Anda di halaman 1dari 30

BAB II

KONDISI OBYEKTIF MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN

A. SEJARAH SINGKAT MAN MODEL CIWARINGIN

Dalam perkembangannya sampai sekarang pondok pesantren

Babakan Ciwaringin Cirebon telah berusia lebih dari 200 tahun. Para ulama

pengasuh pesantren telah banyak mendirikan lembaga pendidikan, baik

yang menggunakan sistem pendidikan pesantren maupun yang

menggunakan sistem pendidikan formal seperti; Madrasah Diniyah,

Ibtida’iyah, Tsanawiyah, dan Aliyah di bawah binaaan Departemen Agama

RI, maupun sekolah umum tingkat dasar, SMP, dan SMA di bawah binaan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Waktu itu).

Pada tahun 1960 di Babakan Ciwaringin ada lima buah Madrasah

a. Menggunakan Kurikulum Pesantren

o Madrasah Salafiyah (Msy) Diniyah Tingkat Remaja

o Madrasah Salafiyah (Msy) Diniyah Tingkat Taruna

o Madrasah Salafiyah (Msy) Diniyah Tingkat Madya

b. Menggunakan Kurikulum Pesantren ditambah Kurikulum Departemen

Agama

o Madrasah Hikmatus Salafiyah (MHS) Tingkat Ibtida’iyah

o Madrasah Hikmatus Salafiyah (MHS) Tingkat Tsanawiyah

Atas prakarsa Ketua Yayasan Kesejahtraan Pendidikan Pesantren

(YKPP) KH.Moh. Haririe dan KH. Anwar Fathoni, pada tahun 1968 didirikan

RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 10


MHS tingkat Aliyah, dan kurikulumnya disuaikan dengan Kurikulum

Departemen Agama RI.

Perkembangan selanjutnya MSS tingkat Taruna dinegerikan menjadi

Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) dan MSS tingkat Madya menjadi

Sekolah Persiapan IAIN (SPIAIN) yang lulusannya khusus untuk melanjutkan

pendidikan ke IAIN.

Memperhatikan perkembangan sistem pendidikan nasional tahun

1970 dan perkembangan sistem pendidikan pesantren serta kebutuhan

masyarakat, dan untuk menampung lulusan MTs dan SMP yang akan

melanjutkan ke perguruan tinggi/IAIN, maka YKPP dengan prakarsa

KH.Moh.Haririe Sanusi, KH.Anwar Fathoni, KH.Syarif Hud Yahya, KH. Yunus

Amin, dan kawan-kawan mengadakan musyawarah bersama para ulama

sesepuh pengasuh pesantren Babakan Ciwaringin yang menghasilkan:

1. Mengusulkan agar MHS tingkat Aliyah dinegerikan

2. Pesantren Miftahul Muta’allimin Babakan Ciwaringin Cirebon mengajukan

usul penegerian MHS tingkat Aliyah dengan (surat No.121/M.A.IX/69

tanggal 12- Oktober 1969)

3. YKPP sebagai pemeran utama dalam usaha persiapan tersebut

memperkuat usulannya dengan surat No. 217/J-A/I/70 tanggal 15

Januari 1970 hingga mendapatkan rekomendasi dari Mentri Agama

dengan surat No. 202/D.I/70 tanggal 25 Mei 1970.

Dari usaha keras di atas, terbitlah Surat Keputusan Mentri Agama RI

No. 73 tahun 1970 tanggal 22 Mei 1970 perihal Penegerian Madrasah Aliyah

Alhikamus Salafiyah Pesantren Babakan Ciwaringin Kab. Cirebon menjadi

Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri (MAAIN) Babakan Ciwaringin Kab.


RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 11
Cirebon Prop. Jawa Barat. Dan sejak tahun 1978 sesuai dengan SK Menteri

Agama RI No.17 tahun 1978 tanggal 16 Maret 1978 MAAIN tersebut

mengalami penyederhanaan bentuk dan struktur organisasi persekolahan

dan tata kerja Depag RI, MAAIN tersebut berganti nama menjadi MAN

Babakan Ciwaringin Kab. Cirebon seiring dengan berlakunya kurikulum

Depag RI tahun 1975.

Dalam upaya meningkatkan mutu Madrasah Aliyah, maka melalui SK

Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama RI Nomor

E.IV/PP.00.6/KEP/17.A/98 tanggal 20 Februari 1998 menyatakan bahwa

MAN Babakan Ciwaringin Kab. Cirebon adalah salah satu MAN Model dari

35 MAN Model seluruh Indonesia yang dilengkapi dengan sarana PSBB

(Pusat Sumber Belajar Bersama), sehingga diharapkan dapat menjadi MAN

percontohan khususnya di wilayah III Cirebon.

B. KONDISI MASA KINI MAN MODEL CIWARINGIN

1. Kondisi Internal

a. Bidang Kelembagaan dan Manajemen

Bidang kelembagaan dan manajemen meliputi; unsur pimpinan, unsur

pelaksana teknis, unsur pelengkap atau pendukung, dan unsur pengelola

administrasi atau staf Tata Usaha. Pengelola pendidikan dan pengajaran di

Madrasah Aliyah merupakan tanggung jawab Kepala Madrasah selaku

administrator, top manajer, dan supervisor.

