PELAKSANAAN KURIKULUM
SISTEM MU’ALLIMIEN
Pondok Pesantren
Madinatunnajah Kota Cirebon
Jawa Barat
2023
Jl. Cirebon Permai III No. 370 Dukuh Semar RT. 006 RW. 003 Kel. Kecapi Kec.
Harjamukti Kota Cirebon 45142 Jawa Barat
PEDOMAN PENDIDIKAN
TMI MADINATUNNAJAH
KOTA CIREBON
Pondok Pesantren
Madinatunnajah Kota
Cirebon Jawa Barat
Disusun Oleh
Koordinator Akademik TMI
MADINATUNNAJAH KOTA CIREBON
Cetakan 1: Mei 2023
Diterbitkan oleh
BLKK Madinatunnajah Kota Cirebon
1
SEKAPUR SIRIH
Koordinator Akademik
TMI Madinatunnajah
Kota Cirebon
2
PENGANTAR
4
DAFTAR ISI
Sekapur Sirih --
2 Pengantar --
3 Daftar Isi -- 5
BAB I : SPESIFIKASI KELEMBAGAAN
TARBIYATUL MU’ALLIMEIN AL-ISLAMIYAH
(TMI) MADINATUNNAJAH KOTA CIREBON
-- 7
A. Status Kepemilikan -- 7
B. Jenjang Pendidikan dan Masa Belajar -- 7
C. Kurikulum Pendidikan -- 7
D. Tahun Ajaran, Jam Efektif dan Masa Liburan -- 8
BAB II : PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS I (SATU) -- 9
A. Syarat-syarat Minimal
Untuk Diterima di Kelas I
TMI Madinatunnajah Kota
Cirebon -- 9
B. Arah Pendidikan dan Pengajaran di Kelas I -- 9
C. Petunjuk-petunjuk Umum untuk Kelas I -- 11
D. Kelas I (Satu) Intensif -- 14
BAB III : PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS II (DUA) -- 15
A. Syarat-syarat Minimal Untuk di Kelas II --
B. Arah Pendidikan dan Pengajaran di Kelas II –
C. Petunjuk-petunjuk Umum untuk Guru Kelas II –
BAB IV : PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS III (TIGA) –
A. Syarat-syarat Minimal untuk Duduk di Kelas III --
B. Arah Pendidikan dan Pengajaran di Kelas III –
C. Petunjuk-petunjuk Umum untuk Kelas III –
D. Kelas III (Tiga) Intensif –
BAB V : PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS IV (EMPAT) –
A. Syarat-syarat Minimal untuk Duduk di Kelas IV --
B. Arah Pendidikan dan Pengajaran di Kelas IV –
C. Petunjuk Umum untuk Para Guru Kelas IV –
5
BAB VI : PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS V (LIMA) –
A. Syarat-syarat Minimal untuk Duduk di Kelas V --
B. Arah Pendidkan dan Pengajaran di Kelas V –
C. Petunjuk Umum untuk Guru-guru Kelas V –
D. Bagaimana Membimbing
Kelompok-kelompok Siswa Kelas V_
6
BAB I
SPESIFIKASI KELEMBAGAAN
TARBIYATUL MU’ALLIMEIN AL-ISLAMIYAH (TMI)
MADINATUNNAJAH
KOTA CIREBON
A. Status Kepemilikan
TMI Madinatunnajah Kota Cirebon adalah lembaga
pendidikan Islam yang dikelola oleh Yayasan
Madinatunnajah Kota Cirebon, yang merupakan Badan
Hukum dengan Akte Notaris SALEH BAFADA, SH. MH., No
12 Tanggal: 09 Oktober 2006 dan telah terdaftar di
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum
tanggal 01 Desember 2006.
Seluruh aset dan kekayaan Yayasan Madinatunnajah
Kota Cirebon telah diwakafkan kepada seluruh umat Islam
secara resmi, pada tanggal 11 April 2006. Jadi seluruh
tanah, bangunan dan sarana pendidikan di TMI
Madinatunnajah Kota Cirebon berstatus sebagai “Wakaf”
milik umat yang dikelola secara kolektif oleh Nadhir Wakaf,
yaitu Majlis Kiyai Pondok Pesantren Madinatunnajah Kota
Cirebon.
C. Kurikulum Pendidikan
Kurikulum Pendidikan di TMI Madinatunnajah Kota
Cirebon sering disebut sebagai “Kurikulum Hidup dan
Kehidupan” karena berlangsung di mana saja sepanjang hari dan
malam, serta dikemas dalam bentuk program pendidikan
yang integral dan kompehensif, dibawah bimbingan,
7
pengawasan dan evaluasi dari para Penanggung Jawab
Pelaksana Pendidikan (Kiyai, Nyai, dan Guru-guru yang
dibantu oleh Santri- santri Senior).
8
BAB II
PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS I (SATU)
10
C. Petunjuk-petunjuk Umum untuk Kelas I
Sebelum melangkah lebih jauh, para Guru di kelas I TMI
Madinatunnajah Kota Cirebon harus memperhatikan hal-hal di
bawah ini :
1. Seluruh Guru harus menyadari bahwa semua pelajaran di
kelas I, tanpa kecuali, penting dan harus dipentingkan.
