'alal-birri wat-taqwa.

BAB VI
PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS V (LIMA)

29
A. Syarat-syarat Minimal untuk Duduk di Kelas V
Kelas V adalah kelas yang sangat strategis dalam
periode kehidupan para santri di TMI. Di kelas ini mereka
dihadapkan pada dua persimpangan jalan ; Jika benar
memilih jalan dan hati-hati, biasanya mereka akan terus
berjalan sampai tuntas/tamat. Tapi jika salah memilih jalan,
biasanya mereka akan mudah terhempas di tengah per-
jalanan.
Kondisi ini menuntut adanya persyaratan ketat yang
harus dipenuhi oleh setiap santri, sebelum mereka benar-
benar diterima secara resmi untuk duduk di Kelas V ; baik
yang menyangkut kesiapan mental, ataupun kapasitas
intelektual dan skill mereka.
Syarat-syarat tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Memiliki kesiapan mental untuk diajak berkembang dan
mengembangkan diri sesuai dengan minat dan potensinya
masing-masing.
2. Memiliki jiwa pengabdian dan pengorbanan untuk
kepentingan bersama.
3. Menguasai dasar-dasar Pengetahuan Agama dan bisa
mengamalkannya dalam ke- hidupannya sehari-hari.
4. Menguasai dan lulus dengan baik dalam ujian SKIA untuk
kelas IV.
5. Bersikap positif terhadap Bahasa Arab, Inggris dan
Indonesia serta menguasai Penge-tahuan-pengetahuan
dasar tentang ketiga bahasa tersebut. Bagi calon-calon siswa
kelas V yang berasal dari Kelas III Ekstensif, diharuskan
untuk mengikuti program tambahan selama k. l. 2 minggu
setelah Ujian Akhir Tahun, untuk melengkapi be-berapa
materi pelajaran dan mencapai target yang telah
ditentukan di kelas IV.
Ketentuan penerimaan siswa di Kelas V dilaksanakan
secara terpisah dari kelas-kelas yang lain, yaitu dengan cara
pemanggilan langsung ; satu per-satu atau kelompok per-
kelompok.
Sebelum itu para Guru harus sudah mengetahui ke
arah mana seorang santri di-arahkan di kelas V atau dalam
kelompok apa ia selayaknya ia dimasukkan. Hal itu bisa
dilakukan dengan cara pemantauan terhadap minat dan
30
potensi anak di kelas- kelas se-belumnya, atau dengan cara
penyebaran angket.

B. Arah Pendidkan dan Pengajaran di Kelas V


1. Segala bentuk Pengajaran dan Pendidkan di kelas V TMI
dimaksud-kan untuk MENINGKATKAN DAN
MENGEMBANGKAN kemampuan murid dalam menguasai
bekal-bekal dasar keulamaan dan kepemimpinan yang
telah ditanamkan di kelas IV.
2. Di kelas V, para siswa sudah mulai dikenalkan langsung
dengan segala hal yang menyentuh kepentingan mereka di
masyarakat, sesuai dengan bakat, minat, dan ke-
cendrungan masing-masing.
3. Di kelas V banyak terdapat Mata Pelajaran Baru seperti:
Musthalahul Hadits, Adyan, Tarikh Adab, Logika, Tata
Buku, Antropologi, Administrasi Pendidikan dan Ilmu
Jiwa. Semuanya itu dimaksudkan untuk memperluas
wawasan murid dalam mengantisipasi masa depan
mereka kelak di masyarakat.
4. Jika di kelas-kelas sebelumnya mereka belajar Fiqih
menurut satu aliran (madzhab), maka sejak di kelas V ini
mereka sudah mulai dikenalkan dengan Fiqih Muqoron
yang membahas tentang berbagai aliran Fiqih yang
berkembang di tengah-tengah umat. Hal ini sama sekali
tidak dimaksudkan untuk memperingan hukum syara',
tetapi semata-mata untuk memperluas wawasan dalam
melihat kenyataan yang ada, se-hingga tidak terjebak
dalam fanatisme buta yang membahayakan persatuan
dan ke-satuan umat.
5. Segala macam tentang dasar tentang Pengetahuan Agama,
Pengetahuan Bahasa, Ilmu Pendidikan dan Ilmu
Kemasyarakatan harus sudah dimatangkan benar- benar
pada akhir kelas V ini. Sebab di kelas VI, para siswa lebih
banyak dilibatkan dalam kerja-kerja Praktikum dan
Amaliyah.
6. Di kelas V, pelbagai bakat, minat dan kecenderungan anak
harus sudah mulai nampak bahkan ditampakkan
kepermukaan, sehingga Guru bisa memberikan
31
bimbingan yang lebih terarah dan tepat guna.
7. Walaupun secara formal di TMI tidak ada jurusan-jurusan
(artinya semua pelajaran di dalam kelas tidak dibeda-
bedakan), tetapi bimbingan yang diberikan oleh Guru di
luar kelas harus disesuaikan dengan bakat dan minat
masing-masing siswa.
8. Segala pelajaran dan ilmu pengetahuan harus dikaji
secara kritis, analistis dan sistematis, tanpa harus
meremehkan faktor hafalan dalam pelbagai pelajaran yang
memang membutuhkannya.