Dalam perkembangannya sampai sekarang, MAN Model Babakan

Ciwaringin Cirebon telah dipimpin oleh delapan Kepala Madrasah. Adapun

daftar para Kepala Madrasah tersebut adalah sebagai berikut:


RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 12
No. NAMA JABATAN PERIODE
1 KH. Amin Khalim Direkturium Mei – Oktober 1970
2 KH. Hisyam Mansyur Kepala Oktober 1970- Juli 1971
3 HM. Syamsudin, BA Kepala Juli – Oktober 1971
4 Drs. HM. Usman Kepala 1971 – 1985
5 Drs. H.A. Zahid Hidayat Kepala 1985 – 1990
6 Drs. H. Nasihin Anwar Kepala 1990 - 1994
7 H.R.A. Affandi, BA Kepala 1994 – 2003
8 Drs. Yusuf, M.Pd. Kepala 2004 - Sekarang

Kepemimpinan Kepala Madrasah sangat tergantung kepada birokrasi

atasannya, oleh karena itu kewenangan Kepala Madrasah masih sangat

dibatasi oleh peraturan dan ketentuan-ketentuan yang sangat mengikat.

Dalam pelaksanaan manajerialnya jika terjadi penyimpangan dari kebijakan

tingkat atas, maka kredibilitas dan jabatan yang menjadi taruhannya.

Akibatnya, inisiatif dan kreativitas Kepala Madrasah sulit untuk berkembang

secara optimal.

Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Madrasah dibantu oleh

seorang Kepala TU beserta beberapa Staf TU dan enam orang wakil Kepala

Madrasah, yaitu; Wakil Kepala Madrasah Urusan Kurikulum, Seorang Wakil

Kepala Madrasah Urusan Kesiswaan, Wakil Kepala Madrasah Urusan

Humas/Kesra, Wakil Kepala Madrasah Urusan Sarana, Wakil Kepala

Madrasah Urusan PSBB (Kepala PSBB), dan Koordinator BK (Setingkat

Waka), serta dibantu oleh beberapa pembina.

Peranan pengurus BP.3 sebagai kepanjangan tangan orang tua siswa

seyogianya sangat menunjang pengoperasionalan Madrasah, namun

kenyataannya keikutsertaan orang tua siswa masih sebatas bantuan dana

RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 13


BP.3 . Oleh karena itu keikutsertaan Stake Holder yang lebih luas sangat

perlu dikembangkan, termasuk peran serta masyarakat atau para pengasuh

pondok pesantren, karena pada hakikatnya peningkatan mutu pendidikan di

madrasah merupakan kewajiban pengelola madrasah, masyarakat, dan

pemerintah. Untuk menjawab tantangan ke depan, maka mulai tahun

pelajaran 2001/2002 BP.3 melebur dengan Majlis Madrasah.

Pengelolaan administrasi di MAN Model Babakan Ciwaringin masih

sangat lemah karena SDM para pegawai staf TU masih rendah. Lembaga

pendidikan semacam Madrasah Aliyah adalah suatu unit organisasi yang

memiliki kegiatan administratif yang harus menentukan tujuan institusional

dan tujuan khusus dengan melihat jauh ke depan, menetapkan

kebijaksanaan sistem, memberikan bimbingan serta mengendalikan seluruh

komponen dalam memadukan antar data, alat-alat, uang, atau biaya, waktu,

dan tempat kerja.

Kegiatan penyelenggaraan administrasi pendidikan mempunyai tiga

aspek kekuatan dalam mencapai sasaran tujuan pendidikan yaitu:

a. Formulasi kebijaksanaan, dibuat oleh pimpinan organisasi yang memuat

ketentuan- ketentuan mengenai sasaran dan tujuan pokok serta teknis

penyelenggaraan kegiatan untuk mencapai sasaran yang ditentukan.

b. Manajemen, adalah pengaturan kegiatan-kegiatan mencapai sasaran

tujuan yang telah ditentukan dengan menggunakan orang yang tepat

pada bidang garapannya.

c. Pelaksanaan (operasional), adalah melaksanakan semua kegiatan yang

telah diprogramkan yang dipergunakan dengan memadukan tenaga

RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 14


kerja, bahan informasi, alat-alat, biaya, tempat kerja, dan waktu secara

efisien dan efektif..

Untuk lebih memantapkan wawasan dan komitmen tugas maka setiap

tenaga kependidikan dan tenaga administratif dituntut agar memahami dan

berusaha ke arah tercapainya tujuan institusional Madrasah Aliyah sebagai

berikut:

a. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi.

b. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk mengembangkan diri sejalan

dengan perkembangan IPTEK dan kesenian yang dijiwai ajaran Islam.

c. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam

mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya,

dan atau lingkungan sekitarnya yang dijiwai ajaran Islam.

Dalam rangka mencapai tujuan institusional Madrasah Aliyah tersebut

melalui pengelolaan administrasi dan manajemen pendidikan

keberhasilannya, sangat bergantung pada mekanisme kerja bagi setiap

personal penyelenggara madrasah dalam melaksanakan tugasnya dengan

baik dan benar secara koordinatif dalam suatu sistem.

Pelaksanaan mekanisme kegiatan madrasah dapat terlihat pada

struktur organisasi MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon tahun

2004/2005.

RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 15


STRUKTUR ORGANISASI
MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN KAB. CIREBON
TAHUN PELAJARAN 2004/2005

Majelis Madrasah
MAJELIS KEPALA MADRASAH
MADRASAH

KEPALA TATA USAHA

WAKA.UR WAKA.UR WAK.UR KOORDINA- WAKA.UR Kepala


KURIKULUM KESISWAAN SARANA TOR BK HUMAS PSBB

PEMBINA UR 1. PEMBINAUR. PEMBINA URUSAN


ADMINISTRASI KAMTIB,UKS, ADMINISTRASI
2. PEMBINA UR. PA SKIBRA
2. PEMBINA UR. 2. GURU BK KLS.I
PERPUSTAKAAN PMR, PRAMUKA
3.PEMBINA UR. PEMBINA UR.OR 3. GURU BK KLS.II
DAN SENI
LABORATORIUM PEMBINA UR 4. GURU BK KLS.III
4.KOORDINATOR BULETIN DAN KIR
PROGRAM BHS. PEMBINA
5.KOORDINATOR UR.KEAGAMAAN
PROGRAM IPA
6.KOORDINATOR
PROGRAM IPS

DEWAN GURU

RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 16


b. Bidang Kurikulum

1. Pelaksanaan Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum di MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon

masih menggunakan kurikulum Departemen Agama RI tahun 1994

sebagaimana SK Mentri Agama RI Nomor 373/1993 beserta GBPP yang

disempurnakan dengan suplemen tahun 1999. Adapun tujuan pendidikan

menengah ada dua yaitu:

1. Mendidik peserta didik untuk mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan

yang lebih tinggi.

2. Mempersiapkan peserta didik untuk mampu menjadi anggota

masyarakat yang penuh budaya secara timbal balik.

Untuk mengarah pada kualitas mencapai tujuan tersebut masih

sangat berat sehubungan kondisi sebagai berikut:

a. Beban belajar siswa dalam waktu tiga tahun harus menguasai tujuh

belas mata pelajaran, apalagi ditambah dengan beban belajar di

pesantren (85 % siswa MAN Model Babakan Ciwaringin adalah santri).

b. Peningkatan profesionalisme, kompetensi, kreativitas, dan inisiatif guru

kurang dapat dikembangkan dan disalurkan karena dibatasi oleh aturan-

aturan birokrasi yang kaku, baik pengembangan kurikulum, administrasi

pengajaran, maupun sistem evaluasi.

c. Sistem pemilihan program diselenggarakan dengan tiga program pilihan:

Bahasa, IPA, dan IPS.

d. Sistem evaluasi catur wulan dan EBTA masih sentralistik.

RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 17


2 2. Proses Belajar Mengajar

a. Sangat terbatasnya kemampuan, profesionalisme, dan kompetensi

guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga kurang mampu

memotivasi minat baca dan belajar siswa.

b. Tidak seimbangnya perbandingan jumlah guru tetap dengan jumlah

kelas (Rombongan belajar), belum lagi dari aspek kewenangan

atau kelayakannya untuk mengajar, serta profesionalisme yang

sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

c. Masih banyak guru yang menggunakan metode tradisional yang

tidak menyentuh pengembangan akuntabilitas proses pendidikan

yang lebih tertumpu pada kegiatan belajar daripada sekedar

mengajar dan mengembangkan kurikulum secara komprehensif

demi terpeliharanya integritas pengembangan kemampuan

akademik, ketrampilan teknis, dan kemampuan ketrampilan generik

dalam proses pendidikan.

d.Administrasi guru dan program pembelajaran pada umumnya belum

dilaksnakan secara operasional karena telah disiapkan format-

format tertentu yang cenderung mempersulit pengembangan

kreativitas guru.

e.Sebagian besar guru belum mampu optiomal melakukan pengelolaan

kelas dengan berbagai penerapan kreatifitas belajar siswa.

f. Jumlah anggota rombongan belajar masih terlalu “gemuk” antara 48 –

50 peserta didik, sehingga pembinaan oleh guru atau wali kelas

agar adil dan operasional belum dilakukan secara optimal.


RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 18
c. Bidang Kesiswaan ( Dimensi Input, Proses, dan Output)

Dimensi input sangat kondusif, hal ini terbukti dari minat

masyarakat yang sangat antusias dan bersemangat untuk memasukkan

putra putri mereka ke MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon, namun daya

tampung sangat terbatas. Pada tahun pelajaran 2004/2005 calon peserta

didik yang mendaftar sejumlah 841 orang, sedangkan yang dapat

tertampung hanya 48 % dengan passing grade (NEM terendah) 31,40.

Jumlah siswa MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon pada tahun

pelajaran 2004/2005 adalah sebagai berikut: Kelas I sebanyak 495 siswa,

Kelas II sebanyak 466 siswa, dan kelas III sebanyak 401 siswa.

Perbandingan jumlah siswa laki-laki dan perempuan dapat dilihat di bawah

ini .