Semuanya mempunyai kedudukan yang strategis untuk
tujuan penanaman DASAR-DASAR KEHIDUPAN para
santri. Tidak boleh dibeda-bedakan!
2. Dalam berbagai kesempatan para Guru harus bisa
meyakinkan murid-muridnya tentang penting dan
strategisnya pelajaran-pelajaran di kelas I, sehingga tak
seorang pun di antara mereka menganggap remeh atau
menganggap kurang penting terhadap suatu pelajaran.
Ingat, anggapan seperti ini, kalau dibiarkan, tidak saja
membahayakan murid yang bersangkutan, tapi juga bagi
murid-murid yang lain!!!
3. Seluruh Guru kelas I harus selalu menyadari - kapan dan
di mana saja - bahwa dirinya sedang menggarap pekerjaan
yang paling penting dan paling menentukan dalam
kehidupan murid-muridnya, sebab kerja pembinaan lebih
lanjut sangat ditentukan oleh hasil kerja pembinaan di
kelas I ini. Dengan demikian, para Guru akan selalu
berhati-hati, penuh persiapan dan perhitungan, tidak
gegabah, dan selalu aktif dalam melaksanakan tugasnya
sehari-hari; di luar maupun di dalam kelas.
4. Dalam mengajarkan suatu ilmu apapun, seorang Guru
harus memperhatikan hal- hal berikut:
a. Pelajaran harus dimulai dari yang paling mendasar, dari
tingkat yang paling rendah, dari yang paling permulaan.
Urutan pelajaran harus tertib, tidak meloncat-loncat.
Ingat, jangan silau dengan anak yang:
- Nampaknya sudah bisa atau sok bisa.
- Nampaknya sudah besar dan banyak pengalaman.
11
- Nampaknya sudah pernah belajar, pernah
tahu ...... dll. Semuanya harus dianggap sama,
harus siap diplonco, atau dimudakan kembali.
b. Pelajaran apapun yang diajarkan harus beanr-benar
dikuasai oleh murid secara perorangan, bukan secara
kelompok. Jangan mudah terkecoh dengan jawaban
bersama ( الجمعىş )جواjangan buru-buru melangkah
kepada pelajaran berikutnya, sebelum benar-benar
yakin bahwa seluruh murid sudah menguasai pelajaran
yang telah diajarkan !. Yang penting masaknya pelajaran,
bukan banyaknya !
c. Pelajaran yang sudah diajarkan harus selalu diulang-
ulang, ditanyakan, dipakai dan sering-sering disebut
dalam pembicaraan/keterangan.
d. Harus selalu dihubung-hubungkan dengan pelajaran
baru, sehingga benar- benar "malakah"
e. Khusus untuk pelajaran hafalan, seperti: Tafsir, Hadits dan
Mahfudhat….. setiap murid harus mendapat bagian
untuk menghafal di depan Guru. Jika waktu meng-hafal
tidak cukup di dalam kelas, bisa digunakan waktu-
waktu lain di luar kelas, seperti sore hari, malam hari
ataupun pagi hari. Ingat, murid harus ditagih dan
dituntut.
f. Dalam mengulangi pelajaran, Guru tidak boleh bosan
atau dihinggapi rasa bosan. Selain itu guru harus
berusaha untuk menghilangkan kejenuhan dari murid-
muridnya. Tempuhlah segala cara yang
memungkinkan, dengan memperbanyak variasi,
sehingga kebosanan tidak menggerogoti anda dan
murid-murid anda! Ingat, kebosanan adalah penyakit
yang sangat berbahaya bagi murid, apalagi Guru !!!
"BELAJAR MUWAJJAH" untuk murid-murid kelas I
harus diadakan sejak awal tahun di bawah
pengawasan para Wali Kelas dan Fasilitator Kelas.
Belajar Mu-wajjah ini bisa digunakan antara lain
untuk:
- Mengawasi sekaligus memperbaiki 'cara belajar' murid.
12
- Membantu murid dalam menghadapi kesulitan belajar.
- Mematangkan pelajaran-pelajaran yang belum
matang di pagi hari oleh siapapun Guru yang
berminat.
- Membicarakan dan memecahkan masalah-masalah
kelas yang timbul.
g. Seluruh Guru, khusunya Guru-guru kelas I, lebih
khusus lagi para wali kelas I, harus benar-benar
"Masyghulun bi talamidzihi" ( نب فسهS)مشغو. Sebagian besar
waktu, tenaga dan pikirannya harus disediakan untuk
kepentingan murid-muridnya. Jangan sampai terlalu
sibuk dengan urusan-urusan lain yang tidak berkaitan
langsung dengan kepentingan murid, apalagi sampai
"Masyghulun bi nafsihi" Karena itu, para Wali Kelas I,
khususnya, tidak boleh merangkap tugas-tugas lain
yang berat-berat! Ingat, ini pekerjaan dasar yang
menentukan! Jika di Kelas I kurang matang, maka di kelas-
kelas selanjutnya….. bahkan sampai menjadi Guru, tetap
akan mengecewakan.