C. Petunjuk Umum untuk Guru-guru Kelas V


Sebelum melangkah lebih lanjut, para Guru kelas V
terlebih dahulu harus menge-tahui kondisi mental siswa-
siswa kelas V, yang memang berbeda dengan kelas- kelas
sebelumnya. Di kelas ini para siswa rata-rata sudah
memasuki usia 17 tahun ; masa-masa Pubertas yang
sebenarnya dan Periode Pertama dari masa kepemudaan.
Jiwanya mudah bergejolak dan labil, selalu gelisah, dan
biasanya tidak suka lagi dianggap anak kecil. Sisa-sisa
pengaruh masa pubertas awal masih sangat dominan dalam
jiwa mereka, seperti emosi yang tidak mantap akibat
perkembangan jiwa dan jasmani yang kadang-kadang
berlangsung tidak seimbang, ingin memperoleh perhatian
yang ber-lebihan, perasaan lesu, tidak bergairah dan lain-
lain.
Mereka mulai mencari identitas diri dan selalu ingin
mengaktualisasikan dirinyadi tengah orang banyak dengan
berbagai cara, bahkan kadang dengan cara yang tidak benar.
Sangat kritis, sering memberontak pada kemapanan dan
selalu ingin nampak hebat atau menjadi pahlawan bagi orang
lain, tapi juga kadang sangat otoriter. Perhatian terhadap
dirinya (egonya) semakin besar, tetapi kepeduliannya
terhadap orang lain (terutama lawan jenis dan benda-benda
lainnya) juga semakin berkembang, sehingga tak heran jika
bakat-bakat kepemimpinan dan potensi-potensi sosialnya
mulai semakin nampak menonjol.

32
Oleh karena itu, para Guru dituntut untuk bersikap
bijaksana dan hati-hati dalam memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada mereka. Kesalahan kecil yang barangkali
tidak disengaja, bisa berakibat fatal bagi kehidupan mereka
lebih lanjut. Na'udzubillah !
1. Para Guru harus benar-benar mengetahui kondisi pribadi
setiap siswa secara per- orangan (individual) ; latar
belakang kehidupannya, kondisinya saat ini, dan prospek-
nya di masa mendatang. Tidak boleh sekedar dikira-kira,
tidak boleh sekedar secara kelompok. Adakan pendataan
yang akurat !
2. Para Guru haus benar-benar menguasai dan menyadari
Arah Pendidikan dan Peng- ajaran di kelas V, kemudian
berusaha melakukan setiap tindakan sesuai dengan arah
tersebut.
3. Setiap Guru harus berusaha untuk menciptakan iklim
yang kondusif bagi tercapainya Tujuan Pendidikan di kelas
V, dengan berbagai cara yang memungkinkan ; baik di
dalam maupun di luar kelas.
4. Para Guru harus berusaha untuk memperluas Wawasan
Keilmuan dan Keterampilan-nya dalam menangani tugas-
tugas pendidikan, dengan banyak membaca, berdiskusi,
berkonsultasi dan lain-lain cara yang memungkinkan.
5. Sejak di kelas V ini bimbingan kepada para siswa harus
sudah diberikan menurut minat dan kecendrungan
masing-masing. Artinya sekalipun secara resmi mereka
tidak dibagi dalam jurusan-jurusan, tetapi secara
eksplisit, minat, potensi dan orientasi setiap siswa harus
sudah ditampakkan ke permukaan, sehingga secara
otomatis mereka akan terbagi dalam kelompok-kelompok
minat, berdasar potensi masing-masing.
6. Menurut minat/ potensinya secara garis besar siswa-siswa
kelas V bisa dibagi dalam dua kelompok:
- Kelompok siswa yang berminat dan memilki potensi
untuk menjadi Ilmuwan Pemikir, Intelek, Pengamat
Sosial, Konseptor, Pengarang atau profesi-profesi lainnya
yang berorientasi pada kerja
33
pemikiran/keilmuan/teoritis serta menuntut adanya
kapasitas intelektual yang memadai. Atau bisa kita
sebut sebagai Ke-lompok Calon Ulama'.
- Kelompok siswa yang berminat dan memiliki potensi
untuk menjadi Praktisi, Pekerja Sosial, Informal
Leader, Manager, Da'ie/Muballigh, Wiraswastawan dan
lain-lain profesi yang berorientasi pada kerja lapangan
serta menuntut adanya kapasitas keterampilan yang
memadai. Atau sebut sajalah dengan dengan Ke-
lompok Calon Pemimpin.
7. Dalam membantu membagi kelompok-kelompok tersebut,
para Guru tidak saja harus memperhatikan minat dan
kecendrungan siswa, tetapi juga harus melihat dan mem-
perhatikan potensi-potensi yang dimilikinya, latar belakang
kehidupannya serta pros-pek masa depannya di
masyarakat kelak. Dengan demikian bimbingan khusus
yang di-berikan kepada masing-masing kelompok akan
diminati dan