GRAFIK 1

KEADAAN SISWA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN


RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 19
PADA TAHUN PELAJARAN 2001/2002

500

400

300 LAKI-LAKI
PEREMPUAN
200
JUMLAH
100

0
KELAS I KELAS II KELAS III

d. Bidang Sarana dan Prasarana

1. Luas Tanah

Luas tanah yang dimiliki MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon :

NO. STATUS TANAH LUAS

1 Tanah Wakaf (dari KH.Haririe dan KH.Ma’mun) 4.490 m2

2 Swadaya Orang Tua 8.751,92 m2

Jumlah 13.241,92 m2

2. Jumlah Gedung

N0. GEDUNG/RUANG JUMLAH

RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 20


1 Ruang Belajar 29
2 Gedung perkantoran 1
3 Gedung kantor guru 1
4 Ruang Laboratorium IPA 1
5 Ruang Perpustakaan 1
6 Ruang Aula 1
7 Ruang BK 1
8 Ruang UKS 1
9 Gedung Musholla 1
10 Ruang Pendidikan Komputer 1
11 Ruang MPK/OSIS 1
12 Ruang KOPSIS 1
13 Ruang Sanggar Pramuka 1
14 Gedung PSBB (Aula, Kantor, dan Asrama) 3
15 GOR Bulutangkis 1
16 Lapangan Volly Ball 2
17 Lapang Tenis Meja 2
18 Lapang Basket 1
19 Lapang Parkir 1
Jumlah 49

e. Bidang Ketenagaan (Tenaga Edukatif dan Tenaga Administratif)

1. Tenaga Edukatif (Guru)

RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 21


Jumlah guru di MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon

adalah 70 orang guru, terdiri dari guru tetap bersatus PNS, guru bantu

sekolah (GBS), dan guru honorer tidak tetap. Adapun lengkapnya

keadaan guru tersebut adalah:

TABEL 2
KEADAAN TENAGA EDUKATIF (GURU)
TAHUN PELAJARAN 2004/2005

STATUS KEPEGAWAIAN
JENJANG
NO JUMLAH
PENDIDIKAN PNS (GT) GTT GBS

1 S.2
2 S.1
3 D.3

JUMLAH

Daftar guru berikut pembagian tugas mengajar terlampir.

2. Tenaga Administratif

Jumlah tenaga administratif seluruhnya adalah 19 orang yang

terdiri dari :

TABEL 3
KEADAAN TENAGA ADMINISTRATIF
TAHUN PELAJARAN 2004/2005

RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 22


JENJANG STATUS KEPEGAWAIAN
NO. JUMLAH
PENDIDIKAN PNS HONORER

1 S.1 3 - 3
2 D.3 1 1 2
3 SLTA 6 2 8
4 SLTP - - -
5 SD/SR - 6 6

JUMLAH 10 9 19

f. Bidang Keuangan (Anggaran Pembiayaan Madrasah)

Anggaran biaya pengelolaan kegiatan Madrasah selama ini

bersumber dari :

a. Dana pemerintah dalam bentuk DIP untuk proyek sarana dan

prasarana, serta DIK untuk biaya rutin.

b. Dana bantuan/infaq pendidikan dari orang tua siswa melalui BP.3.

c. Bantuan Luar negri

Ketiga sumber dana tersebut masih kurang memadai apabila

dibandingkan dengan kebutuhan biaya pengelolaan kegiatan madrasah

secara optimal dalam upaya peningkatan kualitas secara keseluruhan.

2. Kondisi Eksternal

Kondisi eksternal di lingkungan MAN Model Babakan Ciwaringin

Cirebon meliputi kondisi lingkungan dan kontribusi masyarakat.

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam sejarah singkat MAN Ciwaringin,

kondisi lingkungan MAN Model Babakan Ciwaringin sangat kondusif untuk

belajar, karena berada di lingkungan komplek pondok pesantren Babakan

RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 23


Ciwaringin Cirebon. Sedangkan partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan

Madrasah baru terbatas pada bantuan dana orang tua murid lewat BP.3.

C. Analisis SWOT

1. Kekuatan (Strength)

a. Faktor Historis Kelembagaan

Dalam melaksanakan strategi pengembangan MAN Model

Babakan Ciwaringin Cirebon, perlu dilakukan analisis situasi, baik

yang dipandang menguntungkan, atau menjadi kekuatan, maupun

kelemahan, tantangan, dan peluang, serta langkah-langkah

strategis yang dilakukan untuk lima tahun ke depan.

Dalam perkembangannya sampai sekarang, MAN Model

Babakan Ciwaringin Cirebon memiliki kemajuan yang cukup pesat,

baik sarana/prasarananya maupun input dan outputnya yang

tersebar di seluruh nusantara. Salah satu faktornya adalah karena

secara historis MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon lahir dari

pondok pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon yang telah berusia

lebih dari 200 tahun. Berkat usaha keras Para ulama dan

pengasuh pesantren telah banyak mendirikan lembaga pendidikan

baik yang menggunakan sistem pendidikan pesantren maupun

yang menggunakan sistem pendidikan formal seperti MAN,

sehingga dukungan secara penuh dari lingkungan pesantren dan

masyarakat di sekitarnnya sangat baik terhadap pengelolaan

pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri tersebut.

RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 24


Sebagai lembaga pendidikan formal negeri di bawah naungan

Departemen Agama, MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon

memmliki landasan yuridis sebagai acuan dalam penyelenggaraan

pendidikannya, antara lain:

1. Keputusan Mentri Agama RI No. 73 tahun 1970 tanggal 22 Mei

1970 perihal Penegerian Madrasah Aliyah Alhikamus Salafiyah

Pesantren Babakan Ciwaringin Kab. Cirebon menjadi

Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri (MAAIN) Babakan

Ciwaringin Kab. Cirebon Prop. Jawa Barat.