h. Para Guru, Khususnya para Wali Kelas, harus pandai-
pandai memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada
murid-muridnya, sehingga sesuai dengan kebutuhan
mereka dan tidak bertentangan dengan kehendak
jiwanya;
- Adakan pengamatan yang seksama setiap saat
- Manfaatkan seluruh fasilitator yang ada di kalangan
murid
- Bacalah setiap indikator dan pekalah terhadap setiap
gejala
- Jangan sampai salah duga dan salah persepsi
- Tingkatkan kemampuan diri dalam segala hal
13
D.Kelas I (Satu) Intensif
15
6. Dalam masa 3 (tiga) bulan, murid-murid kelas I Intensif harus
sudah bisa atau dipaksa untuk bisa berbicara berbahasa
Arab dalam pergaulan mereka sehari-hari, sebab setelah
semester pertama seluruh pelajaran dalam Kelompok Ilmu
Pengetahuan Bahasa Arab harus sudah memakai pengantar
Bahasa Arab.
7. Pada semester kedua seluruh pelajaran di kelas I Intensif
sama dengan pelajaran di Kelas II. Guru harus menyadari hal
ini dan berusaha mempergunakan pelbagai cara yang
memungkinkan untuk mencapai target dan kuantitas yang
telah ditentukan.
16
BAB III
PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS II
(DUA)
A. Syarat-syarat Minimal Untuk di Kelas II
Seorang santri kelas I TMI ataupun yang berasal dari
lembaga lain, baru bisa diterima di kelas II, paling tidak
apabila telah memenuhi syarat-syarat akademik sebagai
berikut:
1. Memiliki Dasar Pengetahuan Agama yang kuat, dengan
kriteria sebagai berikut:
a. Mengetahui Dasar-dasar 'AQO'ID KHOMSIEN serta dalil-
dalilnya.
b. Menguasai dan Lulus dengan baik Ujian S.K.I.A. untuk
kelas I.
c. Hafal di luar kepala beberapa Ayat dan Hadist pilihan,
serta mengerti artinya kata per-kata.
d. Mengetahui Sejarah Hidup Nabi Muhammad
saw.
2. Menguasai Pengetahuan Dasar Bahasa Arab (
نطق¹ وكت¹)بة
3. Mengerti beberapa kata dasar Bahasa Inggris serta bisa
menggunakannya untuk menjawab soal dan bercakap-
cakap sederhana.
4. Mengetahui Istilah-istilah dasar Bahasa Indonesia dan
dapat membuat karangan- karangan sederhana yang
berupa artikel singkat, surat atau pidato.
5. Mengerti Dasar-dasar Pengetahuan Umum lainnya, seperti:
a. Dasar-dasar Ilmu Eksakta (Matematika/Hitung dan IPA)
b. Dasar-dasar Pengetahuan Sosial (Sejarah,
PMP, Geografi) Untuk itu, dipergunakan
kriteria seperti siswa kelas I SMP/MTs.
18
C. Petunjuk-petunjuk Umum untuk Guru Kelas II
1. Untuk maksud Perluasan dan Pengembangan, maka
seluruh mata pelajaran dalam Bidang Studi Ilmu
Pengetahuan Agama dan Bahasa Arab di kelas II harus
disampai-kan dan diterangkan dengan Bahasa Arab:
- Guru harus berusaha menggunakan Bahasa Arab yang
baik dan benar, dengan senantiasa memperhatikan
tingkat kemampuan murid-muridnya.
- Jangan mudah-mudah menggunakan Bahasa
Indonesia, kalau tidak karena ter-paksa sekali. Itu pun
boleh dilakukan dengan cara menyebutnya secara
selintas saja, dan lebih dulu meminta ma'af kepada
murid.
- Murid harus dipaksa dan dilatih sebanyak-banyaknya
untuk menjawab pertanyaan dan menerangkan
pelajaran dengan Bahasa Arab yang baik dan benar.
2. Pelajaran Nahwu dan Shorrof di Kelas II merupakan
pelajaran permulaan tentang kaidah-kaidah dalam Tata
Bahasa Arab, sehingga bagi murid kelas II pelajaran ini
merupakan DASAR bagi pelajaran-pelajaran berikutnya.
3. Karena itu, para guru harus menyadari fungsi pelajaran-
pelajaran ini. bagi murid Kelas II. Perhatikan dan pelajari
kembali PEDOMAN KHUSUS untuk mengajarkan
Pengetahuan-pengetahuan Dasar, Seperti yang berlaku di
kelas I.
4. Demikian pula dengan pelajaran-pelajaran yang lain,
seperti Insya', Muthala'ah, Tarjamah dan Tamrinul
Lughoh. Walaupun pada hakikatnya sudah diajarkan
pada pelajaran 'AROBIYAH di kelas I, tetapi di kelas II
diajarkan secara terpisah, materi per-materi, sehingga
memerlukan perhatian khusus terhadap CARA
MENGAJARKAN-NYA. Untuk itu, setiap Guru mata
pelajaran tersebut harus benar-benar memperhatikan
Metode Mengajar yang sesuai dan benar.
5. Di Kelas I, para murid harus sudah mulai dipaksa untuk
berlatih menerangkan apa-apa yang telah mereka ketahui
dengan ungkapan-ungkapan yang sederhana dan jelas,
19
baik dengan Bahasa Arab (untuk Pengetahuan Agama dan
Pengetahuan Bahasa Arab) maupun dengan Bahasa
Indonesia (untuk Pengetahuan Umum lainnya). Di
samping paham sendiri, murid harus bisa juga
memahamkan orang lain.