34
digandrungi oleh siswa serta mampu diserap sesuai dengan
kapasitas masing- masing.

D. Bagaimana Membimbing
Kelompok-kelompok Siswa
Kelas V?
1. Kelompok Calon Ulama'
a. Untuk kelompok ini bimbingan harus lebih diarahkan
pada penanaman "semangat cinta ilmu pengetahuan"
dengan menciptakan iklim yang mendukung tercipta-
nya "budaya baca, diskusi dan tulis menulis" di
kalangan para siswa.
b. Kepada mereka harus ditekankan pengkajian Ilmu-
ilmu Dasar Keulama'an/Intelek-tualisme, yaitu antara
lain:
1) Pengetahuan Bahasa (Arab, Inggris, Indonesia)
Di samping kemampuan berbicara
(conversation = ‫اإنش‬¹‫ )ء‬pengajaran bahasa di kelas
V harus sudah ditekankan pada hal-hal berikut:
- Kemampuan Membaca dan Memahami Tulisan ;
kitab, majalah, koran dll. (Reading and
Comprehension = ç‫ي‬s‫ المطالعة‬9‫)التف‬
- Kemampuan menangkap dan memahami
pembicaraan orang lain (Listening = ‫)ااستماع‬.
- Kemampuan mengungkapkan suatu pikiran
lewat tulisan atau mengarang dan
menerjemahkan (Composition and Translation = ‫ال‬
‫ اإنشاء‬9‫)ترجمة‬
Keempat "maharaat lughawiyah" tersebut
harus benar-benar ditekankan ke-pada kelompok
ini sebagai modal dasar bagi mereka dalam
melangkah lebih lanjut.
Tanpa kemampuan tersebut, tak mungkin
dicetak ulama' atau intelek yang benar-benar
qualified !
2) Metodologi
Seperti kita ketahui "Metode itu lebih penting
35
dari pada materi". Setiap ilmu mempunyai sistem
dan metodenya sendiri. Seseorang yang keliru dalam
menggunakan metode yang tepat, bukan saja ia bisa
tidak mencapai apa yang ia inginkan. Bahkan bisa-
bisa apa yang ia simpulkan bertentangan dengan
apa yang sebenarnya dimaksudkan.
Karena itu sejak kelas I TMI, para siswa harus
sudah dibiasakan menggunakan metode belajar
yang benar. Sedangkan di kelas V ini mereka harus
sudah dikenalkan kepada berbagai metode yang
benar, baik dan tepat guna.
Metodologi tersebut mencakup berbagai hal,
antar lain:
- Metode Berpikir Logis, analitis dan sistematis
- Metode Menghafal cepat dan kuat