2. SK Menteri Agama RI No.17 tahun 1978 tanggal 16 Maret 1978

yang berkenaan dengan penyederhanaan bentuk dan struktur

organisasi persekolahan dan tata kerja Depag RI, MAAIN

tersebut berganti nama menjadi MAN Babakan Ciwaringin

Kab. Cirebon seiring dengan berlakunya kurikulum Depag RI

tahun 1975.

3. Undang-Undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

4. Peraturan Pemerintah RI No. 39 tahun 1992 tentang peran

serta masyarakat dalam Pendidikan nasional.

5. Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI

No.0489/V/1992 tentang Madrasah Aliyah sebagai sekolah

Umum yang bercirikhas Agama Islam

6. Keputusan Mentri Agama RI Nomor 370 tahun 1993 tentang

Madrasah Aliyah dan Nomor 373 tentang Kurikulum MA

RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 25


7. SK Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama RI Nomor

E.IV/PP.00.6/KEP/17.A/98 tanggal 20 Februari 1998

menyatakan bahwa MAN Babakan Ciwaringin Kab. Cirebon

adalah salah satu MAN Model dari 35 MAN Model seluruh

Indonesia yang dilengkapi dengan sarana PSBB (Pusat Sumber

Belajar Bersama), sehingga diharapkan dapat menjadi MAN

percontohan khususnya di wilayah III Cirebon.

b. Letak Geografis

MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon yang berada di

komplek pesantren babakan Ciwaringin Cirebon memilik

keunggulan secara geografis. Dengan letaknya yang cukup jauh

dari kota Cirebon, tepatnya 25 Km sebelah barat kota Cirebon,

jauh dari keramaian kota, sehingga iklimnya cukup kondusif dan

sangat cocok untuk belajar secara tekun dan baik, serta mudah

dijangkau oleh kendaraan umum karena jaraknya hanya 300 meter

dari jalan raya Cirebon - Bandung.

c. Ketenagaan

Sumber Daya Manusia di MAN Model Babakan Ciwaringin

Cirebon merupakan unsur pokok dalam pengembangan strategis di

lembaga pendidikan formal tersebut. Secara umum keadaan

karyawan baik tetap maupun tiak tetap di MAN Model Babakan

Ciwaringin Cirebon, dapat digambarkan sebagai berikut;

1. Secara kuantitatif tenaga edukatif dan administratif cukup

memadai, namun tenaga yang tetap (pegawai negeri) masih

RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 26


perlu penambahan terutama untuk guru-guru MIPA dan tenaga

administrtif.

2. Secara kualitatif tenaga edukatif cukup memadai, karena rata-

rata berpendidikan S.1 dan beberapa orang guru berpendidikan

D.3 sedang menempuh pendidikan S.l.

3. Tenaga edukatif berpendidikan S.2 berjumlah 7 orang, terdiri dari

5 orang mgister pendidikan (M.Pd.) dan 2 orang Magister Agama

(M.Ag), serta 2 orang Master Teacher. Mereka adalah sebagai

guru Bina/guru Master yang senantiasa siap diberdayakan dalam

pengembangan Madrasah secara optimal di masa-masa

mendatang.

4. Tenaga administratif yang berpendidikan S.1 berjumlah 3 orang,

yang lainnya D.3 dan SLTA, SLTP, dan SD. Hal ini juga dapat

diberdayakan menjadi modal penggerak dalam penataan

manajemen Tata Usaha yang profesional.

d. Input Siswa dan Alumni

1. Meningkatnya jumlah dan minat calon peserta didik baru yang

masuk ke MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon dari tahun ke

tahun merupakan modal utama dalam pengembangan strategis

MAN di masa mendatang, khususnya dalam peningkatan

kualitas lulusan.

2. Jumlah alumni yang cukup besar dan tersebar di berbagai

instansi pemerintah dan swasta, serta organisasi

kemasyarakatan, bila dikoordinasikan dengan baik sangat

RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 27


potensial untuk ikut berperan serta secara aktif dalam

pengembangan MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon

e. Sarana dan Prasarana Pendidikan

1. Sarana dan fasilitas pendidikan yang berupa tanah seluas

13.241,92 m2 milik sendiri dapat dikembangkan dan ditata

menjadi kampus pendidikan yang religius, edukatif, dan inovatif.

2. Sarana dan prasarana gedung dan peralatannya secara

kuantitatif cukup memadai untuk diberdayaka secara optimal.

3. Gedung PSBB dengan media pembelajarannya yang lengkap

dapat digunakan untuk pengembangan SDM baik di MAN Model

Babakan Ciwaringin Cirebon maupun MA sewilayah III Cirebon.

f. Dukungan Orang Tua Siswa

1. Orang tua siswa yang terhimpun dalam organisasi BP.3 yang

dikembangkan fungsinya sebagai Majlis Madrasah.

2. Peran Majlis Madrasah sebagai lembaga legislatif harus dapat


bekerja sama secara optimal dengan pengelola MAN dalam
merumuskan kebijakan-kebijakan operasional Madrasah, dan
menggali sumber dana demi peningkatan kesejahteraan dan
kualitas operasional pendidikan di MAN Model Babakan
Ciwaringin Cirebon.