6. Oleh sebab itu, pelajaran Insya' dan Mengarang (Bahasa
Indonesia) harus men- dapat perhatian yang sungguh-
sungguh. Adakan latihan yang teratur dan kontinu!
20
BAB IV
PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS III (TIGA)
A. Syarat-syarat Minimal untuk Duduk di Kelas III
Untuk memperoleh hasil yang memuaskan, maka santri
yang akan duduk di Kelas tiga paling tidak harus memenuhi
syarat-syarat akademik sebagai berikut:
1. Menguasai Dasar-dasar Pengetahuan Agama (Tauhid,
Fiqih, Tafsir, Hadits, Tarikh Islam) serta bisa
menerangkannya dengan Bahasa Arab yang baik.
2. Menguasai dan lulus dengan baik ujian S.K.I.A. untuk
kelas II.
3. Mampu membuat karangan-karangan sederhana dalam
Bahasa Arab, berupa artikel singkat surat-surat dan
pidato sederhana.
4. Menguasai Dasar-dasar Qowa'idil Lughoh Al-Arobiyah:
a. Mengetahui kedudukan kata dalam kalimat
b. Mengerti beberapa difenisi dalam Ilmu Nahwu dan
Shorrof serta bisa memberi contoh yang jelas dalam
kalimat
c. Bisa dan lancar dalam melakukan Qiyas Shorfi
d. Mengerti Wazan, Bina', dan asal kata-kata Bahasa Arab
5. Memiliki kemampuan berbahasa Inggris sederhana
(reading, writting, listening dan conversation)
6. Menguasai istilah-istilah umum dalam Bahasa Indonesia
dan bisa membuat karangan sederhana dalam Bahasa
Indonesia
7. Menguasai lebih jauh dasar-dasar pengetahuan umum
lainnya, dengan kriteria se- perti murid-murid kelas II
SMP/Madrasah Tsanawiyah.
22
5. Semua ini dimaksudkan sebagai persiapan untuk
memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut di kelas IV
(Tingkat Aliyah), yang merupakan BABAK BARU atau
MABADI' dari pelbagai bekal untuk menjadi 'Ulama atau
Pemimpin ; baik bekal mental, penge-tahuan ataupun
keterampilan.
24
6. Pokoknya, setiap Guru kelas III harus selalu menyadari
bahwa kelas ini adalah Tahun Terakhir dari Periode
Persiapan atau Tahun Terakhir dari Tingkat Menengah
Pertama. Karena itu segala persiapan untuk memasuki
jenjang berikutnya yang merupakan BABAK BARU, pada
tahun ini, harus benar-benar matang, mapan dan
malakah (مل²)ة.
“Ingat! Kesuksesan Hidup Tidak Hanya
Ditentukan
Oleh Kemampuan Otak /Daya Pikir”
26
BAB V
PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS IV
(EMPAT)
A. Syarat-syarat Minimal untuk Duduk di Kelas IV
Di samping syarat-syarat khuluqiyah yang lazim dimiliki
oleh siswa kelas IV, maka para siswa yang akan duduk di
kelas IV, paling tidak harus memenuhi syarat- syarat
akademik sebagai berikut:
1. Matang dalam penguasaan dasar-dasar Pengetahuan
Agama dan bisa menerangkan- nya dengan Bahasa Arab
yang benar (Tauhid, Fiqih, Ushul Fiqih, Tafsir, Hadits).
2. Menguasai dan Lulus SKIA untuk Kelas III.
3. Menguasai dasar-dasar Qowaidul Lughah al-Arabiyah dan
bisa mengembangkan- nya, baik Ilmu Nahwu maupun Ilmu
Shorrof.
4. Bisa membuat karangan-karangan singkat dalam Bahasa
Arab (Artikel, Surat dan Pidato singkat).
5. Menguasai dasar-dasar Pengetahuan Bahasa Inggris (Writting,
Reading, Listening dan Conversatiom), dan mengerti dasar-
dasar Tata Bahasa Inggris.
6. Menguasai Istilah-istilah Bahasa Indonesia dan bisa
membuat karangan singkat (artikel, surat, pidato,
reportase dan lain-lain), serta mengerti dasar-dasar
Penge- tahuan Umum lainnya, atas dasar pengkajian yang
sedikit analistis dan sistematis.
7. Untuk Syarat Nomor 6 ukurannya adalah Kelas III
SMP/MTs.
BAB VI
PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS V (LIMA)
29
A. Syarat-syarat Minimal untuk Duduk di Kelas V
Kelas V adalah kelas yang sangat strategis dalam
periode kehidupan para santri di TMI. Di kelas ini mereka
dihadapkan pada dua persimpangan jalan ; Jika benar
memilih jalan dan hati-hati, biasanya mereka akan terus
berjalan sampai tuntas/tamat. Tapi jika salah memilih jalan,
biasanya mereka akan mudah terhempas di tengah per-
jalanan.
Kondisi ini menuntut adanya persyaratan ketat yang
harus dipenuhi oleh setiap santri, sebelum mereka benar-
benar diterima secara resmi untuk duduk di Kelas V ; baik
yang menyangkut kesiapan mental, ataupun kapasitas
intelektual dan skill mereka.