36
- Metode Membaca yang efisien dan efektif
- Metode Belajar dan Mengajar
- Metode Berdiskusi
- Metode Menerjemah
- Metode Mengarang dll.
3) Ilmu Sejarah
Di kelas V Sejarah tidak lagi sekedar dipelajari
secara harfiah, atau sekedar de-ngan menghafal
nama, peristiwa dan tahun-tahun, tetapi harus
sudah ditekan-kan pada pengkajian secara kritis
analistis terhadap proses terjadinya suatu peristiwa
dalam hubungannya dengan kekinian dan prospek
masa depan. Pada hakikatnya belajar sejarah itu
dimaksudkan untuk memahami kondisi suatu
masyarakat dengan segala perubahannya, sehingga
bisa direfleksikan pada kondisi mayarakat sekarang dan
yang akan datang. Kemampuan membaca dan
menganalitis sejarah akan sangat membantu
terciptanya Insan Analistis yang Muttaqin.
Bukanlah 2/3 kandungan Al-Qur'an itu adalah
sejarah ? Dan bukanlah Al-Qur'an itu sendiri adalah
"hudan lil-muttaqin". Nah….. Karena itu, Guru
harus berusaha seoptimal mungkin dengan berbagai
cara yang memungkin-kan untuk menarik minat
anak pada sejarah, sehingga mereka tertarik untuk
mempelajarinya secara benar dan sistematis.
Ketiga Ilmu Dasar Keulama'an tersebut (Bahasa,
Metodologi dan Sejarah) harus mendapatkan
perhatian yang serius dari para Guru, dan diajarkan
secara metodis dan sistematis, sehingga mencapai
usaha yang optimal.
c. Untuk menanamkan semangat cinta ilmu, budaya baca
dan minta tulis- menulis atau diskusi di kalangan
Kelompok Calon Ulama' ini, para Guru harus ikut
menciptakan iklim yang kondusif dan memberikan
berbagai fasilitas (kemudahan), antara lain dengan
cara sebagai berikut:
37
1) Adakan kegiatan-kegiatan di luar kelas yang
meliputi:
- Latihan Diskusi dan Halaqoh Ilmiyah
- Latihan membahas buku/kitab
- Latihan Penelitian Sederhana dan Pengkajian
- Latihan Penerjemahan dan Penulisan Karangan-
karangan Ilmiyah
- Dan berbagai latihan, Workshop, Seminar,
Simposium dll.
2) Sediakan sarana-sarana penunjang yang
memungkinkan, yaitu dengan memanfaatkan
berbagai lembaga dan sarana yang ada di TMI,
seperti:
- Perpustakaan
- Pusat Studi Islam (Pusdilam)
- Information Communication Center (ICC)
- Pusat Pengembangan Kreatifitas Santri
(Puspagatra/ Puspagatri)
- Papan Kreativitas dan Majalah Dinding

38
- Club-club Bahasa dan club-club minat lainnya
- Majalah Qalam dll....
3) Kurangi kegiatan-kegiatan yang banyak menuntut
kerja fisik dan melelahkan atau terlalu banyak
menyita waktu serta tidak terkait langsung dengan
kerja kelimuan dan pemikiran.
4) Jauhi segala hal yang kira-kira dapat merusak
mental mereka, seperti superioritas, kejenuhan,
kemalasan, kecengengan, rasa tak percaya dll.......
5) Dorong dan beri kesempatan seluas mungkin
kepada mereka untuk mengem-bangkan kapasitas
intelektual ; di dalam ataupun ke luar pondok.

2. Kelompok Calon Pemimpin


a. Untuk kelompok ini bimbingan khusus harus lebih
ditekankan pada pembekalan siswa dengan berbagai
keterampilan kepemimpinan dan manajerial, dengan
mengajarkan teori-teori dasar kepemimpinan dan
memberi kesempatan seluas mungkin untuk ber-latih
langsung di lapangan (di tengah-tengah siswa).
b. Teori-teori Dasar Kepemimpinan dan Keterampilan
tersebut mencakup beberapa hal, antara lain:
- Keguruan dan Proses Belajar Mengajar
- Manajemen, Organisasi dan Administrasi
- Koperasi dan Kewiraswataan
- Pidato dan Retorika
- Kepramukaan
- Kepemimpinan Pendidikan
- Dan keterampilan-keterampilan (Hand Skill) lainnya.
c. Teori-teori Dasar tersebut bisa diajarkan secara umum
di dalam ataupun di luar kelas, kepada seluruh siswa
kelas V ; baik Kelompok A maupun Kelompok B. Tetapi
praktek langsung di lapangan harus dilakukan secara
khusus di luar kelas atau dalam bentuk Extra Kurikuler
(Pendidikan Informal dan Nonformal).
d. Organisasi-organisasi yang ada di TMI (ISMI/ISTAMA,
Koordinator Gudep, Pramuka, Kopel, Puspakarti), Tata
39
Usha dan Kepanitiaan-kepanitiaan lainnya bisa di-
manfaatkan seoptimal mungkin untuk melatih Siswa
Kelompok B ini dalam Praktek Kepemimpinan
langsung.