2. Kelemahan- Kelemahan (Weakness)

a. Persepsi Masyarakat

MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon sebagaimana MA yang

lain khususnya di Jawa Barat, oleh sebagian masyarakat masih

terkesan sebagai lembaga pendidikan formal tingkat SLTA nomor

RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 28


dua setelah SMU yang hanya mengkaji ilmu-ilmu agama. Hal ini

terlihat dari para peminatnya yang masuk ke MAN, khususnya

secara kualitatif rata-rata masih relaif rendah dan perlu ditingkatkan.

Demikian pula kondisi sosial dan ekonominya rata-rata kelas

menengah ke bawah.

b. Kualitas Input dan Output Siswa

Bila dilihat dari segi kualitas, maka baik input maupun output

siswa MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon, secara akademik

mutunya masih rendah. Hal ini terlihat dari rata-rata NEM SLTP

calon siswa yang masuk dan NEM rata-rata outputnya masih di

bawah lima. Namun secara kuantitatif sangat menggembirakan,

bahkan setiap tahun rata-rata 40 % tidak tertampung.

c. Rendahnya Motivasi Belajar Siswa

Secara umum motivasi belajar siswa MAN Model Babakan

Ciwaringin Cirebon masih rendah, hal ini terlihat dari banyaknya

siswa yang kurang serius dalam mengikuti pelajaran (seperti tidur,

ngantuk di kelas, dan masuk kesiangan/terlambat) atau tidak

mengerjakan PR, dan bahkan main bola di lapangan ketika guru

belum ada di dalam kelas. Salah satu faktornya adalah beban

pelajaran yang terlalu berat, karena di samping belajar di madrasah

juga harus menghafal pelajaran di pesantren.

d. Etos Kerja Karyawan dan Tradisi Akademik

MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon dalam usianya yang

cukup panjang, melahirkan budaya/kultur yang sulit untuk diubah,

apalagi budaya pesantren yang cenderung tradisional dan kultur


RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 29
kerja asal melaksanakan tugas/asal hadir di kantor atau di kelas

yang rutin khusunya tentang etos kerja karyawan masih rendah,

seperti disiplin kehadiran maupun kepedulian dalam melaksanakan

tugasnya.

Perubahan yang cepat memerlukan tenaga yang profesional,

dinamis, kreatif, produktif, dan inovatif. Perubahan yang lebih

mengarah pada tuntutan profesionalisme kadangkala terbentur pada

pertimbangan-pertimbangan primordial dan alasan-alasan klasik.

Masih ada beberapa tenaga edukatif yang kurang memanfaatkan

peluang emas dalam peningkatan profesionalisme disiplin ilmunya.

Hal ini perlu dicari solusi yang tepat untuk mengatasi kejenuhan-

kejenuhan dan budaya kerja tradisional, agar dapat meningkatkan

kinerja guru secara profesional dan memiliki tanggung jawab yang

tinggi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya di MAN

Model Babakan Ciwaringin Cirebon.

Rutinitas tradisi akademik yang kurang berorientasi pada

kualitas/mutu pendidikan mengakibatkan rendahnya mutu lulusan,

dan lemah dalam bersaing dengan siswa SLTA yang lain. Di

samping itu, lemahnya manajemen dalam administrasi keuangan

yang dirasakan masih tradisional, diperlukan perubahan-perubahan

ke arah manajemen keuangan yang lebih baik, profesional, dan

norma serta perimbangan keuangan yang lebih baik dan berorientasi

pada penimgkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan.

RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 30


e. Otonomi Lembaga

Otonomi lembaga pendidikan formal seperti MAN Model Babakan

Ciwaringin Cirebon yang masih terikat oleh birokrasi dan aturan-

aturan dari pusat atau Kanwil Jawa Barat yang dirasakan sangat

sentralistik dan membatasi ruang gerak madrasah secara

keseluruhan. Hal ini sangat kurang sejalan dengan semangat

Otonomi daerah. Kekuatan intervensi birokrasi masih cukup

mengikat dan cenderung mematikan kreativitas Kepala Madrasah,

guru, dan tenaga Tata Usaha.

f. Hubungan antara Lembaga (MAN) dengan Pndok

Pesantren dan Masyarakat

Hubungan antara MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon

dengan pesantren secara umum sudah cukup baik, namun masih

ada beberapa kendala khususnya dalam melaksanakan kegiatan

madrasah pada waktu sore hari, seperti kegiatan les/tambahan

belajar untuk kelas III, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan OSIS

lainnya.

3. Peluang (Opportunity)

3 a. Pengembangan SDM

Peluang yang sangat baik dalam pengembangan SDM yang

diberikan pemerintah untuk karyawan MAN Model dalam beberapa

tahun ini sangat dirasakan oleh Madrasah tersebut, walaupun

dalam jangka pendek banyak mengganggu kegiatan belajar

mengajar. Namun untuk jangka panjang pengembangan dan


RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 31
peningkatan SDM ini sangat positif, karena hanya dengan tenaga-

tenaga yang baik dan berkualitas, serta profesional pengelolaan

lembaga ini dapat optimal serta akuntabel.

b. Animo Masyarakat

Dengan memperhatikan beberapa kekuatan yang dimiliki oleh

MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon, merupakan faktor

pendorong terhadap meningkatnya animo masyarakat untuk

memasukkan anaknya ke MAN Model sebagai pilihan yang tepat

untuk melanjutkan pendidikannya. Hal ini dapat dilihat dari grafik

peningkatan calon siswa baru yang ingin masuk dan belajar di

kampus MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon.