Syarat-syarat tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Memiliki kesiapan mental untuk diajak berkembang dan
mengembangkan diri sesuai dengan minat dan potensinya
masing-masing.
2. Memiliki jiwa pengabdian dan pengorbanan untuk
kepentingan bersama.
3. Menguasai dasar-dasar Pengetahuan Agama dan bisa
mengamalkannya dalam ke- hidupannya sehari-hari.
4. Menguasai dan lulus dengan baik dalam ujian SKIA untuk
kelas IV.
5. Bersikap positif terhadap Bahasa Arab, Inggris dan
Indonesia serta menguasai Penge-tahuan-pengetahuan
dasar tentang ketiga bahasa tersebut. Bagi calon-calon siswa
kelas V yang berasal dari Kelas III Ekstensif, diharuskan
untuk mengikuti program tambahan selama k. l. 2 minggu
setelah Ujian Akhir Tahun, untuk melengkapi be-berapa
materi pelajaran dan mencapai target yang telah
ditentukan di kelas IV.
Ketentuan penerimaan siswa di Kelas V dilaksanakan
secara terpisah dari kelas-kelas yang lain, yaitu dengan cara
pemanggilan langsung ; satu per-satu atau kelompok per-
kelompok.
Sebelum itu para Guru harus sudah mengetahui ke
arah mana seorang santri di-arahkan di kelas V atau dalam
kelompok apa ia selayaknya ia dimasukkan. Hal itu bisa
dilakukan dengan cara pemantauan terhadap minat dan
30
potensi anak di kelas- kelas se-belumnya, atau dengan cara
penyebaran angket.
32
Oleh karena itu, para Guru dituntut untuk bersikap
bijaksana dan hati-hati dalam memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada mereka. Kesalahan kecil yang barangkali
tidak disengaja, bisa berakibat fatal bagi kehidupan mereka
lebih lanjut. Na'udzubillah !
1. Para Guru harus benar-benar mengetahui kondisi pribadi
setiap siswa secara per- orangan (individual) ; latar
belakang kehidupannya, kondisinya saat ini, dan prospek-
nya di masa mendatang. Tidak boleh sekedar dikira-kira,
tidak boleh sekedar secara kelompok. Adakan pendataan
yang akurat !
2. Para Guru haus benar-benar menguasai dan menyadari
Arah Pendidikan dan Peng- ajaran di kelas V, kemudian
berusaha melakukan setiap tindakan sesuai dengan arah
tersebut.
3. Setiap Guru harus berusaha untuk menciptakan iklim
yang kondusif bagi tercapainya Tujuan Pendidikan di kelas
V, dengan berbagai cara yang memungkinkan ; baik di
dalam maupun di luar kelas.
4. Para Guru harus berusaha untuk memperluas Wawasan
Keilmuan dan Keterampilan-nya dalam menangani tugas-
tugas pendidikan, dengan banyak membaca, berdiskusi,
berkonsultasi dan lain-lain cara yang memungkinkan.
5. Sejak di kelas V ini bimbingan kepada para siswa harus
sudah diberikan menurut minat dan kecendrungan
masing-masing. Artinya sekalipun secara resmi mereka
tidak dibagi dalam jurusan-jurusan, tetapi secara
eksplisit, minat, potensi dan orientasi setiap siswa harus
sudah ditampakkan ke permukaan, sehingga secara
otomatis mereka akan terbagi dalam kelompok-kelompok
minat, berdasar potensi masing-masing.
6. Menurut minat/ potensinya secara garis besar siswa-siswa
kelas V bisa dibagi dalam dua kelompok:
- Kelompok siswa yang berminat dan memilki potensi
untuk menjadi Ilmuwan Pemikir, Intelek, Pengamat
Sosial, Konseptor, Pengarang atau profesi-profesi lainnya
yang berorientasi pada kerja
33
pemikiran/keilmuan/teoritis serta menuntut adanya
kapasitas intelektual yang memadai. Atau bisa kita
sebut sebagai Ke-lompok Calon Ulama'.
- Kelompok siswa yang berminat dan memiliki potensi
untuk menjadi Praktisi, Pekerja Sosial, Informal
Leader, Manager, Da'ie/Muballigh, Wiraswastawan dan
lain-lain profesi yang berorientasi pada kerja lapangan
serta menuntut adanya kapasitas keterampilan yang
memadai. Atau sebut sajalah dengan dengan Ke-
lompok Calon Pemimpin.
7. Dalam membantu membagi kelompok-kelompok tersebut,
para Guru tidak saja harus memperhatikan minat dan
kecendrungan siswa, tetapi juga harus melihat dan mem-
perhatikan potensi-potensi yang dimilikinya, latar belakang
kehidupannya serta pros-pek masa depannya di
masyarakat kelak. Dengan demikian bimbingan khusus
yang di-berikan kepada masing-masing kelompok akan
diminati dan
34
digandrungi oleh siswa serta mampu diserap sesuai dengan
kapasitas masing- masing.
D. Bagaimana Membimbing
Kelompok-kelompok Siswa
Kelas V?