E. Kelompok Takhassus Tahfidzil Qur'an


Kalau di kelas II, III, dan IV para siswa diperkenankan
mengikuti program Tahfidzil Qur'an secara Tathowwu'ie saja,
maka sejak kelas V mereka diberi kesempatan untuk ikut
program tersebut secara Takhossusi. Untuk itu para anggota
dituntut untuk memenuhi syarat-syarat yang ketat; baik
menyangkut kesiapan mental, kesungguhan, antusiasme,
ketekunan, maupun yang menyangkut izin dan restu orang
tua.

40
Secara khusus, kelompok ini akan diarahkan dan
dibimbing dalam program Tahfidzil Qur'an yang ketat dan
sistematis, dengan memakai target waktu tertentu. Mereka
tidak bisa mengikuti program-program extra kurikuler
lainnya, karena harus berkonsentrasi penuh pada program
tahfidz yang telah tersusun.
Anggota Kelompok Tahfidzil Takhossus ini bisa terdiri dari
Kelompok Calon Ulama' ataupun dari Kelompok Calon
Pemimpin. Segala sesuatunya sangat tergantung pada minat
dan kecendrungan siswa sendiri, bukan pada kemampuan
intelektual ataupun kapasitas manajerial.
Para Guru diharapkan untuk memberikan andil yang
memadai bagi anggota Kelompok Tahfidz ini, khususnya
dalam ikut menciptakan iklim yang kondusif.

41
BAB VI
PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS VI
(ENAM)
A. Syarat-syarat Minimal untuk Duduk di Kelas VI
Sebelum seorang santri secara resmi diterima duduk di
kelas VI TMI, terlebih dahulu dia harus melewati masa-masa
Ujian Mental yang ketat selama di kelas V, khususnya
(menjelang di saat dan setelah) Bulan Ramadhan. Masa
pubertas yang sebenarnya dan masa awal kepemudaan yang
penuh gejolak selama di kelas V harus dilewati dengan mulus
dan sukses. Sebab kelas VI ini merupakan tahun terakhir
dari periode kehidupan mereka di TMI. Berarti satu tahun ini
sajalah para Guru mempunyai kesempatan untuk mendidik
dan membimbing mereka sebelum benar- benar terjun ke
masyarakat.
Kedewasaan berfikir, berbicara, dan bertindak dalam
konteks kemampuan membedakan hal-hal yang
kloluri/primer dari hal-hal yang kamali/sekunder, harus
sudah benar-benar tertanam kuat dalam jiwa mereka.
Menjelang naik ke elas VI sedikit banyak mereka harus sudah
menngetahui kondisi mereka sendiri; potensi-potensi diri
yang bisa dikembangkan ataupun kelemahan-kelemahan diri
yang harus diatasinya.
Di samping itu para santri juga harus sudah memenuhi
syarat-syarat umum yang wajib dipenuhi oleh seorang
Alumnus TMI khususnya yang menyangkut Kapasitas
Akademik (Keilmuan) dan Teori-teori Dasar Kepemimpinan.
Sebab di kelas VI mereka tidak lagi banyak punya
kesempatan untuk mempelajari teori-teori tersebut, kecuali
se-kedar untuk melengkapi yang belum lengkap.
Secara singkat, syarat-syarat untuk duduk di kelas VI
dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Syarat-syarat Umum (Harus dipenuhi oleh setiap calon
siswa kelas VI):
a. Memiliki mental yang mantap dan stabil serta
kepedulian terhadap hal-hal yang ada di sekitarnya.
b. Benar-benar menguasai segala Dasar Pengetahuan
42
Agama (Aqidah, Syari'ah dan Akhlaq) dan bisa
menerangkannya kepada orang lain.
c. Memiliki sifat-sifat Ketaqwaan dan Akhlaq Karimah
yang tercermin dalam sikap dan prilaku sehari-hari,
baik yang menyangkut Ibadah maupun Mu'amalah.
d. Memiliki sikap yang positif terhadap perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
e. Menguasai dan Lulus dengan baik Ujian SKIA untuk
Kelas V.
2. Syarat-syarat Khusus untuk Kelompok "A" (Calon Ulama')
Memiliki antusiasme yang tinggi terhadap kerja
pemikiran dan pengkajian Ilmu Penge-tahuan khususnya
Ilmu-ilmu Dasar Ke'ulamaan. Tetap bergairah untuk
berkembang dan mengembangkan, serta tidak dihinggapi
penyakit "kecongkakan intelektualisme".
3. Syarat-syarat Khusus untuk Kelompok "B" (Calon
Pemimpin)