c. Dukungan Pemerintah

Dengan ditunjuknya MAN Ciwaringin sebagai MAN Model

menunjukkan adanya kepercayaan penuh dan dukungan pemerintah

terhadap Madrasah. Hal ini merupakan peluang yang baik bagi MAN

Model Babakan Ciwaringin Cirebon untuk senantiasa meningkatkan

kualitasnya secara terpadu dan komprehensif.

d. Aplikasi Konsep SBM di Madrasah Menjelang Otonomi

Pendidikan

Sejalan dengan bergulirnya pelaksanaan desentralisasi dan

otonomi daerah, maka konsep pelaksanaan desentralisasi otonomi

pendidikan khususnya di lingkungan Departemen Agama merupakan

keharusan. MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) adalah bentuk

alternatif madrasah sebagai hasil dari desentralisasi dalam bidang

pendidikan. Sebagai wujud dari reformasi pendidikan, MBS pada


RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 32
prinsipnya bertumpu pada sekolah dan masyarakat serta jauh dari

birokrasi yang sentralistik. MBS berpotensi untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat, pemerataan, efisiensi, serta manajemen

yang bertumpu pada tingkat sekolah. Model ini dimaksudkan untuk

menjamin semakin rendahnya kontrol pemerintah pusat, dan di pihak

lain semakin meningkatnya otonomi madrasah untuk menentukan

sendiri apa yang perlu diajarkan dan mengelola sumber daya yang

ada untuk berinovasi.

Aplikasi MBS menjelang era otonomi daerah khususnya di

bidang pendidikan merupakan peluang yang baik dan memiliki

potensi yang besar untuk menciptakan Kepala Madrasah, guru, dan

tenaga administratif yang profesional. Dengan demikian, madrasah

akan bersifat responsif terhadap kebutuhan masing-masing siswa

dan masyarakat sekolah. Prestasi belajar siswa dapat dioptimalkan

melalui partisipasi langsung dari orang tua dan masyarakat. MBS

menuntut komitmen semua unsur terkait (personil sekolah, orang

gtua, siswa, dan masyarakat yang lebih luas) dalam mengambil

keputusan-keputusan tentang operasional pendidikan di madrasah.

Dengan demikian, kalangan profesional, orang tua, dan masyarakat

dapat saling melengkapi untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan

pendidikan di tingkat madrasah.

e. Sarana dan Fasilitas Pendidikan

MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon memiliki sarana dan

fasilitas pendidikan yang memadai dari segi kuantitas, serta fasilitas

baru terus menerus mendapat penambahan baik melalui proyek


RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 33
pemerintah maupun dana swadaya orang tua murid untuk renovasi

ruang belajar dan fasilitas lain yang lama.

4. Tantangan (Threat)

a. Perkembangan IPTEK

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta

informasi yang begitu pesat dan sangat cepat. Pada umumnya

lembaga pendidikan khususnya madrasah sangat dirasakan lambat

bahkan cenderung tertinggal dalam mengantisipasi perekembangan

IPTEK khususnya dalam dunia pendidikan, bila dibandingkan

dengan lembaga lain atau swasta.

b. Sosial Ekonomi Masyarakat

Krisis ekonom, soisial, politik, dan budaya yang berkepanjangan,

menyebabkan dunia pendidikan kehilangan arah dan misinya,

karena krisis tersebut telah masuk dan mempengaruhi kebijakan

operasional dan pengelolaan lembaga pendidikan.

c. Kompetisi Masuk Ke Jenjang Pendidikan yang Lebih

Tinggi

(Dalam dan Luar Negri).

Ketatnya persaingan/kompetisi memasuki jenjang perguruan

tinggi. Hal ini sebagai akibat dari tidak seimbangnya daya tampung

perguruan tinggi negri dengan calon mahasiswa, oleh karena itu

output Madrasah dituntut untuk dapat bersaing dengan sekolah lain

baik negri maupun swasta yang pavorit untuk dapat memasuki

perguruan tinggi baik di dalam negri maupun di luar negri.


RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 34
d. Dunia wiraswasta dan Tuntutan Masyarakat

Semakin ketatnya persaingan dalam mendapatkan lapangan

kerja/ dunia wiraswasta, sebagai akibat dari kurang seimbangnya

lapangan kerja dengan pencari kerja. Oleh karena itu di masa

sekarang dan yang akan datang dunia pendidikan dituntut untuk

dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan dunia usaha.

Semakin derasnya tuntutan masyarakat terhadap lembaga

pendidikan Islam yang berkualitas, menunjukkan adanya

kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan Islam seperti

Madrasah Aliyah dalam hal pembinaan moral dan akhlaq sebagai

basis manusia serta penguasaan IPTEK dalam melakukan

aktivitasnya di berbagai bidang.

Secara khusus MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon yang

berada di tengah–tengah kehidupan tradisi pesantren, hendaknnya

selalu dapat beradaptasi dan berkoordinasi dengan lingkungan

pesantren tersebut, agar program-programnya selalu mendapat

dukungan secara optimal dalam usaha meningkatkan mutu

madrasah.

Keempat hal tersebut di atas merupakan tantangan yang harus di

jawab oleh MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon. Tantangan

tersebut akan memacu kesadaran warga Madrasah maupun orang

tua siswa untuk berupaya secara maksimal melalui langkah-langkah

strategis. Karena jika tidak bisa menjawab dan mengantisipasi

RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 35


tantangan tersebut maka cepat atau lambat madrasah akan

ditinggalkan oleh masyarakat.