1. Kelompok Calon Ulama'
a. Untuk kelompok ini bimbingan harus lebih diarahkan
pada penanaman "semangat cinta ilmu pengetahuan"
dengan menciptakan iklim yang mendukung tercipta-
nya "budaya baca, diskusi dan tulis menulis" di
kalangan para siswa.
b. Kepada mereka harus ditekankan pengkajian Ilmu-
ilmu Dasar Keulama'an/Intelek-tualisme, yaitu antara
lain:
1) Pengetahuan Bahasa (Arab, Inggris, Indonesia)
Di samping kemampuan berbicara
(conversation = اإنش¹ )ءpengajaran bahasa di kelas
V harus sudah ditekankan pada hal-hal berikut:
- Kemampuan Membaca dan Memahami Tulisan ;
kitab, majalah, koran dll. (Reading and
Comprehension = çيs المطالعة9)التف
- Kemampuan menangkap dan memahami
pembicaraan orang lain (Listening = )ااستماع.
- Kemampuan mengungkapkan suatu pikiran
lewat tulisan atau mengarang dan
menerjemahkan (Composition and Translation = ال
اإنشاء9)ترجمة
Keempat "maharaat lughawiyah" tersebut
harus benar-benar ditekankan ke-pada kelompok
ini sebagai modal dasar bagi mereka dalam
melangkah lebih lanjut.
Tanpa kemampuan tersebut, tak mungkin
dicetak ulama' atau intelek yang benar-benar
qualified !
2) Metodologi
Seperti kita ketahui "Metode itu lebih penting
35
dari pada materi". Setiap ilmu mempunyai sistem
dan metodenya sendiri. Seseorang yang keliru dalam
menggunakan metode yang tepat, bukan saja ia bisa
tidak mencapai apa yang ia inginkan. Bahkan bisa-
bisa apa yang ia simpulkan bertentangan dengan
apa yang sebenarnya dimaksudkan.
Karena itu sejak kelas I TMI, para siswa harus
sudah dibiasakan menggunakan metode belajar
yang benar. Sedangkan di kelas V ini mereka harus
sudah dikenalkan kepada berbagai metode yang
benar, baik dan tepat guna.
Metodologi tersebut mencakup berbagai hal,
antar lain:
- Metode Berpikir Logis, analitis dan sistematis
- Metode Menghafal cepat dan kuat
36
- Metode Membaca yang efisien dan efektif
- Metode Belajar dan Mengajar
- Metode Berdiskusi
- Metode Menerjemah
- Metode Mengarang dll.
3) Ilmu Sejarah
Di kelas V Sejarah tidak lagi sekedar dipelajari
secara harfiah, atau sekedar de-ngan menghafal
nama, peristiwa dan tahun-tahun, tetapi harus
sudah ditekan-kan pada pengkajian secara kritis
analistis terhadap proses terjadinya suatu peristiwa
dalam hubungannya dengan kekinian dan prospek
masa depan. Pada hakikatnya belajar sejarah itu
dimaksudkan untuk memahami kondisi suatu
masyarakat dengan segala perubahannya, sehingga
bisa direfleksikan pada kondisi mayarakat sekarang dan
yang akan datang. Kemampuan membaca dan
menganalitis sejarah akan sangat membantu
terciptanya Insan Analistis yang Muttaqin.
Bukanlah 2/3 kandungan Al-Qur'an itu adalah
sejarah ? Dan bukanlah Al-Qur'an itu sendiri adalah
"hudan lil-muttaqin". Nah….. Karena itu, Guru
harus berusaha seoptimal mungkin dengan berbagai
cara yang memungkin-kan untuk menarik minat
anak pada sejarah, sehingga mereka tertarik untuk
mempelajarinya secara benar dan sistematis.
Ketiga Ilmu Dasar Keulama'an tersebut (Bahasa,
Metodologi dan Sejarah) harus mendapatkan
perhatian yang serius dari para Guru, dan diajarkan
secara metodis dan sistematis, sehingga mencapai
usaha yang optimal.
c. Untuk menanamkan semangat cinta ilmu, budaya baca
dan minta tulis- menulis atau diskusi di kalangan
Kelompok Calon Ulama' ini, para Guru harus ikut
menciptakan iklim yang kondusif dan memberikan
berbagai fasilitas (kemudahan), antara lain dengan
cara sebagai berikut:
37
1) Adakan kegiatan-kegiatan di luar kelas yang
meliputi:
- Latihan Diskusi dan Halaqoh Ilmiyah
- Latihan membahas buku/kitab
- Latihan Penelitian Sederhana dan Pengkajian
- Latihan Penerjemahan dan Penulisan Karangan-
karangan Ilmiyah
- Dan berbagai latihan, Workshop, Seminar,
Simposium dll.
2) Sediakan sarana-sarana penunjang yang
memungkinkan, yaitu dengan memanfaatkan
berbagai lembaga dan sarana yang ada di TMI,
seperti:
- Perpustakaan
- Pusat Studi Islam (Pusdilam)
- Information Communication Center (ICC)
- Pusat Pengembangan Kreatifitas Santri
(Puspagatra/ Puspagatri)
- Papan Kreativitas dan Majalah Dinding
38
- Club-club Bahasa dan club-club minat lainnya
- Majalah Qalam dll....