43
Memiliki antusiasme yang tinggi terhadap kerja
kepemimpinan dan kemasyarakatan, serta memiliki
keterampilan dalam bidang-bidang tertentu. Percaya pada
diri sendiri serta tidak dihinggapi penyakit "rendah diri
atau frustasi".

B. Arah Pendidikan dan Pengajaran di Kelas VI


1. Segala bentuk pendidikan dan pengajaran di kelas VI TMI
dimaksudkan untuk MENYELESAIKAN DAN
MENUNTASKAN semua bekal dasar Keulamaan dan Ke-
pemimpinan yang telah diberikan sejak kelas IV sampai
kelas V.
2. Di kelas VI pendidikan dan pengajaran lebih banyak
ditekankan kepada praktikum atau amaliyah langsung,
kecuali beberapa Teori Dasar yang masih memerlukan pe-
nyempurnaan, baik dalam Pengetahuan Agama,
Pengetahuan Bahasa, Ilmu Pen-didikan dan Keguruan
ataupun Ilmu-ilmu sosial lainnya.
3. Pada Semester Pertama beberapa Teori Dasar yang sudah
dianggap selesai diulangi kembali secara sepintas dan
konprehensif, sehingga semakin kuat melekat dalam hati
dan pikiran santri dan bisa dikembangkan sendiri sampai
ke tingkat yang paling optimal, sesuai dengan minat dan
kecendrungan masing-masing.
4. Praktek Pengkajian Ilmu Pengetahuan dan Praktek
Kepemimpinan/Keguruan lebih diintensifkan lagi, sebagai
pembekalan terakhir bagi mereka sebelum benar- benar
terjun ke tengah-tengah masyarakat.
5. Pada Semester Kedua para santri mulai dikenalkan
dengan Kutubut-Turots dalam berbagai cabang ilmu;
Pengarang, Jumlah Juz/Jilid, dan ciri-cirinya masing-
masing. Hal ini dimaksudkan agar mereka bisa
menghargai jasa-jasa para As- Salafus-Sholeh sekaligus
mendorong mereka berprestasi setinggi mungkin dalam
hidupnya dan ber-jasa sebanyak-banyaknya bagi
kepentingan agama dan umat.
6. Praktek-praktek/Amaliyah di Kelas VI meliputi berbagai
aspek, antara lain:
44
- Prkatek Imamah Sholat Jama'ah
- Praktek Khutbah Jum'at
- Praktek Mengajar/Keguruan
- Praktek Kepemimpinan dan Keorganisasian
- Praktek Pengabdian Kependidikan dan Kemasyarakatan
- Praktek Ceramah Agama/Dakwah bil-lisan
- Praktek Pengkajian Keilmuan (lisan dan tulisan)
- Praktek Penelitian
- Rihlah Iqtishodiyah dan lain-lainnya....
7. Bimbingan Khusus kepada para siswa menurut
minat/potensinya masing-masing harus dipertajam dan
dipertegas, sehingga para santri segera menemukan
dirinya sendiri dan mampu mengembangkan potensi-
potensi yang dimilikinya sampaike tingkat yang paling
optimal.

45
8. Segi penghayatan dan pengamalan Syariat Agama dalam
kehidupan sehari-hari harus lebih ditekankan lagi di kelas
ini, sehingga tercipta Alumni yang "Religius Schoolar",
bukan sekedar "Schoolar of Religion".