D. STARETGI SWOT

Strategi S-O

1. Latar belakang madrasah yang kental dengan peran madrasah dalam

perkembangannya dapat dijadikan modal utama untuk meningkatkan

animo masyarakat terhadap madrasah dan mempermudah aplikasi

konsep manajemen berbasis sekolah (MBS).

2. Letak geografis madrasah berada di dalam lingkungan pesantren

babakan ciwaringin harus dapat mewarnai dan menjiwai sumber daya

manusia berprilaku akhlakul karimah.

3. Tenaga edukatif yang memadai (guru dan TU) harus dapat

memaksimalkan pemberdayaan seluruh sarana madrasah untuk

kepentingan pelayanan siswa dalam mencapai tujuan yang

manksimal.

4. Input siswa jumlahnya banyak yang berasal dari beberapa kabupaten

dan wilayah lain di luar pulau jawa menjadi modal untuk mendapat

dukungan pemerintah pusat/daerah dalam memberikan bantuan

operasional madrasah demi tercapainya siar Islam yang lebih luas.

5. Sarana dan prasarana yang luas, lengkap dan memadai memacu

sumber daya manusia untuk senantiasa dapat mengikuti kemajuan

IPTEK untuk mempertebal IMTAK.

6. Dukungan orang tua siswa yang kuat dimanfaatkan sebesar-besarnya

sesuai konsep MBS.


RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 36
Strategi S-T

1. Tenaga edukatif yang cukup memadai harus bisa mengantisipasi dan

mengikuti perkembangan IPTEK guna peningkatan pelayanan kepada

siswa sehingga out put madrasah siap menghadapi pengaruh

globalisasi.

2. Dukungan orang tua siswa yang kuat disesuaikan dengan

kemampuan dan kondisi ekonomi mereka, secara bertahap

transparan dan logis sesuai prioritas kebutuhan pendidikan anak.

3. Input siswa jumlahnya besar harus ada sebagian dari mereka yang

memiliki kemampuan akademik dan finansial untuk berkompetisi

masuk perguruan tinggi favorit di jurusan yang menjanjikan.

4. Input siswa dengan jumlah yang besar yang berasal dari keluarga

berkemampuan ekonomi menengah ke bawah harus lebih diarahkan

kepada kemampuan berusaha mandiri sehingga perlu dibekali

ketrampilan khusus yang bersifat praktis ekonomis.

5. Latar belakang historis dan letak geografis madrasah berada di dalam

lingkungan pesantren harus dapat menghasilkan out put yang memiliki

kemampuan keagamaan yang bermanfaat langsung bagi

kemasyarakatan.

Strategi W-O

1. Memperkecil dan menghilangkan persepsi masyarakat tentang

madrasah sebagai sekolah kelas bawah (tertinggal, kumuh dan tidak


RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 37
profesional) sehingga sebagai sekolah alterantif setelah tidak diterima

di sekolah umum. Dilakukan dengan mengembangkan sarana dan

prasarana yang megah, nyaman dan memadai, mengembangkan

sumber daya manusia serta adanya dukungan/komitmen pemerintah

untuk mengembangkan madrasah.

2. Input siswa berkualitas akademik rendah dan kualitas out put yang

kurang memuaskan memacu sumber daya manusia (khususnya guru)

untuk lebih kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran untuk

mencapai hasil yang lebih baik.

3. Meningkatkan motivasi belajar siswa dengan proses pembelajaran

yang dilakukan oleh guru yang mampu memanfaatkan fasilitas

madrasah secara kretaif dan inovatif.

4. Meningkatkan etos kerja karyawan dengan dukungan pemerintah

berupa perhatian peningkatan kesejahteraan.

5. Mengurangi tradisi akademik yang monoton, mekanistik dan budaya

santai. Dilakukan dengan aplikasi konsep MBS dan pengembangan

SDM melalui berbagai kegiatan pelatihan/penataran.

6. Meningkatkan otonomi madrasah sebagai implemenetasi konsep

MBS.

7. Hubungan antara madrasah dengan pondok pesantren dalam

masalah waktu belajar intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler

disesuaikan dengan animo masyarakat. Dapat dilakukan dengan

peningkatan kualitas PBM dan kegiatan ekstrakurikuler sehingga

kepercayaan masyarakat/pengasuh pondok pesantren atas waktu

yang digunakan madrasah lebih leluasa.


RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 38
Strategi W-T

1. Etos kerja karyawan dan tradisi akademik di MAN Model Babakan

Ciwaringin Cirebon dapat dipacu dengan kelengkapan media

pendukung aktivitas belajar/ kantor sebagai dampak dari

perkembangan IPTEK.

2. Meningkatkan belajar siswa dengan mensosialisasikan harapan dunia

kerja dan tuntutan masyarakat terhadap lulusan madrasah.

3. Meningkatkan hubungan antara madrasah dengan pondok pesantren

untuk meningkatkan tingkat input siswa berdasarkan soial ekonomi

mereka.

4. Otonomi lembaga dapat ditingkatkan dengan memberikan pelayanan

yang berorientasi tuntutan dunia kerja dan masyarakat.

RENSTRA MAN MODEL BABAKAN CIWARINGIN 39

Anda mungkin juga menyukai