3) Kurangi kegiatan-kegiatan yang banyak menuntut
kerja fisik dan melelahkan atau terlalu banyak
menyita waktu serta tidak terkait langsung dengan
kerja kelimuan dan pemikiran.
4) Jauhi segala hal yang kira-kira dapat merusak
mental mereka, seperti superioritas, kejenuhan,
kemalasan, kecengengan, rasa tak percaya dll.......
5) Dorong dan beri kesempatan seluas mungkin
kepada mereka untuk mengem-bangkan kapasitas
intelektual ; di dalam ataupun ke luar pondok.
40
Secara khusus, kelompok ini akan diarahkan dan
dibimbing dalam program Tahfidzil Qur'an yang ketat dan
sistematis, dengan memakai target waktu tertentu. Mereka
tidak bisa mengikuti program-program extra kurikuler
lainnya, karena harus berkonsentrasi penuh pada program
tahfidz yang telah tersusun.
Anggota Kelompok Tahfidzil Takhossus ini bisa terdiri dari
Kelompok Calon Ulama' ataupun dari Kelompok Calon
Pemimpin. Segala sesuatunya sangat tergantung pada minat
dan kecendrungan siswa sendiri, bukan pada kemampuan
intelektual ataupun kapasitas manajerial.
Para Guru diharapkan untuk memberikan andil yang
memadai bagi anggota Kelompok Tahfidz ini, khususnya
dalam ikut menciptakan iklim yang kondusif.
41
BAB VI
PEDOMAN PENDIDIKAN KELAS VI
(ENAM)
A. Syarat-syarat Minimal untuk Duduk di Kelas VI
Sebelum seorang santri secara resmi diterima duduk di
kelas VI TMI, terlebih dahulu dia harus melewati masa-masa
Ujian Mental yang ketat selama di kelas V, khususnya
(menjelang di saat dan setelah) Bulan Ramadhan. Masa
pubertas yang sebenarnya dan masa awal kepemudaan yang
penuh gejolak selama di kelas V harus dilewati dengan mulus
dan sukses. Sebab kelas VI ini merupakan tahun terakhir
dari periode kehidupan mereka di TMI. Berarti satu tahun ini
sajalah para Guru mempunyai kesempatan untuk mendidik
dan membimbing mereka sebelum benar- benar terjun ke
masyarakat.
Kedewasaan berfikir, berbicara, dan bertindak dalam
konteks kemampuan membedakan hal-hal yang
kloluri/primer dari hal-hal yang kamali/sekunder, harus
sudah benar-benar tertanam kuat dalam jiwa mereka.
Menjelang naik ke elas VI sedikit banyak mereka harus sudah
menngetahui kondisi mereka sendiri; potensi-potensi diri
yang bisa dikembangkan ataupun kelemahan-kelemahan diri
yang harus diatasinya.
Di samping itu para santri juga harus sudah memenuhi
syarat-syarat umum yang wajib dipenuhi oleh seorang
Alumnus TMI khususnya yang menyangkut Kapasitas
Akademik (Keilmuan) dan Teori-teori Dasar Kepemimpinan.
Sebab di kelas VI mereka tidak lagi banyak punya
kesempatan untuk mempelajari teori-teori tersebut, kecuali
se-kedar untuk melengkapi yang belum lengkap.
Secara singkat, syarat-syarat untuk duduk di kelas VI
dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Syarat-syarat Umum (Harus dipenuhi oleh setiap calon
siswa kelas VI):
a. Memiliki mental yang mantap dan stabil serta
kepedulian terhadap hal-hal yang ada di sekitarnya.
b. Benar-benar menguasai segala Dasar Pengetahuan
42
Agama (Aqidah, Syari'ah dan Akhlaq) dan bisa
menerangkannya kepada orang lain.
c. Memiliki sifat-sifat Ketaqwaan dan Akhlaq Karimah
yang tercermin dalam sikap dan prilaku sehari-hari,
baik yang menyangkut Ibadah maupun Mu'amalah.
d. Memiliki sikap yang positif terhadap perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
e. Menguasai dan Lulus dengan baik Ujian SKIA untuk
Kelas V.
2. Syarat-syarat Khusus untuk Kelompok "A" (Calon Ulama')
Memiliki antusiasme yang tinggi terhadap kerja
pemikiran dan pengkajian Ilmu Penge-tahuan khususnya
Ilmu-ilmu Dasar Ke'ulamaan. Tetap bergairah untuk
berkembang dan mengembangkan, serta tidak dihinggapi
penyakit "kecongkakan intelektualisme".
3. Syarat-syarat Khusus untuk Kelompok "B" (Calon
Pemimpin)
43
Memiliki antusiasme yang tinggi terhadap kerja
kepemimpinan dan kemasyarakatan, serta memiliki
keterampilan dalam bidang-bidang tertentu. Percaya pada
diri sendiri serta tidak dihinggapi penyakit "rendah diri
atau frustasi".
45
8. Segi penghayatan dan pengamalan Syariat Agama dalam
kehidupan sehari-hari harus lebih ditekankan lagi di kelas
ini, sehingga tercipta Alumni yang "Religius Schoolar",
bukan sekedar "Schoolar of Religion".