C. Petunjuk-petunjuk Umum untuk Guru-guru Kelas VI


Pada umumnya kondisi mental siswa-siswa Kelas VI
lebih mantap dan lebih stabil dari pada masa-masa
sebelumnya. Rata-rata mereka lebih patuh kepada disiplin
dan lebih mudah diatur sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang berlaku. Walaupun mereka seringkali diliputi
kebingungan tentang kehidupan masa mendatang, tetapi
pada dasarnya mereka telah mulai mengenal kepada dirinya
sendiri. Mereka sudah mulai lebih serius memikirkan
langkah-langkah yang akan ditempuh untuk menata masa
depan-nya dengan baik, kendati dalam beberapa hal masih
sering terjebak dalam romantisme dan gejolak jiwa masa
remaja yang kadangkala tak terkontrol. Timbulnya kondisi
mental ini, pada masing-masing siswa, kadangkala bersumber
dari faktor yang berbeda bahkan bertolak belakang, antara
lain:
1. Bersumber dari kedewasaan dan rasa kesadaran yang
tinggi akan eksistensi dirinya sebagai Calon Pemimpin
dan Ulama' masa mendatang, akibat pendidikan dan
peng-arahan yang telah mereka terima selama 3 sampai 5
tahun di TMI. Hal ini se-makin menumbuhkan
kepercayaan kepada pondok dan mendorong timbulnya
keinginan yang kuat untuk menyelesaikan studinya
sampai tuntas dan Husnul Khotimah.
2. Bersumber dari suatu motivasi semu yang selama ini
memang mengganjal dalam dirinya. Dia bisa bertahan
sampai kelas VI hanya karena kondisi yang dipaksakan,
bukan timbul dari kesadaran dan kepercayaannya kepada
pondok. Dia patuh dan taat pada disiplin serta berusaha
untuk menyelesaikan studinya, hanya karena rasa sayang
terhadap sisa perjalanan hidupnya di TMI yang cuma
tinggal 1 (satu) tahun saja.
46
Selain itu para Guru kelas VI harus memberikan
perhatian khusus pada kegiatan siswa dalam melaksanakan
ibadah sehari-hari; baik wajibat maupun nawafil. Para Guru
harus menyadari bahwa hanya satu tahun ini sajalah mereka
punya kesempatan untuk memantau kegiatan tersebut.
Apabila sampai kelas terakhir ini mereka masih belum
memiliki kesdaran yang tinggi dalam hal beribadah kepada
Allah swt., maka di luar nanti, mereka akan lebih sulit untuk
menciptakan iklim yang kondusif untuk pelaksanaan ibadah
secara istiqomah. Demikian pula dalam melaksanakan
hukum-hukum Syariat Agama lainnya yang berhubungan
dengan Halal-Haram dan Ma'ruf-Mungkar. baik dalam
Ibadah maupun Mu'amalah. Untuk itu semua bisa ditempuh
cara-cara berikut:
1. Adakan pemantauan yang ketat dan teliti terhadap gerak-
gerik dam perilaku mereka sehari-hari, terutama di luar
kelas dan pada waktu-waktu liburan.
2. Biasakan mereka untuk menghentikan
kegiatan apapun jika Adzan
berkumandang.
3. Lakukan pendekatan-pendekatan
Syar'i secara individual, yaitu dengan
memberikan motivasi atau tandzir yang terus-menerus.

47
4. Wajibkan mereka untuk memiliki tasbih dan berilah
mereka amalan tertentu dengan bilangan-bilangan
tertentu pula setiap hari.
5. Jika terjadi pelanggaran Syari'at, sanksi harus diberikan
oleh kyai.
6. Dan lain-lain cara yang edukatif.
Selamat bekerja… dan beribadah…
Menghadapi siswa-siswa kelas VI dengan latar
belakang/motivasi yang berbeda tersebut, para Guru harus
bertindak penuh hati-hati dan bijaksana. Masing-masing me-
merlukan penanganan dan bimbingan yang berbeda, tapi tetap
dengan satu tujuan. Oleh karena itu, setiap Guru kelas VI
dituntut untuk senatiasa memantau kondisi murid- muridnya
dengan jeli dan seksama, sehingga bisa memberikan bimbingan
yang benar dan tepat guna, sesuai dengan latar belakang dan
motivasinya, potensi-potensi yang dimilikinya, prospek masa
depannya, dan kendala-kendala yang diperkirakan menghambat
kemajuan dan perkembangan dirinya.
Untuk itu semua, jelas diperlukan adanya ketajaman
analisis, ketepatan persepsi, keluasan wawasan, kemampuan
intelektual, kesabaran jiwa, dan kelapangan dada, keseriusan
kerja dan keterampilan dalam bidang Bimbingan dan
Penyuluhan.

48
BAB VII
TATA
TERTIB
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (KBM)

A. Kewajiban-kewajiban
1. Datang ke ruang kelas paling lambat pukul 06.45.
2. Mengikuti Apel Pagi di depan kelas dipimpin oleh Wali
Kelas dan Ketua Kelas.
3. Membaca doa sebelum memulai dan mengakhiri pelajaran
dipimpin oleh Ketua Kelas.
4. Membawa buku-buku pelajaran (diktat dan catatan)
sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh Bagian
Akademik.
5. Aktif mengikuti proses pembelajaran serta mencatat poin-
poin penting dari bidang edukasi yang diajarkan.
6. Berpakaian resmi, yaitu Putih-Hitam (Sabtu-Ahad), Gado-
gado (Senin-Selasa), Pramuka (Rabu-Kamis), serta ikat
pinggang warna hitam.
7. Meminta izin apabila berhalangan masuk sekolah kepada
Wali Kelas dan Bagian Akademik dan mengirimkan surat
izin.
8. Menjaga dan merawat peralatan sekolah (bangku, kursi,
sapu, tempat sampah, kemucing, dll) serta lingkungan
sekitar.
9. Menciptakan suasana belajar yang kondusif di lingkungan
kelas.
10. Berbahasa resmi (Arab dan Inggris) selama proses
pembelajaran berlangsung.
11. Aktif mengikuti program Belajar Muwajjah malam hari di
kelas.
12. (Petugas Kanis) Membersihkan ruangan kelas dan sekitarnya
1 jam sebelum proses pembelajaran dimulai.
13. (Khusus Ketua Kelas) Mengabsen kehadiran Guru dan Santri
serta mencatatnya di buku Kasyful Ghiyab dan Kasyful
Hudur.
14. (Khusus Ketua Kelas) Mengembalikan Kasyful Ghiyab dan
Kasyful Hudur ke Kantor MTs setelah Jam VII selesai.
49
15. (Khusus Ketua Kelas) Melaporkan kepada bagian terkait
apabila melihat kemungkaran di kelas, seperti guru yang
absen tanpa kabar atau siswa yang sering bolos.
16. (Petugas Kanis) Mengembalikan peralatan sekolah (sapu, dll)
ke tempat yang telah ditentukan.

B. Larangan-larangan
1. Tidak masuk sekolah tanpa alasan yang jelas (bolos).
2. Bersikap acuh tak acuh dan meremehkan guru.
3. Tidak membawa buku pelajaran (diktat dan catatan).
4. Terlambat datang ke ruangan kelas.
5. Berbuat gaduh dan mengganggu santri lainnya yang rajin
belajar.
6. Merusak peralatan sekolah (bangku, kursi sapu, tempat
sampah, kemucing, dll).

50
7. Mencorat-coret tembok, bangku, kursi, pintu, dan
kelengkapan sekolah lainnya.
8. Berbahasa tidak resmi, apalagi berbahasa daerah.
9. Memakai pakaian yang mencolok (norak) dan tidak sesuai
dengan sunnah pondok.

C. Anjuran-anjuran
1. Memperbanyak membaca kalimat-kalimat thayyibah (tahlil,
istighfar, sholawat, dll.) selama berlangsungnya proses
pembelajaran.
2. Membawa buku bacaan ilmiah untuk menambah wawasan.
3. Menghafalkan kosa kata bahasa Arab dan Inggris di waktu
senggang.
4. Berkunjung ke perpustakaan di waktu istirahat.

D. Sanksi
1. Tidak masuk kelas tanpa izin (bolos):
- Satu kali : Kartu Hijau
- Dua kali : Kartu Kuning
- Tiga kali : Kartu Merah.
- Empat kali : Kartu Hitam
2. Sanksi pelanggaran lainnya (berbahasa tidak resmi,
terlambat datang ke kelas, dll) berlaku seperti ketentuan
yang telah ada.

51

Anda mungkin juga menyukai