47
4. Wajibkan mereka untuk memiliki tasbih dan berilah
mereka amalan tertentu dengan bilangan-bilangan
tertentu pula setiap hari.
5. Jika terjadi pelanggaran Syari'at, sanksi harus diberikan
oleh kyai.
6. Dan lain-lain cara yang edukatif.
Selamat bekerja… dan beribadah…
Menghadapi siswa-siswa kelas VI dengan latar
belakang/motivasi yang berbeda tersebut, para Guru harus
bertindak penuh hati-hati dan bijaksana. Masing-masing me-
merlukan penanganan dan bimbingan yang berbeda, tapi tetap
dengan satu tujuan. Oleh karena itu, setiap Guru kelas VI
dituntut untuk senatiasa memantau kondisi murid- muridnya
dengan jeli dan seksama, sehingga bisa memberikan bimbingan
yang benar dan tepat guna, sesuai dengan latar belakang dan
motivasinya, potensi-potensi yang dimilikinya, prospek masa
depannya, dan kendala-kendala yang diperkirakan menghambat
kemajuan dan perkembangan dirinya.
Untuk itu semua, jelas diperlukan adanya ketajaman
analisis, ketepatan persepsi, keluasan wawasan, kemampuan
intelektual, kesabaran jiwa, dan kelapangan dada, keseriusan
kerja dan keterampilan dalam bidang Bimbingan dan
Penyuluhan.
48
BAB VII
TATA
TERTIB
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (KBM)
A. Kewajiban-kewajiban
1. Datang ke ruang kelas paling lambat pukul 06.45.
2. Mengikuti Apel Pagi di depan kelas dipimpin oleh Wali
Kelas dan Ketua Kelas.
3. Membaca doa sebelum memulai dan mengakhiri pelajaran
dipimpin oleh Ketua Kelas.
4. Membawa buku-buku pelajaran (diktat dan catatan)
sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh Bagian
Akademik.
5. Aktif mengikuti proses pembelajaran serta mencatat poin-
poin penting dari bidang edukasi yang diajarkan.
6. Berpakaian resmi, yaitu Putih-Hitam (Sabtu-Ahad), Gado-
gado (Senin-Selasa), Pramuka (Rabu-Kamis), serta ikat
pinggang warna hitam.
7. Meminta izin apabila berhalangan masuk sekolah kepada
Wali Kelas dan Bagian Akademik dan mengirimkan surat
izin.
8. Menjaga dan merawat peralatan sekolah (bangku, kursi,
sapu, tempat sampah, kemucing, dll) serta lingkungan
sekitar.
9. Menciptakan suasana belajar yang kondusif di lingkungan
kelas.
10. Berbahasa resmi (Arab dan Inggris) selama proses
pembelajaran berlangsung.
11. Aktif mengikuti program Belajar Muwajjah malam hari di
kelas.
12. (Petugas Kanis) Membersihkan ruangan kelas dan sekitarnya
1 jam sebelum proses pembelajaran dimulai.
13. (Khusus Ketua Kelas) Mengabsen kehadiran Guru dan Santri
serta mencatatnya di buku Kasyful Ghiyab dan Kasyful
Hudur.
14. (Khusus Ketua Kelas) Mengembalikan Kasyful Ghiyab dan
Kasyful Hudur ke Kantor MTs setelah Jam VII selesai.
49
15. (Khusus Ketua Kelas) Melaporkan kepada bagian terkait
apabila melihat kemungkaran di kelas, seperti guru yang
absen tanpa kabar atau siswa yang sering bolos.
16. (Petugas Kanis) Mengembalikan peralatan sekolah (sapu, dll)
ke tempat yang telah ditentukan.
B. Larangan-larangan
1. Tidak masuk sekolah tanpa alasan yang jelas (bolos).
2. Bersikap acuh tak acuh dan meremehkan guru.
3. Tidak membawa buku pelajaran (diktat dan catatan).
4. Terlambat datang ke ruangan kelas.
5. Berbuat gaduh dan mengganggu santri lainnya yang rajin
belajar.
6. Merusak peralatan sekolah (bangku, kursi sapu, tempat
sampah, kemucing, dll).
50
7. Mencorat-coret tembok, bangku, kursi, pintu, dan
kelengkapan sekolah lainnya.
8. Berbahasa tidak resmi, apalagi berbahasa daerah.
9. Memakai pakaian yang mencolok (norak) dan tidak sesuai
dengan sunnah pondok.
C. Anjuran-anjuran
1. Memperbanyak membaca kalimat-kalimat thayyibah (tahlil,
istighfar, sholawat, dll.) selama berlangsungnya proses
pembelajaran.
2. Membawa buku bacaan ilmiah untuk menambah wawasan.
3. Menghafalkan kosa kata bahasa Arab dan Inggris di waktu
senggang.
4. Berkunjung ke perpustakaan di waktu istirahat.
D. Sanksi
1. Tidak masuk kelas tanpa izin (bolos):
- Satu kali : Kartu Hijau
- Dua kali : Kartu Kuning
- Tiga kali : Kartu Merah.
- Empat kali : Kartu Hitam
2. Sanksi pelanggaran lainnya (berbahasa tidak resmi,
terlambat datang ke kelas, dll) berlaku seperti ketentuan
yang telah ada.
51